KARAKTERISASI TERMAL SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR
MIKRO KOMPOSIT ETP-STIREN DENGAN TIMBAL OKSIDA
Sugik Sugiantoro
1, Sudirman
1,4, Mashadi
1, Histori
2, A. Mahendra
31. Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir – BATAN
Gedung 71-BATAN Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan15314 2. Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir – BATAN Gedung 80-BATAN Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan15314
3. Pusat Teknologi Industri Proses (PTIP) – BPPT
Gedung Teknologi II-BPPT Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan15314 4. Jurusan Kimia , FMIPA –UI
Kampus Baru UI, Depok ABSTRAK
KARAKTERISASI TERMAL SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO KOMPOSIT ETP-STIREN DENGAN TIMBAL OKSIDA. Telah dilakukan karakterisasi termal sifat mekanik dan struktur
mikro komposit ETP-Stiren dengan timbal oksida. Hasilnya menunjukkan bahwa pada karakterisasi termal terdapat beberapa perubahan, yaitu pada suhu 800C sampai 1800C mengindikasikan proses terjadinya pelelehan berlanjut hingga proses dekomposisi polimer ETP-Stiren. Proses dekomposisi terjadi dalam dua tahap yaitu tahap pertama terjadi pada suhu kurang lebih 3500C hingga suhu 4500C sedangkan pada tahap kedua terjadi pada suhu kurang lebih 4800C hingga suhu 5200C. Penambahan junlah ETP Stiren hingga 10% memiliki sifat mekanik yang lebih baik jika dibandingkan dengan penambahan jumlah ETP Stiren hingga 30% dan 50%. Pengamatan struktur mikro menggunakan SEM pada perbesaran 1500x hasilnya menunjukkan bahwa distribusi matriks Pb3O4 kedalam rongga ETP Stiren 10% lebih merata . jumlah
kegagalan distribusi matriks ditunjukkan oleh adanya gumpalan putih terlihat dalam jumlah yang sedikit dengan diameter tidak terlalu besar, Hasil Karakterisasi komposit ETP-Stiren dengan timbal oksida menunjukkan bahwa komposit dengan jumlah polimer ETP Stiren hingga 10% memiliki sifat ketahanan termal , sifat mekanik dan struktur mikro yang lebih baik jika dibandingkan dengan jumlah polimer ETP Stiren pada perbandingan dengan jumlah polimer ETP Stiren hingga 30% dan 50%.
Kata kunci : Karakterisasi termal, sifat mekanik, struktur mikro, ETP Stiren dan Timbal oksida ABSTRACT
CHARACTERIZATION OF THERMAL AND MECHANICAL PROPERTIES OF COMPOSITE STRUCTURE MICRO ETP-STYRENE WITH LEAD OXIDE. It has been done characterizing the
mechanical and thermal properties of composite microstructure ETP-styrene with lead oxide. The results show that the thermal characterization there are some changes. At the temperature of 800C up to 1800C were indicated the melting process and it process will be continue until the ETP-styrene polymer decomposition. The decomposition process occurs in two stages, the first stage occurs at a temperature of approximately 3500C to 4500C temperature while the second phase occurs at a temperature of approximately 4800C up to 5200C temperature. The addition of styrene ETP amount up to 10% have better mechanical properties when compared to the addition of styrene ETP by 30% and 50%. Observation of microstructure using SEM at 1500x magnification results show that the distribution Pb3O4 matrix into the cavity of ETPstyrene 10% more
evenly. number of failures on the distribution matrix was indicated with white blobs and it was seen a small amounts and those diameter was not too big. Characterization results ETP-styrene composites with lead oxide showed that the amount of polymer composites with up to 10% styrene ETP has a thermal resistance properties, mechanical properties and microstructure better when it compared to the amount of styrene polymers ETP in comparison with the amount of styrene polymers ETP by 30% and 50%.
Keywords: Characterization of thermal, mechanical properties, microstructure, Lead oxide and styrene ETP
PENDAHULUAN
Komposit polimer merupakan paduan bahan polimer yang banyak digunakan dalam industri karena ringan, mudah diproses dan memungkinkan untuk fleksibilitas desain. Polimer komposit, terdiri dari fase polimer dan filler sebagai komponen tambahan yang mumnya memiliki kinerja baik dalam hal sifat fisik, sifat mekanik, biaya dan mudah diproses. Komponen tambahan atau filler dapat mengakibatkan sifat untuk memperkuat atau
non-memperkuat suatu jenis bahan. Sifat
memperkuat bahan dengan bantuan filler akan berguna dalam meningkatkan sifat fisik, sifat mekanik, ketahanan termal dan ketahanan abrasi
sedangkan non-memperkuat pengisi dapat
menurunkan biaya, memodifikasi kerapatan,
meningkatkan sifat penghalang atau mengubah
warna dan sebagainya. [1-3,5]
Bahan pengisi biasanya dari bahan
anorganik, bahan baku yang bercampur dalam matriks polimer. Kedua bahan paduan dapat
berbentuk padat dan cair sehingga dapat
membentuk morfologi yang berbeda. Bahan pengisi dalam jumlah kecil yang digunakan dalam komposit polimer dapat meningkatkan luas permukaan yang tersedia dan mengakibatkan interaksi dengan matriks polimer. Filler dalam jumlah yang lebih tinggi, biasanya di atas 20% fraksi volume, kebanyakan diperlukan untuk memberikan dampak positif sifat mekanik untuk filler berukuran mikron.
Untuk mendapatkan bahan sesuai yang diharapkan maka pemahaman sifat bahan dari
sistem komposit yang dihasilkan harus
diperhatikan, termasuk properti komponen,
komposisi, struktur dan interaksi antarmuka. Karakteristik ini menentukan kekuatan mekanik dan sifat lainnya dari bahan tersebut. Oleh karena itu untuk memahami polimer berbasis sistem komposit, harus membuat asumsi prediksi tentang sifat-sifat
bahan-bahan tersebut.[3-12]
Secara keseluruhan sifat komposit polimer ditentukan oleh sifat-sifat polimer, termasuk struktur, berat molekul dan kimia, sifat permukaan dari filler, termasuk kimia dan morfologi, serta kemampuan mereka untuk berinteraksi. Sifat komposit polimer juga didominasi oleh rasio polimer ke partikel filler. Struktur keseluruhan dari partikel dalam matriks polimer, termasuk antar-partikel interaksi seperti agregasi dan aglomerasi,
serta dispersi dari partikel juga sangat
mempengaruhi karakteristik komposit keseluruhan. Sesuai hal tersebut diatas maka pada penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan komposit sebagai bahan perisai radiasi yang dibuat
dengan cara mencampurkan bahan dasar
termoplastik elastomer stiren dengan logam atau oksida logam, yang mempunyai koefesien serapan linier yang besar terhadap radiasi.
Sintesis bahan komposit yang dimaksud dapat dilakukan dengan menambahkan timbal atau
timbal oksida berbentuk PbO dan Pb3O4 ke dalam
termoplastik elastomer stiren. PbO dan Pb3O4 tidak
hanya sebagai filler namun diharapkan dapat terjadi ikatan diantara keduanya sehingga diperoleh komposit yang dapat digunakan sebagai bahan perisai. Dari hasil sintesis kemudian dilakukan karakterisasi sifat termal, struktur mikro, sifat fisik dan mekanik komposit tersebut. Karakterisasi tersebut dilakukan bertujuan untuk mengetahui komposit hasil terhadap sifat ketahanan termal, distribusi matriks bahan pengisi dan kekerasan
bahan serta kekuatan uji tariknya. [1-14,17,18]
TATA KERJA
A. Cara Pembuatan Komposit
Untuk pembuatan komposit termoplastik elastomer stiren dengan timbal oksida, dilakukan dengan menimbang bahan termoplastik elastomer sebanyak 10%, 30%, dan 50% berat, kemudian digiling dengan Laboplastomill suhu 100 °C se1ama 5 menit dengan rpm 30. Sambil digiling
ditambahkan serbuk Pb3O4 perlahan-lahan sesuai
dengan komposisi yang ditentukanyaitu pada 400 phr sehingga diperoleh hasil gilingan yang homogen. Laboplastomill yang digunakan merek Toyoseiki Model 30 R 150 di laboratorium Proses
Industri, P3T1R-BATAN.
Hasil gilingan yang diperoleh selanjutnya dibuat lembaran film komposit termoplastik elastomer - timbal oksida dengan ketebalan 2 mm, menggunakan proses hot press dan selanjutnya dilakukan karakterisasi sifat termal, struktur mikro dan sifat mekaniknya
B. Alat yang digunakan :
Pada penelitian ini digunakan seperangkat alat Simultaneous Thermal Analysis ( STA ) merek SETARAM TAG 24 S buatan Perancis, dan Scanning Electron Microscope (SEM-EDS) merek Jeol JSM 6510LA buatan Jepang serta alat uji tarik dan uji kekerasan.
C. Bahan yang digunakan :
Bahan yang digunakan pada penelitian ini
diantaranya Karet SIR-20, ETP-Stiren, Pb3O4, ZnO,
HASIL DAN PEMBAHASAN
Struktur keseluruhan dari partikel dalam matriks polimer, termasuk interaksi antar-partikel seperti agregasi dan aglomerasi, serta dispersi dari partikel sangat mempengaruhi karakteristik hasil komposit. Penguatan komposit dapat diprediksikan bahwa dengan adanya ikatan interface yang meningkat antara polimer dan matriks biasanya menyebabkan timbulnya peningkatan sifat mekanik. Oleh sebab itu karakterisasi sifat mekanik dan struktur mikro sangat diperlukan untuk mengetahui
karakteristik komposit hasil. Sedangkan
karakterisasi termal diperlukan untuk mengetahui sifat ketahanan termal dan dekomposisi komposit hasil. [2,5-6,8-9,17-18]
Perlakuan karakterisasi termal terhadap
komposit ETP-Stiren dengan Pb3O4 dilakukan pada
suhu 600C hingga 6000C dengan kecepatan
pemanasan 100C per menit menggunakan gas inert
argon.
Hasil karakterisasi termal ETP- Siren 10%,
30% dan 50% dengan Pb3O4 400 phr seperti
ditunjukkan pada Gb1. Pada gambar tersebut terlihat adanya beberapa pola puncak endotermis yang sama dari kurva komposit ETP- Siren 10%,
30% dan 50% dengan Pb3O4.
Seiring dengan kenaikan suhu pemanasan
yaitu 100C permenit maka pada suhu pemanasan
kurang lebih 800C sudah terlihat adanya perubahan
fasa dari komposit ETP-Stiren. Hal tersebut
berlanjut hingga suhu kurang lebih suhu 1800C.
Perubahan yang terjadi pada suhu 800C sampai
1800C merupakan proses terjadinya pelelehan
komposit ETP-Stiren.
Pada suhu 1800C sampai kurang lebih
2900C secara perlahan mulai terjadi ketidakstabilan
tegangan antarmuka yang mengakibatkan pula perubahan struktur ikatan antar permukaan antara
polimer ETP-Stiren dengan matrik Pb3O4. Hal
tersebut berlanjut hingga kurang lebih pada suhu
2900C. Pada suhu mulai terjadinya pemutusan
ikatan antara polimer dengan matrik dan polimer dengan polimer yang mengakibatkan terjadinya dekomposisi polimer.
Menurut E. Kandare [17] ada beberapa tahap
proses yang terjadi yaitu pada tahap sekitar suhu 300 °C adalah hasil dari transfer radikal untuk rantai tak jenuh berakhir sedangkan pada tahap suhu sekitar 365 ° C yaitu proses terjadinya pemutusan ikatan secara random.
Proses dekomposisi polimer ETP-Stiren terjadi dalam dua tahap yaitu tahap pertama terjadi
pada suhu kurang lebih 3500C hingga suhu 4500C
sedangkan pada tahap kedua terjadi pada suhu
kurang lebih 4800C hingga suhu 5200C.
Mohamed A.W.[18] ada dua tahapan
dekomposisi. Pada tahap yang pertama yaitu
dikisaran 300oC ~ 450oC adalah proses dekomposisi
komponen alifatik, sedangkan dekomposisi pada
tahap yang kedua dikisaran 450oC ~ 530oC adalah
proses dekomposisi dari komponen aromatik. Pengaruh penambahan jumlah ETP Stiren berpengaruh pada proses dekomposisinya. Pada Gb.1. terlihat bahwa terjadi pergeseran puncak
dekomposisi tahap pertama pada kisaran 405oC ~
420oC menunjukkan bahwa dengan bertambahnya
jumlah ETP-Stiren puncak dekomposisi juga
semakin bartambah sedangkan pada proses
dekomposisi tahap kedua pada kisaran 480oC ~
520oC puncak dekomposisinya terlihat tetap yaitu
Gb.1. Kurva heat flow ETP-Stiren 10% , 30%,dan 50% dengan Pb3O4
A B C
kurang lebih pada 510oC. Disamping hal tersebut pengaruh penambahan jumlah ETP Stiren juga
berpengaruh pada suhu awal terjadinya
dekomposisi. Dari Gb.1. tersebut terlihat bahwa dengan bertambahnya jumlah ETP-Stiren maka awal terjadinya dekomposisi menjadi turun dari
suhu kurang lebih 300oC hingga ke suhu kurang
lebih 275oC.
Pada Proses ini karena pengaruh termal
sesunguhnya matrik Pb3O4 perubahan fase namun
karena jumlah kandungannya yang sedikit maka
kurva perubahan Pb3O4 sehingga tidak terlihat yang
dimungkinkan terjadinya overlapping karakteristik
puncak dengan ETP-Stiren. Menurut Norman G[15]
and S.M. Guilder[16] perubahan yang terjadi pada
Pb3O4 menjadi α- PbO2 terjadi pada suhu 1900C selanjutnya melalui tahapan proses berikut :
- pada suhu 398 0C
α- PbO2 → α - PbOx - pada suhu 460 0C
α- PbOx → β – PbOx + Pb3O4 - pada suhu 529 0C
β – PbOx + Pb3O4 → PbO(tetragonal) - pada suhu 595 0C
PbO(tetragonal) → PbO (ortorombik) Karakterisasi Termal Gravimetri komposit ETP Stiren dengan Timbal Oksida dapat dilihat pada GB.2. Pada kurva B dan C ditunjukkan bahwa
sampai dengan suhu kurang lebih 280oC tidak
terjadi penurunan berat komposit sedangkan untuk
kurva A hingga suhu 300oC tidak terjadi penurunan
berat.
Proses terjadinya penurunan berat komposit
pada kurva A terjadi pada suhu 300oC ~ 480oC. Hal
ini diakibatkan pada suhu tersebut telah terjadi
dekomposisi polimer ETP-Stiren yang
mengakibatkan terjadinya penurunan berat.
Sedangkan pada kurva B dan C proses terjadinya penurunan berat komposit melalui dua tahapam
yaitu tahap pertama pada kurang lebih suhu 280oC
~ 420oC dilanjutkan tahap kedua pada kurang lebih
suhu 420oC ~ 510oC hal tersebut juga diakibatkan oleh terjadi dekomposisi polimer ETP-Stiren.
Pengaruh penambahan jumlah ETP Stiren yang ditunjukkan oleh Gb.2. . terlihat bahwa
dengan penambahan jumlah ETP-Stiren
mengakibatkan terjadinya pergeseran suhu awal penurunan berat komposit. Pada gambar tersebut pergeseran suhu awal penurunan berat komposit
terjadi pada suhu kurang lebih 300oC menurun
hingga kurang lebih pada suhu 280oC.
Pengaruh penambahan jumlah ETP Stiren hingga 10% memiliki ketahanan termal yang lebih baik jika dibandingkan dengan penambahan jumlah ETP Stiren 30% dan 50% . Hal ini ditinjau dari suhu awal terjadinya dekomposisi.
Pada penelitian ini juga dilakukan
karakterisasi sifat mekanik diantaranya Stress Elongation, Strain Elongation, Break Stress, Break Strain dan Break Elongation hasilnya dapat dilihat pada tabel.1. Karakterisasi sifat mekanik dilakukan untuk mengetahui pengaruh jumlah penambahan
matriks Pb3O4 terhadap jumlah polimer ETP
Stiren, sehingga dapat dihasilkan komposit yang memiliki sifat mekanik baik dengan perbandingan jumlah polimer dan matriks yang optimum. Perbandingan jumlah polimer dan matriks baik dalam bentuk fraksi volume ataupun fraksi berat sangat berpengaruh terhadap komposit hasil.
Gb.2. Kurva TG ETP-Stiren 10% , 30% dan 50% dengan Pb3O4 400 phr
Kurva TG ETP-Stiren 10% B. ETP-Stiren 30% C. ETP-Stiren 50%
C
A
Karakterisassi sifat mekanik yang
ditunjukkan oleh tabel.1 tersebut memperlihatkan bahwa dengan semakin besar bertambahnya fraksi berat polimer jenis ETP Stiren maka hasilnya dapat mengakibatkan penurunan sifat mekanik komposit. Hal tersebut disebabkan ... semakin meningkat
jumlah ETP Stiren maka distribusi matriks Pb3O4
kedalam ETP Stiren semakin tidak merata yang dapat mengakibatkan menurunnya ikatan antar
muka ETP Stiren dengan Pb3O4.
Karakterisassi sifat mekanik ETP Stiren 10%
dengan Pb3O4 seperti terlihat pada tabel.1 hasilnya
menunjukkan bahwa penambahan junlah ETP Stiren hingga 10% memiliki sifat mekanik yang lebih baik jika dibandingkan dengan penambahan jumlah ETP Stiren hingga 30% dan 50%.
Pengamatan struktur mikro hasil komposit
ETP Stiren dengan Pb3O4 yang diamati
menggunakan SEM pada perbesaran 1500x ditunjukkan oleh Gb.3.
Hasil yang diperlihatkan oleh Gb.A. dalam Gb.3 tersebut menunjukkan struktur mikro polimer
jenis ETP Stiren terdapat rongga-rongga yang pada
proses selanjutnya rongga-rongga tersebut dapat
ditempati oleh matriks Pb3O4. Pengisian rongga
oleh matriks menggunakan sifat ikatan antarmuka yang dapat mengakibatkan sifat mekaniknya lebih baik.
Pada Gb.B. dalam Gb.3, menunjukkan
bahwa distribusi matriks Pb3O4 kedalam rongga
ETP Stiren 10% lebih merata . jumlah kegagalan
distribusi matriks ditunjukkan oleh adanya
gumpalan putih terlihat sedikit dengan diameter tidak terlalu besar, Distribusi matriks yang lebih
merata kedalam rongga ETP Stiren dapat
meningkatkan sifat komposit hasil. Alur melintang yang terdapat pada Gb.A. tersebut diakibatkan oleh proses pencetakan sampel komposit.
Jenis Karakterisasi komposit ( Kg/cm2 )
Jumlah ETP Stiren + Pb3O4
10 % ( X rata2 ±
σ
n)
30% ( X rata2 ±σ
n)
50% ( X rata2 ±σ
n)
Stress Elongation 10,042 ± 0,538 9,952 ± 0,574 8,364 ± 0,788 Strain Elongation 10,860 ± 0,518 10,476 ± 0,770 9,342 ± 0,642 Break Stress 77,836 ± 5,467 74,424 ± 4,386 68,880 ± 13,043 Break Strain 530,04 ± 30,480 521,20 ± 38,449 469,00 ± 40,069 Break Elongation 10,608 ± 0,519 10,424 ± 0,769 9,38 ± 0,801Hasil yang diperlihatkan oleh Gb.C.dan Gb.D. dalam Gb.3 menunjukkan bahwa distribusi
matriks Pb3O4 kedalam rongga ETP Stiren 30%
terlihat adanya penggumpalan matriks. Jumlah kegagalan distribusi matriks ditunjukkan oleh adanya gumpalan putih terlihat lebih banyak dengan diameter yang agak besar pada ETP Stiren 30%.
Pada ETP Stiren 50% banyak terjadi penggumpalan matrik yang menimbulkan celah antar gumpalan
tersebut. Hal tersebut dapat mengakibatkan
berkurangnya sifat mekanik komposit hasil.
KESIMPULAN
Karakterisasi terhadap komposit ETP Stiren
dengan matriks Pb3O4 hasilnya menunjukkan bahwa
komposit dengan jumlah polimer ETP Stiren hingga 10% memiliki sifat ketahanan termal , sifat mekanik dan struktur mikro yang lebih baik jika dibandingkan dengan jumlah polimer ETP Stiren hingga 30% dan 50%
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudirman, dkk :” Strukturmikro dan Sifat Mekanik Komposit Elastomer Termo Plastik – Timbal Oksida”, Journal Mikroskopi dan Mikroanalisis Vol No.1 2000 ISSN 1410-5594 2. Bernhard Wunderlich : “Thermal Analysis of
Polymeric Materials”, Springer Berlin
Heidelberg New York ISBN 3-540-23629-5 3. Veli Deniz, Nursel Karakaya, and Osman G.
Ersoy : “Effects of fillers on the properties of thermoplastic elastomers”, Society of Plastic Engineers - Plastics Research Online 10.1002/ spepro. 002518
4. Muhammad Arshadet et al : “Characterization
of Poly(methyl methacrylate)-tin (IV)
Chloride Blend by TG-DTG-DTA, IR and
Gb.B ETP-Stiren 10% + Pb3O4 400 phr
Gb D. ETP-Stiren 50% + Pb3O4 400 phr
Gb.A. ETP-Stiren 50% + Pb3O4 0 phr
Gb.C.3. r Struktur Mikro Komposit
Pyrolysis-GC-MS Techniques”, Bull. Korean Chem. Soc. 2011, Vol. 32, No. 9 3295 5. Joseph H. Flynn : “Thermal Analysis Of
Polymers“, Encyclopedia of Polymer Sceince and Technology, John Wiley & Sons, Inc, Copyright 2005
6. D. M. Price, D. J. Hourston, and F. Dumont :“
Thermogravimetry of Polymers”,
Encyclopedia of Analytical Chemistry R.A. Meyers (Ed.) pp. 8094–8105 John Wiley & Sons Ltd, Chichester, 2000
7. Benjamin J.A., et al:” Mechanical Properties of Al2O3 / Polymethyl methacrylate Nano composites”, Polymer Composites, December 2002, Vol. 23, No. 6
8. Barbara H. Stuart: ” Analytical Techniques in Materials Conservation”, John Wiley & Sons Ltd, The Atrium, Southern Gate, Chichester, West Sussex PO19 8SQ, England Copyright 2007
9. Craig L Beyler and Marcelo M. Hirschler : “ Thermal Decomposition of Polymers “, SFPE handbook of fire protection engineering. Chapter 7, Section One, page 1 – 131, 3th ,2002
10. Anil.K.B. : “Mechanichal Properties Of Polymers” Materials Science and Engineering, ©Encyclopedia of life Support Systems (EOLSS), vol. I , 2011
11. T.R. Crompton : “ Characterisation of
Polymers “ vol 2 iSmithers Rapra
Publishing United Kingdom 2009.
12. M.Q. Zhang and Min Zhi Rong : ”
Self-Healing Polymers And Polymers
Composites”, John Wiley & Sons, Inc., Hoboken, New Jersey, 281 – 324, Copyright © 2011..
13. Stanislav I. Stoliarov et al : “A reactive
molecular dynamics model of thermal
decomposition in polymers: I. Poly(methyl methacrylate)”, Polymer 44 (2003) 883–894, Elsevier Science Ltd, 2002.
14. Comuce M., et al.: “Kinetics And Mechanism Of The Thermal Degradation Of Polymethyl Methacrylate By TGA/FTIR Analysis”, 6th International Seminar on Fire and Explosion Hazards, 11-16 April 2010, Leeds, UK
15. Norman Greenwood : “Lead dioxide
decomposes upon heating”, Chemistry of the
elements, Photographs Alan
Earnshaw, Pergamon Press, 1984, ISBN 978-0-08-022056-7; 2nd 1997.
16. S.M. Guilder and A.C. Simon :” Thermal Decomposition Mechanism Of Formed and Cycled Lead Dioxide Electrodes and Its Relationship to Capacity Loss and Battery
Failure “, J. Electrochem. Soc. 1974, Volume 121, Issue 12, Pages 1546-1551.
17. Everson Kandare, et al :” Thermal Stability and Degradation Kinetics of Poly (methyl Methacrylate) /Layered Copper Hydroxy Methacrylate Composites”, Polymers for Advanced Technologies, Volume 17, No. 4 (April 2006),
18. Mohamed Abdel wahab, et al : “Synthesis and Characterization of Methyl Methacrylate
Modified Vinylester Resin-Clay
Nanocomposites” , The Open Macromolecules Journal, 2012, 6, 20-27
TANYA JAWAB Pertanyaan
1. Berapa suhu terjadinya dekomposisi? (Safina)
Jawaban
1. Ada 2 tahapan dekomposisi yaitu:
a. 350-450oC dekomposisi alifatik