• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Pemahaman Siswa Kelas XF di SMA N 1 Depok tentang Listrik Dinamis Berdasarkan Identifikasi Zone of Proximal Development Siswa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pengembangan Pemahaman Siswa Kelas XF di SMA N 1 Depok tentang Listrik Dinamis Berdasarkan Identifikasi Zone of Proximal Development Siswa"

Copied!
170
0
0

Teks penuh

(1)

i

Pengembangan Pemahaman Siswa Kelas XF di SMA N 1 Depok tentang Listrik Dinamis Berdasarkan Identifikasi

Zone of Proximal Development Siswa

SKRIPSIal Judul

I. ALAMA

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

Disusun Oleh: Afriani Neriyanti Mada

NIM: 121424051

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)

iii

(4)

iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Aku sekali- kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali- kali tidak akan meninggalkan engkau.

(Ibrani 13 : 5b)

Kupersembahkan Sepenuhnya Karyaku untuk : Tuhan Yesus Sobat setiaku

Almarhum Bapak Tercinta dan Ibunda Tersayang Kakak dan Adikku yang selalu menjadi penyemangatku

(5)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan dalam daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 27 Juli 2016

Penulis,

(6)

vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta :

Nama : Afriani Neriyanti Mada NIM : 121424051

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya berjudul: PENGEMBANGAN

PEMAHAMAN SISWA KELAS XF DI SMA N 1 DEPOK TENTANG LISTRIK DINAMIS BERDASARKAN IDENTIFIKASI ZONE OF PROXIMAL DEVELOPMENT SISWA beserta perangkat yang diperlukan

(bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelola di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 27 Juli 2016 Yang menyatakan

(7)

vii ABSTRAK

Afriani Neriyanti Mada. 2016. Pengembangan Pemahaman Siswa Kelas XF di SMA N 1 Depok tentang Listrik Dinamis Berdasarkan Identifikasi Zone of Proximal Development Siswa. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui pemahaman awal siswa tentang Listrik Dinamis sebelum proses pembelajaran, (2) mengetahui profil Zone of Proximal Development siswa tentang Listrik Dinamis, (3) mengetahui pemahaman akhir siswa tentang listrik dinamis setelah pembelajaran yang dirancang berdasarkan Zone of Proximal Development.

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari – Mei 2016. Dengan subyek penelitian adalah siswa kelas Xf di SMA N 1 Depok Yogyakarta. Pengumpulan data penelitian ini dengan melakukan (1) pretest, (2) Wawancara, (3) posttest, (4) Wawancara akhir pembelajaran.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pemahaman awal siswa secara keseluruhan masih berada dalam kategori rendah. Berdasarkan hasil tersebut dapat ditentukan letak ZPD siswa sebagai acuan dalam merancang pembelajaran.

(8)

viii ABSTRACT

Afriani Neriyanti Mada. 2016. The Development of Understanding Student about Dinamic Electricity based on Zone of Proximal Development (ZPD) identification of 10th grader students of SMA N 1 Depok, Yogyakarta. Physics Education Study Program. Departement of Mathematics and Science Education. The Faculty of Education and Teacher Training. Sanata Dharma University Yogyakarta.

The purposed of this reseach are (1) to determine the initial understanding of students about the Dinamic Electricity before the learning process, (2) to identify the profil of Zone Proximal of Development students about Dinamic Electricity, (3) to determine the student’s final understanding of Dinamic Electricity after learning that are designed based on the Zone of Proximal Development.

This research is conducted on Februari – Mei 2016. The subject of research is students of class XF in Senior High School Depok Babarsari, Yogyakarta. The research data collection is done with (1) pretest, (2) interview pre learning, (3) posttest, (4) interview the end of learning.

The result of this research shows that the initial understanding of the students is stil in the low category. According to the result of this research, it can be determined that the ZPD’s Location of students as a reference in designing learning.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, atas segala kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi dengan judul “Pengembangan Pemahaman Siswa Kelas XF di SMA N 1 Depok tentang Listrik Dinamis Berdasarkan Identifikasi Zone of Proximal Development Siswa”, disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulisan skripsi ini terwujud atas bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak yang telah berkenan membimbing dan memberi petunjuk serta motivasi. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih setulus- tulusnya kepada:

1. Bpk. Tarsius Sarkim selaku Dosen Pembimbing atas bimbingan dan pengarahan selama penelitian sampai penyusunan skripsi ini.

2. Bpk. Drs. Maskur selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Depok yang bersedia memberikan ijin peneliti melakukan penelitian di sekolah, serta membantu kelancaran dalam proses penelitian.

3. Ibu Dra. Dyah Saraswati selaku guru bidang studi fisika di SMA N 1 Depok yang telah membimbing dan membantu dalam penelitian.

4. Semua Dosen di Pendidikan Fisika yang sudah memberikan ilmu dan teladan yang sangat baik, serta memberikan motivasi yang tinggi dalam hidup saya.

5. Alm. Bapak, mama, kaka dan adik buat cinta dan kasihnya yang selalu mendukung dan menjadi penyemangat peneliti dalam mengerjakan skripsi ini.

6. Brigita dan Ratna teman skripsiku yang selalu setia menemani dan mendukung, serta berbagi suka dan duka.

7. Teman- teman saya Ririn, Neneng, Rolin, Lia, Asnat, Kak Ineke yang selalu menemani serta membantu saya selama ini.

8. Siswa kelas XF SMA N 1 Depok Babarsari yang sudah bersedia bekerja sama dari awal penelitian sampai akhir penelitian.

9. Teman- Teman Pendidikan Fisika 2012 buat dinamika selama 4 tahun. 10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah

memberikan bantuan dan semangatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

(10)

x

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv BAB 1 ... 1 PENDAHULUAN ... 1 A. LATAR BELAKANG ... 1 B. Rumusan Masalah ... 3 C. Tujuan penelitian ... 4 D. Kegunaan Penelitian ... 4 BAB II... 5 LANDASAN TEORI ... 5

A. Teori Belajar Konstruktivistik ... 5

B. Teori Konstruktivisme Sosial... 5

C. Zone of Proximal Development (ZPD) ... 6

D. Scaffolding ... 8

E. Peran Guru ... 9

F. Metode Pembelajaran Fisika ... 10

a. Metode Eksperimen ... 10

b. Diskusi- Presentasi ... 10

(11)

xi BAB III ... 17 METODOLOGI PENELITIAN ... 17 A. Jenis Penelitian ... 17 B. Partisipan Penelitian ... 17 C. Design Penelitian ... 18

D. Waktu dan Tempat penelitian ... 18

E. Treatment ... 19

F. Instrumen Penelitian ... 19

G. Metode Pengumpulan Data ... 29

H. Metode Analisis data ... 30

1. Data Kuantitatif ... 30

2. Data Kualitatif ... 33

BAB IV ... 35

DATA, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN ... 35

A. Data... 35

A.1 Deskriptif Pelaksanaan Penelitian ... 35

A.2 Pretest ... 36

A.3 Wawancara Pra Pembelajaran ... 37

A.4 Posttest ... 37

A.5 Wawancara Setelah Pembelajaran ... 39

B. Analisis Data dan Pembahasan ... 39

B.1 Hasil Pretest ... 39

B.2 Wawancara Pra Pembelajaran ... 45

B.3 Pemahaman Awal ... 56

B. 4 Zone of Proximal Development dan Pembelajarannya ... 56

B.5 Hasil Posttest ... 61

B.6 Wawancara Setelah Pembelajaran ... 65

B.7 Analisis SPSS ... 74

BAB V ... 75

PENUTUP ... 75

(12)

xii

(13)

xiii

Tabel 2. Klasifikasi Tingkat Ketercapaian Butir Soal ... 28

Tabel 3. Klasifikasi Tingkat Pemahaman Awal Siswa ... 28

Tabel 4. Langkah Pengumpulan Data ... 29

Tabel 5. Analisis Pretest ... 30

Tabel 6. Analisis Posttest ... 30

Tabel. 7 Klasifikasi Pemahaman Awal Siswa ... 31

Tabel. 8 Klasifikasi Penilaian Butir Soal Pretest ... 31

Tabel. 9 Klasifikasi Pemahaman Akhir Siswa ... 32

Tabel. 10 Klasifikasi Penilaian Butir Soal posttest ... 32

Tabel. 11 Analisis Wawancara Pra Pembelajaran ... 34

Tabel. 12 Analisis Wawancara akhir ... 34

Tabel 13. Analisis Hasil Pretest ... 36

Tabel 14. Analisis Hasil Posstest ... 37

Tabel 15. Klasifikasi Penilaian Pemahaman Awal Siswa ... 40

Tabel 16. Klasifikasi Penilaian Butir Soal Pretest ... 41

Tabel 17. Analisis Pretest dan Wawancara Pra Pembelajaran ... 46

Tabel 18. Klasifikasi Pemahaman Akhir Siswa ... 63

Tabel 19. Klasifikasi Penilaian Butir Soal Posttest ... 64

(14)

xiv

Gambar 2. Peta konsep Listrik Dinamis ... 13

(15)

xv

LAMPIRAN 2 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ... 80

LAMPIRAN 3 SOAL PRETEST DAN POSTTEST ... 93

LAMPIRAN 4 NILAI HASIL JAWABAN PRETEST SISWA ... 99

LAMPIRAN 5 NILAI HASIL JAWABAN POSTTEST SISWA ... 100

LAMPIRAN 6 TRANSKIP WAWANCARA PRA PEMBELAJARAN ... 101

LAMPIRAN 7 TRANSKIP WAWANCARA AKHIR PEMBELAJARAN ... 129

(16)

1 BAB 1

PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Konstruktivisme adalah salah satu teori pembelajaran yang baik

digunakan dalam pembelajaran. Teori konstruktivisme menjelaskan bahwa

pengetahuan seseorang adalah bentukan (konstruksi) dari orang itu sendiri.

Pengetahuan selalu merupakan akibat dari suatu konstruktisi kognitif

kenyataan melalui kegiatan seseorang. Seseorang membentuk skema,

kategori, konsep dan struktur pengetahuan yang diperlukan untuk

pengetahuan (Piaget dalam Suparno, 2001).

Pemahaman tentang teori konstruktivisme dapat mudah dipahami,

namun dalam penggunaan teori konstruktivisme ini tidaklah mudah.

Dalam hal ini guru kesulitan dalam mengetahui bagaimana pemahaman

awal yang dimiliki siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya.

Dalam teori konstruktivisme, siswa membangun pengetahuannya

sendiri secara aktif. Disini guru hanya berperan sebagai fasilitator dalam

membantu siswa memahami suatu ilmu pengetahuan.

Guru harus bisa mengenali dimana Zone of proximal development

siswa, dengan demikian guru dapat mengatur langkah- langkah atau

bantuan yang diberikan kepada siswa berdasarkan identifikasi Zone of

(17)

Pemahaman awal yang dimiliki siswa menjadi sangat penting

diketahui oleh seorang guru. Dengan demikian, seorang guru dapat dengan

mudah memantau perkembangan belajar peserta didik dan sekaligus

menjadi ukuran seorang guru dalam melanjutkan materi.

Dalam proses pembelajaran pemahaman awal siswa dapat di

ketahui oleh guru dengan mengajukan pertanyaan- pertanyaan yang

berkaitan dengan suatu konsep. Pertanyaan yang diajukan harus bisa

menggali pengetahuan peserta didik terhadap suatu konsep.

Menurut Vygotsky, interaksi sebaya, perancah (scaffolding), dan

modeling merupakan faktor penting yang memfasilitasi perkembangan kognitif dan pemerolehan pengetahuan individu (Thalib, 2010:95).

Dengan demikian interaksi antar teman sebaya juga merupakan hal yang

penting bagi siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya. Metode

kooperatif eksperimen merupakan metode yang melibatkan interaksi antar

siswa/ teman sebaya. Pada interaksi ini diharapkan siswa dapat

mengkonstruksi pengetahuannya sendiri.

Oleh karena itu peneliti ingin melaksanakan sebuah penelitian yang

bertujuan untuk mengetahui pengembangan pemahaman siswa kelas XF di

SMA N 1 Depok tentang Listrik Dinamis berdasarkan identifikasi Zone of

(18)

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang yang telah diuraikan di atas dapat

diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pemahaman awal siswa tentang Listrik Dinamis

sebelum pembelajaran ?

2. Bagaimanakah profil Zone of Proximal Development siswa tentang

Listrik Dinamis?

3. Bagaimanakah pemahaman akhir siswa tentang Listrik Dinamis

setelah pembelajaran yang dirancang berdasarkan Zone of Proximal

(19)

C. Tujuan penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang ingin diteliti di atas, maka

penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui pemahaman awal siswa tentang Listrik Dinamis

sebelum pembelajaran.

2. Mengetahui profil Zone of Proximal Development siswa

tentang Listrik Dinamis.

3. Mengetahui pemahaman akhir siswa tentang Listrik Dinamis

setelah pembelajaran yang dirancang berdasarkan Zone of

Proximal Development siswa.

D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi guru dan calon guru

Guru dan calon guru dapat menyadari betapa pentingnya mengetahui

Zone of Proximal Development siswa, dalam merancang suatu pembelajaran yang efektif.

2. Bagi peneliti

Dapat dimanfaatkan sebagai latihan dan cara untuk mengetahui Zone

of Proximal Development siswa sebagai acuan dalam merancang pembelajaran yang tepat, sehingga dapat mengembangkan

(20)

5 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Teori Belajar Konstruktivistik

Konstruktivisme adalah filosofi pembelajaran yang dilandasi

premis bahwa dengan merefleksikan pengalaman, kita membangun,

mengkonstruksi pengetahuan, pemahaman kita tentang usia tempat kita

hidup (Suyono dan Haryanto, 2011: 105).

Belajar menurut konstruktivis dapat dirumuskan sebagai

penyusunan pengetahuan dari pengalaman konkret, melalui aktivitas

kolaboratif, refleksi dan interpretasi. Aktivitas yang demikian

memungkinkan si pembelajar memiliki pemahaman yang berbeda

terhadap pengetahuan tergantung pada pengalamannya dan perspektif yang

dipakai dalam menginterpretasikannya. Pembelajaran merupakan aktivitas

pengaturan lingkungan agar terjadi proses belajar, yaitu interaksi si

pembelajar dengan lingkungannya (Khodijah, 2014: 80-81).

B. Teori Konstruktivisme Sosial

Teori sosiocultural Vygotsky menekankan pentingnya

perkembangan kecerdasan/intelegensi melalui kultur atau masyarakat.

Perkembangan individu terjadi melalui dua tahap, yaitu dimulai dengan

(21)

kemudian terjadi internalisasi intrapersonal. Keterampilan individu dapat

dikembangkan melalui interaksi individu dengan bantuan atau bimbingan

orang dewasa (guru) dan kolaborasi dengan teman sebaya (Thalib, 2010:

96).

C. Zone of Proximal Development (ZPD)

Vygotsy (dalam Yohanes, 2010: 129) mengemukakan konsep

tentang Zone of Proximal Development (ZPD) yang dapat diartikan

sebagai Daerah Perkembangan Terdekat. Vygotsy yakin bahwa

pembelajaran terjadi apabila siswa bekerja atau belajar menangani

tugas-tugas atau masalah kompleks yang masih dalam jangkauan kognitif siswa

atau tugas-tugas tersebut berada dalam Daerah Perkembangan Terdekat

(Zone of Proximal Development). Vygotsky (1978) mendefinisikan Zone

of Proximal Development sebagai berikut:

Zone of Proximal Development is the distance between the actual developmental level as determined by independent problem solving and the level of potential development as determined through problem solving under adult guidance or collaboration with more capable peers.

Zone of Proximal Development (ZPD) adalah jarak antara perkembangan aktual, seperti yang nampak dalam pemecahan masalah secara mandiri dan

tingkat perkembangan potensial, seperti yang ditunjukan dalam

pemecahan masalah dibawah bimbingan orang dewasa atau dengan

(22)

Menurut Tharp & Gallimore (dalam Yohanes, 2010: 131-132),

tingkat perkembangan ZPD (DPT) terdiri atas empat tahap, yaitu:

Tahap Pertama: More Dependence to Others Stage

Tahapan dimana kinerja anak mendapat banyak bantuan dari pihak

lain, seperti teman-teman sebayanya, orang tua, guru, masyarakat, ahli,

dan lain-lain. Dari sinilah muncul model pembelajaran kooperatif atau

kolaboratif dalam mengembangkan kognisi anak secara konstruktif.

Tahap Kedua: Less Dependence External Assistence Stage

Tahap dimana kinerja anak tidak lagi terlalu banyak mengharapkan

bantuan dari pihak lain, tetapi lebih kepada self assistance, lebih banyak

anak membantu dirinya sendiri.

Tahap Ketiga: Internalization and Automatization Stage

Tahap dimana kinerja anak sudah lebih terinternalisasi secara

otomatis. Kasadaran akan pentingnya pengembangan diri dapat muncul

dengan sendirinya tanpa paksaan dan arahan yang lebih besar dari pihak

lain. Walaupun demikian, anak pada tahap ini belum mencapai

kematangan yang sesungguhnya dan masih mencari identitas diri dalam

upaya mencapai kapasitas diri yang matang.

Tahap Keempat: De-automatization Stage

Tahap dimana kinerja anak mampu mengeluarkan perasaan dari

kalbu, jiwa, dan emosinya yang dilakukan secara berulang-ulang,

bolak-balik, recursion. Pada tahap ini, keluarlah apa yang disebut dengan de

(23)

Gambar 1. 4 tahap perkembangan ZPD (Tharp & Gallimore, 1998 : 35)

D. Scaffolding

Rudi (2010: 131) menjelaskan bahwa scaffolding adalah pemberian

bantuan (tuntunan) yang dapat mendukung siswa lebih kompeten dalam

usahanya menyelesaikan tugas di daerah jangkauan kognitifnya.

Scaffolding ini dapat berupa penyederhanaan tugas, memberikan petunjuk kecil mengenai apa yang harus dilakukan siswa, pemberian model

prosedur penyelesaian tugas, menunjukkan kepada siswa apa saja yang

telah dilakukannya dengan baik, pemberitahuan kekeliruan yang

dilakukan siswa dalam langkah pengerjaan tugas, dan menjaga agar rasa

frustasi siswa masih berada pada tingkat yang masih dapat ditanggungnya.

Scaffolding dari Vygotsky berbeda dengan sistem pembelajaran yang menggunakan modul yang telah diterapkan di Indonesia saat ini.

(24)

Scaffolding mengacu kepada kegiatan guru dalam membimbing kegiatan belajar anak (Thalib, 2010: 96)

E. Peran Guru

Dalam pendekatan konstruktivisme sosial, instruktur lebih

berperan sebagai fasilitator dari pada sebagai guru menurut pengertian

konvensional. Jika seorang guru menyampaikan materinya dengan

ceramah didaktis yang menyangkut pokok bahasan, maka fasilitator

membantu siswa untuk memperoleh pemahamannya sendiri terhadap suatu

pokok bahasan.

Bila dalam model pembelajaran lama pembelajar berperan secara

pasif, sedangkan dalam paradigma baru pembelajar memegang peran aktif

dalam pembelajaran. Perubahan ini mengakibatkan fasilitator harus

menunjukkan keterampilan yang berbeda dari seorang guru. Jika guru

berceramah, maka seorang fasilitator akan bertanya. Jika guru

menyediakan jawaban, maka seorang fasilitator akan menyediakan

bimbingan serta menciptakan suasana yang kondusif bagi siswa untuk

sampai pada simpulannya sendiri. Jika pembelajaran guru secara monolog,

maka seorang fasilitator mengakomodasi adanya dialog yang kontinyu

(25)

F. Metode Pembelajaran Fisika

a. Metode Eksperimen

Pelaksanaan metode ilmiah dalam suatu proses pembelajaran

FISIKA di kelas dapat dilakukan dengan metode eksperimen. Metode

eksperimen yang dilaksanakan oleh peserta didik level SMA berada pada

level pembuktian suatu teori, meskipun tidak menutup kemungkinan,

seorang peserta didik level SMA dapat menemukan suatu fakta baru

tentang fenomena gejala alam.

Metode eksperimen bertujuan untuk meningkatkan kemampuan

berpikir peserta didik dalam menemukan dan memahami suatu konsep

atau teori FISIKA yang sedang dipelajari. Kemampuan berpikir peserta

didik dimulai dengan adanya pertanyaan apa, mengapa, kapan, dimana,

dan bagaimana suatu fenomena alam terjadi. Pertanyaan-pertanyaan

tersebut dapat diberikan oleh guru sebagai stimulus untuk melaksanakan

eksperimen, tetapi juga dapat berasal dari peserta didik akibat melihat

fenomena yang mereka jumpai.

b. Diskusi- Presentasi

Metode diskusi-presentasi merupakan cara pencapaian tujuan

pembelajaran FISIKA dengan komunikasi interaktif dalam penyampaian

ide atau pendapat dalam suatu forum ilmiah untuk membahas suatu

permasalahan FISIKA. Metode diskusi-presentasi diaplikasikan dalam

proses pembelajaran FISIKA untuk :

(26)

ii. Mendorong peserta didik mengekspresikan pendapatnya secara

bebas.

iii. Mendorong peserta didik menyumbangkan buah pikirnya untuk

memecahkan masalah bersama.

iv. Mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif

jawaban untuk memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan

yang seksama.

Kelebihan metode diskusi-presentasi antara lain :

1. Menyadarkan peserta didik bahwa masalah dapat dipecahkan

dengan berbagai jalan.

2. Menyadarkan peserta didik bahwa dengan berdiskusi, mereka

saling mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat

diperoleh keputusan yang lebih baik.

3. Membiasakan peserta didik untuk mendengarkan pendapat orang

lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya dan membiasakan

bersikap toleransi.

4. Menanamkan karakter kooperatif atau mau bekerja sama dengan

orang lain.

Kelemahan metode diskusi-presentasi antara lain :

1. Metode diskusi tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar

atau kelas dengan jumlah yang besar.

(27)

3. Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara/agresif

sehingga peserta didik yang cenderung pendiam/nonassertive

mempunyai kesempatan yang terbatas dalam menyampaikan

ide/gagasan.

Metode diskusi memberikan kesempatan peserta didik menyampaikan

ide atau gagasan menurut apa yang mereka ketahui. Guru dapat

mengetahui sejauh mana konsep yang telah dipahami oleh peserta didik

ketika menyampaikan ide atau gagasan. Guru juga dapat mengetahui

salah konsep yang dimiliki peserta didik dari metode diskusi. Proses

pembelajaran FISIKA yang menggunakan metode ini dapat mengubah

paradigma teacher center menjadi student center dan mendorong peserta

didik membangun pengetahuan FISIKA, sikap ilmiah dan perilaku

(28)

G. Listrik Dinamis

Listrik Dinamis mempelajari tentang muatan- muatan listrik

bergerak, yang menyebabkan munculnya arus listrik.

Gambar 2. Peta konsep Listrik Dinamis

diukur dengan

Resistor

Amperemeter Voltmeter Waltmeter

Kuat Arus Tegangan Daya

Tegangan pada tiap komponen sama Hukum ohm Hukum I Kirchhoff Hukum II Kirchhoff

Kuat arus yang melalui tiap komponen sama Paralel RANGKAIAN LISTRIK ARUS SEARAH Seri

Diukur dengan Diukur dengan

Berkaitan dengan besaran Dihambat oleh

(29)

1. Hukum I Kirchhoff tentang arus

“ Pada rangkaian listrik yang bercabang, jumlah kuat arus yang masuk pada suatu titik cabang sama dengan jumlah kuat arus yang keluar dari titik cabang itu”.

Σ Imasuk = Σ Ikeluar

2. Susunan Seri- Paralel Penghambat listrik

a. Susunan Seri penghambat listrik

Penghambat- penghambat listrik, misalnya beberapa lampu

pijar dapat disusun seri. Dalam susunan seri, kuat arus yang

melalui tiap- tiap penghambat adalah sama besarnya.

b. Susunan paralel penghambat – penghambat listrik

Komponen- komponen listrik disebut disusun paralel jika

komponen- komponen tersebut dihubungkan sedemikian sehingga

tegangan pada ujung tiap- tiap komponen sama besarnya.

3. Hukum II Kirchhoff tentang tegangan

“ Jumlah aljabar tegangan yang mengelilingi suatu rangkaian tertutup (loop) sama dengan nol.”

Σ V = 0

4. Ggl dan tegangan jepit baterei

a. Ggl ε adalah tegangan antara kedua kutub baterai ketika baterai

tidak terbeban ( tidak mensuplai arus).

b. Tegangan jepit V adalah tegangan jepit antar kedua kutub baterai

(30)

H. Penelitian yang Relevan

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan, terdapat

penelitian yang relevan dengan penelitian ini, yaitu:

Skripsi yang ditulis oleh Gandha Setiawan, Jurusan Pendidikan

Matematika dan IPA, Program Studi Pendidikan Fisika, Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta tahun 2015, dengan judul Pemahaman Siswa Tentang

Konsep Usaha dan Energi: Sebuah Studi Kasus. Penelitian ini bertujuan

untuk mengungkapkan pemahaman siswa tentang konsep usaha dan

energi. Hasil dari penelitian ini diungkapkan bahwa terdapat perubahan

pemahaman setelah partisipan diberi pertanyaan baru yang mengarah pada

suatu konsep. Pada skripsi Gandha Setiawan lebih memfokuskan pada

perubahan pemahaman melalui pertanyaan-pertanyaan yang mengarah

pada suatu konsep. Sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan selain

mengetahui perubahan pemahaman partisipan, peneliti juga ingin

mengenal letak Zone of Proximal Development partisipan.

I. Kerangka Pemikiran

Teori konstruktivisme menjelaskan bahwa pembelajaran akan

optimal ketika siswa aktif dan berada pada Zone of Proximal

Development. Sehingga peneliti berusaha menerapkan teori tersebut ke dalam penelitian ini.

Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui pemahaman

(31)

kepada konstruktivisme, mengetahui profil Zone of Proximal Development

siswa tentang listrik dinamis dalam pembelajaran yang mengacu kepada

konstruktivisme dan mengetahui pemahaman akhir siswa tentang listrik

dinamis setelah pembelajaran yang dirancang berdasarkan Zone of

Proximal Development siswa.

Sehingga untuk mencapai tujuan tersebut dipersiapkan

langkah-langkah penelitian. Langkah pertama yaitu dengan melakukan pretest

kepada seluruh siswa kelas XF. Kemudian dilakukan wawancara kepada 3

orang siswa untuk mengetahui pemahaman awal dan Zone of Proximal

Development (ZPD) yang dimiliki siswa tentang Listrik Dinamis. Siswa yang dipilih ditentukan berdasarkan pretest yang memiliki nilai tertinggi,

nilai tengah dan nilai terendah.

Untuk mengembangkan pemahaman awal siswa dilakukan

treatment yang sesuai dengan hasil pretest dan wawancara mengenai pemahaman awal siswa tentang listrik dinamis. Treatment yang dilakukan

yaitu dengan menggunakan metode eksperimen. Dimana di dalam

pembelajaran siswa akan dibagi dalam kelompok dan melakukan

eksperimen.

Setelah dilakukan treatment, seluruh siswa kelas XF diberikan test

(posttest). Wawancara kembali dilakukan kepada 3 orang siswa yang

(32)

17 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan termasuk jenis penelitian kualitatif

dan kuantitatif. Penelitian kualitatif dilakukan dengan menggunakan

wawancara. Penelitian kuantitatif dilakukan dengan menggunakan pretest

dan posttest. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian

yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan

apa adanya (Sukardi, 2008: 157). Metode desktiptif ini digunakan karena

peneliti ingin mengetahui perkembangan pemahaman siswa sebelum dan

sesudah pembelajaran yang mengacu pada ZPD dengan teori

konstruktivisme.

B. Partisipan Penelitian

a. Populasi : siswa kelas XF berjumlah 30 orang

b. Sampel : 3 siswa dari kelas XF. Sampel diambil dari hasil pretest

siswa yang masing-masing memiliki nilai tertinggi, menengah, dan

(33)

C. Design Penelitian

Penelitian ini menggunakan design penelitian wawancara bebas

terpimpin dan one group pretest- posttest design. Dimana wawancara

bebas terpimpin, pewawancara sudah mempersiapkan beberapa pertanyaan

atau point yang ingin diajukan dalam wawancara (Suparno, 2010: 62).

Sedangkan untuk design one group pretest- posttest, satu

kelompok diobservasi atau diukur bukan hanya akhir treatment (posttest)

tetapi juga sebelumnya (pretest) (Suparno, 2010: 140).

Gambar 3. Diagram Desain Penelitian

D. Waktu dan Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari- Mei 2016 di SMA

N 1 Depok, Babarsari.

Pretest Analisis Pretest Wawancara Pra

Pembelajaran Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran Pelaksanaan Pembelajaran Posttest

Analisis Posttest Wawancara Akhir

(34)

E. Treatment

Treatment yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu pemberian pembelajaran Fisika tentang Listrik Dinamis pada peserta didik kelas XF

SMA N 1 Depok, Babarsari Yogyakarta tahun pelajaran 2015/2016.

F. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini instrumen penelitiannya adalah penelitian

dengan menggunakan instrumen wawancara bebas terpimpin dan test

yang dilakukan dua kali yaitu sebelum (pretest) dan sesudah (posttest)

pembelajaran. Dalam penelitian ini diberikan treatment yang mengacu

pada hasil pretest dan wawancara awal sehingga dapat disusun Rancangan

Pelaksanaan Pembelajaran yang sesuai dengan pemahaman awal siswa.

Penyusunan pretest dan posttest mengacu pada indikator yang

ingin dicapai sesuai dengan materi yang diteliti. Berikut tabel kisi-kisi soal

pretest dan posttest:

Tabel 1. Kisi-kisi Soal Pretest dan Posttest

Indikator Soal Siswa dapat menjelaskan arus listrik dalam suatu rangkaian tunggal

1. Pernyataan yang benar berdasarkan rangkaian dibawah ini (ketiga lampu identik) !

(35)

a. Lampu A dan B akan menyala sama terang, dan lebih terang dibandingkan lampu C b. Lampu B dan Lampu C akan menyala sama

terang, dan lebih redup dari lampu A c. Lampu A, B, C akan menyala sama terang d. Lampu A dan lampu C akan menyala sama

terang, dan lebih terang dibandingkan lampu B

2. Pada suatu rangkaian tunggal, dengan hanya satu lintasan aliran arus, seperti pada gambar dibawah ini,

Jika I adalah arus listrik, pernyataan yang tepat adalah

a. Kuat arus listrik di titik A sama dengan kuat arus listrik di titik B

b. Kuat Arus listrik di titik A lebih besar dibandingkan kuat arus listrik dititik B c. Kuat Arus listrik di titik B lebih besar

dibandingkan kuat arus listrik dititik A d. Tidak ada kuat arus listrik di titik A dan titik

B. Siswa dapat

menjelaskan suatu

3. Terdapat sebuah beterai yang disambungkan dengan lampu

I

Peralatan ( lampu)

(36)

rangkaian sebuah baterai dan kawat dalam menyalakan bola lampu

Penjelasan yang tepat untuk rangkaian sebuah baterai dan kawat tunggal dalam menyalakan bola lampu, adalah

a. Lampu akan menyala karena ada arus yang mengalir dari baterai

b. Lampu tidak menyala karena tidak ada rangkaian tertutup untuk aliran arus.

c. Lampu tetap menyala karena kawat terhubung dengan salah satu terminal baterai

d. Lampu tidak menyala karena tidak ada sumber tegangan. Siswa dapat menjelaskan penerapan hukum ohm dalam suatu rangkaian

4. Terdapat sebuah rangkaian sebuah bola lampu dan sumber tegangan yang dapat diubah- ubah, seperti pada gambar dibawah ini:

Berdasarkan rangkaian diatas, besaran manakah yang dapat mengubah besarnya kuat arus listrik? a. Hambatan ( R ) bola lampu saja

b. Sumber Tegangan ( V ) saja.

Bola lampu +

(37)

c. Hambatan ( R ) dan sumber tegangan ( V ) dapat mengubah besarnya kuat arus listrik d. Hambatan ( R ) dan sumber tegangan ( V )

tidak dapat mengubah besarnya kuat arus listrik.

5. Arus I memasuki hambatan ( resistor ) seperti pada gambar dibawah ini

Pernyataan yang benar berdasarkan gambar diatas adalah

a. Potensial dititik A lebih besar dibandingkan potensial dititik B

b. Potensial dititik B lebih besar dibandingkan potensial dititik A

c. Titik A dan titik B memiliki potensial yang sama besar

d. Titik A dan titik B memiliki potensial nol.

6. Sebuah bola lampu senter kecil, menarik arus I dari beterai tengan tegangan tertentu. Bagaimana hambatan bola lampu tersebut?

a. Hambatannya merupakan perbandingan antara tegangan terhadap arus listrik

b. Hambatan merupakan perbandingan antara arus listrik terhadap tegangan

c. Hambatan merupakan perkalian antara arus listrik dan tegangan

d. Hambatan merupakan penjumlahan antara arus

A I

B R

(38)

listrik dan tegangan. Siswa dapat

menjelaskan hambatan pada kawat

7. Terdapat dua buah kawat yang luas penampangnya sama, bahan sama, namun

panjangnya berbeda. Apabila kawat 1 panjangnya L sedangkan kawat 2 panjangnya dua kali L, maka bagaimana hambatan (resistansi) kawat 2 ?

a. Besarnya hambatan kawat 2, 4 kali lipat dari R kawat 1

b. Besarnya hambatan kawat 2, 2 kali lipat dari R kawat 1

c. Hambatan kawat 2 lebih kecil 4 kali lipat dari hambatan kawat 1

d. Hambatan kawat 2 lebih kecil 2 kali lipat dari hambatan kawat 1. Siswa dapat menjelaskan rangkaian yang termasuk rangkaian seri dan rangkaian paralel

8. Mana rangkaian yang menunjukkan hambatan (R) tersusun secara seri ?

1.

2.

3.

(39)

a. 1 dan 2 b. 2 dan 3 c. 1 dan 4 d. 2 dan 4

9. Hambatan/ Resistor mana pada gambar dibawah yang terhubung secara parallel ?

a. Ketiga resistor b. R1 dan R2

c. R2 dan R3

(40)

siswa dapat menjelaskan rangkaian ( seri dan paralel) yang menghasilkan daya lebih tinggi pada hambatan yang identik

10. Terdapat 2 bola lampu yang dirangkai dengan dua cara yakni, secara seri dan paralel.

Kedua rangkaian masing- masing memiliki tegangan yang tetap 12 volt. Berdasarkan rangkaian diatas bola lampu pada rangkaian apa yang menghasilkan cahaya lebih terang? a. Bola lampu yang dipasang seri akan

menghasilkan cahaya yang lebih terang, karena memiliki arus yang lebih besar. b. Bola lampu yang dipasang seri akan

menghasilkan cahaya lebih terang karena hambatannya besar sehingga arusnya juga semakin besar

c. Bola lampu yang dipasang paralel akan menghasilkan cahaya yang lebih terang, karena daya yang dihasilkan lebih kecil. d. Bola lampu yang dipasang paralel akan

menghasilkan cahaya lebih terang karena daya yang dihasilkan lebih besar.

Siswa dapat mengaplikasikan rangkaian seri dan paralel dalam

11. Menurut anda, dengan rangkaian manakah lampu depan mobil dipasang?

a. Rangkaian seri. Supaya mendapat arus yang sama

b. Rangkaian seri. Supaya mendapat tegangan

(41)

kehidupan sehari- hari

yang sama.

c. Rangkaian paralel. Supaya mendapat arus yang sama.

d. Rangkain paralel. Supaya mendapat tegangan yang sama.

Siswa dapat menjelaskan rangkaian bola lampu yang menghasilkan cahaya yang lebih tinggi dengan hambatan pada lampu yang sama.

12. Rangkaian dibawah ini memiliki tiga lampu yang identik, masing- masing dengan

hambatan R, jika sakelar S ditutup, bagaimana kecerahan lampu A dan B dibandingkan dengan C ?

a. Lampu A dan B akan menyala sama terang, dan lebih terang dari lampu C b. Lampu A dan B akan menyala sama terang

tetapi lebih redup dari lampu C

c. Lampu B dan C akan menyala sama terang, dan lebih terang dari lampu A

d. Lampu A dan C akan menyala sama terang, dan lebih terang dari lampu B

13. Bedasarkan gambar pada no.8 apakah yang terjadi apabila saklelar S dibuka ?

a. Lampu C akan mati sedangkan lampu A dan B akan menyala sama terang

(42)

dan lampu A akan menyala sama terang. c. Lampu A akan mati, dan lampu C akan

menyala lebih terang dibandingkan lampu B

d. Lampu A akan mati, sedangkan lampu B dan lampu C akan menyala sama terang 14. Pada gambar no 8, apakah yang akan terjadi

pada kecerahan bola lampu A, jika anda mengganti bola lampu B dengan hubungan pendek ?

a. Bola lampu A meredup

b. Kecerahan bola lampu A tidak berubah c. Bola lampu A akan semakin terang d. Bola lampu A akan padam.

Siswa dapat menjelaskan daya pada rangkaian di rumah tangga

15. Pemanas listrik 1800 W milik anda terlalu jauh dari meja anda untuk menghangatkan kaki anda. Pemanas listrik memiliki kabel yang terlalu pendek, sehingga anda harus merangkainya dengan sebuah kabel

penyambung yang memiliki nilai kuat arus 11 A. Apabila alat pemanas listrik dilintasi tegangan 120 V, menurut anda apa yang akan terjadi?

Dengan ketentuan tiap butir soal bernilai 1, maka pemahaman

siswa dapat ditentukan dengan;

Keterangan :

SS : skor tiap butir soal (%)

(43)

Smb = Skor maksimal tiap butir soal.

Tingkat ketercapaian butir soal diklasifikasikan menjadi 3 yaitu rendah,

sedang, tinggi. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 2. Klasifikasi Tingkat Ketercapaian Butir Soal

Presentase Kategori

0-30% Rendah

31-60% Sedang

61- 100 % Tinggi

Tingkat pemahaman awal siswa diklasifikasikan menjadi 5. Hal tersebut

dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3. Klasifikasi Tingkat Pemahaman Awal Siswa

Nilai Kategori 10- 29 Sangat kurang 30- 49 Kurang 50- 69 Cukup 70- 89 Baik 90- 100 Sangat Baik

(44)

G. Metode Pengumpulan Data

Tabel 4. Langkah Pengumpulan Data

Informasi Cara memperoleh Responden

1. Pemahaman Awal - Pretest - Wawancara pra pembelajaran - Seluruh siswa kelas XF - Sampel 3 siswa kelas XF 2. Letak Zone of Proximal Development - Pretest - Wawancara pra pembelajaran - Seluruh siswa kelas XF - Sampel 3 siswa kelas XF 3. Pemahaman akhir - Posttest - Wawancara akhir - Seluruh siswa kelas XF - Sampel 3 siswa kelas XF

Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data yaitu

dengan wawancara bebas terpimpin dan test. Wawancara digunakan untuk

mengetahui lebih dalam pemahaman partisipan tentang Listrik Dinamis

dengan mewawancari 3 orang peserta didik yang digunakan sebagai

sampel. Dalam kegiatan wawancara dibuat pertanyaan-pertanyaan yang

bisa digunakan untuk mengidentifikasi pemahaman awal partisipan, yang

mengacu pada hasil pretest. Hasil wawancara ini direkam menggunakan

recorder supaya tidak kehilangan data-data yang diperlukan.

Metode pengumpulan data menggunakan Test dilakukan dua kali,

(45)

perkembangan pemahaman siswa kelas X tentang Listrik Dinamis. Setelah

dilakukan tes sebelum pembelajaran (pretest) dan wawancara diberikan

treatment yang sesuai, kemudian dilakukan tes setelah pembelajaran

(posttest) dan wawancara akhir.

H. Metode Analisis data

1. Data Kuantitatif

Data kuantitatif diperoleh dari hasil pretest dan posttest yang telah

dilakukan seluruh siswa kelas XF. Berikut adalah tabel analisis hasil

pretest dan posttest siswa:

Tabel 5. Analisis Pretest

No Kode Siswa Nomer Item Skor Nilai Pretest 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Tabel 6. Analisis Posttest

No Kode Siswa Nomer Item Skor Nilai Posttest 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

(46)

Untuk mengetahui Distribusi pemahaman awal siswa dibuat tabel sebagai

berikut:

Tabel. 7 Klasifikasi Pemahaman Awal Siswa

Untuk menganalisis tingkat pemahaman awal siswa dalam setiap butir

soal, digunakan hasil dari pretest. Data didistribusikan dalam tabel klasifikasi

penilaian butir soal pretest

Tabel. 8 Klasifikasi Penilaian Butir Soal Pretest No Kode Siswa Nilai Posttest Kategori Penilaian Sangat Baik

Baik Cukup Kurang Sangat

Kurang

Indikator No.Soal Present

asi (%)

Tingkat Ketercapaian Rendah Sedang Tinggi

(47)

Untuk mengetahui Distribusi pemahaman akhir siswa dibuat tabel sebagai

berikut:

Tabel. 9 Klasifikasi Pemahaman Akhir Siswa

Untuk menganalisis tingkat pemahaman akhir siswa dalam setiap butir

soal, digunakan hasil dari posttest. Data didistribusikan dalam tabel klasifikasi

penilaian butir soal posttest.

Tabel. 10 Klasifikasi Penilaian Butir Soal posttest

Hasil test juga dianalisis menggunakan T-Test untuk kelompok dependen.

T-test ini digunakan untuk mengetes satu kelompok yang dites dua kali, yaitu pada pretest dan posttest. Kelompok dependen merupakan kelompok yang saling

bergantung, berkaitan atau bahkan sama. Untuk cara menghitungnya dapat

digunakan rumus: (Suparno, 2011:87) No Kode Siswa Nilai Posttest Kategori Penilaian Sangat Baik

Baik Cukup Kurang Sangat

Kurang

Indikator No.Soal Present

asi (%)

Tingkat Ketercapaian Rendah Sedang Tinggi

(48)

Trel=

Dimana:

D = Perbedaan antara skor setiap subjek = Xi1 – Xi2

N = Jumlah pasang skor (jumlah pasangan)

Derajat kebebasan: df = N – 1

Setelah diperoleh nilai Treal , kemudian Treal dibandingkan dengan Tcrit

dalam tabel korelasi dengan level significant 0,05. Jika Treal > Tcrit maka

significant, artinya ada perubahan yang significant, jika sebaliknya Treal < Tcrit

maka tidak ada significant.

Untuk mempermudah dalam menganalisis data yang diperoleh peneliti

menggunakan program SPSS 20.

2. Data Kualitatif

Data kualitatif diperoleh dengan cara melakukan wawancara. Wawancara

tersebut dilakukan pada sampel yang terpilih. Wawancara direkam

menggunakan recorder kemudian ditranskip dari bentuk rekaman ke dalam

bentuk percakapan, agar mempermudah peneliti dalam menganalisis pendapat

partisipan mengenai Listrik Dinamis.

Untuk menentukan profil ZPD dilakukan analisis berdasarkan hasil pretest

dan wawancara pra pembelajaran. Profil ZPD digunakan untuk menyusun

(49)

Untuk menganalisis hasil wawancara diawal pembelajaran dibuat tabel

sebagai berikut:

Tabel. 11 Analisis Wawancara Pra Pembelajaran

No

Soal Hasil Pretest Kelas

Pertanyaan Wawancara Pemahaman Awal 1 2

Untuk menganalisis hasil wawancara di akhir pembelajaran dibuat tabel sebagai

berikut:

Tabel. 12 Analisis Wawancara akhir

No

Soal Hasil Posttest Kelas

Pertanyaan Wawancara Pemahaman Akhir 1 2

(50)

35 BAB IV

DATA, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN A. Data

A.1 Deskriptif Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 31 Februari sampai 12 Mei 2016

di SMA Negeri 1 Depok, Bababarsari Yogyakarta. Subyek penelitian adalah

seluruh siswa kelas XF berjumlah 30 orang. Pada penelitian ini peneliti

memberikan pretest kepada seluruh siswa dan melakukan wawancara kepada 3

orang siswa berdasarkan hasil analisis pretest siswa untuk mengetahui Zone of

Proximal Development (ZPD) siswa. Berdasarkan hasil pretest dan wawancara awal, peneliti merancang pembelajaran guna meningkatkan pemahaman siswa.

Setelah proses pembelajaran selesai dilaksanakan, peneliti memberikan posttest

kepada seluruh siswa dan wawancara akhir pada siswa yang sebelumnya telah

diwawancarai untuk mengetahui pemahaman akhir siswa. Berikut adalah kegiatan

yang dilakukan selama penelitian:

Pretest : 25 Februari 2016

Wawancara pra pembelajaran : 16 Maret 2016

Pelaksanaan Pembelajaran : 31 Maret 2016 – 28 April 2016

Posttest : 12 Mei 2016

(51)

A.2 Pretest

Tabel 13. Analisis Hasil Pretest

No

Kode siswa

Nomer item skor Nilai

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 9 60 2 2 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 4 26,7 3 3 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 6 40 4 4 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 6 40 5 5 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 7 46,7 6 6 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 7 46,7 7 7 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 6 40 8 8 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 5 33,3 9 9 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 7 46,7 10 10 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 3 20 11 11 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 8 53,3 12 12 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 9 60 13 13 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 8 53,3 14 14 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 7 46,7 15 15 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 6 40 16 16 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 8 53,3 17 17 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 5 33,3 18 18 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 7 46,7 19 19 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 9 60 20 20 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 6 40 21 21 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 9 60 22 22 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 4 26,7 23 23 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 4 26,7 24 24 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 8 53,3

(52)

A.3 Wawancara Pra Pembelajaran

Data disajikan dalam bentuk transkrip wawancara (Terlampir

pada lampiran ....).

A.4 Posttest

Tabel 14. Analisis Hasil Posstest

No Kode

siswa

Nomer item Skor Nilai

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 9 60 2 2 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 12 80 3 3 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 10 66,67 4 4 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 8 53,33 5 5 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 9 60 6 6 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 8 53,33 7 7 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 6 40 8 8 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 8 53,33 9 9 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 10 66 25 25 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 9 60 26 26 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 9 60 27 27 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 6 40 28 28 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 9 60 29 29 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 5 33,3 30 30 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 8 53,3 Jumlah Skor 24 15 10 6 7 21 19 26 20 9 5 18 3 14 7 1360 Rata- Rata Kelas 45,333

(53)

10 10 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 9 60 11 11 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 10 66,67 12 12 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 9 60 13 13 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 11 73,33 14 14 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 6 40 15 15 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 10 66,67 16 16 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 8 53,33 17 17 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 7 46,67 18 18 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 8 53,33 19 19 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 10 66,67 20 20 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 11 73,33 21 21 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 12 80 22 22 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 5 33,33 23 23 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 10 66,67 24 24 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 11 73,33 25 25 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 9 60 26 26 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 10 46,67 27 27 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 6 40 28 28 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 10 66,67 29 29 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 7 78,67 30 30 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 6 40 Jumlah skor 24 22 23 3 20 28 28 30 23 17 8 8 4 14 13 1778 Rata- rata kelas 80 73 77 10 67 93 93 100 77 57 27 27 13 47 43 57,35

(54)

A.5 Wawancara Setelah Pembelajaran

Data disajikan dalam bentuk transkrip wawancara (Terlampir

pada lampiran ....).

B. Analisis Data dan Pembahasan

B.1 Hasil Pretest

Nilai rata- rata pretest kelas XF adalah 45,33

Skor tertinggi pada pretest dengan jumlah skor 9 diperoleh oleh siswa dengan kode 1, 12, 19, 25, 26 dan 28.

Skor terendah pada pretest dengan jumlah skor 3 diperoleh oleh siswa dengan kode 3.

Soal dengan kesulitan tertinggi ditandai dengan skor terendah yaitu 3 adalah soal nomor 13. Soal nomor 13 dengan indikator siswa

dapat menjelaskan rangkaian bola lampu yang menghasilkan

cahaya paling terang dengan lampu yang identik. Pada soal

terdapat 3 buah lampu identik lampu C dirangkai seri terhadap

lampu A dan lampu B yang terangkai paralel. Kemudian diantara

lampu A dan lampu B terdapat saklar, apabila saklarnya terbuka,

maka yang terjadi adalah lampu A akan mati sedangkan lampu B

tetap menyala karena terangkai paralel, namun lampu C akan lebih

redup dibandingkan lampu C. Kebanyakan siswa menjawab bahwa

(55)

dibandingkan lampu B karena lampu C lebih dekat dengan sumber

tegangan sehingga arusnya lebih besar.

Soal dengan kesulitan terendah ditandai dengan skor tertinggi yaitu 26 adalah soal nomor 8. Soal nomor 8 dengan indikator siswa dapat

menjelaskan rangkaian yang termasuk rangkaian seri dan rangkaian

paralel, dimana terdapat 4 rangkaian siswa diminta

mengelompokkan rangkaian yang termasuk rangkaian seri.

Distribusi klasifikasi Penilaian Pretest Siswa

Tabel 15. Klasifikasi Penilaian Pemahaman Awal Siswa

No Kode Siswa Nilai Pretest Kategori Penilaian Sangat Baik

Baik Cukup Kurang Sangat

Kurang 1 1 60   2 2 26,67   3 3 40   4 4 40   5 5 46,67   6 6 46,67   7 7 40  8 8 33,33   9 9 46,67   10 10 20  11 11 53,33   12 12 60   13 13 53,33   14 14 46,67 

(56)

Klasifikasi Butir Soal

Tabel 16. Klasifikasi Penilaian Butir Soal Pretest

No

Indikator No.Soal

Presentasi (%)

Tingkat Ketercapaian Rendah Sedang Tinggi

Siswa dapat menjelaskan arus listrik dalam suatu rangkaian tunggal

1 80 

1

2 50 

2 Siswa dapat menjelaskan

rangkaian sebuah baterai dan 3 33 

15 15 40   16 16 53,33   17 17 33,33   18 18 46,67   19 19 60   20 20 40   21 21 60   22 22 26,67   23 23 26,67   24 24 53,33   25 25 60   26 26 60   27 27 40   28 28 60   29 29 33,33   30 30 53,33   Jumlah 12 14 4

(57)

kawat dalam menyalakan bola lampu

3 Siswa dapat menjelaskan

penerapan hukum ohm dalam suatu rangkaian 4 20  5 23,33  6 70 

4 Siswa dapat menjelaskan

hambatan pada kawat 7 63,7 

5 Siswa dapat menjelaskan rangkaian yang termasuk rangkaian seri dan rangkaian paralel

8 86,7 

9 66,7 

6 Siswa dapat menjelaskan

rangkaian ( seri dan paralel) yang menghasilkan daya lebih tinggi pada hambatan yang identik

10 30 

7 Siswa dapat mengaplikasikan rangkaian seri dan paralel dalam kehidupan sehari- hari

11 16,7 

7 Siswa dapat menjelaskan rangkaian bola lampu yang menghasilkan cahaya yang lebih tinggi dengan hambatan pada lampu yang sama.

12 60 

13 10 

14 46,7 

(58)

pada rangkaian di rumah tangga

Berdasarkan tabel diatas mengenai konsep listrik dinamis dapat dilihat

bahwa siswa kelas XF memiliki pemahaman yang rata- rata berada pada tingkat

yang rendah dan sedang. Hasil pretest ini dapat diketahui bagaimana pemahaman

siswa. Untuk indikator nomor 3 tentang hukum ohm, pada soal nomor 4 tentang

besaran apakah yang dapat mengubah besarnya kuat arus, pada rangkaian dengan

1 bola lampu dan tegangan yang dapat diubah- ubah. Sebagian siswa- siswa

menjawab yang dapat mengubah besarnya kuat arus adalah hambatan dan

tegangan. Dalam kasus ini siswa mengetahui hukum ohm dimana besarnya kuat

arus dapat ditentukan dengan besarnya hambatan dan tegangan, namun siswa

belum dapat membaca dengan cermat soal yang diberikan dimana terdapat 1 buah

lampu saja, lampu tersebut memiliki hambatan dalam yang tidak dapat diubah-

ubah, sehingga besarnya kuat arus hanya ditentukan oleh besarnya tegangan saja.

Indikator yang sama, pada soal nomor lima, dimana terdapat gambar yang

terdiri 2 titik yakni A dan B dengan arah arus dari titik A menuju titik B,

kemudian siswa diminta untuk memilih pernyataan yang benar. Siswa banyak

yang memilih potensial dititik A dan B memiliki potensial yang sama besar.

Siswa belum bisa menjelaskan jalannya aliran arus. Pada soal terlihat arus

mengalir dari titik A ke titik B, arus listrik mengalir dari titik yang berpotensial

tinggi ke titik yang berpotensial rendah, sehingga potensial dititik A lebih tinggi

(59)

Indikator ke enam tentang rangkaian (seri dan paralel) yang menghasilkan

daya lebih tinggi pada hambatan yang identik dengan soal nomor 10, dimana

terdapat dua buah bola lampu identik yang dirangkai seri dengan sumber tegangan

dan dua bola lampu identik yang terangkai paralel dan juga terangkai paralel

dengan sumber tegangan. Kemudian di cari rangkaian yang menghasilkan cahaya

paling terang antara rangkaian paralel dan rangkaian seri tersebut, kebanyakan

siswa menjawab lampu yang dirangkai paralel akan menghasilkan cahaya lebih

terang karena daya yang dihasilkan lebih kecil. Dapat dilihat pemahaman siswa

yang keliru, siswa tahu bahwa lampu yang disusun paralel akan menghasilkan

cahaya yang lebih terang, namun siswa tidak tahu bagaimana menjelaskan.

Terang/ redupnya lampu tergantung pada Daya. Sedangkan daya itu sendiri

berbanding lurus dengan kuadrat tegangan dan berbanding terbalik dengan

hambatan. Pada 2 bola lampu yang dirangkai seri memiliki hambatan yang lebih

besar dibandingkan dua bola lampu yang dirangkai paralel. Kedua rangkaian

memiliki sumber tegangan yang sama besar, sehingga semakin besar hambatan

maka daya yang dihasilkan akan semakin kecil sehingga daya pada rangkaian seri

lebih kecil sehingga ditandai dengan lampu yang menyala lebih redup

dibandingkan dengan lampu yang dipasang paralel karena menghasilkan daya

(60)

B.2 Wawancara Pra Pembelajaran

Wawancara dilaksanakan setelah hasil pretest dianalisis.

Wawancara diberikan kepada 3 siswa yang memiliki nilai tertinggi,

menengah dan rendah dari hasil analisis pretest. 3 siswa dipilih untuk

mewakili keadaan pemahaman awal seluruh siswa sebelum diberi

pembelajaran. Wawancara dilakukan untuk mengetahui lebih

pemahaman awal siswa mengenai materi listrik dinamis dan

(61)

Tabel 17. Analisis Pretest dan Wawancara Pra Pembelajaran No.

Soal

Hasil Pretest Kelas Pertanyaan Wawancara Pra

Pembelajaran

Hasil Wawancara Pra

Pembelajaran

1 Soal nomor 1 mengenai arus listrik, dimana tiga bola lampu yang dirangkai dalam suatu rangkaian tunggal dengan sumber tegangan tertentu, kemudian dianalisis bagaimana intensitas ketiga lampu. Pada soal ini sudah banyak siswa yang memahami bahwa dengan ketiga lampu yang identik, yang dirangkai dalam satu rangkaian tunggal akan menghasilkan kuat arus yang sama besar, sehingga

masing- masing lampu

mendapatkan arus yang sama.

kamu tau nggak arus listrik itu apa ? menurut kamu arus listrik itu bisa

mengalir nggak ?

misalnya saya mempunyai rangkaian yang terdiri dari baterei dan tiga bola lampu yang identik, dihubungkan dalam satu rangkaian tunggal. Menurut kamu apa yang terjadi dengan arus pada ketiga bola lampu ? bagaimana intensitas tiga buah lampu

tersebut ?

siswa masih belum bisa

menjelaskan apa itu arus listrik. Ada siswa yang beranggapan bahwa arus listrik adalah tegangan.

Namun siswa tahu bahwa arus listrik dapat mengalir.

Siswa masih beranggapan bahwa lampu yang dilebih dekat dengan sumber tegangan akan menghasilkan cahaya yang lebih terang karena arusnya belum terbagi.

(62)

Pada soal nomor 1, jumlah siswa yang menjawab benar ada 23 siswa.

2 Soal nomor 2 mengenai, kuat arus dalam suatu rangkaian tertutup. Pada soal ini sudah banyak siswa yang memahami dimana dalam satu rangkaian tunggal kuat arusnya sama. Ini terbukti setengah dari jumlah siswa dikelas 15 orang menjawab benar.

misalnya saya mempunyai rangkaian yang terdiri dari baterei dan tiga bola lampu yang identik, dihubungkan dalam satu rangkaian tunggal. Menurut kamu apa yang terjadi dengan arus pada ketiga bola lampu ?

Dua siswa menjawab bahwa lampu yang lebih dekat dengan sumber tegangan memiliki arus yang lebih besar, sedangkan salah satu siswa menjawab kuat arus dalam satu rangkaian tunggal sama besar, karena hanya punya satu aliran arus saja.

3 Pada soal nomor 3, mengenai arus hanya bisa mengalir pada suatu rangkain yang tertutup. Pada soal ini, siswa kurang memahami gambar dalam soal dimana terdapat baterai yang kutub positif dihubungkan

Ada tiga rangkaian dimana masing- masing rangkaian terdiri dari baterai dan kawat tunggal. Menurut kamu rangkaian mana yang akan membuat bola lampu menyala ?

Siswa C menjawab rangkaian A akan menyala, namun siswa C tidak mengetahui alasannya.

(63)

dengan bola lampu sedangkan kutub negatifnya dibiarkan terbuka, sehingga rangkaian tidak akan menagalirkan arus dan menyebabkan lampu mati/ tidak menyala. Ini dibuktikan dari jumlah siswa yang menjawab benar 11 orang kurang dari 50 % dari jumlah siswa dalam kelas.

4 Pada soal nomor 4, mengenai aplikasi hukum ohm. Pada soal ini banyak siswa terkecoh dengan pilihan jawabannya. Siswa paham tentang hukum ohm, namun siswa kurang paham dalam mengaplikasi hukum ohm ke soal. Ini dibuktikan dengan banyak siswa

Disini saya mempunyai sebuah rangkaian listrik yang terdiri dari satu buah lampu dan sumber tegangan yang dapat diubah- ubah, yang dirangkai dalam satu rangkaian tunggal dengan hanya satu lintasan arus.

Siswa A, siswa B dan siswa C menjawab sama yakni,

- Hambatan dan tegangan dapat mengubah besarnya kuat arus.

(64)

yang menjawab C dibanding kan

jawaban B. Siswa yang

menjawab benar hanya 4 siswa.

Berdasarkan gambar, menurut kamu besaran yang dapat mengubah besarnya kuat arus pada rangkaian tersebut adalah ?

5 Soal nomor 5 mengenai beda potensial pada 2 titik yang berbeda. Pada soal ini siswa kurang memahami tentang potensial pada titik yang berbeda ini. Dibuktikan dengan hanya 7 siswa yang menjawab benar.

berdasarkan gambar diatas menurut kamu titik yang memiliki potensial yang tinggi adalah titik ?

Siswa A, siswa B, dan siswa C menjawab bahwa titik A memiliki potensial yang lebih tinggi dibandingkan titik B karena titik A belum

melewati hambatan

sedangkan titik B sudah melewati hambatan sehingga lebih rendah.

A B

(65)

6 Soal nomor 6 mengenai hubungan antara kuat arus, tegangan dan hambatan ( hukum ohm ). Pada soal ini siswa sudah memahami tentang hubungan antara kuat arus, teganagn dan hambatan. Ini ditandai dengan 20 siswa menjawab benar.

Kamu tau nggak hubungan arus I dengan tegangan ?

Kamu tau nggak hubungan arus dengan hambatan ?

Siswa A, siswa B dan siswa C menjawab bahwa kuat arus berbanding lurus dengan tegangan dan berbanding terbalik dengan hambatan.

7 Pada soal nomor 7 mengenai, hambatan pada kawat. Pada soal

ini mengenai hubungan

panjanng kawat terhadap

hambatan. Banyak siswa sudah memahami hubungan hambatan dan kawat. Ini terbukti dengan 20 siswa menjawab benar.

Misalnya terdapat dua kawat, luas penampangnya sama, bahannya juga sama, namun panjang kawatnya berbeda. Kawat 1 panjangnya L, sedangkan kawat 2 panjangnya 3L,

bagaimana hambatan kawat 2

dibandingkan dengan hambatan kawat 1 ?

Siswa A dan siswa C menjawab bahwa hambatan kawat 2 lebih besar dibandingkan dengan hambatan kawat 1 karena hambatan kawat 2 lebih panjang sehingga hambatannya lebih besar

Siswa B menjawab tidak tahu. 8 Pada soal nomor 8 mengenai,

rangkaian seri dan rangkaian

Kamu tau perbedaan rangkaian seri dan rangkaian paralel?

Ketiga siswa menjawab mereka tau perbedaan rangkaian seri

(66)

paralel. Siswa sudah paham tentang perbedaan rangkaian seri dan rangkaian paralel. Ini dibukttikan dengan 20 siswa dari 30 siswa menjawab benar.

Kalau misalnya ada 4 gambar rangkaian resistor, bisakah kamu membedakan mana yang termasuk rankaian seri dan mana yang termasuk rangkaian paralel ?

dan rangkaian paralel dimana rangkaian seri hanya terdiri dari satu lintasan/ rangkaian tunggal, sedangkan rangkaian paralel rangkain bercabang/ lebih dari satu lintasan arus.

Siswa A dengan mantap

menjawab benar mana yang termasuk rangkaian seri dan rangkaian paralel. Siswa B dan

siswa C masih bingung

menentukan. Siswa C sudah menjawab benar namun awalnya masih ragu- ragu sedangkan siswa B masih bingung pada 1 rangkaian.

9 Pada soal nomor 9 mengenai

hambatan yang dirangkai

Kamu tau perbedaan rangkaian seri dan rangkaian paralel?

( Jawabannya sama dengan nomor 8 dikarenakan inikator soal yang

(67)

paralel. Siswa diminta mengenali hambatan yang dirangkai secara paralel. Pada soal ini siswa sudah cukup paham mengenai rangkaian paralel dimana dibuktikan dengan 19 siswa menjawab benar.

Kalau misalnya ada 4 gambar rangkaian resistor, bisakah kamu membedakan mana yang termasuk rankaian seri dan mana yang termasuk rangkaian paralel ?

ditanyakan sama)

10 Pada soal nomor 10 mengenai daya yang dihasilkan pada rangkaian seri dan rangkaian paralel. Pada soal ini siswa kurang paham ditandai dengan hanya 4 siswa yang menjawab benar.

Misalnya kamu mempunyai dua bola lampu yang identik, dan dua baterai yang identik, bagaimana kamu menyusun lampu- lampu dan kedua baterai tersebut agar menghasilkan daya total maksimum ynag mungkin pada bola lampu ? ( dalam kasus ini hambatan bola lampu diabaikan)

Siswa menjawab lampu akan

disusun secara paralel sedangkan batereinya disusun secara seri karena apabila lampu disusun paralel supaya tegangan yang terbagi sama, namun siswa tidak bisa menjelaskan mengapa baterei disusun seri dan ada juga siswa yang menjawab kedua- duanya dirangkai secara seri.

Gambar

Gambar 2. Peta konsep Listrik Dinamis  .......................................................................
Gambar 1. 4 tahap perkembangan ZPD (Tharp &amp; Gallimore, 1998 : 35)  D.  Scaffolding
Gambar 2. Peta konsep Listrik Dinamis diukur dengan
Gambar 3. Diagram Desain Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jadi yang berperan dalam terjadinya osteoporosis secara langsung adalah jumlah dan aktivitas dari sel osteoklas untuk menyerap tulang yang dipengaruhi oleh

b. Siswa hanya dapat menyusun teks laporan informasi sederhana tentang proses perubahan cuaca dengan bantuan guru. Siswa dapat menjelaskan sikap yang sesuai dalam

Estimasi parameter Regresi Logistik Ridge menggunakan metode MLE dengan iterasi Newton-Raphson yang akan digunakan untuk memaksimumkan fungsi obyektif pada

C language variables can be bound to attributes of the query result, so that when a result tuple is fetched using SQLFetch , its attribute values are stored in corresponding

Proses perubahan dalam pembelajaran dikembangkan dalam pembelajaran nilai dalam bentuk nilai perilaku (behavioural values) yang ditampilkan dalam setiap

Neraca harus disusun secara sistematis sehingga dapat memberikan gambaran posisi keuangan dari suatu perusahaan pada suatu saat tertentu. Sedangkan pengertian neraca menurut S..

Berdasarkan hasil penelitian kejadian diare pada bayi di Klinik Pratama Umum Pelita Hati Banguntapan Bantul menunjukkan bahwa sebagian besar bahwa bayi responden

• Teacher distributes a narrative text as a topic material then gives some questions about narrative text before teacher asks students to read. • Students read the text