• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jenis-Jenis Pendekatan pembelajaran

PENDEKATAN PEMBELAJARAN

C. Jenis-Jenis Pendekatan pembelajaran

Sedikitnya terdapat lima pendekatan pembelajaran yang perlu dipahami guru untuk mengajar dengan baik, yaitu pendekatan kompetensi, pendekatan keterampilan proses, pendekatan lingkungan, pendekatan kontekstual, dan pendekatan tematik, kelima pendekatan tersebut dijelaskan sebagai berikut.

a. Pendekatan Kompetensi

Kompetensi menunjuk kepada kemampuan melaksana-kan sesuatu yang diperoleh melalui pembelajaran dan latihan. Dalam hubungannya dengan proses pembelajaran, kompetensi menunjuk kepada perbuatan (performance) yang bersifat rasional dan memenuhi spesifikasi tertentu dalam proses belajar. Dikatakan perbuatan karena merupakan perilaku yang dapat diamati meskipun sebenarnya seringkali terlihat pula proses yang tidak tampak seperti pengambilan keputusan/pilihan sebelum perbuatan dilakukan. Kay (1977) mengemukakan bahwa “Competency based education, an approach to instruction that aims to teach each student the basic knowledge, skill, attitudes, and values essential to competence”.

Kompetensi selalu dilandasi oleh rasionalitas yang dilakukan dengan penuh kesadaran “mengapa” dan “bagaimana” perbuatan tersebut dilakukan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kompetensi merupakan indikator yang menunjuk kepada perbuatan yang diamati, dan sebagai konsep yang mencakup aspek-aspek pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap, serta tahap-tahap pelaksanaannya secara utuh.

Pembentukan kompetensi bersifat transaksional, bergantung pada kondisi-kondisi dan pihak-pihak yang terlibat secara aktual. Paling tidak terdapat tiga landasan filosofi yang mendasari pendidikan berdasarkan kompetensi.

Pertama, adanya pergeseran dari pembelajaran kelompok ke arah pembelajaran individual. Melalui

pembelajaran individual peserta didik diharapkan dapat belajar sendiri, tidak bergantung pada orang lain. Setiap peserta didik dapat belajar dengan cara dan berdasarkan kemampuannya masing-masing. Hal ini membutuhkan pengaturan kelas yang fleksibel, baik sarana maupun waktu, karena memungkinkan peserta didik belajar dengan kecepatan yang berbeda, penggunaan alat yang berbeda, serta mempelajari bahan ajar yang berbeda pula.

Kedua, pengembangan konsep belajar tuntas (mastery learning) atau belajar sebagai penguasaan

(learning of mastery) adalah suatu falsafah tentang pembelajaran yang mengatakan bahwa dengan system pembelajaran yang tepat semua peserta didik akan dapat belajar dengan hasil yang baik dari seluruh bahan yang diberikan. Bloom dalam Hall (1986) menyatakan bahwa “Sebagian besar peserta didik dapat menguasai apa yang diajarkan kepadanya, dan tugas pembelajaran adalah mengkondisikan lingkungan belajar yang memungkinkan peserta didik menguasai materi pembelajaran yang diberikan”. Ketiga bagi perkembangan pendidikan berdasarkan kompetensi adalah usaha penyusunan kembali definisi bakat. Dalam kaitan ini Carrol dalam Hall (1986) menyatakan bahwa dengan waktu yang cukup, semua peserta didik dapat mencapai penguasaan suatu tugas belajar. Jika asumsi tersebut diterima, perhatian harus dicurahkan pada waktu yang diperlukan untuk melaksanakan suatu tugas belajar.

Implikasi terhadap pembelajaran adalah sebagai berikut. Pertama, pembelajaran perlu

lebih menekankan pada pembelajaran individual meskipun dilaksanakan secara klasikal, dengan memperhatikan perbedaan peserta didik. Misalnya tugas diberikan secara individu, bukan secara kelompok.

Kedua, perlu diupayakan lingkungan belajar yang kondusif dengan metode dan media yang

bervariasi yang memungkinkan setiap peserta didik mengikuti kegiatan belajar dengan tenang dan menyenangkan.

Ketiga, dalam pembelajaran perlu diberikan waktu yang cukup, terutama dalam penyelesaian

tugas/praktek pembelajaran agar setiap peserta didik dapat mengerjakan tugas belajar dengan baik. Apabila waktu yang tersedia di sekolah tidak mencukupi, berilah kebebasan kepada peserta didik untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan di luar kelas.

Dalam kaitannya dengan pengembangan pembelajaran berdasarkan pendekatan kompetensi, Ashan (1981) mengemukakan terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan, yaitu: (1) menetapkan kompetensi yang ingin dicapai, (2) mengem-bangkan strategi untuk mencapai kompetensi, dan (3) evaluasi proses pembelajaran. Kompetensi yang ingin dicapai merupakan pernyataan tujuan (goal statement) yang hendak diperoleh peserta didik serta menggambarkan hasil belajar (learning outcomes) pada aspek pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap.

Strategi mencapai kompetensi (the enabling strategy), merupakan strategi untuk membantu peserta didik dalam menguasai kompetensi yang ditetapkan. Untuk itu, dapat dibuat sejumlah alternatif kegiatan, misalnya membaca, mendengarkan, berkreasi, berinteraksi, observasi, dan sebagainya sampai terbentuk suatu kompetensi.

Evaluasi dilakukan untuk menggambarkan perilaku hasil belajar (behavioral outcomes) dengan respon peserta didik yang dapat diberikan berdasarkan apa yang diperoleh dari belajar. Sejalan dengan uraian di atas Sukmadinata (1983) mengemukakan tiga tahap yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran, yakni perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran.

1) Tahap Perencanaan

Dalam tahap perencanaan pertama-tama perlu ditetapkan kompetensi-kompetensi yang akan diwujudkan dalam kegiatan pembelajaran. Berdasarkan kompetensi-kompetensi tersebut selanjutnya dikembangkan tema, subtema, dan topik-topik mata pelajaran yang akan diajarkan. Pendekatan kompetensi yang mendasari konsep kesepadanan teori dan pratik sering menggunakan modul sebagai sistem pembelajaran. Modul merupakan suatu unit yang berdiri sendiri dan terdiri atas suatu rangkaian kegiatan belajar yang disusun untuk membantu peserta didik mencapai sejumlah tujuan yang dirumuskan secara jelas.

Mengingat kondisi guru-guru di Indonesia sangat beragam, baik berkaitan dengan kemampuan maupun latar belakang pendidikannya, dalam pengembangan materi pembelajaran, khususnya dalam persiapan pembelajaran, disarankan minimal meliputi tiga hal, yakni (1) tujuan yang ingin dicapai, (2) materi yang perlu dipelajari, dan (3) sejumlah pertanyaan untuk menilai kemampuan belajar peserta didik.

2). Pelaksanaan Pembelajaran

Pelaksanaan pembelajaran merupakan langkah merealisasikan konsep pembelajaran dalam bentuk perbuatan. Dalam pendidikan berdasarkan kompetensi pelaksanaan pembelajaran merupakan suatu rangkaian pembelajaran yang dilakukan secara berkesinambungan, yang meliputi persiapan, penyajian, aplikasi, dan penilaian.

a) Tahap persiapan

Merupakan tahap guru mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan pembelajaran. Hal-hal yang termasuk dalam tahap ini adalah mempersiapkan ruang belajar, alat dan bahan, media, dan sumber belajar, serta mengkondisikan lingkungan belajar sedemikian rupa sehingga peserta didik siap belajar.

b) Tahap penyajian

Merupakan tahap guru menyajikan informasi, menjelaskan cara kerja baik keseluruhan proses maupun masing-masing gerakan yang dilakukan dengan cara demonstrasi.

c) Tahap aplikasi atau praktek

Merupakan tahap peserta didik diberi kesempatan melakukan sendiri kegiatan belajar yang ditugaskan. Kegiatan guru lebih terkonsentrasi pada pengawasan dan pemberian bantuan secara perseorangan maupun kelompok.

d) Tahap penilaian

Merupakan tahap guru memeriksa hasil kerja dengan menyertakan peserta didik untuk menilai kualitas kerja serta waktu yang dipergunakan dalam menyelesaikan pekerjaan tersebut.

3) Evaluasi dan Penyempurnaan

Evaluasi dan penyempurnaan perlu dilakukan sebagai proses yang kontinu untuk memperbaiki pembelajaran dan membimbing pertumbuhan peserta didik. Dalam kaitannya dengan pembelajaran berdasarkan pendekatan kompetensi, evaluasi dilakukan untuk menggambarkan perilaku hasil belajar (behavioral outcomes) dengan respon peserta didik yang dapat diberikan berdasarkan apa yang diperoleh dari belajar. Evaluasi dan behavioral outcomes ini mengandung nilai-nilai yang dapat digunakan untuk menentukan kualitas atau derajat pencapaian kompetensi yang ditetapkan.

b. Pendekatan Keterampilan Proses

Pendekatan keterampilan proses merupakan pendekatan pembelajaran yang menekankan pada proses belajar, aktivitas dan kreativitas peserta didik dalam memperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap, serta menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pengertian tersebut, termasuk diantaranya keterlibatan fisik, mental, dan social peserta didik dalam proses pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan.

Indicator-indikator pendekatan keterampilan proses antara lain kemampuan mengidentifikasi, mengklasifikasi, menghitung, mengukur, mengamati, mencari hubungan, menafsirkan, menyimpulkan, menerapkan, mengkomunikasikan, dan mengekspresikan diri dalam suatu kegiatan untuk menghasilkan suatu karya.

Kemampuan-kemampuanyang menunjukkan keterlibatan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran tersebut dapat dilihat melalui partisipasi dalam kegiatan pembelajaran berikut:

1) Kemampuan bertanya

2) Kemampuan melakukan pengamatan

3) Kemampuan mengidentifikasi dan mengklasifikasi hasil pengamatan 4) Kemampuan menafsirkan hasil identifikasi dan klasifikasi

5) Kemampuan menggunakan alat dan bahan untuk memperoleh pengalaman secara langsung 6) Kemampuan merencanakan suatu kegiatan penelitian

7) Kemampuan menggunakan dan menerapkan konsep yang telah dikuasai dalam situasi baru 8) Kemampuan menyajikan suatu hasil pengamatan dan atau hasil penelitian

Pendekatan keterampilan proses bertolak dari suatu pandangan bahwa setiap peserta didik memiliki potensi yang berbeda, dan dalam situasi yang normal, mereka dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Oleh karena itu, tugas guru adalah memberikan kemudahan kepada peserta didik dengan menciptakan lingkungan yang kondusif agar semua peserta didik dapat berkembang secara optimal.

Pembelajaran berdasarkan pendekatan keterampilan proses perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Keaktifan peserta didik didorong oleh kemauan untuk belajar karena adanya tujuan yang ingin dicapai (azas motivasi).

2) Keaktifan peserta didik akan berkembang jika dilandasi dengan pendayagunaan potensi yang dimilikinya.

3) Suasana kelas dapat mendorong atau mengurangi aktivitas peserta didik. Suasana kelas harus dikelola agar dapat merangsang aktivitas dan kreativitas belajar peserta didik.

4) Dalam kegiatan pembelajaran, tugas guru adalah memberikan kemudahan belajar melalui bimbingan dan motivasi untuk mencapai tujuan. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan untuk mendorong aktivitas dan krativitas peserta didik dalam pembelajaran antara lain: diskusi, pengamatan, penelitian, praktikum, tanya jawab, karyawisata, studi kasus, bermain peran, dan kegiatan-kegiatan lain yang dapat menunjang tercapainya tujuan pembelajaran

c. Pendekatan Lingkungan

Pendekatan lingkungan merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang berusaha untuk meningkatkan keterlibatan peserta didik melalui pendayagunaan lingkungan sebagai sumber belajar. Pendekatan ini berasumsi bahwa kegiatan pembelajaran akan menarik perhatian peserta didik jika apa yang dipelajari diangkat dari lingkungan, sehingga apa yang dipelajari berhubungan dengan kehidupan dan berfaedah bagi lingkungannya.

Dalam pendekatan lingkungan, pelajaran disusun sekitar hubungan faedah lingkungan. Isi dan prosedur disusun hingga mempunyai makna dan ada hubungannya antara peserta didik dengan lingkungannya. Pengetahuan yang diberikan harus memberi jalan ke luar bagi peserta didik dalam menanggapi lingkungannya. Pemilihan tema seyogyanya ditentukan oleh kebutuhan lingkungan peserta didik. Misalnya di lingkungan petani, tema yang berkaitan dengan pertanian akan memberikan makna yang lebih mendalam bagi peserta didik. Demikian halnya di lingkungan pantai, tema tentang kehidupan pantai akan sangat menarik minat dan perhatian peserta didik.

Belajar dengan pendekatan lingkungan berarti peserta didik mendapatkan pengetahuan dan pemahaman dengan cara mengamati sendiri apa-apa yang ada di lingkungan sekitar, baik di lingkungan rumah maupun di lingkungan sekolah. Dalam hal ini, peserta didik dapat menanyakan sesuatu yang ingin diketahui kepada orang lain di lingkungan mereka yang dianggap tahu tentang masalah yang dihadapi. Berkaitan dengan pendekatan lingkungan, UNESCO (1980) mengemukakan bahwa jenis-jenis lingkungan yang dapat didayagunakan oleh peserta didik untuk kepentingan pembelajaran meliputi:

1) Lingkungan yang meliputi faktor-faktor fisik, biologi, sosio ekonomi, dan budaya yang berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung, dan berinteraksi dengan kehidupan peserta didik.

2) Sumber masyarakat yang meliputi setiap unsur atau fasilitas yang ada dalam suatu kelompok masyarakat

3) Ahli-ahli setempat yang meliputi tokoh-tokoh masyarakat yang memiliki pengetahuan khusus dan berkaitan dengan kepentingan pembelajaran.

Pembelajaran berdasarkan pendekatan lingkungan dapat dilakukan dengan dua cara:

1) Membawa peserta didik ke lingkungan untuk kepentingan pembelajaran. Hal ini biasa dilakukan dengan metode karyawisata, metode pemberian tugas, dan lain-lain.

2) Membawa sumber-sumber dari lingkungan sekolah (kelas) untuk kepentingan pembelajaran. Sumber tersebut bisa sumber asli, seperti nara sumber, bisa juga sumber tiruan, seperti pendekatan, dan gambar.

Guru sebagai pemandu pembelajaran dapat memilih lingkungan dan menentukan cara-cara yang tepat untuk mendayagunakannya dalam kegiatan pembelajaran. Pemilihan tema dan lingkungan yang akan didayagunakan hendaknya didiskusikan dengan peserta didik.

d. Pendekatan kontekstual

Pendekatan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) yang sering disingkat CTL merupakan salah satu pendekatan pembelajaran berbasis kompetensi yang dapat digunakan untuk mengefektifkan dan menyukseskan implementasi Kurikulum 2004.

Pendekatan CTL merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan peserta didik secara nyata, sehingga para peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari. Melalui proses penerapan kompetensi dalam kehidupan sehari-hari, peserta didik akan merasakan pentingnya belajar, dan mereka akan memperoleh makna yang mendalam terhadap apa yang dipelajarinya. CTL memungkinkan proses belajar yang tenang dan menyenangkan, karena pembelajaran dilakukan secara alamiah, sehingga peserta didik dapat mempraktekkan secara langsung apa-apa yang dipelajarinya. Pembelajaran kontekstual mendorong peserta didik memahami hakekat, makna, dan manfaat belajar, sehingga memungkinkan mereka rajin dan termotivasi untuk senantiasa belajar, bahkan kecanduan belajar. Kondisi tersebut terwujud, ketika peserta didik menyadari tentang apa yang mereka perlukan untuk hidup, dan bagaimana cara menggapainya.

Dalam pembelajaran kontekstual tugas guru adalah memberikan kemudahan belajar kepada peserta didik, dengan menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang memadai. Guru bukan hanya menyampaikan materi pembelajaran yang berupa hafalan, tetapi mengatur lingkungan dan strategi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik belajar. Lingkungan belajar yang kondusif sangat penting dan sangat menunjang pembelajaran kontekstual, dan keberhasilan pembelajaran secara keseluruhan. Nurhadi (2002: 4) mengemukakan pentingnya lingkungan belajar dalam pembelajaran kontekstual sebagai berikut:

1) Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa. Dari “guru akting di depan kelas, siswa menonton” ke “siswa aktif bekerja dan berkarya, guru mengarahkan”.

2) Pembelajaran harus berpusat pada ‘bagaimana cara’ siswa menggunakan pengetahuan baru mereka. Proses belajar lebih dipentingkan dibandingkan hasilnya.

3) Umpan balik amat penting bagi siswa, yang berasal dari proses penilaian (assessment) yang benar.

4) Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting

Dalam pelaksanaannya, pembelajaran kontekstual dipengaruhi oleh berbagai factor yang sangat erat kaitannya. Faktor-faktor tersebut bisa datang dari dalam diri peserta didik (internal) dan dari luar dirinya atau dari lingkungan di sekitarnya (eksternal). Sehubungan dengan itu, Zahorik (1995) mengungkapkan lima elemen yang harus diperhatikan dalam pembelajaran kontekstual, sebagai berikut:

1) Pembelajaran harus memperhatikan pengetahuan yang sudah dimiliki oleh peserta didik

2) Pembelajaran dimulai dari keseluruhan (global) menuju bagian-bagiannya secara khusus (dari umum ke khusus)

3) Pembelajaran harus ditekankan pada pemahaman, dengan cara: a) Menyusun konsep sementara

b) Melakukan sharing untuk memperoleh masukan tanggapan dari orang lain

c) Merevisi dan mengembangkan konsep

4) Pembelajaran ditekankan pada upaya mempraktekan secara langsung apa-apa yang dipelajari 5) Adanya refleksi terhadap strategi pembelajaran dan pengembangan pengetahuan.

D. Soal-soal Latihan

1. Jelaskan pengertian dan jenis pendekatan pembelajaran.

2. Tuliskan filosofi pelaksanaan pendidikan berdasarkan kompetensi! 3. Jelaskan langkah-langkah umum pendekatan kompetensi!

4. Tuliskan kemampuan yang menunjukkan keterlibatan peserta didik dalam kegiatan pembelajaran berbasis kompetensi!

5. Jelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran berdasarkan pendekatan keterampilan proses!

6. Jelaskan pengertian pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning)! 7. Uraikan lima elemen yang harus diperhatikan dalam pembelajaran kontekstual!