• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lola Felnanda Amri (Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Lola Felnanda Amri (Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

74

Lola Felnanda Amri

(Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang)

ABSTRACT

The goal of the research was to find out the description of neglecting the elderly at Ikur Koto Padang. The study was used descriptive study design and taking sample with a total sampling 84. The results showed almost half of elderly neglect. Most elderly who experienced neglect is age elderly, elderly women who experienced neglect nearly half, elderly most experienced neglect elementary education, more than half of the elderly who are married experienced neglect. It was concluded that the family should further enhance their knowledge and skills about how to care for the elderly. It is recommended that more community nurses improve the assistance to the family in caring for the elderly so that the incidence of neglect in the elderly can be prevented. Keywords: Abandonment of elderly, Ikur Koto

ABSTRAK

Lansia seharusnya berada dalam perawatan keluarga, namun di kelurahan ikur koto masih ada lansia yang tinggal sendiri, berdagang untuk mencukupi kebutuhan hidup sendiri. Berdasarkan hal tersebut, peneliti ingin mengetahui gambaran kejadian pengabaian pada lansia di kelurahan Ikur Koto Kota Padang. Desain penelitian deskriptif. Pengambilan sampel dengan total sampling, berjumlah 84. Hasil yang diperoleh menunjukkan hampir separuh lansia mengalami pengabaian. Lansia yang mengalami pengabaian terbanyak adalah usia elderly, lansia perempuan yang mengalami pengabaian hampir separuh, lansia yang paling banyak mengalami pengabaian berpendidikan SD, lebih dari separuh lansia yang berstatus kawin mengalami pengabaian. Disimpulkan bahwa keluarga harus lebih meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang cara merawat lansia. Direkomendasikan agar perawat komunitas lebih meningkatkan pendampingan pada keluarga dalam merawat lansia agar kejadian pengabaian pada lansia dapat dicegah.

Kata kunci : Pengabaian lansia, Ikur Koto

PENDAHULUAN

Struktur penduduk dunia saat ini menuju proses penuaan, hal ini ditandai dengan meningkatnya usia harapan hidup dan proporsi penduduk lanjut usia (lansia). Usia harapan hidup penduduk meningkat, maka akan

menyebabkan jumlah penduduk lanjut usia bertambah dari tahun ke tahun. Hal ini merupakan dampak dari keberhasilan pembangunan dan peningkatan kualitas kesehatan dimana hal ini sekaligus juga akan meningkatkan populasi beresiko yang

(2)

75 salah satunya adalah lansia. Maurier

dan Smith (2005), menjelaskan bahwa penurunan kondisi kesehatan individu/kelompok dipengaruhi oleh

banyak faktor sehingga

individu/kelompok tersebut menjadi bagian dari kelompok yang beresiko. Bertambahnya usia (proses penuaan) akan meningkatkan ketergantungan lansia pada keluarga. Meningkatnya ketergantungan lansia ini akan berdampak terhadap perlakuan pada lansia itu sendiri sehingga lansia sangat beresiko untuk tidak terpenuhi semua kebutuhannya. Dengan kata lain secara tidak langsung keluarga mengalami kegagalan dalam memberikan pelayanan kepada lansia atau bisa dikatakan bahwa keluarga dan pelaku rawat telah melakukan suatu bentuk salah perlakuan pada lansia yaitu pengabaian (Potter dan Perry, 2009). Pengabaian ini bisa dilakukan secara sengaja ataupun tidak disengaja oleh keluarga maupun pelaku rawat dan bisa terjadi secara fisik maupun psikologis (Aravanis et al, 1993; American Medical Association, 1992; National Research Council, 2003; dalam Fulmer at al, 2005; Winterstein, 2012).

Kejadian pengabaian ini bisa disebabkan oleh faktor internal lansia itu sendiri serta faktor ekternal lansia yaitu berasal dari keluarga dan pelaku

rawat (Burke dan Laramie, 2000; Fulmer,at.al 2005). Pengabaian pada lansia merupakan bagian dari kejadian salah perlakuan. Alon (2006 dalam Winterstein, 2012), Lachs dan Pillemer (1995), WHO (2002), dan Cooper et.al (2008), menyatakan bahwa pengabaian pada lansia merupakan salah satu bagian salah perlakuan yang dilakukan oleh anggota keluarga dan pelaku rawat. Pengabaian pada lansia bisa diartikan sebagai kegagalan pelaku rawat atau anggota keluarga untuk memenuhi kebutuhan dasar lansia, baik itu kebutuhan secara fisik maupun kebutuhan kesehatan secara mental (Stanhope & Lancaster, 2004). Mauk (2010), menjelaskan lebih terperinci tentang pengabaian pada lansia yaitu kegagalan dari pemberi perawatan yang dilakukan dengan sengaja ataupun tidak disengaja disaat lansia memerlukan makanan, pengobatan, meninggalkan lansia sendirian, tidak menyiapkan pelayanan kepada lansia sebagai tindakan hukuman untuk lansia juga termasuk bentuk resiko pengabaian pada lansia. Carlson dan Pfadt (2009), menjelaskan bahwa pengabaian adalah kegagalan dari pemberi perawatan dalam memenuhi kebutuhan biopsikososial, spiritual, keuangan, dan kebutuhan akan hukum, yang dilakukan dengan disengaja (aktif) ataupun tidak disengaja (pasif).

(3)

76

Guna menghindari kejadian pengabaian pada lansia ini, maka keluarga lansia harus lebih meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang cara merawat lansia dirumah, meningkatkan pengetahuan tentang masalah pengabaian pada lansia sehingga kejadian pengabaian terhadap lansia bisa kurangi dan dihindari. Kondisi lansia yang ada di kelurahan Ikur Koto Kota Padang Sumatera Barat saat ini adalah masih ada lansia yang tinggal sendiri tanpa didampingi keluarga, berdagang untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Diketahuinya gambaran kejadian pengabaian pada lansia ini berguna bagi masyarakat agar mengetahui tentang kejadian

pengabaian pada lansia dan untuk selanjutnya dapat menghindari atau mengurangi kejadian pengabaian ini, agar lansia dapat lebih menikmati sisa hidupnya dengan nyaman dan damai. Penelitian lain mengenai kejadian pengabaian lansia ini pernah dilakukan di Makasar dan Depok tetapi topik yang diteliti berbeda dengan penelitian ini. Berdasarkan uraian masalah diatas maka rumusan masalah peneliti ini adalah “ bagaimanakah gambaran kejadian Pengabaian lansia di Kelurahan Ikur Koto Kota Padang”. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kejadian pengabaian pada lansia di Kelurahan Ikur Koto Kota Padang.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif menggunakan desain penelitian deskriptif. Metode pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan cara total sampling. Alat pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan instrumen berupa kuesioner yang diadopsi dari Ramlah

(2011), dan kembangkan sendiri oleh peneliti berdasarkan kajian literatur. Prosedur pengumpulan data dilakukan melalui prosedur administrasi. Pengolahan data dilakukan dengan cara editing, coding, processing, dan cleaning. Analisa data menggunakan analisis univariat.

(4)

77 Hasil Penelitian

Tabel 1. Distribusi usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir,dan status perkawinan lansia di Kelurahan Ikur Koto Kota Padang

Karakteristik f %

Usia

Lansia (60 th – 74 th) Lansia Tua ( 75th – 90th) Lansia sangat Tua (> 90 th

65 16 3 77,4 19 3,6 Jenis kelamin Laki-laki Perempuan 36 48 42,9 57,1 Pendidikan Terakhir Tidak sekolah SD SMP SMA 15 50 13 6 17,9 59,5 7,1 15,5 Status Perkawinan Kawin Janda Duda 48 31 6 57,1 36,9 6 Total 84 100

Berdasarkan tabel 1 sebagian besar yaitu 77,4% usia lansia berada pada kategori lansia (60 th – 74 th), lebih dari separuhnya berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 57,1%,

lebih dari separuhnya berpendidikan SD yaitu sebanyak 59,5%, dan lebih dari separuhnya memiliki status perkawinan adalah kawin yaitu sebanyak 57,1%.

Tabel 2. Distribusi kejadian pengabaian lansia di Kelurahan Ikur Koto Kota Padang Kategori f % Bukan Pengabaian Pengabaian 43 41 51,2 48,8 Total 84 100

Berdasarkan tabel 2 hampir separuh dari lansia yang ada di kelurahan ikur koto kota Padang yaitu sebanyak

48,8% mengalami kejadian pengabaian pada lansia.

(5)

78

Tabel 3. Distribusi Kejadian Pengabaian Lansia Berdasarkan Usia di Kelurahan Ikur Koto Kota Padang

Kategori f % Lansia Pengabaian Bukan pengabaian 31 34 47,7 52,3 Lansia Tua Pengabaian Bukan pengabaian 8 8 50 50 Lansia Sangat Tua

Pengabaian Bukan pengabaian 2 1 66,7 33,3 Total 84 100

Tabel 3 Katergori usia lansia yang mengalami pengabaian adalah Lansia sebanyak 47,7%, kategori lansia tua

sebanyak 50%, kategori lansia sangat tua sebanyak 48,8%.

Tabel 4. Distribusi Kejadian Pengabaian Lansia Berdasarkan jenis kelamin di Kelurahan Ikur Koto Kota Padang

Kategori f % Laki-laki Pengabaian Bukan pengabaian 17 19 47,2 52,8 Perempuan Pengabaian Bukan pengabaian 24 24 50 50 Total 84 100

Tabel 4 Lansia laki-laki yang mengalami pengabaian 42,7%, lansia

perempuan yang mengalami

pengabaian adalah sebanyak 50%. Tabel 5. Distribusi Kejadian Pengabaian Lansia Berdasarkan Pendidikan terakhir

di Kelurahan Ikur Koto Kota Padang (n=84)

Kategori f % Tidak Sekolah Pengabaian Bukan pengabaian 7 8 46,7 53,3 SD Pengabaian Bukan pengabaian 26 24 52 48 SMP Pengabaian Bukan pengabaian 3 3 50 50 SMA Pengabaian Bukan pengabaian 5 8 38,57 61,5 Total 84 100

(6)

79 Berdasarkan tabel 5. lansia yang tidak

sekolah mengalami pengabaian sebanyak 46,7%, lansia yang berpendidikan SD mengalami pengabaian sebanyak 52%, lansia yang

berpendidikan SMP mengalami pengabaian sebanyak 50%, lansia yang pendidikan terakhirnya SMA mengalami pengabaian sebanyak 38,5%.

Tabel 6. Distribusi Kejadian Pengabaian Lansia Berdasarkan Status Perkawinan di Kelurahan Ikur Koto Kota Padang

Kategori f % Kawin Pengabaian Bukan pengabaian 26 22 54,2 45,8 Janda Pengabaian Bukan pengabaian 13 18 41,9 58,1 Duda Pengabaian Bukan pengabaian 2 3 40 60 Total 84 100

Lansia yang berstatus kawin mengalami pengabaian sebanyak 54,2%, lansia yang berstatus janda

mengalami pengabaian sebanyak 41,9%, dan lansia yang berstatus duda mengalami pengabaian sebanyak 40%,

PEMBAHASAN

Penelitian ini menunjukkan bahwa katergori usia lansia yang mengalami pengabaian terbanyak adalah usia 60 – 74 tahun yaitu sebanyak 47,7% atau 31 orang dari 65 orang yang berada pada kategori Lansia, usia 75 – 90 tahun sebanyak 50%, usia > 90 tahun sebanyak 48,8%. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Rekawati, Widyatuti, dan Fitriani (2003) yang menyatakan bahwa lansia yang paling banyak mengalami pengabaian adalah usia 60 – 75 tahun yaitu sebanyak 45,5%, usia 76 – 80 tahun

yaitu sebanyak 9,0%, dan usia > 80 tahun yaitu sebanyak 4,5%. Sedikit berbeda dengan pendapat Gorbien dan Eisenstein (2005), yang menyatakan bahwa kejadian pengabaian lebih beresiko dialami oleh lansia tua.

Peneliti memperoleh hasil bahwa responden paling banyak adalah perempuan yaitu sebanyak 57,1%. Penelitian ini menunjukkan bahwa lansia perempuan yang mengalami pengabaian sebesar 50%, dan lansia laki-laki sebanyak 47,2%. Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Rekawati, Widyatuti, dan

(7)

80

Fitriani (2003) menyatakan 34,0% perempuan mengalami pengabaian, dan laki-laki sekitar 29,5%. Sementara Fullmer et al (2005), menyatakan bahwa lansia perempuan yang mengalami pengabaian adalah 69,0%. Hasil penelitian Rekawati (2010), menyatakan bahwa 56% lansia perempuan mengalami pengabaian. Hasil penelitian ini didukung oleh pendapat Fullmer et al (2005), yang menyatakan bahwa jenis kelamin perempuan lebih beresiko untuk menjadi pelaku dan korban dari pengabaian dibandingkan laki-laki, dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa lansia yang menjadi korban pengabaian adalah sebanyak 69%.

Peneliti memperoleh hasil bahwa pendidikan lansia lebih dari separuhnya adalah SD yaitu 59,5%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lansia yang paling banyak mengalami pengabaian adalah berpendidikan SD yaitu sebanyak 52%. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rekawati, Widyatuti, dan Fitriani (2003), menjelaskan bahwa lansia yang mengalami pengabaian terbanyak adalah dengan pendidikan SD yaitu 20,4 % dari seluruh kejadian pengabaian. Begitu juga dengan Fullmer et al (2005), yang menyatakan bahwa lansia yang sering mengalami

pengabaian memiliki tingkat pendidikan rendah dari SMP yaitu sebanyak 34,5%. Sedikit berbeda dengan penelitian Rekawati (2010), yang menyatakan bahwa 72% lansia yang mengalami pengabaian tidak pernah sekolah. Hasil penelitian ini didukung oleh pendapat Gorbien dan Eisenstein (2005), dimana ia menjelaskan bahwa salah satu faktor resiko untuk terjadinya pengabaian pada lansia adalah rendahnya tingkat pendidikan.

Peneliti memperoleh hasil bahwa status kawin lansia lebih dari separuhnya adalah kawin yaitu 57,1%, janda 36,9% dan paling sedikit adalah duda yaitu 6%. Penelitian ini meunjukkan bahwa lansia yang berstatus kawin mengalami pengabaian sebanyak 54,2%, lansia yang berstatus janda mengalami pengabaian sebanyak 41,9%, dan lansia yang berstatus duda mengalami pengabaian sebanyak 40%. Penelitian ini sedikit berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh penelitian Rekawati, Widyatuti, dan Fitriani (2003), menunjukkan bahwa lansia yang sudah menjanda/duda mengalami pengabaian sebesar 31,8% dan lansia yang masih menikah mengalami pengabaian sebesar 31,8% juga. Menurut Rekawati (2010), 40% lansia yang mengalami pengabaian adalah berstatus janda/duda/tidak menikah. Fullmer et al (2005),

(8)

81 menyatakan lansia yang paling sering

mengalami pengabaian berstatus janda yaitu 51,7%.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa hampir separuh dari lansia yang ada di kelurahan ikur koto kota Padang yaitu sebanyak

48,8% mengalami kejadian

pengabaian. Hasil penelitian ini hampir sama dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Duckhorn (1997, dalam Rekawati, 2003) yang menyatakan bahwa kejadian pengabaian pada lansia adalah sebesar 55,1% dari jumlah keseluruhan perlakuan salah yang terjadi pada lansia. Penelitian lain yang dilakukan oleh Tatara (1993 dalam Fulmer et al, 2005) menyatakan bahwa kejadian pengabaian pada lansia sekitar 60% hingga 70% dari seluruh kejadian perlakuan salah yang dilaporkan pada Adult Protective Services (APS).

Hasil penelitian ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Rekawati, Widyatuti dan Fitriani (2003) mengenai uji coba pendeteksian terhadap penganiayaan usia lanjut di keluarga, diperoleh hasil bahwa kejadian pengabaian lansia adalah sebesar 61,36% dari keseluruhan kejadian perlakuan salah pada lansia, dan angka ini relatif lebih tinggi dari penelitian yang dilakukan oleh Duckhorn. Penelitian yang

dilakukan oleh Rekawati, (2010), yang menyatakan bahwa kejadian pengabaian lansia adalah sebesar 42%. Penelitian yang dilakukan oleh Ramlah (2011), menyatakan bahwa kejadian pengabaian pada lansia diwilayah kerja puskesmas Kasi-kasi Makasar sebesar 52,5%. Pelaku dari pengabaian ini umumnya adalah keluarga.

Berdasarkan hasil analisis peneliti menunjukkan bahwa hampir separuh lansia mengalami pengabaian. Kejadian pengabaian ini bisa terjadi karena seiring dengan perubahan usia maka semua fungsi tubuh juga mulai berkurang sehingga meningkatkan ketergantungan lansia terhadap keluarga. Analisis peneliti ini didukung oleh pendapat Miller (2004), yang menyatakan bahwa perubahan usia yang terjadi, akan menyebabkan berkurangnya fungsi pendengaran dan fungsi lainnya. Perubahan ini menimbulkan dampak negatif terhadap kesehatan seperti perubahan anatomis pada sistim neurologis yang berdampak terhadap sistim lainnya yaitu fisiologis dan psikososial (Miller, 2004). Senada dengan hal diatas WHO (2002), menyatakan bahwa gangguan fisik dan kognitif dari lansia diidentifikasi sebagai faktor resiko untuk terjadinya pengabaian.

(9)

82

Lebih lanjut Depkes (2010) menjelaskan bahwa menurunnya fungsi berbagai organ pada lanjut usia, mengakibatkan kerentanan terhadap penyakit yang bersifat akut atau kronis. Ramlah (2011), menyatakan bahwa pengabaian pada lansia dalam keluarga cenderung terjadi peningkatan jika kemunduran fisik yang dialami lansia juga meningkat. Hal ini juga diungkapkan oleh Miller (1995), bahwa kemunduran fisik yang dialami berhubungan dengan perubahan fungsi yang terkait usia dan adanya faktor resiko yang menyertai.

Berdasarkan hasil analisis peneliti dan didukung oleh penjabaran dari para peneliti diatas, maka yang perlu mendapat perhatian dalam hal ini adalah perlunya peningkatan

pengetahuan keluarga dan lansia tentang pengabaian itu sendiri, serta perlunya dukungan keluarga dalam melakukan perawatan terhadap lansia sehingga pengabaian terhadap lansia bisa dicegah. Hal ini bisa terjadi karena masih minimnya pengetahuan keluarga dan lansia tentang makna pengabaian itu sendiri yang akan meningkatkan resiko kejadian pengabaian pada lansia. Disamping itu masalah pengabaian lansia dalam keluarga masih dianggap tabu untuk diungkapkan dan diketahui oleh orang lain. Oleh karena itu pencegahan kejadian pengabaian pada lansia ini memerlukan dukungan dari semua pihak baik keluarga, tokoh masyarakat, kader kesehatan pemerintah setempat dan petugas kesehatan itu sendiri.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil penelitian Lebih dari separuh umur lansia pada kategori lansia, sebagian kecil lansia tua dan paling sedikit pada umur lansia sangat tua. Katergori usia lansia yang mengalami pengabaian terbanyak adalah usia 60 – 74 tahun (lansia). Jenis kelamin lansia paling banyak adalah perempuan. Lansia perempuan yang mengalami pengabaian adalah separuh dari keseluruhan jumlah lansia perempuan dan lansia laki-laki yang mengalami pengabaian adalah hampir

separuh dari jumlah lansia laki-laki. Pendidikan lansia lebih dari separuh berpendidikan SD, sebagian kecil tidak sekolah, sebagian kecil SMA dan paling sedikit adalah SMP. Lansia yang paling banyak mengalami pengabaian adalah lebih dari separuhnya berpendidikan SD.Status kawin lansia paling banyak adalah kawin, hampir separuhnya janda dan paling sedikit adalah duda. Lansia yang berstatus kawin lebih dri separuhnya mengalami pengabaian Hampir separuhnya mengalami kejadian pengabaian pada lansia

(10)

83 Diharapkan kepada keluarga

lansia untuk lebih meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang cara merawat lansia dirumah, meningkatkan pengetahuan tentang masalah pengabaian pada lansia sehingga kejadian pengabaian terhadap lansia bisa kurangi dan dihindari. Disarankan kepada petugas keperawatan komunitas untuk meningkatkan pendampingan keluarga

dalam merawat lansia sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dalam memberikan pelayanan kepada lansia agar kejadian pengabaian pada lansia dapat dicegah. Memberikan informasi secara lebih luas pada masyarakat tentang pengabaian pada lansia dalam keluarga dengan menggunakan leaflet, poster.

DAFTAR PUSTAKA

Burke, M.M., & Laramie, J.A. (2000). PrimaryCare of the Older Adult: A Multidiciplinary Approach. Philadelphia. Mosby.

Carlson, D.S and Pfadt. E (2009). Clinical Coach for Effective Nursing Care for Older Adults. Philadelphia : F.A. Davis Company

Cooper. C. et.al, (2008). Oxford Journals : The Prevalence of Elder Abuse and Neglect : a

Systematic Review.

http://geing.oxfordjournals.org. Diunduh tanggal 21 Februari 2013

DepKes RI. (2010). Pedoman Puskesmas Santun Lanjut Usia Bagi Petugas Kesehatan. Jakarta.

Fulmer. T. Et. Al (2005). Dyadic Vulnerability and Risk Profiling for Elder Neglect : The Gerontologist. Vol. 45, No. 4, 525 534.ProQuest.

Gorbien, M.J and Eisenstein, A.R (2005). Elder Abuse and Neglect : An Overview. Elsevier Saunders.

Lachs, M.S and Pillemer.K (1995). Abuse and Neglect of Elderly Persons.

The New England Journal of Medicine. 332 : 437 – 443

Mauk, KL. (2010). Gerontological Nursing : Competencies For Care (Second Edition). Massachusetts: Jones and Bartlett Publisher. Miller CA. (1995). Nursing Care of

Older Adults. Philadelphia: JB Lippincott company.

Miller. C.A. (2004). Nursing for Wellness in Older Adults: Theory and Practice. (fourth edition). Lippincott Williams & Wilkins. Potter.A.P & Perry.G. A.(2009).

Fundamental Keperawatan, Vol 1. Edisi 7. Jakarta : Salemba Medika.

Gambar

Tabel 1. Distribusi usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir,dan status perkawinan  lansia di Kelurahan Ikur Koto  Kota Padang
Tabel 3.   Distribusi  Kejadian Pengabaian Lansia Berdasarkan Usia di Kelurahan  Ikur Koto Kota Padang

Referensi

Dokumen terkait

Partisi berdasarkan kota-desa, provinsi dan terutama pendidikan memiliki nilai pure inequality effect yang lebih rendah dari proporsi perubahan

(2) Faktor pendorong pelaksanaan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa di SD N Kasihan Bantul adalah faktor usia yang tergolong dini untuk diarahkan sehingga lebih muda

Dari gambar tersebut tampak beberapa sel awan di sebelah sebelah barat Mamasa, sedangkan di dalam DAS Mamasa tidak tampak adanya dilakukan penelitian dipengaruhi oleh fenomena..

Antibodi yang terkandung di dalam kolostrum akan diabsorpsi ke dalam sirkulasi darah untuk mencegah invasi mikroorganisme, sedangkan antibodi kolostrum yang tidak

Meskipun terdapat satu jenis lesi yang dominan, akne vulgaris didiagnosis dengan adanya beberapa variasi dari lesi akne (komedo, pustul, papul, dan nodul) yang erdapat pada wajah,

a) Memupuk semangat kerjasama antara pekerja-pekerja baru yang baru memulakan kerja. a) Memberi peluang pekerja mengenal organisasi syarikat dengan lebih mendalam

(20) Diisi nomor urut dari Buku Rekening Barang Kena Cukai Minuman yang Mengandung Etil Alkohol dalam angka.. (21) Diisi kantor yang mengawasi pengusaha pabrik minuman yang

Metode ini memanfaatkan arus listrik bervoltase kecil yang dihubungkan ke benda yang akan dites, dengan memindahkan secara elektrolisis sejumlah kecil sampel ke kertas