• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Pelaksanaan Kegiatan Magang secara Umum

Kegiatan magang secara umum dilaksanakan dengan mempelajari dan mengikuti kegiatan teknis dan manajerial di kebun. Pelaksanaan teknis lapangan dan manajemen kebun dilakukan dengan cara mengikuti kegiatan Best Development Practices (BDP) yang ada di kebun tersebut. Best Development Practices merupakan kegiatan kerja terbaik yang diterapkan oleh kebun Sekunyir Estate. Best Development Practices (BDP) terdiri dari kegiatan pemanenan, pemupukan, konservasi tanah dan air, dan perawatan.

Pemanenan

Sistem pemanenan yang digunakan di Sekunyir Estate adalah Block Harvesting System (BHS). Block harvesting system merupakan sistem pemanenan yang terkonsentrasi pada suatu seksi panen berdasarkan interval yang telah ditentukan, dengan dimulai dan diakhiri pada blok yang sama. Tujuan panen adalah memotong semua buah matang dengan mutu panen sesuai standar untuk memaksimalkan perolehan minyak dan meminimalkan biaya panen.

Jumlah seksi panen di Sekunyir Estate adalah 6 seksi panen. Sedangkan jumlah pusingan panen adalah 7 - 9 pusingan. Kegiatan potong buah yang dilakukan di Sekunyir Estate menggunakan sistem Division Of Labour (DOL) - 2. Sistem DOL - 2 merupakan sistem panen dimana dalam satu kelompok pemanen terdiri dari 2 orang, yaitu pemotong buah (cuter), dan pembrondol (picker).

Taksasi Produksi. Taksasi produksi dilakukan dengan cara mengambil 15 % sampel tanaman sawit yang akan dipanen secara acak untuk mengetahui kerapatan buah. Kerapatan buah dihitung dengan cara membandingkan jumlah buah dengan jumlah pokok sampel yang diambil kemudian dikalikan dengan luas lahan di blok tersebut. Setelah kerapatan buah diketahui, maka tentukan jumlah output yang diharapan dan jumlah tenaga kerja yang akan digunakan. Taksasi produksi sangat penting dilakukan agar pemakaian tenaga kerja efektif dengan hasil panen yang didapatkan.

(2)

Potong Buah. Pemanen memeriksa buah sebelum dipanen dan memastikan bahwa buah tersebut sudah matang. Buah matang yang akan dipanen memiliki kriteria lebih dari 10 brondolan setiap janjang yang jatuh dan penampakan visual berwarna merah tua. Kriteria buah di Sekunyir Estate ditampilkan pada Tabel 5.

Tabel 5. Kriteria Buah Berdasarkan Brondolan

Jenis Buah Kriteria

Buah mentah (unripe) 0-4 brondol lepas Kurang matang (under ripe) 5-9 brondol lepas Buah matang (ripe) > 10 brondol lepas Terlalu matang (over ripe) > 25% brondol lepas Janjang kosong (empty bunch) Brondol semua lepas Buah sakit Buah tidak normal Sumber : Standard Operating Procedure Block Harvesting System Minamas Plantation

Prestasi kerja penulis dalam kegiatan pemanenan pada tanaman tahun tanam 1992 adalah 10 janjang, sedangkan basisnya adalah 63 janjang. Rendahnya pemanenan tersebut karena tingginya tanaman dan masalah keselematan. Penulis melakukan dua kali panen pada tanaman sisipan, hasil panennya adalah 25 dan 30 janjang sedangkan basisnya adalah 130 janjang. Data basis dan premi panen di Sekunyir Estate ditampilkan pada Lampiran 12.

Kutip Brondolan. Pembrondol mulai masuk hancak setelah buah dikeluarkan oleh pemanen. Hal tersebut dilakukan agar tidak ada lagi brondolan yang jatuh dari buah. Sehingga tidak terjadi looses akibat brondolan tidak terkutip. Pembrondol mengutip brondolan yang tersangkut di pokok panen, piringan, dan gawangan secara hand picking. Brondolan dikumpulkan ke dalam ember, kemudian dimasukan ke dalam karung yang berada di atas angkong. Brondolan yang sudah ditakar dengan ember ukuran 6 kg diletakan di TPH dengan alas karung goni. Penulis melakukan kutip brondolan sebanyak dua kali, hasilnya 180 kg dan 250 kg, sedangkan basisnya 200 kg.

Transport Buah. Buah dari TPH diangkut ke pabrik kelapa sawit (PKS) Sekunyir Estate oleh tenaga pemuat. Jumlah pemuat yang menaikan buah dan brondolan adalah 3 orang dan satu orang sopir. Pemuat mendahulukan

(3)

memasukan brondolan ke dalam truk kemudian buahnya. Buah dipindahkan ke truk dengan menggunakan tonjok.

Pemuat tidak boleh meninggalkan janjang di TPH untuk menghindari selisih jumlah janjang yang tertera di bin card. Pemuat juga mengutip brondolan yang tercecer di TPH sampai bersih. Penyusunan buah di truk maksimal 3 sap dari tinggi bak agar buah tersebut dapat diterima oleh PKS. Mandor transport membuat surat pengangkutan buah (SPB) berdasarkan bin card. Penulis melakukan transport buah sebanyak 8 rit, sedangkan basisnya 12 rit.

Sistem Alas Brondolan. Pemuat mengumpulkan alas brondolan sampai TPH dimana TBS terakhir dimuat. Alas brondolan diturunkan kembali di TPH awal dimana TBS berikutnya akan diangkut. Pemuat menurunkan alas brondolan di tempat penyimpanan pada rit terakhir. Kerani panen menghitung dan menyusun alas brondolan setelah pengangkutan TBS selesai. Alas brondolan yang telah disusun rapi disimpan ke lemari penyimpanan untuk digunakan keesokan harinya.

Mantri Buah. Mantri buah bertugas untuk melakukan pengecekan hancak panen dan mutu buah yang telah dipanen di TPH. Dalam proses kerjanya mantri buah mengambil beberapa sampel pokok yang telah dipanen. Cara pengambilan sampel yang dilakukan oleh mantri buah adalah berjalan 1/2 rintis sampai pasar tengah, kemudian bergeser 4 rintis menuju ke rintis berikutnya. Penulis melakukan pengecekan hancak panen bersama mantri buah di Blok B001.

Quality Assurance (QA). Departemen QA bertugas untuk mengontrol dan

mengawasi kualitas dan kuantitas buah di kebun dan pabrik. Anggota tim QA mengambil sampel pokok sawit di kebun dan mengambil sampel TBS dan brondolan di pabrik. Jumlah sampel yang diambil oleh tim QA di lapangan adalah 15 % jumlah pokok setiap blok yang telah dipanen. Pengambilan sampel tersebut dilakukan secara zigzag. Dimana setelah pengambilan 10 pokok dalam satu baris pindah ke baris lain. Tujuan dari pengambilan sampel di lapangan adalah untuk mengetahui buah tinggal dan brondolan yang tidak terkutip. Buah dan brondolan yang tertinggal akan dilaporkan ke kantor pusat minamas

(4)

Jumlah sampel yang diambil di pabrik adalah 15 % dari total TBS yang dipanen. Dalam satu kali pengambilan sampel adalah 100 janjang TBS dan brondolan yang jatuh bersama TBS yang kemudian dikelompokan menjadi 10 kelompok. Tujuan dari pengambilan sampel TBS dan brondolan adalah untuk mengetahui mutu buah. Penulis membantu melakukan grading buah di pabrik sebanyak 8 truk.

Pemupukan

Kegiatan pemupukan di Sekunyir Estate terdiri dari pemupukan anorganik dan organik. Pemupukan anorganik dilakukan dengan mengaplikasikan pupuk urea, MOP, kieserite, dolomit, HGFB, dan rock phospat. Sedangkan pemupukan organik terdiri dari aplikasi janjang kosong, efluent, dan solid.

Pupuk Anorganik. Pemupukan pupuk anorganik di Sekunyir Estate menggunakan Block Manuring System (BMS). BMS merupakan suatu proses pemupukan yang dilakukan secara simultan, dilakukan dari blok ke blok, dan dari pokok ke pokok dengan pembagian tugas tenaga kerja yang jelas (until, ecer, langsir, dan tabur). Pengaturan dan administrasi pemupukan di Sekunyir Estate dilakukan secara terpusat oleh Divisi I. Data basis dan premi pemupukan ditampilkan pada Lampiran 11.

Dalam kegiatan pemupukan terdiri dari tim kecil yang dinamakan Kelompok Kecil Pemupukan (KKP). Satu KKP terdiri dari 5 orang, dimana 3 orang bertugas sebagai penabur dan 2 orang yang melangsir pupuk. Dalam pemupukan terdapat pembagian kerja yang terdiri dari tenaga until, tenaga ecer, dan tenaga tabur.

Tenaga Until. Tenaga until bertugas untuk menguntil pupuk menjadi bagian yang kecil ke karung lain sesuai dengan dosis pupuk. Berat bersih rata-rata 1 karung pupuk urea, kiesrit, MOP, dan dolomit adalah 50 kg. Tempat proses penguntilan dilakukan di gudang pupuk. Tempat penguntilan pupuk menggunakan alas dari terpal agar pupuk tidak tercecer. Pupuk yang sudah ada di tempat penguntilan dibuka karungnya kemudian dihancurkan dengan alat podem yang terbuat dari kayu. Pupuk dimasukan ke dalam karung until dengan takaran yang

(5)

telah dibuat sesuai dosis pupuk. Penulis melakukan penguntilan pupuk MOP sebanyak dua kali dengan hasil 805 kg dan 800 kg, sedangkan basisnya adalah 1 500 kg.

Tenaga Ecer. Tenaga ecer bertugas untuk membawa pupuk dari tempat penguntilan/gudang pupuk ke lapangan. Pengecer meletakan pupuk di TPP primer yang merupakan TPH bagi pemanen. Jumlah untilan di TPP primer disesuaikan dengan dosis yang digunakan. Jalur yang digunakan untuk mengecer pupuk adalah jalur jalan collection road. Pengeceran pupuk dilakukan pada waktu pagi hari, agar pupuk siap dilangsir dan ditabur ketika tim tabur tiba di kebun. Penulis membantu melakukan pengeceran pupuk HGFB sebelum penulis melakukan penaburan pupuk HGFB sebanyak 1 500 kg, sedangkan basisnya 4 500 kg.

Tenaga Tabur. Tim penabur terdiri dari dua bagian, yaitu penabur dan pelangsir. Tim langsir bertugas untuk melangsirkan pupuk dari TPP primer ke TPP sekunder menggunakan angkong. Tim langsir dalam setengah rintis menyebar 3 until pupuk, diletakan di tanaman pertama sebanyak 1 until pupuk, dan 2 pupuk lainnya di tanaman nomor 12.

Tim tabur mengambil untilan pupuk di tanaman pertama yang akan ditabur sampai tanaman 11. Kemudian untilan pupuk pada tanaman 12 ditabur sampai tanaman 17 di pasar tengah. Dari pasar tengah penabur memutar ke baris kedua dalam satu rintis sampai tanaman 13. Untilan pupuk dari tanaman 12 ditabur sampai baris pertama. Tim tabur menaburkan pupuk ke rumpukan pelepah di piringan. Penaburan pupuk dilakukan di atas pelepah karena pada pelepah tersebut terdapat akar aktif yang mampu untuk menyerap pupuk. Penaburan pupuk dilakukan menggunakan takaran dengan volume 0.42 - 0.5 kg.

Penulis melakukan pelangsiran pupuk HGFB sebanyak 3 000 kg sedangkan basisnya adalah 4 500 kg. Penulis juga melakukan pemupukan pupuk HGFB sebanyak dua kali dengan hasil 5 ha dan 5.5 ha, sedangkan basisnya adalah 8 ha. Penulis juga melakukan pengawasan pemupukan rock phospat.

Dosis dan rotasi pemupukan yang digunakan di Sekunyir Estate berbeda berdasarkan kandungan unsur hara dalam tanah dan kebutuhan tanaman akan unsur hara tersebut. Dosis dan rotasi pemupukan anorganik di Sekunyir Estate ditampilkan pada Tabel 6.

(6)

Tabel 6. Dosis dan Rotasi Pemupukan Pupuk Anorganik untuk Tanaman Menghasilkan

Aplikasi

Jenis Pupuk

Urea Rock Phospat MOP/KCL Kieserite Dolomit HGFB ...…..………... kg/pohon .………

1 1.14 0.28 1.38 - 0.92 0.1

2 0.99 0.01 1.24 - - -

Total 2.13 0.29 2.62 - 0.92 0.1

Sumber : Buku Target Pemupukan 2009/2010 Perkebunan Kelapa Sawit Sekunyir Estate

Pupuk Organik. Pupuk organik yang diaplikasikan berasal dari sisa pengolahan kelapa sawit di pabrik yang diaplikasikan ke lapangan. Aplikasi pupuk organik di Sekunyir Estate terdiri dari aplikasi janjang kosong, efluent, dan solid.

Aplikasi Janjang Kosong. Aplikasi janjang kosong di lapangan dapat menambah bahan organik bagi tanah. Hal tersebut akan meningkatkan penyerapan air oleh tanah, memperbaiki struktur tanah, dan memacu pertumbuhan akar. Rotasi dari aplikasi janjang kosong dilakukan sebanyak 1 kali dalam 1 tahun. Dosis dari aplikasi janjang kosong adalah 25 ton/ha/tahun. Dosis janjang kosong yang diaplikasikan adalah 180 kg/titik pada setiap tanaman, jika menggunkan angkong rata-rata sebanyak 2 angkong. Janjang kosong yang akan diaplikasikan di lapangan diletakkan dekat collection road oleh mobil yang mengangkut janjang kosong ke kebun.

Penulis membantu aplikasi janjang kosong di Blok A005 selama 7 jam, aplikasi janjang kosong menggunakan sistem borong. Basis dari aplikasi janjang kosong adalah 30 titik.

Aplikasi Solid. Solid di pabrik kelapa sawit berasal dari sludge yang dihasilkan dari stasiun pemurnian yang telah diolah oleh mesin decanter. Solid berfungsi untuk menambah bahan organik dalam tanah. Rotasi yang dilakukan dalam aplikasi solid adalah sebanyak 1 kali dalam 1 tahun. Solid diaplikasikan di lapangan dengan dosis satu titik adalah 200 kg/pohon/tahun atau sekitar 2 angkong. Sedangkan dosis setiap hektar dari aplikasi solid adalah 25 ton/ha/tahun. Solid yang diaplikasikan berfungsi untuk memperbaiki struktur tanah, dan

(7)

mengembalikan unsur hara. Prestasi kerja penulis adalah 9 titik, sedangkan basis dalam aplikasi solid adalah sebanyak 10 titik.

Efluent. Efluent merupakan limbah cair dari pengolahan kelapa sawit di pabrik yang berasal dari sludge. Efluent di pabrik berasal dari air condensat rebusan dan dari mesin decanter yang berbentuk heavy phase. Efluent dari kolam pengolahan limbah dialirkan ke kebun menggunakan pipa. Pipa induk berukuran 6 inci, pipa yang masuk ke blok 4 inci, dan pipa ke flat bad 2 inci. Di dalam blok yang diaplikasikan efluent terdapat flat bad yang berukuran panjang 3.2 m, lebar 2.4 m, dan kedalaman 0.5 m.

Dalam 1 ha terdapat 150 - 160 flat bad, dimana satu flat bad berkapasitas 3 ton. Efluent diaplikasikan di lapangan dengan dosis 750 ton/ha/rotasi. Jumlah rotasi dari aplikasi efluent di lapangan adalah 4 kali dalam 1 tahun. Tidak semua blok diaplikasi dengan efluent, akan tetapi hanya beberapa blok percobaan. Blok-blok yang diaplikasi dengan efluent adalah blok E5, E6, E7, D5, D9, D10. Penulis melakukan pengaturan aliran efluent ke flat bad dan membersihkan sampah di flat bad.

Leaf Sample Unit (LSU). Pengambilan sampel daun dilakukan untuk

menentukan dosis rekomendasi pupuk. Data hasil analisis rekomendasi daun akan digunakan untuk penentuan anggaran pengadaan pupuk tahun yang akan datang. Peralatan yang digunakan untuk pengambilan sampel daun adalah kantong plastik dan keresek, peralatan cat, parang, gunting, egrek, buku catatan, dan meteran. Cara pengambilan sampel adalah dengan sistem 18 x 13 jika luas lahannya lebih dari 60 ha, dan sistem 12 x 13 jika luas lahannya kurang dari 60 ha.

Daun contoh diambil dari pelepah nomor 17 yang berada di bawah pelepah nomor 9. Dalam menentukan pelepah nomor 17 terlebih dahulu menentukan daun nomor 1 kemudian daun nomor 9. Cara pengambilan pelepah nomor 17 adalah dengan cara dipotong di bawah pangkal lidi menggunakan egrek. Data yang diambil adalah tinggi tanaman, panjang pelepah, tebal pelepah, lebar pelepah, dan pengambilan 6 buah daun. Anakan daun yang diambil adalah 3 buah dari kiri dan 3 buah dari kanan. Helai anakan daun yang diambil adalah anakan daun yang

(8)

berhadapan. Penulis melakukan pengambilan sampel daun sebanyak dua kali di Blok A008 dan Blok B001 dengan luas lahan 87 ha dan 69.10 ha.

Perawatan

Kegiatan perawatan dilakukan untuk menajaga kualitas dan kuantitas hasil panen. Kegiatan perawatan terdiri dari kegiatan garuk piringan dan manajemen kanopi.

Garuk Piringan. Garuk piringan merupakan kegiatan membersihkan piringan dari sampah yang ada di piringan. Sampah yang ada di piringan berupa pangkal pelepah, bunga jantan, dan daun pelepah. Pangkal pelepah yang menempel pada batang akan lepas karena telah melapuk. Hal tersebut diakibatkan oleh usia tanaman kelapa sawit yang sebagian besar berusia diatas 15 tahun. Bahkan untuk tanaman yang telah berusia 18 tahun ada beberapa tanaman yang pangkal pelepahnya telah terlepas semua. Penulis melakukan garuk piringan sebanyak dua kali dengan hasil 1.5 ha dan 0.5 ha, sedangkan basisnya adalah 2 ha.

Manajemen Kanopi. Manajemen kanopi dilakukan agar tanaman dapat berproduksi optimal dan buah dapat dievakuasi, dimana jumlah pelepah disesuaikan dengan umur tanaman. Untuk tahun tanam 1992 - 1993 jumlah pelepah yang dipertahankan adalah 48 - 56 pelepah, menggunakan songgo 1 - 2. Untuk tahun tanam 1994 - 1995 jumlah pelepah yang dipertahankan adalah 56 - 64, menggunakan songgo 2 - 3. Akan tetapi untuk tahun tanam 2005 dan 2007 jumlah pelepah yang dipertahankan 64 pelepah, menggunakan songgo 3.

Program kegiatan penunasan pelepah ada 2 macam kegiatan yaitu tunas progresif dan tunas reguler. Tunas progresif dilakukan 3 kali dalam satu tahun, dimana pembayaran tunas progresif dilakukan 3 kali. Tunas progresif dilakukan sendiri oleh pemanen, ketika kegiatan panen dilaksanakan atau di luar jam kerja. Sedangkan kegiatan tunas reguler dilakukan 9 bulan sekali dalam satu tahun. Penulis mengikuti kegiatan tunas progresif selama 7 jam ketika kegiatan panen dilaksanakan.

(9)

Konservasi Tanah dan Air

Perkebunan kelapa sawit Sekunyir Estate sebagian besar jenis tanahnya merupakan tanah mineral/pasir sehingga mudah mengalami erosi. Oleh karena itu maka harus dilakukan konservasi tanah dan air. Kegiatan konservasi tanah dan air dilakukan untuk menjaga kualitas dan kuantitas tanah dan air. Konservasi tanah dilakukan agar tanah tidak mudah terkikis akibat erosi. Jika tanah mengalami erosi, maka unsur hara yang terkandung dalam tanah akan ikut terkikis juga.

Rumpuk Pelepah. Sistem perumpukan pelepah yang dilakukan di Sekunyir Estate adalah u-shaped front stacking. Perumpukan pelepah pada areal datar-bergelombang disusun secara horizontal dan vertikal sepanjang gawangan mati membentuk susunan ’u-shape’. Sedangkan pada areal bergelombang-berbukit penyusunan tegak lurus membentuk susunan ’u-shape’ memotong arah lereng. Dengan tujuan untuk menurunkan tingkat aliran air permukaan dan kehilangan pupuk ketika hujan. Jarak antara rumpukan pelepah dengan pokok tanaman adalah 2 m. Jarak rumpukan tersebut sebagai penanda jari-jari piringan pada pokok tanaman. Penulis melakukan kegiatan rumpuk pelepah sebanyak 3 kali dengan hasil 0.5 ha, 0.5 ha, dan 0.75 ha, sedangkan basisnya adalah 1 ha.

Perawatan Jalan. Jalan di perkebunan kelapa sawit merupakan sarana terpenting yang harus terjaga. Jalan merupakan sarana transportasi untuk mengangkut buah dari kebun ke pabrik. Jalan yang rusak akan mengakibatkan terlambatnya pengiriman buah ke pabrik. Pengiriman buah yang terlambat ke pabrik akan mengakibatkan menurunnya kualitas dari buah. Sehingga akan mempengaruhi kualitas CPO yang dihasilkan. Perawatan jalan yang dilakukan terdiri dari penambalan jalan dan pembuangan air dari jalan. Penulis melakukan perawatan jalan dengan cara membuat aliran air dari jalan yang tergenang ke parit. Dalam pekerjaan ini hari kerjanya berdasarkan jam kerja.

Pengembangan Nephrolepis biserata. Nephrolepis biserata ditanam untuk menjaga kelembaban tanah, sehingga akan meningkatkan kandungan bahan organik dan unsur hara di dalam tanah. Penanaman Nephrolepis biserata di Sekunyir Estate ditekankan untuk memperkuat struktur tanah sehingga dapat

(10)

mengurangi terjadinya erosi karena sebagian besar tanahnya bertekstur pasir. Nephrolepis biserata sebagian besar ditanam di samping collection road dan main road.

Silt Pit. Silt pit berfungsi untuk tempat cadangan air dan mengurangi aliran

permukaan ketika terjadi hujan, sehingga bahan organik dan pupuk yang diaplikasikan akan masuk ke dalam silt pit dan tidak terbuang dari kebun. Silt pit dibuat di samping tanaman pada areal yang memiliki kemiringan lebih dari 15 %. Silt pit memiliki ukuran panjang 4 m, lebar 1 m, dan kedalaman 0.6 m.

Road Side Pit. Road side pit berfungsi sebagai tempat cadangan air bagi kebun yang mengalirkan air dari parit ke kebun. Road side pit dibuat di samping parit dekat jalan. Fungsi lain dari road side pit dapat mengurangi meluapnya air dari parit ke jalan ketika terjadi hujan, sehingga dapat mengurangi kerusakan jalan akibat tergenang air. Road side pit memiliki ukuran panjang 5 m, lebar 1 m, dan kedalaman 1 m.

Teras Konservasi.Teras konservasi dibuat pada daerah tanah miring yang mudah terkena erosi. Teras konservasi dibuat dengan cara menyusun karung yang berisi tanah mengelilingi piringan. Teras konservasi berfungsi agar infiltrasi air berlangsung baik, mencegah pokok tumbang, dan mempermudah proses panen. Teras konservasi juga dibuat di daerah rendahan untuk menghindari tanaman stres air, membantu perkembangan akar, dan mencegah pokok doyong.

Water Gate. Water gate merupakan bendungan yang dibangun di parit

yang berfungsi untuk menjaga ketersediaan air. Bendungan water gate dibuat dari kayu yang dibangun di parit. Water gate berfungsi agar persediaan air dalam blok terjaga, persediaan air untuk operasional kebun, dan persediaan air bagi karyawan. Dengan adanya water gate maka persediaan air di kebun pada musim kemarau dapat terjaga. Water gate juga dapat mencegah stres air dari tanaman terutama pada musim kemarau.

Kegiatan Tunas Pasar. Tunas pasar merupakan kegiatan memotong setengah dari panjang pelepah yang menghalangi masuknya sinar matahari ke

(11)

jalan. Tunas pasar bertujuan agar sinar matahari dapat masuk ke jalan. Sinar matahari yang menyinari jalan akan menguapkan air sehingga membuat jalan menjadi keras dan kuat. Kegiatan tunas pasar bertujuan untuk meminimalisir dari kerusakan jalan. Sehingga biaya untuk perawatan jalan dapat diminimalisir. Kegiatan tunas pasar dilakukan dengan rotasi 2 kali dalam satu tahun. Penulis membantu melakukan tunas pasar dengan membuang pelepah yang telah ditunas ke rumpukan pelepah di piringan.

Areal Buffer Zone. Areal buffer zone merupakan areal dekat aliran air utama yang tidak terkena aplikasi bahan kimia. Areal buffer zone di Sekunyir Estate adalah 1 pokok atau 10 m dari aliran air utama. Pada areal tersebut tidak dilakukan pemupukan dan penyemprotan. Hal tersebut dilakukan untuk menjaga kelestarian lingkungan. Aliran air utama di Sekunyir Estate adalah Sungai Buaya. Penulis bersama asisten melakukan observasi daerah bufer zone untuk mengetahui pertumbuhan anak kayu yang ditanam di areal buffer zone.

Pelaksanaan Kegiatan Magang secara Khusus Pelaksanaan Teknis dan Manajemen

Kegiatan magang dilakukan dengan mengikuti dan mempelajari pelaksanaan teknis dan manajemen kebun secara umum dan pengelolaan gulma secara khusus. Studi pelaksanaan teknis pengelolaan gulma dilakukan untuk mempelajari berbagai macam teknik pengendalian gulma. Sedangkan studi manajemen pengelolaan gulma dilakukan untuk mempelajari pengorganisasian, perencanaan dan penggunaan rencana biaya dalam pengelolaan gulma.

Organisasi Pengendalian Gulma

Pengorganisasian pengendalian gulma diatur oleh manajer kebun selaku penanggung jawab. Manajer kebun memberikan tugas pengendalian gulma secara kimia kepada asisten divisi dua, pengendalian gulma secara manual kepada asisten divisi tiga, dan pengendalian gulma dengan mesin pemotong rumput kepada asisten divisi satu. Asisten penanggung jawab tersebut dinamakan asisten suplier yang harus bertanggung jawab untuk melakukan pengendalian gulma di seluruh

(12)

kebun. Asisten yang menerima pekerjaan pengendalian gulma dari asisten lain dinamakan asisten pemakai. Asisten suplier mengkoordinasikan pekerjaannya dengan asisten pemakai dan KTU (kepala tata usaha).

Asisten suplier memberikan tugas kepada mandor satu dan mandor pelaksana untuk melakukan pengendalian gulma. Mandor pelaksana terdiri dari mandor semprot, mandor pengendalian gulma manual, dan mandor pengendalian gulma dengan mesin pemotong rumput. Mandor pelaksana melakukan pengaturan penggunaan target tenaga kerja karyawan, bahan dan peralatan yang akan digunakan. Mandor pelaksana memberikan laporan pekerjaannya kepada kerani masing-masing divisi. Kerani divisi akan mencatat laporan mandor pelaksana tersebut pada buku laporan harian. Buku laporan harian tersebut akan diberikan pada asisten suplier dan manajer kebun untuk dilakukan kontrol. Struktur organisasi penyemprotan di Sekunyir Estate ditampilkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Struktur Organisasi Pengendalian Gulma di Sekunyir Estate

Vegetasi dan Jenis Gulma

Sekunyir Estate memiliki kemiringan lereng 0 – 150, yang merupakan daerah tergenang sampai bergelombang. Tahun tanam kelapa sawit 1992 - 1995, 2005, dan 2007, mengakibatkan penutupan kanopi yang berbeda. Perbedaan tersebut mengakibatkan perbedaan jenis gulma yang tumbuh dominan pada setiap tempatnya. Manajer Kebun Mandor Pelaksana Asisten Suplier Karyawan Mandor I KTU Asisten Pemakai Kerani Divisi

(13)

Jenis gulma yang tumbuh dominan pada daerah rendahan adalah Scleria sumatrensis, Stenochlaena palustris, Cyperus iria, Ludwigia hyssopifolia, Commelina diffusa, dan Ottochloa nodosa. Sedangkan gulma yang tumbuh dominan pada daerah bukan rendahan adalah Asystasia intrusa, Ageratum conyzoides, Borreria alata, Centotheca lappacea, Cyrtococcum acrescens, dan Axonopus compressus.

Teknik Pengendalian Gulma

Pengendalian gulma di Sekunyir Estate dilakukan secara kimia dan mekanis. Pengendalian gulma secara kimia dilakukan dengan menggunakan herbisida. Herbisida yang digunakan untuk pengendalian gulma secara kimia adalah herbisida Audit dan Starane. Herbisida Audit 486 AS berbahan aktif isopropilamina glifosat 486 g/l setara dengan glifosat 360 g/l. Herbisida Audit merupakan herbisida sistemik purna tumbuh yang berbentuk larutan dalam air. Sedangkan herbisida Starane 200 EC berbahan aktif fluroksifir 200 ml/l. Herbisida Starane merupakan jenis herbisida purna tumbuh yang sistemik dan selektif berbentuk suspensi yang dapat diemulsikan dalam air.

Pengendalian gulma secara kimia dilakukan pada daerah piringan, TPH, gawangan, pasar rintis, dan alang-alang. Pengendalian gulma secara mekanis dilakukan dengan manual dan menggunakan mesin pemotong rumput. Pengendalian gulma secara mekanis dilakukan pada daerah gawangan dan TPH. Pengendalian gulma pada gawangan dilakukan secara manual, sedangkan pada TPH menggunakan mesin pemotong rumput.

Pengendalian Gulma secara Kimia

Pelaksanaan Penyemprotan. Sistem penyemprotan yang dilakukan di Sekunyir Estate adalah Block Spraying System (BSS). Block spraying system merupakan sistem penyemprotan yang dilakukan dari satu blok ke blok lain secara berurutan dan kontinyu sesuai dengan rotasi yang telah ditentukan. Penyemprotan dilakukan dari pokok pertama dekat collection road, kemudian bergerak untuk

(14)

melakukan penyemprotan seluruh pokok dalam satu gawangan secara zigzag dari satu pokok ke pokok lainnya sampai tembus ke collection road berikutnya.

Sekunyir Estate memiliki tim semprot yang terdiri dari mandor semprot, sopir mobil, dan tenaga semprot. Tim semprot tersebut mengendalikan gulma secara berurutan dari satu blok ke blok yang lain. Tim semprot sebelum dan sesudah kegiatan penyemprotan melakukan koordinasi dan administrasi di kantor BSS. Mandor semprot melakukan absensi, apel pagi, dan pengecakan terhadap alat semprot dan Alat Pelindung Diri (APD) yang akan digunakan di kantor BSS.

Tenaga semprot mengganti pakaian dengan APD ketika akan berangkat kerja. Alat pelindung diri digunakan agar tenaga semprot aman ketika melakukan kegiatan penyemprotan. Jenis APD yang digunakan oleh tenaga semprot adalah pakaian seragam, aphron, sarung tangan, caping, masker, dan sepatu boot. Setelah semua tenaga semprot memakai APD kemudian mengambil knapsack sprayer di gudang penyimpanan. Alat pelindung diri yang digunakan tenaga semprot ditampilkan pada Gambar 3.

Gambar 3. Alat Pelindung Diri (APD)

Keterangan : a. Pakaian seragam, b. Aphron, c. Masker, d. Sarung tangan, e. Sepatu boot

f. Caping c f a b c d e f

(15)

Knapsack sprayer dinaikan ke mobil, kemudian semua tim semprot naik ke mobil untuk mengisi herbisida di gudang penyimpanan. Mandor semprot mengambil herbisida dan melakukan kalibrasi herbisida yang akan dilarutkan dengan air 2000 l dalam tangki mobil. Herbisida akan terlarut dengan air dalam tangki karena tergoyang oleh mobil yang berjalan.

Mandor semprot melakukan pengaturan dan pembagian kerja terhadap tenaga semprot ketika tiba di blok yang akan disemprot. Tenaga semprot melakukan pengisian larutan herbisida ke knapsack sprayer melalui pipa dari tangki. Setiap tenaga semprot masuk ke gawangan yang telah dibagi oleh mandor. Mobil tangki semprot akan bergerak mengikuti pergerakan tenaga semprot. Tim semprot pulang ke kantor BSS setelah jam kerja selesai dilaksanakan. Tenaga semprot akan membersihkan knapsack sprayer dan APD, serta mandi di kantor BSS. Tenaga semprot melakukan pencucian knpasack sprayer di bak khusus yang memiliki tempat penetralisir herbisida.

Target dan Realisasi Pengendalian Gulma pada Piringan dan TPH secara Kimia. Program pengendalian gulma pada piringan dan TPH secara kimia dilakukan secara bersamaan. Hal tersebut dilakukan untuk meminimalisir biaya dari pengendalian gulma. Rotasi dari pengendalian gulma pada piringan dan TPH adalah 3 kali dalam 1 tahun. Jari-jari piringan yang harus bersih dari gulma adalah 2 m dari tanaman sawit. Sedangkan ukuran TPH yang harus bersih dari gulma adalah 7 x 4 m2.

Pengendalian gulma pada piringan dan TPH sangat penting dilakukan untuk mengurangi kehilangan unsur hara dan kehilanagan hasil panen dari buah dan brondolan. Piringan yang bersih dari gulma akan memudahkan pemanen untuk mengetahui kematangan dari buah dengan cara melihat brondolan yang jatuh dan mempermudah pengutipan brondolan.

Herbisida yang digunakan untuk pengendalian gulma pada piringan dan TPH adalah hersbisida campuran Audit dan Starane. Pencampuran herbisida dilakukan pada drum jerigen, kemudian dimasukan ke dalam tangki mobil yang berisi 2000 l air. Rata-rata herbisida yang digunakan dalam satu kali aplikasi penyemprotan adalah 16 l Audit dan 4 l Starane. Konsentrasi yang digunakan dari herbisida tersebut adalah 0.8 % Audit dan 0.2 % Starane. Knapsack sprayer yang

(16)

digunakan untuk penyemprotan adalah jenis Inter dengan kapasitas 16 l. Nozel yang digunakan untuk penyemprotan adalah full cone jenis VLV (very low volume) volume semprot 20 l/ha, lebar semprot 1 m.

Target 2009/2010 pengendalian gulma secara kimia pada piringan dan TPH untuk tenaga kerja adalah 0.20 HK/ha, herbisida Audit 0.20 l/ha, dan herbisida Starane 0.0325 l/ha. Sedangkan realisasi rata-rata penggunaan tenaga kerja adalah 0.18 HK/ha, herbisida Audit 0.17 l/ha, dan herbisida Starane 0.0480 l/ha, seperti yang ditampilkan pada Tabel 7.

Tabel 7. Realisasi Pengendalian Gulma secara Kimia pada Piringan dan TPH

No Blok Luas Total (ha) Luas Realisasi (ha) Tenaga Kerja (HK) HK/ha Herbisida (l/ha) Audit Starane 1 B002 99.40 65.01 12 0.18 0.16 0.0461 2 B003 98.20 63.00 12 0.19 0.16 0.0496 3 B002-B003 84.03 34.12 8 0.23 0.16 0.0843 4 B002 49.91 48.00 10 0.21 0.16 0.0625 5 B001-B002 71.01 39.46 7 0.18 0.16 0.0634 6 B001-C001 86.43 55.10 10 0.18 0.16 0.0590 7 C001-C002 80.02 60.00 11 0.18 0.16 0.0521 8 B006 60.24 56.49 12 0.21 0.16 0.0597 9 C003 88.24 57.00 11 0.19 0.16 0.0461 10 C001-C002-C003 75.23 71.43 12 0.17 0.17 0.0438 11 C002-C003-C004 93.17 49.45 8 0.16 0.16 0.0480 12 C004-C005 104.44 64.70 12 0.19 0.16 0.0545 13 C004-C005-C006 99.48 62.17 11 0.18 0.16 0.0523 14 C005-C006-C007 90.72 90.72 17 0.19 0.17 0.0441 15 D002-D003-D004 98.03 87.50 17 0.19 0.17 0.0457 16 E001-E002 158.00 82.00 15 0.18 0.17 0.0488 17 E001-E002 76.00 74.95 15 0.20 0.17 0.0500 18 E003-D005 160.00 110.57 18 0.16 0.18 0.0317 19 D005-D006-E007 198.00 107.37 17 0.16 0.18 0.0326 20 E009 99.29 72.00 13 0.18 0.17 0.0417 21 E007-E008 108.12 104.12 16 0.15 0.18 0.0336 22 E008-E009 75.00 70.54 13 0.18 0.17 0.0443 23 F001 93.03 90.00 16 0.18 0.17 0.0417 24 F003-F004 95.32 93.55 18 0.19 0.17 0.0428 25 D008-D009 105.84 105.84 16 0.15 0.17 0.0378 26 D006-D007 120.12 112.31 17 0.15 0.18 0.0356 27 D001-D002 97.02 84.99 18 0.21 0.17 0.0441 Rata-rata 0.18 0.17 0.0480

(17)

Pemakaian herbisida campuran disebabkan berbedanya jenis gulma yang tumbuh pada daerah piringan. Pemakaian herbisida Audit digunakan untuk mengendalikan jenis gulma Cyrtococcum acrescens, Centotheca lappacea, dan Axonopus compressus. Sedangkan penggunaan herbisida Starane digunakan untuk mengendalikan jenis gulma Ageratum conyzoides, Borreria alata, dan Asystasia intrusa. Penulis melakukan penyemprotan pada piringan sebanyak 5 kali dengan hasil 3.5 ha, 2.5 ha, 3 ha, 4 ha, dan 4 ha, sedangkan basisnya adalah 5 ha.

Target dan Realisasi Pengendalian Gulma pada Gawangan dan Pasar Rintis secara Kimia. Pengendalian gulma pada gawangan dan pasar rintis dilakukan dengan rotasi 1 kali dalam setahun. Pengendalian gulma pada gawangan dan pasar rintis berfungsi untuk mengurangi kehilangan unsur hara dan mempermudah dari proses kegiatan pekerjaan di kebun.

Sasaran dari pengendalian gulma pada gawangan dan pasar rintis adalah gulma berdaun lebar. Gulma berdaun lebar yang tumbuh dominan di Sekunyir Estate adalah Ageratum conyzoides, Boreria allata, Asystasia intrusa, Emilia sonchifolia, dan Phyllanthus niruri. Sehingga penyemprotan yang dilakukan adalah spot weeding. Gulma berdaun lebar lebih boros terhadap unsur hara, sehingga jika dibiarkan tumbuh dapat mengakibatkan kehilangan unsur hara. Gulma berdaun lebar jumlahnya semakin sedikit, seiring dengan semakin bertambahnya usia tanaman kelapa sawit.

Herbisida yang digunakan untuk pengendalian gulma pada gawangan dan pasar rintis adalah herbisida Starane. Dalam 1 kali aplikasi rata-rata herbisida Starane yang digunakan adalah 4 l yang dicampur dengan 2000 l air dalam tangki. Konsentrasi herbisida Starane dalam air yang digunakan adalah 0.2 %. Knapsack sprayer yang digunakan adalah jenis Inter dengan kapasitas 16 l. Nozel yang digunakan adalah jenis full cone jenis VLV (very low volume), volume semprot 20 l/ha, lebar semprot 1 m. Penulis melakukan penyemprotan pada gawangan sebanyak 1 kali dengan hasil 2.5 ha, sedangkan basisnya adalah 3.3 ha.

Target 2009/2010 pengendalian gulma secara kimia pada gawangan dan pasar rintis untuk tenaga kerja adalah 0.3 HK/ha dan herbisida Starane 0.045 l/ha. Sedangkan realisasi rata-rata penggunaan tenaga kerja adalah 0.2 HK/ha dan herbisida Starane 0.032 l/ha seperti yang ditampilkan padaTabel 8.

(18)

Tabel 8. Realisasi Pengendalian Gulma secara Kimia pada Gawangan dan Pasar Rintis No Blok Luas Total (ha) Luas Realisasi (ha) Tenaga Kerja (HK) HK/ha Total Starane (l/blok) Starane (l/ha) 1 D011 92.04 92.04 19 0.2 3.80 0.041 2 D010 90.72 90.72 18 0.2 3.75 0.041 3 D009 97.45 38.00 9 0.2 1.60 0.042 4 D009 59.45 59.45 8 0.1 1.50 0.025 5 D008 86.52 47.00 7 0.1 1.50 0.032 6 B001 69.10 69.10 8 0.1 1.00 0.014 7 B002-B003 158.58 103.46 15 0.1 3.03 0.029 8 B003-B004 137.37 65.00 8 0.1 1.60 0.025 9 B003-B004-B005 150.38 75.12 8 0.1 1.40 0.019 10 B004-B005-B006 162.25 76.25 8 0.1 1.60 0.021 11 B005-B006 86.00 61.00 8 0.1 1.10 0.018 12 B008 82.09 52.00 8 0.2 1.50 0.029 13 B007-B008 112.18 50.09 7 0.1 1.30 0.026 14 B007 62.09 50.00 7 0.1 2.00 0.040 15 B006-B007 62.08 62.08 8 0.1 1.70 0.027 16 C007 51.09 25.00 7 0.3 2.00 0.080 17 C006-C007 110.23 40.09 8 0.2 1.80 0.045 18 C006 70.14 45.14 8 0.2 2.40 0.053 19 E004-E005 117.58 45.00 6 0.1 1.35 0.030 20 E006-E007-E008 72.58 70.58 6 0.1 0.75 0.011 Rata-rata 0.2 0.032

Sumber : Kantor Divisi II Sekunyir Estate (2010)

Pengendalian Alang-alang (Imperata cylindrica). Alang-alang merupakan salah satu jenis gulma yang susah dikendalikan. Alang-alang dapat tumbuh kembali melalui akar di dalam tanah. Ketika ada beberapa alang-alang yang tumbuh, perusahaan akan langsung mengendalikannya. Alang-alang jika dibiarkan tumbuh maka jumlahnya akan semakin banyak. Sehingga biaya yang dikeluarkan akan semakin tinggi.

Pengendalian alang-alang dilakukan dengan rotasi 1.3 kali setiap tahun. Herbisida yang digunakan adalah herbisida Audit yang berbahan aktif glifosat. Selama kegiatan magang dilaksanakan tidak ada kegiatan pengendalian alang-alang secara khusus. Hal tersebut karena untuk tahun tanam 1992-1995 pertumbuhan alang-alang sudah jarang. Pertumbuhan alang-alang hanya pada bagian yang masih cukup cahaya masuk ke kebun.

(19)

Ketika kegiatan magang dilaksanakan, penulis melakukan pengendalian alang-alang dalam pekerjaan pengendalian piringan dan TPH secara kimia. Cara yang digunakan untuk melakukan pengendalian alang-alang adalah dengan cara melakukan penyemprotan terhadap alang-alang dari jarak dekat. Penyemprotan dilakukan pada seluruh bagian alang-alang. Penyemprotan terhadap alang-alang dilakukan sampai semua bagian dari alang-alang tersebut basah. Target 2009/2010 pengendalian alang-alang untuk tenaga kerja 0.17 HK/ha dan herbisida Audit 0.04 l/ha.

Pengendalian Gulma secara Mekanis

Pelaksanaan Pengendalian Gulma secara Mekanis. Pengendalian gulma secara manual dilakukan dengan menggunakan parang dan cados. Tenaga kerja yang digunakan adalah tenaga kerja BHL yang merupakan penduduk di sekitar kebun. Tenaga kerja BHL dijemput dan diantar pulang oleh mobil perusahaan. Sebelum bekerja mandor dan ketua rombongan BHL melakukan pembagian kerja terhadap pekerja. Kemudian masing-masing tenaga BHL masuk ke gawangan yang telah dibagi.

Pengendalian gulma dengan mesin pemotong rumput hanya dilakukan oleh satu orang pekerja. Tenaga kerja yang digunakan merupakan yang biasa melakukan pemotongan rumput di kebun. Tenaga kerja tersebut berpindah dari satu TPH ke TPH yang lainnya dengan menggunakan sepeda motor. Pengendalian gulma dengan menggunakan mesin pemotong rumput hanya dilakukan di Divisi I. Hal tersebut dilakukan karena masih dalam tahap percobaan untuk mengetahui pengaruh terhadap kotoran yang terbawa ke pabrik.

Target dan Realisasi Pengendalian Gulma secara Manual pada Gawangan. Program pengendalian gulma pada gawangan secara manual sekaligus melakukan pengendalian gulma secara manual pada piringan, TPH, dan pasar rintis. Rotasi dari pengendalian gulma pada gawangan adalah 1 kali dalam 1 tahun. Pengendalian gulma pada gawangan dilakukan untuk mengendalikan jenis gulma berkayu.

(20)

Pengendalian gulma pada gawangan dilakukan untuk megurangi kehilangan unsur hara dan memperlancar pekerjaan kebun. Gulma yang tumbuh pada daerah gawangan akan mengganggu pergerakan dari tenaga kerja. Kegiatan kebun yang akan sangat terganggu dengan banyaknya gulma berkayu adalah kegiatan panen. Karena pergerakan tenaga panen membawa egrek dan angkong.

Jenis gulma yang dominan dikendaliakan secara manual di Sekunyir Estate adalah Ficus sp, Anakan sawit, Clibadium surinamense, Melastoma malabathricum, Chromolaena odorata, dan Lantana camara. Ficus sp merupakan jenis gulma berkayu yang tumbuh lebih dominan dibandingkan dengan jenis gulma berkayu lainnya di Sekunyir Estate. Jenis gulma ini tumbuh dominan pada daerah yang terbuka dan dekat aliran air. Alat yang digunakan untuk mengendalikan gulma tersebut adalah cados dan parang. Parang digunakan untuk memotong gulma dan cados untuk membongkar akar gulma.

Standard operational procedur (SOP) dalam pengendalian gulma dengan manual adalah gulma harus dipotong, kemudian akarnya dibongkar. Untuk jenis gulma anakan sawit setelah dicabuti harus dikumpulkan kemudian diikat pada kayu yang ditancapkan di tanah agar tidak tumbuh kembali. Gulma yang tumbuh dekat jalan dapat dilempar ke collection road agar gulma tidak tumbuh kembali di kebun.

Prakteknya masih ada tenaga kerja yang tidak melaksanakan hal tersebut. Sehingga gulma dapat tumbuh kembali di kebun, karena gulma dibuang di kebun. Tenaga kerja yang digunakan untuk melakukan pengendalian gulma adalah tenaga kerja BHL yang sebagian besar perempuan. Tenaga BHL yang digunakan adalah penduduk yang berasal dari sekitar kebun.

Kualitas pekerjaan tenaga kerja BHL berbeda dengan karyawan kebun. Ada beberapa tenaga BHL yang susah diatur sehingga akan mengakibatkan hasil kerja kurang optimal. Selain itu penekanan dan pengawasan kerja yang masih kurang akan membuat hasil kerja kurang maksimal. Seharusnya penekanan terhadap tenaga kerja dalam pengendalian gulma secara manual pada gawangan harus lebih ditingkatkan lagi. Penulis melakukan pengendalian gulma gawangan manual sebanyak 1 kali dengan prestasi kerja 0.5 ha, sedangkan basisnya adalah 1 ha.

(21)

Target 2009/2010 pengendalian gulma manual pada gawangan untuk penggunaan tenaga kerja 1 HK/ha. Sedangkan realisasi rata-ratanya adalah 1.89 HK/ha seperti ditampilkan pada Tabel 9.

Tabel 9. Realisasi Pengendalian Gulma secara Manual pada Gawangan

No Blok Luas Total (ha) Luas Realisasi (ha) Tenaga Kerja (HK) HK/Ha

1 B006 86.99 43.50 76 1.75 2 B007 82.09 41.04 71 1.73 3 B008 82.09 11.04 25 2.26 4 E009 99.29 36.53 78 2.14 5 A009 97.45 48.60 85 1.75 6 A010 90.72 44.87 85 1.89 7 A011 92.04 45.73 95 2.08 8 A006 69.70 34.85 61 1.75 9 A007 96.89 48.45 69 1.42 10 A008 86.52 43.26 65 1.50 11 B003 95.12 50.56 92 1.82 12 B004 82.25 41.12 67 1.63 13 B005 78.01 36.05 64 1.78 14 F004 35.55 11.34 27 2.38 15 E004 44.83 6.50 13 2.00 16 E005 75.24 42.74 90 2.11 17 E006 42.34 21.00 42 2.00 18 E007 92.12 50.02 98 1.96 19 E008 85.25 43.47 78 1.79 20 E009 99.29 13.50 27 2.00 Rata-rata 1.89

Sumber : Kantor Divisi III Sekunyir Estate (2010)

Target dan Realisasi Pengendalian Gulma pada TPH dengan Mesin Pemotong Rumput. Pengendalian gulma pada TPH dengan mesin pemotong rumput bertujuan agar kotoran yang menempel pada buah yang dikumpulkan di TPH dapat dikurangi. Sehingga kotoran yang terangkut ke pabrik jumlahnya dapat diturunkan. Kotoran yang menempel pada buah di TPH berupa pasir, tanah, dan kerikil. Kotoran yang terangkut ke pabrik akan mempengaruhi kualitas CPO yang dihasilkan. Pertumbuhan rumput pada tempat pengumpulan hasil kurang merata. Hal tersebut diakibatkan oleh penutupan kanopi tanaman kelapa sawit, sehingga pencahayaan kurang.

(22)

Rotasi dari pengendalian gulma pada TPH dengan mesin pemotong rumput adalah 6 kali dalam 1 tahun. Mesin pemotong rumput menggunakan oli dan bensin dengan perbandingan 0.2:20. Penggunaan mesin pemotong rumput untuk mengendalikan gulma pada TPH hanya dilakukan di Divisi I. Hal tersebut dilakukan karena masih dalam tahap percobaan.

Target 2009/2010 pengendalian gulma pada TPH dengan mesin pemotong rumput untuk penggunaan tenaga kerja adalah 0.03 HK/ha, bensin 0.083 l/ha, oli 0.003 l/ha. Sedangkan realisasi rata-rata penggunaan tenaga kerja adalah 0.031 HK/ha, bensin 0.055 l/ha, dan oli 0.002 l/ha seperti ditampilkan padaTabel 10.

Tabel 10. Realisasi Pengendalian Gulma pada TPH dengan Mesin Pemotong Rumput

No Blok HK Output TPH Luas (ha) HK/ha Bensin (l) Bensin (l/ha) Oli (l) Oli (l/ha)

1 B002 1 56 40.00 0.025 1.920 0.048 0.080 0.002 2 C004 1 43 30.71 0.033 1.440 0.047 0.060 0.002 3 B001 1 46 32.86 0.030 1.920 0.058 0.080 0.002 4 C003 1 51 36.43 0.027 2.400 0.066 0.100 0.003 5 C002 1 49 35.00 0.029 1.920 0.055 0.080 0.002 6 D001 1 46 32.86 0.030 1.920 0.058 0.080 0.002 7 D002 1 37 26.43 0.038 1.440 0.054 0.060 0.002 Rata-rata 0.031 0.055 0.002

Sumber : Kantor Divisi I Sekunyir Estate (2010)

Rekapitulasi Target dan Realisasi Pengendalian Gulma di Sekunyir Estate Pengendalian Gulma secara Kimia. Pada program piringan dan TPH realisasi pemakaian herbisida Audit lebih rendah 15 % dari target yang ditetapkan, dimana targetnya 0.20 l/ha sedangkan realisasinya 0.17 l/ha. Realisasi pemakaian herbisida Starane lebih tinggi 47.7 % dari target yang ditetapkan, dimana targetnya 0.0325 l/ha sedangkan realisasinya 0.0480 l/ha. Realisasi pemakaian tenaga kerjanya lebih rendah 10 % dari target yang ditetapkan, targetnya 0.20 HK/ha sedangkan realisasinya 0.18 HK/ha.

Realisasi pemakaian herbisida Starane pada program gawangan dan pasar rintis lebih rendah 28.9 % dari target yang ditetapkan, dimana targetnya 0.045 l/ha sedangkan realisasinya 0.032 l/ha. Realisasi pemakaian tenaga kerjanya lebih rendah 33.3 % dari target yang ditetapkan, dimana targetnya 0.3 HK/ha sedangkan realisasinya 0.2 HK/ha. Selama kegiatan magang dilaksanakan tidak ada program

(23)

pengendalian alang-alang secara khusus. Rekapitulasi target dan realisasi pemakaian herbisida pada pengendalian gulma secara kimia ditampilkan pada Gambar 4. Rekapitulasi target dan realisasi pemakaian tenaga kerja pada pengendalian gulma secara kimia ditampilkan pada Gambar 5.

Pengendalian Gulma seacara Mekanis. Realisasi pemakaian tenaga kerja pada pengendalian gulma secara manual di gawangan lebih tinggi 89 % dari target yang ditetapkan, dimana targetnya 1 HK/ha sedangkan realisasinya 1.89 HK/ha. Realisasi pemakaian tenaga kerja pada pengendalian gulma di TPH dengan mesin pemotong rumput lebih tinggi 5 % dari target yang ditetapkan, dimana targetnya 0.030 HK/ha sedangkan realisasinya 0.031 HK/ha. Realisasi pemakaian oli dan bensin pada pengendalian gulma di TPH dengan mesin pemotong rumput lebih rendah 33.3 % untuk oli dan 30.7 % untuk bensin dari target yang ditetapkan, dimana target pemakaian oli 0.003 l/ha dan bensin 0.083 l/ha sedangkan realisasi pemakaian oli 0.002 l/ha dan oli 0.055 l/ha. Rekapitulasi target dan realisasi pemakaian tenaga kerja pada pengendalian gulma secara mekanis ditampilkan pada Gambar 6. Target dan realisasi pemakaian oli dan bensin pada pengendalian gulma dengan mesin pemotong rumput ditampilkan pada Gambar 7.

Perbandingan Pemakaian Tenaga Kerja pada Pengendalian Gulma di Gawangan secara Manual dan Kimia. Pemakaian herbisida pada pengendalian gulma di gawangan mampu menghemat pemakain tenaga kerja. Hal tersebut dapat dilihat dengan membandingkan realisasi pemakaian tenaga kerja pada program pengendalian gulma dengan manual pada gawangan dan program pengendalian gulma secara kimia pada gawangan. Realisasi pemakaian tenaga kerja pada program pengendalian gulma manual 1.89 HK/ha, sedangkan realisasi pemakaian tenaga kerja pada program pengendalian gawangan secara kimia 0.2 HK/ha. Penggunaan herbisida pada pengendalian gulma di gawangan mampu menghemat 89.4 % dari pemakaian tenaga kerja. Perbandingan pemakaian tenaga kerja pada pengendalian gulma di gawangan secara manual dan kimia ditampilkan pada Gambar 8.

(24)

Gambar 4. Rekapitulasi Target dan Realisasi Pemakaian Herbisida pada Pengendalian Gulma secara Kimia di Sekunyir Estate

Gambar 5. Rekapitulasi Pemakaian Tenaga Kerja pada Pengendalian Gulma secara Kimia di Sekunyir Estate

0.20 0.0325 0.045 0.04 0.17 0.0480 0.032 0.00 0.05 0.10 0.15 0.20 0.25

Audit Starane Starane Audit

Piringan dan TPH Gawangan dan pasar Rintis Alang-alang l/ha Target Realisasi 0.20 0.3 0.17 0.18 0.2 0.00 0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 0.30 0.35

Piringan dan TPH Gawangan dan pasar rintis Alang-alang HK Target Realisasi Selisih (%) 15 47.7 28.9 0 Selisih (%) 10 33.3 0

(25)

Selisih (%) 89 5

Gambar 6. Rekapitulasi Pemakaian Tenaga Kerja pada Pengendalian Gulma secara Mekanis di Sekunyir Estate

Gambar 7. Rekapitulasi Pemakaian Bensin dan Oli pada Pengendalian Gulma dengan Mesin Pemotong Rumput pada TPH

1.00 0.030 1.89 0.031 0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 1.80 2.00

Manual Mesin pemotong rumput

HK/ha Target Realisasi 0.003 0.083 0.002 0.055 0.000 0.010 0.020 0.030 0.040 0.050 0.060 0.070 0.080 0.090 Oli Bensin l/ha Target Realisasi Selisih (%) 33.3 30.7

(26)

Selisih (%) 89.4

Gambar 8. Perbandingan Pemakaian Tenaga Kerja pada Pengendalian Gulma di Gawangan secara Manual dan Kimia

Analisis Vegetasi

Gulma yang Tumbuh Dominan. Komposisi jenis gulma yang tumbuh dominan di Sekunyir Estate berbeda berdasarkan tahun tanamnya. Perbedaan komposisi gulma yang tumbuh dominan terjadi antara gulma rumput dan gulma berdaun lebar. Perbedaan tersebut disebabkan perubahan penutupan kanopi pelepah kelapa sawit, sehingga intensitas cahaya yang masuk berbeda. Gulma semusim tumbuh dominan pada kebun kelapa sawit yang baru ditanam, sedangkan gulma tahunan tumbuh dominan pada kebun kelapa sawit yang telah lama ditanam.

Gulma yang tumbuh dominan pada areal yang kanopinya tertutup merupakan gulma rumput. Gulma rumput yang tumbuh dominan adalah Centotheca lappacea dengan nilai Summed Dominance Ratio (SDR) tertinggi 12.06 % pada tahun tanam 1992. Sedangkan gulma yang tumbuh dominan pada areal yang kanopinya terbuka merupakan gulma berdaun lebar. Gulma berdaun lebar yang tumbuh dominan adalah Asystasia intrusa dengan nilai SDR tertinggi 16.36 % pada tahun tanam 2007. Data SDR gulma yang tumbuh dominan di

1.89 0.20 0.00 0.20 0.40 0.60 0.80 1.00 1.20 1.40 1.60 1.80 2.00 Manual Kimia HK/ha

(27)

Sekunyir Estate ditampilkan pada Tabel 11. Data analisis vegetasi gulma secara keseluruhan ditampilkan pada Lampiran 1 dan Lampiran 2.

Tabel 11. Gulma yang Tumbuh Dominan di Sekunyir Estate

No Spesies Tahun Tanam 1992 1993 1994 1995 2005 2007 …….……….%... 1 Asystasia intrusa 6.55*) 6.93*) 8.70*) 9.39*) 14.83*) 16.36*) 2 Ageratum conyzoides 5.53*) 5.70*) 8.06*) 7.75*) 10.17*) 10.66*) 3 Centotheca lappacea 12.06*) 11.59*) 11.27*) 10.31*) 0.74 0.77 4 Borreria alata 5.39*) 5.58*) 5.26*) 4.70 8.84*) 9.09*) 5 Axonopus compressus 10.61*) 8.09*) 8.81*) 8.42*) 1.84 0.94 6 Cyrtococcum acrescens 8.98*) 8.19*) 9.97*) 8.04*) 0.70 0.99 7 Lygodium sp 4.97 4.24 1.20 1.22 - - 8 Phyllanthus niruri 1.15 1.65 1.51 1.37 4.33 7.19*) 9 Emilia sonchifolia 0.76 1.91 1.25 0.32 3.88 7.39*) 10 Pasapalum commersonii 0.99 1.82 1.48 2.84 3.22 2.96 11 Digitaria adscendens 0.84 0.63 0.38 0.58 5.28*) 5.26*)

Keterangan: *) Tergolong Gulma Dominan pada Tahun Tanam Tersebut

Gulma yang tumbuh dominan di Sekunyir Estate digolongkan menjadi gulma berdaun lebar dan gulma rumput. Gulma berdaun lebar tumbuh dominan pada areal yang terbuka yang merupakan areal yang baru ditanami. Gulma rumput tumbuh dominan pada areal yang ternaungi yang merupakan areal yang telah lama ditanami. Gulma berdaun lebar yang tumbuh dominan di Sekunyir Estate adalah Asystasia intrusa, Ageratum conyzoides, Boreria allata, Emilia sonchifolia, dan Phyllanthus niruri. Gulma berdaun lebar tumbuh dominan pada tahun tanam kelapa sawit 2005 dan 2007. Asystasia intrusa, Ageratum conyzoides, dan Boreria allata tergolong gulma dominan pada tahun tanam kelapa sawit 1992 – 1995, sedangkan Phyllanthus niruri dan Emilia sonchifolia hanya tumbuh dominan pada tahun tanam kelapa sawit 2005 dan 2007. Gulma berdaun lebar yang tumbuh dominan di Sekunyir Estate ditampilkan pada Gambar 9.

Gulma rumput yang tumbuh dominan di Sekunyir Estate adalah Centotheca lappacea, Axonopus compressus, Cyrtococcum acrescens, dan Digitaria adscendens. Gulma rumput tumbuh dominan pada tahun tanam kelapa sawit 1992 - 1995. Centotheca lappacea, Axonopus compressus, dan Cyrtococcum acrescens tumbuh dominan pada tahun tanam kelapa sawit 1992 - 1995, sedangkan Digitaria adscendens tumbuh dominan pada tahun tanam kelapa sawit

(28)

2005 dan 2007. Gulma rumput yang tumbuh dominan di Sekunyir Estate ditampilkan pada Gambar 10.

Gambar 9. Gulma Berdaun Lebar yang Tumbuh Dominan di Sekunyir Estate

Gambar 10. Gulma Rumput yang Tumbuh Dominan di Sekunyir Estate

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 1992 1993 1994 1995 2005 2007 SDR (%) Asystasia intrusa Ageratum conyzoides Borreria alata Emilia sonchifolia Phyllanthus niruri 0 2 4 6 8 10 12 14 1992 1993 1994 1995 2005 2007 SDR (%) Centotheca lappacea Axonopus compressus Cyrtococcum acrescens Digitaria adscendens Tahun Tanam Kelapa Sawit

(29)

Centotheca lappacea merupakan gulma yang tumbuh dominan pada tahun tanam 1992 - 1993. Asystasia intrusa dan Centotheca lappacea tumbuh dominan pada tahun tanam 1994 - 1995. Asystasia intrusa tumbuh dominan pada tahun tanam 2005 dan 2007. Centotheca lappacea memiliki nilai SDR semakin besar dengan semakin bertambahnya usia tanaman kelapa sawit, sehingga dominansinya bertambah seiring dengan semakin ternaunginya kebun. Asystasia intrusa memiliki nilai SDR semakin besar dengan semakin mudanya usia tanaman kelapa sawit, sehingga dominansinya bertambah seiring dengan semakin mudanya usia tanaman kelapa sawit. Sebaran gulma yang tumbuh dominan di Sekunyir Estate ditampilkan pada Gambar 11.

Gambar 11. Sebaran Gulma Dominan di Sekunyir Estate

Keterangan : A : Tahun Tanam 1992, B : Tahun Tanam 1993, C : Tahun Tanam 1994, D : Tahun Tanam 1995, E : Tahun Tanam 2005, F : Tahun Tanam 2007

Gulma Asystasia intrusa Centotheca lappacea

Warna SDR (%) 16.36 14.83 9.39 8.70 12.06 11.59 11.27 10.31 A A A A A A 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 F E D C B A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A B A B A A A A A A A A A A A A B A A A A A A A A A A A A A A A A A A A A B B E F D D D D D C C C C C C C D Nomor Blok Blok

(30)

Pengamatan Asystasia intrusa (BI.)

Asystasia intrusa sering dinamakan dengan rumput johor barat, rumput israel, dan rumput syaitan. Asystasia intrusa diintroduksi ke Malaysia sejak tahun 1876 sampai dengan tahun 1950-an. Pada awalnya Asystasia intrusa dianggap rumput yang tidak berbahaya. Asystasia intrusa menjadi masalah yang serius di areal perkebunan kelapa sawit di Malaysia dan Sumatra sejak tahun 1970-an. Asystasia intrusa dapat dijumpai sampai dengan ketinggian 500 m di atas permukaan laut.

Asystasia intrusa merupakan gulma yang berbatang lunak, tingginya dapat mencapai 1.5 m. Letak daun berpasangan, berbentuk lonjong, dan ujungnya runcing. Ukuran daun bervariasi mulai dari 65 x 26 mm2 sampai 152 x 76 mm2. Tangkai daun berbentuk bulat dengan panjang sekitar 50 mm. Malai bunga tumbuh pada pucuk batang, tidak bercabang, dengan panjang 25-50 mm. Bunganya berukuran kecil berwarna putih dengan pola kebiruan. Asystasia intrusa dapat dikendalikan secara manual dengan cara didongkel dan dilanjutkan dengan pembakaran gulma.

Penulis mengamati kematian dan pertumbuhan kembali Asystasia intrusa pada piringan setelah penyemprotan dengan herbisida campuran Audit dan Starane. Pengamatan dilakukan pada dua rintis piringan berbeda yang kanopinya terbuka. Konsentrasi masing-masing herbisida adalah 0.8 % Audit dan 0.2 % Starane. Knapsack sprayer yang digunakan untuk kegiatan penyemprotan adalah jenis Inter dengan volume 16 l. Nozel yang digunakan adalah full cone jenis VLV (very low volume) dengan volume semprot 20 l/ha, lebar semprot 1 m.

Asystasia intrusa mati setelah 7 hari dari kegiatan penyemprotan. Asystasia intrusa tumbuh dominan kembali setelah 4 MSA (minggu setelah aplikasi) penyemprotan. Pada pengamatan 6 MSA (minggu setelah aplikasi) gulma Cleome rutidosperma tumbuh dominan bersama Asystasia intrusa. Tumbuhnya gulma Cleome rutidosperma diakibatkan oleh keadaan lingkungan yang sesuai bagi pertumbuhan biji Cleome rutidosperma yang dorman di dalam tanah. Pengamatan kematian dan pertumbuhan kembali Asystasia intrusa ditampilkan pada Gambar 12 dan Tabel 12.

(31)

50

Gambar 12. Kematian dan Pertumbuhan Kembali Asystasia intrusa

Hari 1 Hari 2 Hari 3

Hari 4 Hari 5 Hari 6

Hari 7 4 MSA 6 MSA

5

(32)

51

Tabel 12. Pengamatan Kematian Asystasia intrusa

Ulangan Ciri Fisik Hari ke-1 % Hari ke-2 %

Hari ke-3

%

Hari ke-4

%

Hari ke-5 %

Hari ke-6

%

Hari ke-7

%

U1

Kesegaran

Segar

100

Segar

30

Layu

40

Layu

30

Layu

5 Mengkerut 100 Mengkerut 100

Layu

70 Mengkerut 60 Mengkerut 70 Mengkerut 95

Warna

Hijau

100

Hijau

75

Hijau

20

Hijau

10

Hijau

5

Hitam

90

Hitam

100

Kuning 25

Kuning

80

Kuning

85

Kuning

20

Kuning

10

Hitam

5

Hitam

75

U2

Kesegaran

Segar

100

Segar

20

Layu

45

Layu

20 Mengkerut 90 Mengkerut 95 Mengkerut 100

Layu

80 Mengkerut 55 Mengkerut 80

Layu

10

Layu

5

Warna

Hijau

100

Hijau

90

Hijau

45

Hijau

20

Hijau

5

Hitam

95

Hitam

100

Kuning 10

Kuning

50

Kuning

70

Kuning

40

Kuning

5

Hitam

5

Hitam

10

Hitam

55

5

Gambar

Tabel 5. Kriteria Buah Berdasarkan Brondolan
Tabel 6.  Dosis  dan  Rotasi  Pemupukan  Pupuk  Anorganik  untuk  Tanaman  Menghasilkan
Gambar 2. Struktur Organisasi Pengendalian Gulma di Sekunyir Estate
Gambar 3. Alat Pelindung Diri (APD)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil kategorisasi diketahui bahwa kualitas pelayanan PD BKK Pemalang sudah baik, suku bunga yang ditetapkan PD BKK Pemalang cocok dengan harapan

Merupakan suatu kenyataan yang tidak dapat dibantah jika orang tua dan masyarakat sekeliling sedikit banyak akan berpengaruh terhadap kegiatan belajar dan

Karena, begitu pesatnya minat masyarakat Tionghoa terutama bagi para pemuda dalam memainkan permainan ini, maka memunculkan inovasi baru bagi masyarakat Tionghoa

bahan baku yang sangat dibutuhkan dalam menghasilkan suatu produk. Pemerintah bisa memberikan setiap hak monopoli hanya kepada tiap-tiap perusahaan untuk beroperasi

a) Memberikan informasi keuangan mengnai jumlah aktiva dan jenis-jenis aktiva yang dimiliki. b) Memberikan informasi keuangan tentang jumlah kewajiban dan jenis-jenis

Imunisasi pilihan adalah imunisasi lain yang tidak termasuk dalam imunisasi wajib, namun penting diberikan pada bayi, anak, dan dewasa di Indonesia mengingat beban

Setelah issue yang muncul diidentifikasi dan diprioritaskan, tahap kedua dimulai. Tujuannya adalah menentukan asal issue tersebut yang seringkali sulit karena biasanya issue

Hasil pendeteksian ditampilkan pada interface , kemudian dilakukan analisis dari nilai yang dihasilkan serta dibandingkan dengan hasil pengujian dengan organoleptik sehingga