• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARAKTERISASI TERMAL SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO KOMPOSIT ETP-STIREN DENGAN TIMBAL OKSIDA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KARAKTERISASI TERMAL SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO KOMPOSIT ETP-STIREN DENGAN TIMBAL OKSIDA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISASI TERMAL SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR

MIKRO KOMPOSIT ETP-STIREN DENGAN TIMBAL OKSIDA

Sugik Sugiantoro

1

, Sudirman

1,4

, Mashadi

1

, Histori

2

, A. Mahendra

3

1. Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir – BATAN

Gedung 71-BATAN Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan15314 2. Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir – BATAN Gedung 80-BATAN Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan15314

3. Pusat Teknologi Industri Proses (PTIP) – BPPT

Gedung Teknologi II-BPPT Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan15314 4. Jurusan Kimia , FMIPA –UI

Kampus Baru UI, Depok ABSTRAK

KARAKTERISASI TERMAL SIFAT MEKANIK DAN STRUKTUR MIKRO KOMPOSIT ETP-STIREN DENGAN TIMBAL OKSIDA. Telah dilakukan karakterisasi termal sifat mekanik dan struktur

mikro komposit ETP-Stiren dengan timbal oksida. Hasilnya menunjukkan bahwa pada karakterisasi termal terdapat beberapa perubahan, yaitu pada suhu 800C sampai 1800C mengindikasikan proses terjadinya pelelehan berlanjut hingga proses dekomposisi polimer ETP-Stiren. Proses dekomposisi terjadi dalam dua tahap yaitu tahap pertama terjadi pada suhu kurang lebih 3500C hingga suhu 4500C sedangkan pada tahap kedua terjadi pada suhu kurang lebih 4800C hingga suhu 5200C. Penambahan junlah ETP Stiren hingga 10% memiliki sifat mekanik yang lebih baik jika dibandingkan dengan penambahan jumlah ETP Stiren hingga 30% dan 50%. Pengamatan struktur mikro menggunakan SEM pada perbesaran 1500x hasilnya menunjukkan bahwa distribusi matriks Pb3O4 kedalam rongga ETP Stiren 10% lebih merata . jumlah

kegagalan distribusi matriks ditunjukkan oleh adanya gumpalan putih terlihat dalam jumlah yang sedikit dengan diameter tidak terlalu besar, Hasil Karakterisasi komposit ETP-Stiren dengan timbal oksida menunjukkan bahwa komposit dengan jumlah polimer ETP Stiren hingga 10% memiliki sifat ketahanan termal , sifat mekanik dan struktur mikro yang lebih baik jika dibandingkan dengan jumlah polimer ETP Stiren pada perbandingan dengan jumlah polimer ETP Stiren hingga 30% dan 50%.

Kata kunci : Karakterisasi termal, sifat mekanik, struktur mikro, ETP Stiren dan Timbal oksida ABSTRACT

CHARACTERIZATION OF THERMAL AND MECHANICAL PROPERTIES OF COMPOSITE STRUCTURE MICRO ETP-STYRENE WITH LEAD OXIDE. It has been done characterizing the

mechanical and thermal properties of composite microstructure ETP-styrene with lead oxide. The results show that the thermal characterization there are some changes. At the temperature of 800C up to 1800C were indicated the melting process and it process will be continue until the ETP-styrene polymer decomposition. The decomposition process occurs in two stages, the first stage occurs at a temperature of approximately 3500C to 4500C temperature while the second phase occurs at a temperature of approximately 4800C up to 5200C temperature. The addition of styrene ETP amount up to 10% have better mechanical properties when compared to the addition of styrene ETP by 30% and 50%. Observation of microstructure using SEM at 1500x magnification results show that the distribution Pb3O4 matrix into the cavity of ETPstyrene 10% more

evenly. number of failures on the distribution matrix was indicated with white blobs and it was seen a small amounts and those diameter was not too big. Characterization results ETP-styrene composites with lead oxide showed that the amount of polymer composites with up to 10% styrene ETP has a thermal resistance properties, mechanical properties and microstructure better when it compared to the amount of styrene polymers ETP in comparison with the amount of styrene polymers ETP by 30% and 50%.

Keywords: Characterization of thermal, mechanical properties, microstructure, Lead oxide and styrene ETP

(2)

PENDAHULUAN

Komposit polimer merupakan paduan bahan polimer yang banyak digunakan dalam industri karena ringan, mudah diproses dan memungkinkan untuk fleksibilitas desain. Polimer komposit, terdiri dari fase polimer dan filler sebagai komponen tambahan yang mumnya memiliki kinerja baik dalam hal sifat fisik, sifat mekanik, biaya dan mudah diproses. Komponen tambahan atau filler dapat mengakibatkan sifat untuk memperkuat atau

non-memperkuat suatu jenis bahan. Sifat

memperkuat bahan dengan bantuan filler akan berguna dalam meningkatkan sifat fisik, sifat mekanik, ketahanan termal dan ketahanan abrasi

sedangkan non-memperkuat pengisi dapat

menurunkan biaya, memodifikasi kerapatan,

meningkatkan sifat penghalang atau mengubah

warna dan sebagainya. [1-3,5]

Bahan pengisi biasanya dari bahan

anorganik, bahan baku yang bercampur dalam matriks polimer. Kedua bahan paduan dapat

berbentuk padat dan cair sehingga dapat

membentuk morfologi yang berbeda. Bahan pengisi dalam jumlah kecil yang digunakan dalam komposit polimer dapat meningkatkan luas permukaan yang tersedia dan mengakibatkan interaksi dengan matriks polimer. Filler dalam jumlah yang lebih tinggi, biasanya di atas 20% fraksi volume, kebanyakan diperlukan untuk memberikan dampak positif sifat mekanik untuk filler berukuran mikron.

Untuk mendapatkan bahan sesuai yang diharapkan maka pemahaman sifat bahan dari

sistem komposit yang dihasilkan harus

diperhatikan, termasuk properti komponen,

komposisi, struktur dan interaksi antarmuka. Karakteristik ini menentukan kekuatan mekanik dan sifat lainnya dari bahan tersebut. Oleh karena itu untuk memahami polimer berbasis sistem komposit, harus membuat asumsi prediksi tentang sifat-sifat

bahan-bahan tersebut.[3-12]

Secara keseluruhan sifat komposit polimer ditentukan oleh sifat-sifat polimer, termasuk struktur, berat molekul dan kimia, sifat permukaan dari filler, termasuk kimia dan morfologi, serta kemampuan mereka untuk berinteraksi. Sifat komposit polimer juga didominasi oleh rasio polimer ke partikel filler. Struktur keseluruhan dari partikel dalam matriks polimer, termasuk antar-partikel interaksi seperti agregasi dan aglomerasi,

serta dispersi dari partikel juga sangat

mempengaruhi karakteristik komposit keseluruhan. Sesuai hal tersebut diatas maka pada penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan komposit sebagai bahan perisai radiasi yang dibuat

dengan cara mencampurkan bahan dasar

termoplastik elastomer stiren dengan logam atau oksida logam, yang mempunyai koefesien serapan linier yang besar terhadap radiasi.

Sintesis bahan komposit yang dimaksud dapat dilakukan dengan menambahkan timbal atau

timbal oksida berbentuk PbO dan Pb3O4 ke dalam

termoplastik elastomer stiren. PbO dan Pb3O4 tidak

hanya sebagai filler namun diharapkan dapat terjadi ikatan diantara keduanya sehingga diperoleh komposit yang dapat digunakan sebagai bahan perisai. Dari hasil sintesis kemudian dilakukan karakterisasi sifat termal, struktur mikro, sifat fisik dan mekanik komposit tersebut. Karakterisasi tersebut dilakukan bertujuan untuk mengetahui komposit hasil terhadap sifat ketahanan termal, distribusi matriks bahan pengisi dan kekerasan

bahan serta kekuatan uji tariknya. [1-14,17,18]

TATA KERJA

A. Cara Pembuatan Komposit

Untuk pembuatan komposit termoplastik elastomer stiren dengan timbal oksida, dilakukan dengan menimbang bahan termoplastik elastomer sebanyak 10%, 30%, dan 50% berat, kemudian digiling dengan Laboplastomill suhu 100 °C se1ama 5 menit dengan rpm 30. Sambil digiling

ditambahkan serbuk Pb3O4 perlahan-lahan sesuai

dengan komposisi yang ditentukanyaitu pada 400 phr sehingga diperoleh hasil gilingan yang homogen. Laboplastomill yang digunakan merek Toyoseiki Model 30 R 150 di laboratorium Proses

Industri, P3T1R-BATAN.

Hasil gilingan yang diperoleh selanjutnya dibuat lembaran film komposit termoplastik elastomer - timbal oksida dengan ketebalan 2 mm, menggunakan proses hot press dan selanjutnya dilakukan karakterisasi sifat termal, struktur mikro dan sifat mekaniknya

B. Alat yang digunakan :

Pada penelitian ini digunakan seperangkat alat Simultaneous Thermal Analysis ( STA ) merek SETARAM TAG 24 S buatan Perancis, dan Scanning Electron Microscope (SEM-EDS) merek Jeol JSM 6510LA buatan Jepang serta alat uji tarik dan uji kekerasan.

C. Bahan yang digunakan :

Bahan yang digunakan pada penelitian ini

diantaranya Karet SIR-20, ETP-Stiren, Pb3O4, ZnO,

(3)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Struktur keseluruhan dari partikel dalam matriks polimer, termasuk interaksi antar-partikel seperti agregasi dan aglomerasi, serta dispersi dari partikel sangat mempengaruhi karakteristik hasil komposit. Penguatan komposit dapat diprediksikan bahwa dengan adanya ikatan interface yang meningkat antara polimer dan matriks biasanya menyebabkan timbulnya peningkatan sifat mekanik. Oleh sebab itu karakterisasi sifat mekanik dan struktur mikro sangat diperlukan untuk mengetahui

karakteristik komposit hasil. Sedangkan

karakterisasi termal diperlukan untuk mengetahui sifat ketahanan termal dan dekomposisi komposit hasil. [2,5-6,8-9,17-18]

Perlakuan karakterisasi termal terhadap

komposit ETP-Stiren dengan Pb3O4 dilakukan pada

suhu 600C hingga 6000C dengan kecepatan

pemanasan 100C per menit menggunakan gas inert

argon.

Hasil karakterisasi termal ETP- Siren 10%,

30% dan 50% dengan Pb3O4 400 phr seperti

ditunjukkan pada Gb1. Pada gambar tersebut terlihat adanya beberapa pola puncak endotermis yang sama dari kurva komposit ETP- Siren 10%,

30% dan 50% dengan Pb3O4.

Seiring dengan kenaikan suhu pemanasan

yaitu 100C permenit maka pada suhu pemanasan

kurang lebih 800C sudah terlihat adanya perubahan

fasa dari komposit ETP-Stiren. Hal tersebut

berlanjut hingga suhu kurang lebih suhu 1800C.

Perubahan yang terjadi pada suhu 800C sampai

1800C merupakan proses terjadinya pelelehan

komposit ETP-Stiren.

Pada suhu 1800C sampai kurang lebih

2900C secara perlahan mulai terjadi ketidakstabilan

tegangan antarmuka yang mengakibatkan pula perubahan struktur ikatan antar permukaan antara

polimer ETP-Stiren dengan matrik Pb3O4. Hal

tersebut berlanjut hingga kurang lebih pada suhu

2900C. Pada suhu mulai terjadinya pemutusan

ikatan antara polimer dengan matrik dan polimer dengan polimer yang mengakibatkan terjadinya dekomposisi polimer.

Menurut E. Kandare [17] ada beberapa tahap

proses yang terjadi yaitu pada tahap sekitar suhu 300 °C adalah hasil dari transfer radikal untuk rantai tak jenuh berakhir sedangkan pada tahap suhu sekitar 365 ° C yaitu proses terjadinya pemutusan ikatan secara random.

Proses dekomposisi polimer ETP-Stiren terjadi dalam dua tahap yaitu tahap pertama terjadi

pada suhu kurang lebih 3500C hingga suhu 4500C

sedangkan pada tahap kedua terjadi pada suhu

kurang lebih 4800C hingga suhu 5200C.

Mohamed A.W.[18] ada dua tahapan

dekomposisi. Pada tahap yang pertama yaitu

dikisaran 300oC ~ 450oC adalah proses dekomposisi

komponen alifatik, sedangkan dekomposisi pada

tahap yang kedua dikisaran 450oC ~ 530oC adalah

proses dekomposisi dari komponen aromatik. Pengaruh penambahan jumlah ETP Stiren berpengaruh pada proses dekomposisinya. Pada Gb.1. terlihat bahwa terjadi pergeseran puncak

dekomposisi tahap pertama pada kisaran 405oC ~

420oC menunjukkan bahwa dengan bertambahnya

jumlah ETP-Stiren puncak dekomposisi juga

semakin bartambah sedangkan pada proses

dekomposisi tahap kedua pada kisaran 480oC ~

520oC puncak dekomposisinya terlihat tetap yaitu

Gb.1. Kurva heat flow ETP-Stiren 10% , 30%,dan 50% dengan Pb3O4

A B C

(4)

kurang lebih pada 510oC. Disamping hal tersebut pengaruh penambahan jumlah ETP Stiren juga

berpengaruh pada suhu awal terjadinya

dekomposisi. Dari Gb.1. tersebut terlihat bahwa dengan bertambahnya jumlah ETP-Stiren maka awal terjadinya dekomposisi menjadi turun dari

suhu kurang lebih 300oC hingga ke suhu kurang

lebih 275oC.

Pada Proses ini karena pengaruh termal

sesunguhnya matrik Pb3O4 perubahan fase namun

karena jumlah kandungannya yang sedikit maka

kurva perubahan Pb3O4 sehingga tidak terlihat yang

dimungkinkan terjadinya overlapping karakteristik

puncak dengan ETP-Stiren. Menurut Norman G[15]

and S.M. Guilder[16] perubahan yang terjadi pada

Pb3O4 menjadi α- PbO2 terjadi pada suhu 1900C selanjutnya melalui tahapan proses berikut :

- pada suhu 398 0C

α- PbO2 → α - PbOx - pada suhu 460 0C

α- PbOx → β – PbOx + Pb3O4 - pada suhu 529 0C

β – PbOx + Pb3O4 → PbO(tetragonal) - pada suhu 595 0C

PbO(tetragonal) → PbO (ortorombik) Karakterisasi Termal Gravimetri komposit ETP Stiren dengan Timbal Oksida dapat dilihat pada GB.2. Pada kurva B dan C ditunjukkan bahwa

sampai dengan suhu kurang lebih 280oC tidak

terjadi penurunan berat komposit sedangkan untuk

kurva A hingga suhu 300oC tidak terjadi penurunan

berat.

Proses terjadinya penurunan berat komposit

pada kurva A terjadi pada suhu 300oC ~ 480oC. Hal

ini diakibatkan pada suhu tersebut telah terjadi

dekomposisi polimer ETP-Stiren yang

mengakibatkan terjadinya penurunan berat.

Sedangkan pada kurva B dan C proses terjadinya penurunan berat komposit melalui dua tahapam

yaitu tahap pertama pada kurang lebih suhu 280oC

~ 420oC dilanjutkan tahap kedua pada kurang lebih

suhu 420oC ~ 510oC hal tersebut juga diakibatkan oleh terjadi dekomposisi polimer ETP-Stiren.

Pengaruh penambahan jumlah ETP Stiren yang ditunjukkan oleh Gb.2. . terlihat bahwa

dengan penambahan jumlah ETP-Stiren

mengakibatkan terjadinya pergeseran suhu awal penurunan berat komposit. Pada gambar tersebut pergeseran suhu awal penurunan berat komposit

terjadi pada suhu kurang lebih 300oC menurun

hingga kurang lebih pada suhu 280oC.

Pengaruh penambahan jumlah ETP Stiren hingga 10% memiliki ketahanan termal yang lebih baik jika dibandingkan dengan penambahan jumlah ETP Stiren 30% dan 50% . Hal ini ditinjau dari suhu awal terjadinya dekomposisi.

Pada penelitian ini juga dilakukan

karakterisasi sifat mekanik diantaranya Stress Elongation, Strain Elongation, Break Stress, Break Strain dan Break Elongation hasilnya dapat dilihat pada tabel.1. Karakterisasi sifat mekanik dilakukan untuk mengetahui pengaruh jumlah penambahan

matriks Pb3O4 terhadap jumlah polimer ETP

Stiren, sehingga dapat dihasilkan komposit yang memiliki sifat mekanik baik dengan perbandingan jumlah polimer dan matriks yang optimum. Perbandingan jumlah polimer dan matriks baik dalam bentuk fraksi volume ataupun fraksi berat sangat berpengaruh terhadap komposit hasil.

Gb.2. Kurva TG ETP-Stiren 10% , 30% dan 50% dengan Pb3O4 400 phr

Kurva TG ETP-Stiren 10% B. ETP-Stiren 30% C. ETP-Stiren 50%

C

A

(5)

Karakterisassi sifat mekanik yang

ditunjukkan oleh tabel.1 tersebut memperlihatkan bahwa dengan semakin besar bertambahnya fraksi berat polimer jenis ETP Stiren maka hasilnya dapat mengakibatkan penurunan sifat mekanik komposit. Hal tersebut disebabkan ... semakin meningkat

jumlah ETP Stiren maka distribusi matriks Pb3O4

kedalam ETP Stiren semakin tidak merata yang dapat mengakibatkan menurunnya ikatan antar

muka ETP Stiren dengan Pb3O4.

Karakterisassi sifat mekanik ETP Stiren 10%

dengan Pb3O4 seperti terlihat pada tabel.1 hasilnya

menunjukkan bahwa penambahan junlah ETP Stiren hingga 10% memiliki sifat mekanik yang lebih baik jika dibandingkan dengan penambahan jumlah ETP Stiren hingga 30% dan 50%.

Pengamatan struktur mikro hasil komposit

ETP Stiren dengan Pb3O4 yang diamati

menggunakan SEM pada perbesaran 1500x ditunjukkan oleh Gb.3.

Hasil yang diperlihatkan oleh Gb.A. dalam Gb.3 tersebut menunjukkan struktur mikro polimer

jenis ETP Stiren terdapat rongga-rongga yang pada

proses selanjutnya rongga-rongga tersebut dapat

ditempati oleh matriks Pb3O4. Pengisian rongga

oleh matriks menggunakan sifat ikatan antarmuka yang dapat mengakibatkan sifat mekaniknya lebih baik.

Pada Gb.B. dalam Gb.3, menunjukkan

bahwa distribusi matriks Pb3O4 kedalam rongga

ETP Stiren 10% lebih merata . jumlah kegagalan

distribusi matriks ditunjukkan oleh adanya

gumpalan putih terlihat sedikit dengan diameter tidak terlalu besar, Distribusi matriks yang lebih

merata kedalam rongga ETP Stiren dapat

meningkatkan sifat komposit hasil. Alur melintang yang terdapat pada Gb.A. tersebut diakibatkan oleh proses pencetakan sampel komposit.

Jenis Karakterisasi komposit ( Kg/cm2 )

Jumlah ETP Stiren + Pb3O4

10 % ( X rata2 ±

σ

n

)

30% ( X rata2 ±

σ

n

)

50% ( X rata2 ±

σ

n

)

Stress Elongation 10,042 ± 0,538 9,952 ± 0,574 8,364 ± 0,788 Strain Elongation 10,860 ± 0,518 10,476 ± 0,770 9,342 ± 0,642 Break Stress 77,836 ± 5,467 74,424 ± 4,386 68,880 ± 13,043 Break Strain 530,04 ± 30,480 521,20 ± 38,449 469,00 ± 40,069 Break Elongation 10,608 ± 0,519 10,424 ± 0,769 9,38 ± 0,801

(6)

Hasil yang diperlihatkan oleh Gb.C.dan Gb.D. dalam Gb.3 menunjukkan bahwa distribusi

matriks Pb3O4 kedalam rongga ETP Stiren 30%

terlihat adanya penggumpalan matriks. Jumlah kegagalan distribusi matriks ditunjukkan oleh adanya gumpalan putih terlihat lebih banyak dengan diameter yang agak besar pada ETP Stiren 30%.

Pada ETP Stiren 50% banyak terjadi penggumpalan matrik yang menimbulkan celah antar gumpalan

tersebut. Hal tersebut dapat mengakibatkan

berkurangnya sifat mekanik komposit hasil.

KESIMPULAN

Karakterisasi terhadap komposit ETP Stiren

dengan matriks Pb3O4 hasilnya menunjukkan bahwa

komposit dengan jumlah polimer ETP Stiren hingga 10% memiliki sifat ketahanan termal , sifat mekanik dan struktur mikro yang lebih baik jika dibandingkan dengan jumlah polimer ETP Stiren hingga 30% dan 50%

DAFTAR PUSTAKA

1. Sudirman, dkk :” Strukturmikro dan Sifat Mekanik Komposit Elastomer Termo Plastik – Timbal Oksida”, Journal Mikroskopi dan Mikroanalisis Vol No.1 2000 ISSN 1410-5594 2. Bernhard Wunderlich : “Thermal Analysis of

Polymeric Materials”, Springer Berlin

Heidelberg New York ISBN 3-540-23629-5 3. Veli Deniz, Nursel Karakaya, and Osman G.

Ersoy : “Effects of fillers on the properties of thermoplastic elastomers”, Society of Plastic Engineers - Plastics Research Online 10.1002/ spepro. 002518

4. Muhammad Arshadet et al : “Characterization

of Poly(methyl methacrylate)-tin (IV)

Chloride Blend by TG-DTG-DTA, IR and

Gb.B ETP-Stiren 10% + Pb3O4 400 phr

Gb D. ETP-Stiren 50% + Pb3O4 400 phr

Gb.A. ETP-Stiren 50% + Pb3O4 0 phr

Gb.C.3. r Struktur Mikro Komposit

(7)

Pyrolysis-GC-MS Techniques”, Bull. Korean Chem. Soc. 2011, Vol. 32, No. 9 3295 5. Joseph H. Flynn : “Thermal Analysis Of

Polymers“, Encyclopedia of Polymer Sceince and Technology, John Wiley & Sons, Inc, Copyright 2005

6. D. M. Price, D. J. Hourston, and F. Dumont :“

Thermogravimetry of Polymers”,

Encyclopedia of Analytical Chemistry R.A. Meyers (Ed.) pp. 8094–8105 John Wiley & Sons Ltd, Chichester, 2000

7. Benjamin J.A., et al:” Mechanical Properties of Al2O3 / Polymethyl methacrylate Nano composites”, Polymer Composites, December 2002, Vol. 23, No. 6

8. Barbara H. Stuart: ” Analytical Techniques in Materials Conservation”, John Wiley & Sons Ltd, The Atrium, Southern Gate, Chichester, West Sussex PO19 8SQ, England Copyright 2007

9. Craig L Beyler and Marcelo M. Hirschler : “ Thermal Decomposition of Polymers “, SFPE handbook of fire protection engineering. Chapter 7, Section One, page 1 – 131, 3th ,2002

10. Anil.K.B. : “Mechanichal Properties Of Polymers” Materials Science and Engineering, ©Encyclopedia of life Support Systems (EOLSS), vol. I , 2011

11. T.R. Crompton : “ Characterisation of

Polymers “ vol 2 iSmithers Rapra

Publishing United Kingdom 2009.

12. M.Q. Zhang and Min Zhi Rong : ”

Self-Healing Polymers And Polymers

Composites”, John Wiley & Sons, Inc., Hoboken, New Jersey, 281 – 324, Copyright © 2011..

13. Stanislav I. Stoliarov et al : “A reactive

molecular dynamics model of thermal

decomposition in polymers: I. Poly(methyl methacrylate)”, Polymer 44 (2003) 883–894, Elsevier Science Ltd, 2002.

14. Comuce M., et al.: “Kinetics And Mechanism Of The Thermal Degradation Of Polymethyl Methacrylate By TGA/FTIR Analysis”, 6th International Seminar on Fire and Explosion Hazards, 11-16 April 2010, Leeds, UK

15. Norman Greenwood : “Lead dioxide

decomposes upon heating”, Chemistry of the

elements, Photographs Alan

Earnshaw, Pergamon Press, 1984, ISBN 978-0-08-022056-7; 2nd 1997.

16. S.M. Guilder and A.C. Simon :” Thermal Decomposition Mechanism Of Formed and Cycled Lead Dioxide Electrodes and Its Relationship to Capacity Loss and Battery

Failure “, J. Electrochem. Soc. 1974, Volume 121, Issue 12, Pages 1546-1551.

17. Everson Kandare, et al :” Thermal Stability and Degradation Kinetics of Poly (methyl Methacrylate) /Layered Copper Hydroxy Methacrylate Composites”, Polymers for Advanced Technologies, Volume 17, No. 4 (April 2006),

18. Mohamed Abdel wahab, et al : “Synthesis and Characterization of Methyl Methacrylate

Modified Vinylester Resin-Clay

Nanocomposites” , The Open Macromolecules Journal, 2012, 6, 20-27

TANYA JAWAB Pertanyaan

1. Berapa suhu terjadinya dekomposisi? (Safina)

Jawaban

1. Ada 2 tahapan dekomposisi yaitu:

a. 350-450oC dekomposisi alifatik

Referensi

Dokumen terkait

Hendro Gunawan, MA

Optimalisasi Pengelolaan Kawasan Wisata Banten Lama Sebagai Wisata Religi5. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan fakta empiris yang diperoleh di lapangan dan didukung oleh teori mengenai faktor-faktor penyebab kesulitan belajar secara umum dan secara khusus

Instrumen penilaian: membaca lancar teks yang berhubungan dengan tempat umum yang bersih dan sehat, membuat laporan sederhana tentang tempat umum yang bersih dan sehat serta

1. Pedagang angkringan asal Kota Klaten Provinsi Jawa Tengah telah melakukan mobilisai horisontal ke kotakota di Provinsi Jawa Timur karena didorong oleh tiga faktor,

yang dilakukan oleh anak usia dini terhadap anak usia dini lain adalah bullying jenis verbal non fisik berupa ejekan dan julukan nama yang tidak pantas. Penyebab

D alam melakukan analisis ini terdapat beberapa asumsi yang digunakan seperti dalam analisis kebutuhan ruang terbuka publik, diasumsikan bahwa seluruh penduduk

Adanya hukum acara perdata, para pihak yang bersengketa dapat memulihkan hak-haknya yang telah dirugikan oleh pihak lain melalui pengadilan, agar tidak main