i
Pengembangan Pemahaman Siswa Kelas XF di SMA N 1 Depok tentang Listrik Dinamis Berdasarkan Identifikasi
Zone of Proximal Development Siswa
SKRIPSIal Judul
I. ALAMA
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
Disusun Oleh: Afriani Neriyanti Mada
NIM: 121424051
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iii
iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Aku sekali- kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali- kali tidak akan meninggalkan engkau.
(Ibrani 13 : 5b)
Kupersembahkan Sepenuhnya Karyaku untuk : Tuhan Yesus Sobat setiaku
Almarhum Bapak Tercinta dan Ibunda Tersayang Kakak dan Adikku yang selalu menjadi penyemangatku
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan dalam daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 27 Juli 2016
Penulis,
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta :
Nama : Afriani Neriyanti Mada NIM : 121424051
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya berjudul: PENGEMBANGAN
PEMAHAMAN SISWA KELAS XF DI SMA N 1 DEPOK TENTANG LISTRIK DINAMIS BERDASARKAN IDENTIFIKASI ZONE OF PROXIMAL DEVELOPMENT SISWA beserta perangkat yang diperlukan
(bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Universitas Sanata Dharma untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelola di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 27 Juli 2016 Yang menyatakan
vii ABSTRAK
Afriani Neriyanti Mada. 2016. Pengembangan Pemahaman Siswa Kelas XF di SMA N 1 Depok tentang Listrik Dinamis Berdasarkan Identifikasi Zone of Proximal Development Siswa. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sanata Dharma. Yogyakarta.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui pemahaman awal siswa tentang Listrik Dinamis sebelum proses pembelajaran, (2) mengetahui profil Zone of Proximal Development siswa tentang Listrik Dinamis, (3) mengetahui pemahaman akhir siswa tentang listrik dinamis setelah pembelajaran yang dirancang berdasarkan Zone of Proximal Development.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari – Mei 2016. Dengan subyek penelitian adalah siswa kelas Xf di SMA N 1 Depok Yogyakarta. Pengumpulan data penelitian ini dengan melakukan (1) pretest, (2) Wawancara, (3) posttest, (4) Wawancara akhir pembelajaran.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada pemahaman awal siswa secara keseluruhan masih berada dalam kategori rendah. Berdasarkan hasil tersebut dapat ditentukan letak ZPD siswa sebagai acuan dalam merancang pembelajaran.
viii ABSTRACT
Afriani Neriyanti Mada. 2016. The Development of Understanding Student about Dinamic Electricity based on Zone of Proximal Development (ZPD) identification of 10th grader students of SMA N 1 Depok, Yogyakarta. Physics Education Study Program. Departement of Mathematics and Science Education. The Faculty of Education and Teacher Training. Sanata Dharma University Yogyakarta.
The purposed of this reseach are (1) to determine the initial understanding of students about the Dinamic Electricity before the learning process, (2) to identify the profil of Zone Proximal of Development students about Dinamic Electricity, (3) to determine the student’s final understanding of Dinamic Electricity after learning that are designed based on the Zone of Proximal Development.
This research is conducted on Februari – Mei 2016. The subject of research is students of class XF in Senior High School Depok Babarsari, Yogyakarta. The research data collection is done with (1) pretest, (2) interview pre learning, (3) posttest, (4) interview the end of learning.
The result of this research shows that the initial understanding of the students is stil in the low category. According to the result of this research, it can be determined that the ZPD’s Location of students as a reference in designing learning.
ix
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, atas segala kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi dengan judul “Pengembangan Pemahaman Siswa Kelas XF di SMA N 1 Depok tentang Listrik Dinamis Berdasarkan Identifikasi Zone of Proximal Development Siswa”, disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Penulisan skripsi ini terwujud atas bantuan dan kerja sama dari berbagai pihak yang telah berkenan membimbing dan memberi petunjuk serta motivasi. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan terima kasih setulus- tulusnya kepada:
1. Bpk. Tarsius Sarkim selaku Dosen Pembimbing atas bimbingan dan pengarahan selama penelitian sampai penyusunan skripsi ini.
2. Bpk. Drs. Maskur selaku Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Depok yang bersedia memberikan ijin peneliti melakukan penelitian di sekolah, serta membantu kelancaran dalam proses penelitian.
3. Ibu Dra. Dyah Saraswati selaku guru bidang studi fisika di SMA N 1 Depok yang telah membimbing dan membantu dalam penelitian.
4. Semua Dosen di Pendidikan Fisika yang sudah memberikan ilmu dan teladan yang sangat baik, serta memberikan motivasi yang tinggi dalam hidup saya.
5. Alm. Bapak, mama, kaka dan adik buat cinta dan kasihnya yang selalu mendukung dan menjadi penyemangat peneliti dalam mengerjakan skripsi ini.
6. Brigita dan Ratna teman skripsiku yang selalu setia menemani dan mendukung, serta berbagi suka dan duka.
7. Teman- teman saya Ririn, Neneng, Rolin, Lia, Asnat, Kak Ineke yang selalu menemani serta membantu saya selama ini.
8. Siswa kelas XF SMA N 1 Depok Babarsari yang sudah bersedia bekerja sama dari awal penelitian sampai akhir penelitian.
9. Teman- Teman Pendidikan Fisika 2012 buat dinamika selama 4 tahun. 10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuan dan semangatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
x
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv BAB 1 ... 1 PENDAHULUAN ... 1 A. LATAR BELAKANG ... 1 B. Rumusan Masalah ... 3 C. Tujuan penelitian ... 4 D. Kegunaan Penelitian ... 4 BAB II... 5 LANDASAN TEORI ... 5
A. Teori Belajar Konstruktivistik ... 5
B. Teori Konstruktivisme Sosial... 5
C. Zone of Proximal Development (ZPD) ... 6
D. Scaffolding ... 8
E. Peran Guru ... 9
F. Metode Pembelajaran Fisika ... 10
a. Metode Eksperimen ... 10
b. Diskusi- Presentasi ... 10
xi BAB III ... 17 METODOLOGI PENELITIAN ... 17 A. Jenis Penelitian ... 17 B. Partisipan Penelitian ... 17 C. Design Penelitian ... 18
D. Waktu dan Tempat penelitian ... 18
E. Treatment ... 19
F. Instrumen Penelitian ... 19
G. Metode Pengumpulan Data ... 29
H. Metode Analisis data ... 30
1. Data Kuantitatif ... 30
2. Data Kualitatif ... 33
BAB IV ... 35
DATA, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN ... 35
A. Data... 35
A.1 Deskriptif Pelaksanaan Penelitian ... 35
A.2 Pretest ... 36
A.3 Wawancara Pra Pembelajaran ... 37
A.4 Posttest ... 37
A.5 Wawancara Setelah Pembelajaran ... 39
B. Analisis Data dan Pembahasan ... 39
B.1 Hasil Pretest ... 39
B.2 Wawancara Pra Pembelajaran ... 45
B.3 Pemahaman Awal ... 56
B. 4 Zone of Proximal Development dan Pembelajarannya ... 56
B.5 Hasil Posttest ... 61
B.6 Wawancara Setelah Pembelajaran ... 65
B.7 Analisis SPSS ... 74
BAB V ... 75
PENUTUP ... 75
xii
xiii
Tabel 2. Klasifikasi Tingkat Ketercapaian Butir Soal ... 28
Tabel 3. Klasifikasi Tingkat Pemahaman Awal Siswa ... 28
Tabel 4. Langkah Pengumpulan Data ... 29
Tabel 5. Analisis Pretest ... 30
Tabel 6. Analisis Posttest ... 30
Tabel. 7 Klasifikasi Pemahaman Awal Siswa ... 31
Tabel. 8 Klasifikasi Penilaian Butir Soal Pretest ... 31
Tabel. 9 Klasifikasi Pemahaman Akhir Siswa ... 32
Tabel. 10 Klasifikasi Penilaian Butir Soal posttest ... 32
Tabel. 11 Analisis Wawancara Pra Pembelajaran ... 34
Tabel. 12 Analisis Wawancara akhir ... 34
Tabel 13. Analisis Hasil Pretest ... 36
Tabel 14. Analisis Hasil Posstest ... 37
Tabel 15. Klasifikasi Penilaian Pemahaman Awal Siswa ... 40
Tabel 16. Klasifikasi Penilaian Butir Soal Pretest ... 41
Tabel 17. Analisis Pretest dan Wawancara Pra Pembelajaran ... 46
Tabel 18. Klasifikasi Pemahaman Akhir Siswa ... 63
Tabel 19. Klasifikasi Penilaian Butir Soal Posttest ... 64
xiv
Gambar 2. Peta konsep Listrik Dinamis ... 13
xv
LAMPIRAN 2 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ... 80
LAMPIRAN 3 SOAL PRETEST DAN POSTTEST ... 93
LAMPIRAN 4 NILAI HASIL JAWABAN PRETEST SISWA ... 99
LAMPIRAN 5 NILAI HASIL JAWABAN POSTTEST SISWA ... 100
LAMPIRAN 6 TRANSKIP WAWANCARA PRA PEMBELAJARAN ... 101
LAMPIRAN 7 TRANSKIP WAWANCARA AKHIR PEMBELAJARAN ... 129
1 BAB 1
PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
Konstruktivisme adalah salah satu teori pembelajaran yang baik
digunakan dalam pembelajaran. Teori konstruktivisme menjelaskan bahwa
pengetahuan seseorang adalah bentukan (konstruksi) dari orang itu sendiri.
Pengetahuan selalu merupakan akibat dari suatu konstruktisi kognitif
kenyataan melalui kegiatan seseorang. Seseorang membentuk skema,
kategori, konsep dan struktur pengetahuan yang diperlukan untuk
pengetahuan (Piaget dalam Suparno, 2001).
Pemahaman tentang teori konstruktivisme dapat mudah dipahami,
namun dalam penggunaan teori konstruktivisme ini tidaklah mudah.
Dalam hal ini guru kesulitan dalam mengetahui bagaimana pemahaman
awal yang dimiliki siswa dalam mengkonstruksi pengetahuannya.
Dalam teori konstruktivisme, siswa membangun pengetahuannya
sendiri secara aktif. Disini guru hanya berperan sebagai fasilitator dalam
membantu siswa memahami suatu ilmu pengetahuan.
Guru harus bisa mengenali dimana Zone of proximal development
siswa, dengan demikian guru dapat mengatur langkah- langkah atau
bantuan yang diberikan kepada siswa berdasarkan identifikasi Zone of
Pemahaman awal yang dimiliki siswa menjadi sangat penting
diketahui oleh seorang guru. Dengan demikian, seorang guru dapat dengan
mudah memantau perkembangan belajar peserta didik dan sekaligus
menjadi ukuran seorang guru dalam melanjutkan materi.
Dalam proses pembelajaran pemahaman awal siswa dapat di
ketahui oleh guru dengan mengajukan pertanyaan- pertanyaan yang
berkaitan dengan suatu konsep. Pertanyaan yang diajukan harus bisa
menggali pengetahuan peserta didik terhadap suatu konsep.
Menurut Vygotsky, interaksi sebaya, perancah (scaffolding), dan
modeling merupakan faktor penting yang memfasilitasi perkembangan kognitif dan pemerolehan pengetahuan individu (Thalib, 2010:95).
Dengan demikian interaksi antar teman sebaya juga merupakan hal yang
penting bagi siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya. Metode
kooperatif eksperimen merupakan metode yang melibatkan interaksi antar
siswa/ teman sebaya. Pada interaksi ini diharapkan siswa dapat
mengkonstruksi pengetahuannya sendiri.
Oleh karena itu peneliti ingin melaksanakan sebuah penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui pengembangan pemahaman siswa kelas XF di
SMA N 1 Depok tentang Listrik Dinamis berdasarkan identifikasi Zone of
B. Rumusan Masalah
Sesuai dengan latar belakang yang telah diuraikan di atas dapat
diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pemahaman awal siswa tentang Listrik Dinamis
sebelum pembelajaran ?
2. Bagaimanakah profil Zone of Proximal Development siswa tentang
Listrik Dinamis?
3. Bagaimanakah pemahaman akhir siswa tentang Listrik Dinamis
setelah pembelajaran yang dirancang berdasarkan Zone of Proximal
C. Tujuan penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang ingin diteliti di atas, maka
penelitian ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui pemahaman awal siswa tentang Listrik Dinamis
sebelum pembelajaran.
2. Mengetahui profil Zone of Proximal Development siswa
tentang Listrik Dinamis.
3. Mengetahui pemahaman akhir siswa tentang Listrik Dinamis
setelah pembelajaran yang dirancang berdasarkan Zone of
Proximal Development siswa.
D. Kegunaan Penelitian
1. Bagi guru dan calon guru
Guru dan calon guru dapat menyadari betapa pentingnya mengetahui
Zone of Proximal Development siswa, dalam merancang suatu pembelajaran yang efektif.
2. Bagi peneliti
Dapat dimanfaatkan sebagai latihan dan cara untuk mengetahui Zone
of Proximal Development siswa sebagai acuan dalam merancang pembelajaran yang tepat, sehingga dapat mengembangkan
5 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Teori Belajar Konstruktivistik
Konstruktivisme adalah filosofi pembelajaran yang dilandasi
premis bahwa dengan merefleksikan pengalaman, kita membangun,
mengkonstruksi pengetahuan, pemahaman kita tentang usia tempat kita
hidup (Suyono dan Haryanto, 2011: 105).
Belajar menurut konstruktivis dapat dirumuskan sebagai
penyusunan pengetahuan dari pengalaman konkret, melalui aktivitas
kolaboratif, refleksi dan interpretasi. Aktivitas yang demikian
memungkinkan si pembelajar memiliki pemahaman yang berbeda
terhadap pengetahuan tergantung pada pengalamannya dan perspektif yang
dipakai dalam menginterpretasikannya. Pembelajaran merupakan aktivitas
pengaturan lingkungan agar terjadi proses belajar, yaitu interaksi si
pembelajar dengan lingkungannya (Khodijah, 2014: 80-81).
B. Teori Konstruktivisme Sosial
Teori sosiocultural Vygotsky menekankan pentingnya
perkembangan kecerdasan/intelegensi melalui kultur atau masyarakat.
Perkembangan individu terjadi melalui dua tahap, yaitu dimulai dengan
kemudian terjadi internalisasi intrapersonal. Keterampilan individu dapat
dikembangkan melalui interaksi individu dengan bantuan atau bimbingan
orang dewasa (guru) dan kolaborasi dengan teman sebaya (Thalib, 2010:
96).
C. Zone of Proximal Development (ZPD)
Vygotsy (dalam Yohanes, 2010: 129) mengemukakan konsep
tentang Zone of Proximal Development (ZPD) yang dapat diartikan
sebagai Daerah Perkembangan Terdekat. Vygotsy yakin bahwa
pembelajaran terjadi apabila siswa bekerja atau belajar menangani
tugas-tugas atau masalah kompleks yang masih dalam jangkauan kognitif siswa
atau tugas-tugas tersebut berada dalam Daerah Perkembangan Terdekat
(Zone of Proximal Development). Vygotsky (1978) mendefinisikan Zone
of Proximal Development sebagai berikut:
Zone of Proximal Development is the distance between the actual developmental level as determined by independent problem solving and the level of potential development as determined through problem solving under adult guidance or collaboration with more capable peers.
Zone of Proximal Development (ZPD) adalah jarak antara perkembangan aktual, seperti yang nampak dalam pemecahan masalah secara mandiri dan
tingkat perkembangan potensial, seperti yang ditunjukan dalam
pemecahan masalah dibawah bimbingan orang dewasa atau dengan
Menurut Tharp & Gallimore (dalam Yohanes, 2010: 131-132),
tingkat perkembangan ZPD (DPT) terdiri atas empat tahap, yaitu:
Tahap Pertama: More Dependence to Others Stage
Tahapan dimana kinerja anak mendapat banyak bantuan dari pihak
lain, seperti teman-teman sebayanya, orang tua, guru, masyarakat, ahli,
dan lain-lain. Dari sinilah muncul model pembelajaran kooperatif atau
kolaboratif dalam mengembangkan kognisi anak secara konstruktif.
Tahap Kedua: Less Dependence External Assistence Stage
Tahap dimana kinerja anak tidak lagi terlalu banyak mengharapkan
bantuan dari pihak lain, tetapi lebih kepada self assistance, lebih banyak
anak membantu dirinya sendiri.
Tahap Ketiga: Internalization and Automatization Stage
Tahap dimana kinerja anak sudah lebih terinternalisasi secara
otomatis. Kasadaran akan pentingnya pengembangan diri dapat muncul
dengan sendirinya tanpa paksaan dan arahan yang lebih besar dari pihak
lain. Walaupun demikian, anak pada tahap ini belum mencapai
kematangan yang sesungguhnya dan masih mencari identitas diri dalam
upaya mencapai kapasitas diri yang matang.
Tahap Keempat: De-automatization Stage
Tahap dimana kinerja anak mampu mengeluarkan perasaan dari
kalbu, jiwa, dan emosinya yang dilakukan secara berulang-ulang,
bolak-balik, recursion. Pada tahap ini, keluarlah apa yang disebut dengan de
Gambar 1. 4 tahap perkembangan ZPD (Tharp & Gallimore, 1998 : 35)
D. Scaffolding
Rudi (2010: 131) menjelaskan bahwa scaffolding adalah pemberian
bantuan (tuntunan) yang dapat mendukung siswa lebih kompeten dalam
usahanya menyelesaikan tugas di daerah jangkauan kognitifnya.
Scaffolding ini dapat berupa penyederhanaan tugas, memberikan petunjuk kecil mengenai apa yang harus dilakukan siswa, pemberian model
prosedur penyelesaian tugas, menunjukkan kepada siswa apa saja yang
telah dilakukannya dengan baik, pemberitahuan kekeliruan yang
dilakukan siswa dalam langkah pengerjaan tugas, dan menjaga agar rasa
frustasi siswa masih berada pada tingkat yang masih dapat ditanggungnya.
Scaffolding dari Vygotsky berbeda dengan sistem pembelajaran yang menggunakan modul yang telah diterapkan di Indonesia saat ini.
Scaffolding mengacu kepada kegiatan guru dalam membimbing kegiatan belajar anak (Thalib, 2010: 96)
E. Peran Guru
Dalam pendekatan konstruktivisme sosial, instruktur lebih
berperan sebagai fasilitator dari pada sebagai guru menurut pengertian
konvensional. Jika seorang guru menyampaikan materinya dengan
ceramah didaktis yang menyangkut pokok bahasan, maka fasilitator
membantu siswa untuk memperoleh pemahamannya sendiri terhadap suatu
pokok bahasan.
Bila dalam model pembelajaran lama pembelajar berperan secara
pasif, sedangkan dalam paradigma baru pembelajar memegang peran aktif
dalam pembelajaran. Perubahan ini mengakibatkan fasilitator harus
menunjukkan keterampilan yang berbeda dari seorang guru. Jika guru
berceramah, maka seorang fasilitator akan bertanya. Jika guru
menyediakan jawaban, maka seorang fasilitator akan menyediakan
bimbingan serta menciptakan suasana yang kondusif bagi siswa untuk
sampai pada simpulannya sendiri. Jika pembelajaran guru secara monolog,
maka seorang fasilitator mengakomodasi adanya dialog yang kontinyu
F. Metode Pembelajaran Fisika
a. Metode Eksperimen
Pelaksanaan metode ilmiah dalam suatu proses pembelajaran
FISIKA di kelas dapat dilakukan dengan metode eksperimen. Metode
eksperimen yang dilaksanakan oleh peserta didik level SMA berada pada
level pembuktian suatu teori, meskipun tidak menutup kemungkinan,
seorang peserta didik level SMA dapat menemukan suatu fakta baru
tentang fenomena gejala alam.
Metode eksperimen bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
berpikir peserta didik dalam menemukan dan memahami suatu konsep
atau teori FISIKA yang sedang dipelajari. Kemampuan berpikir peserta
didik dimulai dengan adanya pertanyaan apa, mengapa, kapan, dimana,
dan bagaimana suatu fenomena alam terjadi. Pertanyaan-pertanyaan
tersebut dapat diberikan oleh guru sebagai stimulus untuk melaksanakan
eksperimen, tetapi juga dapat berasal dari peserta didik akibat melihat
fenomena yang mereka jumpai.
b. Diskusi- Presentasi
Metode diskusi-presentasi merupakan cara pencapaian tujuan
pembelajaran FISIKA dengan komunikasi interaktif dalam penyampaian
ide atau pendapat dalam suatu forum ilmiah untuk membahas suatu
permasalahan FISIKA. Metode diskusi-presentasi diaplikasikan dalam
proses pembelajaran FISIKA untuk :
ii. Mendorong peserta didik mengekspresikan pendapatnya secara
bebas.
iii. Mendorong peserta didik menyumbangkan buah pikirnya untuk
memecahkan masalah bersama.
iv. Mengambil satu alternatif jawaban atau beberapa alternatif
jawaban untuk memecahkan masalah berdasarkan pertimbangan
yang seksama.
Kelebihan metode diskusi-presentasi antara lain :
1. Menyadarkan peserta didik bahwa masalah dapat dipecahkan
dengan berbagai jalan.
2. Menyadarkan peserta didik bahwa dengan berdiskusi, mereka
saling mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat
diperoleh keputusan yang lebih baik.
3. Membiasakan peserta didik untuk mendengarkan pendapat orang
lain sekalipun berbeda dengan pendapatnya dan membiasakan
bersikap toleransi.
4. Menanamkan karakter kooperatif atau mau bekerja sama dengan
orang lain.
Kelemahan metode diskusi-presentasi antara lain :
1. Metode diskusi tidak dapat dipakai dalam kelompok yang besar
atau kelas dengan jumlah yang besar.
3. Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara/agresif
sehingga peserta didik yang cenderung pendiam/nonassertive
mempunyai kesempatan yang terbatas dalam menyampaikan
ide/gagasan.
Metode diskusi memberikan kesempatan peserta didik menyampaikan
ide atau gagasan menurut apa yang mereka ketahui. Guru dapat
mengetahui sejauh mana konsep yang telah dipahami oleh peserta didik
ketika menyampaikan ide atau gagasan. Guru juga dapat mengetahui
salah konsep yang dimiliki peserta didik dari metode diskusi. Proses
pembelajaran FISIKA yang menggunakan metode ini dapat mengubah
paradigma teacher center menjadi student center dan mendorong peserta
didik membangun pengetahuan FISIKA, sikap ilmiah dan perilaku
G. Listrik Dinamis
Listrik Dinamis mempelajari tentang muatan- muatan listrik
bergerak, yang menyebabkan munculnya arus listrik.
Gambar 2. Peta konsep Listrik Dinamis
diukur dengan
Resistor
Amperemeter Voltmeter Waltmeter
Kuat Arus Tegangan Daya
Tegangan pada tiap komponen sama Hukum ohm Hukum I Kirchhoff Hukum II Kirchhoff
Kuat arus yang melalui tiap komponen sama Paralel RANGKAIAN LISTRIK ARUS SEARAH Seri
Diukur dengan Diukur dengan
Berkaitan dengan besaran Dihambat oleh
1. Hukum I Kirchhoff tentang arus
“ Pada rangkaian listrik yang bercabang, jumlah kuat arus yang masuk pada suatu titik cabang sama dengan jumlah kuat arus yang keluar dari titik cabang itu”.
Σ Imasuk = Σ Ikeluar
2. Susunan Seri- Paralel Penghambat listrik
a. Susunan Seri penghambat listrik
Penghambat- penghambat listrik, misalnya beberapa lampu
pijar dapat disusun seri. Dalam susunan seri, kuat arus yang
melalui tiap- tiap penghambat adalah sama besarnya.
b. Susunan paralel penghambat – penghambat listrik
Komponen- komponen listrik disebut disusun paralel jika
komponen- komponen tersebut dihubungkan sedemikian sehingga
tegangan pada ujung tiap- tiap komponen sama besarnya.
3. Hukum II Kirchhoff tentang tegangan
“ Jumlah aljabar tegangan yang mengelilingi suatu rangkaian tertutup (loop) sama dengan nol.”
Σ V = 0
4. Ggl dan tegangan jepit baterei
a. Ggl ε adalah tegangan antara kedua kutub baterai ketika baterai
tidak terbeban ( tidak mensuplai arus).
b. Tegangan jepit V adalah tegangan jepit antar kedua kutub baterai
H. Penelitian yang Relevan
Berdasarkan penelitian sebelumnya yang telah dilakukan, terdapat
penelitian yang relevan dengan penelitian ini, yaitu:
Skripsi yang ditulis oleh Gandha Setiawan, Jurusan Pendidikan
Matematika dan IPA, Program Studi Pendidikan Fisika, Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta tahun 2015, dengan judul Pemahaman Siswa Tentang
Konsep Usaha dan Energi: Sebuah Studi Kasus. Penelitian ini bertujuan
untuk mengungkapkan pemahaman siswa tentang konsep usaha dan
energi. Hasil dari penelitian ini diungkapkan bahwa terdapat perubahan
pemahaman setelah partisipan diberi pertanyaan baru yang mengarah pada
suatu konsep. Pada skripsi Gandha Setiawan lebih memfokuskan pada
perubahan pemahaman melalui pertanyaan-pertanyaan yang mengarah
pada suatu konsep. Sedangkan pada penelitian yang akan dilakukan selain
mengetahui perubahan pemahaman partisipan, peneliti juga ingin
mengenal letak Zone of Proximal Development partisipan.
I. Kerangka Pemikiran
Teori konstruktivisme menjelaskan bahwa pembelajaran akan
optimal ketika siswa aktif dan berada pada Zone of Proximal
Development. Sehingga peneliti berusaha menerapkan teori tersebut ke dalam penelitian ini.
Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui pemahaman
kepada konstruktivisme, mengetahui profil Zone of Proximal Development
siswa tentang listrik dinamis dalam pembelajaran yang mengacu kepada
konstruktivisme dan mengetahui pemahaman akhir siswa tentang listrik
dinamis setelah pembelajaran yang dirancang berdasarkan Zone of
Proximal Development siswa.
Sehingga untuk mencapai tujuan tersebut dipersiapkan
langkah-langkah penelitian. Langkah pertama yaitu dengan melakukan pretest
kepada seluruh siswa kelas XF. Kemudian dilakukan wawancara kepada 3
orang siswa untuk mengetahui pemahaman awal dan Zone of Proximal
Development (ZPD) yang dimiliki siswa tentang Listrik Dinamis. Siswa yang dipilih ditentukan berdasarkan pretest yang memiliki nilai tertinggi,
nilai tengah dan nilai terendah.
Untuk mengembangkan pemahaman awal siswa dilakukan
treatment yang sesuai dengan hasil pretest dan wawancara mengenai pemahaman awal siswa tentang listrik dinamis. Treatment yang dilakukan
yaitu dengan menggunakan metode eksperimen. Dimana di dalam
pembelajaran siswa akan dibagi dalam kelompok dan melakukan
eksperimen.
Setelah dilakukan treatment, seluruh siswa kelas XF diberikan test
(posttest). Wawancara kembali dilakukan kepada 3 orang siswa yang
17 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan termasuk jenis penelitian kualitatif
dan kuantitatif. Penelitian kualitatif dilakukan dengan menggunakan
wawancara. Penelitian kuantitatif dilakukan dengan menggunakan pretest
dan posttest. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian
yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan
apa adanya (Sukardi, 2008: 157). Metode desktiptif ini digunakan karena
peneliti ingin mengetahui perkembangan pemahaman siswa sebelum dan
sesudah pembelajaran yang mengacu pada ZPD dengan teori
konstruktivisme.
B. Partisipan Penelitian
a. Populasi : siswa kelas XF berjumlah 30 orang
b. Sampel : 3 siswa dari kelas XF. Sampel diambil dari hasil pretest
siswa yang masing-masing memiliki nilai tertinggi, menengah, dan
C. Design Penelitian
Penelitian ini menggunakan design penelitian wawancara bebas
terpimpin dan one group pretest- posttest design. Dimana wawancara
bebas terpimpin, pewawancara sudah mempersiapkan beberapa pertanyaan
atau point yang ingin diajukan dalam wawancara (Suparno, 2010: 62).
Sedangkan untuk design one group pretest- posttest, satu
kelompok diobservasi atau diukur bukan hanya akhir treatment (posttest)
tetapi juga sebelumnya (pretest) (Suparno, 2010: 140).
Gambar 3. Diagram Desain Penelitian
D. Waktu dan Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari- Mei 2016 di SMA
N 1 Depok, Babarsari.
Pretest Analisis Pretest Wawancara Pra
Pembelajaran Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran Pelaksanaan Pembelajaran Posttest
Analisis Posttest Wawancara Akhir
E. Treatment
Treatment yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu pemberian pembelajaran Fisika tentang Listrik Dinamis pada peserta didik kelas XF
SMA N 1 Depok, Babarsari Yogyakarta tahun pelajaran 2015/2016.
F. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini instrumen penelitiannya adalah penelitian
dengan menggunakan instrumen wawancara bebas terpimpin dan test
yang dilakukan dua kali yaitu sebelum (pretest) dan sesudah (posttest)
pembelajaran. Dalam penelitian ini diberikan treatment yang mengacu
pada hasil pretest dan wawancara awal sehingga dapat disusun Rancangan
Pelaksanaan Pembelajaran yang sesuai dengan pemahaman awal siswa.
Penyusunan pretest dan posttest mengacu pada indikator yang
ingin dicapai sesuai dengan materi yang diteliti. Berikut tabel kisi-kisi soal
pretest dan posttest:
Tabel 1. Kisi-kisi Soal Pretest dan Posttest
Indikator Soal Siswa dapat menjelaskan arus listrik dalam suatu rangkaian tunggal
1. Pernyataan yang benar berdasarkan rangkaian dibawah ini (ketiga lampu identik) !
a. Lampu A dan B akan menyala sama terang, dan lebih terang dibandingkan lampu C b. Lampu B dan Lampu C akan menyala sama
terang, dan lebih redup dari lampu A c. Lampu A, B, C akan menyala sama terang d. Lampu A dan lampu C akan menyala sama
terang, dan lebih terang dibandingkan lampu B
2. Pada suatu rangkaian tunggal, dengan hanya satu lintasan aliran arus, seperti pada gambar dibawah ini,
Jika I adalah arus listrik, pernyataan yang tepat adalah
a. Kuat arus listrik di titik A sama dengan kuat arus listrik di titik B
b. Kuat Arus listrik di titik A lebih besar dibandingkan kuat arus listrik dititik B c. Kuat Arus listrik di titik B lebih besar
dibandingkan kuat arus listrik dititik A d. Tidak ada kuat arus listrik di titik A dan titik
B. Siswa dapat
menjelaskan suatu
3. Terdapat sebuah beterai yang disambungkan dengan lampu
I
Peralatan ( lampu)
rangkaian sebuah baterai dan kawat dalam menyalakan bola lampu
Penjelasan yang tepat untuk rangkaian sebuah baterai dan kawat tunggal dalam menyalakan bola lampu, adalah
a. Lampu akan menyala karena ada arus yang mengalir dari baterai
b. Lampu tidak menyala karena tidak ada rangkaian tertutup untuk aliran arus.
c. Lampu tetap menyala karena kawat terhubung dengan salah satu terminal baterai
d. Lampu tidak menyala karena tidak ada sumber tegangan. Siswa dapat menjelaskan penerapan hukum ohm dalam suatu rangkaian
4. Terdapat sebuah rangkaian sebuah bola lampu dan sumber tegangan yang dapat diubah- ubah, seperti pada gambar dibawah ini:
Berdasarkan rangkaian diatas, besaran manakah yang dapat mengubah besarnya kuat arus listrik? a. Hambatan ( R ) bola lampu saja
b. Sumber Tegangan ( V ) saja.
Bola lampu +
c. Hambatan ( R ) dan sumber tegangan ( V ) dapat mengubah besarnya kuat arus listrik d. Hambatan ( R ) dan sumber tegangan ( V )
tidak dapat mengubah besarnya kuat arus listrik.
5. Arus I memasuki hambatan ( resistor ) seperti pada gambar dibawah ini
Pernyataan yang benar berdasarkan gambar diatas adalah
a. Potensial dititik A lebih besar dibandingkan potensial dititik B
b. Potensial dititik B lebih besar dibandingkan potensial dititik A
c. Titik A dan titik B memiliki potensial yang sama besar
d. Titik A dan titik B memiliki potensial nol.
6. Sebuah bola lampu senter kecil, menarik arus I dari beterai tengan tegangan tertentu. Bagaimana hambatan bola lampu tersebut?
a. Hambatannya merupakan perbandingan antara tegangan terhadap arus listrik
b. Hambatan merupakan perbandingan antara arus listrik terhadap tegangan
c. Hambatan merupakan perkalian antara arus listrik dan tegangan
d. Hambatan merupakan penjumlahan antara arus
A I
B R
listrik dan tegangan. Siswa dapat
menjelaskan hambatan pada kawat
7. Terdapat dua buah kawat yang luas penampangnya sama, bahan sama, namun
panjangnya berbeda. Apabila kawat 1 panjangnya L sedangkan kawat 2 panjangnya dua kali L, maka bagaimana hambatan (resistansi) kawat 2 ?
a. Besarnya hambatan kawat 2, 4 kali lipat dari R kawat 1
b. Besarnya hambatan kawat 2, 2 kali lipat dari R kawat 1
c. Hambatan kawat 2 lebih kecil 4 kali lipat dari hambatan kawat 1
d. Hambatan kawat 2 lebih kecil 2 kali lipat dari hambatan kawat 1. Siswa dapat menjelaskan rangkaian yang termasuk rangkaian seri dan rangkaian paralel
8. Mana rangkaian yang menunjukkan hambatan (R) tersusun secara seri ?
1.
2.
3.
a. 1 dan 2 b. 2 dan 3 c. 1 dan 4 d. 2 dan 4
9. Hambatan/ Resistor mana pada gambar dibawah yang terhubung secara parallel ?
a. Ketiga resistor b. R1 dan R2
c. R2 dan R3
siswa dapat menjelaskan rangkaian ( seri dan paralel) yang menghasilkan daya lebih tinggi pada hambatan yang identik
10. Terdapat 2 bola lampu yang dirangkai dengan dua cara yakni, secara seri dan paralel.
Kedua rangkaian masing- masing memiliki tegangan yang tetap 12 volt. Berdasarkan rangkaian diatas bola lampu pada rangkaian apa yang menghasilkan cahaya lebih terang? a. Bola lampu yang dipasang seri akan
menghasilkan cahaya yang lebih terang, karena memiliki arus yang lebih besar. b. Bola lampu yang dipasang seri akan
menghasilkan cahaya lebih terang karena hambatannya besar sehingga arusnya juga semakin besar
c. Bola lampu yang dipasang paralel akan menghasilkan cahaya yang lebih terang, karena daya yang dihasilkan lebih kecil. d. Bola lampu yang dipasang paralel akan
menghasilkan cahaya lebih terang karena daya yang dihasilkan lebih besar.
Siswa dapat mengaplikasikan rangkaian seri dan paralel dalam
11. Menurut anda, dengan rangkaian manakah lampu depan mobil dipasang?
a. Rangkaian seri. Supaya mendapat arus yang sama
b. Rangkaian seri. Supaya mendapat tegangan
kehidupan sehari- hari
yang sama.
c. Rangkaian paralel. Supaya mendapat arus yang sama.
d. Rangkain paralel. Supaya mendapat tegangan yang sama.
Siswa dapat menjelaskan rangkaian bola lampu yang menghasilkan cahaya yang lebih tinggi dengan hambatan pada lampu yang sama.
12. Rangkaian dibawah ini memiliki tiga lampu yang identik, masing- masing dengan
hambatan R, jika sakelar S ditutup, bagaimana kecerahan lampu A dan B dibandingkan dengan C ?
a. Lampu A dan B akan menyala sama terang, dan lebih terang dari lampu C b. Lampu A dan B akan menyala sama terang
tetapi lebih redup dari lampu C
c. Lampu B dan C akan menyala sama terang, dan lebih terang dari lampu A
d. Lampu A dan C akan menyala sama terang, dan lebih terang dari lampu B
13. Bedasarkan gambar pada no.8 apakah yang terjadi apabila saklelar S dibuka ?
a. Lampu C akan mati sedangkan lampu A dan B akan menyala sama terang
dan lampu A akan menyala sama terang. c. Lampu A akan mati, dan lampu C akan
menyala lebih terang dibandingkan lampu B
d. Lampu A akan mati, sedangkan lampu B dan lampu C akan menyala sama terang 14. Pada gambar no 8, apakah yang akan terjadi
pada kecerahan bola lampu A, jika anda mengganti bola lampu B dengan hubungan pendek ?
a. Bola lampu A meredup
b. Kecerahan bola lampu A tidak berubah c. Bola lampu A akan semakin terang d. Bola lampu A akan padam.
Siswa dapat menjelaskan daya pada rangkaian di rumah tangga
15. Pemanas listrik 1800 W milik anda terlalu jauh dari meja anda untuk menghangatkan kaki anda. Pemanas listrik memiliki kabel yang terlalu pendek, sehingga anda harus merangkainya dengan sebuah kabel
penyambung yang memiliki nilai kuat arus 11 A. Apabila alat pemanas listrik dilintasi tegangan 120 V, menurut anda apa yang akan terjadi?
Dengan ketentuan tiap butir soal bernilai 1, maka pemahaman
siswa dapat ditentukan dengan;
Keterangan :
SS : skor tiap butir soal (%)
Smb = Skor maksimal tiap butir soal.
Tingkat ketercapaian butir soal diklasifikasikan menjadi 3 yaitu rendah,
sedang, tinggi. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2. Klasifikasi Tingkat Ketercapaian Butir Soal
Presentase Kategori
0-30% Rendah
31-60% Sedang
61- 100 % Tinggi
Tingkat pemahaman awal siswa diklasifikasikan menjadi 5. Hal tersebut
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3. Klasifikasi Tingkat Pemahaman Awal Siswa
Nilai Kategori 10- 29 Sangat kurang 30- 49 Kurang 50- 69 Cukup 70- 89 Baik 90- 100 Sangat Baik
G. Metode Pengumpulan Data
Tabel 4. Langkah Pengumpulan Data
Informasi Cara memperoleh Responden
1. Pemahaman Awal - Pretest - Wawancara pra pembelajaran - Seluruh siswa kelas XF - Sampel 3 siswa kelas XF 2. Letak Zone of Proximal Development - Pretest - Wawancara pra pembelajaran - Seluruh siswa kelas XF - Sampel 3 siswa kelas XF 3. Pemahaman akhir - Posttest - Wawancara akhir - Seluruh siswa kelas XF - Sampel 3 siswa kelas XF
Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data yaitu
dengan wawancara bebas terpimpin dan test. Wawancara digunakan untuk
mengetahui lebih dalam pemahaman partisipan tentang Listrik Dinamis
dengan mewawancari 3 orang peserta didik yang digunakan sebagai
sampel. Dalam kegiatan wawancara dibuat pertanyaan-pertanyaan yang
bisa digunakan untuk mengidentifikasi pemahaman awal partisipan, yang
mengacu pada hasil pretest. Hasil wawancara ini direkam menggunakan
recorder supaya tidak kehilangan data-data yang diperlukan.
Metode pengumpulan data menggunakan Test dilakukan dua kali,
perkembangan pemahaman siswa kelas X tentang Listrik Dinamis. Setelah
dilakukan tes sebelum pembelajaran (pretest) dan wawancara diberikan
treatment yang sesuai, kemudian dilakukan tes setelah pembelajaran
(posttest) dan wawancara akhir.
H. Metode Analisis data
1. Data Kuantitatif
Data kuantitatif diperoleh dari hasil pretest dan posttest yang telah
dilakukan seluruh siswa kelas XF. Berikut adalah tabel analisis hasil
pretest dan posttest siswa:
Tabel 5. Analisis Pretest
No Kode Siswa Nomer Item Skor Nilai Pretest 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Tabel 6. Analisis Posttest
No Kode Siswa Nomer Item Skor Nilai Posttest 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Untuk mengetahui Distribusi pemahaman awal siswa dibuat tabel sebagai
berikut:
Tabel. 7 Klasifikasi Pemahaman Awal Siswa
Untuk menganalisis tingkat pemahaman awal siswa dalam setiap butir
soal, digunakan hasil dari pretest. Data didistribusikan dalam tabel klasifikasi
penilaian butir soal pretest
Tabel. 8 Klasifikasi Penilaian Butir Soal Pretest No Kode Siswa Nilai Posttest Kategori Penilaian Sangat Baik
Baik Cukup Kurang Sangat
Kurang
Indikator No.Soal Present
asi (%)
Tingkat Ketercapaian Rendah Sedang Tinggi
Untuk mengetahui Distribusi pemahaman akhir siswa dibuat tabel sebagai
berikut:
Tabel. 9 Klasifikasi Pemahaman Akhir Siswa
Untuk menganalisis tingkat pemahaman akhir siswa dalam setiap butir
soal, digunakan hasil dari posttest. Data didistribusikan dalam tabel klasifikasi
penilaian butir soal posttest.
Tabel. 10 Klasifikasi Penilaian Butir Soal posttest
Hasil test juga dianalisis menggunakan T-Test untuk kelompok dependen.
T-test ini digunakan untuk mengetes satu kelompok yang dites dua kali, yaitu pada pretest dan posttest. Kelompok dependen merupakan kelompok yang saling
bergantung, berkaitan atau bahkan sama. Untuk cara menghitungnya dapat
digunakan rumus: (Suparno, 2011:87) No Kode Siswa Nilai Posttest Kategori Penilaian Sangat Baik
Baik Cukup Kurang Sangat
Kurang
Indikator No.Soal Present
asi (%)
Tingkat Ketercapaian Rendah Sedang Tinggi
Trel=
Dimana:
D = Perbedaan antara skor setiap subjek = Xi1 – Xi2
N = Jumlah pasang skor (jumlah pasangan)
Derajat kebebasan: df = N – 1
Setelah diperoleh nilai Treal , kemudian Treal dibandingkan dengan Tcrit
dalam tabel korelasi dengan level significant 0,05. Jika Treal > Tcrit maka
significant, artinya ada perubahan yang significant, jika sebaliknya Treal < Tcrit
maka tidak ada significant.
Untuk mempermudah dalam menganalisis data yang diperoleh peneliti
menggunakan program SPSS 20.
2. Data Kualitatif
Data kualitatif diperoleh dengan cara melakukan wawancara. Wawancara
tersebut dilakukan pada sampel yang terpilih. Wawancara direkam
menggunakan recorder kemudian ditranskip dari bentuk rekaman ke dalam
bentuk percakapan, agar mempermudah peneliti dalam menganalisis pendapat
partisipan mengenai Listrik Dinamis.
Untuk menentukan profil ZPD dilakukan analisis berdasarkan hasil pretest
dan wawancara pra pembelajaran. Profil ZPD digunakan untuk menyusun
Untuk menganalisis hasil wawancara diawal pembelajaran dibuat tabel
sebagai berikut:
Tabel. 11 Analisis Wawancara Pra Pembelajaran
No
Soal Hasil Pretest Kelas
Pertanyaan Wawancara Pemahaman Awal 1 2
Untuk menganalisis hasil wawancara di akhir pembelajaran dibuat tabel sebagai
berikut:
Tabel. 12 Analisis Wawancara akhir
No
Soal Hasil Posttest Kelas
Pertanyaan Wawancara Pemahaman Akhir 1 2
35 BAB IV
DATA, ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN A. Data
A.1 Deskriptif Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 31 Februari sampai 12 Mei 2016
di SMA Negeri 1 Depok, Bababarsari Yogyakarta. Subyek penelitian adalah
seluruh siswa kelas XF berjumlah 30 orang. Pada penelitian ini peneliti
memberikan pretest kepada seluruh siswa dan melakukan wawancara kepada 3
orang siswa berdasarkan hasil analisis pretest siswa untuk mengetahui Zone of
Proximal Development (ZPD) siswa. Berdasarkan hasil pretest dan wawancara awal, peneliti merancang pembelajaran guna meningkatkan pemahaman siswa.
Setelah proses pembelajaran selesai dilaksanakan, peneliti memberikan posttest
kepada seluruh siswa dan wawancara akhir pada siswa yang sebelumnya telah
diwawancarai untuk mengetahui pemahaman akhir siswa. Berikut adalah kegiatan
yang dilakukan selama penelitian:
Pretest : 25 Februari 2016
Wawancara pra pembelajaran : 16 Maret 2016
Pelaksanaan Pembelajaran : 31 Maret 2016 – 28 April 2016
Posttest : 12 Mei 2016
A.2 Pretest
Tabel 13. Analisis Hasil Pretest
No
Kode siswa
Nomer item skor Nilai
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 9 60 2 2 1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 4 26,7 3 3 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 6 40 4 4 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 6 40 5 5 1 0 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 7 46,7 6 6 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 7 46,7 7 7 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 6 40 8 8 1 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 5 33,3 9 9 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 7 46,7 10 10 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 3 20 11 11 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 8 53,3 12 12 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 9 60 13 13 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 0 8 53,3 14 14 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 7 46,7 15 15 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 0 6 40 16 16 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 8 53,3 17 17 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 5 33,3 18 18 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 7 46,7 19 19 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 9 60 20 20 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 6 40 21 21 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 9 60 22 22 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 1 0 4 26,7 23 23 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 4 26,7 24 24 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 8 53,3
A.3 Wawancara Pra Pembelajaran
Data disajikan dalam bentuk transkrip wawancara (Terlampir
pada lampiran ....).
A.4 Posttest
Tabel 14. Analisis Hasil Posstest
No Kode
siswa
Nomer item Skor Nilai
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 100 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 9 60 2 2 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 12 80 3 3 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 10 66,67 4 4 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 8 53,33 5 5 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 9 60 6 6 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 8 53,33 7 7 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 6 40 8 8 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 8 53,33 9 9 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 10 66 25 25 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 9 60 26 26 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 9 60 27 27 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 6 40 28 28 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 9 60 29 29 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 5 33,3 30 30 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 0 8 53,3 Jumlah Skor 24 15 10 6 7 21 19 26 20 9 5 18 3 14 7 1360 Rata- Rata Kelas 45,333
10 10 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 9 60 11 11 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 10 66,67 12 12 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 9 60 13 13 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 11 73,33 14 14 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 6 40 15 15 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 10 66,67 16 16 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 8 53,33 17 17 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 7 46,67 18 18 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 8 53,33 19 19 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 10 66,67 20 20 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 11 73,33 21 21 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 12 80 22 22 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 5 33,33 23 23 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 10 66,67 24 24 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 11 73,33 25 25 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 9 60 26 26 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 10 46,67 27 27 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 0 6 40 28 28 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 10 66,67 29 29 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 0 0 7 78,67 30 30 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 6 40 Jumlah skor 24 22 23 3 20 28 28 30 23 17 8 8 4 14 13 1778 Rata- rata kelas 80 73 77 10 67 93 93 100 77 57 27 27 13 47 43 57,35
A.5 Wawancara Setelah Pembelajaran
Data disajikan dalam bentuk transkrip wawancara (Terlampir
pada lampiran ....).
B. Analisis Data dan Pembahasan
B.1 Hasil Pretest
Nilai rata- rata pretest kelas XF adalah 45,33
Skor tertinggi pada pretest dengan jumlah skor 9 diperoleh oleh siswa dengan kode 1, 12, 19, 25, 26 dan 28.
Skor terendah pada pretest dengan jumlah skor 3 diperoleh oleh siswa dengan kode 3.
Soal dengan kesulitan tertinggi ditandai dengan skor terendah yaitu 3 adalah soal nomor 13. Soal nomor 13 dengan indikator siswa
dapat menjelaskan rangkaian bola lampu yang menghasilkan
cahaya paling terang dengan lampu yang identik. Pada soal
terdapat 3 buah lampu identik lampu C dirangkai seri terhadap
lampu A dan lampu B yang terangkai paralel. Kemudian diantara
lampu A dan lampu B terdapat saklar, apabila saklarnya terbuka,
maka yang terjadi adalah lampu A akan mati sedangkan lampu B
tetap menyala karena terangkai paralel, namun lampu C akan lebih
redup dibandingkan lampu C. Kebanyakan siswa menjawab bahwa
dibandingkan lampu B karena lampu C lebih dekat dengan sumber
tegangan sehingga arusnya lebih besar.
Soal dengan kesulitan terendah ditandai dengan skor tertinggi yaitu 26 adalah soal nomor 8. Soal nomor 8 dengan indikator siswa dapat
menjelaskan rangkaian yang termasuk rangkaian seri dan rangkaian
paralel, dimana terdapat 4 rangkaian siswa diminta
mengelompokkan rangkaian yang termasuk rangkaian seri.
Distribusi klasifikasi Penilaian Pretest Siswa
Tabel 15. Klasifikasi Penilaian Pemahaman Awal Siswa
No Kode Siswa Nilai Pretest Kategori Penilaian Sangat Baik
Baik Cukup Kurang Sangat
Kurang 1 1 60 2 2 26,67 3 3 40 4 4 40 5 5 46,67 6 6 46,67 7 7 40 8 8 33,33 9 9 46,67 10 10 20 11 11 53,33 12 12 60 13 13 53,33 14 14 46,67
Klasifikasi Butir Soal
Tabel 16. Klasifikasi Penilaian Butir Soal Pretest
No
Indikator No.Soal
Presentasi (%)
Tingkat Ketercapaian Rendah Sedang Tinggi
Siswa dapat menjelaskan arus listrik dalam suatu rangkaian tunggal
1 80
1
2 50
2 Siswa dapat menjelaskan
rangkaian sebuah baterai dan 3 33
15 15 40 16 16 53,33 17 17 33,33 18 18 46,67 19 19 60 20 20 40 21 21 60 22 22 26,67 23 23 26,67 24 24 53,33 25 25 60 26 26 60 27 27 40 28 28 60 29 29 33,33 30 30 53,33 Jumlah 12 14 4
kawat dalam menyalakan bola lampu
3 Siswa dapat menjelaskan
penerapan hukum ohm dalam suatu rangkaian 4 20 5 23,33 6 70
4 Siswa dapat menjelaskan
hambatan pada kawat 7 63,7
5 Siswa dapat menjelaskan rangkaian yang termasuk rangkaian seri dan rangkaian paralel
8 86,7
9 66,7
6 Siswa dapat menjelaskan
rangkaian ( seri dan paralel) yang menghasilkan daya lebih tinggi pada hambatan yang identik
10 30
7 Siswa dapat mengaplikasikan rangkaian seri dan paralel dalam kehidupan sehari- hari
11 16,7
7 Siswa dapat menjelaskan rangkaian bola lampu yang menghasilkan cahaya yang lebih tinggi dengan hambatan pada lampu yang sama.
12 60
13 10
14 46,7
pada rangkaian di rumah tangga
Berdasarkan tabel diatas mengenai konsep listrik dinamis dapat dilihat
bahwa siswa kelas XF memiliki pemahaman yang rata- rata berada pada tingkat
yang rendah dan sedang. Hasil pretest ini dapat diketahui bagaimana pemahaman
siswa. Untuk indikator nomor 3 tentang hukum ohm, pada soal nomor 4 tentang
besaran apakah yang dapat mengubah besarnya kuat arus, pada rangkaian dengan
1 bola lampu dan tegangan yang dapat diubah- ubah. Sebagian siswa- siswa
menjawab yang dapat mengubah besarnya kuat arus adalah hambatan dan
tegangan. Dalam kasus ini siswa mengetahui hukum ohm dimana besarnya kuat
arus dapat ditentukan dengan besarnya hambatan dan tegangan, namun siswa
belum dapat membaca dengan cermat soal yang diberikan dimana terdapat 1 buah
lampu saja, lampu tersebut memiliki hambatan dalam yang tidak dapat diubah-
ubah, sehingga besarnya kuat arus hanya ditentukan oleh besarnya tegangan saja.
Indikator yang sama, pada soal nomor lima, dimana terdapat gambar yang
terdiri 2 titik yakni A dan B dengan arah arus dari titik A menuju titik B,
kemudian siswa diminta untuk memilih pernyataan yang benar. Siswa banyak
yang memilih potensial dititik A dan B memiliki potensial yang sama besar.
Siswa belum bisa menjelaskan jalannya aliran arus. Pada soal terlihat arus
mengalir dari titik A ke titik B, arus listrik mengalir dari titik yang berpotensial
tinggi ke titik yang berpotensial rendah, sehingga potensial dititik A lebih tinggi
Indikator ke enam tentang rangkaian (seri dan paralel) yang menghasilkan
daya lebih tinggi pada hambatan yang identik dengan soal nomor 10, dimana
terdapat dua buah bola lampu identik yang dirangkai seri dengan sumber tegangan
dan dua bola lampu identik yang terangkai paralel dan juga terangkai paralel
dengan sumber tegangan. Kemudian di cari rangkaian yang menghasilkan cahaya
paling terang antara rangkaian paralel dan rangkaian seri tersebut, kebanyakan
siswa menjawab lampu yang dirangkai paralel akan menghasilkan cahaya lebih
terang karena daya yang dihasilkan lebih kecil. Dapat dilihat pemahaman siswa
yang keliru, siswa tahu bahwa lampu yang disusun paralel akan menghasilkan
cahaya yang lebih terang, namun siswa tidak tahu bagaimana menjelaskan.
Terang/ redupnya lampu tergantung pada Daya. Sedangkan daya itu sendiri
berbanding lurus dengan kuadrat tegangan dan berbanding terbalik dengan
hambatan. Pada 2 bola lampu yang dirangkai seri memiliki hambatan yang lebih
besar dibandingkan dua bola lampu yang dirangkai paralel. Kedua rangkaian
memiliki sumber tegangan yang sama besar, sehingga semakin besar hambatan
maka daya yang dihasilkan akan semakin kecil sehingga daya pada rangkaian seri
lebih kecil sehingga ditandai dengan lampu yang menyala lebih redup
dibandingkan dengan lampu yang dipasang paralel karena menghasilkan daya
B.2 Wawancara Pra Pembelajaran
Wawancara dilaksanakan setelah hasil pretest dianalisis.
Wawancara diberikan kepada 3 siswa yang memiliki nilai tertinggi,
menengah dan rendah dari hasil analisis pretest. 3 siswa dipilih untuk
mewakili keadaan pemahaman awal seluruh siswa sebelum diberi
pembelajaran. Wawancara dilakukan untuk mengetahui lebih
pemahaman awal siswa mengenai materi listrik dinamis dan
Tabel 17. Analisis Pretest dan Wawancara Pra Pembelajaran No.
Soal
Hasil Pretest Kelas Pertanyaan Wawancara Pra
Pembelajaran
Hasil Wawancara Pra
Pembelajaran
1 Soal nomor 1 mengenai arus listrik, dimana tiga bola lampu yang dirangkai dalam suatu rangkaian tunggal dengan sumber tegangan tertentu, kemudian dianalisis bagaimana intensitas ketiga lampu. Pada soal ini sudah banyak siswa yang memahami bahwa dengan ketiga lampu yang identik, yang dirangkai dalam satu rangkaian tunggal akan menghasilkan kuat arus yang sama besar, sehingga
masing- masing lampu
mendapatkan arus yang sama.
kamu tau nggak arus listrik itu apa ? menurut kamu arus listrik itu bisa
mengalir nggak ?
misalnya saya mempunyai rangkaian yang terdiri dari baterei dan tiga bola lampu yang identik, dihubungkan dalam satu rangkaian tunggal. Menurut kamu apa yang terjadi dengan arus pada ketiga bola lampu ? bagaimana intensitas tiga buah lampu
tersebut ?
siswa masih belum bisa
menjelaskan apa itu arus listrik. Ada siswa yang beranggapan bahwa arus listrik adalah tegangan.
Namun siswa tahu bahwa arus listrik dapat mengalir.
Siswa masih beranggapan bahwa lampu yang dilebih dekat dengan sumber tegangan akan menghasilkan cahaya yang lebih terang karena arusnya belum terbagi.
Pada soal nomor 1, jumlah siswa yang menjawab benar ada 23 siswa.
2 Soal nomor 2 mengenai, kuat arus dalam suatu rangkaian tertutup. Pada soal ini sudah banyak siswa yang memahami dimana dalam satu rangkaian tunggal kuat arusnya sama. Ini terbukti setengah dari jumlah siswa dikelas 15 orang menjawab benar.
misalnya saya mempunyai rangkaian yang terdiri dari baterei dan tiga bola lampu yang identik, dihubungkan dalam satu rangkaian tunggal. Menurut kamu apa yang terjadi dengan arus pada ketiga bola lampu ?
Dua siswa menjawab bahwa lampu yang lebih dekat dengan sumber tegangan memiliki arus yang lebih besar, sedangkan salah satu siswa menjawab kuat arus dalam satu rangkaian tunggal sama besar, karena hanya punya satu aliran arus saja.
3 Pada soal nomor 3, mengenai arus hanya bisa mengalir pada suatu rangkain yang tertutup. Pada soal ini, siswa kurang memahami gambar dalam soal dimana terdapat baterai yang kutub positif dihubungkan
Ada tiga rangkaian dimana masing- masing rangkaian terdiri dari baterai dan kawat tunggal. Menurut kamu rangkaian mana yang akan membuat bola lampu menyala ?
Siswa C menjawab rangkaian A akan menyala, namun siswa C tidak mengetahui alasannya.
dengan bola lampu sedangkan kutub negatifnya dibiarkan terbuka, sehingga rangkaian tidak akan menagalirkan arus dan menyebabkan lampu mati/ tidak menyala. Ini dibuktikan dari jumlah siswa yang menjawab benar 11 orang kurang dari 50 % dari jumlah siswa dalam kelas.
4 Pada soal nomor 4, mengenai aplikasi hukum ohm. Pada soal ini banyak siswa terkecoh dengan pilihan jawabannya. Siswa paham tentang hukum ohm, namun siswa kurang paham dalam mengaplikasi hukum ohm ke soal. Ini dibuktikan dengan banyak siswa
Disini saya mempunyai sebuah rangkaian listrik yang terdiri dari satu buah lampu dan sumber tegangan yang dapat diubah- ubah, yang dirangkai dalam satu rangkaian tunggal dengan hanya satu lintasan arus.
Siswa A, siswa B dan siswa C menjawab sama yakni,
- Hambatan dan tegangan dapat mengubah besarnya kuat arus.
yang menjawab C dibanding kan
jawaban B. Siswa yang
menjawab benar hanya 4 siswa.
Berdasarkan gambar, menurut kamu besaran yang dapat mengubah besarnya kuat arus pada rangkaian tersebut adalah ?
5 Soal nomor 5 mengenai beda potensial pada 2 titik yang berbeda. Pada soal ini siswa kurang memahami tentang potensial pada titik yang berbeda ini. Dibuktikan dengan hanya 7 siswa yang menjawab benar.
berdasarkan gambar diatas menurut kamu titik yang memiliki potensial yang tinggi adalah titik ?
Siswa A, siswa B, dan siswa C menjawab bahwa titik A memiliki potensial yang lebih tinggi dibandingkan titik B karena titik A belum
melewati hambatan
sedangkan titik B sudah melewati hambatan sehingga lebih rendah.
A B
6 Soal nomor 6 mengenai hubungan antara kuat arus, tegangan dan hambatan ( hukum ohm ). Pada soal ini siswa sudah memahami tentang hubungan antara kuat arus, teganagn dan hambatan. Ini ditandai dengan 20 siswa menjawab benar.
Kamu tau nggak hubungan arus I dengan tegangan ?
Kamu tau nggak hubungan arus dengan hambatan ?
Siswa A, siswa B dan siswa C menjawab bahwa kuat arus berbanding lurus dengan tegangan dan berbanding terbalik dengan hambatan.
7 Pada soal nomor 7 mengenai, hambatan pada kawat. Pada soal
ini mengenai hubungan
panjanng kawat terhadap
hambatan. Banyak siswa sudah memahami hubungan hambatan dan kawat. Ini terbukti dengan 20 siswa menjawab benar.
Misalnya terdapat dua kawat, luas penampangnya sama, bahannya juga sama, namun panjang kawatnya berbeda. Kawat 1 panjangnya L, sedangkan kawat 2 panjangnya 3L,
bagaimana hambatan kawat 2
dibandingkan dengan hambatan kawat 1 ?
Siswa A dan siswa C menjawab bahwa hambatan kawat 2 lebih besar dibandingkan dengan hambatan kawat 1 karena hambatan kawat 2 lebih panjang sehingga hambatannya lebih besar
Siswa B menjawab tidak tahu. 8 Pada soal nomor 8 mengenai,
rangkaian seri dan rangkaian
Kamu tau perbedaan rangkaian seri dan rangkaian paralel?
Ketiga siswa menjawab mereka tau perbedaan rangkaian seri
paralel. Siswa sudah paham tentang perbedaan rangkaian seri dan rangkaian paralel. Ini dibukttikan dengan 20 siswa dari 30 siswa menjawab benar.
Kalau misalnya ada 4 gambar rangkaian resistor, bisakah kamu membedakan mana yang termasuk rankaian seri dan mana yang termasuk rangkaian paralel ?
dan rangkaian paralel dimana rangkaian seri hanya terdiri dari satu lintasan/ rangkaian tunggal, sedangkan rangkaian paralel rangkain bercabang/ lebih dari satu lintasan arus.
Siswa A dengan mantap
menjawab benar mana yang termasuk rangkaian seri dan rangkaian paralel. Siswa B dan
siswa C masih bingung
menentukan. Siswa C sudah menjawab benar namun awalnya masih ragu- ragu sedangkan siswa B masih bingung pada 1 rangkaian.
9 Pada soal nomor 9 mengenai
hambatan yang dirangkai
Kamu tau perbedaan rangkaian seri dan rangkaian paralel?
( Jawabannya sama dengan nomor 8 dikarenakan inikator soal yang
paralel. Siswa diminta mengenali hambatan yang dirangkai secara paralel. Pada soal ini siswa sudah cukup paham mengenai rangkaian paralel dimana dibuktikan dengan 19 siswa menjawab benar.
Kalau misalnya ada 4 gambar rangkaian resistor, bisakah kamu membedakan mana yang termasuk rankaian seri dan mana yang termasuk rangkaian paralel ?
ditanyakan sama)
10 Pada soal nomor 10 mengenai daya yang dihasilkan pada rangkaian seri dan rangkaian paralel. Pada soal ini siswa kurang paham ditandai dengan hanya 4 siswa yang menjawab benar.
Misalnya kamu mempunyai dua bola lampu yang identik, dan dua baterai yang identik, bagaimana kamu menyusun lampu- lampu dan kedua baterai tersebut agar menghasilkan daya total maksimum ynag mungkin pada bola lampu ? ( dalam kasus ini hambatan bola lampu diabaikan)
Siswa menjawab lampu akan
disusun secara paralel sedangkan batereinya disusun secara seri karena apabila lampu disusun paralel supaya tegangan yang terbagi sama, namun siswa tidak bisa menjelaskan mengapa baterei disusun seri dan ada juga siswa yang menjawab kedua- duanya dirangkai secara seri.