• Tidak ada hasil yang ditemukan

iii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK iii v vi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "iii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK iii v vi"

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

iii DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GRAFIK 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Landasan Hukum 1.3 Maksud dan Tujuan 1.4 Sistematika Penulisan i iii v vi 1 1 4 5 8 2. TUGAS POKOK DAN FUNGSI SKPD

2.1 Struktur organisasi

2.2 Susunan Kepegawaian dan Kelengkapan 2.3 Tupoksi

11 11 13 20 3. PROFIL KINERJA PELAYANAN SKPD

3.1 Kinerja Pelayanan Masa Kini 3.2 Identifikasi Permasalahan

3.3 Telaahaan Visi, Misi, dan Program Kepala Daerah 3.4 Telaahan Renstra K/L dan Renstra Provinsi

3.5 Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis

3.6 Hasil Analisa terhadap KLHS 3.7 Isu-Isu Strategis 31 31 41 49 53 61 67 70 4. VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGIS

DAN KEBIJAKAN 4.1 Visi

4.2 Misi 4.3 Tujuan

4.4 Strategi dan Kebijakan

75 75 75 76 102 4.5 PROGRAM 4.6 Program 4.7 Indikator Kinerja 4.8 Kelompok 4.9 Pendanaan Indikatif 106 106 109 113 119 5. INDIKATOR KINERJA SASARAN 134

(3)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pembangunan pertanian secara umum dan pembangunan sub sektor Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura telah memberikan sumbangan besar dalam pembangunan daerah Provinsi Sumatera Barat baik langsung seperti dalam pertumbuhan PDRB, penyerapan tenaga kerja, peningkatan pendapatan masyarakat dan penyediaan pangan, maupun tidak langsung melalui peningkatan dan menciptakan kondisi yang kondusif bagi pelaksanaan pembangunan dan hubungan sinergis dengan sektor lain. Keberhasilan tersebut tidak lepas dari peranan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dalam melaksanakan koordinasi dan pemberian fasilitasi bagi pelaksana pembangunan pertanian yang dilakukan oleh masyarakat.

Potensi pengembangan ekonomi suatu daerah dari sisi pembangunan sektoral ditentukan oleh Keuntungan Komperatif yang dimiliki oleh daerah bersangkutan dibandingkan dengan kinerja sektor yang sama secara nasional. Tingkat Keuntungan Komperatif sektor dan subsektor suatu daerah dapat diukur dengan Indek Koefisien Lokasi (Location Quotient, LQ). Berdasarkan Indek Koefisien Lokasi sebagaimana yang tertuang pada

(4)

2

RPJMD Provinsi Sumatera Barat tahun 2010-2015 menunjukkan bahwa sektor pertanian merupakan salah satu potensi ekonomi wilayah yang cukup penting bagi pembangunan daerah Provinsi Sumatera Barat. Kondisi ini ditunjukkan oleh nilai LQ lebih besar dari satu yaitu 1,75 yang memperlihatkan bahwa sektor ini mempunyai Keuntungan Komperatif yang cukup tinggi dibandingkan dengan sektor yang sama secara rata-rata pada provinsi lainnya di Indonesia. Di dalam sektor pertanian tersebut terlihat pula bahwa subsetor tanaman pangan ternyata merupakan potensi ekonomi utama Provinsi Sumatera Barat. Kondisi ini terlihat dari nilai LQ yang cukup tinggi yaitu rata-rata 1,78.

Dengan meningkatnya pendidikan dan kesejahteraan masyarakat mendorong peningkatan kemampuan daya beli dan preferensi permintaan masyarakat terhadap komoditas tanaman pangan dan hortikultura, dalam rangka diversifikasi komsumsi dan peningkatan gizi. Pembangunan pertanian tanaman pangan dan hortikultura sebagai bagian dari pembangunan nasional adalah pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan yang bertujuan untuk meningkatkan hasil dan mutu produksi, mengembangkan usaha profesional yang efektif dan efisien serta mampu bersaing di pasar bebas, baik di dalam negeri maupun luar negeri sehingga punya kontribusi terhadap perekonomian

(5)

3

daerah. Berbagai usaha pertanian tanaman pangan dan hortikultura baik secara aspek produksi, pengolahan maupun pemasaran memiliki potensi besar sebagai sumber percepatan pertumbuhan ekonomi daerah. Revitalisasi pertanian menjadi penting tidak hanya dalam mendorong percepatan pertumbuhan produksi, tetapi juga dalam peningkatan nilai tambah produk lokal dengan pengembangan agroindustri di pedesaan.

Dinas Pertanian Tanaman Pangan mempunyai tugas dan fungsi merumuskan kebijakan daerah, kebijakan pelaksanaan dan kebijakan teknis di bidang Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura. Renstra merupakan acuan utama bagi jajaran lingkup Dinas Pertanian se Sumatera Barat yang selanjutnya Renstra ini dijadikan acuan pula dalam menyusun Rencana Kerja (Renja) tahunan dalam pelaksanaan Pembangunan Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura.

Rencana Strategis (Renstra) Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat ini merupakan dokumen perencanaan yang berisikan arahan visi, misi, tujuan, target, sasaran, kebijakan, strategi, program dan kegiatan-kegiatan yang akan menjadi acuan bagi Dinas lingkup Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi dan kabupaten/Kota se Sumatera Barat, selama lima tahun ke depan (2011-2015).

(6)

4

Dokumen ini disusun berdasarkan analisis strategis atas potensi, peluang, permasalahan mendasar dan tantangan yang dihadapi dalam pembangunan pertanian tanaman pangan dan hortikultura di Sumatera Barat.

Dokumen Renstra ini seyogyanya dijadikan acuan dan arahan dalam melaksanakan pembangunan pertanian tanaman pangan dan hortikultura periode 2011-2015 secara menyeluruh, terintegrasi, efisien dan sinergi baik di dalam maupun antar sektor terkait.

Rencana strategis Dinas Pertanian Tanaman Pangan disusun berdasarkan RPJMD Provinsi Sumatera Barat Tahun 2010-2015, Renstra Kementerian Pertanian Tahun 2010-2014, serta hasil evaluasi pelaksanaan pembangunan sub sektor tanaman pangan dan hortikultura yang sesuai dengan tugas dan kewenangan dan aspirasi masyarakat.

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

Renstra (Rencana Strategis) Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat adalah merupakan pedoman yang akan dijadikan acuan dalam penyusunan perencanaan pembangunan pertanian tanaman pangan dan hortikultura tahun 2011-2015 di Sumatera Barat.

(7)

5

Tujuan penyusunan Renstra ini adalah untuk mewujudkan sinergitas antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan pembangunan pertanian khusus tanaman pangan dan hortikultura antar wilayah, antar sektor pembangunan, dan antar tingkat pemerintahan serta mewujudkan efisiensi alokasi berbagai sumber daya dalam pembangunan pertanian.

1.3 LANDASAN HUKUM

Dalam Penyusunan Rencana Strategis Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2011-2015, peraturan perundang-undangan yang dijadikan landasan hukum adalah sebagai berikut:

1. Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;

2. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah;

3. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;

(8)

6

4. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;

5. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal;

6. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota; 7. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang

Organisasi Pemerintah Daerah;

8. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah;

9. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan;

10. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 11. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014

12. Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 15/Permentan/ Rc.110/1/2010 Tentang Rencana Strategis Kementerian Pertanian 2010-2014

(9)

7

13. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

14. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 7 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi SumaterA Barat Tahun 2005-2025;

15. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 4 tahun 2008 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat, Nomor 1 tahun 2003 tentang Pembentukan Struktur Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Sumatera Barat

16. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 7 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Sumatera Barat Tahun 2005- 2025;

17. Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 5 Tahun 2011 tentang RPJMD Provinsi Sumatera Barat Tahun 2010-2015

(10)

8

1.4 SISTEMATIKA PENULISAN

Penyusunan Rencana Strategis Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2011-2015 disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut : Bab 1 : PENDAHULUAN

Memuat latar belakang, landasan hukum, maksud dan tujuan, serta sistematika Penulisan Renstra Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Barat Tahun 2011-2015

Bab 2 : GAMBARAN PELAYANAN SKPD

Menyampaikan gambaran Tugas, Fungsi, Struktur Organisasi, Sumberdaya SKPD (sumber daya manusia dan sumberdaya institusi), Kinerja Pelayanan, Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan SKPD Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat.

Bab 3 : ISU-ISU STRATEGIS

Menjelaskan isu-isu strategis yang akan dihadapi meliputi identifikasi permasalahan berdasarkan tugas dan fungsi pelayanan, Telaahan Visi, Misi dan Program Kepala Daerah, Telaahan Renstra Kementerian Pertanian dan Renstra Provinsi Sumatera Barat, Telaahan Rencana Tata Ruang

(11)

9

Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis, dan penentuan isu-isu strategis terhadap pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat.

Bab 4 : VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

Merupakan gambaran Visi dan Misi Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat, Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Pembangunan Pertanian, serta Strategi dan Kebijakan berdasarkan tugas pokok dan fungsi dari Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumater Barat.

Bab 5 : RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKATIF

Menjelaskan rencana program, rencana kegiatan, indikator kinerja, kelompok sasaran dan rencana pendanaan indikatif kegiatan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat.

(12)

10 BAB 6 : INDIKATOR KINERJA

Menjelaskan indikator kinerja Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat yang mengacu kepada tujuan dan sasaran RPJMD Provinsi Sumatera Barat

(13)

11

BAB 2

TUGAS POKOK DAN FUNGSI SKPD 2.1. STRUKTUR ORGANISASI

Struktur organisasi Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat terdiri dari :

1. Kepala Dinas.

2. Sekretariat terdiri dari :

a. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian. b. Sub Bagian Keuangan.

c. Sub Bagian Progam.

3. Bidang Tanaman Pangan, terdiri dari. a. Seksi PengembanganPadi.

b. Seksi Pengembangan Palawija. c. Seksi Benih.

4. Bidang Hortikultura, terdiri dari:

a. Seksi Pengembangan Tanaman Buah.

b. Seksi Pengembangan Tanaman Sayuran & Biofarmaka.

c. Seksi Pengembangan Tanaman Hias.

5. Bidang Pengulahan & Pemasaran hasil, Terdiri dari : a. Seksi Pasca Panen.

b. Seksi Pembinaan Usaha & Pengembangan. c. Seksi Standarisasi dan Perizinan.

(14)

12

6. Bidang Sarana dan Prasaran Pertaian, terdiri dari. a. Seksi Pengolahan Lahan dan Air.

b. Seksi Pengawasan Pupuk dan Pestisida. c. Seksi Pengembangan Kelembagaan.

7. Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) terdiri dari : a. Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan

Hortikltura (BPTPH) terdiri dari: - Kepala.

- Sub Bagian Tata Usaha.

- Kelompok Jabatan Fungsional.

b. Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSB-TPH).

- Kepala.

- Sub Bagian Tata Usaha.

- Kelompok Jabatan Fungsional. c. Balai Diklat Pertanian (BDP).

- Kepala.

- Sub Bagian Tata Usaha.

- Kelompok Jabatan Fungsional.

d. Balai Benih Induk Tanaman Pangan dan Hortikultura (BBI-TPH).

- Kepala.

- Sub Bagian Tata Usaha.

- Seksi Pembibitan dan Produksi.

(15)

13

e. Balai Mekanisasi Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikltura (BMP-TPH).

- Kepala.

- Sub Bagian Tata Usaha.

- Kelompok Jabatan Fungsional.

f. Sekolah Pertanian Pembangunan Negeri (SPPN) - Kepala.

- Sub Bagian Tata Usaha.

- Kelompok Jabatan Fungsional

2.2. SUSUNAN KEPEGAWAIAN DAN KELENGKAPAN

2.2.1.SUMBERDAYA MANUSIA

Kondisi Sumberdaya Aparatur Organisasi Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel data pegawai berikut ini.

Tabel 1.

Jumlah Pegawai berdasarkan Kualifikasi Pangkat dan Golongan, dan Jenis Kelamin

NO KERJA UNIT

GOLONGAN RUANG/JENIS KELAMIN GOLONGAN RUANG IV JUMLAH A B C D P W P W P W P W P W 1 PROVINSI 6 6 7 0 1 0 1 0 15 6 2 BPTPH 8 2 3 1 0 0 0 0 11 3 3 BPSBTPH 0 0 3 3 0 0 0 0 3 3 4 BDP TPH 2 0 1 1 2 2 0 0 5 3 5 BBI TPH 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 6 BMP TPH 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0

(16)

14 7 SPP N 5 4 0 1 0 0 0 0 5 5 JUMLAH 21 13 16 6 3 2 1 0 41 21 UNIT KERJA

GOLONGAN RUANG III JUMLAH

NO A B C D P W P W P W P P P W 1 PROVINSI 16 15 13 18 4 9 8 7 41 49 2 BPTPH 7 4 17 10 67 5 44 6 135 25 3 BPSBTPH 2 3 10 8 7 7 7 10 26 28 4 BDP TPH 3 1 8 4 1 1 2 2 14 8 5 BBI TPH 2 3 6 3 2 0 1 3 11 9 6 BMP TPH 0 1 3 0 1 0 1 1 5 2 7 SPP N 1 2 4 2 0 2 2 1 7 7 JUMLAH 31 29 61 45 82 24 65 30 239 128 NO UNIT KERJA

GOLONGAN RUANG II JUMLAH

A B C D P W P W P W P P P W 1 PROVINSI 21 7 2 1 5 5 2 2 30 15 2 BPTPH 14 8 1 0 4 0 0 2 19 10 3 BPSBTPH 0 0 0 0 4 2 4 0 8 2 4 BDP TPH 8 6 0 0 0 0 1 0 9 6 5 BBI TPH 7 3 1 1 2 0 1 0 11 4 6 BMP TPH 7 2 1 0 0 0 0 0 8 2 7 SPP N 6 1 0 0 4 1 0 0 10 2 JUMLAH 63 27 5 2 19 8 8 4 95 41 NO UNIT KERJA

GOLONGAN RUANG I JUMLAH

A B C D P W P W P W P P P W 1 PROVINSI 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 2 BPTPH 0 0 0 0 2 0 0 0 2 0 3 BPSBTPH 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 4 BDP TPH 2 1 0 0 1 0 0 0 3 1 5 BBI TPH 0 0 0 0 2 0 0 0 2 0 6 BMP TPH 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 7 SPP N 1 0 0 0 1 0 1 0 3 0 JUMLAH 3 1 0 0 8 1 1 0 12 2

(17)

15

Potensi pelayanan yang tersedia pada Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat dengan sumberdaya manusia dan kelembagaan merupakan kekuatan untuk dapat melaksanakan tugas - tugas yang dibebankan terutama perannya sebagai penanggung jawab dan simpul koordinasi pembangunan Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura. Selanjutnya potensi pelayanan pembangunan pertanian TPH yang berada pada Kabupaten/Kota akan dapat mendukung upaya – upaya pembangunan beserta seluruh unit kerja yang di Kecamatan/Balai Penyuluhan Pertanian dan para penyuluh pertanian dengan segenap organisasii kemasyarakat yang bergerak di bidang pertanian.

Untuk mendukung penerapan teknologi pertanian, Provinsi Sumatera Barat memiliki Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP). Sedangkan pada unit kerja Dinas Pertanian Tanaman Pangan didukung pula dengan Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) yakni, Balai Proteksi TPH, Balai Benih Induk TPH, Balai Pengawasan Sertifikasi Benih, Balai Diklat Pertanian TPH, Balai Mekanisasi Pertanian TPH, SMK-PP N Padang.

(18)

16 2.2.2.SUMBERDAYA INSTITUSI

A. Balai Benih Induk

Sesuai dengan Keputusan Menteri Pertanian, Balai Benih adalah merupakan institusi perbenihan yang menangani fungsi produksi baik untuk benih sumber maupun benih sebar sekaligus mendistribusikannya kepada produsen. Peran Balai Benih sangat penting dalam mempelopori perkembangan penggunaan benih bermutu varietas unggul padi, palawija dan hortikultura serta penyebar luasan varietas unggul tersebut kepada masyarakat maupun penangkar.

Kegiatan perbenihan lebih ditujukan untuk meningkatkan kinerja para pelaku sistem perbenihan dalam memproduksi benih unggul bermutu, serta bagaimana kemampuan mereka dalam menyediakan benih unggul bermutu tersebut untuk menunjang program pengembangan agribisnis.

B. Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman

Pangan dan Hortikultura

Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih merupakan institusi pengawas yang mempunyai tenaga profesional dan terampil yang dapat mengikuti perkembangan industri perbenihan. Sejalan dengan Undang-undang No. 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah, dan Peraturan Gubernur

(19)

17

No. 82 Tahun 2008 telah menetapkan Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih sebagai Unit Pelaksana Tenis Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat dengan tugas pokok yaitu melaksanakan sebagian tugas teknis operasional Dinas Pertanian Tanaman Pangan terutama penyiapan varietas dan pengawasan mutu benih, pengujian laboratorium serta mengawasi peredaran perbenihan.

C. Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan

Hortikultura

Peningkatan produksi dan produktivitas pangan, pertanian, terus dilakukan untuk mendukung peningkatan ketersediaan pangan dan bahan baku industri. Meningkatnya penerapan budidaya tanaman yang baik (Good Agricultural Practices- GAP), jaminan mutu produk dan budidaya yang ramah lingkungan dan berkelanjutan sesuai SOP (Standard Operational Procedure) merupakan salah satu cara untuk peningkatan produktivitas.

Upaya peningkatan produktivitas tidak akan berhasil jika tidak diiringi dengan upaya penekanan kehilangan hasil akibat serangan Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT)

(20)

18

D. Balai Mekanisasi Pertanian

Balai Mekanisasi Pertanian mempunyai 3 kegiatan utama yang tediri dari :

a. Pengembangan alat ; dilaksanakan dalam rangka efisiensi alat mesin pertanian yang beredarkan ditingkat petani

b. Pelayanan masyarakat

 Bengkel keliling

 Pembuatan Alat

 Pembinaan bengkel pengrajin

 Pelatihan untuk perbaikan dan perawatan bagi operator.

Bengkel - bengkel pertanian yang telah lolos uji sertifikasi telah dapat membuat atau menyediakan peralatan yang dibutuhkan oleh pemerintah.

c. Pengujian Mutu Alsintan

Balai Mekanisasi Pertanian telah pula mendapat sertifikasi untuk mengawasi bengkel-bengkel pertanian yang ada dilapangan

E. SMKPP-N Padang

Sekolah Menengah Kejuruan Pertanian Pembangunan (SMKPP-N Padang adalah merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPTD) Dinas Pertanian

(21)

19

Tanaman Pangan Sumatera Barat, yang berfungsi untuk pendidikan formal dibidang pertanian dan setingkat sekolah menengah atas.

Lokasi persekolahan yang berlokasi di Lubuk Minturun merupakan pindahan dari tempat yang lama yang berada di pusat kota Padang. Sejak tahun 2009 sampai saat ini, fasilitas sarana dan prasarana untuk kelancaran proses belajar dan mengajar bagi siswa dan guru pada SMK-PP terus dilengkapi.

Beberapa fasilitas yang telah dilengkapi tersebut diantaranya adalah labor bahasa, labor kultur jaringan, Ruang pratikum, lahan praktek baik untuk tanaman padi, palawija, hortikultura, dan perkebunan, berbagai jenis tanaman koleksi, asrama, ruang pertemuan serta berbagai sarana olah raga lainya, dengan jumlah guru pengajar 19 orang yang terdiri dari 12 orang guru tetap dan 7 orang guru tidak tetap.

F. Balai Diklat Pertanian

Peningkatan kualitas dan kemampuan SDM pertanian yang profesional pada akhirnya akan mampu menciptakan rumah tangga petani yang handal sebagai pelaku usaha pertanian sekaligus juga sebagai pelaku bisnis. Untuk hal ini Balai Diklat Pertanian setiap tahunnya

(22)

20

terus melakukan pelatihan bagi petugas dan petani baik pelatihan teknis maupun pelatihan non teknis.

2.3. TUPOKSI

Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 4 tahun 2008 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat, Nomor 1 tahun 2003 tentang Pembentukan Struktur Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Sumatera Barat, Organisasi Dinas Pertanian Tanaman Pangan berkedudukan sebagai : 1. Dinas Pertanian Tanaman Pangan merupakan unsur

pelaksana pemerintah daerah di bidang Pertanian Tanaman Pangan

2. Dinas Pertanian Tanaman Pangan dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah.

Dalam menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud diatas, Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintah daerah dibidang Pertanian Tanaman Pangan dan tugas pembantuan dengan fungsi sebagai berikut:

(23)

21

1. Perumusan Kebijakan Teknis dibidang Pertanian Tanaman Pangan .

2. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang pertanian Tanaman Pangan.

3. Pembinaan dan pelaksanaan urusan di bidang Pertanian Tanaman Pangan.

4. Pembinaan Unit Pelaksana Teknis Dinas.

5. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh pimpinan Tugas dan fungsi masing-masing unit kerja pada Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat adalah sebagai berikut :

1. Sekretariat

Sekretariat mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan, pengkoordinasian penyelenggaraan tugas secara terpadu, pelayanan administrasi, dan pelaksanaan dibidang program, keuangan, umum dan kepegawaian. Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana sekretariat mempunyai fungsi : a). Penyelenggaraan koordinasi perencanaan dan program dinas; b). Penyelenggaraan pengkajian perencanaan dan program kesekretariatan; c). Penyelenggaraan pengelolaan urusan keuangan, umum, dan kepegawaian.

(24)

22

2. Bidang Sarana dan Prasarana Pertanian

Bidang Sarana dan Prasarana Pertanian mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang Pengolahan lahan dan air, pengawasan pupuk dan pestisida, serta pengembangan kelembagaan. Untuk menyelenggarakan tugas, Bidang Sarana dan Prasarana Pertanian mempunyai fungsi :a) Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan dibidang Pengolahan lahan dan air; b). Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang pengawasan pupuk dan pestisida; c). Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan dibidang pengembangan kelembagaan.

3. Bidang Tanaman Pangan

Bidang Tanaman Pangan mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang Pengembangan Padi, Pengembangan Palawija dan Benih Untuk menyelenggarakan tugas pokok, Bidang Tanaman Pangan mempunyai fungsi : a). Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang Pengembangan Padi; b). Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis,

(25)

23

pembinaan dan pelaksanaan di bidang Pengembangan Palawija; c). Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan dibidang Benih;.

4. Bidang Hortikultura

Bidang Hortikultura mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang Pengembangan tanaman buah, Pengembangan tanaman sayur, dan Pengembangan Tanaman Hias dan Biofarmaka. Untuk menyelenggarakan tugas pokok, Bidang Hortikultura mempunyai fungsi : a). Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang Pengembangan Tanaman Buah; b). Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang Pengembangan Tanaman Sayur; c). Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang Pengembangan Tanaman Hias dan Biofarmaka.

5. Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil

Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang Pasca panen, pembinaan usaha dan Pemasaran serta Pembinaan standarisasi perizinan. Untuk

(26)

24

menyelenggarakan tugas pokok, Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil mempunyai fungsi : a). Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang Pasca panen; b). Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang pembinaan usaha dan Pemasaran; c). Penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan di bidang Pembinaan standarisasi perizinan.

6. Unit Pelaksana Teknis Dinas

a. Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan

Holtikutura

UPTD Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Holtikultura adalah mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang Dinas Perlindungan Tanaman Pangan dan Holtikultura. Untuk melaksanakan tugas UPTD Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Holtikultura menyelenggarakan fungsi :

- Penyusunan Rencana Pembangunan Teknis Operasional Perlindungan Tanaman Pangan dan Holtikultura;

- Pengkajian dan Analisis Teknis Operasional Perlindungan Tanaman Pangan dan Holtikultura;

(27)

25

- Pengujian dan Persiapan Teknologi Perlindungan Tanaman Pangan dan Holtikultura;

- Pelaksanaan kebijakan teknis Perlindungan Tanaman Pangan dan Holtikultura;

- Pelaksanaan operasional pelayanan kepada masyarakat dengan bidang Perlindungan Tanaman Pangan dan Holtikultura;

- Pelaksanaan operasional tugas teknis Dinas Pertanian Tanaman Pangan sesuai dengan bidang Perlindungan Tanaman Pangan dan Holtikultura;

b. Pengawasan dan Sertifikat Benih

UPTD Balai Pengawasan dan Sertifikat Benih mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasianal dan/atau kegiatan teknis penunjang Dinas dibidang Pengawasan dan Sertifikat Benih. Untuk melaksanakan tugas UPTD Balai Pengawasan dan Sertifikat Benih menyelenggarakan fungsi:

- Penyusunan Rencana Pembangunan Teknis Operasional Pengawasan dan Sertifikat Benih - Pengkajian dan Analisis Teknis Operasianal

(28)

26

- Pengujian dan Persiapan Teknologi Pengawasan dan Sertifikat Benih;

- Pelaksanaan kebijakan teknis Pengawasan dan Sertifikat Benih;

- Pelaksanaan operasional pelayanan kepada masyarakat dengan bidang Pengawasan dan Sertifikat Benih;

- Pelaksanaan operasional tugas teknis Dinas Pertanian Tanaman Pangan sesuai dengan bidang Pengawasan dan Sertifikat Benih;

c. Balai Diklat Pertanian Tanaman dan

Holtikutura

UPTD Balai Diklat Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang Dinas di bidang Diklat Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura. Untuk melaksanakan tugas UPTD Balai Diklat Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura menyelenggarakan fungsi :

- Penyusunan Rencana Pembangunan Teknis Operasional Diklat Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura;

(29)

27

- Pengkajian dan Analisis Teknis Operasional Diklat Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura; - Pengujian dan Persiapan Teknologi Diklat

Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura; - Pelaksanaan kebijakan teknis Diklat Pertanian

Tanaman Pangan dan Holtikultura;

- Pelaksanaan operasional pelayanan kepada masyarakat dengan bidang Diklat Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura;

- Pelaksanaan operasional tugas teknis Dinas Pertanian Tanaman Pangan sesuai dengan bidang Diklat Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura.

d. Balai Benih Induk Tanaman Padi, Palawija dan

Holtikutura

UPTD Balai Benih Induk Tanaman Padi, Palawija dan Holtikultura mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang Dinas di bidang Benih Induk Tanaman Padi, Palawija dan Holtikultura. Untuk melaksanakan tugas UPTD Balai Benih Induk Tanaman Padi, Palawija dan Hortikultura menyelenggarakan fungsi :

(30)

28

- Penyusunan Rencana Pembangunan Teknis Operasional Benih Induk Tanaman Padi, Palawija dan Hortikultura;

- Pengkajian dan Analisis Teknis Operasional Benih Induk Tanaman Padi, Palawija dan Hortikultura; - Pelaksanaan kebijakan Teknologi Benih Induk

Tanaman Padi, Palawija dan Holtikultura;

- Pelaksanaan kebijakan teknis Benih Induk Tanaman Padi, Palawija dan Hortikultura;

- Pelaksanaan operasional pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan bidang Benih Induk Tanaman Padi, Palawija dan Holtikultura

- Pelaksanaan operasional tugas teknis Dinas Pertanian Tanaman Pangan sesuai dengan bidang Benih Induk Tanaman Padi, Palawija dan Hortikultura.

e. Balai Mekanisasi Pertanian Tanaman Pangan

dan Hortikutura

UPTD Balai Mekanisasi Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang Dinas di bidang Mekanisasi Pertanian Tanaman Pangan dan Holtikultura. Untuk melaksanakan tugas UPTD Balai

(31)

29

Mekanisasi Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura menyelenggarakan fungsi :

- Penyusunan Rencana Pembangunan Teknis Operasional Mekanisasi Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura;

- Pengkajian dan Analisis Teknis Operasional Mekanisasi Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura;

- Pelaksanaan kebijakan Teknologi Mekanisasi Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura; - Pelaksanaan kebijakan teknis Mekanisasi

Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura; - Pelaksanaan operasional pelayanan kepada

masyarakat sesuai dengan bidang Mekanisasi Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura; - Pelaksanaan operasional tugas teknis Dinas

Pertanian Tanaman Pangan sesuai dengan bidang Mekanisasi Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura

f. Sekolah Pertanian Pembangunan Negeri

UPTD Sekolah Pertanian Pembangunan Negeri mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasianal dan/atau kegiatan teknis penunjang Dinas di bidang Sekolah Pertanian

(32)

30

Pembangunan Negeri. Untuk melaksanakan tugas UPTD Sekolah Pertanian Pembangunan Negeri menyelenggarakan fungsi:

- Penyusunan Rencana Pembangunan Teknis Operasional Sekolah Pertanian Pembangunan Negeri;

- Pengkajian dan Analisis Teknis Operasianal Sekolah Pertanian Pembangunan Negeri;

- Pengujian dan Persiapan Teknologi Sekolah Pertanian Pembangunan Negeri;

- Pelaksanaan kebijakan teknis Sekolah Pertanian Pembangunan Negeri;

- Pelaksanaan operasional pelayanan kepada masyarakat dengan bidang Sekolah Pertanian Pembangunan Negeri;

- Pelaksanaan operasional tugas teknis Dinas Pertanian Tanaman Pangan sesuai dengan bidang Sekolah Pertanian Pembangunan Negeri;

(33)

31

BAB 3

PROFIL KINERJA PELAYANAN SKPD 3.1. KINERJA PELAYANAN MASA KINI

Pembangunan pertanian memiliki peranan yang cukup penting dalam pembangunan nasional dan regional bukan saja terhadap ketahanan pangan, tetapi juga terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), kesempatan kerja, sumber pendapatan dan perekonomian daerah. Sektor pertanian merupakan salah satu potensi ekonomi utama Sumatera Barat yang dapat menggerakkan perekonomian daerah dan peningkatan pendapatan masyarakat.

Pertumbuhan ekonomi merupakan suatu gambaran mengenai dampak pembangunan yang dilaksanakan. Pertumbuhan tersebut merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi, yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat perubahan ekonomi yang terjadi.

3.1.1. Perkembangan Produksi Komoditas Pertanian

Sumatera Barat adalah merupakan salah satu provinsi penyangga beras nasional di wilayah Sumatera selain Sumatera Utara, Sumatera Selatan, dan Lampung, dan berada di dalam 13 provinsi sentra padi. Capaian

(34)

32

produksi padi 2006-2010 telah menunjukan prestasi sangat baik, yaitu peningkatan produksi padi dari 1.889.489 ton tahun 2006 menjadi 2.211.248 ton pada tahun 2010, atau rata-rata laju pertumbuhan sebesar 4,03 %. Peningkatan produksi jagung juga cukup pesat, dengan rata-rata laju pertumbuhan mencapai 17,63 % pertahun yaitu dari 202.298 ton tahun 2006 menjadi 354.262 ton tahun 2010.

Peningkatan produksi komoditas penting lainnya selama periode 2006-2010 juga menunjukkan rata-rata laju pertumbuhan yang menggembirakan yaitu : Cabe sebesar 9,87 %, Kubis 2,89 %, Tomat 22,91 %, Jeruk 0,67 %, Pisang 27,99 %, dan Markisah 6,50%.

Melanjutkan kemajuan pembangunan pertanian yang telah dicapai sebelumnya, selama periode 2006-2010 pembangunan pertanian tanaman pangan dan hortikultura mencatat berbagai keberhasilan. Semua capaian pembangunan pertanian ini merupakan bentuk nyata dari hasil kerja keras dan kerjasama yang baik dan terus menerus dari para pelaku pembangunan pertanian, yaitu petani, penyuluh, pelaku usaha di bidang pertanian bersama dengan Pemerintah Pusat dan Daerah (Provinsi dan Kabupaten/Kota. Salah satu adalah meningkatnya produksi beberapa komoditi unggulan nasional dan unggulan daerah. Secara lebih lengkap dapat dilihat dari

(35)

33

capaian produksi komoditas pertanian, dan pencapaian kinerja pertanian lainnya sebagai berikut ini.

Tabel 2.

Perkembangan Produksi Padi di Sumatera Barat Tahun 2006 s/d 2010

No. Komoditi Tahun LP 2006 2007 2008 2009 2010 1 Padi 1.889.489 1.938.120 1.965.634 2.105.790 2.211.248 4,03 2 Jagung 202.298 223.233 351.843 404.795 354.262 17,63 3 Kedelai 1.438 1.131 1.459 3.175 1.835 20,77 4 Kc.Tanah 10.116 9.671 10.260 9.207 9.162 (2,27) 5 Kacang Hijau 1.380 1.345 1.434 1.346 1.134 (4,45) 6 Ubi Kayu 133.095 114.551 102.285 115.392 193.188 13,90 7 Ubi Jalar 53.758 53.793 61.817 77.476 104.302 18,73 Tabel 3.

Perkembangan Produksi Sayuran Utama di Sumatera Barat Tahun 2006 s/d 2010

No. Komoditi Tahun LP 2006 2007 2008 2009 2010

1 Cabe 27.265 31.767 32.432 35.777 39.559 9,87 2 Kubis 75.604 85.711 87.316 90.321 83.884 2,89 3 Tomat 22.347 25.577 30.793 33.842 49.712 22,91

Tabel 4.

Perkembangan Produksi Buah-Buahan di Sumatera Barat tahun 2006 s/d 2010

No. Komoditi Tahun LP 2006 2007 2008 2009 2010

1 Jeruk 37.722 20.488 24.555 24.780 31.615 0,67 2 Pisang 39.132 62.129 80.933 91.938 100.524 27,99 3 Markisah 94.286 91.066 118.118 100.702 114.930 6,42 3.1.2. Pelaksanaan Kegiatan Pembangunan

Pertanian TPH.

(36)

34

Upaya peningkatan produksi dan produktivitas padi dengan penerapan program Padi Tanam Sabatang (PTS) untuk efisiensi usahatani, telah tersosialisasi di kab/kota. Program Padi Tanam Sabatang mampu mengangkat produktivitas padi rata-rata 7,18 kw / ha.

Peningkatan produksi jagung disebabkan karena peningkatan luas panen karena meningkatnya animo petani dan peningkatan luas pertanaman terutama melalui pemanfaatan lahan yang pengairannya tidak memungkinkan untuk tanaman padi. Sedangkan peningkatan produktivitas terutama disebabkan karena meningkatnya penggunaan benih hybrida.

Pemberdayaan ekonomi masyarakat khususnya petani tidak hanya melalui peningkatan produktivitas padi dan palawija saja, namun pengembangan komoditi hortikultura (sayuran, buah-buahan dan tanaman hias) juga mendapat perhatian yang lebih. Produk hortikultura Sumatera Barat juga merupakan komoditi andalan karena disamping untuk memenuhi kebutuhan lokal, Komoditi hortikultura terutama sayuran dan buah-buahan telah di pasarkan keluar Sumatera Barat. Dalam hal komoditi hortikultura, Sumatera Barat salah satu sentra produksi sayuran di samping Provinsi Sumatera Utara. Sumatera Barat mempunyai dataran tinggi dan dataran rendah di mana semua jenis sayuran bisa tumbuh, serta punya

(37)

35

keunggulan komperatif dan keunggulan kompetitif. Untuk dapat meningkatkan mutu dan daya saing telah diupayakan dengan jalan penerapan GAP/SOP dan registrasi kebun.

Berbagai program dan kegiatan terus dilakukan untuk meningkatkan produksi sayuran dan buah-buahan di Sumatera Barat antara lain adalah :

1. Memantapkan pengembangan kawasan sentra produksi

2. Memfasilitasi berkembangnya usaha agribisnis komoditi unggulan

3. Mengembangkan sistem dan industri perbenihan 4. Penguasaan dan penerapan teknologi spesifik lokasi

dan ramah lingkungan

5. Pembinaan/Penerapan GAP, SOP, GHP/GMP dan lain-lain.

6. Pengembangan pembibitan buah-buahan untuk pengembangan buah-buahan dipekarangan rumah petani.

7. Memperkuat kelembagaan usaha dan kemitraan agribisnis

8. Memfasiltasi pemasaran produk melalui penyediaan informasi pasar

(38)

36

b. Pengembangan Pertanian Organik

Upaya meningkatkan kualitas produk pertanian yang aman dan ramah lingkungan yang sesuai dengan tuntutan pasar, pertanian organik merupakan jawaban yang harus diupayakan pengembangannya. Pada tahun 2006-2010 telah dilakukan pembinaan penumbuhan dan pengembangan kawasan pertanian organik dalam bentuk : demplot-demplot, peningkatan penggunaan kompos jerami, pengembangan Kawasan Pertanian Organik di beberapa Kabupaten antara lain Kabupaten Tanah Datar, Solok, Agam, Lima Puluh Kota, Payakumbuh, dan Padang Panjang, serta pelaksanaan magang Pertanian Organik.

Aktivitas dan operasional yang dilakukan dalam rangka pengembangan kawasan / sentra produksi pertanian organik meliputi Insentif Petani Produksi Pangan Organik, pengembangan kawasan agribisnis sayuran organik, pelatihan petugas, Sekolah Lapang Pertanian Organik (SLAPO), magang petani dalam rangka pengendalian mutu dan fasilitasi Outlet untuk pemasaran produk pangan organik. Pengembangan pertanian organik tidak hanya terfokus pada komoditi hortikultura, melainkan juga diterapkan pada komoditi tanaman pangan terutama padi.

(39)

37

Pembangunan pertanian diwujudkan dalam rangka peningkatan kesejahteraan petani. Indikator yang dapat digunakan untuk menggambarkan kesejahteraan petani, antara lain meningkatnya pendapatan, tingkat upah dan daya beli yang diukur dengan nilai tukar petani (NTP), serta terbukanya akses bagi setiap pelaku usaha pertanian terhadap sumberdaya produktif pertanian (modal, informasi, teknologi, lahan dan air).

Pemberdayaan petani secara langsung dilakukan melalui pelatihan, sekolah lapang, pembuatan demplot percontohan, kegiatan magang dan pelatihan penyuluh swakarsa, sedangkan pemberdayaan tidak langsung berupa penyebaran informasi (poster, leaflet, brosur, VCD, dan tabloid), kerjasama dengan Radio/Televisi dan pembinaan kelembagaan. Realisasi kegiatan ini meningkat setiap tahun karena diyakini melalui pemberdayaan petani akan dapat dicapai perbaikan, peningkatan produksi yang berimplikasi peningkatan pendapatan petani.

d. Perluasan Areal Tanam dan Perbaikan

Infrastruktur Pertanian

Perluasan areal tanam merupakan salah satu upaya peningkatan produksi tanaman pangan dan hortikultura,

(40)

38

yakni melalui penambahan luas baku lahan, peningkatan luas tanam pada lahan-lahan yang berpotensi untuk ditingkatkan IP-nya, optimalisasi lahan-lahan terlantar serta rehabilitasi dan konservasi lahan. Disamping itu untuk mendukung peningkatan produksi telah dilakukan perbaikan dan pembangunan infrastruktur pertanian yang menunjang usaha pertanaman dan perbaikan mutu produksi, perbaikan Jaringan Irigasi Tingkat Usaha Tani (JITUT), perbaikan irigasi Desa (JIDES), pembuatan embung, pengembangan irigasi permukaan, optimalisasi lahan, dan cetak sawah.

e. Peningkatan Efisiensi Usaha Tani, Mutu Produksi

dan Nilai Tambah

Efisiensi usaha tani dilakukan dengan melaksanakan input teknologi yang tepat guna dan murah, sehingga mereduksi biaya produksi, menekan kehilangan hasil dan pengendalian organisme pengganggu tanaman. Perbaikan mutu produksi perlu dilakukan mulai dari pra panen sampai dengan pasca panen, antara lain perbaikan mutu benih, perbaikan input teknologi, perbaikan cara panen dan penangan pengolahan hasil yang berkaitan dengan mutu produksi sehingga meningkatkan daya saing. Disamping itu untuk mencari nilai tambah produksi dilakukan pembinaan kelembagaan UP3HP (Unit Pelayanan, Pengolahan, Pemasaran hasil Pertanian).

(41)

39

f. Revitalisasi Penyuluhan Pertanian

Pendekatan Penyuluhan pertanian dan pendampingan terhadap petani sangat penting dalam pengembangan pertanian di Sumatera Barat, khususnya mencapai peningkatan produksi dan pendapatan usaha pertanian. Penyuluhan mendukung peningkatan usaha tani, berbisnis usahatani yang lebih baik, organisasi yang lebih efektif serta sarana dialog yang produktif untuk pemberdayaan petani.

Atas dasar itulah Dinas Pertanian Tanaman Pangan, sesuai dengan kewenangan dan tanggung jawab dalam pelaksanaan pembangunan pertanian untuk mencapai tujuan yang telah digariskan, akan dapat diukur dengan beberapa indikator : (a) Pertumbuhan PDRB pertanian tanaman pangan dan hortikultura, (b) Perkembangan produksi komoditas pertanian, (c) Peranan kelembagaan tani (d) Berkembangnya pertanian organik dan LEISA, dan (e) Meningkatnya jumlah tenaga kerja usaha dibidang tanaman pangan dan hortikultura.

3.1.2. Dukungan Anggaran

Penganggaran berbasis kinerja adalah suatu sistem anggaran yang mengutamakan upaya pencapaian keluaran daripada menitikberatkan alokasi biaya atau input semata.

(42)

40

Output (keluaran) menunjukkan barang atau jasa yang dihasilkan dari program atau kegiatan sesuai dengan input yang digunakan. Input (masukan) adalah besarnya sumber dana, sumber daya manusia, material, waktu dan teknologi yang digunakan untuk melaksanakan suatu program atau kegiatan. Dalam anggaran berbasis kinerja, setiap penggunaan sumber daya yang direncanakan harus dapat dikaitkan dengan produk berupa barang atau jasa yang akan dihasilkan.

Alokasi anggaran fasilitasi pada Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat Tahun 2006– 2010 adalah sebagai berikut :

Tabel 5.

Alokasi Anggaran Dan Realisasi Pendanaan 2006 – 2010

Sumber Anggaran

Realisasi Anggaran Pada Tahun ke (x1000)

2006 2007 2008 2009 2010 APBN Dinas Provinsi 32.703.995,00 38.863.761,00 41.101.024,00 17.384.124,00 37.054.586,00 APBD Diperta Sumbar 2.490.195,40 3.330.953,50 3.651.793,46 9.680.135,.45 33.704.526,00 APBN Dinas Kab/Kota 48.131.936,00 63.755.050,00 48.926.990,00 50.667.346,00 17.872.175,00 3.2. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN

Fokus pembangunan pertanian tanaman pangan dan hortikultura adalah peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani melalui pengembangan ekonomi

(43)

41

rakyat, yang bersumber bukan hanya dari kegiatan usaha tani (on - farm) saja, tetapi justru sebagian besar dari kegiatan di luar usaha tani (off – farm). Beberapa permasalahan dalam pembangunan pertanian tanaman pangan dan hortikultura antara lain adalah :

a. Rendahnya Kesadaran Masyarakat Terhadap

Konservasi Lahan

Dari tahun ke tahun terlihat bahwa tingkat kesuburan lahan sawah di Indonesia dan di Sumatera Barat khususnya semakin menurun. Berdasarkan hasil penelitian Badan Litbang Pertanian, dari luas lahan sawah beririgasi di Indonesia sekitar 5 juta hektar, sekitar 65% diantarannya mempunyai kandungan bahan organik rendah sampai sedang (kurang dari 2%), sedangkan dalam kondisi normal lahan sawah subur mengandung bahan organik minimal 3%.

Degradasi lahan sawah terutama makin menurunnya kandungan bahan organik disebabkan oleh kesalahan dalam pengelolaan lahan dan pencemaran lingkungan. Faktor penyebab degradasi lahan antara lain adalah pencemaran oleh bahan kimia secara berlebihan terutama pupuk dan pestisida kimia sintetis, kebiasaan petani mengangkut ke luar lahan atau membakar jerami, rendahnya penggunaan pupuk organik seperti kompos atau pupuk kandang. Dari berbagai fakor penyebab

(44)

42

degaradasi lahan tersebut akar permasalahannya adalah rendahnya pemahaman dan kesadaran masyarakat khususnya petani terhadap konservasi lahan pertanian.

b. Kurang Optimalnya Pemanfaatan Lahan

Optimalisasi pemanfaatan lahan belum membudaya dikalangan petani. Hal ini dapat dilihat masih banyaknya lahan kosong, indek pertanaman yang rendah, belum dimanfaatkannya lahan pekarangan dan sistim budidaya polikultur yang belum banyak diterapkan petani. Kondisi ini selain tidak dapat meningkatkan nilai guna lahan juga dapat menggganggu upaya konservasi lahan.

c. Terbatasnya ketersediaan infrastruktur serta

prasarana lahan dan air

Salah satu prasarana pertanian yang saat ini keberadaanya sangat memprihatinkan adalah ketersediaan irigasi. Banyaknya jaringan irigasi yang rusak mengakibatkan daya dukung irigasi bagi pertanian tidak mencukupi. Kerusakan ini terutama diakibatkan banjir, kerusakan sumberdaya alam di daerah aliran sungai, bencana alam serta kurangnya pemeliharaan jaringan irigasi hingga ke tingkat usaha tani.

Prasarana usahatani lain yang sangat dibutuhkan masyarakat dan pedagang komoditas pertanian namun keberadaannya masih terbatas adalah jalan usahatani,

(45)

43

jalan produksi, balai-balai penyuluhan serta pasar-pasar yang spesifik bagi komoditas.

d. Diversifikasi Usaha Tani Yang Rendah

Keluarga miskin di Sumatera Barat masih didominasi oleh Rumah Tangga Petani (RTP), dimana dari 312.600 KK terdapat 115.215 KK (36,65%) adalah RTP yang menggantungkan kehidupan pada subsektor tanaman pangan. Salah satu penyebab utama dari keadaan diatas adalah rendahnya jam kerja efektif RTP yang pada giliran menyebabkan rendahnya pendapatan petani setiap priode usaha. Rendahnya jam kerja efektif RTP sangat berkaitan erat dengan tingkat diversifikasi usaha tani, dimana saat ini indeks pekerjaan petani baru mencapai 1,8 yang artinya tiap RTP masih belum mempunyai jenis 2 jenis usaha tani.

e. Belum Tercapainya Efisiensi yang Lebih dari

Kegiatan Usaha Tani

Pendekatan program yang hanya berorientasi terhadap uapaya peningkatan produksi cenderung menyebabkan ekploitasi sumber daya alam yang berlebihan dan tidak efisiennya kegiatan usaha tani.

(46)

44

Kondisi ini menyebabkan tidak tercapainya efisiensi usaha tani yang pada gilirannya menyebabkan rendahnya keuntungan yang diterima petani.

f. Lemahnya Kelembagaan Petani

Salah satu strategi dalam menggerakkan petani dalam pembangunan pertanian adalah melalui pemberdayaan kelembagaan tani. Kelembagaan tani berperan sebagai jembatan antara petani dan pemerintah serta dapat menjadi wadah advokasi dan penyampaian aspirasi petani. Kelembagaan tani yang kuat dan mandiri dapat menjadi mitra pemerintah dalam melaksanakan pembangunan pertanian yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan dan kemandirian petani. Namun pada saat ini kelembagaan petani belum kuat dan mandiri, sehingga belum dapat berperan secara optimal sebagai mitra pemerintah dan penyalur aspirasi petani.

g. Belum Kuatnya Sistim Penyuluhan

Sistim penyuluham pertanian dibangun oleh subsistim sumberdaya personil, subsistim kelembagaan, subsistim sarana dan subsistim metode penyuluhan. Disadari bahwa pada saat ini sistim penyuluhan belum

(47)

45

kuat, sehingga belum mampu secara optimal untuk melakukan pemberdayaan petani dan kelembagaan petani. Faktor penyebab belum kuatnya sistim penyuluhan adalah keterbatasan penyuluh baik dari segi jumlah maupun kompotensi, kelembagaan penyuluhan yang belum mandiri dan inovatif, kurangnya sarana serta metode yang belum sesuai dengan perkembangan sosial ekonomi masyarakat petani.

h. Tingginya Kehilangan Hasil Pertanian

Upaya peningkatan produktivitas tidak akan berhasil jika tidak diiringi dengan upaya penekanan kehilangan hasil. Dalam proses produksi, panen dan pasca panen serta pengolahan hasil terjafi kehilangan hasil yang cukup tinggi (10,09%). Kondisi ini belum termasuk akibat serangan oranisme pengganggu tanaman (OPT) dan kerusakan akibat bencana alam.

i. Rendahnya Peningkatan Nilai Tambah Produk

Pertanian

Salah satu strategi untuk meningkatkan pendapatan petani adalah melalui peningkatan nilai tambah produk pertanian. Namun pada saat ini

(48)

46

peningkatan nilai tambah produk pertanian masih rendah. Rendahnya peningkatan nilai tambah produk pertanian disebabkan oleh belum tersedianya peralatan yang memadai dan penguasaan teknologi oleh petani.

j. Sistim Bantuan Benih yang Tidak Memihak

Petani

Benih merupakan salah satu faktor penentu dalam keberhasilan usaha tani. Ketersediaan benih unggul dan bermutu belum dapat memenuhi kebutuhan petani baik dari aspek jumlah dan waktu yang sesuai dengan kegiatan usaha tani. Walaupun pemerintah telah memberikan bantuan benih melalui berbagai kegiatan, namun sistim pemberian bantuan belum memihak kepada petani, sehingga bantuan tersebut kurang tepat guna dan bernilai guna.

k. Subsidi Pupuk Organik yang Tidak Tepat Sasaran

Upaya memperbaiki atau meningkatkan kualitas kesuburan lahan dapat dilakukan melalui pemberian bahan organik. Bahan organik yang dgunakan berasal dari kompos yang menggunakan bahan baku utama limbah pertanian atau pupuk kandang dari limbah ternak. Salah satu strategi untuk mendorong penggunaan bahan organik dalam memperbaiki kesuburan lahan adalah dengan pemberian subsidi pupuk organik, namun sistim pemberian

(49)

47

subsidi pupuk organik belum tepat. Saat ini subsidi pupuk organik diberikan kepada swasta/produsen. Idealnya subsidi pupuk organik adalah untuk petani, karena pupuk organik dapat dibuat oleh petani dan untuk keperluan petani.

l. Masih Lemahnya Permodalan Petani

Salah satu persoalan dalam meningkatkan pendapatan petani adalah lemahnya permodalan dan akses petani ke lembaga permodalan. Masalah ini cukup serius yang perlu mendapat perhatian khusus. Untuk mengatasi persolan tersebut perlu dilakukan penguatan permodalan dan meningkatkan akses petani ke lembaga keuangan, baik di Propinsi maupun di kabupaten/kota.

m. Lemahnya Koordinasi Antar Lembaga Terkait dan

Birokrasi

Kinerja pembangunan pertanian Tanaman Pangan Hortikultura sangat ditentukan oleh keterpaduan diantara subsistem pendukungnya, yaitu mulai dari subsistem hulu, subsistem budidaya usaha tani (on-farm) subsistem hilir (pengolahan dan pemasaran) dan subsistem pendukung (keuangan pendidikan dan transportasi). Keterkaitan antar subsistem sangat erat namun penanganannya terkait dengan kebijakan berbagai sektor. Sementara Dinas Pertanian Tanaman Pangan Hortikultura hanya memiliki

(50)

48

kewenangan dalam aspek budidaya/usahatani. Lemahnya koordinasi terjadi juga antara pemerintah provinsi daerah (provinsi dengan kabupaten/kota) serta antara pemerintah Kabupaten/Kota.

Berdasarkan identifikasi permasalahan dalam tugas dan fungsi pelayanan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat di atas, maka faktor kunci keberhasilan dapat diuraikan sebagai berikut:

3.1.2.1. Peningkatan mutu sumber daya pertanian (Sumber Daya Manusia, dan Sumber Daya Alam).

4. Perbaikan infrastruktur pertanian (jalan usaha tani, jaringan irigasi).

5. Peningkatan penerapan teknologi pertanian.

6. Peningkatan produksi, produktivitas, mutu dan keamanan pangan produk pertanian.

7. Peningkatan peran/kompetensi petugas lapang (POPT, Penyuluh, PBT, dan PIP) dan petani/kelompok tani. 8. Penumbuhan dan penguatan kelembagaan usaha tani. 9. Peningkatan mutu hasil pertanian yang memenuhi

standar dan berdaya saing.

10. Penumbuhan kemitraan dan pemanfaatan peluang pasar baik dalam dan luar daerah

(51)

49

11. Peningkatan akses petani/kelompok tani ke sumber pembiayaan.

12. Peningkatan koordinasi dan sinergitas antar unit kerja lingkup Dinas Pertanian Tanaman Pangan.

3.3. TELAAHAN VISI, MISI, DAN PROGRAM KEPALA DAERAH

Pembangunan Daerah adalah pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat yang nyata, baik dalam aspek pendapatan, kesempatan kerja, lapangan berusaha, akses terhadap pengambilan kebijakan, berdaya saing, maupun peningkatan indeks pembangunan manusia.

Visi pembangunan jangka panjang daerah Provinsi Sumatera Barat untuk Tahun 2025 adalah ”Menjadi Provinsi Terkemuka Berbasis Sumberdaya Manusia Yang Agamais Pada Tahun 2025”.

RPJMD Provinsi Sumatera Barat Tahun 2010-2015 merupakan Penjabaran Visi, Misi, dan Program Gubernur kedalam strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, program prioritas Gubernur dan arah kebijakan keuangan daerah, dengan mempertimbangkan RPJPD Sumatera Barat.

(52)

50

Dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, permasalahan dan memperhatikan prioritas nasional, serta mengakomodir visi, misi, program kepala daerah terpilih, maka visi pemerintah daerah Provinsi Sumatera Barat Tahun 2010-2015 adalah : Terwujudnya Masyarakat Sumatera Barat Madani yang Adil, Sejahtera dan Bermartabat.

Masyarakat Madani yang dimaksudkan disini adalah suatu masyarakat berperadaban tinggi dan maju yang berbasis pada nilai-nilai, norma hukum, moral yang ditopang oleh keimanan.

Adil yang dimaksudkan disini adalah suatu kondisi masyarakat yang dapat menjaga kebutuhan, kepentingan dan hak seluruh anggota masyarakat sesuai dengan azas kepatutan dan kewajaran.

Sejahtera dalam hal ini dimaksudkan adalah suatu kondisi masyarakat yang sudah cukup makmur yang ditandai oleh pendapatan masyarakat yang sudah dapat memenuhi kebutuhan yang diperlukan, tingkat pengangguran dan kemiskinan sudah sangat rendah, pendidikan yang sudah cukup tinggi dan berbadan sehat dan kuat.

Bermartabat dalam hal ini dimaksudkan sebagai suatu kondisi masyarakat dimana hak azasi manusia sudah

(53)

51

terjamin dengan baik, bebas dari tekanan dan rasa takut dan mendapat perlindungan hukum yang cukup dari negara.

Misi pembangunan jangka menengah daerah Provinsi Sumatera Barat sebagai berikut:

1. Mewujudkan tata kehidupan yang harmonis, agamais, beradat, dan berbudaya berdasarkan falsafah ”Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi Kitabullah”;

2. Mewujudkan tata-pemerintahan yang baik, bersih dan profesional;

3. Mewujudkan sumberdaya manusia yang cerdas, sehat, beriman, dan berkualitas tinggi;

4. Mewujudkan ekonomi masyarakat yang tangguh, produktif, berbasis kerakyatan, berdayasaing regional dan global;

5. Mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Sumatera Barat Tahun 2010-2015, adalah rencana pelaksanaan tahap ke dua dari pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Sumatera Barat Tahun 2005-2025. Penekanan dan skala prioritas pembangunan pada RPJM ke 2 ini secara umum ditujukan untuk terwujudnya pemantapan landasan pembangunan

(54)

52

dengan penekanan kepada peningkatan kualitas sumber daya manusia dan pemanfaatan teknologi maju di bidang pertanian, perdagangan dan jasa.

Sesuai dengan RPJMD Sumatera Barat tahun 2010- 2015, maka dari 5 misi pembangunan jangka menengah Sumatera Barat, terdapat 1 (satu) misi yang merupakan sasaran yang harus dicapai Dinas Pertanian Tanaman Pangan yaitu pada Misi 4 : “Mewujudkan ekonomi masyarakat yang tangguh, produktif, berbasis kerakyatan,

berdayasaing regional dan global” dengan beberapa

sasaran utama yang terkait dengan pembangunan pertanian adalah sebagai berikut :

1. Meningkatnya kualitas dan produktivitas berbagai komoditi pertanian

2. Meningkatnya jumlah dan luas kawasan sentra produksi komoditi unggulan bidang pertanian

3. Berkembangnya industri pengolahan hasil pertanian (Agroindustri)

4. Meningkatnya kesejahteraan petani

5. Meningkatnya pengelolaan sumberdaya air

Strategi yang ditempuh untuk mencapai Misi 4 pada prioritas pengembangan pertanian berbasis komoditi kawasan dan komoditi unggulan, adalah sebagai berikut : meningkatkan produksi dan penanganan pasca panen

(55)

53

komoditi unggulan pertanian, mengembangkan sentra produksi komoditi pertanian unggulan bidang pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan, mengembangkan industri pengolahan hasil pertanian (agro-industri), memperkuat manajemen untuk mengelola resiko usaha pertanian, mengembangkan pembinaan untuk menerapkan pertanian maju, dan menambah jam kerja petani dengan usaha pertanian lain.

3.4. TELAAHAN RENSTRA K/L DAN RENSTRA PROVINSI

Renstra Kementerian Pertanian Tahun 2010-2014 merupakan acuan dan arahan pembangunan pertanian untuk memposisikan kembali pertanian sebagai motor penggerak pembangunan nasional melalui pencapaian 4 Target Utama pembangunan pertanian ke depan, yaitu: 1. Pencapaian Swasembada dan Swasembada

Berkelanjutan.

2. Peningkatan Diversifikasi Pangan.

3. Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing, dan Ekspor. 4. Peningkatan Kesejahteraan Petani

Upaya mencapai target utama pembagunan pertanian tersebut dihadapkan pada kondisi permasalahan dan tantangan pembangunan pertanian yang tidak ringan, di samping juga gerak dinamika lingkungan strategis

(56)

54

internasional, regional dan lokal yang semakin kompleks. Untuk menghadapi kondisi tersebut Kementerian Pertanian akan menerapkan Strategi 7 GEMA Revitalisasi yaitu : 1. Revitalisasi lahan

2. Revitalisasi perbenihan dan perbibitan 3. Revitalisasi infrastruktur dan sarana 4. Revitalisasi sumber daya manusia 5. Revitalisasi pembiayaan petani 6. Revitalisasi kelembagaan petani

7. Revitalisasi teknologi dan industri hilir.

Dalam implementasi 7 GEMA Revitalisasi ini di lapangan membutuhkan kerjasama dan komitmen oleh para pelaku pembangunan pertanian di berbagai jenjang pemerintahan yang disesuaikan dengan karakteristik prospek dan potensi yang ada di masing-masing daerah.

Visi Kementerian Pertanian “Terwujudnya Pertanian

Industrial Unggul Berkelanjutan Yang Berbasis

Sumberdaya Lokal Untuk Meningkatkan Kemandirian Pangan, Nilai Tambah, Daya Saing, Ekspor dan Kesejahteraan Petani”. Untuk mewujudkan visi tersebut maka misi Kementerian Pertanian adalah :

12.1.1.1. Mewujudkan sistem pertanian berkelanjutan yang efisien, berbasis iptek dan sumberdaya lokal, serta berwawasan lingkungan melalui pendekatan sistem agribisnis.

(57)

55

12.1.1.2. Menciptakan keseimbangan ekosistem pertanian yang mendukung keberlanjutan peningkatan produksi dan produktivitas untuk meningkatkan kemandirian pangan.

12.1.1.3. Mengamankan plasma-nutfah dan meningkatkan pendayagunaannya untuk mendukung diversifikasi dan ketahanan pangan.

12.1.1.4. Menjadikan petani yang kreatif, inovatif, dan mandiri serta mampu memanfaatkan iptek dan sumberdaya lokal untuk menghasilkan produk pertanian berdaya saing tinggi.

12.1.1.5. Meningkatkan produk pangan segar dan olahan yang aman, sehat, utuh dan halal (ASUH) dikonsumsi. 12.1.1.6. Meningkatkan produksi dan mutu produk

pertanian sebagai bahan baku industri.

12.1.1.7. Mewujudkan usaha pertanian yang terintegrasi secara vertikal dan horisontal guna menumbuhkan usaha ekonomi produktif dan menciptakan lapangan kerja di pedesaan.

12.1.1.8. Mengembangkan industri hilir pertanian yang terintegrasi dengan sumberdaya lokal untuk memenuhi permintaan pasar domestik, regional dan internasional

(58)

56

12.1.1.9. Mendorong terwujudnya sistem kemitraan usaha dan perdagangan komoditas pertanian yang sehat, jujur dan berkeadilan.

12.1.1.10. Meningkatkan kualitas kinerja dan pelayanan aparatur pemerintah bidang pertanian yang amanah dan professional

Kementerian Pertanian menetapkan 5 (lima) tujuan pembangunan pertanian yaitu :

1. Mewujudkan sistem pertanian industrial unggul berkelanjutan yang berbasis sumberdaya lokal.

2. Meningkatkan dan memantapkan swasembada berkelanjutan.

3. Menumbuhkembangkan ketahanan pangan dan gizi termasuk diversifikasi pangan.

4. Meningkatkan nilai tambah, daya saing dan ekspor produk pertanian.

5. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani. Sejalan dengan semangat reformasi dan penyelengaraan pemerintah yang baik (good governance) oleh pemerintah yang bersih (clean goverment) maka selayaknya pula semangat reformasi dijadikan sebagai ruh (semangat) di dalam pelaksanaan pembangunan oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Sumatera Barat. Semangat penyelengaraan pemerintah yang baik oleh

(59)

57

sesuatu Pemerintah yang bersih di harapkan dapat menghasilkan pembangunan khususnya di subsektor Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura yang bermanfaat dan dipergunakan sebesar besarnya untuk kepentingan dan kesejahteraan rakyat (petani).

Adanya ruh yang merupakan suatu nilai (value) dan jiwa (spirit) akan mampu dijadikan dasar yang kuat agar tidak terjadinya penyimpangan pencapaian tujuan yang telah dituangkan dalam rencana pembangunan selama 5 (lima) tahun, hal ini disebabkan karena bagi pembangunan sub sektor Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura yang objeknya benda hidup yakni keluarga petani (manusia) tanaman dan lingkungannya (human activity system) justru karena itu ruh pembangunan sangat diperlukan. Dengan adanya ruh pembanguan Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura tidak bersifat ekploitasi dan merusak kelestarian lingkungan dari objek pembangunan.

Diharapkan kondisi dalam melakukan pembangunan yang dirancang melalui Renstra 2011-2015 akan mempunyai ruh yang bersih dan peduli dengan pengabdian yang bersih dan bebas dari KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme), amanah transparan dan akuntabel serta peduli dengan arti bahwa terlaksananya upaya pembangunan dengan memberikan fasilitasi, pelayanan,

(60)

58

perlindungan, pembekalan, pemberdayaan dan keberpihakan terhadap kepentingan umum (keluarga petani) di atas kepentingan pribadi dan golongan (demokratis) dan aspiratif.

Bagian alur penyusunan Renstra Dinas Pertanian Tanaman Pangan Sumatera Barat adalah sebagai berikut:

Gambar 1.

Bagan Alur Penyusunan Renstra

I. II. III. IV. V.

Dari kondisi yang dicapai tahun 2006 – 2010 maka perlu dilakukan upaya - upaya untuk 5 (lima) tahun kedepan melalui peningkatan produktifitas tenaga kerja rumah tangga petani dengan pengembangan usaha secara vertikal dan horizontal, sasaran tenaga kerja adalah pada umur < 30 th, dan umur petani 31 - 40 th. Sehingga tenaga kerja yang produktif akan mampu meningkatkan

TUGAS POKOK

DAN FUNGSI

FALSAFAH

Visi Misi Tujuan Sasaran

n Strategi * Kebijakan * Program * Kegiatan pokok Analisis Strategis

 Kondisi Saat Ini

 Potensi, Permasalahan dan Tantangan

 Kondisi Yang Diingikan

Mandat :

 Peraturan Gubernur SB. No. 74 Thn. 2005

(61)

59

nilai tambah produksi dan daya saing. Adapun kondisi yang diinginkan adalah:

a. Meningkatnya produksi dan mutu hasil tanaman pangan dan hortikultura melalui pengembangan komoditi unggulan nasional dan unggulan daerah berbasis nagari dan kawasan yang pada akhir mampu memenuhi permintaan dan persaingan pasar.

Peningkatan produksi dan produktivitas pangan, pertanian, terus dilakukan untuk mendukung peningkatan ketersediaan pangan dan bahan baku industri.

Meningkatnya penerapan budidaya tanaman yang baik (Good Agricultural Practices- GAP) untuk peningkatan produktivitas, jaminan mutu produk dan budidaya yang ramah lingkungan dan berkelanjutan sesuai SOP (Standard Operational Procedure).

Tuntutan masyarakat akan produk yang bermutu telah menjadi hal yang mutlak untuk diperhatikan baik untuk produk jadi maupun produk bahan baku/setengah jadi. penerapan Good Handling Practices (GHP) adalah salah satu persyaratan yang harus dilakukan dalam penerapan system jaminan mutu dan keamanan pangan.

b. Mantapnya sistem kelembagaan melalui pendekatan penyuluhan pertanian dan pendampingan terhadap

Gambar

Tabel Revisi Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah

Referensi

Dokumen terkait

Target kinerja IKU Persentase Kualitas Pelaksanaan Anggaran KPPN yang ditetapkan dalam Kontrak Kinerja Tahun 2020 adalah sebesar 95% dengan periode pelaporan secara triwulanan

Indikator Persentase Terlaksananya Penanggulangan Faktor Risiko dan Pelayanan Kesehatan Pada Wilayah Kondisi Matra Yang Dicapai melalui kegiatan Vaksinasi

9 Hal ini sesuai menurut Zin (2004) bahwa faktor Meningkatkan komitmen organisasi adalah perusahaan harus mengembangkan kualitas kehidupan kerja dengan

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala curahan rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat

Oleh peraturan pelaksana mengenai konversi, pemohon pendaftaran tanah-tanah adat obyek konversi cukup menunjukan tanda bukti hak, surat keterangan Kepala Desa/Lurah

Tujuan dari Penyusunan Perubahan Rencana Strategis Badan Keuangan Dan Aset Daerah Tahun 2016–2021 adalah sebagai acuan dalam penyusunan Rencana Kerja (Renja) Badan

Sinyal jantung dideteksi dengan rangkaian pendeteksi denyut jantung yang terdiri dari rangkaian penguat biopotensial,50 Hz notch filter, rangkaian threshold, komparator dan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemberian tepung maggot dengan taraf (2%,3%,4%) dalam pakan tidak memberikan pengaruh terhadap kualitas eksterior