GERAKAN NASIONAL
PENYELAMATAN SUMBER DAYA
ALAM INDONESIA
•
Sektor Kelautan
•
Sektor Pertambangan
•
Sektor Kehutanan dan Perkebunan
Rapat Teknis
Prov. Jabar, Jateng, DIY, Jatim
Bumi, air dan
kekayaan alam
yang terkandung
didalamnya
dikuasai oleh
Negara
dan
dipergunakan
untuk
sebesar-besar
kemakmuran
Rakyat
. (Ps. 33 (3)
UUD 1945.
Penjelasan UU 30/2002 tentang KOMISI PEBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI
Tindak pidana korupsi:
1. Bencana tidak saja terhadap kehidupan perekonomian nasional tetapi juga pada
kehidupan berbangsa dan bernegara;
2. Pelanggaran terhadap hak-hak sosial dan hak-hak ekonomi masyarakat;
3. Tidak lagi kejahatan biasa melainkan telah menjadi suatu kejahatan luar biasa; 4. Pemberantasannya dituntut cara-cara yang luar biasa;
5. Pemberantasannya dilakukan secara optimal, intensif, efektif, profesional serta berkesinambungan.
KPK:
1. Dapat menyusun jaringan kerja (networking) yang kuat;
2. Memperlakukan institusi yang ada sebagai "counterpartner" yang kondusif agar pemberantasan korupsi dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif;
3. Berfungsi sebagai pemicu dan pemberdayaan institusi yang telah ada dalam pemberantasan korupsi (trigger mechanism);
4. Berfungsi untuk melakukan supervisi dan memantau institusi yang telah ada; 5. Memungkinkan masyarakat luas ikut berpartisipasi dalam aktivitas KPK; 6. Kinerja KPK dapat diawasi oleh masyarakat luas.
Hak Menguasai
Negara
PENYELAMATAN SDA INDONESIA DAN
PEMBERANTASAN KORUPSI
Rencana Strategis KPK 2011-2015 dan Tugas KPK
Fokus pelaksanaan tugas antara lain
perbaikan sektor
strategis terkait kepentingan nasional
(national interest)
meliputi:
1) Ketahanan energi dan lingkungan (energi, migas, pertambangan
dan kehutanan)
2) Ketahanan Pangan plus (pertanian, perikanan, peternakan)
3) Pendidikan & kesehatan,
4) Penerimaan negara (pajak, bea dan cukai, serta PNBP)
5) Infrastruktur
Kewenangan
Komisi Pemberantasan Korupsi
TUGAS KPK
(ps.6)
Koodinasi
(ps.7)
Supervisi
(ps.8)
Penyelidikan, Penyidikan dan Penuntutan (ps.11)Pencegahan
(ps.13)
Monitor
(ps.14)
Melakukan pengkajian terhadap sistem pengelolaan administrasi
Memberi saran perubahan jika berdasarkan hasil pengkajian, sistem pengelolaan administrasi tersebut berpotensi korupsi
Melaporkan jika saran KPK mengenai usulan perubahan tersebut
tidak diindahkan kepada Presiden, DPR, & BPK
PENCEGAHAN KORUPSI
SEKTOR SUMBER DAYA ALAM – KPK
Kelautan
Minerba
Kehutanan & Perkebunan
Kajian Sistem
Pengelolaan Ruang Laut & Sumberdaya Kelautan (2014)
Kajian Kebijakan Pengusahaan Batubara di Indonesia (2011)
Kajian Sistem Perencanaan dan Pengawasan Kawasan Hutan (2010)
Kajian Sistem Pengelolaaan PNBP Minerba (2013)
NKB 12 K/L Percepatan Pengukuhan Kawasan Hutan Indonesia (2013)
Kajian Perizinan di Sektor Pertambangan (2013)
Kajian Perizinan di Sektor: Kehutanan, Pertanahan (2013)
Kajian Sistem Pengelolaan Pajak Sektor Batubara (2014)
Kajian Sistem Pengelolaan Hutan-Perum Perhutani (2014)
Koordinasi Supervisi atas Pengelolaan Pertambangan Minerba di 12 Provinsi (2014)
Korsup Kelautan
di 34 Provinsi
(2105) – lokus 9
Kota
Korsup Minerba di 19 Provinsi
(2015) – lokus 6 Kota
Korsup Kehutanan dan Perkebunan di 24
Provinsi (2015) – lokus 7 Kota
PENYELAMATAN SDA INDONESIA
Sebesar-besar
Kemakmuran Rakyat
Hak Menguasai Negara
Atas Sumber Daya Alam
Bumi
Kehutanan
Perkebunan
Pertambangan
Laut
Pelayaran
Perikanan
Pesisir dan
Pulau Kecil
Hadirnya negara untuk menjamin
kesejahteraan melalui SDA
Perlindungan hak rakyat atas SDA baik
secara individu maupun kolektif
6 Korsup Kelautan: -KOM 17 Feb 2015 -24 K/L & 34 Provinsi Korsup Minerba:
- 12 Prov: KOM 7 Feb 2014 - 19 Prov: KOM 4-5 Des 2014 - 24 K/L & 34 Provinsi
Korsup Kehutanan dan Perkebunan:
- 24 Prov: KOM 17 Feb 2015 - 19 K/L & 24 Provinsi NKB Percepatan Pengukuhan KH, 11 Mar 2013; 12 K/L NKB GN-SDA 27 K/L 34 Gub 19 Mar 2015
PIHAK YANG TERLIBAT DAN PENDEKATAN KERJA
Pemerintah
Pusat
• Rencana aksi, pengembangan sistem informasi, harmonisasi regulasi, pembenahan sistem perizinan, pengembangan kelembagaanPemerintah Daerah
• Rencana aksi,
penguatan dan
perlindungan hak
masyarakat,
penataan perizinan,
pengawasan
pemenuhan
kewajiban
Aparat penegak
hukum
• Format kegiatan
dan komitmen
Masyarakat sipil
dan pelaku
usaha
• Format kegiatan yang mendampingi atau mengawasi
pelaksanaan
Pencegahan korupsi sebagai kerja bersama
Sifat Kegiatan GN-SDA
1. Penyelamatan sektor SDA merupakan tugas bersama semua elemen bangsa.
2. KPK menjalankan fungsi trigger mechanism dengan menggunakan peran koordinasi dan
supervisi pemberantasan korupsi.
3. Akselerasi berbagai bentuk upaya yang dapat membantu penyelamatan sektor SDA
Indonesia.
4. Menggunakan pendekatan pencegahan yang lebih ofensif dengan mengedepankan
perbaikan sistem dan pembangunan budaya anti korupsi.
5. Gabungan dari berbagai pola perbaikan sistem yang telah dilakukan KPK: kegiatan
pemantauan terhadap tindak lanjut atas hasil kajian dan kegiatan koordinasi dan
supervisi atas pengelolaan berbagai sektor sumberdaya alam.
6. Merupakan satu kesatuan dengan upaya penyelamatan sumberdaya alam yang ada di
laut.
Tujuan Kegiatan GN-SDA
1. Mendorong perbaikan tata kelola sektor SDA Indonesia untuk
sebesar-besar kemakmuran rakyat, dengan memperhatikan
aspek keberlanjutan, konsistensi, keterpaduan, kepastian hukum,
kemitraan, pemerataan, peran serta masyarakat, keterbukaan,
desentralisasi, akuntabilitas, dan keadilan.
2. Perbaikan sistem pengelolaan sumberdaya alam di darat dan laut
untuk mencegah korupsi, kerugian keuangan negara dan
kehilangan kekayaan negara.
6 Sasaran Kegiatan GN-SDA
1. Perlindungan dan pemulihan kekayaan negara
2. Penguatan hak masyarakat
3. Pembenahan regulasi
4. Penguatan kelembagaan aparatus negara
5. Peningkatan kepatuhan terhadap regulasi
6. Pembangunan sistem pengendalian anti korupsi
Instrumen Pelaksanaan Kegiatan
1. Rencana Aksi Kegiatan untuk Pemerintah Pusat,
Pemda & CSO
2. Format pelaksanaan kegiatan untuk Pelaku Usaha
3. Format pelaksanaan kegiatan untuk APGAKUM
Peranan Para Pihak
Pemerintah Pusat
1. Menyiapkan data dan informasi yang mendukung
terlaksananya kegiatan
2. Melaksanakan rencana aksi pemerintah pusat
3. Melakukan pelaporan pelaksanaan rencana aksi
4. Melakukan monitoring dan evaluasi terhadap
pelaksanaan rencana aksi pemerintah provinsi
dan kabupaten/kota
5. Melaksanakan tindak lanjut atas hasil evaluasi
pelaksanaan rencana aksi pemerintah pusat, dan
rencana aksi pemerintah
provinsi/kabupaten/kota yang menjadi
kewenangan pemerintah pusat.
6. Melakukan monitoring, evaluasi, dan tindak lanjut
atas hasil kewajiban pelaku usaha sesuai dengan
kewenangan pemberian izin
Pemerintah Provinsi/Kab/Kota
1. Menyiapkan data dan informasi yang
mendukung terlaksananya kegiatan
2. Melaksanakan rencana aksi pemerintah
provinsi
3. Melakukan pelaporan rencana aksi
pemerintah provinsi
4. Melakukan koordinasi pelaporan terhadap
rencana aksi pemerintah kabupaten/kota
5. Melakukan monitoring dan evaluasi
pelaksanaan rencana aksi kabupaten/kota.
6. Melakukan monitoring, evaluasi, dan tindak
lanjut atas hasil kewajiban pelaku usaha
sesuai dengan kewenangan pemberian izin
Pelaku Usaha
• Melakukan pelaporan pelaksanaan kewajiban kepada pemberi izin
Civil Society Organization (CSO)
• Melakukan monitoring terhadap pelaksanaan rencana aksi dan kewajiban para pihak
• Melaporkan kepada aparat penegak hukum jika terjadi pelanggaran hukum dalam pelaksanaan rencana aksi dan kewajiban para pihak
Aparat Penegak Hukum
• Melakukan monitoring terhadap pelaksanaan rencana aksi dan kewajiban para pihak terutama untuk mendeteksi tindakan-tindakan yang melanggar hukum.
• Melakukan upaya hukum terhadap setiap bentuk
pelanggaran hukum berkenaan dengan penggunaan ruang dan pengelolaan sumberdaya di dalamnya
KPK
1. Melakukan koordinasi dan supervisi terhadap
pelaksanaan rencana aksi dan rencana
kegiatan oleh para pihak terkait.
2. Melakukan monitoring dan evaluasi atas
implementasi rencana aksi.
3. Fasilitasi untuk pengembangan integritas dan
sistem pencegahan korupsi pada lembaga
terkait.
4. Kampanye, sosialisasi, dan edukasi untuk
hal-hal yang mendukung kegiatan.
5. Deteksi dan profiling terhadap aktor dan
faktor yang menghambat proses pelaksanaan
kegiatan.
6. Kolaborasi dengan berbagai pihak untuk
mendorong akselerasi pelaksanaan kegiatan.
7. Pengembangan sistem pelaporan progress
kegiatan berbasis teknologi informasi
Peranan Para Pihak
Tahapan Pelaksanaan
Kegiatan Rencana Kegiatan
1. Membangun kesepahaman dengan para pihak terkait rencana aksi
2. Pengembangan/penyempurnaan instrumen dan rencana kegiatan (Jan s.d. Feb
2015)
3. Kick of Meeting : Pertambangan (2014); Hutbun dan Laut (17 Feb 2015)
4. NKB GN-SDA: 27 K/L dan 34 Provinsi (19 Maret 2015) di Istana Negara
5. Implementasi rencana aksi dan format pelaksanaan kegiatan (Mar 2015 s.d Nov
2016)
6. Pelaporan implementasi rencana aksi setiap semester
a. K/L Pusat (10 Jun dan 10 Des)
b. Pemerintah Daerah (10 Mar, 10 Jun dan 10 Des)
c. CSO (10 Jun, 10 Des)
7. Monitoring implementasi rencana aksi (Mar 2015 s.d. Nov 2016)
8. Evaluasi implementasi rencana aksi (Agus 2015, Des 2015, Agus2016, Des 2016)
9. Tindak Lanjut atas hasil monitoring dan evaluasi (Mar 2015 s.d Des 2016).
Koordinasi dengan Pelaku Usaha
a)
Mengundang pelaku usaha
menyampaikan hasil rekonsiliasi
Tindak lanjut antara lain:
a)
Menagih seluruh kewajiban keuangan
pelaku usaha
b) Menegakkan sanksi antara lain
melakukan penghentian
sementara/pencabutan IZIN SDA yang
melanggar ketentuan
TINDAK LANJUT PEMDA
Koordinasi dengan Instasi Pemerintah terkait:
a) Membentuk tim Lintas Instansi (Dinas dan UPT terkait) b) Untuk Provinsi mengundang seluruh Kabupaten/Kota:
rekonsiliasi data final
c) Koordinasi dengan Kanwil Pajak/KPP terkait data NPWP d) Koordinasi dengan Ditjen Planologi Kemenhut/Ditjen PHKA
terkait data izin SDA di Kawasan Hutan
e) Koordinasi dengan Ditjen Hubla/KSOP/Syahbandar terkait data Pelsus/Tersus/TUKS Minerba dan untuk tidak
mengeluarkan SPB bagi pelaku usaha yang belum melunasi kewajiban keuangannya/melanggar ketentuan.
f) Koordinasi Dinas KKP dengan KSOP/Syahbandar dan PSDKP terkait data kapal termasuk validasi dan akurasi GT
g) Koordinasi dengan Bea Cukai untuk tidak mengeluarkan PEB bagi pelaku usaha yang belum melunasi kewajiban
keuangannya/melanggar aturan.
h) Koordinasi dengan APGAKUM terkait penertiban illegal mining, Illegal Logging, IUU Fishing
Tata Cara Penyampaian Laporan
1. Kabupaten/Kota melaporkan ke Provinsi untuk
dikompilasi oleh Provinsi
2. Provinsi untuk mengkompilasi semua laporan
Provinsi/Kabupaten/Kota dan dilaporkan satu
pintu oleh Provinsi ke KPK dan
ESDM/KKP/KLHK/KEMTAN setiap 3-6 Bulan
3. Laporan disampaikan dalam bentuk hardcopy dan
softcopy dalam CD (
compact disc
).
REKAP RENAKSI DAERAH - PERTAMBANGAN
17
NO
FOKUS AREA
REKOMENDASI
RENCANA
AKSI
PEMDA
PELAPORAN
RENAKSI PEMDA
1 Pelaksanaan penataan izin usaha pertambangan
1
5
Laporan Berkala:
10 Mar 2015
10 Jun 2015
(Dari Gubernur
ditujukan kepada
KPK tembusan
KESDM)
2
Pelaksanaan kewajiban keuangan pelaku usaha
pertambangan minerba
1
4
3
Pelaksanaan pengawasan produksi pertambangan
minerba
4
18
4
Pelaksanaan pengawasan pengolahan/pemurnian
hasil tambang minerba
1
4
5
Pelaksanaan pengawasan penjualan/pengapalan hasil
tambang minerba
3
15
REKAP RENAKSI PUSAT – KELAUTAN
NO. FOKUS AREA REKOMEN
DASI RENCANA AKSI PUSAT INDIKATOR OUTPUT PELAPORAN
1 Penetapan dan penegasan batas wilayah laut Indonesia
4
13
13
Laporan I:
10 Juni 2015;
Laporan III :
10 Des 2015
2Pengintegrasian Sistem Perencanaan Nasional Terkait dengan Penggunaan Ruang Laut dan Sumberdaya Kelautan
8
14
17
3 Penyempurnaan dan pelengkapan aturan
perundang-undangan
3
35
38
4 Pengembangan Kapasitas Kelembagaan
4
12
14
5 Pengembangan Sistem Data dan Informasi3
3
5
6Perbaikan Sistem Ketatalaksanaan Perizinan,
Pengelolaan Penerimaan Negara dan Pemberian Bantuan Sosial/Hibah/Subsidi
4
6
17
7 Pelaksanaan Kewajiban Para Pihak
6
6
6
TOTAL
32
89
110
REKAP RENAKSI PROVINSI – KELAUTAN
NO.
FOKUS AREA
REKOMENDASIRENCANA AKSI PEMDA
INDIKATOR
OUTPUT
PELAPORAN
1 Penyusunan Tata Ruang Wilayah Laut
4
6
6
Laporan Berkala
10 Mar 2015
10 Jun 2015
10 Des 2015
(Dari Gubernur
ditujukan kepada
KPK tembusan
KKP
)
2 Penataan Izin
4
4
4
3 Pelaksanaan Kewajiban Para Pihak
6
6
6
4
Pemberian dan Perlindungan Hak-hak
Masyarakat
5
5
5
TOTAL
19
21
21
Format Kegiatan CSO
21
Pemantauan Pelaksanaan Rencana Aksi Pemerintah Pusat:
mengacu pada Renaksi Pemerintah Pusat
Pemantauan Pelaksanaan Renaksi Pemerintah Provinsi:
mengacu pada renaksi Pemprov
Kegiatan Kampaye/Pendidikan Kepada Publik
a) Diskusi/workshop/semiloka antara lain dalam rangka revieu dan
penyusunan kebijakan, peningkatan kapasitas kelembagaan,
pengembangan sistem data, penyusunan program, dll terkait dengan
rencana aksi
b) Kampanye di media massa/media sosial/dan lain-lain terkait dengan
kegiatan
c) Publikasi dampak/permasalahan dan lain-lain terkait kegiatan
d) Advokasi antara lain untuk pemberian dan perlindungan hak-hak
masyarakat
Format Kegiatan APGAKUM
22
No. Aparat Penegak Hukum Kasus Pelanggaran Hukum*) Tindak Lanjut Terhadap Kasus Pelanggaran Hukum**)
1. Kepolisian
2. Kejaksaan
3. TNI AL dan BAKAMLA
4. PPNS PSDKP KKP
5. PPNS Ditjen Imigrasi
6. PPNS Ditjen Bea & Cukai
7. PPNS Karantina
8. PPNS Perhubungan Laut Kemhub
9. PPNS Ditjen Migas/Ditjen Minerba Kementerian
ESDM/PPNS Lingkungan Hidup dan Kehutanan 10. PPNS Pemda dan Instansi terkait lainnya
11 Penyidik TNI
Catatan: *) kasus pelanggaran hukum yang dimaksudkan adalah kasus pelanggaran yang terkait dengan ruang laut dan pengelolaan sumberdaya kelautan yang dilakukan oleh berbagai pihak. Kasus pelanggaran seperti IUU Fishing, pelanggaran tata ruang,
pelanggaran kedaulatan dan hak berdaulat Indonesia di laut, tindak pidana korupsi, serta tindak pidana sektoral lainnya
(pertambangan minerba, minyak dan gas, kehutanan, pelayaran, dan lain sebagainya). Uraian penjelasan kasus pelanggaran selain memuat kejadian hukum juga mencakup pihak-pihak yang terlibat. **) tindak lanjut terhadap kasus pelanggaran hukum memuat langkah-langkah hukum yang telah dan akan dilakukan terkait dengan uraian kasus pelanggaran hukum. Tindak lanjut juga mencakup informasi permasalahan yang muncul dalam proses penanganan kasus.
Rencana Aksi
•
Dokumen Presentasi, KAK, Jadwal dan Matriks Rencana Aksi dapat diunduh pada link
berikut:
http://acch.kpk.go.id/gn-sda
Waktu Pelaksanaan Kegiatan
Nota Kesepakatan Rencana Aksi Bersama
tentang Gerakan Nasional Penyelamatan SDA Indonesia
20 Kementerian, 7 Lembaga dan 34 Provinsi
BERSAMA KPK BERANTAS KORUPSI
“KORUPSI DI SEKTOR SUMBER DAYA ALAM, TIDAK HANYA
PERSOALAN KERUGIAN KEUANGAN NEGARA,
TETAPI MERUPAKAN KEGAGALAN NEGARA DALAM MENGELOLA SDA
GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN
SUMBERDAYA ALAM INDONESIA
DATA SEKTOR KELAUTAN
dan PERTAMBANGAN
DI 4 PROVINSI
Jawa Barat, Jawa Tengah,
DIY, Jawa Timur
REKAP PELAPORAN GN SDA TAHAP 1
10 MARET 2015
29
NO.
SEKTOR
PROVINSI
Pelaporan Maret 2015
Soft Copy
Hard Copy
Keterangan
1
PERTAMBANGAN
JAWA BARAT 12 Maret 2015 12 Maret 2015 Lengkap
2
JAWA TENGAH 16 Maret 2015 16 Maret 2015 Lengkap3
DIY 9 Maret 2015 13 April 2015 Lengkap4
JAWA TIMUR Belum melaporkan1
KELAUTAN
JAWA BARAT 16 Maret 2015
Matriks rencana aksi belum disampaikan
2
JAWA TENGAH Belum melaporkan3
DIY Belum melaporkan4
JAWA TIMUR Belum melaporkan1
KEHUTANAN DAN
PERKEBUNAN
JAWA BARAT Belum melaporkan
2
JAWA TENGAH Belum melaporkan3
DIY Belum melaporkanGERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN
SUMBERDAYA ALAM INDONESIA
SEKTOR PERTAMBANGAN
Jan- Feb
2014 FEB – JULI 2014 3-4 Des
2014
JAN – JUNI 2015
AUG-NOV 2014
Monev Korsup Minerba 12 Prov
FEB 2014
Kick-Off Meeting Korsup Minerba di KPK
FEB – JULI 2014 Rapat Korsup Minerba
12 Provinsi
KORSUP MINERBA 2014-2015
Deklarasi Penyelamatan SDA Indonesia, 9 Juni 2014
Pelaksanaan Monev Korsup 19
Provinsi
DES 2014
Rapat Korsup 19 Provinsi di Bali
AUG - DES 2014
Lokus Kegiatan Korsup Minerba
19 Provinsi tahun 2014-2015
1. Aceh
2. Sumatera Utara
3. Riau
4. Sumatera Barat
5. Lampung
6. Bengkulu
7. Banten
8. Jawa Barat
9. Jawa Tengah
10. Jawa Timur
11. Daerah Istimewa Yogyakarta
12. Sulawesi Utara
13. Sulawesi Barat
14. Gorontalo
15. Nusa Tenggara Timur
16. Nusa Tenggara Barat
17. Papua
18. Papua Barat
19. Maluku
Tujuan dan Sasaran Korsup Minerba
TUJUAN: Mendorong terciptanya tata kelola pertambangan minerba yang efektif:
1.
Sistem informasi dan data minerba yang memungkinkan pelaporan yang akurat dan tepat waktu.
2.
Adanya sistem pelaporan yang memungkinkan pengawasan atas laporan produksi sehingga
dapat mencegah atau mendeteksi secara dini terjadinya tindak pidana korupsi.
3.
Adanya aturan yang memadai sehingga memungkinkan pelaksanaan tata kelola pertambangan
minerba yang baik.
SASARAN:
1.
Pelaksanaan penataan izin usaha pertambangan
2.
Pelaksanaan kewajiban keuangan pelaku usaha pertambangan minerba
3.
Pelaksanaan pengawasan produksi pertambangan minerba
4.
Pelaksanaan kewajiban pengolahan/pemurnian hasil tambang minerba
5.
Pelaksanaan pengawasan penjualan dan pengangkutan/pengapalan hasil tambang minerba
5 FOKUS KEGIATAN
TARGET JUNI 2015
1. Penataan izin usahapertambangan
Tidak ada lagi izin usaha pertambangan minerba yang tidak memenuhi persyaratan CnC, tidak memiliki NPWP/IPPKH, melanggar aturan pertanahan, tata ruang dan lingkungan)
2. Pelaksanaan kewajiban keuangan pelaku usaha pertambangan
minerba
Seluruh pelaku usaha pertambangan minerba melunasi pelaksanaan kewajiban keuangan: iuran tetap, iuran produksi, pajak, jaminan reklamasi, jaminan pascatambang, jaminan kesungguhan, jaminan lingkungan dan kewajiban keuangan lainnya
3. Pelaksanaan pengawasan
produksi pertambangan minerba
• Semua pelaku usaha menyampaikan Laporan Produksinya secara reguler
• Semua Pemda melaporkan secara reguler laporan pengawasan produksi pertambangan di wilayahnya
• Semua Pemda menindaklanjuti pemberian sanksi atas pelaku usaha pertambangan minerba yang tidak melaksanakan good mining pratice dan atau melanggar peraturan yang berlaku
• Tidak ada lagi PETI
4. Pelaksanaan kewajiban
pengolahan/pemurnian hasil tambang minerba
Tidak ada pelaku usaha yang tidak melaksanakan kewajiban pengolahan/pemurnian dan penegakan sanksi bagi yang melanggar
5. Pelaksanaan pengawasan penjualan dan
pengangkutan/pengapalan hasil tambang minerba
• Seluruh pelaku usaha menyampaikan laporan kegiatan penjualannya dan penegakan sanksi bagi yang melanggar
• Seluruh Pemda menyampaikan laporan pengawasan penjualan secara bertingkat
• Pemberian sanksi bagi semua pelaku usaha dan pihak terkait lainnya yang terkait dengan kegiatan penjualan hasil minerba secara ilegal
5 Fokus Kegiatan Korsup Minerba
dan Target – 46 Item Renaksi Pemda
Tindak Lanjut Pemprov
35
Agar Gubernur mengkoordinasikan pelaporan Korsup Minerba kepada seluruh Kabupaten/Kota sesuai dengan matriks pelaporan.
Agar Gubernur, Bupati dan Walikota untuk melakukan teguran administrasi kepada IUP yang tidak melakukan kewajibanya seperti pembayaran Royalti dan Iuran Tetap, Jaminan Reklamasi, Jaminan Pasca Tambang, Pelaporan produksi dan lain-lain.
Agar Gubernur, Bupati dan Walikota mensosialisasikan kepada pelaku usaha untuk segera melakukan pembayaran PNBP (Royalti, Iuran Tetap) dengan menggunakan sistem penerimaan negara MPN G-2 secara online ke portal Billing PNBP di www.simponi.kemenkeu.go.id (target 2015, semua pembayaran PNBP melalui aplikasi SIMPONI)
Target: tidak ada lagi IUP yang Non CNC. Untuk IUP yang sudah berakhir masa berlakunya dan tidak diperpanjang/ditingkatkan agar segera ditagih semua kewajibannya dan dibuatkan SK Pengakhiran/Pencabutan IUP. Jika tidak, IUP tsb dikembalikan ke negara menjadi WPN (Wilayah Pencadangan Negara)
Agar Ditjen Minerba mengembangkan sistem MOMI (Minerba One Map Indonesia) lebih jauh lagi agar bisa menjadi data base dan sistem monitoring evaluasi kegiatan pertambangan mineral dan batubara Indonesia, terintegrasi dengan sistem IT di K/L terkait dan Pemda.
KPK akan berkoordinasi secara intesif dengan aparat penegak hukum (Kejaksaan dan Kepolisian) dalam rangka penegakan hukum di sektor pertambangan mineral dan batubara.
Hasil Kegiatan Koordinasi dan Supervisi Minerba di 12 Provinsi,
KPK - Kementerian ESDM (Status Desember 2014)
Januari s.d Desember 2014
Rp 35.5 T *
export ban
Januari s.d Desember 2013
Rp 26,5 T
Dengan rincian:
−
Batubara : 24,1 T
−
Mineral : 2.3 T
Dengan situasi harga batubara menurun 30% dari tahun sebelumnya
dan tidak ada ekspor mineral mentah
Kenaikan PNBP
Batubara sebesar
±
Rp 10 T
Sumber : Ditjen Minerba, 2015
901 IUP
dicabut/dikembalikan/
berakhir di 12 Provinsi
REKAP PENGAKHIRAN IUP
2014-2015
No. Provinsi Tidak
diperpanjang Mengembalikan Pencabutan TOTAL
1 Sulawesi Tengah 0 0 122 122 2 Sulawesi Tenggara 0 0 35 35 3 Maluku Utara 0 0 48 48 4 Sulawesi Selatan 0 0 27 27 5 Kepualauan Riau 48 0 34 82 6 Sumatera Selatan 33 2 49 84 7 Jambi 46 21 104 171 8 Bangka Belitung 0 0 18 18 9 Kalimantan Timur 74 2 27 103 10 Kalimantan Selatan 33 18 30 81 11 Kalimantan Tengah 0 0 4 4 12 Kalimantan Barat 10 0 58 68 13 Aceh 0 0 28 28 14 Papua 0 0 23 23 15 Gorontalo 0 0 3 3 16 Sulawesi Barat 4 4 TOTAL 244 43 556 901 37
Status Ruang Izin Pertambangan berdasarkan
Hasil Overlay dengan Peta Kawasan Hutan- Nasional
Status perizinan kehutanan :
25.983.486
Ha
(5.022 unit)
Operasi Produksi
:
3.312.612
Ha
(1.735 unit)
IPPKH
:
279.429
Ha
( 457 unit)
Persetujuan Prinsip :
111.103
Ha
( 340 unit)
Explorasi
:
22.670.874
Ha
(3.287 unit)
IPPKH
:
1.230.270
Ha
( 281 unit)
•
Luas izin pertambangan seluruh Indonesia = 38.894.231 Ha
(7.584 unit)
IUP
: 34.727.338
Ha (7.468 unit)
KK
: 2.210.698
Ha ( 40 unit)
PKP2B
: 1.956.194
Ha ( 78 unit)
•
Status Izin Pertambangan berdasarkan Fungsi Hutan :
Hutan Konservasi
:
1.372.398
Ha
( 379 unit)
Hutan Lindung
:
4.936.878
Ha
(1.457 unit)
Hutan Produksi
:
19.674.210
Ha
(4.327 unit)
Kawasan Hutan
:
25.983.486
Ha
(5.022 unit)
Areal Penggunaan Lain :
12.910.744
Ha
(6.208 unit)
Data IUP NasionaL - NPWP
Pemegang IUP 7.834 (100%) Ber-NPWP 5.984 (76%) Lapor SPT 3.276 (42%) Tidak membayar pajak* 404 (5%) Membayar Pajak 2.304 (29%) Tidak Lapor SPT 2.708 (35%) Non -NPWP 1.850 (24%)Jumlah IUP yang
Diterbitkan 10.922
Periode Pajak = 2010 s.d. 2012
*Penyebab:
RINCIAN IZIN USAHA PERTAMBANGAN
C&C
DAN
NON C&C
di 4 PROVINSI
Sumber Data : Ditjen Minerba, 2014
PENATAAN IUP
NO PROVINSI JUMLAH IUP/KP CNC TOTAL IUP CNC NON-CNC TOTAL IUP NON CNC PROSENTASE (%) MINERAL BATUBARA MINERAL BATUBARAEKS OP EKS OP EKS OP EKS OP CNC NON
CNC TOTAL 1 JAWA TENGAH 275 13 130 0 0 143 12 120 0 0 132 52% 48% 100% 2 JAWA BARAT 619 14 314 1 0 329 13 276 0 1 290 53% 47% 100% 3 DI YOGYAKARTA 16 0 1 0 0 1 9 6 0 0 15 6% 94% 100% 4 JAWA TIMUR 337 3 184 0 0 187 16 134 0 0 150 55% 45% 100% TOTAL
1247 30 629
1
0
660 50 536
0
1
587 53% 47% 100%
STATUS 01 DESEMBER 2014 40Sumber Data : Ditjen Minerba, 2014
REKAPITULASI IZIN
USAHA PERTAMBANGAN
C&C
DAN
NON C&C
PROVINSI JAWA BARAT
STATUS 01 DESEMBER 2014
42
NO PROVINSI
CNC NON-CNC
TOTAL MINERAL BATUBARA MINERAL BATUBARA
EKS OP EKS OP EKS OP EKS OP
1 PROV. JAWA BARAT 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 KAB. BOGOR 1 123 0 0 1 10 0 0 135 3 KAB. SUKABUMI 1 80 0 0 1 20 0 0 102 4 KAB. CIANJUR 1 7 0 0 5 34 0 0 47 5 KAB. BANDUNG 0 16 0 0 0 0 0 0 16 6 KAB. GARUT 6 5 1 0 2 0 0 0 14 7 KAB. TASIKMALAYA 0 52 0 0 2 23 0 1 78 8 KAB. CIAMIS 3 0 0 0 2 1 0 0 6 9 KAB. KUNINGAN 0 17 0 0 0 0 0 0 17 10 KAB. CIREBON 0 0 0 0 0 20 0 0 20 11 KAB. MAJALENGKA 0 0 0 0 0 0 0 0 0 12 KAB. SUMEDANG 0 0 0 0 0 61 0 0 61 13 KAB. INDRAMAYU 0 0 0 0 0 19 0 0 19 14 KAB. SUBANG 0 0 0 0 0 16 0 0 16 15 KAB. PURWAKARTA 1 3 0 0 0 21 0 0 25 16 KAB. KARAWANG 0 0 0 0 0 0 0 0 0 17 KAB. BEKASI 0 1 0 0 0 0 0 0 1 18 KAB. BANDUNG BARAT 1 0 0 0 0 51 0 0 52 19 KOTA BOGOR 0 0 0 0 0 0 0 0 0 20 KOTA SUKABUMI 0 0 0 0 0 0 0 0 0 21 KOTA BANDUNG 0 0 0 0 0 0 0 0 0 22 KOTA CIREBON 0 0 0 0 0 0 0 0 0 23 KOTA BEKASI 0 0 0 0 0 0 0 0 0 24 KOTA DEPOK 0 0 0 0 0 0 0 0 0 25 KOTA CIMAHI 0 0 0 0 0 0 0 0 0 26 KOTA TASIKMALAYA 0 10 0 0 0 0 0 0 10 27 KOTA BANJAR 0 0 0 0 0 0 0 0 0 TOTAL 14 314 1 0 13 276 0 1 619
Sumber Data : Ditjen Minerba, 2014
REKAPITULASI IZIN
USAHA PERTAMBANGAN
C&C
DAN
NON C&C
PROVINSI JAWA TENGAH
STATUS 01 DESEMBER 2014
43
NO PROVINSI
CNC NON-CNC
TOTAL MINERAL BATUBARA MINERAL BATUBARA
EKS OP EKS OP EKS OP EKS OP
1 PROV. JAWA TENGAH 0 8 0 0 2 56 0 0 66 2 KAB. CILACAP 1 19 0 0 0 22 0 0 42 3 KAB. BANYUMAS 2 73 0 0 2 2 0 0 79 4 KAB. PURBALINGGA 0 0 0 0 0 0 0 0 0 5 KAB. BANJARNEGARA 0 2 0 0 2 0 0 0 4 6 KAB. KEBUMEN 1 1 0 0 0 0 0 0 2 7 KAB. PURWOREJO 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8 KAB. WONOSOBO 0 0 0 0 0 0 0 0 0 9 KAB. MAGELANG 0 0 0 0 0 0 0 0 0 10 KAB. BOYOLALI 0 0 0 0 0 4 0 0 4 11 KAB. KLATEN 0 0 0 0 0 1 0 0 1 12 KAB. SUKOHARJO 0 0 0 0 0 0 0 0 0 13 KAB. WONOGIRI 6 7 0 0 0 1 0 0 14 14 KAB. KARANGANYAR 0 0 0 0 0 1 0 0 1 15 KAB. SRAGEN 0 0 0 0 0 0 0 0 0 16 KAB. GROBOGAN 2 2 0 0 6 0 0 0 10 17 KAB. BLORA 0 0 0 0 0 0 0 0 0 18 KAB. REMBANG 0 1 0 0 0 21 0 0 22 19 KAB. PATI 0 0 0 0 0 0 0 0 0 20 KAB. KUDUS 0 0 0 0 0 2 0 0 2 21 KAB. JEPARA 1 11 0 0 0 1 0 0 13 22 KAB. DEMAK 0 0 0 0 0 0 0 0 0 23 KAB. SEMARANG 0 6 0 0 0 3 0 0 9 24 KAB. TEMANGGUNG 0 0 0 0 0 0 0 0 0 25 KAB. KENDAL 0 0 0 0 0 0 0 0 0 26 KAB. BATANG 0 0 0 0 0 6 0 0 6 27 KAB. PEKALONGAN 0 0 0 0 0 0 0 0 0 28 KAB. PEMALANG 0 0 0 0 0 0 0 0 0 29 KAB. TEGAL 0 0 0 0 0 0 0 0 0 30 KAB. BREBES 0 0 0 0 0 0 0 0 0 31 KOTA MAGELANG 0 0 0 0 0 0 0 0 0 32 KOTA SURAKARTA 0 0 0 0 0 0 0 0 0 33 KOTA SALATIGA 0 0 0 0 0 0 0 0 0 34 KOTA SEMARANG 0 0 0 0 0 0 0 0 0 35 KOTA PEKALONGAN 0 0 0 0 0 0 0 0 0 36 KOTA TEGAL 0 0 0 0 0 0 0 0 0 TOTAL 13 130 0 0 12 120 0 0 275
Sumber Data : Ditjen Minerba, 2014
REKAPITULASI IZIN
USAHA PERTAMBANGAN
C&C
DAN
NON C&C
PROVINSI JAWA TIMUR
STATUS 01 DESEMBER 2014
44
NO PROVINSI
CNC NON-CNC
TOTAL MINERAL BATUBARA MINERAL BATUBARA
EKS OP EKS OP EKS OP EKS OP
1 PROV. JAWA TIMUR 0 2 0 0 0 12 0 0 14
2 KAB. PACITAN 1 15 0 0 0 1 0 0 17 3 KAB. PONOROGO 0 10 0 0 0 0 0 0 10 4 KAB. TRENGGALEK 1 36 0 0 2 5 0 0 44 5 KAB. TULUNGAGUNG 0 8 0 0 0 0 0 0 8 6 KAB. BLITAR 0 23 0 0 0 0 0 0 23 7 KAB. KEDIRI 0 0 0 0 0 0 0 0 0 8 KAB. MALANG 0 1 0 0 0 0 0 0 1 9 KAB. LUMAJANG 0 45 0 0 1 0 0 0 46 10 KAB. JEMBER 0 13 0 0 3 38 0 0 54 11 KAB. BANYUWANGI 1 2 0 0 1 1 0 0 5 12 KAB. BONDOWOSO 0 0 0 0 0 0 0 0 0 13 KAB. SITUBONDO 0 0 0 0 0 9 0 0 9 14 KAB. PROBOLINGGO 0 0 0 0 0 7 0 0 7 15 KAB. PASURUAN 0 2 0 0 7 8 0 0 17 16 KAB. SIDOARJO 0 0 0 0 0 0 0 0 0 17 KAB. MOJOKERTO 0 2 0 0 0 32 0 0 34 18 KAB. JOMBANG 0 0 0 0 0 0 0 0 0 19 KAB. NGANJUK 0 0 0 0 0 2 0 0 2 20 KAB. MADIUN 0 0 0 0 0 0 0 0 0 21 KAB. MAGETAN 0 0 0 0 0 0 0 0 0 22 KAB. NGAWI 0 0 0 0 0 0 0 0 0 23 KAB. BOJONEGORO 0 0 0 0 0 7 0 0 7 24 KAB. TUBAN 0 20 0 0 0 3 0 0 23 25 KAB. LAMONGAN 0 5 0 0 0 6 0 0 11 26 KAB. GRESIK 0 0 0 0 2 3 0 0 5 27 KAB. BANGKALAN 0 0 0 0 0 0 0 0 0 28 KAB. SAMPANG 0 0 0 0 0 0 0 0 0 29 KAB. PAMEKASAN 0 0 0 0 0 0 0 0 0 30 KAB. SUMENEP 0 0 0 0 0 0 0 0 0 31 KOTA KEDIRI 0 0 0 0 0 0 0 0 0 32 KOTA BLITAR 0 0 0 0 0 0 0 0 0 33 KOTA MALANG 0 0 0 0 0 0 0 0 0 34 KOTA PROBOLINGGO 0 0 0 0 0 0 0 0 0 35 KOTA PASURUAN 0 0 0 0 0 0 0 0 0 36 KOTA MOJOKERTO 0 0 0 0 0 0 0 0 0 37 KOTA MADIUN 0 0 0 0 0 0 0 0 0 38 KOTA SURABAYA 0 0 0 0 0 0 0 0 0 39 KOTA BATU 0 0 0 0 0 0 0 0 0 TOTAL 3 184 0 0 16 134 0 0 337
STATUS 01 DESEMBER 2014
45
Sumber Data : Ditjen Minerba, 2014
REKAPITULASI IZIN USAHA PERTAMBANGAN
C&C
DAN
NON C&C
PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
NO PROVINSI
CNC NON-CNC
TOTAL
MINERAL BATUBARA MINERAL BATUBARA
EKS OP EKS OP EKS OP EKS OP
1
PROV. DI. YOGYAKARTA
0 0 0 0 0 0 0 0 02 KAB. KULON PROGO 0 1 0 0 9 4 0 0 14
3 KAB. BANTUL 0 0 0 0 0 1 0 0 1
4 KAB. GUNUNG KIDUL 0 0 0 0 0 1 0 0 1
5 KAB. SLEMAN 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 KOTA YOGYAKARTA 0 0 0 0 0 0 0 0 0
REKAPITULASI PIUTANG NEGARA DARI PEMEGANG IUP MINERAL DAN BATUBARA
TAHUN 2011 S.D 2013
Sumber Data : Ditjen Minerba, Desember 2014
PENATAAN IUP
STATUS 01 DESEMBER 2014 NO. PROVINSI JUMLAH IUP MINERBA JUMLAH IUP MINERBA YANG KURANG BAYAR PIUTANG NEGARA 2011 2012 2013 JUMLAH SELURUHNYAIURAN TETAP ROYALTI IURAN TETAP ROYALTI IURAN TETAP ROYALTI IURAN TETAP ROYALTI (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) 1 JAWA BARAT 154 126 989,374,411 855,081,019 3,017,390,027 62,459,408 2,255,768,282 - 6,262,532,720 3,114,083,380 2 JAWA TENGAH 56 43 68,374,500 - 729,149,049 - 725,989,065 - 1,523,512,614 - 3 DI YOGYAKARTA 12 12 15,279,693 - 109,539,978 - 143,480,127 - 268,299,798 - JAWA TIMUR 70 48 265,378,745 1,218,238,082 532,956,937 159,667,595 647,767,855 315,215,826 1,446,103,537 1,693,121,502 JUMLAH 292 229 1338407348 2073319100 4389035991 222127003 3773005329 315215825.5 9.500.448.668 4.807.204.883
Total Piutang Negara Rp: 14.307.653.551
DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP PROPER PROPER 2014
IUP PERTAMBANGAN
Status Proper Pembinaan dan Pengawasan
Sumber : Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Tahun 2014
No.
Provinsi
Kabupaten
Nama Perusahaan
Keterangan
1 Jawa Barat
Sukabumi
PT. Vasco Nusantara
Pembinaan dan Pengawasan
2 Jawa Timur
PT. Neve Jember Golden
international
Pembinaan dan Pengawasan
3 Jawa Timur
PT. Bumi Suksesindo
Pembinaan dan Pengawasan
4 Jawa Timur
Lumajang
PT. IMMS
Pembinaan dan Pengawasan
Status Ruang Izin Pertambangan berdasarkan
Hasil Overlay dengan Peta Kawasan Hutan
Sumber: Ditjen Planologi Kemenhut (2014)
No.
Provinsi
Hutan Konservasi
Hutan Lindung
Jumlah
perusahaan
Luas (Ha)
Jumlah
perusahaan
Luas (Ha)
1
Jawa Tengah
1
0.14
7
3,033
2
Jawa Timur
1
31.09
32
12,901
3
Jawa Barat
3
3.215,69
13
16,712
4
DIY
2
28.89
-
-
TOTAL
7
3275.81
7
3,033
481. Hutan Konservasi dilarang untuk kegiatan pertambangan)
Daftar Nama Izin Usaha Pertambangan yang Terindikasi Berada
Pada Kawasan
Hutan Konservasi
Sumber: Ditjen Planologi Kemenhut (2014)
49 NO. PROVINSI KAWASAN HUTAN PERUSAHAAN NAMA PERUSAHAAN LUAS (Ha) KABUPATEN
1 JAWA TENGAH HUTAN KONSERVASI IUP SAKINO 0,14 CILACAP
2 JAWA TIMUR HUTAN KONSERVASI IUP INDO MULTI NIAGA 31,09 BANYUWANGI 3 JAWA BARAT HUTAN KONSERVASI ANEKA TAMBANG (TBK) 3.010,35 BOGOR
66,03 GARUT
4 JAWA BARAT HUTAN KONSERVASI IUP
ASGARINDO PRIMA
UTAMA 46,38 GARUT 5 JAWA BARAT HUTAN KONSERVASI IUP TIGER ROOT 92,93 GARUT
6 DIY HUTAN KONSERVASI IUP
ANEKA SUMBER
INDONESIA 21,77 KULONPROGO
7 DIY HUTAN KONSERVASI IUP
MYKOINDO DAYA
Daftar Nama Izin Usaha Pertambangan yang Terindikasi Berada
Pada Kawasan
Hutan Lindung
Provinsi Jawa Tengah
Sumber: Ditjen Planologi Kemenhut (2014)50 NO. KAWASAN HUTAN PERUSAHAAN NAMA PERUSAHAAN LUAS (Ha) KABUPATEN
1 HUTAN LINDUNG IUP ALEXIS PERDANA MINERAL 1.121,58 WONOGIRI 2 HUTAN LINDUNG IUP ANEKA TAMBANG (TBK) 297,60 BANYUMAS
1.454,43 WONOGIRI
3 HUTAN LINDUNG IUP HARGOSARI GOLDEN MINING 40,91 WONOGIRI
4 HUTAN LINDUNG IUP PUTRA KAYANGAN TIRTOMOYO 39,92 WONOGIRI 5 HUTAN LINDUNG IUP SELO PUTRO 0,05 WONOGIRI 6 HUTAN LINDUNG IUP SINAR TAMBANG ARTHA LESTARI 44,33 BANYUMAS
Sumber: Ditjen Planologi Kemenhut (2014)
51
NO. KAWASAN HUTAN PERUSAHAAN NAMA PERUSAHAAN LUAS (Ha) KABUPATEN 1 HUTAN LINDUNG IUP AL HIKMAH 0,31 TULUNGAGUNG 2 HUTAN LINDUNG IUP ANEKA TAMBANG (TBK) 1.651,35 MADIUN
3 HUTAN LINDUNG IUP ARDI MANUNGGAL 0,04 TULUNGAGUNG 4 HUTAN LINDUNG IUP ARTA MULYA 4,45 LUMAJANG 5 HUTAN LINDUNG IUP BHUMI PERTIWI SUPRA MULTI GUNA 6,14 BLITAR
6 HUTAN LINDUNG IUP BRIANDO MAJU PERKASA 623,00 TRENGGALEK 7 HUTAN LINDUNG IUP BUDI LUHUR 4,54 LUMAJANG 8 HUTAN LINDUNG IUP BUMI SUKSESINDO 2.516,67 BANYUWANGI 9 HUTAN LINDUNG IUP DRS. SUDARMAN M - PACITAN 10 HUTAN LINDUNG IUP DUTA MAS BAHARI 36,27 TRENGGALEK 11 HUTAN LINDUNG IUP EDI SAMPURNA 2,19 BLITAR
12 HUTAN LINDUNG IUP GUNUNG KELABAT CITRA ABADI 182,77 JEMBER 13 HUTAN LINDUNG IUP INDO MODERN MINING SEJAHTERA 72,14 LUMAJANG 14 HUTAN LINDUNG IUP INDO MULTI NIAGA 4.299,11 BANYUWANGI 15 HUTAN LINDUNG IUP JOYO MULYO 4,32 LUMAJANG 16 HUTAN LINDUNG IUP KARYA MULYA 4,67 LUMAJANG 17 HUTAN LINDUNG IUP KARYA SANTOSA 1,46 LUMAJANG 18 HUTAN LINDUNG IUP LANGGENG 5,09 LUMAJANG 19 HUTAN LINDUNG IUP MUKRI 0,44 TRENGGALEK 20 HUTAN LINDUNG IUP NIRWANA 4,43 LUMAJANG 21 HUTAN LINDUNG IUP PERKEMI 1,57 LUMAJANG 22 HUTAN LINDUNG IUP RAHARJA 4,34 LUMAJANG 23 HUTAN LINDUNG IUP SARI RAYA 2,08 LUMAJANG 24 HUTAN LINDUNG IUP SARI REJEKI 1,61 LUMAJANG 25 HUTAN LINDUNG IUP SEJAHTERA 5,09 LUMAJANG 26 HUTAN LINDUNG IUP SOERIA PERSADA SAKTI 1,40 JEMBER
27 HUTAN LINDUNG IUP SUMBER MAS 0,26 TULUNGAGUNG 28 HUTAN LINDUNG IUP SUMBER MINERAL NUSANTARA 3.413,11 TRENGGALEK 29 HUTAN LINDUNG IUP SURYA ABADI 1,72 LUMAJANG 30 HUTAN LINDUNG IUP TANI MAKMUR 4,26 LUMAJANG 31 HUTAN LINDUNG IUP TUNAS MAS 0,18 JEMBER 32 HUTAN LINDUNG IUP USPRI PULUNG KENCANA 45,64 JEMBER
Daftar Nama Izin
Usaha Pertambangan
yang Terindikasi
Berada Pada Kawasan
Hutan Lindung
Daftar Nama Izin Usaha Pertambangan yang Terindikasi Berada Pada
Kawasan
Hutan Lindung
Provinsi Jawa Barat
Sumber: Ditjen Planologi Kemenhut (2014)52
NO. KAWASAN HUTAN PERUSAHAAN NAMA PERUSAHAAN LUAS (Ha) KABUPATEN
1 HUTAN LINDUNG IUP ANEKA TAMBANG (TBK) 732,56 BOGOR
13.590,50 GARUT
2 HUTAN LINDUNG IUP BARA ALAM REKHANNUSA 122,70 BOGOR
3 HUTAN LINDUNG IUP ESANA REKHANUSA 7,59 BOGOR
4 HUTAN LINDUNG IUP GILANG CEMPAKA UPRI 30,15 CIANJUR
5 HUTAN LINDUNG IUP HOYA PERKASA SENTOSA 249,18 GARUT
6 HUTAN LINDUNG IUP JIO INDONESIA 19,10 SUKABUMI
7 HUTAN LINDUNG IUP KARUNIA SEMESTA RAYA 98,42 GARUT
8 HUTAN LINDUNG IUP KOPERASI BINA USAHA 161,67 GARUT
9 HUTAN LINDUNG IUP MEGAH CIPTA SAWARGITAMAS 91,69 GARUT
10 HUTAN LINDUNG IUP PUTRA GUNUNG LIMBUNG 5,96 BOGOR
11 HUTAN LINDUNG IUP PUTRA SAMUDRA 729,53 BOGOR
12 HUTAN LINDUNG IUP PUTRA SAMUDRA PADJAJARAN II 378,81 BOGOR
Data Tersus/TUKS
NO PROVINSI TERSUS TUKSTidak ada
keterangan TOTAL TERMINAL
1 ACEH 9 8 17 2 BALI 7 15 22 3 BANGKA BELITUNG 24 8 32 4 BANTEN 5 52 57 5 BENGKULU 5 1 6 6 DKI 12 4 16 7 GORONTALO 1 0 1 8 JAMBI 0 58 58 9 JAWA BARAT 9 2 11 10 JAWA TENGAH 2 14 16 11 JAWA TIMUR 16 20 36 12 KALBAR 12 27 39 13 KALSEL 54 65 1 120 14 KALTARA 6 10 16 15 KALTENG 50 23 73 17 KALTIM 93 148 4 245 16 KEPRI 93 30 123 18 LAMPUNG 9 9 18 19 MALUKU 4 2 6 20 MALUT 18 0 18 21 NTB 4 0 4 22 NTT 3 0 3 23 PAPUA 6 3 1 10 25 PAPUA BARAT 6 3 9 24 RIAU 16 33 49 27 SULBAR 3 0 3 28 SULSEL 10 3 13 29 SULTENG 25 15 40 30 SULTRA 40 6 1 47 26 SULUT 5 17 22 31 SUMATERA BARAT 0 4 4 32 SUMATERA SELATAN 37 12 49 33 SUMATERA UTARA 2 14 16 TOTAL 586 606 1199 Sumber :
Kementerian Perhubungan, April 2015
NO PROVINSI TERSUS TUKS TOTAL
TERMINAL
1 JAWA BARAT 9 2 11
2 JAWA TENGAH 2 14 16
3 JAWA TIMUR 16 20 36
IUP OP Khusus yang telah
berakhir di Kementerian ESDM
Tindak Lanjut K.ESDM
Witness Survey
Tindak Lanjut K.ESDM
Pembayaran melalui SIMPONI
Tindak Lanjut Lingkungan Hidup
Proper Pertambangan pada 16 Provinsi
Tindak Lanjut Dirjen Perhubungan Laut
SE KEMENDAGRI
Tindak Lanjut UU 23
Tahun 2014
Tindak Lanjut Gubernur Bengkulu
Tindak Lanjut
Gubernur Kalimantan Utara
Tindak Lanjut Bupati Aceh Barat Daya
Surat pencabutan CNC untuk IUP yang
sudah berakhir masa berlakunya
Tindak Lanjut Provinsi Aceh
Tindak Lanjut Bupati Aceh Jaya
Surat pencabutan IUP
GERAKAN NASIONAL PENYELAMATAN
SUMBERDAYA ALAM INDONESIA
SEKTOR KEHUTANAN DAN PERKEBUNAN
PENCEGAHAN KORUPSI
Kehutanan
Hak Menguasai Negara Atas Hutan
Perencanaan Kehutanan Inventarisasi Hutan Pengukuhan Kawasan Hutan Penatagunaan Hutan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan Pengelolaan Hutan Pemanfaatan Hutan
Pemberian Izin dan Pengelolaan Hutan oleh
BUMN
Penatausahaan dan Peredaran Hasil Hutan
Sistem Penarikan PNBP Pengawasan dan Pengendalian Penguatan Partisipasi Masyarakat
Dari 22 regulasi berkaitan izin di sektor
kehutanan, 18 diantaranya memberikan celah koruptif – baik suap, perlakuan memihak
patron-klien, maupun “state capture”. Dengan potensi suap mencapai 22 milyar rupiah per izin per tahun. (Kajian Kerentanan Korupsi di Sistem Perizinan Sektor Kehutanan, KPK, 2014)
Ketidak pastian hukum dalam kawasan hutan, berdampak pada ketidak adilan pengelolaan hutan yang seluas 70% wilayah Indonesia. (Kajian Sistem Perencanaan Kehutanan, KPK, 2010) Lemahnya pengendalian administrasi hasil hutan kayu dan sistem penarikan PNBP
menyebabkan tidak optimalnya
penerimaan negara di sektor kehutanan (Kajian Sistem Penerimaan Negara Bukan Pajak di Sektor Kehutanan)
Perum Perhutani menguasai kawasan hutan Jawa hingga seluas 2,4 juta hektar.
Pendapatan dan laba per hektar hanya 146 ribu rupiah per
hektar per tahun (Kajian Perhutani, KPK, 2014)
5 PERMASALAHAN MENDASAR SEKTOR KEHUTANAN DAN
PERKEBUNAN
1) Ketidakpastian hukum kawasan hutan
2) Lemahnya regulasi dalam perizinan di sektor kehutanan
dan perkebunan
3) Belum optimalnya perluasan wilayah kelola masyarakat
4) Lemahnya pengawasan dalam pengelolaan kehutanan dan
perkebunan menyebabkan hilangnya penerimaan negara
dari SDA.
5) Masih banyaknya konflik agraria dan kehutanan yang
belum tertangani.
NOTA KESEPAKATAN BERSAMA
11 Maret 2013
“PERSOALAN KORUPSI, KETIDAKPASTIAN HUKUM, DAN KEADILAN HARUS DILIHAT DAN DISELESAIKAN SECARA UTUH
MENYELURUH” TEMA 1. Harmonisasi Regulasi TEMA 3. Resolusi Konflik TEMA 2. Penyelarasan Prosedur Pengukuhan PERCEPATAN PENGUKUHAN KAWASAN HUTAN
PERKEMBANGAN IMPLEMENTASI RENAKSI NKB
PER KEMENTERIAN/LEMBAGA
51.8 51.6 66.7 34.6 31.3 38.5 55 53.6 56.8 40.9 0 10 20 30 40 50 60 70 80 Tutup (%)UKURAN KEBERHASILAN SAMPAI DENGAN B24 = 52%
Komisi Nasional Hak Azasi Manusia Badan Informasi Geospasial
Badan Pertanahan Nasional Kementerian Dalam Negeri
Kementerian Hukum dan HAM
Kementerian Pekerjaan Umum Kementerian Pertanian
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Kementerian Lingkungan Hidup
Kementerian Kehutanan
•
Rencana Aksi NKB perlu
direvitalisasi.
•
Untuk lebih inklusif dan
partisipatif melibatkan
Pemerintah Daerah dan
masyarakat (
civil society
)
•
Perlu disesuaikan dan
diselaraskan dengan arah
kebijakan Pemerintah
2014-2019 dan perubahan
strukturnya.
2013
2010 20122014
2016 11 MAR 2013 PENANDATANGANAN NOTA KESEPAKATAN BERSAMA (NKB) JAN 2010 KAJIAN PERENCANAAN DAN PENGELOLAAN KAWASAN HUTAN DES 2012 SEMILOKA PERCEPATAN PENGUKUHAN 31 JUL 2013 PENYEPAKATAN INDIKATOR KINERJANKB DAN KORSUP SDA
2011
“membangun komitmen kementerian dan lembaga lintas
sektor” “tidak bisa dilakukan oleh
hanya satu kementerian”
TARGET NKB NOV 2014 REFLEKSI SETAHUN NKB
2015
KORSUP HUTBUN & KELAUTAN 71 KORSUP MINERBAPERMASALAHAN PENGELOLAAN SEKTOR
KEHUTANAN & PERKEBUNAN
Perizinan SDA rentan suap
atau pemerasan,
terhitung
untuk satu izin HPH/HTI
besar potensi transaksi koruptif
berkisar antara 688 juta hingga
rupiah 22,6 milyar setiap tahun
(KPK, 2013).
PEMBERIAN IZIN PRODUKSI HASIL HUTAN WASDAL PNBP TATA USAHAIndikasi state capture
Potensi suap, pemerasan, penjualan pengaruh
Ketidakpastian status
105,8 juta ha
kawasan
hutan
(Penetapan baru
16,18% dari 120 juta ha –
data Kemhut 2013)
0.84
0.45
Margono et.al Kemenhut
JUT A HE KT A R Laju Deforestasi
Ketimpangan pengelolaan
hutan oleh kepentingan skala
besar. Hanya 3,18% yang
dialokasikan untuk skala kecil.
Nilai manfaat SDA tidak
sampai ke masyarakat
.
97%
3%
Pemanfaatan Hutan Skala besar Skala kecilPerpres 39 Tahun 2014, memberi ruang usaha perkebunan dikuasai asing sebesar 95%.
Perkebunan, tidak ada
34 juta ha
open access
Kinerja Izin
179
67
48
IUPHHK-HA TDK AKTIF IUPHHK-HA AKTIF TDK BERSERTIFIKAT139
80
26
IUPHHK-HT TDK AKTIFIUPHHK-HT AKTIF TDK BERSERTIFIKAT IUPHHK-HT AKTIF BERSERTIFIKAT
212 188 167 143 115 0 50 100 150 200 250 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 (J u m la h H P H A k f) TREN HPH AKTIF Sumber: APHI, 2013 USAHA HUTAN
ALAM USAHA HUTAN TANAMAN
PELAKSANAAN KEBIJAKAN KEHUTANAN PENGARUH TERHADAP BIAYA TRANSAKSI
-5 -4 -3 -2 -1 0 +1 +2 +3 +4 +5
PELAKSANAAN PERIZINAN
Pencadangan kawasan hutan (SK 6273/2011)
2 2 1
Analisis makro-mikro (PerDirjen BUK No 5/11)
1 2 1 1 1
Pengurusan izin (P 50/10, 26/12)—rekomendasi
Gub/Bup. 1 1 3
Pelayanan informasi perizinan secara online (P
13/2012) 1 1 3 2
Pengalihan Saham ( PP 6/07 jo PP 3/08) 3 1
PERENCANAAN HUTAN
Pengesahan rencana kerja usaha (RKU) (P 56/2009, P 24/11)
1 1 1 2 2
Pengaruh kebijakan terhadap biaya transaksi
Biaya negosiasi sd 200 jt agar dpt luasan yang dapat ditanam
Rp. 50 sd 100 ribu/ha
Rp. 2 sd 6 milyar
Revisi 50-100 juta & Unofficial sd 200 jt
Biaya unofficial sd 25jt untuk mendapat informasi/peta
Analisis ini diperoleh dari: a/. hasil identifikasi peraturan yang terkait dan wawancara, b/. FGD dengan pelaku usaha tgl 26 Oktober 2013 yang difasilitasi UNDP
Keterangan: Angka menunjukkan jumlah informan yang menyatakan pendapatnya
PELAKSANAAN KEBIJAKAN KEHUTANAN PENGARUH TERHADAP BIAYA TRANSAKSI
-5 -4 -3 -2 -1 0 +1 +2 +3 +4 +5
Pengesahan rencana kerja tahunan (RKT) (P 56/2009, 24/11)—menetapkan jatah produksi
1 3 2 2
Penataan batas areal izin (P 19/11, P 43/13)
1 1 1
IHMB (P 33/2009 jo P 5/2011) 2 1
P
RODUKSIH
ASILH
UTANPemasukan dan penggunaan alat (P 53/2009) 5 1 1
Kerjasama operasi dalam hutan tanaman (P 20/05, P
29/12) 1 1 1 1
Pemenuhan tenaga teknis (GANIS) kehutanan (P
58/2009). 1 2 3 2 1
Izin pembuatan dan penggunaan koridor (P 9/2010) 1 1 1 1 3
P
ENATA-
USAHAANH
ASILH
UTANSistem informasi penatausahaan hasil hutan
dan penatausahaan DR-PSDH (P 8/2009) 2 2
Unofficial u/ alat & koord dng aparat lain sd 50 jt
Unofficial , kasus 15 juta
Double tax dng beragam pungutan
Biaya pelatihan 30-40 jt/orang Biaya unofficial sd 100 jt
Lanjutan ...
Biaya monitoring pra penyusunan RKT, bisa 140 hr kerja x 8 orang
Jasa konsultan Rp. 50 ribu/ha dan Unofficial u/ pengesahan sd 1 M Tidak ada standar biaya dan waktu kerja. Biaya tambahan sd 300 jt.
Keterangan: Angka menunjukkan jumlah informan yang menyatakan pendapatnya
PELAKSANAAN KEBIJAKAN KEHUTANAN PENGARUH TERHADAP BIAYA TRANSAKSI
-5 -4 -3 -2 -1 0 +1 +2 +3 +4 +5
Sertifikasi Pengelolaan Hutan Lestari (HA, HT) (P 38/09, P 68/11, P45/12, P42/13)
1 2 3 1
Verifikasi Legalitas Kayu (P 38/09, P 68/11,
P45/12, P42/13) 1 1 2 1
T
ERKAITK
AWASANH
UTANIzin Pemanfaatan Kayu (P 14/11, P 20/13) 1 3 3
Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan (P 18/2011, P 14/2013)
2 1 1
Tukar menukar kawasan hutan (P 32/2010, P 41/2012)
1 1 1
K
EBIJAKAN LAINMonitoring dan pengawasan rutin
1 4
Perlindungan hutan (termasuk apabila terjadi
konflik sosial) 1 3
Biaya tim teknis lapangan-nego; tarif/luas-jenis kayu
Biaya unofficial tergantung luas, sd 15 M
Biaya unofficial untuk mendapat izin
Lanjutan ...
Membayar biaya
perjalanan dan akomodasi Rp 20-30 ribu /pasukan; Puluhan juta setoran rutin
Konsultan ±500 jt, 50-500
rb/pos (20-30 pos), Monev
100-150 x SPT ke pershn
Keterangan: Angka menunjukkan jumlah informan yang menyatakan pendapatnya
Data Perkebunan Indonesia
Sumber : Kementerian Pertanian, 2015
No. PROVINSI Jumlah Perusahaan LUAS (Ha) TOTAL PRODUKSI (Ton)
No. Komoditi Luas %
1 RIAU 310 1,558,553.35 4,335,419.21 1 K. Sawit 6,496,126 85.95% 2 JAWA BARAT 193 210,775.59 309,755.81 2 Karet 278,644.90 3.69% 3 JAMBI 136 685,676.40 1,095,658.80 3 Tebu 250,028.40 3.31% 4 ACEH 123 327,152.60 755,965.83 4 Teh 109,211.10 1.44% 5 KALIMANTAN BARAT 103 590,345.70 861,048.30 5 Kelapa 102,076.00 1.35% 6 JAWA TIMUR 100 188,325.51 202,591.28 6 Kakao 60,003.40 0.79% 7 KALIMANTAN TENGAH 90 607,454.66 1,467,208.56 7 Kopi 54,864.80 0.73% 8 KALIMANTAN TIMUR 89 842,882.36 491,103.21 8 Cengkeh 43,689.20 0.58% 9 KALIMANTAN SELATAN 84 650,082.87 394,066.09 9 Sagu 23,157.20 0.31% 10 SUMATERA UTARA 74 293,422.70 830,784.28 10 Kapuk 3,211.50 0.04% 11 SUMATERA SELATAN 54 47,742.08 157,737.75 11 Kelapa Dalam 2,157.00 0.03% 12 BENGKULU 53 153,146.24 189,728.77 12 Kina 1,060.00 0.01% 13 SULAWESI UTARA 43 10,031.96 12,218.13 13 Jarak 948.7 0.01% 14 JAWA TENGAH 38 88,777.39 52,703.66 14 Jambu Mete 815.4 0.01% 15 LAMPUNG 34 263,128.04 891,968.24 15 Kenaf 805 0.01% 16 KEP. BANGKA BELITUNG 32 151,398.63 510,717.48 16 Astiri 393.4 0.01% 17 SULAWESI SELATAN 24 99,622.72 103,732.36 17 Serai Wangi 198 0.00% 18 GORONTALO 24 8,341.50 28,294.81 18 Aneka Tanaman 140 0.00% 19 SUMATERA BARAT 17 63019.6 19 Albazia 90 0.00% 20 BANTEN 17 9,470.32 12,299.74 20 Jahe 71.5 0.00% 21 SULAWESI TENGAH 10 140,806.63 108,980.37 21 Abaca 0.00% 22 PAPUA 8 99,041.60 93,070.80 22 Tidak ada Keterangan 130,240.08 1.72% 23 SULAWESI BARAT 8 48,036.85 152,467.65 24 PAPUA BARAT 8 249855.3 25 KALIMANTAN UTARA 7 99,260.69 - 26 MALUKU 7 52880.48 27 SULAWESI TENGGARA 3 18700 TOTAL 1,689.00 7,557,932 13,057,521 TOTAL 7,557,932
Data Perkebunan Berdasarkan Komoditas
Sumber : Kementerian Pertanian, 2015 NO. KOMODITAS LUAS (Ha) JAWA BARAT JAWA TENGAH JAWA TIMUR 1 Albazia 90 2 K. Sawit 7768.3 4932.83 3 Aneka Tanaman 140 4 ina 1060 5 Serai Wangi 198 6 Jarak 948.73 7 Astiri 393.42 8 Karet 67254.18 21610.5439 21223.61 9 Kopi 1136.31 30891.99355 15183.94 10 Kakao 8959.61 1874.6226 38171.1013 11 Tebu 17398.61 381.58 8150.55 12 Teh 98380.94702 3397.1524 3870.65 13 Kelapa 2983.89 371.09 84206.16 14 Cengkeh 5210.32 30052.4115 8426.44 15 Kapuk 3211.501767 Total 210,776 88,777 188,326 No. PROVINSI Jumlah Perusaha an LUAS (Ha) TOTAL PRODUKSI (Ton) 1 JAWA BARAT 193 210,776 309,756 2 JAWA TIMUR 100 188,326 202,591 3 JAWA TENGAH 38 88,777 52,704 TOTAL 331 487,878 565,051