vii DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ... ii
LEMBAR PERSETUJUAN... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
KATA PENGANTAR ... v
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
DAFTAR SINGKATAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 6 1.3 Tujuan Penelitian ... 6 1.3.1 Tujuan Umum ... 6 1.3.2 Tujuan Khusus ... 7 1.4 Manfaat Penelitian ... 6 1.4.1 Manfaat Teoritis ... 6 1.4.2 Manfaat Praktis ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lansia ... 9
2.1.1 Definisi Lansia ... 9
2.1.2 Karakteristik Lansia ... 9
2.1.3 Batasan Lansia ... 10
2.1.3 Perubahan-Perubahan yang Terjadi pada Lansia ... 10
viii
2.2 Hipertensi ... 12
2.2.1 Definisi Hipertensi ... 12
2.2.2 Faktor Risiko Hipertensi ... 13
2.3 Stres ... 16
2.3.1 Definisi Stres ... 16
2.3.2 Etiologi Stres ... 17
2.3.3 Tanda dan Gejala Stres ... 18
2.3.4 Tahapan Stres ... 19
2.3.5 Penatalaksanaan Stres ... 20
2.3.7 Instrumen Pengukuran Tingkat Stres ... 21
2.4 Logoterapi ... 23
2.4.1 Definisi Logoterapi ... 23
2.4.2 Tujuan Logoterapi ... 23
2.4.3 Tahapan-Tahapan Logoterapi ... 23
2.4.4 Teknik-Teknik Logoterapi ... 24
2.4.5 Hubungan Logoterapi dengan Tingkat Stres pada Lansia dengan Hipertensi ... 26
BAB III KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka Konsep ... 28
3.2 Variabel Penelitian Dan Definisi Operasional Variabel ... 29
3.2.1 Variabel Penelitian ... 29
3.2.2 Definisi Operasional Variabel ... 29
3.3 Hipotesis ... 30
BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian ... 31
4.2 Kerangka Kerja ... 32
4.3 Tempat dan Waktu Penelitian ... 33
4.3.1 Tempat Penelitian... 33
4.3.2 Waktu Penelitian ... 33
4.4 Populasi, Teknik Sampling Penelitian dan Sampel ... 33
ix
4.4.1 Populasi Penelitian ... 33
4.4.2 Teknik Sampling ... 33
4.4.3 Sampel ... 34
4.5 Jenis Dan Cara Pengumpulan Data ... 34
4.5.1 Jenis Data Yang Dikumpulkan... 34
4.5.2 Cara Pengumpulan Data ... 35
4.5.3 Instrumen Pengumpulan Data ... 37
4.5.4 Uji Validitas dan Reabilitas ... 37
4.5.5 Uji Interreliability ... 38
4.5.6 Etika Penelitian ... 39
4.6 Pengolahan Dan Analisa Data ... 40
4.6.1 Teknik Pengolahan Data ... 40
4.6.2 Teknik Analisa Data ... 41
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian ... 43
5.1.1 Kondisi Lokasi Penelitian ... 43
5.1.2 Karakteristik Subjek Penelitian ... 43
5.1.3 Analisa Univariat ... 44
5.1.4 Analisa Bivariat ... 45
5.2 Pembahasan Hasil Penelitian ... 47
5.2.1Tingkat Stres pada Lansia dengan Hipertensi sebelum diberikan Logoterapi ... 47
5.2.2Tingkat Stres pada Lansia dengan Hipertensi setelah diberikan Logoterapi ... 48
5.2.3 Pengaruh Tingkat Stres pada Lansia dengan Hipertensi Sebelum dan Setelah diberikan Logoterapi ... 51
5.3 Keterbatasan Penelitian ... 53
x BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan ... 55 6.2 Saran ... 56
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
xi ABSTRAK
Lansia adalah fase akhir dari rentang kehidupan ditandai dengan kemunduran secara psikologis dan fisik mengakibatkan rentan mengalami penyakit. Penyakit degeneratif yang dialami lansia adalah hipertensi. Salah satu faktor yang menyebabkan hipertensi yaitu stres. Psikoterapi yang dapat digunakan dalam mengatasi stres, adalah terapi kebermaknaan hidup melalui logoterapi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh logoterapi terhadap tingkat stres pada lansia dengan hipertensi di wilayah kerja Puskesmas IV Denpasar Selatan. Penelitian ini menggunakan desain pra-experimental (one group pre test – post test) pada 33 responden yang dipilih secara purposive sampling. Berdasarkan hasil analisa bivariat menggunakan uji Wilcoxon (p<0.05), didapatkan p = 0.000, maka H0 ditolak, yang berarti ada pengaruh logoterapi terhadap tingkat stres pada lansia
dengan hipertensi di wilayah kerja Puskesmas IV Denpasar Selatan. Maka dari itu, logoterapi pada lansia sangat tepat untuk diterapkan karena dengan logoterapi lansia dapat menceritakan masalah yang tengah dihadapi dan secara bersama-sama mencari pemecahan masalahnya sehingga lansia tidak memendam perasaannya.
Kata Kunci : Lansia, Stres, Hipertensi, Logoterapi Referensi (67 : 2000 – 2015)
xii ABSTRACT
Elderly is the final phase of the life span marked by setbacks both psychologically and physically resulted in susceptible to disease. Degenerative disease experienced by the elderly is hypertension. One of the factors that cause hypertension is stress. Psychotherapy that can be used to cope with stress is the meaningfulness of life through logotherapy. This study aims to determine the effect of logotherapy on the level of stress in the elderly with hypertension in the Public Health Center IV of South Denpasar. This study uses a pre-experimental design (one group pre test - posttest) in 33 respondents selected by purposive sampling. Based on the results of the bivariate analysis using the Wilcoxon test (p <0.05), was obtained p = 0.000, then H0 is rejected, which means there is
logotherapy influence on the level of stress in the elderly with hypertension in the Public Health Center IV of South Denpasar. Therefore, logotherapy for the elderly are particularly appropriate to be applied because by logotherapy, the elderly can tell the problems they are facing, and jointly seeking to resolve the problem so that the elderly do not have to harbor their feelings.
Keywords: Elderly, Stress, Hypertension, logotherapy Reference (67 : 2000 – 2015)
xiii BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kemajuan dalam bidang kesehatan disertai dengan meningkatnya sosial ekonomi masyarakat dan pengetahuan masyarakat yang bermuara dengan meningkatnya kesejahteraan rakyat sehingga akan meningkatkan usia harapan hidup (UHH). Pemerintah Indonesia kini telah menunjukkan keberhasilannya dalam pembangunan nasional terutama di bidang kesehatan. Hal ini dibuktikan dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk lanjut usia (lansia) dari tahun ke tahun. (Departemen Kesehatan RI, 2014).
Data United Nations Fund for Population Activities (UNFPA) menunjukkan bahwa di dunia saat ini terdapat sekitar 737 juta jiwa penduduk lansia, yaitu usia 60 tahun lebih. Dari jumlah penduduk tersebut, sekitar dua pertiga tinggal di negara-negara berkembang, dimana Indonesia termasuk salah satu diantaranya. Berdasarkan hasil Susenas tahun 2013, jumlah lansia di Indonesia telah mencapai 20,04 juta orang atau sekitar 8,05% dari seluruh penduduk Indonesia. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia tahun 2009, penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2020 mendatang sudah mencapai angka 11,34% atau tercatat 28,8 juta orang yang menyebabkan jumlah penduduk lansia terbesar di dunia. Provinsi Bali merupakan salah satu provinsi dengan proporsi lansia tertinggi setelah Jawa Tengah dan Jawa Timur (Badan Pusat Statistik, 2013). Dalam wilayah kerja Puskesmas IV Denpasar Selatan terdata jumlah lansia di wilayah tersebut yakni 3.223.
Menua merupakan suatu fase kehidupan yang dialami oleh manusia. Semakin panjang usia seseorang, seiring dengan pertambahan usia maka tubuh akan mengalami kemunduran secara fisik maupun psikologis sehingga akan meningkatkan kerentanan terhadap berbagai penyakit (Nugroho, 2012). Lansia akan menghadapi berbagai persoalan seperti perasaan kesepian, menurunnya kondisi fisik dan kognitif, perasaan tidak mampu, kematian pasangan atau orang-orang terdekat, hilangnya dukungan sosial, serta penurunan kesempatan dalam hal
xiv
ekonomi karena tidak bekerja atau pensiun (Suprapto, 2013). Sejalan dengan perubahan yang terjadi, pada fase lansia ini akan lebih mudah menimbulkan rasa cemas, stres, depresi, mudah tersinggung dan kebingungan. Mardiana dan Zalfino (2014), menyebutkan bahwa pada usia ini lansia sering mengeluhkan bahwa tubuhnya tidak sehat. Masalah terbesar yang dialami lansia adalah penyakit degeneratif terutama golongan penyakit kardiovaskuler. Hipertensi merupakan penyakit kardiovaskuler yang umum dialami oleh lansia (Depkes RI, 2014).
Angka kejadian hipertensi pada lansia sampai saat ini semakin meningkat dan masih menjadi permasalahan utama. World Health Organization (WHO) (2013) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring dengan jumlah penduduk dan UHH yang meningkat. Pada 2025 mendatang, diproyeksikan sekitar 29% warga dunia terkena hipertensi. Di Asia diperkirakan prevalensi hipertensi sudah mendekati prevalensi di dunia yaitu mencapai 8-18%. Menurut American Heart Association (AHA), penderita hipertensi di Amerika telah mencapai angka hingga 74,5 juta jiwa (Depkes RI, 2014). Menurut data Lancet (dalam Komaling, 2013) menyebutkan, jumlah penderita hipertensi di India tahun 2000 adalah 60,4 juta dan diperkirakan sebanyak 107,3 juta pada tahun 2025 (terjadi kenaikan sebesar 56%). Di Cina pada tahun 2000 sebanyak 98,5 juta orang menderita hipertensi dan tahun 2025 sebesar 67,3 juta (kenaikan sebesar 57%). Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Rikesdas) 2013, hipertensi menempati urutan pertama penyakit tersering yang diderita kelompok lansia, dengan prevalensi menurut kelompok umur 55-64 tahun sebanyak 45,9%, 65-74 tahun sebanyak 57,6 % dan lebih dari 75 tahun mencapai angka 63,8% (Depkes RI, 2014). Di Provinsi Bali berdasarkan profil kesehatan Provinsi Bali tahun 2013, hipertensi menempati urutan keempat penyakit terbanyak pada pasien di Puskesmas dengan jumlah 108.295 kasus setelah arthritis lainnya (Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2014).
Hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan di Puskesmas IV Denpasar Selatan, hasil rekapitulasi data kunjungan Puskesmas pada lansia, hipertensi menduduki peringkat kedua sebanyak 1.015 kasus pada tahun 2014 setelah Osteoarthritis. Puskesmas IV Denpasar Selatan bertanggung jawab terhadap pembangunan
xv
kesehatan di wilayah kerjanya yaitu di Kelurahan Pedungan yang terdiri dari 14 Banjar dengan angka hipertensi masih cukup tinggi di setiap wilayahnya. Dalam wilayah kerja Puskesmas IV Denpasar Selatan ini terdata lansia yang menderita hipertensi tercatat sebanyak 1.065 atau sebanyak 33,1% dari total penduduk lansia yang ada.
Faktor yang menyebabkan hipertensi salah satunya yaitu stres. Gunawan (dalam Prasetyorini dan Prawesti, 2012), menjelaskan bahwa stres merupakan salah satu penyebab peningkatan tekanan darah pada penderita hipertensi, karena sebagian besar penderita hipertensi memiliki tekanan dalam hidupnya. Berdasarkan Riskesdas tahun 2013, dijelaskan bahwa di Indonesia prevalensi gangguan mental emosional jauh lebih besar yakni 11,6%. Salah satu masalah gangguan mental emosional yang menimbulkan dampak psikologis cukup serius adalah stres. Prevalensi nasional serta beberapa prevalensi berdasarkan karakteristik memperlihatkan bahwa pola prevalensi gangguan mental emosional sesuai kelompok umur dimana terjadi paling banyak pada usia 65 tahun. Hal ini sesuai dengan hasil Riskesdas 2007, kecuali pola menurut tempat tinggal. Pada Riskesdas 2007 prevalensi gangguan mental emosional di perdesaan lebih tinggi daripada di perkotaan, tetapi dalam Riskesdas 2013 prevalensi tersebut berbalik dan prevalensi di perkotaan menjadi lebih tinggi dibanding di perdesaan.
Stres merupakan perasaan berada di bawah tekanan mental atau emosional yang terlalu banyak. Tekanan berubah menjadi stres ketika seseorang merasa tidak mampu mengatasi. Banyak dari tuntutan hidup dapat menyebabkan stres, terutama pekerjaan karena proses mencari nafkah terhenti, hubungan sosial, dan masalah ekonomi (NHS, 2014). Potter dan Perry (2005) mengklasifikasikan stresor menjadi dua, yaitu stresor internal dan stresor eksternal. Stresor internal adalah penyebab stres yang berasal dari dalam diri individu, seperti penyakit dan konflik. Sedangkan stresor eksternal adalah penyebab stres yang berasal dari luar diri individu, bisa dari keluarga maupun lingkungan. Stres pada lansia penderita hipertensi jika dibiarkan terus berlanjut maka akan menimbulkan dampak yang buruk bagi kesehtannya. Penelitian yang dilakukan oleh Prasetyorini dan Prawesti (2012), didapatkan hasil bahwa lebih dari 50% penderita hipertensi (55%)
xvi
mengalami stres, dan lebih dari 50% penderita hipertensi (62%) mengalami komplikasi hipertensi. Jadi, dapat diambil kesimpulan dari penelitian ini bahwa stres yang terjadi pada penderita hipertensi jika dibiarkan berlanjut tanpa adanya upaya untuk menanggulangi stres yang dialami maka dapat menimbulkan komplikasi hipertensi. Semakin tinggi tingkat stres yang dialami oleh lansia hipertensi maka semakin sering tingkat kekambuhan yang terjadi.
Hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan di Puskesmas IV Denpasar Selatan dari hasil wawancara yang dilakukan didapatkan bahwa 5 dari 7 lansia penderita hipertensi mengalami tanda dan gejala stress, seperti sering merasa kesal dan marah karena hal yang tidak penting, kehilangan motivasi serta sulit untuk beristirahat pada siang hari. Beberapa dari mereka menyatakan stres timbul karena tuntutan hidup, penyakit yang diderita dan masalah dalam keluarga. Ketua pemegang program lansia di Puskesmas IV Denpasar Selatan mengatakan bahwa selama ini belum ada penanganan khusus untuk mengatasi stres yang dialami pada penderita hipertensi di wilayah kerja puskesmas IV Denpasar Selatan.
Penelitian mengenai stres pada penderita hipertensi sudah sangat banyak dilakukan. Namun, angka kejadian komplikasi dari hipertensi masih cukup tinggi (Prasetyorini, 2012). Maka dari itu, sangat diperlukan manajemen stres yang tepat bagi lansia dengan hipertensi. Penatalaksanaan untuk stres dapat diberikan melalui terapi psikofarmaka maupun psikoterapi. Menurut Rainforth (dalam Fatimah, 2009) menyebutkan bahwa, kombinasi psikoterapi dan psikofarmaka dapat mengurangi tingkat stres pada pasien hipertensi sehingga membantu menurunkan dan menjaga kestabilan tekanan darah. Psikoterapi biofeedback juga telah terbukti dapat membantu menurunkan dan menjaga kestabilan tekanan darah (Moravec dalam Fatimah, 2009). Anti-cemas dan anti-depresi diberikan sebagai terapi medik dan psikoterapi untuk keperawatan jiwa bagi lansia (Donlon dalam Arumsari, 2014). Ada beberapa terapi yang dapat digunakan dalam mengatasi stres, salah satunya yaitu terapi kebermaknaan hidup melalui logoterapi.
Logoterapi merupakan metode pengobatan yang efektif dan mempunyai efek samping minimal yang didasarkan pada teori timbulnya hipertensi dari faktor
xvii
psikis. Prosedur logoterapi telah dipakai dengan berhasil pada penanganan masalah-masalah individu yang spesifik. Prinsip utama logoterapi adalah pengembangan spiritual, tanggung jawab diri dengan menemukan makna hidup yang lebih baik dalam keadaan apapun (Fatimah, 2009). Terdapat empat teknik logoterapi yang diantaranya terdiri dari paradoxical intention, dereflection, medical ministry, dan existential analysis. Teknik dereflection sangat membantu lansia dengan hipertensi mengatasi stres yang dialami. Dereflection merupakan teknik dengan memanfaatkan kemampuan transendensi diri (self- transcendence), dimana akan terjadi perubahan sikap, yaitu dari yang semula terlalu memerhatikan diri sendiri (self concerned) menjadi komitmen terhadap sesuatu yang penting baginya (self commitment) ( Bastaman, dalam Fatimah, 2009).
Logoterapi membantu lansia dengan hipertensi mengatasi faktor stres yang dialami. Logoterapi mampu memberikan perubahan yang bermakna pada perilaku dan emosional lansia. Fatimah (2009), dalam penelitiannya menyatakan bahwa penerapan logoterapi mampu mengurangi faktor-faktor yang mempengaruhi peningkatan tekanan darah. Sumcamp (2015), menjelaskan penerapan logoterapi dapat mengurangi gejala yang muncul akibat Post-Traumatic Stres Disorder (PTSD) sehingga membangun dasar kesehatan mental, dan membantu pencarian makna individu dalam kehidupan yang terganggu oleh PTSD. Penelitian yang serupa dilakukan oleh Sutejo, dkk. (2011), berdasarkan hasil penelitiannya pemberian terapi logoterapi pada penduduk pasca gempa dapat mempengaruhi fisiologis, respon kognitif dan komposit ansietas namun, tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada respon perilaku dan emosional. Pernyataan ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Wahyuni (2007), dimana penelitiaannya menunjukkan bahwa ada peningkatan secara bermakna pemberian logoterapi terhadap kemampuan perilaku pada kelompok lansia dengan harga diri rendah.
Logoterapi membantu memberikan motivasi untuk menentukan tujuan hidup dan tanggung jawab (Kimble & Ellor, 2000). Logoterapi menyajikan suatu pendekatan yang positif pada lansia yang mengalami gangguan somatik maupun psikis. Logoterapi memberikan reorientasi yang membantu lansia untuk melihat usia tua, tidak sebagai tahap stagnasi dan tidak adanya makna, tetapi pertumbuhan dan
xviii
perkembangan baru (Bastaman dalam Fatimah, 2009). Menurut penelitian Ukus, dkk. (2015) dalam penelitiannya menunjukkan hasil bahwa, logoterapi dapat meningkatkan kebermaknaan hidup pada lansia dimana logoterapi ini mengajarkan kepada lansia bagaimana cara menemukan makna hidup melalui kegiatan sehari – hari dengan menggunakan prinsip bahwa seseorang akan merasa bermakna dalam kehidupan. Penelitian yang serupa juga dilakukan Trisnapati (2012) dan Nauli (2011), didapatkan hasil bahwa logoterapi memberikan pengaruh 62.44% dalam menurunkan depresi secara bermakna pada lansia.
UHH saat ini terus mengalami peningkatan namun, lansia masih sangat berisiko mengalami stres. Logoterapi mampu memberikan motivasi bagi lansia, agar lansia tidak hanya berumur panjang, tetapi dapat menikmati masa tuanya dengan bahagia tanpa adanya tekanan, serta meningkatkan kualitas hidup diri mereka sehingga dapat mencegah komplikasi dari penyakit yang sedang diderita. Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh logoterapi terhadap tingkat stres pada lansia hipertensi di wilayah kerja Puskesmas IV Denpasar Selatan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan masalah penelitian yaitu “Adakah pengaruh logoterapi terhadap tingkat stres pada lansia dengan hipertensi di wilayah kerja Puskesmas IV Denpasar Selatan?”
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui pengaruh logoterapi terhadap tingkat stres pada lansia dengan hipertensi di wilayah kerja Puskesmas IV Denpasar Selatan.
xix 1.3.2 Tujuan Khusus
Secara khusus penelitian ini bertujuan:
a. Untuk mengidentifikasi tingkat stres sebelum diberikan logoterapi pada lansia dengan hipertensi di wilayah kerja Puskesmas IV Denpasar Selatan. b. Untuk mengidentifikasi tingkat stres sesudah diberikan logoterapi pada
lansia dengan hipertensi di wilayah kerja Puskesmas IV Denpasar Selatan. c. Untuk menganalisis pengaruh logoterapi terhadap tingkat stres pada lansia
dengan hipertensi di wilayah kerja Puskesmas IV Denpasar Selatan.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai pengembangan dan pendalaman ilmu keperawatan jiwa dan gerontik khususnya tentang logoterapi dalam hal penatalaksanaan lanjut usia dengan stres.
b. Penelitian ini selanjutnya dapat menjadi landasan atau acuan penelitian lanjutan tentang logoterapi pada lansia dalam mengatasi masalah lainnya sehingga meningkatkan kebermaknaan hidup lansia dan digunakan sebagai informasi edukasi kesehatan bahwa logoterapi memiliki kelebihan dari terapi lainnya yaitu lebih memberikan motivasi sehingga lansia dapat menentukan tujuan hidupnya.
1.4.2 Manfaat Praktis a. Bagi Lansia
Untuk mengatasi permasalahan psikologis yang terjadi dalam dirinya sehingga dapat mencegah timbulnya komplikasi dari hipertensi.
b. Bagi Tenaga Kesehatan
Untuk menambah wawasan tenaga kesehatan khususnya perawat tentang pengaruh penerapan logoterapi terhadap tingkat stres pada lansia dengan hipertensi, sehingga logoterapi dapat digunakan sebagai terapi tambahan pada penalatalaksanaan pasien dengan gangguan mental emosional.
xx c. Bagi Puskesmas
Puskesmas dapat memberi masukan data kepada instansi pemegang kebijakan pembangunan kesehatan seperti Dinas Kesehatan dalam memprioritaskan program penanggulangan factor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah pada penderita hipertensi yang salah satunya adalah stres maupun memperluas sasaran penyuluhan kesehatan pada lansia melalui Puskesmas dan Posyandu Lansia.
d. Bagi Dinas Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi kebijakan untuk mempertahankan dan meningkatkan kelangsungan program pelayanan kesehatan dalam mengatasi stres pada lansia hipertensi di masyarakat dalam bentuk pelayanan di Puskesmas IV Denpasar Selatan.