• Tidak ada hasil yang ditemukan

Etil Asetat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Etil Asetat"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PTK III

Pembuatan Etil Asetat

NAMA : Anggita Niwan Mawarni NIM : 2011430014

JURUSAN : Teknik Kimia

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

JAKARTA

(2)

I. PENDAHULUAN

PRINSIP PERCOBAAN

Esterifikasi, reaksi pengubahan dari suatu asam karboksilat dan alkohol menjadi suatu ester dengan menggunakan katalis asam.

II. MAKSUD DAN TUJUAN PERCOBAAN

1. Untuk mengetahui cara pembuatan Etil asetat dari alkohol dan asam cuka 2. Untuk mengetahui cara destilasi

3. Untuk mengetahui sifat fisika dan sifat kimia dari Etil asetat 4. Untuk mengetahui refraksi etil asetat praktis

III. TINJAUAN PUSTAKA ESTERIFIKASI

Esterifikasi adalah reaksi pengubahan dari suatu asam karboksilat dan alkohol menjadi suatu ester dengan menggunakan katalis asam. Reaksi ini juga sering disebut esterifikasi Fischer. Ester adalah suatu senyawa yang mengandung gugus -COOR dengan R dapat berbentuk alkil maupun aril.

Sebuah asam karboksilat mengandung gugus -COOH, dan pada sebuah ester hidrogen di gugus ini digantikan oleh sebuah gugus hidrokarbon dari beberapa jenis. Ester yang paling umum dibahas adalah etil etanoat atau etil asetat. Dalam hal ini, hidrogen pada gugus -COOH telah digantikan oleh sebuah gugus etil. Rumus struktur etil etanoat adalah sebagai berikut:

Ester dihasilkan apabila asam karboksilat dipanaskan bersama alkohol dengan bantuan katalis asam. Katalis ini biasanya adalah asam sulfat pekat. Terkadang juga digunakan gas hidrogen klorida kering, tetapi katalis-katalis ini cenderung melibatkan ester-ester aromatik (yakni ester yang mengandung sebuah cincin benzen).

Reaksi esterifikasi berlangsung lambat dan dapat balik (reversibel). Persamaan untuk reaksi antara sebuah asam RCOOH dengan sebuah alkohol R’OH (dimana R dan R’ bisa sama atau berbeda) adalah sebagai berikut:

Contoh reaksi esterifikasi adalah reaksi antara asam asetat dan etanol membentuk etil asetat. Reaksinya adalah:

Seperti banyak reaksi aldehida dan keton, esterifikasi asam karboksilat berlangsung melalui serangkaian tahap protonasi dan deprotonasi. Oksigen karbonil diprotonasi, alkohol nukleofilik menyerang karbon positif, dan eliminasi air akan menghasilkan ester yang dimaksud. Inilah mekanisme reaksi esterifikasi:

(3)

Dalam reaksi esterifikasi, ikatan yang terputus adalah ikatan C-O asam karboksilat dan bukan -OH dari asam atau ikatan C-O dari alkohol.

Reaksi esterifikasi bersifat reversibel. Untuk memperoleh rendemen tinggi dari ester, kesetimbangan harus digeser ke arah sisi ester. Satu teknik untuk mencapainya adalah menggunakan salah satu zat pereaksi yang murah secara berlebihan. Teknik lain yaitu membuang salah satu produk dalam campuran reaksi (misalnya dengan destilasi air secara azeotropik).

Dengan bertambahnya halangan sterik dalam zat antara, laju pembentukan ester akan menurun. Rendemen esternya pun berkurang. Alasannya ialah karena esterifikasi itu merupkan suatu reaksi yang bersifat dapat balik dan spesies yang kurang terintangi (pereaksi) akan lebih disukai. Jika suatu ester yang meruah (bulky) harus dibuat, maka lebih baik digunakan jalur sintesis lain, seperti reaksi antara alkohol dengan suatu anhidrida asam atau klorida asam, yang lebih reaktif daripada asam karboksilat dan dapat bereaksi secara tak dapat balik.

Karena reaksi berlangsung lambat dan dapat balik (reversibel), ester yang terbentuk tidak banyak. Bau khas ester seringkali tertutupi atau terganggu oleh bau asam karboksilat. Sebuah cara sederhana untuk mendeteksi bau ester adalah dengan menaburkan campuran reaksi ke dalam sejumlah air di sebuah gelas kimia kecil.

Terkecuali ester-ester yang sangat kecil, semua ester cukup tidak larut dalam air dan cenderung membentuk sebuah lapisan tipis pada permukaan. Asam dan alkohol yang berlebih akan larut dan terpisah di bawah lapisan ester.

Ester-ester kecil seperti pelarut-pelarut organik sederhana memiliki bau yang mirip dengan pelarut-pelarut organik (etil etanoat merupakan sebuah pelarut yang umum misalnya pada lem). Semakin besar ester, maka aromanya cenderung lebih ke arah perasa buah buatan – misalnya "buah pir".

Untuk membuat sebuah ester kecil seperti etil asetat, dapat dibuat dengan memanaskan secara perlahan sebuah campuran antara asam asetat dan etanol dengan bantuan katalis asam sulfat pekat, dan memisahkan ester melalui distilasi sesaat setelah terbentuk. Ini dapat mencegah terjadinya reaksi balik. Pemisahan dengan distilasi ini dapat dilakukan dengan baik karena ester memiliki titik didih yang paling rendah diantara semua zat yang ada. Ester merupakan satu-satunya zat dalam campuran yang tidak membentuk ikatan hidrogen, sehingga memiliki gaya antar-molekul yang paling lemah.

Ester-ester yang lebih besar cenderung terbentuk lebih lambat. Dalam hal ini, mungkin diperlukan untuk memanaskan campuran reaksi di bawah refluks

(4)

Ester bisa dipisahkan dari asam karboksilat, alkohol, air dan asam sulfat dalam campuran dengan metode distilasi fraksional. Ester juga bisa dibuat dari reaksi-reaksi antara alkohol dengan asil klorida atau anhidrida asam.

ETIL ASETAT

Etil asetat adalah senyawa organik dengan rumus CH3CH2OC(O)CH3. Etil asetat adalah pelarut polar menengah yang volatil (mudah menguap), tidak beracun, dan tidak higroskopis. Etil asetat merupakan penerima ikatan hidrogen

yang lemah, dan bukan suatu donor ikatan hidrogen karena tidak adanya proton yang bersifat asam (yaitu hidrogen yang terikat pada atom elektronegatif seperti

flor, oksigen, dan nitrogen. Etil asetat dapat melarutkan air hingga 3%, dan larut dalam air hingga kelarutan 8% pada suhu kamar. Kelarutannya meningkat pada suhu yang lebih tinggi. Namun demikian, senyawa ini tidak stabil dalam air yang mengandung basa atau asam.

Sifat Fisika dan Kimia Etil Asetat : - Titik didih 77,1 oC

- Titik lebur -83,6 oC - Massa molar 18,12 g/mol

- Densitas dan fase 0,897 g/ml, cairan pada 30 oC

Etil asetat dapat dihidrolisis pada keadaan asam atau basa menghasilkan asam asetat dan etanol kembali. Katalis asam seperti asam sulfat dapat menghambat hidrolisis karena berlangsungnya reaksi kebalikan hidrolisis yaitu esterifikasi Fischer.

Untuk memperoleh rasio hasil yang tinggi, biasanya digunakan basa kuat dengan proporsi stoikiometris, misalnya natrium hidroksida. Reaksi ini menghasilkan etanol dan natrium asetat, yang tidak dapat bereaksi lagi dengan etanol:

CH3CO2C2H5 + NaOH → C2H5OH + CH3CO2Na

ETANOL

Etanol, C2H5OH ( sering disebut juga etil alkohol ) merupakan urutan kedua dalam rangkaian alkohol alifatik. Etanol adalah cairan yang jernih tidak berwarna dan memiliki aroma yang khas. Hampir semua industri umumnya menggunakan etanol dengan campuran 95% etanol dan 5% air yang dikenal dengan alkohol 95%. Alkohol murni tersedia akan tetapi lebih mahal dan umumnya jarang digunakan kecuali memang benar-benar dibutuhkan. Etanol 95% disiapkan dengan cara destilasi larutan yang dihasilkan dari fermentasi gula. Sifat Fisika dan Kimia

1. Warna Jernih, cairan tidak berwarna

2. Bau Ringan, aroma khas anggur atau wiski

3. Kelarutan Larut dalam ether, aseton, benzena, asam asetat dan air

4. Rasa Seperti terbakar 5. Titik Didih 78.5 oC

6. Titik Cair -114.1 oC 7. Temp. Kritis 243.1 oC

(5)

8. Tekanan Kritis 6383.4 kPa

9. Densitas 0.789 g/mL @ 20 oC 10. Teg. permukaan 23.1 dynes/cm at 25 deg C 11. Viskositas 1.17 cP at 20 deg C

12. Konstanta Disosiasi pKa = 15.9 at 25 oC 13. Panas Pembakaran 29676.69 J/g at 25 deg C 14. Panas Penguapan 839.31 J/g

15. Koef. Partisi Oktanol / air log Kow = -0.31 ASAM SULFAT

Asam sulfat adalah asam mineral kuat dan bersifat korosif dengan rumus molekul H2SO4. Memiliki bau tajam, merupakan cairan pekat tidak berwarna hingga kekuningan dan larut dalam air dalam semua konsentrasi. Kadangkala berwarna coklat gelap selama proses produksinya agar operator waspada terhadap bahayanya. Dahulu dikenal dengan nama oil of vitriol.

Asam sulfat merupakan asam diprotik dan mencirikan perbedaan sifat tergantung konsentrasinya. Sifatnya yang korosif terhadap logam, jaringan makhluk hidup (seperti kulit dan dagiing) atau bahkan batu disebakan karena sifat alamiahnya sebagai asam kuat dan, jika pekat, pendehidrasi kuat dan zat oksidator. Asam sulfat pada konsentrasi tinggi bila terjadi kontak dapat menyebabkan kerusakan dikarenakan proses pembakaran kimia via hidrolisis dan juga proses pembakaran kedua via dehidrasi. Dapat menyebabkan kerusakan mata secara permanen bila terciprat. Bersifat higroskopis dan dapat menyerap uap air dalam udara.

Asam sulfat memiliki rentang aplikasi yang luas dan termasuk ke dalamnya sebagai pembersih saluran pembuangan domestik, elektrolit dalam baterai timbal-asam dan beragam jenis zat pembersih. Asam sulfat juga merupakan zat utama dalam industri kimia dan diproduksi dengan beragam metode seperti proses kontak, proses asam sulfat basah dan beberapa metode lain.

Sifat Fisika dan Kimia Asam Sulfat : - Bentuk fisik : cairan, agak seperti minyak - Tidak berbau

- Tidak berwarna

- Titik didih 270 oC, terurai pada 340 oC - Titik lebur -35 oC

- Massa molar 98,08 g/mol - Specific grafity : 1,84 (air = 1) - Mudah larut dalam air

Menurut Sukardjo,drs (1984), Katalisator adalah zat yang dapat mengubah kecepatan reaksi. Hampir semua katalisator mempercepat reaksi (disebut katalisator positif), hanya sedikit dikenal katalisator yang memperlambat reaksi (disebut katalisator negatif). Katalisator disebut homogen bila membentuk satu fase dengan pereaksi dan disebut heterogen bila membentuk dua fase dengan pereaksi.

Mineral-mineral dari alam dapat dibuat menjadi katalis dan bahan pembantu katalis yang kemudian dikenal dengan katalis mineral., Asam sulfat (H2SO4) merupakan asam mineral (anorganik), karena itu katalis H2SO4 disebut katalis asam mineral. Menurut Juan, dkk (2007) Pada proses esterifikasi katalis yang

(6)

banyak digunakan pada awalnya adalah katalis homogen asam donor proton dalam pelarut organik, seperti H2SO4, HF, H3PO4 dan RSO3H, PTSA.

Katalis H2SO4 dalam reaksi esterifikasi adalah katalisator positif karena berfungsi untuk mempercepat reaksi esterifikasi yang berjalan lambat. H2SO4 juga merupakan katalisator homogen karena membentuk satu fase dengan pereaksi (fase cair). Pemilihan penggunaan asam sulfat (H2SO4) sebagai katalisator dalam reaksi esterifikasi dikarenakan beberapa faktor, diantaranya : 1. Asam sulfat selain bersifat asam juga merupakan agen pengoksidasi yang kuat 2. Asam sulfat dapat larut dalam air pada semua kepekatan Menurut Hendyana (1986)

3. Reaksi antara asam sulfat dengan air adalah reaksi eksoterm yang kuat 4. Jika air ditambahkan asam sulfat pekat maka ia mampu mendidih

5. Karena afinitasnya terhadap air, maka asam sulfat dapat menghilangkan bagian terbesar uap air dan gas yang basah, seperti udara lembab

6. Konsentrasi ion H+ berpengaruh terhadap kecepatan reaksi (Menurut Sukardjo, drs (1984))

7. Asam sulfat pekat mampu mengikat air (higroskopis), jadi untuk reaksi

setimbang yang menghasilkan air dapat menggeser arah reaksi ke kanan (ke arah produk) (http://tech.dir.groups.yahoo.com)

Dari faktor-faktor di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa penambahan asam sulfat sebagai katalis untuk mempercepat kecepatan reaksi karena reaksi antara asam sulfat dengan air (proses esterifikasi menghasilkan etil asetat dan air) adalah reaksi eksoterm yang kuat. Air yang ditambahkan asam sulfat pekat akan mampu mendidih, sehingga suhu reaksinya akan tinggi. Makin tinggi suhu reaksi, makin banyak molekul yang memiliki tenaga lebih besar atau sama dengan tenaga aktivasi, hingga makin cepat reaksinya. Katalis akan menyediakan rute agar reaksi berlangsung dengan energi aktivasi yang lebih rendah sehingga nilai konstanta kecepatan reaksi (k) akan semakin besar, sehingga kecepatan reaksinya juga semakin besar. Selain itu, karena asam sulfat pekat mampu mengikat air (higroskopis), maka untuk reaksi esterifikasi setimbang yang menghasilkan air, asam sulfat pekat dapat menggeser arah reaksi ke kanan (ke arah produk), sehingga produk yang dihasilkan menjadi lebih banyak.

ASAM ASETAT (CH3COOH)

Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik yang dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam cuka memiliki rumus empiris C2H4O2. Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk CH3-COOH, CH3COOH, atau CH3CO2H. Asam asetat murni (disebut asam asetat glasial) adalah cairan higroskopis tak berwarna, dan memiliki titik beku 16.7°C.

Asam asetat merupakan salah satu asam karboksilat paling sederhana, setelah asam format. Larutan asam asetat dalam air merupakan sebuah asam lemah, artinya hanya terdisosiasi sebagian menjadi ion H+ dan CH3COO-. Asam asetat merupakan pereaksi kimia dan bahan baku industri yang penting. Asam asetat digunakan dalam produksi polimer seperti polietilena tereftalat, selulosa asetat, dan polivinil asetat, maupun berbagai macam serat dan kain. Dalam industri makanan, asam asetat digunakan sebagai pengatur keasaman. Di rumah tangga, asam asetat encer juga sering digunakan sebagai pelunak air. Dalam setahun, kebutuhan dunia akan asam asetat mencapai 6,5 juta ton per tahun. 1.5

(7)

juta ton per tahun diperoleh dari hasil daur ulang, sisanya diperoleh dari industri

petrokimia maupun dari sumber hayati. Keasaman

Atom hidrogen (H) pada gugus karboksil (−COOH) dalam asam karboksilat seperti asam asetat dapat dilepaskan sebagai ion H+ (proton), sehingga memberikan sifat asam. Asam asetat adalah asam lemah monoprotik dengan nilai pKa=4.8. Basa konjugasinya adalah asetat (CH3COO−). Sebuah larutan 1.0 M asam asetat (kira-kira sama dengan konsentrasi pada cuka rumah) memiliki pH

sekitar 2.4.

Dimer siklis

Dimer siklis dari asam asetat, garis putus-putus melambangkan ikatan hidrogen.

Struktur kristal asam asetat menunjukkan bahwa molekul-molekul asam asetat berpasangan membentuk dimer yang dihubungkan oleh ikatan hidrogen. Dimer juga dapat dideteksi pada uap bersuhu 120 °C. Dimer juga terjadi pada larutan encer di dalam pelarut tak-berikatan-hidrogen, dan kadang-kadang pada cairan asam asetat murni.[4] Dimer dirusak dengan adanya pelarut berikatan

hidrogen (misalnya air). Entalpi disosiasi dimer tersebut diperkirakan 65.0–66.0 kJ/mol, entropi disosiasi sekitar 154–157 J mol–1 K–1.[5] Sifat dimerisasi ini juga

dimiliki oleh asam karboksilat sederhana lainnya. Reaksi-reaksi kimia

Asam asetat bersifat korosif terhadap banyak logam seperti besi,

magnesium, dan seng, membentuk gas hidrogen dan garam-garam asetat (disebut

logam asetat). Logam asetat juga dapat diperoleh dengan reaksi asam asetat

dengan suatu basa yang cocok. Contoh yang terkenal adalah reaksi soda kue (Natrium bikarbonat) bereaksi dengan cuka. Hapir semua garam asetat larut dengan baik dalam air. Salah satu pengecualian adalah kromium (II) asetat. Contoh reaksi pembentukan garam asetat:

Mg(s) + 2 CH3COOH(aq) → (CH3COO)2Mg(aq) + H2(g)

NaHCO3(s) + CH3COOH(aq) → CH3COONa(aq) + CO2(g) + H2O(l)

Aluminium merupakan logam yang tahan terhadap korosi karena dapat membentuk lapisan aluminium oksida yang melindungi permukaannya. Karena itu, biasanya asam asetat diangkut dengan tangki-tangki aluminium.

(8)

Dua reaksi organik tipikal dari asam asetat

Asam asetat mengalami reaksi-reaksi asam karboksilat, misalnya menghasilkan garam asetat bila bereaksi dengan alkali, menghasilkan logam etanoat bila bereaksi dengan logam, dan menghasilkan logam etanoat, air dan karbondioksida bila bereaksi dengan garam karbonat atau bikarbonat. Reaksi organik yang paling terkenal dari asam asetat adalah pembentukan etanol melalui reduksi, pembentukan turunan asam karboksilat seperti asetil klorida atau

anhidrida asetat melalui substitusi nukleofilik. Anhidrida asetat dibentuk melalui kondensasi dua molekul asam asetat. Ester dari asam asetat dapat diperoleh melalui reaksi esterifikasi Fischer, dan juga pembentukan amida. Pada suhu 440 °C, asam asetat terurai menjadi metana dan karbon dioksida, atau ketena dan air.

Sifat Fisika dan Kimia Asam Asetat : - Bentuk fisik : cairan

- Berbau menyengat (asam) - Tidak berwarna

- Titik didih 118,1 oC - Titik lebur 16,6 oC - Massa molar 60,05 g/mol - Specific grafity : 1,049 (air = 1) - Tekanan uap : 15 kPa

- Berat Jenis uap : 2,07 (udara = 1)

- Mudah larut dalam air, larut dalam dietil eter dan aseton, sedikit larut dalam gliserol dan alkohol, dan tidak larut dalam carbon disulfida

NATRIUM HYDROXIDE (NaOH)

Natrium hidroksida (Na OH), juga dikenal sebagai soda kaustik atau sodium hidroksida, adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium Hidroksida terbentuk dari oksida basa Natrium Oksida dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air. Ia digunakan di berbagai macam bidang industri, kebanyakan digunakan sebagai basa dalam proses produksi bubur kayu dan kertas, tekstil, air minum, sabun dan

deterjen. Natrium hidroksida adalah basa yang paling umum digunakan dalam laboratorium kimia.

Sifat Fisika dan Kimia

- Berbentuk zat padat berwarna putih - Densitas : 2,1 g/cm3

- Titik lebur 591 K - Titik didih 1663 K

- Kelarutan dalam air 110g / 100 mL

(9)

IV. DESKRIPSI PROSES

Alat - alat yang digunakan : 1. Corong pemisah 2. Labu destilasi 3. Klem 4. Erlenmeyer 5. Gabus 6. Statif 7. Bunsen 8. Kondensor air 9. Piala gelas 250 mL 10. Gelas ukur 11. Heater 12. Termometer

Bahan – bahan yang digunakan : 1. Asam asetat 2. Etanol 3. CaCl2 exicatus 4. H2SO4 5. Larutan soda 10% 6. Lakmus Prosedur

1. Suatu labu destilasi 250 mL disambungkan dengan corong pemisah pada bagian atasnya dan bagian samping disambungkan dengan alat pendingin.

2. Labu diisi campuran 17 mL alkohol, 17 ml asam cuka murni dan 17 mL asam sulfat pekat (dicampur dengan hati-hati)

3. Kemudian labu dipanaskan dengan pemenas minyak (oil bath) pada temperatur 140◦C (termometer dimasukkan ke dalam minyak

4. Jika termperatur sudah tercapai, maka teteskan secara perlahan-lahan suatu campuran 63 mL alkohol dan 67 mL asam cuka murni yang sudah diisikan dalam corong pemisah

5. Kecepatan tetesan tersebut harus sesuai dengan kecepatan tetesan hasil sulingan (destilat), yaitu kurang lebih 3 tetes untuk 1 tetes destilat

6. Hasil sulingan ini mengandung ester cuka, alkohol, asam cuka, dan air

7. Dari hasil sulingan di atas, asam cuka harus dihilangkan dahulu dengan dikocok di corong pemisah memakai larutan soda 10% sedemikian hingga lapisan atas dari cairan tidak lagi memerahkan lakmus biru

8. Kemudian kedua lapisan cairan yang terjadi dipisahkan

9. Lapisan atas (yang mengandung ester cuka) dikocok dengan CaCl2 exicatus untuk memisahkan alkohol yang masih ada

10. Lalu, dimurnikan dengan jalan destilasi 11. Fraksi yang diambil adalah 77-78◦C 12. Hitung presentasi hasil prakis dan teoritis 13. Hasil praktis yang di dapat ± 43 gram

(10)

GAMBAR RANGKAIAN ALAT V. DATA PRAKTIKUM Bj Asam asetat : 1,05 g/mL Bj Etanol : 0,79 g/mL MR Asam asetat: 60 MR Etanol : 46

Bobot Erlenmeyer kosong : 103, 67 g Berat Erlenmeyer+etil asetat : 163.37 g

Berat Etil Asetat : 59.70 g (163.37 g – 103,67 g) Volume Etil Asetat : 66,0 mL

Berat Jenis Etil Asetat : 0,9054 g/mL (59.70g / 66,0 mL)

VI. PERHITUNGAN

Berat = volume x berat jenis Asam asetat

(11)

Mol = 88.20 g / 60 = 1,47 mol Alkohol

Berat = 80 mL x 0,79 g/mL = 63.20 g Mol = 63.20 g / 46 = 1.37 mol

CH3COOH + CH3CH2OH CH3COOCH2CH3 + H2O

awal 1,47 mol 1,37 mol -

-bereaksi x x x x

sisa (1,47- x) (1,37- x) x x

Tetapan kesetimbangan etil asetat (k) K=1/4 = 0,25 0,25 = [CH3COOCH2CH3][ H2O] [ CH3COOH][ CH3CH2OH] = x . x (1,47-x) (1,37-x) X2 = 0,25(x2 – 2,84x + 2.0139) -0,75x2 – 0,71x + 0,5035 = 0 0,75x2 + 0,71x – 0.5035 = 0 x1 , x2 = -b ± √(b2 – 4ac) 2a = -0,71 ± √(0,712 – 4 . 0,75 .- 0,5035) 2 . 0,75 x1 = 0,709 x2 = -2.13

CH3COOH + CH3CH2OH CH3COOCH2CH3 + H2O

awal 1,47 mol 1,37 mol -

-reaksi 0,709 mol 0,709 mol 0,709 mol 0,709 mol sisa 0,761 mol 0.661 mol 0,709 mol 0,709 mol Berat etil asetat teoritis = mol x Mr

= 0,709 x 88 = 62.392 g

Rendemen = 59.70 g / 62.392 g x 100% = 95.68 % VII. PEMBAHASAN

Nilai rendemen yang di dapat adalah sebesar 95.68 %, nilai ini cukup baik tetapi masih terjadi kesalahan negatif. Kesalahan negatif dapat disebabkan oleh beberapa faktor, dintaranya :

a) Destilat etil asetat pada destilasi kedua keluar pada fraksi 74 - 76 oC b) Terjadi kebocoran selama proses reaksi dan atau destilasi

c) Terjadi penguapan etil asetat selama ekstraksi d) Kesalahan praktikan

(12)

VIII. KESIMPULAN

Dari hasil praktikum didapatkan etil asetat sebanyak 59.70 gram dengan rendemen 95.68 % dan bobot jenis 0.9054 gr/ml

IX. DAFTAR PUSTAKA

http://www.ilmukimia.org/2013/03/reaksi-esterifikasi.html diakses tanggal 04 Mei 2013

http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/sifat_senyawa_organik/alkohol1/reaksi_pengesteran_esterifikasi / diakses tanggal 04 Mei 2013

http://id.wikipedia.org/wiki/Etil_asetat diakses tanggal 04 Mei 2013

http://masriantoch4n1490.wordpress.com/2012/03/02/prarancangan-pabrik-etil-asetat-dari-etanol-dan-asan-asetat-menggunakan-reaktif-distilasi/ diakses tanggal 04 Mei 2013

http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9925146 diakses tanggal 04 Mei 2013

http://www.sciencelab.com/msds.php?msdsId=9922769 diakses tanggal 04 Mei 2013 rizkyamanah.files.wordpress.com/2013/.../ppt-idung diakses tanggal 04 Mei 2013

http://letshare17.blogspot.com/2010/10/penggunaan-katalis-h2so4-pada.html diakses tanggal 04 Mei 2013

“Buku penuntun praktikum Teknik Kimia III”. Jakarta: Universitas Muhammadiyah Jakarta.

(13)

TUGAS

Analisa Kesalahan! Jawaban

a) Destilat etil asetat pada destilasi kedua keluar pada fraksi 74 - 76 oC b) Terjadi kebocoran selama proses reaksi dan atau destilasi

c) Terjadi penguapan etil asetat selama ekstraksi d) Kesalahan praktikan

e) Reagen alkohol tertumpah sedikit sehingga volume sebenarnya kurang dari 80 ml

Jenis – jenis asam karboksilat ! Jawaban

(14)

Pembuatan Etil asetat dengan cara lain ! Jawaban

(15)
(16)

Referensi

Dokumen terkait

Kemampuan siswa dalam melakukan gerak dasar banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satu faktor yang dapat menunjang siswa untuk dapat melakukan gerakan dengan baik

Gangguan yang menjadi penghambat dalam proses komunikasi antarbudaya etnis Melayu dan etnis Madura yaitu masyarakat Madura sebagai masyarakat pendatang di Kelurahan Roban

Fungsi manifest dan laten akan terlihat dari berbagai kegiatan-kegiatan Kophi Babel yang dilakukan untuk lingkungan hidup Bangka Belitung dengan mengajak masyarakat

apa yang telah diketahui dengan memberikan contoh sebuah sistem bilangan secara acak dan bergantian Penutup  Siswa membuat kesimpulan materi pembelajaran. dengan

Umumnya digunakan untuk tekanan operasi rendah, harganya murah dan digunakan untuk tangki dengan diameter kecil. • Torispherical Flanged &

Untuk membuktikan bahwa layanan penyampaian menurut Peraturan Dirjen Pajak PER-29/PJ/2014 yaitu secara langsung ke kantor pelayanan pajak, dropbox, jasa ekspedisi

Hingga saat ini akta notaris terhadap pemberlakuan cyber notary hanya dianggap sebagai akta di bawah tangan yang disamakan dengan dokumen, surat, Undang-Undang Nomor 2

Sedangkan kolektor surya yang menggunakan kaca penutup jenis frosted glass memiliki transmisivitas rendah dan absorbtivitas tinggi sehingga radiasi matahari yang