• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prof. Dr. H. Husain Syam, M.Tp Dr. Djamaluddin P., MP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Prof. Dr. H. Husain Syam, M.Tp Dr. Djamaluddin P., MP"

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)

Penulis:

Prof. Dr. H. Husain Syam, M.Tp

Dr. Djamaluddin P., MP

(2)

SAMBUTAN KETUA RAYON 1 24

Universitas Negeri Makassar (UNM) adalah salah satu Perguruan Tinggi yang diberi amanah oleh pemerintah menyelenggarakan sertifikasi guru dalam jabatan yang bertugas memberikan sertifikat pendidik kepada guru yang telah memenuhi persyaratan. Pelaksanaan sertifikasi guru pada tahun 2012 mengalami beberapa perubahan, antara lain perubahan yang mendasar yaitu pola penetapan peserta dan pelaksanaan uji kompetensi awal sebelum PLPG. Selain itu, sertifikasi guru dalam jabatan tahun 2012 dilaksanakan berbasis program studi sesuai dengan Permendikbud Nomor 5 tahun 2012. Yang dimaksud dengan berbasis program studi adalah bahwa hanya rayon yang memiliki program studi S1 kependidikan terakreditasi yang dapat melaksanakan Pendidikan dan Latihan Profesi Guru pada mata pelajaran yang sesuai. PLPG merupakan salah satu kegiatan yang dapat dilakukan untuk memperoleh sertifikat pendidik.

Untuk menjamin standardisasi isi/materi PLPG, diperlukan keseragaman format penyajian materi menurut bidang studi kepesertaan dengan memperhatikan empat kompetensi guru yang dalam penyusunannya mengacu pada kisi-kisi Uji Kompetensi Awal (UKA). Oleh karena itu, tersusunnya modul ini kami sambut dengan baik diiringi rasa syukur yang sebesar-besarnya kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan pengharapan semoga modul ini dapat dijadikan sebagai acuan utama bagi instruktur dan peserta dalam pelaksanaan Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG).

Oleh sebab itu, Ketua Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tinggi kepada penyusun modul yang telah bekerja keras dengan penuh dedikasi dalam menyusun modul ini. Mudah-mudahan melalui modul ini proses penyelenggaraan PLPG dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien yang pada gilirannya dapat meningkatkan kompetensi dan profesionalisme guru peserta Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG).

Ketua Rayon 1 24/Rektor UNM,

Prof. Dr. H. Arismunandar, M.Pd

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT oleh karena atas rahmat dan Inayah-Nya sehingga Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar dapat tersusun sebagaimana yang diharapkan.

Modul ini disusun berdasarkan pada Kisi-Kisi Uji Kompetensi Awal (UKA) dan Rambu-Rambu Pelaksanaan Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (Buku 4) yang dikeluarkan oleh Dirjen DIKTI Kemdikbud Tahun 2012, dikembangkan sesuai dengan kisi-kisi yang telah disahkan oleh Konsorsium Sertifikasi Guru (KSG) dan kurikulum PLPG PSG Rayon 1 24 UNM. Perubahan mendasar yang membedakan pelaksanaan PLPG tahun 2012 ini dibandingkan dengan tahun sebelumnya antara lain: (1) Pelaksanaan PLPG yang berbasis Program Studi; (2) Pemberian materi kebijakan pembinaan profesionalisme guru berkelanjutan; dan (3) Penguatan materi bidang studi dengan penambahan jumlah JP serta penyampaian materi yang menggunakan pendekatan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAIKEM).

Tujuan penyusunan modul ini adalah untuk memantapkan pelaksanaan Pendidikan dan Latihan Profesi Guru pada Rayon 1 24 Universitas Negeri Makassar. Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru ini antara lain memuat isi Pedagogik Umum dan Pedagogik Khusus.

Kepada tim penyusun serta pihak lain yang telah berpartisipasi dalam penyusunan Modul Pendidikan dan Latihan Profesi Guru ini disampaikan banyak terima kasih. Semoga Allah SWT memberkahi segala aktivitas kita.

Makassar, April 2012 Ketua PSG,

Prof. Dr. H. Eko Hadi Sujiono, M.Si. NIP. 19691017 199303 1 003

(4)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

SAMBUTAN KETUA RAYON 1 24 ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

PENDALAMAN MATERI AGRIBISNIS PRODUKSI TANAMAN - Pendahuluan ... 1

- Mengikuti Prosedur Menjaga Kesehatan dan Keselamatan Kerja ... 2

- Pembiakan Tanaman Secara Generatif ... 8

- Menyiapkan Tempat Pembibitan ... 13

- Pembiakan Tanaman Secara Vegetatif ... 18

- Mencangkok ... 22

- Mengukur Kadar Air Tanah ... 28

- Mengairi Tanaman ... 31

- Merawat Tanaman ... 34

- Melakukan Pemupukan ... 36

- Menyiang Tanaman ... 38

- Memangkas/Mewiwil Tanaman ... 41

- Metode Pengendalian Hama ... 45

- Teknik Budidaya Rumput Laut ... 51

- Menyiapkan Teknik dan Lahan Budidaya ... 56

- Menyiapkan Bibit Rumput Laut ... 58

- Menanam Rumput Laut di Lahan Budidaya ... 59

- Mengemas Benih ... 61

- Daftar Pustaka ... 68

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN KEJURUAN - Strategi Pembelajaran Kejuruan ... 69

- Keterampilan dan Strategi Mengajar ... 74

- Pendekatan Pembelajaran ... 84

- Macam-Macam Metode Pembelajaran ... 91

- Pembelajaran Kejuruan ... 98

- Media Pembelajaran ... 104

- Perencanaan Pembelajaran ... 120

(5)

PENDAHULUAN

Modul ini merupakan kompetensi dasar dan kompetensi kejuruan didalam memahami sistim agribisnis pertanian secara luas yang akan menjadi landasan bagi aktivitas-aktivitas kegiatan agribisnis serta keterkaitannya dengan modul-modul lain atau kompetensi-kompetensi lain yang lebih mengarah kepada kegiatan untuk mencapai Standar Kompetensi Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG). Modul pembelajaran ini disajikan mengacu pada standar kompetensi pada kompetensi keahlian Guru SMK Pertanian untuk mengarahkan bagaimana melakukan suatu pekerjaan dengan benar. Kebenaran ini diukur dengan pendekatan dua dimensi, yaitu apakah pekerjaan-pekerjaan itu dapat dilaksanakan dengan nyaman. Baik untuk keselamatan diri, alat, dan bahan serta kesesuaian hasil pekerjaan dengan standar. Pokok-pokok materi diklat dan proses pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta untuk mempunyai kompetensi disajikan dalam garis-garis besar program diklat dan cara memahaminya agar peserta dapat belajar dengan benar.

(6)

MENGIKUTI PROSEDUR MENJAGA KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

1. Tujuan Pembelajaran:

a. Dapat menyebutkan dasar–dasar dan prinsip–prinsip kesehatan dan keselamatan kerja. b. Dapat menyebutkan masalah atau bahaya utama yang dapat terjadi pada proses pengolahan. c. Dapat membuat program sanitasi, higien dan keselamatan kerja yang baku untuk industri–

industri yang berbeda.

d. Dapat melakukan tindakan yang sesuai dengan dasar dan prinsip sanitasi, higien dan keselamatan kerja.

2. Uraian Materi

a. Kesehatan Kerja di Perusahaan 1). Pengertian Kesehatan

Kesehatan perusahan adalah spesialisasi dalam ilmu higiene beserta prakteknya yang dengan mengadakan penilaian kepada faktor-faktor penyebab penyakit kwalitatif dan kwantitatif dalam lingkungan kerja dan perusahaan melalui pengukuran yang hasilnya dipergunakan untuk dasar tindakan korektif kepada lingkungan tersebut serta bila perlu pencegahan, agar pekerja dan masyarakat sekitar suatu perusahaan terhindar dari bahaya akibat kerja serta dimungkinkan mengecap derajat kesehatan setinggi-tingginya. Prinsip-prinsip dan dasar-dasar sanitasi dan higiene perlu dipelajari dengan baik sehingga suatu perusahaan pengolahan hasil pertanian akan dapat mengembangkan dan menetapkan metoda ataupun program sanitasi, higiene dan keselamatan kerja yang baik, yang diberlakukan di perusahaan tersebut. Adanya suatu program sanitasi dan higiene yang baku akan dapat digunakan sebagai tolak ukur menilai apakah suatu kondisi saniter telah tercapai dan terpelihara dengan baik atau belum.

Hakekat higiene perusahaan dan kesehatan kerja adalah dua hal :

(1). Sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja yang setinggitingginya, baik buruh, petani, nelayan, pegawai negeri, atau pekerja-pekerja bebas, dengan demikian dimaksudkan untuk kesejahteraan tenaga kerja.

(2). Sebagai alat untuk meningkatkan produksi, yang berlandaskan kepada meningginya effisiensi dan daya produktivitas faktor manusia dalam produksi. Oleh karena hakikat tersebut selalu sesuai dengan maksud dan tujuan pembangunan di dalam suatu negara, maka Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja selalu harus diikutsertakan dalam pembangunan tersebut.

Program sanitasi Higiene perusahaan dan keselamatan kerja baku ini harus mencakup semua aspek produksi. Program ini hendaknya diterapkan mulai dari aspekaspek urusan rumah tangga umum, penanganan dan penyimpanan bahan baku, pengolahan, penggudangan, sampai kepada usaha-usaha pengendalian binatang pengganggu, pembuangan dan penanganan limbah dan fasilitas umum lainnya, sedangkan program higiene terutama mencakup higiene pekerja, meliputi aspek kesehatan umum, kebersihan, dan penampilan umum.

Tujuan utama dari Higien Perusahan dan Kesehatan Kerja adalah menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Tujuan demikian mungkin dicapai, oleh karena terdapatnya korelasi diantara derajat kesehatan yang tinggi dengan produktivitas keja atau perusahaan, yang didasarkan kenyataan-kenyataan sebagai berikut:

(1). Untuk efisiensi kerja yang optimal dan sebaik-baiknya, pekerja harus dilakukan dengan cara dan dalam lingkungan kerja yang memenuhi syarat-syarat kesehatan. Lingkungan dan cara dimaksud meliputi di antaranya tekanan panas, penerangan di tempat kerja, debu di udara ruang kerja, sikap badan, penserasian manusia dan mesin, pengekonomian upaya. Cara dan ligkungan tersebut perlu disesuaikan juga dengan tingkat kesehatan dan keadaan gizi tenaga kerja yang bersangkutan.

(2). Biaya kecelakaan dan penyakit-penyakit akibat kerja, serta penyakit umum yang meningkat jumlahnya karena pengaruh yang memburukkan keadaan oleh bahaya-bahaya yang ditimbulkan oleh pekerjaan adalah sangat mahal dibandingkan dengan biaya untuk pencegahannya. Biaya-biaya kuratif yang mahal meliputi pengobatan, perawatan di rumah sakit, rehabilitasi, absenteisme, kerusakan mesin, peralatan dan bahan karena kecelakaan, terganggunya pekerjaan, dan cacat yang menetap.

(7)

2. Kondisi-kondisi Kesehatan Yang Menyebabkan Rendahnya Produktivitas Kerja

Bedasarkan hasil survey dan pengamatan Lembaga Nasional Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja Departemen Tenaga Kerja tentang kesehatan yang berhubungan dengan produktifitas kerja diperoleh gambaran terlihat adanya kondisi-kondisi kesehatan yang ditinjau dari sudut produktivitas tenaga kerja sangat tidak menguntungkan. Adapun kondisi-kondisi tersebut adalah sebagai berikut:

1). Penyakit Umum

Baik pada sektor pertanian, maupun sektor pertambangan, industri, dan lain-lainnya, penyakit yang paling banyak terdapat adalah penyakit infeksi, penyakit endemik dan penyakit parasit.

2). Penyakit Akibat Kerja

Penyakit seperti pneumoconioses, dermatoses akibat kerja, keracunan bahan kimia, gangguan-gangguan mental psikologi akibat kerja, dan lain-lain benar-benar terdapat pada tenaga kerja.

3). Kondisi Gizi

Keadaan gizi pada buruh-buruh menurut pengamatan yang pernah dijalankan sering tidak menguntungkan ditinjau dari sudut produktivitas kerja. Adapun keadaan gizi kurang baik dikarenakan baik dikarenakan penyakit-penyakit endemis dan parasitis, kurangnya pengertian tentang gizi, kemampuan pengupahan yang rendah, dan beban kerja yang terlalu besar.

4). Lingkungan Kerja

Lingkungan kerja sering kurang membantu untuk produktivitas optimal tenaga kerja. Keadaan suhu, kelembaban, dan gerak udara memberikan suhu efektif diluar kenikmatan kerja.

5). Perencanaan

Perencanaan atau pemikiran tentang penserasian manusia dan mesin serta perbaikan cara kerja sesuai dengan modernisasi yang berprinsip sedikit-dikitnya energi tetapi setinggi-tingginya output kerja pada umumnya belum diketahui. Untuk mengatasi pengaruh buruk, dari kondisi-kondisi kesehatan kepada pembangunan tanah air, khususnya meliputi sektor tenaga kerja produktif, maka perlu dibina keahlian higiene perusahaan dan kesehatan kerja sebagai inti keahlian. Dan perlu dibina keahlian tenaga kesehatan pada tingkat perusahaan dan perlu ditingkatkan pengerahan tenaga-tenaga kesehatan kedalam sektor produksi.

b. Sanitasi Peralatan dan Proses Pengolahan

1). Lokasi pabrik hendaknya tidak terletak pada arah angin dari sumber pencemaran debu, asap, bau dan pencemaran lainnya, jarak antara sumber pencemaran dengan pabrik tidak boleh kurang dari 100 meter.

2). Bangunan pabrik harus terpisah dari pemukiman dan terbuat dari bahan yang kokoh.

3). Pekarangan di sekeliling lokasi pabrik atau unit pengolahan hendaknya selalu dipelihara kebersihannya. Kebersihan yang terjaga dengan baik akan mengurangi potensi bahaya dan masalah yang mengancam kelancaran proses produksi.

4). Lantai, gang, tangga dan jalan keluar / masuk ruang pengolahan harus bersih, bebas sampah, tidak licin dan tidak berminyak, bebas oli, dan tidak ada air yang menggenang.

5). Kondisi lantai secara umum harus bersih, kedap air, tidak licin, rata sehingga mudah dibersihkan dan tidak ada genangan air.

6). Dinding tembok, jendela, langit-langit, kerangka bangunan, perpipaan, lampu dan benda lain yang berada di sekitar ruang pengolahan harus dalam kondisi bersih.

7). Kondisi umum bangunan harus memperhatikan aspek pencahayaan dan ventilasi yang baik. Ventilasi harus tersedia dengan cukup dan berfungsi dengan baik. Pencahayaan atau penerangan hendaknya tersebar secara merata dan cukup di semua ruangan, namun hendaknya diatur sedemikian rupa sehingga tidak menyilaukan.

8). Kamar mandi dan WC, tempat cuci kaki dan tangan juga harus selalu dijaga kebersihannya. Pada fasilitas ini perlu tersedia air yang cukup, tissue/pengering, sabun, dan tempat sampah. WC dan kamar mandi hendaknya terletak jauh dari ruang pengolahan.

c. Penanganan dan Penyimpanan Bahan Baku

1). Alat –alat yang digunakan untuk penanganan dan penyimpanan bahan baku baik alat yang utama atau alat pembantu lainnya harus selalu dalam keadaan baik, utuh dan bersih.

2). Ruang penyimpanan harus selalu bersih, bebas dari binatang pengganggu.

3). Jika bahan baku disimpan dalam kotak-kotak ataupun kemasan lainnya, maka untuk penyimpanannya perlu disusun dengan baik dan teratur, misalnya dengan menggunakan

(8)

rak atau pallet. Pengaturan ini bertujuan untuk mempermudah pada waktu pemeriksaan dan pemeliharaan kebersihan.

4). Tumpahan bahan baku pada lantai hendaknya segera dibersihkan, jangan dibiarkan tercecer karena dapat mengundang binatang atau pun serangga yang tidak diinginkan.

d. Peralatan dan Fasilitas Pengolahan

1). Semua peralatan yang digunakan untuk penanganan dan pengolahan harus selalu diperhatikan kebersihannya, dan juga alat tersebut harus terbuat dari bahan yang tidak mudah rusak.

2). Setelah penggunaan alat selesai atau pekerjaan telah selesai semua peralatan tersebut dibersihkan dan ruangan yang digunakan harus dibersihkan juga dengan bahan saniter. 3). Saniter adalah senyawa kimia yang dapat membantu membunuh bakteri dan mikroba

4). Ketel, wadah pencampuran, tong-tong, drum-drum dan peralatan lain yang mempunyai mulut besar dan terbuka harus dilindungi dari kemungkinan kontaminasi

5). Semua platform harus dikonstruksi dengan baik sehingga tidak menjadi sumber kontaminasi bagi proses atau produk di bagian bawahnya.

6). Air yang digunakan dalam pencucian alat hendaknya air yang bersih yang memenuhi persyaratan sanitasi, sehingga mencegah kontaminasi. Air bersih mempunyai ciri-ciri antara lain tidak berasa, tidak berwarna, dan tidak berbau

e. Fasilitas Penggudangan

1). Ruangan, dinding, bangunan dan pekarangan bangunan harus selalu bersih, bebas sampah dan kotoran.

2). Barang barang yang disimpan dalam gudang harus diatur dan disusun secara baik dan teratur, dengan menyisakan jarak yang cukup, baik jarak antar tumpukan maupun dengan dinding tembok.

3). Barang yang telah rusak atau bahan baku yang telah busuk, hendaknya diambil dan dipisahkan dari barang-barang yang masih baik.

f. Pembuangan limbah

Dengan semakin besarnya skala usaha, maka semakin banyak pula limbah yang dihasilkan. Maka dari itu perlu dilakukan penanganan terhadap limbah yang dihasilkan tersebut, seperti :

1). Saluran pembuangan limbah cair harus dikonstruksi dengan baik sehingga proses pembuangan limbah cair tidak terhambat.

2). Tempat penampungan hendaknya dibuat, jangan langsung dibuang ketempat umum karena akan mengganggu dan mencemari lingkungan umum.

3). Jika produksi sampah/limbah cair ternyata cukup tinggi, atau telah mengakibatkan ganggguan pencemaran adalah indikasi awal bahwa masalah pencemaran itu lingkungan telah terjadi, maka disarankan untuk berkonsultasi dengan badan pengelolaan limbah.

4). Pemanfaatan limbah adalah sebagai tambahan makanan/minuman untuk ternak.

5). Untuk sampah yang kering dan padat perlu disediakan tempat pembuangan sampah padat yang cukup,baik kebersihannya maupun ukurannya sesuai dengan jumlah sampah diproduksi.

3. Keselamatan Kerja

a. Pengertian Keselamatan Kerja

Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolaannya, landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Keselamatan kerja menyangkut segenap proses produksi dan distribusi, baik barang maupun jasa. Salah satu aspek penting sasaran keselamatan kerja, mengingat risiko bahayanya adalah penerapan teknologi, terutama teknologi yang lebih maju dan mutakhir. Keselamatan kerja adalah tugas semua orang yang bekerja. Keselamatan kerja adalah dari, oleh, dan untuk setiap tenaga kerja serta orang lainnya, dan juga masyarakat pada umumnya.

Tujuan keselamatan kerja adalah sebagai berikut :

1). Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional.

2). Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja. 3). Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efisien.

Dalam hubungan kondisi-kondisi dan situasi di Indonesia, keselamatan kerja dinilai seperti berikut :

(9)

1. Keselamatan kerja adalah sarana utama untuk pencegahan kecelakaan, cacat dan kematian sebagai akibat kecelakaan kerja. Keselamatan kerja yang baik adalah pintu gerbang bagi keamanan tenaga kerja.

2. Analisa kecelakaan secara nasional berdasarkan angka-angka yang masuk atas dasar wajib lapor kecelakaan dan data kompensasinya dewasa ini seolah-olah relatif rendah dibandingkan banyaknya jam kerja tenaga kerja.

3. Potensi-potensi bahaya yang mengancam keselamatan pada berbagai sektor kegiatan ekonomi jelas dapat diobservasikan, misalnya sektor industri disertai bahaya-bahaya potensial seperti keracunan-keracunan bahan kimia, kecelakaan-kecelakaan oleh karena mesin, kebakaran, ledakan-ledakan, dan lain-lain.

4. Menurut observasi, angka frekwensi untuk kecelakaan-kecelakaan ringan yang tidak menyebabkan hilangnya hari kerja tetapi hanya jam kerja masih terlalu tinggi.

5. Analisa kecelakaan memperlihatkan bahwa untuk setiap kecelakaan ada faktor penyebabnya. Sebab-sebab tersebut bersumber kepada alat-alat mekanik dan lingkungan serta kepada manusianya sendiri. Sebanyak 85% dari sebab-sebab kecelakaan adalah faktor manusia.

b. Keselamatan Kerja dan Perlindungan Tenaga Kerja

Perlindungan tenaga kerja meliputi aspek-aspek yang cukup luas, yaitu perlindungan keselamatan, kesehatan, pemeliharaan moral kerja serta perlakuan yang sesuai dengan martabat manusia dan moral agama. Jelas bahwa keselamatan kerja adalah satu segi penting dari perlindungan tenaga kerja. Dalam hubungan ini, bahaya yang dapat timbul dari mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, keadaan tempat kerja, lingkungan, cara melakukan pekerjaan, karakteristik fisik dan mental dari pada pekerjaannya, harus sejauh mungkin diberantas dan atau dikendalikan.

c. Keselamatan Kerja dan Peningkatan Produksi dan Produktivitas

Keselamatan kerja erat bersangkutan dengan peningkatan produksi dan produktivitas. Produktivitas adalah perbandingan di antara hasil kerja (out put) dan upaya yang dipergunakan (in put ). Keselamtan kerja dapat membantu peningkatan produksi dan produktivitas atas dasar :

1. Dengan tingkat keselamatan kerja yang tinggi, kecelakaan-kecelakaan yang menjadi sebab sakit, cacat dan kematian dapat dikurangi atau ditekan sekecilkecilnya, sehingga pembiayaan yang tidak perlu dapat dihindari.

2. Tingkat keselamatan yang tinggi sejalan dengan pemeliharaan dan penggunaan peralatan kerja dan mesin yang produktif dan efisien dan bertalian dengan tingkat produksi dan produktivitas yang tinggi.

3. Keselamatan kerja yang dilaksanakan sebaik-baiknya dengan partisipasi pengusaha dan buruh akan membawa iklim keamanan dan ketenagaan kerja, sehingga sangat membantu bagi hubungan buruh dan pengusaha yang merupakan landasan kuat bagi terciptanya kelancaran produksi.

d. Latar Belakang Sosial-Ekonomi dan Kultural

Keselamatan kerja memiliki latar belakang sosial-ekonomi dan kultural yang sangat luas. Tingkat pendidikan, latar belakang kehidupan yang luas, seperti kebiasaan-kebiasaan, kepercayaan-kepercayaan, dan lain-lain erat bersangkutan paut dengan pelaksanaan keselamatan kerja. Demikian juga, keadaan ekonomi ada sangkut pautnya dengan permasalahan keselamatan kerja tersebut. Pembangunan adalah bidang ekonomi dan sosial maka keselamatan kerja lebih tampil kedepan lagi dikarenakan cepatnya penerapan teknologi dengan segala seginya termasuk problematik keselamatan kerja menampilkan banyak permasalahan sedangkan kondisi sosial kultural belum cukup siap untuk menghadapinya. Keselamatan harus ditanamkan sejak anak kecil dan menjadi kebiasaan hidup yang dipraktekkan sehari-hari. Keselamatan kerja merupakan suatu bagian dari keselamatan pada umumnya, masyarakat harus dibina penghayatan keselamatan kearah yang jauh lebih tinggi dan proses pembinaan ini tidak pernah ada habishabisnya sepanjang kehidupan manusia

e. Metoda Pencegahan Kecelakaan

Kecelakaan-kecelakaan akibat kerja dapat dicegah dengan :

1. Peraturan perundangan yaitu ketentuan yang diwajibkan mengenai kondisikondisi kerja pada umumnya, perencanaan, konstruksi, perawatan, pemeliharaan pengawasan, pengujian, dan cara kerja peralatan industri, tugas-tugas pengusaha dan buruh, latihan supervisi medis, P3K, dan pemeriksaan kesehatan.

(10)

2. Standarisasi yaitu penetapan standar-standar resmi setengah resmi atau tak resmi mengenai misalnya konstruksi yang memenuhi syarat-syarat keselamatan jenis-jenis peralatan industri tertentu, praktek-praktek keselamatan dan higiene umum, alat-alat pelindung diri.

3. Pengawasan yaitu pengawasan tentang dipatuhinya ketentuan-ketentuan perundangan-undangan yang diwajibkan.

4. Penelitian bersifat teknik yang meliputi sifat dan ciri bahan yang berbahaya, penyelidikan tentang pagar pengaman, pengujian alat-alat perlindungan diri, penelitian tentang pencegahan peledakan gas dan debu, penelaahan tentang bahan-bahan dan desain paling tepat untuk tambang-tambang pengangkat.

5. Riset medis, yang meliputi terutama penelitian tentang efek-efek fisiologis dan patologis, faktor-faktor lingkungan dan teknologis dan keadaan fisik yang mengakibatkan kecelakaan.

6. Penelitian psikologis yaitu penyelidikan tentang pola-pola kejiwaan yang menyebabkan terjadinya kecelakaan.

7. Penelitian syarat statistik, untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan yang terjadi, banyaknya, mengenai siapa saja, dalam pekerjaan apa, dan apa sebabsebabnya.

8. Pendidikan yang menyangkut pendidikan keselamatan dalam kurikulum teknik, sekolah-sekolah perniagaan atau kursus-kursus pertukangan.

9. Latihan-latihan, yaitu latihan praktek bagi tenaga kerja, khususnya tenaga kerja yang baru dalam keselamatan kerja.

10. Penggairahan yaitu penggunaan aneka cara penyuluhan atau pendekatan lain unuk menimbulkan sikap untuk selamat.

11. Asuransi yaitu insentif finansial untuk meningkatkan pencegahan kecelakaan misalnya dalam bentuk pengurangan premi yang dibayar oleh perusahaan, jika tindakan-tindakan keselamatan sangat baik.

12. Usaha keselamatan pada tingkat perusahaan, yang merupakan ukuran utama efektif tidaknya penerapan keselamatan kerja. Pada perusahaanlah, kecelakaan-kecelakaan terjadi sedangkan pola-pola kecelakaan pada suatu perusahaan tergantung kepada tingkat kesadaran akan keselamatan kerja oleh semua pihak yang bersangkutan.

13. Organisasi K3, dalam era industrialisasi dengan kompleksitas permasalahan dan penerapan prinsip manajemen modern, masalah usaha pencegahan kecelakaan tidak mungkin dilakukan oleh orang perorang atau secara pribadi tapi memerlukan keterlibatan banyak orang, berbagai jenjang dalam organisasi yang memadai.

Organisasi ini dapat berbentuk struktural seperti Safety Departemen (Departemen K3), fungsional seperti Safety Committee (Panitia Pembina K3). Agar organisasi K3 ini berjalan dengan baik maka harus didukung oleh adanya :

1. Seorang pimpinan (Safety Director)

2. Seorang atau lebih teknisi (Safety Engineer) 3. Adanya dukungan manajemen

4. Prosedur yang sistimatis, kreativitas dan pemeliharaan motivasi dan moral pekerja.

Pernyataan di atas sesuai menurut International Labour Office (ILO) tentang langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk menanggulangi kecelakaan kerja.

Rangkuman

A. Kesehatan Kerja di Perusahaan

1. Higiene Perusahaan adalah spesialisasi dalam Ilmu Higiene beserta prakteknya dengan mengadakan penilaian kepada faktor-faktor penyebab penyakit kwalitatif dan kwantitatif dalam lingkungan kerja dan perusahaan melalui pengukuran yang hasilnya dipergunakan untuk dasar tindakan korektif kepada lingkungan tersebut serta bila perlu pencegahan, agar pekerja dan masyarakat sekitar suatu perusahaan terhindar dari bahaya akibat kerja serta dimungkinkan mengecap derajat kesehatan setinggi-tingginya.

2. Kesehatan Kerja adalah spesialisasi dalam ilmu kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan, agar pekerja / masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik maupun sosial.

3. Kebersihan adalah modal utama dalam suatu kegiatan pengolahan yang bertujuan untuk menghasilkan suatu produk yang bermutu tinggi dan higienitas.

(11)

B. Keselamatan Kerja

1. Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan lingkungan serta cara cara melakukan pekerjaan.

2. Keselamatan kerja bersasaran di segala tempat kerja, baik di darat, di dalam tanah, di permukaan air di dalam air, maupun di udara.

3. Salah satu aspek penting sasaran keselamatan kerja mengingat resiko bahayanya adalah penerapan teknologi terutama teknologi yang lebih maju dan modern.

4. Keselamatan kerja adalah tugas semua orang yang bekerja, keselamatan kerja adalah dari, oleh dan untuk setiap tenaga kerja serta orang lainnya dan juga masyarakat pada umumnya. Keselamatan kerja erat bersangkutan dengan peningkatan produksi dan produktivitas.

5. Keselamatan kerja harus ditanamkan sejak anak kecil dan menjadi kebiasaan hidup yang dipraktekkan sehari-hari.

C. Tes Formatif

1. Sebutkan bagian program yang tidak terpisahkan dari program pembinaan mutu secara keseluruhan

2. Sebutkan tujuan utama dari Higiene Perusahaan

3. Sebutkan penyakit umum baik pada sektor pertanian, maupun sektor pertambangan, industri yang paling banyak terdapat pada karyawan

4. Sebutkan sasaran sanitasi higiene perusahaan 5. Sebutkan sanitasi peralatan dan proses pengolahan 6. Sebutkan sasaran keselamatan kerja

7. Sebutkan siapakan yang berperan dalam mengaplikasikan keselamatan kerja 8. Sebutkan 3 tujuan utama keselamatan kerja

9. Keselamatan kerja erat bersangkutan dengan peningkatan produksi dan produktivitas apakah yang dimaksud produktivitas itu.

10. Sebutkan waktu kapan sebaiknya diterapkan keselamatan kerja

(12)

PEMBIAKAN TANAMAN SECARA GENERATIF

1. Menyiapkan dan Merawat Alat a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran

Setelah mempelajari modul ini, peserta diklat diharapkan dapat menyiapkan peralatan pembiakan tanaman secara generatif

b. Uraian Materi

Alat merupakan perangkat kerja yang dapat membantu memudahkan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Oleh karena itu sebelum memulai melakukan pembiakan tanaman secara generatif, kenali dulu alat-alat yang akan digunakan, agar pemahaman penguasaan terhadap jenis alat dapat dijiwai secara mantap dan mendalam sehingga dalam melakukan kegiatan dan pembiakan tanaman secara generatif dapat memberi suatu keselamatan kerja.

Adapun manfaat pengenalan alat ini adalah : 1. Mengetahui jenis, macam alat, dan fungsinya 2. Mengetahui cara penggunaan dan perawatan alat 3. Mempermudah dalam bekerja

4. Mempercepat menyelesaikan pekerjaan 5. Mencapai hasil kerja yang tinggi

6. Dapat memperbaiki kerusakan ringan pada alat yang bersangkutan.

Dalam melakukan kegiatan pembiakan tanaman secara generatif tidak terlepas dari kebutuhan akan alat kerja dalam kondisi yang siap pakai. Agar dapat mencapai suatu pekerjaan yang efektif dengan hasil kerja yang tinggi dapat dilakukan dengan cara pendataan alat sebelum bekerja. Pendataan alat ini bermaksud untuk menjaring suatu kebutuhan alat yang akan digunakan secara pasti di dalam kegiatan pembiakan tanaman secara genaratif. Pendataan alat ini dapat dibantu dengan menggunakan format yang berisi tentang kebutuhan alat-alat yang akan digunakan dalam kegiatan perbanyakan tanaman secara generatif mulai dari jenis, spesifikasi; jumlah dan kondisi kelayakan siap pakai. Salah satu contoh format yang dapat digunakan sebagai berikut :

Contoh : Format Kebutuhan Alat

No Jenis Kegiatan Jenis Alat Spesifikasi Jumlah Kondisi

Untuk meyakinkan bahwa ketersediaan alat-alat yang digunakan dalam pembiakan tanaman secara generatif sudah siap pakai, maka perlu melakukan pengecekan terhadap alat-alat tersebut. Pengecekan alat ini harus disesuaikan dengan pengisian format. Jika jumlah, jenis dan kondisi peralatan sudah siap pakai maka alat-alat tersebut dikumpulkan di tempat yang sudah ditentukan. Beberapa alat yang dapat digunakan dalam pembiakan tanaman secara generatif, antara lain :

1. Cangkul

a. Bagian-bagian cangkul

Cangkul terdiri dari bagian tangkai dan bagian mata cangkul. Tangkai cangkul terbuat dari kayu. Fungsi tangkai cangkul ini untuk memegang dan mengayunkan mata cangkul sewaktu digunakan dalam bekerja. Mata cangkul terbuat dari bahan besi. Fungsi mata cangkul ini untuk membalik tanah, menghaluskan tanah dan mencampur pupuk kandang pada saat pembuatan bedengan. Ukuran dan bentuk cangkul bervariasi hal ini tergantung pada kondisi dan jenis tanah setempat.

Tangkai

Mata Cangkul

(13)

b. Fungsi

Fungsi cangkul ini digunakan untuk : 1. Membongkar sisa-sisa tanaman 2. Menggemburkan tanah

3. Mencampur media 4. Membuat bedengan 5. Membuat saluran air 6. Membuat lubang semai

c. Perawatan

Untuk menjaga agar cangkul tetap dalam kodisi bersih dan cangkul siap pakai, maka perlu dirawat antara lain :

1. Perawatan selama pemakaian

Sebelum cangkul digunakan, tanah yang akan dicangkul dikondisikan agak lembab tetapi tidak becek. Jika kering tanahnya sebaiknya disiram terlebih dahulu, agar tanah mudah dicangkul sehingga tidak merusak mata cangkul. Selama proses pencangkulan tanah, apabila ada tanah yang melekat pada mata cangkul, maka harus dibersihkan supaya tidak menghambat/mengganggu jalannya pencangkulan tanah. Apabila dalam proses pencangkulan tangkai cangkul kendor/tidak kokoh dengan mata cangkul maka perlu segera diperbaiki dahulu hingga menjadi kokoh.

2. Perawatan setelah pemakaian

Setelah selesai digunakan cangkul dibersihkan dari kotoran yang melekat, kalau perlu dicuci dengan menggunakan sikat cuci, kemudian dikeringanginkan untuk menghindari terjadinya pengkaratan pada mata cangkul.

Kemudian cangkul yang sudah bersih dan kering disimpan pada tempat penyimpan yang keadaannya bersih dan kering, agar cangkul tetap dalam keadaan baik dan apabila digunakan lagi mudah mencarinya. Apabila cangkul disimpan dalam waktu lama, maka pada mata cangkul perlu dolesi dengan minyak atau oli bekas, guna

mencegah terjadinya pengkaratan pada mata cangkul.

2. Garpu tanah

Garpu tanah yang umum digunakan terdiri dari tangkai garpu dan mata garpu Tangkai garpu ini terbuat dari kayu. Tangkai garpu berfungsi sebagai pegangan pada saat menancapkan mata garpu. Mata garpu bentuknya seperti garpu bergerigi 2 – 4, dan terbuat dari besi/baja. Ukuran dan bentuk garpu bervariasi, ada yang bertangkai panjang ada juga yang pendek tergantung pada kondisi dan jenis tanah setempat.

Fungsi garpu tanah adalah untuk membongkar tanah yang keras, sisa perakaran tanaman atau bebatuan yang agak besar. Untuk menjaga garpu tanah tetap dalam kondisi baik dan siap pakai maka perlu dirawat antara lain:

a. Perawatan selama pemakaian

Sebelum menggunakan garpu, tanah yang akan digarpu harus dikondisikan lembab tapi tidak becek, jika keadaan tanah kering sebaiknya disiram terlebih dahulu, agar pada waktu membongkar sisa-sisa tanaman maupun gulma dan bebatuan mudah untuk menancapkan mata garpu, sehingga mata garpu yang digunakan tidak patah.

b. Perawatan setelah pemakaian

Setelah selesai menggunakan garpu tanah, sebelum disimpan hendaknya dibersihkan terlebih dahulu dari kotoran yang melekat pada mata garpu agar tidak menjadi karat yang akan merusak mata garpu. Setelah bersih garpu tanah dijemur di bawah terik matahari sampai kering, kemudian disimpan pada tempat penyimpanan.

Tangkai

Mata Garpu

(14)

3. Sekop atau sendok tanah

Sekop yang digunakan pada umumnya terdiri dari : Tangkai sekop ini terbuat dari kayu. Fungsi tangkai sekop adalah untuk mengayunkan mata sekop saat digunakan dalam bekerja. Mata sekop terbuat dari besi/baja yang berfungsi untuk mencampur, memindahkan tanah, pupuk kandang, dan lain-lain. Ukuran dan bentuk sekop ini bervariasi, ada yang kecil dan ada yang besar, penggunaannya tergantung pada keperluannya.

Untuk menjaga sekop agar tetap dalam kondisi baik dan siap pakai maka perlu dirawat antara lain :

a. Perawatan selama pemakaian

Hindari mata sekop membentur batu yang dapat mengakibatkan mata sekop retak, patah dan bengkok. Waktu mengangkut media diusahakan pengambilannya dari bagian atas ke bawah sehingga tangkai sekop tidak patah dan punggung tidak sakit.

b. Perawatan setelah pemakaian

Setelah selesai sekop digunakan, secepatnya mata sekop dibersihkan dari kotoran yang melekat agar bila digunakan lagi untuk mencampur media tumbuh, tanah tidak lengket pada mata sekop, disamping itu dalam jangka waktu tertentu menghindari terjadinya karat pada mata sekop. Setelah diber sihkan sekop sebaiknya dikeringkan, dengan cara dijemur dibawah sinar matahari. Untuk sekop yang sudah bersih dan kering, selanjutnya disimpan pada tempat penyimpanan bersih dan kering.

4. Golok

Golok yang umum digunakan terdiri dari tangkai golok dan mata golok. Tangkai golok terbuat dari kayu. Fungsinya untuk pegangan sewaktu mengayunkan mata golok dalam bekerja. Mata golok terbuat dari besi/baja. Fungsinya untuk memotong. Ukuran golok dan bentuk nya bervariasi ada yang panjang 40 cm dan ada yang pendek 30 cm, hal ini

tergantung dari kebutuhannya. Fungsinya untuk memotong ranting atau batang tanaman yang mengahalangi pertumbuhan bibit di tempat pembibitan, memotong dan membelah bambu.

5. Gergaji kayu

Gergaji kayu yang umum digunakan terdiri dari tangkai gergaji dan mata gergaji. Tangkai gergaji ini terbuat dari kayu. Fungsinya untuk pegangan dan mengayunkan mata gergaji waktu digunakan dalam bekerja. Mata gergaji terbuat dari besi/baja, dan bentuknya bergerigi. Fungsinya untuk memotong bambu/kayu. Ukuran dari gergaji kayu bervariasi, ada yang panjang dan ada pula yang pendek tergantung dari keperluan.

6. Sprayer

Sprayer merupakan alat semprot yang digunakan untuk mengendalikan hama dan penyakit atau untuk menyiram bibit jenisnya sprayer dibagi menjadi :

Tangkai

Mata Sekop

Tangkai Mata Golok

(15)

Sprayer tangki

1. Tangki sebagai tempat larutan/air yang terbuat dari stainless/palstik.

2. Pipa berfungsi untuk mengalirkan larutan/air. 3. Nozzle berfungsi untuk mengatur besar kecilnya

semprotan dari larutan/air.

4. Tuas berfungsi untuk mengisi udara dengan cara memompa sampai batas yang ditentukan. 5. Tali punggung berfungsi untuk menggendong sprayer.

Hand sprayer

1. Tangki digunakan untuk menyimpan larutan/air yang akan disemprotkan.

2. Tuas digunakan untuk menekan pompa agar larutan/air dapat keluar.

3. Nozzle berfungsi untuk mengatur besar kecilnya semprotan dari larutan/air.

Hand sprayer terbuat dari bahan plastik yang memiliki ukuran bermacam-macam mulai dari volume 500 cc, 1000 cc dan 2000 cc.

7. Gembor

Gembor merupakan alat penyiraman yang digunakan untuk menyiram tanaman. Gembor terbuat dari bahan plastik atau seng. Alat ini memiliki bagian-bagian yang terdiri dari :

1. Tangki berfungsi untuk menampung air yang dibutuhkan untuk penyiraman.

2. Pegangan berfungsi untuk mengangkat gembor. 3. Lubang-lubang penyiraman memiliki ukurannya

lubang yang halus dan kasar. Fungsinya untuk mengalirkan air sesuai dengan keperluan jenis tanaman. Ukuran gembor bervariasi, ada yang isi 5 l, 10 l dan 15 liter

8. Berbagai macam peralatan lain seperti roll meter, gunting, tang, beaker glass, termometer, timbangan, potongan kuku dan sebagainya

c. Rangkuman

1. Dalam melakukan kegiatan pembibitan tanaman secara generatif, peralatan merupakan perangkat kerja yang sangat penting yang perlu diketahui terlebih dahulu sebelum melangkah lebih jauh dalam melakukan pekerjaan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengenali peralatan antara lain : nama, karakteristik, spesifikasi dan fungsi dari alat tersebut.

2. Untuk mempermudah dan memperlancar jalannya kegiatan dalam pembiakan tanaman secara generatif maka sebelum melaksanakan kegiatan peralatan perlu disiapkan terlebih dahulu berdasarkan pendataan kebutuhannya, mengecek kesesuaian peralatan yang dibutuhkan dan meletakkan di tempat yang ditentukan.

3. Guna menjamin peralatan yang digunakan tetap bisa dipakai dan terjaga pemanfaatannya, maka perawatan peralatan perlu dilakukan pembersihan alat dari segala kotoran, dikeringanginkan/dilap dan disimpan di tempat yang telah ditentukan. Apabila menemui peralatan yang mengalami kerusakan ringan sebelum disimpan perlu diperbaiki terlebih dahulu. Namun jika rusaknya berat perlu dilaporkan kepada guru pembimbing praktik.

1 4 5 2 3 1 2 3 1 3 2

(16)

d. Tugas

1. Carilah informasi tentang persiapan dan perawatan alat dalam proses pembiakan tanaman secara generatif, kemudian buatlah resume!

2. Lakukan observasi pada petani tentang jenis, ukuran dan jumlah alat yang digunakan dalam pembiakan tanaman secara generatif.

Nama : Ukuran/spesifikasi : Fungsi : Jumlah : Komponen : Cara menggunakan : Cara perawatannya :

Gambar masing-masing alat : Catat dan simpulkan hasil kegiatan

3. Diskusikan hasil resume dan hasil observasi Anda dengan teman Anda dan guru pembimbing Anda. Buatlah kesimpulan dari hasil diskusi!

4. Kesimpulan dan hasil diskusi yang telah disepakati guru pembimbing selanjutnya difail dalam odner port folio hasil belajar Anda!

e. Lembar Latihan

1. Sebutkan macam-macam alat yang digunakan dalam kegiatan pembiakan tanaman secara generatif!

2. Jelaskan fungsi masing-masing alat yang digunakan dalam pembiakan tanaman secara generatif!

3. Jelaskan bagaimana cara menyiapkan alat yang akan digunakan dalam pembiakan tanaman secara generatif!

4. Bagaimana cara melakukan perawatan-perawatan pada alat yang digunakan dalam pembiakan tanaman secara generatif?

5. Mengapa penyimpanan alat harus dilakukan di tempat yang bersih dan kering?

(17)

MENYIAPKAN TEMPAT PEMBIBITAN

a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran

Setelah mempelajari modul ini. Peserta diklat mampu menyiapkan tempat pembibitan yang meliputi:

1. Pembersihan lahan

2. Pembuatan bedengan dan naungan 3. Penyiapan media tumbuh dalam polybag

Garis-garis besar program diklat adalah merupakan pokok-pokok materi diklah dan proses pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta diklat untuk menguasai kompetensi Pembiakan Tanaman Secara Vegetatif.

b. Uraian Materi

Tempat pembibitan merupakan suatu tempat yang digunakan untuk melakukan penyemaian benih/kecambah dan penyapihan bibit yang bersifat sementara sampai menjadi bibit siap tanam di lapangan. Untuk membuat tempat pembibitan agar sesuai dengan karakter pertumbuhan benih yang disemai dan bibit yang disapih maka tempat pembibitan harus disiapkan sesuai dengan syarat yang dibutuhkan yaitu:

1. Lahan bersih dari gulma, sisa tanaman dan kotoran

2. Suhu, kelembaban dan intensitas cahaya dapat diatur sesuai dengan kebutuhan 3. Sirkulasi udara lancar

4. Terlindung dari angin kencang, sengatan matahari, dan hujan 5. Media tumbuh harus gembur dan subur

6. Tidak tergenang air

Untuk menyiapkan tempat pembibitan sesuai dengan persyaratan tersebut diatas, maka perlu dilakukan kegiatan sebagai berikut :

1. Pembersihan lahan

Lahan sebagai tempat kegiatan dari pembibitan tanaman harus benar-benar bersih dari sampah dan tanaman pengganggu. Oleh karena itu pembersihan lahan sangatlah penting agar lahan tersebut terbebas dari sisa-sisa tanaman sebelumnya atau rerumputan, semak-semak yang tumbuh, batu-batuan maupun sisa-sisa perakaran dari tanaman sebelumnya yang dapat mengganggu pertumbuhan akar nantinya. Selain itu dimaksudkan untuk membebaskan tempat pembibitan dari sarang patogen yang akan menjadi sumber kontaminasi. Selama ini banyak cara dalam melakukan pembersihan lahan seperti pembabatan, penggunaan pestisida dan dengan pembakaran. Pembersihan lahan yang terbaik adalah dengan membabat sisa-sisa tanaman atau rerumputan, lalu mengumpulkannya pada tempat tertentu untuk selanjutnya dijadikan pupuk kompos.

Pembersihan lahan dengan cara pem babatan dapat dilakukan dengan menggunakan alat-alat secara manual seperti sabit, parang, garpu atau menggunakan alat mekanik traktor. Untuk lahan sempit pembersihan lahan secara manual sangat dianjurkan, sedangkan lahan yang luas dapat dilakukan menggunakan traktor. Hal -hal yang perlu diperhatikan dalam pembabatan adalah:

a. Apabila yang ditanam sebelumnya merupakan jenis tanaman yang saat penanaman meninggalkan bagian tanaman yang masih utuh dan sulit membusuk misal cabe, jagung dan lain-lain, maka cara membersihkannya dengan mencabut dengan tangan.

b. Apabila yang ditanam sebelumnya merupakan tanaman yang meninggalkan bonggol, maka cara membersihkannya dengan membongkar bonggol tersebut

c. Selain jenis tanaman diatas, apabila jenis tanam yang saat dipanen meninggalkan bagian-bagian tanaman yang mudah mengering dan membusuk misal, padi, kacang hijau dan lainlain, cara membersihkannya dengan mencabut menggunakan sabit.

Sisa-sisa tanaman dari pembersihan lahan tersebut dikumpulkan jadi satu untuk pembuat kompos. Sedangkan untuk batu-batuan atau kerikil perlu disingkirkan ke tempat yang agak jauh dari tempat pembibitan.

Pembersihan lahan dapat juga dilakukan dengan membabat sisasisa tanaman atau rerumputan yang tumbuh lalu dikumpulkan pada tempat tertentu k emudian dibakar. Namun pembakaran ini akan mengakibatkan turunnya kandungan bahan organik tanah yang

(18)

merupakan sumber unsur hara bagi tanaman dan matinya mikro organisme tanah. Selain itu asap yang ditimbulkan oleh pembakaran akan berakibat buruk pada lingkungan.

Pembersihan lahan dapat juga dilakukan dengan menggunakan herbisida yang disemprotkan pada lahan dengan konsentrasi sesuai anjuran. Namun penggunaan herbisida sebaiknya dilakukan sebagai alternatif terakhir karena penggunaan herbisida dapat berpengaruh pada pencemaran lingkungan, baik pada tanah maupun air yang disebabkan oleh terbawanya aliran permukaan akibat air hujan.

2. Jenis dan ukuran tempat pembibitan

Untuk mendukung tumbuhnya benih yang disemai dan bibit yang disapih di tempat pembibitan, maka dibutuhkan suatu tempat yang sesuai dengan keperluannya. Umumnya tempat pembibitan yang banyak digunakan antara lain :

Raised Bed

Adalah tempat pembibitan yang berbentuk bedengan atau guludan pada lahan datar tanpa menggunakan atap/naungan diatasnya.

Sunked Bed

Adalah tempat pembibitan yang berbentuk bedengan yang terletak di bawah permukaan tanah dengan kedalaman tertentu dan pada bagian-bagian atasnya diberi atap/naungan yang dapat dibuka tutup. Tempat pemibibitan ini biasanya digunakan untuk daerah yang kelembabannya rendah dan tiupan anginnya cukup kencang sehingga dapat merusak kecambah yang baru tumbuh. Umumnya tempat pembibitan yang banyak digunakan antara lain :

Shade House

Adalah tempat pembibitan yang berbentuk bedengan/guludan pada lahan datar dengan dilengkapi naungan yang dapat dibuka dan ditutup.

Green House

Adalah tempat pembibitan yang berbentuk rumah kaca yang dapat dikendalikan temperaturnya dan kelembaban udara di dalamnya sesuai dengan kebutuhan. Pada dasarnya tempat pembibitan dibuat dengan cara yang sama, terdiri dari bedengan dengan naungan atau tanpa naungan. Hanya bedanya dalam perlakuannya tergantung pada tujuan dan kebutuhan.

Bedengan

Bedengan merupakan luasan lahan tertentu yang dibuat untuk menghindari terjadinya genangan air pada tempat pembibitan yang dapat mengakibatkan jeleknya aerasi. Bedengan dibuat memanjang dengan arah utara selatan dengan maksud agar bedengan tersebut dapat memperluas cahaya matahari yang cukup dan merata. Pada tanah miring bedengan dibuat dengan arah mengikuti garis kontur.

Ukuran yang digunakan untuk membuat bedengan ini adalah: a. Lebar bedengan 100 – 150 cm

Lebar bedengan ini dapat lebih atau bahkan kurang dari ukuran itu. Hal ini tergantung dari tujuan kebutuhan pembibitan.

b. Panjang bedengan 5 – 10 m

Panjang bedengan ini biasanya disesuaikan dengan kebutuhan, bisa lebih dari 5 m atau kurang dari ukuran 10 m. Jika kebutuhannya lebih dari 10 m, sebaiknya dibuat bedengan baru dengan ukuran yang sesuai kebutuhannya dengan jarak antar bedengan 0,5 m atau lebih.

c. Tinggi bedengan 20 cm

Tinggi bedengan ini bisa kurang 20 cm atau lebih dari 20 cm. Sesungguhnya tinggi bedengan ini, susah dipastikan. Bedengan yang ditinggikan dimaksudkan untuk menghindari terjadinya genangan air pada lahan bedengan yang dapat mengganggu pertumbuhan akar tanaman muda.

Umumnya macam bedengan yang direkomendasikan untuk digunakan sebagai tempat tumbuhnya benih terdiri dari :

1. Bedengan yang digunakan sebagai tempat untuk menumbuhkan benih secara langsung Bedengan ini biasanya dibuat untuk menyemai benih yang jenis tumbuhnya agak lama dan mudah dipindahkan kecambahnya/bibitnya misal : ceisin, tomat dan lain-lain. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada pembuatan bedengan ini antar a lain:

a. Tanah dikondisikan gembur dan subur

b. pH tanah dikondisikan netral atau sesuai dengan kebutuhan tanaman.

(19)

Kondisi fisik tanah yang gembur dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan lingkungan yang optimal bagi pertumbuhan dan perkembangan akar, terutama kebutuhan aerasi yang cukup. Sedangkan kesuburan tanah dibutuhkan bagi benih setelah berkecambah agar dapat tumbuh dan berkembang menjadi bibit.

Untuk mengkondisikan tanah menjadi gembur dan subur dapat dilakukan dengan cara mencampur pupuk organik (pupuk kandang, kompos), pasir dan tanah dalam jumlah tertentu sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan jenis benih yang disemai.

2. Bedengan sebagai tempat tumbuhnya benih yang disemai di polibag, pot dan bak perkecambahan.

Pada bedengan ini, tanah bedengan tidak perlu dibuat menjadi gembur dan subur bedengan cukup ditinggikan dari permukaan tanah (misal 20 cm) dan permukaannya dibuat rata.

Bedengan perkecambahan

a. Lebar 1 – 1,5 m

b. Panjang tergantung kebutuhan c. Tinggi 20 cm

d. Jarak antar bedengan 50 cm

Benih yang disemai pada bedengan, pada awal pertumbuhannya memerlukan kondisi lingkungan terutama suhu dan kelembaban yang optimal untuk memenuhi tumbuhnya. Untuk memenuhi kondisi tersebut pada bedengan diberi naungan.

Naungan yang dimaksud sebagai suatu atap peneduh bagi benih/kecambah yang disemai, kecambah ataupun bibit yang masih muda yang belum mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungan di lapangan. Naungan sebagai atap peneduh dapat berfungsi antara lain : 1. Untuk melindungi tanaman muda terhadap sengatan terik matahari dan jatuhnya air

hujan deras.

2. Untuk menyediakan intensitas sinar matahari yang sesuai dengan kebutuhan tanaman muda.

3. Mencegah terjadinya penguapan yang terlalu besar pada tanaman muda.

Dilihat dari bentuknya, naungan terdiri dari :

Bentuk atap datar atau horizontal 20 cm

(20)

Bentuk miring

Bentuk Sungkup

Naungan sebagai pelindung tanaman muda dapat dibuat berbagai bahan seperti: plastik transparan, paranet, daun kelapa, alangalang dan lain-lain.

c. Rangkuman

Tempat pembibitan merupakan suatu tempat yang digunakan untuk menyemai benih, kecambah, menyapih bibit yang bersifat sementara sampai menjadi siap tanam. Dalam menyiapkan tempat pembibitan ada beberapa kegiatan yang harus dilakukan :

1. Pembersihan lahan

Pembersihan lahan merupakan kegiatan untuk membebaskan lahan dari sisa-sisa tanaman sebelumnya, rerumputan, semak yang tumbuh, batu-batuan maupun sisa-sisa perakaran dari tanaman sebelumnya.

2. Pembuatan bedengan dan naungan

Bedengan pembibitan adalah sebidang tanah dengan luasan dan ukuran tertentu yang dibuat dengan arah memanjang utara – selatan yang digunakan sebagai tempat untuk menumbuhkan benih, kecambah, disemai baik secara langsung maupun tidak langsung

Umumnya : ukuran bedengan a. Lebar : 100 – 150 cm b. Panjang : 5 – 10 m c. Tinggi : 20 – 50 cm

d. Jarak antar bedengan : 0,5 m

Ukuran bedengan disesuaikan dengan kebutuhan bisa kurang/lebih. Naungan adalah suatu atap peneduh bagi benih, kecambah yang ditemui dan tanaman muda yang belum mampu beradaptasi dengan lingkungan di lapangan. Naungan dibuat dengan ukuran antara panjang dan lebar disesuaikan dengan ukuran bedengan.

Umumnya naungan menghadap ke arah timur – barat dengan tinggi naungan disesuaikan dengan tinggi tanaman tertinggi ditambah dengan lebar untuk pengaliran sirkulasi udara, suhu dan kelembaban. Naungan dibuat dengan memasang kerangka terbuat dari bambu, kayu, besi, dan lain-lain yang berbentuk tiang yang ditancapkan pada bagian sudut-sudut bedengan dengan bagian pinggir lainnya. Kemudian atap dipasang dengan plastik transparan, paranet, daun kelapa, alang-alang dan lain-lain.

3. Penyiapan media dalam polibag

Umumnya wadah yang banyak digunakan dalam pembibitan adalah pot, kantong plastik, polibag, bak perkecambahan daun pisang atau Melakukan Pembiakan Tanaman Secara

(21)

Generatif 50 daun kelapa. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan tempat media (wadah) antara lain :

a. Bahan wadah cukup kuat dan ringan

b. Ukuran wadah harus sesuai dengan jenis tanaman c. Cukup untuk menampung perakaran tanaman d. Mempunyai lubang pembuangan air

Wadah yang umum digunakan dalam skala produksi adalah polibag. Media yang digunakan dalam pembibitan merupakan campuran antara tanah, pasir, pupuk kandang atau media lainnya. Perbandingan campuran media harus memperhatikan

kebutuhannya.

Media tumbuh yang tercampur rata diisikan ke dalam polibag secara bertahap sedikit demi sedikit sambil dipadatkan secara hati—hati sampai batas ? 90 % polibag terisi. Polibag yang sudah terisi media disimpan dalam tempat pembibitan dan ditata dengan posisi berdiri tegak rapi sesuai dengan tempat yang sudah ditentukan.

d. Tugas

1. Carilah informasi melalui studi pustaka tentang penyiapan tempat pembibitan dari berbagai macam komoditi tanaman yang berbeda (sayuran, hias, buah, perkebunan dan pangan). Bandingkan antara komoditi-komoditi yang satu dengan yang lainnya. Buatlah kesimpulan dari hasil studi pustaka.

2. Lakukan observasi ke petani tentang penyiapan tempat pembibitan. Catatlah informasi tentang: a. Cara menyiapkan media dalam wadah

b. Nama komoditas

c. Jenis tempat pembibitan d. Ukuran

e. Alat dan bahan yang digunakan f. Cara membuatnya

g. Gambar tempat pembibitan

Buatlat laporan dari hasil observasi tersebut.

3. Diskusikan hasil studi pustaka dan observasi lapangan dengan guru dan teman-teman sekelas. Buatlah kesimpulan dari hasil diskusi!

4. Hasil studi pustaka, hasil observasi dan hasil diskusi yang telah disetujui oleh guru pembimbing diadministrasikan sebagai portofolio!

e. Tes Formatif

1. Jelaskan macam-macam tempat pembibitan! 2. Apa tujuan dari pembersihan lahan?

3. Bagaimana cara membersihkan lahan dari sisa tanaman sebelumnya yang berupa bagian-bagian tanaman yang sulit membusuk, tanaman yang meninggalkan bonggol dan tanaman yang mudah membusuk?

4. Apa yang dimaksud dengan bedengan pembibitan? 5. Jelaskan ukuran dari bedengan pembibitan!

6. Mengapa dalam menumbuhkan tanaman muda perlu diberi naungan? 7. Jelaskan syarat pemilihan wadah!

8. Mengapa dalam menyiapkan media tumbuh dianjurkan mencampur beberapa jenis media?

(22)

PEMBIAKAN TANAMAN SECARA VEGETATIF

Menyetek Tanaman

a. Tujuan Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran modul teknik dasar penyetekan dalam pembiakan tanaman dan teknik dasar mencangkok adalah mampu melakukan pembiakan tanaman secara vegetatif khususnya menyetek dan mencangkok sesuai metode dan langkah kerja yang baik dan benar. Disamping hal tersebut di atas para peserta diklat mampu :

1. Menyiapkan dan merawat alat pembiakan tanaman secara vegetatif (pisau okulasi, gunting setek, gergaji, kikir dan asahan)

2. Menyiapkan tempat pembibitan

3. Melakukan penyetekan dan pencangkokan

4. Meningkatkan kemandirian, hubungan sosial, menyimpulkan dan mengevaluasi

Garis-garis besar program diklat adalah merupakan pokok-pokok materi diklah dan proses pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta diklat untuk menguasai kompetensi Pembiakan Tanaman Secara Vegetatif.

b. Uraian Materi

Bermacam-macam cara pada pembiatakn tanaman secara vegetatif diantaranya adalah memperbanyak tanaman dengan cara menyetek. Perbanyakan tanaman seperti ini juga diperoleh tanaman baru yang mempunyai sifat seperti induknya. Antara lain ketahanan terhadap serangan penyakit, rasa buah, warna dan keindahan bunga dan sebagainya. Stek adalah suatu perlakuan pemisahan, pemotongan beberapa bagian dari tanaman (akar, batang, daun, dan tunas) dengan tujuan agar bagian-bagian itu membentuk akar. Alat yang dipergunakan untuk menyetek tanaman adalah pisau okulasi (pisau yang tajam) dan gunting stek.

1) Ketajaman Alat Akan Mempengaruhi Terhadap Keberhasilan Menyetek.

Pengaruh alat yang tidak tajam akan mengakibatkan hasil potongan yang kasar sehingga sangat sulit untuk membentuk halus. Sedangkan dengan menggunakan pisau yang tajam akan menghasilkan permukaan potongan yang halus.

Potongan Yang Kasar Potongan Halus

2) Teknik Mengasah/Menajamkan Alat

Untuk mendapatkan peralatan yang tajam, maka dilakukan pengasahan pada alat-alat yang dipergunakan untuk memotong yaitu pisau okulasi pisau (biasa), gunting stek. Teknik mengasah ini dapat dilakukan dengan cara menggosokkan pisau atau gunting stek pada batu asahan yang halus dengan menggungakan prosedur yang benar. Batu asahan ini ada yang khusus untuk mengasah jenis-jenis peralatan yang menggunakan bahan stainless.

3) Persyaratan Bahan Setek

Perbanyakan tanaman dengan cara vegetatif mempunyai persyaratan yang dapat menentukan keberhasilan didalam pembiakan tanaman secara vegetatif. Persyaratan bahan setek dari macam-macam jenis penyetekan hamkpir sama (setek cabang/pucuk, setek daun, setek akar), persyaratan tersebut antara lain :

a) Batang/cabang tidak terlalu tua ataupun muda minimal berumur 1 tahun terkecuali stek pucuk (masih dalam masa tumbuh).

b) Bebas dari serangan hama dan penyakit.

c) Warna cabang/pucuk, daun kelihatan segar dan berwarna hijau. Untuk akar diambil akar yang masih muda.

(23)

Untuk membedakan bahan stek yang baik dan yang jelekk harus memperhatikan bahan yang akan diperbanyak apakah bahan stek tersebut kena serangan hama atau penyakit, bahan stek kurang subur atau sedang dan bahan tersebut sudah terlalu tua atau bahan stek belum pernah berbuah/berbunga, kalau sudah dapat mengetahui ciri-ciri tersebut tidaklah sulit untuk membedakan bahan stek yang baik dan yang jelek. Bahan stek yang baik akar menentukan keberhasilan atau bahan stek tersebut mudah tumbuh.

4) Tujuan Penyetekan

Tujuan penyetekan ini adalah untuk mendapatkan tanaman baru yang mempunyai sifat seperti induknya yang mempunyai ketahanan terhadap serangan hama dan penyakit, rasa buah, warna dan keindahan bunga dan sebagainya.

5) Macam Teknik Penyetekan

Pada perbanyakan tanaman secara vegetatif, teknik penyetekan (memotong) ada beberapa cara yang sering dilakukan antara lain :

a) Stek datar b) Stek miring c) Stek lurus

d) Stek bertumit atau bermartil

Alat yang digunakan dalam penyetekan ini adalah pisau okulasi (pisau) dan gunting stek.

6) Keuntungan Dan Kerugian Dengan Cara Setek

Untuk keuntungan yang di dapat pada pembiakan tanaman dengan cara di stek adalah: caranya yang sederhana (tidak memerlukan teknik-teknik tertentu yang rumit) dan bibit yang diperoleh mewarisi sifat-sifat yang dimiliki induknya.

Kerugian atau kelemahannya adalah tidak banyak jenis tanaman yang dapat diperbanyak dengan cara ini (stek) sehingga penggunaannya masih terbatas tidak mempunyai akar tunggang, sehingga tanaman kalau sudah besar mudah roboh. Setiap metode stek ada keuntungan dan kerugiannya yaitu keuntungan pada stek miring akan didapatkan jumlah akar yang lebih banyak sedang. 7) Faktor-faktor Yang Dapat Mempengaruhi Keberhasilan Penanaman

Kita tahu bahwa pembiakan tanaman dengan cara stek banyak faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan/pertumbuhan tanaman antara lain :

a) Di dalam pemotongan bahan stek (halus, kasar) b) Panjang dari potongan bahan stek (20-30 cm) c) Jumlah mata tunas (3-5 mata tunas)

d) Kelembaban udara pada waktu memotong

e) Tempat untuk menanam bahan stek (struktur tanahnya remah/subur) f) Tidak kena sinar matahari secara langsung (dibuatkan naungan)

g) Jumlah daun yang masih terbawa pada bahan stek, sebaiknya dikurangi, untuk mengurangi penguapan

h) Menggunakan zat perangsang tumbuh (ZPT) contohnya Rootonef yang berbentuk tepung. Stek Datar

Stek Miring

Stek Lurus Stek Bertumit atau Bermartil

(24)

8) Teknik Penanaman

Setiap jenis tanaman yang dikembangkan melalui pembiakan secara vegetatif baik itu tanaman buah-buahan maupun tanaman hias, memerlukan teknik yang berbeda, untuk itu Anda harus paham cara/teknik penanaman dari setiap jenis tanaman yang dikembangkan, baik di dalam pemmbibitan kotak kayu, bak-bak dari batu bata, bedengan maupun dalam polybag.

Teknik penanaman yang sering digunakan dalam pembiakan tanaman secara vegetatif adalah a) Berdiri (buah-buahan, tanaman hias)

b) Miring (singkong) c) Tidur (tebu)

Dalam pembenaman stek kedalam media tumbuh ada yang di benam sebagian dan semua bahan setekan terkubur/terbenam dalam tanah.

9) Pengaruh Lingkungan Terhadap Keberhasilan Stek

Perbanyakan tanaman vegetatif dengan cara stek merupakan perbanyakan yang paling sederhana namun didalam perawatan selama di pembibitan memerlukan perlakuan yang sangat serius, keberhasilan bibit stek juga dipengaruhi oleh lingkunga dimana bibit stek itu ditanam, baik dalam bak, kotak kayu, bedengan ataupun dalam polybag lingkungan yang mempengaruhi keberhasilan stek antara lain :

a) Kelembaban udara

b) Naungan (agar supaya tidak terkena sinar matahari secara langsung)

10) Teknik Pengairan, Pemupukan, Penyiangan Pengendalian Hama Penyakit dan Pemangkasan Dalam pembiakan tanaman secara vegetatif dilakukan pemeliharaan yang meliputi:

a) Pengairan

Pengairan diberikan pada waktu media tanaman mulai kering, biasanya dilakukan setiap hari, waktu pengairan (penyiraman) pada pagi hari yaitu dengan menggunakan alat gambar. Pengairan (penyiraman) pada pembibitan dengan cara stek dilakukan 2 kali dalam sehari, pagi dan sore (tergantung kondisi tanaman atau media tanamnya.

Dalam pengairan pembibitan stek diberikan secara merata dengan cara mengayun-ahunkan gembor yang diisi dengan air.

b) Pemupukan

Pemupukan pada bibit stek dapat dilakukan dengan menggunakan pupuk daun satu minggu sekali dengan konsentrasi 0,2-0,3% pupuk dilarutkan dalam air setelah itu

disemprotkan pada bibit hasil stek. c) Penyiangan

Penyiangan dalam pembibitan stek baik dalam bedengan, bak batu bata, kotak kayu dan polybag perlu dilakukan. Penyiangan dilakukan dengan mencabut rumput-rumput yang berada disekitar bibit stek. Penyiangan dilakukan agar supaya pertumbuhan bibit stek tidak terganggu baik dalam menyerap unsur hara maupun mengganggu dalam pencahayaan (proses asimilasi).

d) Pengendalian hama penyakit

Serangan hama dan penyakit segera diberantas dengan pestisida untuk menjaga terjadinya serangan hama dan penyakit di lakukan pengendalian secara precentif yaitu disemprot setiap 2 kali dalam 1 minggu, hama yang menyerang pada pembibitan yaitu kutu-kutu daun, ulat dan kepik, pestisida yang digunakan dengan konsentrasi 0,1-0,2%.

e) Pemangkasan

Bibit hasil setekan yang masih berada daun pembibitan perlu dilakukan pemangkasan agar supaya didapatkan tunas yang banyak sehingga akan dihasilkan bibit stek yang banyak tunas. Pada waktu akan dipindahkan bibit stek perlu dilakukan pemangkasan agar supaya mengurangi penguapan yang berlebihan sehingga akan mengakibatkan bibit mengalami stress (staknasi). Pemangkasan dilakukan dengan menggunakan gunting atau pisau.

Di dalam pemotongan stek dilakukan menurut jenis dari bahan stek yang diperbanyak. Setiap jenis tanaman

mempunyai syarat pemotongan yang berbeda baik ukuran panjangnya maupun bentuk ukurannya.

(25)

c. Rangkuman

Bermacam-macam pembiakan tanaman secara vegetatif diantaranya adalah menyetek. Pada kegiatan ini juga akan diperoleh tanaman baru yang mempunyai sifat seperti induknya. Bagian-bagian yang disetek antara lain akar, batang, daun dan tunas.

Syarat bahan setek :

1) Batang/cabang tidak terlalu tua ataupun muda 2) Bebas dari serangan hama dan penyakit

3) Warna cabang/pucuk, daun kelihatan segar dan berwarna hijau, untuk akar diambil akar yang masih muda.

Macam-macam Teknik Penyetekan 1) Setek dasar

2) Setek miring 3) Setek lurus

4) Setek bertimut dan bermartil

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan setek adalah: 1) Di dalam pemotongan bahan setek (halus, kasar)

2) Panjang dari potongan bahan setek 3) Jumlah mata tunas

4) Kelembaban udara pada waktu memotong 5) Tempat untuk menanam bahan setek 6) Tidak kena sinar matahari secara langsung

7) Jumlah daun yang masih terbawa pada bahan setek, sebaiknya dikurangi, untuk mengurangi penguapan

8) Menggunakan zat perangsang tumbuh (ZPT)

d. Tugas

Untuk memperluas pemahaman Anda tentang pembiakan tanaman secara vegetatif, ada tugas-tugas yang dapat membantu meningkatkan penguasaan materi ini yaitu :

1) Bacalah buku referensi yang menjelaskan tentang pembiakan tanaman secara vegetatif. 2) Lakukan observasi pada petani/pengusaha horticultura/TPU yang mengembangkan tanaman

secara vegetatif

a) Pembiakan secara vegetatif dengan stek b) Alasan menggunakan cara stekk

c) Bagaimana cara mendapatkan bahan stek d) Perlakuan-perlakuan apa yang disiapkan.

3) Catat hasil kegiatan tersebut, kalau perlu gambar, gambarlah dengan benar, hasilnya disimpulkan dan diskusikan dengan teman Anda dan guru pembimbing Anda.

4) Hasil diskusi yang telah disetujui guru, selanjutnya di file dalam odner portofolio hasil belajar Anda

5) Lakukan latihan perbanyakan tanaman dengan cara menyetek. Dalam latihan ini gunakan cabang, daun, akar atau tunas muda yang sudah tidak digunakan lakukan latihan ini dengan orang yang sudah terbiasa memperbanyak tanaman dengan cara stek.

e. Latihan

1) Bagaimana teknik mengasah/menajamkan alat

2) Apa saja persyaratan bahan stek yang harus diperhatikan? 3) Apa tujuan penyetekan ?

4) Ada berapa macam teknik penyetekan ?

5) Faktor apa saja yang mempengaruhi keberhasilan penanaman 6) Jelaskan pemeliharaan didalam pembibitan ?

(26)

MENCANGKOK a. Tujuan

Setelah mempelajari sub kompetensi ini Anda mampu menyiapkan tempat pembibitan

b. Uraian Materi

Ada kalanya, dipilih cara mencangkok apabila pohon yang akan dicangkok tidak dapat diperbanyak dengan pembiakan vegetatif lainnya yang lebih mudah, misalnya dengan stek. Jenis-jenis tanaman yang biasa dicangkok adalah pohon buah-buahan misalnya : mangga, beberapa jenis jeruk (jeruk besar, jeruk nipis, jeruk manis dan jeruk siem), berbagai jenis jambu (jambu biji, jambu air dan jambu monyet), delima, belimbing manis, lengkeng dan sebagainya. Selain tanaman buah-buahan, beberapa tanaman hias juga bisa dicangkok misalnya: bunga sakura, kemuning, soka, musa indah, bougenvil, cemara dan sebagainya.

Tanaman yang tersebut di atas adalah tanaman berkayu yang mudah dicangkok. Adapula tanaman berkayu yang sulit di cangkok, namun karena telah ditemukan caranya, akhirnya mampu juga mengeluarkan akarnya setelah dicangkok. Sebagai misalnya adalah cemara atau tanaman berdaun lainnya. Tanaman tak berkayu pun berhasil dicangkok. Tentu saja dengan cara yang berbeda. Sebagai contoh kasus tanaman ini adalah pepaya dan dieffenbachia. Salak juga berhasil “dicangkok” dengan cara menampung tunas anakannya yang tumbuh.

Cara pembiakan dengan cara mencangkok dipilih dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu, misalnya kita menginginkan tanaman baru yang mempunyai sifat persis seperti induknya. Sifat ini meliputi ketahanannya terhadap hama dan penyakit, rasa buah (khususnya untuk tanaman buah-buahan), keindahan bunga (untuk tanaman hias) dan sebagainya. Karena seperti yang kita ketehui bahwa hasil cangkokan bisa dikatakan hampir seratus persen menyerupai sifat induknya. Seandainya terdapat penyimpangan sifat biasanya disebabkan oleh mutasi gen.

Walaupun banyak keunggulannya, namun teknik perbanyakan dengan mencangkok ini tidak terlepas dari beberapa kelemahan. Sebenarunya mencangkok dapat dilakukan baik pada musim kemarau maupun musim hujan. Bila mencangkok pada musim kemarau, memang kita harus rajin menyiraminya agar kelembaban media tetap terjaga. Tetapi lazimnya cangkokan lebih cepat jadinya, karena pada saat ini pertumbuhan akar sedang aktif. Sedangkan bila mencangkok dilakukan pada musim hujan, tentunya kita tidak akan repot menyiraminya. Lagi pula bila kita lakukan pada awal musim hujan, maka dalam musim itu juga cangkokan telah jadi bibit dan dapat ditanam.

Tumbuhan meperoleh zat-zat hara dari lingkungan. Penyerapan bahan itu berlangsung secara difusi, osmosis dan transpor aktif. Pada tumbuhan bersel satu/bahan-bahan dapat diserap langsung dari lingkungannya melalui proses-proses tersebut. Tetapi tumbuhan tingkat tinggi, memerlukan sistem pengkutan yang lebih panjang dari proses-proses itu, yaitu dibantu dengan sistem pembuluh angkut (vaskuler) yang lebih menguntungkan.

Pengangkutan bahan-bahan pada tumbuhan dapat dilakukan dengan dua jalan, yaitu :

1) Pengangkutan bahan melalui jaringan di luar berkas pembuluh angkut, disebut pengangkutan ekstra vaskuler. Oleh karena jaringa-jaringan ini bersifat hidiup, maka sistem pengankutan bahan menggunakan transportassi antar membran sel, seperti melalui jaringan parenkim kortek dan empulur.

2) Pengankutan bahan melalui sestem berkas pembuluh angkut, disebut pengangkutan intravaskuler. Umumnya jaringan berkas pembuluh memiliki dinding melintang yang hilang (sebagian atau seluruhnya) maka sestem pengangkutan ini jauh lebih cepat daripada pengankutan ekstravaskuler. Berkas pembuluh angkut terdiri atas dua macam jaringan, yaitu :

a) Xilem : ialah pembuluh kayu yang berfungsi mengankut bahan-bahan yang berasal dari tanah melewati akar hingga ke daun untuk bahan asimilasi.

b) Floem: ialah pembuluh tapis/ayak yang berfungsi mengangkut zat-zat makanan hasil asimilasi untuk diedarkan ke seluruh tubuh tumbuhan.

Di dalam daun, zat-zat yang diangkut melalui pembuluh xilem diolah melalui fotosintesis atau asimulasi zat lain. Hasil asimilasi zat ini perlu diangkut ke seluruh bagian tumbuhan melalui jalan lainnya, yaitu pembuluh floem (pembuluh tapis/ayak). Pembuluh floem terletak di luar pembuluh kayu (xilem) pada tumbuhan berkayu. Pengankutan zat hasil aimilasi ini penting untuk pembangunan tubunya atau membentuk korgan-organ tubuh barunya. Hasl ini dapat ditunjukan pada pengelupasan kulit batang yang dicangkok, pengeluaran getah dan pembentukan kalus.

Gambar

Gambar masing-masing alat   :  Catat dan simpulkan hasil kegiatan
Tabel 1. Beberapa metode budidaya rumput laut yang umum digunakan
Gambar 1. Kondisi laut yang cocok untuk lahan budidaya rumput laut
Gambar 4. Lahan tambak setelah pemupukan dan mulai diisi air
+7

Referensi

Dokumen terkait