• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan PKL Pemeliharaan PHB TR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan PKL Pemeliharaan PHB TR"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN

PRAKTEK KERJA LAPANGAN

PEMELIHARAAN PAPAN HUBUNG BAGI TEGANGAN

RENDAH (PHB–TR) DI PT PLN (PERSERO) UNIT LAYANAN

SALATIGA

Disusun oleh : Ligan Budi Pratomo

3.31.12.1.11

PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

(2)
(3)
(4)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan yang dilaksanakan di PT PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga pada tanggal 27 Juli 2015 sampai dengan 31 Agustus 2015 ini dengan lancar sesuai jangka waktu yang telah ditentukan.

Penyusunan laporan ini merupakan salah satu syarat untuk memenuhi tugas dalam menempuh studi akhir semester V pada Program Studi Teknik Listrik Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Semarang.

Penulis menyadari sepenuhnya keberhasilan pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan ini tidak terlepas dari bantuan serta dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Ir. Supriyadi, M.T selaku Direktur Politeknik Negeri Semarang.

2. Ibu Dwi Handayani, S.T, M.Eng. selaku Manager PT PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga.

3. Bapak Dr. Amin Suharjono S.T, M.T selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Semarang.

4. Bapak Susilo Sigit selaku Asisten Manajer bagian Distribusi PT PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga. Sekaligus pembimbing yang memberikan arahan dan masukan kepada penulis.

5. Bapak Yusnan Badruzzaman S.T, M.Eng selaku Ketua Prodi Listrik Politeknik Negeri Semarang.

6. Bapak Triyono, S.T, M. Eng , selaku dosen pembimbing praktek kerja lapangan Politeknik Negeri Semarang.

7. Bapak Eko Winarno selaku pembimbing di PT PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga yang memberikan arahan dan masukan kepada penulis.

8. Teman – teman yang melaksanakan PKL di Unit Layanan Salatiga yang telah membantu dan memperlancar penyusunan laporan ini.

9. Keluarga yang selalu memberi dukungan sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Praktek Kerja Lapangan dengan baik.

(5)

v

Penulis menyadari di dalam penyusunan laporan ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang bersifat membangun guna kesempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pihak.

Semarang, Desember 2015

Penulis

(6)

vi DAFTAR ISI Halaman Sampul i Halaman Pengesahan ii Kata Pengantar iv Daftar Isi vi Daftar Gambar x Daftar Tabel xi BAB I. Pendahuluan 1 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Batasan Masalah 1

1.3 Tujuan dan Manfaat PKL 1

1.4 Waktu dan Pelaksanaan PKL 2

1.5 Metode Penyusunan Laporan 2

1.6 Sistematika Penulisan 2

BAB II. Gambaran Umum Perusahaan 4

2.1 Sejarah Singkat PT PLN (Persero) 4

2.2 Maksud dan Tujuan PT PLN Persero 6

2.3 Visi, Misi, Motto, dan Penerapan Nilai-nilai PT PLN (Persero) 6

2.3.1 Visi PT PLN (Persero) 6

2.3.2 Misi PT PLN (Persero) 6

2.3.3 Motto PT PLN (Persero) 6

2.3.4 Motto PT PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga 6

2.3.5 Penerapan Nilai-nilai PT PLN (Persero) 7

2.4 Lambang PT PLN (Persero) 7

2.4.1 Bentuk Lambang 7

2.4.2 Elemen Dasar Lambang 8

2.4.3 Penggunaan Lambang 9

2.4.4 Ukuran Out Line 10

2.4.5 Ukuran In Line 10

2.5 Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga 11

(7)

vii

2.7 Pemodalan 15

2.8 Kepegawaian 15

2.9 Wilayah Kerja PT PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga 16 2.10 Struktur Organisasi PT PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga 19 2.11 Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi PT PLN (Persero) Unit Layanan Slatiga 20

2.11.1 Manajer Unit Layanan 20

2.11.2 Asisten Manajer Transaksi Energi 20

2.11.3 Asisten Manajer Pelayanan dan Administrasi 21

2.11.4 Asisten Manajer Distribusi 21

2.12 Disiplin Kerja 22

BAB III. Landasan Teori 24

3.1 Pemeliharaan Jaringan Distribusi 24

3.1.1 Pengertian Pemeliharaan 24

3.1.2 Tujuan Pemeliharaan 24

3.1.3 Macam-macam Pemeliharaan 24

3.1.3.1 Berdasarkan Waktu Pelaksanaanya 24

3.1.3.2 Berdasarkan Metodenya 24

3.1.4 Jadwal Pemeliharaan 26

3.2 Papan Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB-TR) 26

3.2.1 Pengertian Papan Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB-TR) 26

3.2.2 Fungsi PHB-TR 26

3.2.3 Desain PHB-TR 27

3.2.3.1 Konstruksi 27

3.2.3.2 Proteksi Terhadap Korosi 28

3.2.3.3 Bagian-bagian PHB-TR 28

3.2.3.4 Peralatan Bantu 31

3.2.3.5 Hubungan Pembumian 31

3.2.3.6 Pengawatan 31

3.2.3.7 Perlengkapan 32

3.2.3.8 Papan Hubung Bagi Tegangan Rendah Pasang Dalam 32 3.2.3.9 Papan Hubung Bagi Tegangan Rendah Pasang Luar 32

(8)

viii

3.2.4.1 Konsdisi Pelayanan Normal 33

3.2.4.2 Kondisi Udara untuk Pasangan Dalam 33

3.2.4.3 Kondisi Udara untuk Pasangan Luar 33

3.2.4.4 Tinggi Tempat 33

3.2.4.5 Kondisi selama Pengangkutan, Penyimpanan, dan Pemasangan 34

3.2.4.6 Karakteristik Listrik 34

3.2.5 Penandaan 34

3.2.6 Pengujian 35

3.2.6.1 Uji Jenis 35

3.2.6.2 Uji Rutin 35

3.2.6.3 Uji Serah Terima 36

BAB IV. Pemeliharaan Papan Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB-TR) 37 4.1 Pemeliharaan Papan Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB-TR) 37

4.1.1 Pengertian 37

4.1.2 Persiapan Pemeliharaan 37

4.1.2.1 Perlengkapan Kerja 37

4.1.2.2 Material 38

4.1.2.3 Prosedur Komunikasi 38

4.1.2.4 Pemeriksaan dan Pengukuran 38

4.1.3 Pemeriksaan Pemeliharaan 39

4.1.3.1 Kelainan pada Saklar Utama 39

4.1.3.2 Pemeliharaan Pelebur/Fuse dan Penjepitnya 39

4.1.3.3 Pemeliharaan Alat Ukur Peralatan Bantunya 39

4.1.3.4 Prosedur Pemelihaan PHB-TR 39

4.1.3.5 Langkah Pemeliharaan NH Fuse dan Ground Plate 40 4.1.3.6 Langkah Pemeliharaan Alat Ukur Peralatan Bantunya 41

4.1.4 Pemeriksaan Hasil Pemeliharaan 41

4.1.5 Pelaporan pada Pekerjaan Pemeliharaan 41

4.1.5.1 Fungsi Pelaporan 41

4.1.5.2 Kejadian yang Perlu Dilaporkan 42

4.2 Langkah Kerja Pemeliharaan Papan Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB-TR) Sesuai dengan SOP (Standing Operating Prosedure) 42

(9)

ix BAB V. Penutup 47 5.1 Kesimpulan 47 5.2 Saran 47 Daftar Pustaka 49 Lampiran

(10)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Logo PT PLN (Persero) ... 7

Gambar 2.2 PT PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga ... 12

Gambar 2.3 Hierarki Organisasi pada PT PLN (Persero) Wilayah Unit Layanan. .. 14

Gambar 2.4 Wilayah Kerja PT PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga ... 18

Gambar 2.5 Struktur Organisasi PT PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga ... 19

Gambar 3.1 Kontruksi PHB TR 2 Jurusan (atas) dan Kontruksi PHB-TR 4 Jurusan (bawah) ... 27

Gambar 4.1 Membuka PHB–TR ... 42

Gambar 4.2 Mengukur beban dan tegangan pada gardu ... 42

Gambar 4.3 Membuka saklar utama ... 43

Gambar 4.4 Membuka FCO ... 43

Gambar 4.5 Pemeriksaan perlengkapan PHB–TR ... 43

Gambar 4.6 Pemeliharaan pada NH–Fuse dengan pemberian Vaselin... 44

Gambar 4.7 Melakukan pemeliharaan terhadap komponen- komponen di dalam PHB – TR ... 44

Gambar 4.8 Pasang kembali komponen – komponen PHB – TR yang belum ... dipasang... 44

Gambar 4.9 Masukkan FCO ... 45

Gambar 4.10 Masukkan saklar utama ... 45

Gambar 4.11 Mengukur beban dan tegangan gardu ... 45

(11)

xi

DAFTAR TABEL

(12)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan masyarakat global akan energi semakin meningkat, khususnya energi listrik. Disisi lain, masyarakat yang berperan sebagai konsumen juga meningkat seiring berjalannya waktu dan menuntut mutu serta kualitas pelayanan yang lebih baik secara kontinyu. PHB merupakan salah satu peralatan terpenting dalam menjaga kontinyuitas penyaluran.

Dalam hal ini, dibutuhkan PHB-TR yang berfungsi untuk mengatur dan memutus pendistribusian listrik yang didistribuskan melalui JTM dan diturunkan melalui trafo step down.

Pada laporan PKL ini akan dibahas mengenai “Pemeliharaan PHB-TR pada area Distribusi PT. PLN Unit Layanan Salatiga”.

1.2 Batasan Masalah

Dalam laporan PKL ini membahas tentang :

a. Pengertian Papan Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB – TR)

b. Pengenalan macam – macam bagian yang terdapat pada Papan Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB – TR)

c. Pemeliharaan PHB-TR pada area Distribusi di PT. PLN Unit Layanan Salatiga. d. Langkah – langkah pemeliharaan Papan Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB

– TR) pada PT. PLN Unit Salatiga.

1.3 Tujuan dan Manfaat Praktek Kerja lapangan

a. Mengetahui dan memahami cara pemeliharaan pada peralatan listrik terutama PHB-TR.

b. Meningkatkan pengetahuan serta mempelajari cara kerja PHB-TR.

c. Mengamati secara langsung rancangan alat-alat yang digunakan, cara kerja dan proteksi pada PHB-TR.

(13)

2 Kegiatan praktek kerja lapangan dilaksanakan pada tanggal 27 Juli 2015 sampai dengan 31 Agustus 2015 di PT PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga. 1.5 Metode Penypusunan Laporan

Dalam penyusunan laporan ini, metode yang digunakan diantaranya: a. Diskusi

Dengan cara melakukan tanya jawab dan konsultasi terkait penyusunan laporan ini kepada supervisor maupun para ahli pemeliharaan PHB-TR di PT PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga.

b. Studi kepustakaan

Dengan cara membaca teori yang berkaitan tentang laporan PKL. c. Studi lapangan

Dengan cara mengumpulkan data yang disediakan oleh PT PLN (Persero) dan PT Haleyora Power.

d. Metode Observasi

Metode observasi dilakukan dengan cara pengamatan langsung pekerjaan yang dilakukan.

e. Data Sekunder

Dengan cara meminjam SOP dari PT PLN (Persero) terkait pemeliharaan. 1.6 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam penyusunan laporan magang ini sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisi tentang latar belakang, batasan masalah, tujuan dan kegunaan praktek kerja lapangan, Waktu dan pelaksanaan praktek kerja lapangan, metode penyusunan dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

Dalam bab ini membahas mengenai sejarah PT PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga, struktural organisasi serta tugas dan wewenang sesuai dengan struktural organisasi.

BAB III LANDASAN TEORI

(14)

3 PT PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga dan pengertian dari Papel Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB – TR).

BAB IV PEMELIHARAAN PANEL HUBUNG BAGI TEGANGAN RENDAH (PHB-TR)

Dalam bab ini membahas tentang Pemeliharaan Papan Hubung Bagi Tegengan Rendah (PHB-TR) pada jaringan distribusi pada PT PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga.

BAB V PENUTUP

(15)

4 BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Singkat PT PLN (Persero)

Kelistrikan di Indonesia dimulai pada abad ke-19, pada saat didirikannya beberapa pembangkit tenaga listrik oleh beberapa perusahaan milik Belanda, antara lain pabrik gula dan teh yang dipergunakan untuk keperluan sendiri. Kelistrikan untuk kemanfaatan umum mulai ada pada saat perusahaan swasta milik Belanda yaitu NV. NIGN yang pada mulanya bergerak di bidang gas mulai berkembang ke bidang listrik untuk kemanfaatan umum, pada tahun 1927 mulai dibentuk s’Lands Waterkracht Bedruven (LWB) oleh pemerintah Belanda sebagai perusahaan listrik Negara pengelola PLTA Plegan, PLTA Lamajan, PLTA Bengkok Dago, PLTA Ubruk dan Kracak di daerah Jawa Barat, PLTA Giringan di Madiun, PLTA TES di Bengkulu, PLTA Tonsea Lama di Sulawesi Utara dan PLTU di Jakarta. Selain itu di beberapa kota praja dibentuk perusahaan-perusahaan listrik kota praja.

Dengan kekalahan pemerintah Belanda kepada Jepang dalam perang dunia II maka Indonesia dikuasai oleh Jepang. Oleh karena itu perusahaan listrik dan gas yang ada diambil oleh Jepang dan semua personil dalam perusahaan listrik tersebut diambil oleh orang-orang Jepang. Dengan jatuhnya Jepang ke tangan Sekutu dan diproklamasikannya kemerdekaan Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, maka kesempatan baik ini dimanfaatkan oleh pemuda dan buruh listrik dan gas untuk pengambil-alihan perusahaan-perusahaan listrik dan gas yang dikuasai Jepang.

Setelah perusahaan listrik dan gas berhasil direbut dari tangan kekuasaan Jepang, kemudian pada bulan September 1945 diadakan pertemuan antara delegasi dari buruh atau pegawai listrik dan gas yang diketuai oleh Kobarsyih dengan pimpinan KNI (Komite Nasional Indonesia) pusat yang ada pada waktu itu diketuai oleh Mr. Kasman Singomedjo untuk pelaporan hasil perjuangan Jepang. Selanjutnya dilakukan penyerahan perusahaan–perusahaan listrik dan gas kepada pemerintah Republik Indonesia oleh delegasi Kobarsyih bersama-sama pimpinan KNI pusat.

(16)

5 Penyerahan tersebut diterima oleh Presiden Sukarno dan kemudian dengan penetapan Pemerintah tahun 1945 No. I/SD tanggal 27 Oktober 1945 maka dibentuklah jawatan listrik dan gas dibawah Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga.

Dengan adanya Agresi Belanda I dan II sebagian besar perusahaan-perusahaan listrik Negara dikuasai kembali oleh Pemerintah Belanda. Kemudian terjadi penggabungan antara pegawai-pegawai yang tidak mau bekerjasama pada kantor Jawatan Listrik dan Gas di daerah-daerah Republik Indonesia yang bukan daerah pendudukan Belanda. Para pemuda kemudian mengajukan MOSI yang kemudian dikenal dengan MOSI Kobarsyih tentang nasionalisasi perusahaan listrik dan swasta kepada Parlemen Republik Indonesia. Selanjutnya dikeluarkan keputusan Presiden Republik Indonesi No. 163, tanggal 3 Oktober 1953 tentang nasionalisasi Perusahaaan Listrik milik Bangsa Asing di Indonesia apabila waktu konsesinya habis.

Sejalan dengan peningkatan perjuangan Indonesia untuk pembebasan Irian Jaya dari cengkraman Penjajah Belanda maka dikeluarkan Undang-Undang No.86 tahun 1958 yang disahkan tanggal 27 Desember 1958 tentang nasionalisasi perusahan Listrik dan Gas milik Belanda. Dengan UU tersebut maka seluruh Perusahaan Listrik dan Gas berada di tangan Bangsa Indonesia.

Sejarah ketenagalistrikan di Indonesia terjadi pasang surut, sejalan dengan pasang surutnya perjuangan Bangsa. Tanggal 27 Oktober 1945 kemudian dikenal dengan Hari Listrik dan Gas, hari tersebut telah diperingati untuk pertama kalinya pada tanggal 27 Oktober 1946 bertempat di Gedung Badan Pekerja Komite Nasional Pusat (BPKNIP), Yogyakarta. Penetapan secara resmi tanggal 28 Oktober 1945 sebagai Hari Listrik dan Gas berdasarkan keputusan menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga No.20 tahun 1960, namun kemudian berdasarkan keputusan menteri Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik No.235/KPTS/1975 tanggal 30 September 1975. Peringatan Hari Listrik dan Gas digabungkan dengan Hari kebangkitan Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik yang jatuh pada tanggal 3 Desember. Maka berdasarkan keputusan Menteri Pertambangan dan Energi No.1134.K/43/PE/1992 tanggal 31 Agustus 1992.Oleh karena itu ditetapkan tanggal 27 Oktober 1992

(17)

6 sebagai Hari Listrik Nasional.

2.2 Maksud dan Tujuan PT PLN (Persero)

Tujuan dari PT PLN (Persero) untuk dimilikinya usaha dalam bidang penyediaan tenaga listrik bagi kepentingan umum dalam arti yang seluas-luasnya dan sekaligus didapatkannya keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan. Anggaran dasar PT PLN (Persero) pada pasal 3 terdapat pernyataan bahwa maksud dan tujuan perseroan adalah berusaha dalam bidang penyediaan listrik bagi kepentingan umum dalam arti seluas-luasnya.

Berdasarkan Peraturan Menteri PUTL No. 12 Tahun 1975 ditetapkan Kebijaksanaan Umum mengenai tujuan Perusahaan Umum Listrik Negara adalah turut dilaksanakan program pembangunan nasional dalam rangka pembangunan ekonomi dan ketahanan nasional sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah melalui tenaga listrik dalam rangka peningkatan derajat masyarakat.

2.3 Visi, Misi, Motto dan Penerapan Nilai–Nilai PT PLN (Persero)

2.3.1 Visi PT PLN (Persero)

Diakui sebagai Perusahaan Kelas Dunia yang bertumbuh kembang unggul, dan terpercaya dengan bertumpu pada potensi insani.

2.3.2 Misi PT PLN (Persero)

Misi PT PLN (Persero) sebagai berikut:

a. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait,berorientasi pada kepuasan pelanggan,anggota perusahaan dan pemegang saham.

b. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.

c. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan ekonomi. d. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.

2.3.3 Motto PT. PLN (Persero) Sahabat Setia Untuk Kemajuan

(18)

7 “Jernihkan Hati Terangi Negeri”

Berdasarkan SK Manajer 037.K/MAPJ/2009 2.3.5 Penerapan Nilai – Nilai PT PLN (Persero)

a. Saling Percaya. b. Integritas. c. Peduli. d. Pembelajar.

2.4 Lambang PT PLN (Persero)

PT PLN (Persero) menyadari makin pentingnya arti pembentukan citra perusahaan yang baik di mata masyarakat Indonesia sebagai mitra terpercaya dan handal sebagai penyelenggara sektor ketenagalistrikan di Indonesia. Makna logo adalah sebagai lambang identitas perusahaan serta sarana pencerminan nilai-nilai luhur perusahaan. Perlu dibuat suatu STANDAR yang mengikat mengenai bentuk, ukuran dan warna serta tata cara penggunaannya. Logo PT PLN (Persero) sebagai identitas perusahaan yang standar akan mampu meningkatkan citra perusahaan sebagai perusahaan berkelas dunia, khususnya di mata masyarakat Indonesia.

2.4.1 Bentuk Lambang

Bentuk, warna dan makna lambang Perusahaan resmi yang digunakan adalah sesuai yang tercantum pada Lampiran Surat Keputusan Direksi Perusahaan Umum Listrik Negara No. : 031/DIR/76 Tanggal : 1 Juni 1976, mengenai Pembakuan Lambang Perusahaan Umum Listrik Negara.

(19)

8 2.4.2 Elemen Dasar Lambang

a. Bidang Persegi

Menjadi bidang dasar bagi elemen-elemen lambang lainnya, melambangkan bahwa PT PLN (Persero) merupakan wadah atau organisasi yang terorganisir dengan sempurna. Berwarna kuning untuk menggambarkan pencerahan, seperti yang di diharapkan PLN bahwa listrik mampu menciptakan pencerahan bagi kehidupan masyarakat. Kuning juga melambangkan semangat yang menyala-nyala yang dimiliki tiap insan yang berkarya di perusahaan ini.

b. Panjang Vertikal

Melambangkan tenaga listrik yang terkandung di dalamnya sebagai produk jasa utama yang dihasilkan oleh perusahaan. Mengartikan kerja cepat dan tepat para insan PT PLN (Persero) dalam memberikan solusi terbaik bagi para pelanggannya. Warnanya yang merah melambangkan kedewasaan PLN sebagai perusahaan listrik pertama di Indonesia dan kedinamisan gerak laju perusahaan beserta tiap insan perusahaan serta keberanian dalam menghadapi tantangan perkembangan jaman.

c. Tiga Gelombang

Memiliki arti gaya rambat energi listrik yang dialirkan oleh tiga bidang usaha utama yang digeluti perusahaan yaitu pembangkitan, penyaluran dan distribusi yang seiring sejalan dengan kerja keras para insan PT PLN (Persero) guna memberikan layanan terbaik bagi pelanggannya. Warna biru untuk menampilkan kesan konstan (sesuatu yang tetap) seperti halnya listrik yang tetap diperlukan

(20)

9 dalam kehidupan manusia. Warna biru juga melambangkan keandalan yang dimiliki insan-insan perusahaan dalam memberikan layanan terbaik bagi para pelanggannya.

d. Konfigurasi Vertikal

Logo Perusahaan tersusun dengan lambang perusahaan berada di atas nama perusahaan dengan posisi simetris garis tengah vertical.

e. Konfigurasi Horisontal

Logo Perusahaan tersusun dengan lambang perusahaan berada di sebelah kanan nama perusahaan dengan posisi simetris garis tengah horisontal.

2.4.3 Penggunaan Lambang

a. Tanpa PT PLN (Persero)

b. Penggunaan kata – kata (Tanpa Lambang)

Pada Logo atau saat berdiri sendiri, standar warna tulisan nama perusahaan di atas bidang putih maupun warna terang lainnya adalah hitam. Bila berada pada dasar berwarna gelap, tulisan nama perusahaan menjadi berwarna putih.

(21)

10 2.4.4 Ukuran Out Line

a. Pada saat lambang perusahaan ditampilkan hitam putih, maupun pada kondisi tertentu saat logo tampil berwarna, elemen persegi panjang lambang dibuat bergaris luar hitam (outline).

b. Agar garis luar tersebut proporsional terhadap besar logo, terutama pada saat membuat logo dalam ukuran besar, maka dibuat rumusan sebagai berikut.

c.

Catatan :

-Satuan L adalah cm. -1 Poin = 0,353 mm

1) Rumus di atas harus tetap digunakan pada saat membuat lambang perusahaan dalam ukuran yang lebih besar, baik dalam bentuk 2 (dua) dimensi maupun 3 (tiga) dimensi.

2) Garis luar hanya merupakan tanda bahwa ada bidang yang menjadi alas elemen tiga gelombang dan petir.

3) Garis luar tidak boleh terlihat dominan dibandingkan dengan elemen lainnya karena ukuran yang terlalu tebal

(22)

11 Ukuran maksimal logo dalam aplikasi media berukuran besar tidak dibatasi, sejauh perbandingan pada proses pembesaran secara digital tetap mengikuti ketentuan yang telah diatur. Pembesaran secara manual harus mengikuti sistem grid logo yang telah ditentukan sebelumnya. Sedangkan ukuran minimal logo yang diperbolehkan, ditampilkan sebagai berikut :

a. Ukuran kartu nama yang digunakan adalah ukuran 9 cm x 5,5 cm horisontal. b. Bahan yang digunakan adalah kertas dan tidak diperbolehkan menggunakan

bahan lain, seperti plastik dan Iain-lain.

c. Logo yang digunakan pada kartu nama adalah logo dengan lambang berukuran terkecil yang diperbolehkan (9 mm x 12 mm) dan yang berkonfigurasi horisontal dengan tulisan nama perusahaan sebesar 7 poin (2,2 mm) seperti contoh berikut ini:

2.5Sejarah Singkat PT PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga

PT PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga merupakan unit layanan setingkat Area Pelayanan dan Jaringan (APJ).Seperti halnya APJ, tanggung jawab PT PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga di bidang penjualan dan pelayanan distribusi tenaga listrik meliputi wilayah Salatiga, Ambarawa, Ungaran, dan sebagian besar wilayah kabupaten Semarang.

Sebelum dijadikan Area Pelayanan dan Jaringan, PT PLN Salatiga yang terbentuk tahun 1997 merupakan PT PLN Cabang Salatiga pemekaran daerah Semarang. Kemudian berdasarkan Surat Keputusan General Manajer PT PLN (Persero) Unit

(23)

12 Bisnis Distribusi Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta No. 123.K/021/GM/2003, tanggal 17 Juni 2003 dibentuk Organisasi Area Pelayanan dan Jaringan (APJ) di lingkungan PT PLN (Persero) Unit Bisnis Distribusi Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta.Jumlah APJ tersebut ada 11 area termasuk APJ Salatiga.

Gambar 2.2 PT PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga

Selain APJ Salatiga, APJ lain yang berada dibawah PT PLN (Persero) Unit Bisnis Distribusi Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta yaitu:

a. Area Pelayanan dan Jaringan Semarang b. Area Pelayanan dan Jaringan Surakarta c. Area Pelayanan dan Jaringan Klaten d. Area Pelayanan dan Jaringan Yogyakarta e. Area Pelayanan dan Jaringan Cilacap f. Pelayanan dan Jaringan Magelang

g. Area Pelayanan dan Jaringan Purwokerto h. Area Pelayanan dan Jaringan Tegal i. Area Pelayanan dan Jaringan Pekalongan j. Area Pelayanan dan Jaringan Kudus

Kemudian deengan didasarkan SK DIR 1221.K/DIR/2011 tanggal 2 Agustus 2011 tentang Pilot Project Program Debirokratisasi Organisasi Dua Layer Pada Unit Pelaksana Layanan Di Lingkungan PT PLN (Persero) Distribusi dan PT PLN (Persero) Wilayah, yang diikuti SK DIR 1354.K/DIR/2011 tentang Organisasi PT

(24)

13 PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga Pada PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Tengah Dan D.I.

Yogyakarta, serta SK DIR 1428.K/DIR/2011 tentang Formasi Jabatan PT PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga Pada PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta, PT PLN (Persero) APJ Salatiga berubah menjadi PT PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga. Pada Keputusan Direksi tersebut tertuang enam wilayah yang ditetapkan sebagai pilot project Program Debirokratisasi Organisasi Dua Layer, yaitu:

a. PT PLN (Persero) APJ Salatiga pada PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta.

b. PT PLN (Persero) Cabang Padang pada PT PLN (Persero) Wilayah Sumatera Barat.

c. PT PLN (Persero) Cabang Tanjung Pandan pada PT PLN (Persero) Wilayah Bangka Belitung.

d. PT PLN (Persero) Cabang Sumbawa pada PT PLN (Persero) Wilayah Nusa Tenggara Barat.

e. PT PLN (Persero) Cabang Kupang pada PT PLN (Persero) Wilayah Nusa Tenggara Timur.

f. PT PLN (Persero) Area Makassar pada PT PLN (Persero) Wilayah Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Barat.

Keenam wilayah tersebut sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh PT PLN (Persero). Pedoman batasan yang ditentukan oleh PT PLN (Persero) sebagai berikut:

Untuk daerah kepulauan Jawa, Sumatera, dan Sulawesi: a. Radius pelayanan minimum 40 km

b. Jumlah pelanggan minimum 45000 pelanggan

c. Penjualan energi tenaga listrik per tahun minimum 40 milyar Rupiah d. Penjualan energi tenaga listrik per tahun minimum 40 GWh

e. Panjang jaringan tegangan menengah (JTM) minimum 200 kms f. Panjang jaringan tegangan rendah (JTR) minimum 300 kms Untuk daerah kepulauan Bangka Belitung dan Nusa Tenggara:

(25)

14 a. Radius pelayanan minimum 40 km

b. Jumlah pelanggan minimum 30000 pelanggan

c. Pendapatan penjualan energi tenaga listrik per tahun minimum 20 milyar Rupiah

d. Penjualan energi tenaga listrik per tahun minimum 20 GWh e. Panjang jaringan tegangan menengah (JTM) minimum 200 kms f. Panjang jaringan tegangan rendah (JTR) minimum 300 kms

PT PLN (Persero) Unit Layanan dibawah wewenang PT PLN (Persero) Wilayah, dengan bagan hierarki sebagai berikut:

Gambar 2.3Hierarki Organisasi pada PT PLN (Persero) Wilayah Unit Layanan Dengan adanya debirokratisasi diharapkan jalur birokrasi dan birokrasi dapat dipercepat. Hal ini dikarenakan dilakukan pemangkasan hierarki organisasi pelayanan menjadi dua layer, yaitu Unit Induk dan Unit Layanan. Sebelum debirokratisasi terbentuk, struktur organisasi terdiri dari tiga lapis birokrasi yaitu Kantor Distribusi, APJ, dan UPJ.

2.6Lapangan Usaha

(26)

15 kekayaan negara, PLN UL Salatiga menyelenggarakan penyediaan tenaga listrik, yang meliputi kegiatan transmisi dan distribusi, sampai dengan titik pemakaian. Dalam menyelenggarakan usaha tersebut, PLN UL Salatiga melakukan perencanaan dan pembangunan sarana penyediaan tenaga listrik dan pengembangan penyediaan tenaga listrik, serta dapat bekerjasama dengan badan usaha lain.

2.7Permodalan

PLN UL Salatiga sebagai perusahaan yang kepemilikannya dipegang oleh pemerintah, pengaturan tentang permodalan perusahaan serta penggunaannya ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah, tepatnya PP.No.17 tahun 1990, tentang Perusahaan Umum Listrik Negara, antara lain ditetapkan sebagai berikut.

a. Modal Perusahaan adalah kekayaan negara yang dipisahkan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau APBN, dan tidak terbagi atas saham-saham.

b. Besarnya modal perusahaan sama dengan nilai seluruh kekayaan negara yang telah tertanam dalam perusahaan.

c. Setiap penanaman modal yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan, dilakukan dengan peraturan pemerintah.

d. Perusahaan dapat menambah modalnya dengan dana yang dibentuk dan dipupuk secara intern.

e. Perusahaan tidak mengadakan cadangan diam atau cadangan rahasia.

f. Semua alat-alat likuid yang tidak segera diperlukan oleh perusahaan, disimpan dalam bentuk uang milik negara.

2.8Kepegawaian

Untuk memperlancar tujuan perusahaan, perlu diciptakan adanya ketentraman, ketenangan serta kegairahan kerja dalam perusahaan. Dalam memberikan penghargaan yang layak bagi semua pegawai sesuai dengan prestasi serta kedudukan hukum, susunan jabatan, kepangkatan, pemberhentian, gaji pensiun dan tunjangan bagi pegawai diatur berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(27)

16 2.9Wilayah Kerja PT PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga

PT PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga yang berada dibawah wewenang PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta terletak di tengah-tengah provinsi Jawa Tengah dengan wilayah kerja meliputi Salatiga Kota, Ambarawa, Ungaran dan sebagian besar wilayah Kabupaten Semarang dengan total luas wilayah 950,21 km2 dengan jumlah pelanggan lebih dari 300.000 pelanggan.

Pada setiap unit wilayah terdapat unit dibawah PT PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga yang bertanggung jawab terhadap pelayanan teknik pada wilayah masing-masing, yaitu:

a. Unit Layanan Salatiga Kota bertempat di Jl. Diponegoro no.19 Salatiga. b. Service Point Ambarawa (SPA) Kota bertempat di JL. Pemuda no. 26

Ambarawa

c. Service Point Ungaran (SPU) Kota bertempat di Jl. Gatot Subroto no. 201 Ungaran

Luas wilayah Unit Salatiga Kota sebesar 398,75 km2 yang terdiri dari 11

kecamatan, yaitu :

a. Kecamatan Bringin dengan radius pelayanan 68,47 km2 b. Kecamatan Pabelan dengan radius pelayanan 47,97 km2 c. Kecamatan Suruh dengan radius pelayanan 64,02 km2 d. Kecamatan Tuntang dengan radius pelayanan 56,24 km2 e. Kecamatan Getasan dengan radius pelayanan 65,8 km2 f. Kecamatan Susukan dengan radius pelayanan 48,86 km2 g. Kecamatan Tengaran dengan radius pelayanan 47,29 km2 h. Kecamatan Sidomukti dengan radius pelayanan 11,46 km2 i. Kecamatan Argomulyo dengan radius pelayanan 18,53 km2 j. Kecamatan Tingkir dengan radius pelayanan 10,55 km2 k. Kecamatan Sidorejo dengan radius pelayanan 16,25 km2

Luas wilayah Unit Ungaran sebesar 266,76 km2 yang terdiri dari 5 kecamatan, yaitu :

(28)

17 b. Kecamatan Ungaran Timur dengan radius pelayanan 37,43 km2

c. Kecamatan Pringapus dengan radius pelayanan 78,1 km2 d. Kecamatan Bergas dengan radius pelayanan 37,18 km2 e. Kecamatan Kaliwungu dengan radius pelayanan 29,96 km2

Luas wilayah Unit Ambarawa sebesar 284,7 km2 yang terdiri dari 5 kecamatan, yaitu:

a. Kecamatan Bawen dengan radius pelayanan 57,65 km2 b. Kecamatan Ambarawa dengan radius pelayanan 56,12 km2 c. Kecamatan Banyubiru dengan radius pelayanan 54,41 km2 d. Kecamatan Sumowono dengan radius pelayanan 55,63 km2 e. Kecamatan Jambu dengan radius pelayanan 60,88 km2

(29)

18 Gambar 2.4 Wilayah Kerja PT PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga

(30)

19 2.10 Struktur Organisasi PT PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga

Gambar 2.5Struktur Organisasi PT PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga Manajer

Senior Spesialis Kerja

Senior Enginering Lingkungan dan K2 Senior Spesialis Manajemen Mutu

Asisten Manajer Distribusi

Asisten Manajer Perencanaan dan Evaluasi Asisten Manajer Pelayanan

dan Administrasi Asisten Manajer Transaksi Energi Spv. Operasi Jaringan Distribusi Spv. Transaksi Energi Spv. Pelayanan Pelanggan Spv. Perencanaan Spv. Pemeliharaan Jaringan Distribusi Spv. Pengendalian Susut Spv. Konstruksi Distribusi Spv. PDKB Spv. Pengelolaan APP Spv. Penanganan Pengendalian Piutang Spv. Administrasi Umum Spv. Keuangan dan Akutansi

(31)

20 2.11Tugas Pokok dan Fungsi Organisasi PT PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga

2.11.1 Manajer Unit Layanan

Bertanggungjawab atas pengelolaan pendistribusian dan penjualan tenaga listrik, pelayanan pelanggan,pengadaan barang & jasa, administrasi keuangan dan sumber daya manusia untuk pencapaian target kinerja serta pembinaan lingkungan & K2, hubungan kerja, kemitraan dan komunikasi yang efektif dan efisien guna penjagaan citra perusahaan untuk perwujudan Good CorporateGovernance. 2.11.2 Asisten Manajer Transaksi Energi

Bertanggungjawab dalam pengkoordinasian pengelolaan APP, penyambungan APP, pembongkaran APP, Tata Usaha Langganan/TUL pada fungsi pembacaan meter, pengelolaan transaksi energi listrik sampai dengan proses rekening, evaluasi transaksi energi antar unit maupun Independent Power Producer (IPP), pengendalian susut, PJU dan P2TL serta pemeliharaan meter transaksi untuk tercapainya target kinerja dan kesesuaian transaksi energi.

Terdapat 3 supervisor dibawah wewenang Asisten Manajer Transaksi Energi, yaitu :

a. Supervisor Transaksi Energi

Bertanggungjawab dalam pelaksanaan peneraan dan pengelolaan APP, Tata Usaha Langganan/TUL pada fungsi pembacaan meter sampai dengan pengelolaan transaksi energi, evaluasi transaksi energi antar unit maupun Independent Power Production (IPP) untuk mendukung tercapainya target kinerja dan kesesuaian transaksi energi.

b. Supervisor Pengendalian Susut

Bertanggungjawab dalam pelaksanaan pemetaan pengelolaan dan pengendalian susut, PJU serta P2TL untuk mendukung tercapainya target kinerja.

c. Pengelolaan APP

Bertanggungjawab dalam pelaksanaan penyambungan dan pembongkaran APP, pengendalian APP dan pemeliharaan APP untuk mendukung tercapainya target kinerja.

(32)

21 2.11.3 Asisten Manajer Pelayanan dan Administrasi

Bertanggungjawab dalam pengkoordinasian program pemasaran, pelayanan pelanggan, administrasi pelanggan, penagihan serta pengawasan kredit, pengelolaan SDM, Keuangan, administrasi umum untuk meningkatkan pendapatan dan pelayanan pelanggan dalam rangka pencapaian kinerja perusahaan.

Terdapat 4 supervisor dibawah wewenang Asisten Manajer Pelayanan dan Administrasi, yaitu:

a. Supervisor Pelayanan Pelanggan

Bertanggungjawab dalam pengkoordinasian program pemasaran, pelayanan pelanggan, administrasi pelanggan dan pengelolaan pendapatan untuk pencapaian kinerja perusahaan.

b. Supervisor Administrasi Umum

Bertanggungjawab dalam pelaksanaan pengelolaan SDM, keuangan, administrasi umum dan K3, administrasi pengadaan dan kontrak serta sistem teknologi informasi untuk meningkatkan pelayanan dalam rangka pencapaian kinerja perusahaan.

c. Supervisor Keuangan dan Akuntansi

Bertanggungjawab dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan dan akuntasi untuk meningkatkan pelayanan dalam rangka pencapaian kinerja perusahaan. d. Supervisor Pelayanan Pelanggan

Bertanggungjawab dalam pengkoordinasian program pemasaran, pelayanan pelanggan, administrasi pelanggan dan pengelolaan pendapatan untuk pencapaian kinerja perusahaan.

2.11.4 Asisten Manajer Distribusi

Bertanggungjawab dalam pengkoordinasian rencana dan pelaksanaan operasi sistem distribusi, pemeliharaan jaringan distribusi, PDKB dan Pembangkitan Tenaga Listrik Mikro Hidro (PLTM) untuk menjamin mutu dan keandalan jaringan distribusi, rencana pengembangan, pelaksanaan kegiatan konstruksi dan pengendalian pembangunan jaringan distribusi.

(33)

22 Terdapat 3 supervisor dibawah wewenang Asisten Manajer Distribusi, yaitu : a. Supervisor Operasi Jaringan Distribusi

Bertanggungjawab dalam pelaksanaan rencana dan kegiatan Operasi sesuai SOP untuk menjamin mutu dan keandalan sistem distribusi ketenagalistrikan. b. Supervisor Pemeliharaan Jaringan Distribusi

Bertanggungjawab dalam pelaksanaan rencana dan kegiatan pemeliharaan jaringan distribusi untuk meningkatkan mutu dan keandalan jaringan distribusi, serta pendataan asset distribusi.

c. Supervisor Pekerjaan Dalam Keadaan Bertegangan

Bertanggungjawab dalam pengkoordinasian rencana dan pelaksanaan PDKB jaringan distribusi untuk menjamin kontinuitas/keandalan tenaga listrik.

2.11.5 Asisten Manajer Perencanaan dan Evaluasi

Bertanggung jawab atas pembuatan rencana kegiatan dan evaluasi untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan, pembuatan analisa dan evaluasi (trend) unjuk kerja instalasi untuk perbaikan dan pengembangan instalasi, penyusunan usulan rencana pengembangan dan perbaikan instalasi penyaluran untuk memenuhi kelayakan operasi dan investasi, penyusunan usulan anggaran dan tingkat mutu pelayanan, perencanaan dan evaluasi pemeliharaan peraratan gardu induk dan transmisi untuk mencapai target kinerja, pengelolaan sistem informasi operasi dan pemeliharaan untuk bahan evaluasi O dan M dan penerapan pemeliharaan berbasis kondisi (CBM), pemeriksaan data fisik serah terima instalasi baru, serta penyusunan usulan dan realisasi target kinerja.

Terdapat 3 supervisor di bawah wewenang Asisten Manajer Perencana dan Evaluasi yaitu :

a. Supervisor Perencanaan

Bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan penyusunan Rencana Umum Pengembangan Tenaga Listrik (RUPTL), rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP), perencanaan pengembangan jaringan distribusi dan Gardu Induk (GI), penyusunan rencana pengembangan sistem aplikasi teknologi Informasi dan pengendalian aplikasi-aplikasi teknologi informasi, data base serta penyiapan SOP pengelolaan aplikasi sistem informasi.

(34)

23 b. Supervisor Konstruksi Distribusi

Bertanggung jawab atas perencanaan oporasi distribusi, lingkungan dan keselamatan ketenagalistrikan, pelayanan teknik, perencanaan pemeliharaan distribusi, konstruksi, logistik.

c. Supervisor Penanganan Pengendalian Piutang

Bertanggung jawab atas penyusunan rencana dan melakukan pembukuan pendapatan operasi, penerimaan penghitungan dan pendistribusian rekening ke tempat pembayaran, pelaksanaan penagihan dan pelayanan penerimaan piutang pelanggan, melakukan uji petik pemeriksaan saldo piutang, daftar pelunasan rekening dan penyetoran uang ke Bank di Payment Point, penyetoran uang / giral / cek atau bukti setoran dari hasil penagihan ke fungsi keuangan , pengelolaan pengawasan dan evaluasi saldo piutang listrik (Tunggakan Rekening Listrik dan Piutang Ragu-Ragu)

2.12 Disiplin Kerja

Sesuai dengan kegiatan disiplin kerja, maka semua pegaswai PT PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga diwajibkan mentaati semua peraturan yang berlaku. Adapun disiplin kerja yang dilaksanakan oleh PT PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga adalah :

a. Waktu Kerja

Senin – Kamis : Pukul 07.00 – 16.30 WIB Jum’at : Pukul 07.00 – 15.00 WIB b. Patuh pada perintah atasan.

c. Bekerja dengan dedikasi tinggi dan semangat kerja yang tulus dan ikhlas. d. Saling bekerjasama antar pegawai

e. Mentaati peraturan yang berlaku. f. Bersikap jujur dan tidak iri hati

g. Cekatan terhadap masalah yang timbul.

h. Selain itu juga diadakan pembagian piket selama 24 jam setiap hari dalam pemantauan serta penyelasaian gangguan yang terjadi dalam jaringan.

(35)

24 BAB III

LANDASAN TEORI

3.1 Pemeliharaan Jaringan Distribusi

3.1.1 Pengertian Pemeliharaan

Pemeliharaan adalah kegiatan yang meliputi rangkaian tahapan kerja mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga pengendalian dan evaluasi pekerjaan pemeliharaan instalasi dan sistem distribusi yang dilakukan secara terjadwal (schedule) ataupun tanpa jadwal.

3.1.2 Tujuan Pemeliharaan

Tujuan pemeliharaan adalah mendapatkan simpati serta kepuasan pelanggan dalam pelayanan tenaga listrik. Tujuan pemeliharaan ini adalah agar instalasi jaringan distribuasi beroperasi dengan :

a. Aman (safe) bagi manusia dan lingkungannya b. Andal (Reliable)

c. Kesiapan (Avaibility) tinggi d. Unjuk kerja (Performance) baik e. Umur (Live Time) sesuai desain

f. Waktu pemeliharaan (Down time) Efektif g. Biaya pemeliharaan (Cost) Efisien/Ekonomis 3.1.3 Macam – macam Pemeliharaan

3.1.3.1 Berdasarkan waktu pelaksanaannya

a. Pemeliharaan terencana (Forced Maintenance) : Preventive b. Pemeliharaan tidak direncanakan (Corrective Maintenance) 3.1.3.2Berdasarkan metodenya

a. Pemeliharaan berdasarkan waktu (Time Based Maintenance)

b. Pemeliharaan berdasarkan kondisi (On Condition Based Maintenance) c. Pemeliharaan Darurat/Khusus (Emergency Maintenance)

(36)

25 Bila dari macam-macam pemeliharaan tersebut digabungkan, maka pemeliharaan dibedakan menjadi :

a. Pemeliharaan Rutin (Preventive Maintenance)

Disebut juga dengan pemeliharaan preventive, yaitu pemeliharaan untuk mencegah terjadinya kerusakan peralatan yang lebih parah dan untuk mempertahankan unjuk kerja jaringan agar tetap beroperasi dengan keandalan dan efisiensi yang tinggi. Kegiatan pemeliharaan rutin meliputi kegiatan : 1) Pemeriksaan/inspeksi rutin

2) Pemeliharaan rutin 3) Pemeriksaan prediktif

4) Perbaikan/penggantian peralatan 5) Perubahan/penyempurnaan jaringan Contoh pemeliharaan rutin antara lain : 1) Pengecatan tiang pada SUTM dan SUTR.

2) Pemotongan ranting/dahan pada pohon yang dapat mengganngu SUTM. 3) Pengecatan gardu sipil.

b. Pemeliharaan Korektif (Corrective Maintenance)

Pemeliharaan korektif adalah pekerjaan pemeliharaan dengan maksud untuk memperbaiki kerusakan yaitu suatu usaha untuk memperbaiki kerusakan hingga kembali kepada kondisi/kapasitas semula dan perbaikan untuk penyempurnaan yaitu suatu usaha untuk meningkatkan/ penyempurnaan jaringan dengan cara mengganti/mengubah jaringan agar dicapai daya guna atau keandalan yang lebih baik dengan tidak mengubah kapasitas semula. Contoh perbaikan kerusakan :

1) Penggantian jointing yang rusak 2) Perbaikan defansi andongan.

3) Penggantian bushing trafo distribusi yang pecah 4) Penggantian tiang yang bengkok tertabrak mobil c. Pemeliharaan Darurat (Emergency Maintenance)

Pemeliharaan ini bersifat mendadak, tidak terencana yang disebabkan karena gangguan atau kerusakan atau hal-hal lain di luar kemampuan, sehingga perlu

(37)

26 dilakukan pemeriksaan atau pengecekan perbaikan maupun penggantian peralatan.

Contoh pemeliharaan darurat :

1) Perbaikan atau penggantian JTR yg rusak akibat kebakaran.

2) Perbaikan atau penggantian instalasi gardu yang rusak akibat banjir.

3) Perbaikan atau penggantian gardu dan jaringan yang rusak akibat huru-hara. 3.1.4 Jadwal Pemeliharaan

Pemeliharaan rutin / terencana adalah cara yang baik untuk mencapai suatu tujuan pemeliharaan karena mencegah dan menghindari kerusakan peralatan . Dalam pelaksanaan pemeliharaan rutin perlu direncanakan dengan baik berdasarkan hasil pengamatan dan catatan serta pengalaman pemeliharaan terdahulu sehingga akan mendapatkan hasil yang lebih baik. Agar pemeliharaan mendapatkan hasil yang baik, perlu dibuat jadwal pemeliharaan.

Jadwal pemeliharaan dalam kurun waktu yang berbeda sesuai dengan kebutuhan dan umur dari peralatan yang di pelihara, waktu tersebut adalah sebagai berikut : a. Pemeliharaan Mingguan

b. Pemeliharaan Bulanan c. Pemeliharaan Triwulan d. Pemeliharaan Semesteran e. Pemeliharaan Tahunan

3.2 Papan Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB - TR)

3.2.1 Pengertian Papan Hubung Bagi Tegangan Rendah ( PHB – TR )

Papan hubung bagi tegangan rendah yang disingkat dengan PHB-TR adalah suatu rumah peralatan dari kombinasi beberapa peralatan switching tegangan rendah dengan peralatan kontrol, ukur, pengaman dan pengaturan yang saling berhubungan. Keseluruhannya dirakit lengkap dengan sistem pengawatan dan interkoneksi mekanis serta bagian – bagian penyanganya.

3.2.2 Fungsi PHB – TR

(38)

27 a. Sebagai alat penghubung antara sumber tenaga listrik dari out put trafo sisi tegangan rendah TR ke Rel pembagi dan diteruskan ke Jaringan Tegangan Rendah ( JTR ) melalui kabel jurusan ( opsty cable ) yang diamankan oleh NH fuse jurusan masing – masing.

b. Sebagai alat pembagi tenaga listrik ke instalasi pemanfaatan tenaga listrik. 3.2.3 Desain PHB – TR

3.2.3.1 Kontruksi

Menurut konstruksinya PBH – TR dibagi menjadi 2 (dua) macam konstruksi yaitu:

a. Konstruksi PHB TR 2 jurusan b. Konstruksi PHB TR 4 jurusan

Gambar 3.1 Kontruksi PHB TR 2 Jurusan (atas) dan Kontruksi PHB TR 4 Jurusan (bawah)

Setiap PHB TR kerangkanya terbuat dari besi, kanal U atau pipa baja cetakan. Ukuran minimum komponen yang digunakan untuk kerangka PHB adalah sebagai berikut :

Pelat baja : 2 mm

Besi siku : 50 x 50 x 5 mm ( untuk indoor ) dan untuk 40 x 40 x 4 mm ( untuk outdoor )

(39)

28 Unit kerangka harus cukup kuat menahan perlakuan normal operasi dan gerakan– gerakan lainnya tanpa menunjukkan adanya kelemahan / kerusakan. Khususnya jika saklar utama dioperasikan atau pada saat penghubung pengaman lebur dimasukkan atau dikeluarkan.

Empat jurusan dapat dimodifikasi menjadi delapan jurusan keluaran hanya dengan menambah kerangka tambahan yang dibuat pada kerangka pertama. Tambahan tersebut dilakukan tanpa banyak modifikasi dari peralatan semula.

Susunan mencegah terjadinya loop magnet pada kerangka, dapat dipilih sistem pencegahan seperti pemakaian bahan anti magnet atau menyisipkan isolator diantara komponen baja. Penopang silang dibagian bawah kerangka diperlukan untuk tempat penyangga ujung kabel keluaran, lengkap dengan klem kabel.

3.2.3.2 Proteksi terhadap korosi a. Kerangka

Semua bagian kerangka harus dilindungi dengan cat anti karat ( Zinc Chromate atau Red Lead ) dua lapis atas dengan galvanis celup panas ( hot dip galvanizing ). Tebal lapisan minimum 500 gram per m2, atau dengan ketebalan ± 70 mikron.

b. Perlengkapan Listrik

Semua tembaga untuk hubungan listrik harus dilapisi timah atau perak dengan katebalan minimum 8 mikron. Semua mur dan baut termasuk bagian lainnya untuk perlengkapan hubungan listrik harus dilapisi Cadmium dengan ketebalan minimum 8 mikron.

3.2.3.3 Bagian – Bagian PHB TR

a. Unit Masukan

Sirkuit unit masukan dilengkapi dengan pemutus beban tiga kutub yang di desain untuk tegangan nominal 400 V dengan unit – unit pemutus yang dapat terlihat atau dengan unit –unit pemutus di dalam suatu kotak tertutup dengan indikator posisi buka / tutup yang dapat dijamin keandalannya. Untuk hubungan kabel dari transformator harus dilengkapi pelat/terminal penghubung.

(40)

29 Saklar pemutus beban dalam posisi terbuka dapat dikunci dan dapat dioperasikan buka/ tertutup dengan tangkai operasi (handle) yang terletak didepan atau disebelah kanan jika dilihat dari depan saklar.

Jika saklar pemutus beban merupakan jenis putar, maka pusat tangkai putar tidak boleh melebihi tinggi 1 meter dari dasar PHB untuk PHB pasangan dalam dan 0,5 meter untuk PHB pasangan luar. Tangkai operasi dalam posisi tertutup harus membentuk sudut kurang dari 30° dengan ventilasi.

b. Sistem busbar

Sistem busbar terbuat dari Tembaga Elektrolit. Pemasangan dan penyambungan hanya dapat dilakukan dengan mur – baut. Pemboran lubang berulir pada tembaga tidak dianjurkan.

Kerangka harus disesuaikan untuk pemasangan busbar sebagai berikut :

1) Empat busbar kolektor ( Netral ditempatkan paling bawah atau paling kiri ), khusus untuk PHB pasang dalam, setiap ujung busbar disebelah kanan dibor dengan empat buah lubang untuk kemungkinan perluasan dengan empat keluaran PHB tambahan.

Penyambungan dua PHB tersebut dapat dilakukan sebagai berikut : - Menggunakan batang tembaga ukuran yang sama dengan busbar kolektor - Menggunakan pelat / pita tembaga anyaman dengan ukuran yang sama

dengan busbar kolektor

- Menggunakan kabel dengan konektor.

2) Tiga busbar penghubung untuk menghubungkan busbar kolektor ke saklar pemutus beban. Busbar netral ditempatkan paling kiri jika dilihat dari depan PHB.

3) Setiap keluaran tertuju ke dasar kerangka dengan tiga busbar fasa vertikal. Dalam hal ini konduktor netral tersambung pada bagian bawah penjepit pemisah netral keluaran.

Jarak bebas dan jarak rambat untuk busbar tembaga dan hubungannya sekurang-kurangnya harus sesuai dengan jarak bebas dan jarak rambat pada peralatan yang langsung berhubungan dengannya (sebagai contoh : sakelar

(41)

30 utama). Jarak tersebut harus tetap dipertahankan sepanjang bingkai dan harus terpasang kuat pada dudukannya sehingga tidak akan berubah jika terjadi gaya dinamis dan termis akibat hubung singkat.

Busbar tembaga harus dicat dengan warna sebagai berikut : - Busbar Fasa : Merah, kuning, hitam

- Busbar Netral : Biru

- Busbar Pembumian : Hijau dengan strip kuning - Busbar sambung harus diberi lapisan timah atau perak c. Unit Keluaran

1) Pengaman lebur NH-Fuse

Sebagai pengaman trafo terhadap arus lebih yang terpasang di sisi tegangan rendah 220 V, untuk melindungi trafo terhadap gangguan arus lebih yang disebabkan karena hubung singkat dijaringan tegangan rendah maupun karena beban lebih

2) Penghubung netral

Nilai pengenal arus dan penghubung netral harus sama dengan nilai pengenal nominal unit pengaman lebur untuk fase. Jepitan harus sama juga dengan urut pengaman lebur untuk fase.

3) Hubungan keluaran

Hubungan keluaran melalui bagian bawah dari perangkat hubung bagi dan harus terdiri dari tiga terminal penghubung fase dan satu terminal penghubung netral. Terminal penghubung harus didesain sehingga dapat digunakan untuk kabel tembaga dengan luas penampang maksimum 150 mm2 dan harus disediakan lubang yang sesuai dengan diameter 13 mm lengkap dengan ring dan mur baut.

4) Pemisah isolasi

Setiap dua atau lebih unit-unit pengaman lebur kutub tunggal fase yang sama, harus dipisahkan dari fase-fase lainnya dengan pemisah isolasi. Di bagian bawah PHB, pemisah vertikal harus dipasang untuk memisahkan setiap keluaran. Pemisah vertikal tersebut dapat dipindahkan sepanjang palang isolasi dan terbuat dari bahan yang kokoh dan tahan air. 5) Penghalang

(42)

31 Penghalang di desain untuk menutup setiap keluaran utama jika tiga buah pelebur HRC dilepas. Terbuat dari bahan yang kokoh dan tahan air serta dapat diukur untuk pengamanan.

6) Pemeriksaan

Pemeriksaan harus dapat dilakukan dengan memasukkan tang-ampere meter pada setiap fase keluaran, tepat di bawah setelah penjepit bawah urut pengaman lebur. Untuk maksud tersebut harus tersedia ruang bebas sepanjang 50 mm.

7) Penandaan

Netral dan fase dari setiap keluaran harus diberi penandaan yang sesuai : N ; 1 ; 2 ; 3 / N ; R ; S ; T / Biru, Merah, Kuning, Hitam. Penulisan tanda harus ditempatkan dekat dengan terminal kabel dan harus tetap terlihat jika konektor kabel terpasang pada terminal keluaran. Di atas setiap unit keluaran harus terpasang tempat label / penandaan yang terbuat dari bahan tahan karat dengan ukuran 80 x 30 mm.

3.2.3.4 Peralatan Bantu

Suatu panel secara permanen terpasang pada kerangka perangkat hubung bagi untuk menampung atau tempat pemasangan berapa peralatan sebagai berikut : a. Satu keluaran untuk lampu penerangan gardu distnbusi

b. Satu keluaran untuk lampu penerangan umum c. Tiga Amperemeter kebutuhan maksimum

d. Satu keluaran untuk lampu indikator hubung singkat e. Kotak-kontak dan lain-lain.

3.2.3.5 Hubungan Pembumian

Terminal pembumian harus terpasang pada kerangka yang terbuat dari tembaga atau kuningan dan dilengkapi dengan dua buah mur dan tiga buah ring. Sesuai untuk hubungan konduktor pembumian tembaga 50 mm2. Terminal pembumian tersebut ditempatkan dipermukaan bagian depan salah satu dari kerangka penopang pada ketinggian 30 cm dari dasar PHB.

(43)

32 Kabel tembaga berisolasi PVC sekurang – kurangnya 2,5 mm2 untuk rangkaian kontrol dan 4 mm2 untuk pengukuran harus digunakan untuk semua instalasi di dalam PHB. Kabel tembaga harus memiliki warna yang sama atau penandaan yang sama dengan penandaan fase atau label yang dihubungkan.

3.2.3.7 Perlengkapan

Setiap perangkat hubung bagi harus dikirim sebagai satu kesatuan dengan semua perlengkapan yang diperlukan, antara lain sebagai berikut :

a. Satu kunci berisolasi untuk menyetel penjepit unit pengaman lebur b. Empat penghalang

c. Satu alat berisolasi untuk memasang dan melepas unit pengaman lebur. 3.2.3.7 Papan Hubung Bagi Tegangan Rendah Pasang Dalam

PHB tegangan rendah pasangan dalam (tidak berselungkup) akan ditempatkan secara khusus dalam suatu bangunan Gardu Distribusi sehingga harus sesuai untuk pemasangan di atas lantai dan dinding beton atau tembok. Empat saluran keluaran dapat dimodifikasi menjadi 8 saluran keluaran hanya menggunakan kerangka tambahan yang dibaut dengan kerangka PHB utama. Penopang silang pada bagian bawah dari kerangka akan digunakan untuk menahan ujung kabel keluaran.

PHB tegangan rendah pasangan dalam terdiri atas :

a. Satu unit masukan 400A, 500A, 630A, 800A, 1200A, atau 2000A. b. Sistem busbar 400A, 500A, 630A, 800A, 1200A, atau 2000A c. Empat unit keluaran utama

d. Satu keluaran untuk penerangan Gardu Distribusi e. Satu keluaran untuk penerangan umum

f. Satu keluaran untuk lampu indikator hubung singkat

g. Tiga ampere meter kebutuhan maksimum dan trasformator arus 600–800–1200 – 2000/5A

h. Dua kotak – kontak 32/6A

3.2.3.9 Papan Hubung Bagi Tegangan Rendah Pasang Luar

(44)

33 akan terpasang di luar bangunan sebagai gardu distribusi pasangan tiang pada ketinggian 1,2 m dari permukaan tanah. Kabinet harus dilengkapi dengan gantungan perangkat dan perlengkapan lain yang sesuai termasuk mur dan baut untuk pemasangan pada lengan penopang yang terpasang pada tiang beton atau besi. Konstruksi kabinet harus kokoh dan kedap air. Terbuat dari pelat baja dengan ketebalan tidak kurang dari 3 mm. Kabinet harus memiliki pintu yang dilengkapi engsel di bagian depan dan harus bisa dikunci. Kabinet harus dibuat sedemikian sehingga air, rayap, dan burung tidak dapat masuk kedalamnya. 3.2.4 Persyaratan Khusus

3.2.4.1Kondisi Pelayanan Normal

Papan Hubung Bagi ( PHB ) berdasarkan standart ini digunakan dalam kondisi pelayanan sebagai berikut :

a. Suhu udara sekitar

Suhu udara sekitar tidak melebihi + 40°C dan rata – ratanya dalam 24 jam tidak lebih 35°C

b. Suhu udara sekitar untuk pasangan luar

Suhuh udara sekitar tidak melebihi + 40°C dan rata – rata dalam 24 jam tidak melebihi + 35°C.

3.2.4.2 Kondisi udara untuk pasangan dalam

Kondisi udara harus bersih dan kelembaban nisbinya tidak melebihi 50% pada suhu maksimum +40°C. Kelembaban nisbi yang lebih tinggi diijinkan pada suhu yang lebih rendah, misalnya 90% pada +20°C. Harus diperhatikan bahwa pengembunan sewaktu – waktu dapat terjadi karena perubahan suhu.

3.2.4.3 Kondisi udara untuk pasangan luar

Kelembaban nisbinya boleh mencapai 100% pada suhu maksimum + 25°C. 3.2.4.4 Tinggi tempat

Ketinggian tempat pemasangan tidak boleh melebihi 1000 m diatas permukaan laut.

(45)

34 3.2.4.5Kondisi selama pengangkutan, penyimpanan, dan pemasangan

Bila kondisi selama pengangkutan, penyimpanan dan pemasangan tidak sesuai, maka harus dibuat persetujuan terlebih dahulu antara pemakai dan pembuat. Jika tidak ada ketentuan lain, maka julat suhu selama pengangkutan, penyimpanan, dan pemasangan diantara -25°C dan +55°C. Untuk periode waktu singkat tidak melebihi 24 jam dijinkan sampai dengan +70°C.

3.2.4.6 Karateristik listrik

a. Tegangan pengenal : 230 / 440 V b. Frekuensi pengenal : 50 Hz c. Tingkat isolasi dasar ( puncak ) : 6 kV

d. Arus ketahanan waktu singkat selama 1 detik : - PHB 250/500/630 A : 15 kA

- PHB 800 A : 20 kA

- PHB 1200 A : 25 kA

- PHB 2000A : 35 kA

e. Nilai pengenal arus busbar : 250/400/500/630/800/2000A

f. Kapasitas pengaman lebur HRC : 25 kA/400 V

g. Tegangan ketahanan frekuensi daya selama 1 menit : 2,5 kV 3.2.5 Penandaaan

PHB tegangan rendah untuk Gardu Distribusi harus dilengkapi pelat nama yang terbuat dari logam, terpasang pada posisi yang dapat / mudah terlihat. Semua informasi harus jelas, tidak mudah lepas dan tidak mudah terhapus dengan digravir.

Informasi yang harus diberikan adalah sebagai berikut : a. Jenis / tipe PHB tegangan rendah

b. Nama pabrik pembuat c. Nomor seri

(46)

35 e. Tegangan pengenal

f. Frekuensi pengenal g. Arus pengenal

h. Diagram kutub tunggal i. Standart desain

3.2.6 Pengujian

Metode uji dan kriteria penerimaan Panel Hubung Bagi : 3.2.6.1Uji Jenis

Uji jenis meliputi :

a. Pemeriksaan tampak fisik

b. Pengukuran jarak bebas dan jarak rambat c. Pengukuran tahanan sirkuit utama

d. Uji kenaikan suhu Uji dielektrik meliputi :

a. Uji ketahanan hubungan singkat b. Uji kontinuitas sirkit pengaman c. Uji operasi mekanis

d. Uji tingkat pengaman selungkup 3.2.6.2 Uji Rutin

Uji rutin dimaksud untuk mendeteksi adanya gangguan pada hasil suatu pekerjaan. Pengujian ini dilakukan pada setiap pekerjaan baru hasil dari rakitan atau setiap unit bagian.

Uji rutin meliputi :

a. Pemeriksaan sifat tampak

b. Pemeriksaan data komponen dan kesesuaiannya terhadap spesifikasi

c. Pemeriksaan rakitan termasuk pengawatan dan jika perlu uji operasi elektrik d. Pemeriksaan tingkat pengaman

e. Uji operasi mekanis

(47)

36 3.2.6.3 Uji serah terima

Uji serah terima adalah pengujian yang dilakukan terhadap sejumlah barang (kelompok) untuk menentukan apakah kelompok tersebut diterima atau ditolak karena tidak memenuhi kriteria yang sebelumnya ditetapkan. Pengujian ini bertujuan menguji kembali hal – hal yang seharusnya telah dilakukan oleh pabrikan pada waktu pengujian rutin.

(48)

37 BAB IV

PEMELIHARAAN PAPAN HUBUNG BAGI TEGANGAN RENDAH (PHB–TR)

4.1 Pemeliharaan Papan Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB–TR)

4.1.1 Pengertian

Pemeliharaan Papan Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB–TR) adalah kegiatan yang meliputi rangkaian tahapan kerja mulai dari perencanaan, pelaksanaan hingga pengendalian dan evaluasi pekerjaan pemeliharaan instalasi PHB–TR yang dilakukan secara terjadwal (schedule) ataupun tanpa jadwal. Sebagaimana pengoperasian PHB–TR pada kegiatan pemeliharaan diperlukan langkah–langkah atau prosedur pemeliharaan rutin periodik dan berkala yang disahkan oleh manajemen unit sebagai prosedur tetap dalam bentuk SOP. Langkah–langkah pemeliharaan antara lain :

a. Persiapan Pemeliharaan

b. Pemeriksaaan dan pengukuraan c. Pemeriksaan pemeliharaan d. Pemeriksaan hasil pemeliharaan e. Pembuatan laporan pemeliharaan 4.1.2 Persiapan pemeliharaan

Dalam persiapan pemeliharaan ini sesuai yang tertera pada Standing Operating System ( SOP ).

4.1.2.1 Perlengkapan Kerja

a. Perkakas kerja : Kunci shok, kunci ring, tang pres, tang kombinasi, obeng, gergaji besi, cutter.

b. Alat bantu : Tangga, skakel – stok, radio HT, tongkat Tester 20 kV, kendaraaan roda empat.

c. APD / K3 : Sepatu isolasi 20kV, sepatu kerja, pakaian kerja, sarung tangan kulit, helm pengaman

(49)

38 fasa.

4.1.2.2Material

Thiner, vaselin elektrik, kertas ampelas, isolasi, NH fuse, sepatu kabel sesuai yang dibutuhkan.

4.1.2.3 Prosedur Komunikasi

a. Informasi kepada konsumen dan pihak-pihak terkait 2 s/d 3 hari sebelum pekerjaan dilaksanakan melalui surat, media cetak dan atau media elektronik. b. Membuat SPK untuk pelaksana 10 s/d 20 hari sebelum pelaksanaan pekerjaan

untuk pemeliharaan rutin.

c. Laporan ke SPV Distribusi dan pengawas pekerjaan sebelum pelaksanaan. d. Laporan ke MUPJ bahwa pelaksanaan akan dimulai.

4.1.2.4 Pemeriksaan dan Pengukuran Prosedur Pemadaman Sebelum Pemeliharaan : a. Mengukur beban dan tegangan pada gardu

b. Melepas satu-persatu NH Fuse (untuk pelanggan 1 fasa), kemudian saklar utama atau melepas sakelar Utama (untuk pelanggan 3 fasa), kemudian NH-Fuse satu-persatu

c. Buka FCO

d. Hubungkan kabel pentanahan yang sudah dihubungkan ke elektroda pentanahan dimulai dari ke 4 bushing Trafo sisi tegangan rendah, lalu ke 3 bushing trafo sisi tegangan menengah

e. Buka kabel kawat yang terhubung pada terminal kabel masuk & kabel keluar f. Kabel yang sudah terlepas hubungkan jadi satu dan sambungkan pada kabel

pentanahan

g. Lakukan pemeriksaan kondisi PHB-TR

h. Dari hasil kegiatan diatas diambil kesimpulan :

1) PHB-TR dalam keadaan baik dan layak dioperasikan

2) PHB-TR dalam keadaan kurang baik, perlu ada perbaikan sebelum dioperasikan

(50)

39 4.1.3 Pemeriksaan pemeliharaan

4.1.3.1 Kelainan pada saklar utama, antara lain :

a. Sebagian atau seluruh alat kontak hangus akibat terjadi busur api yang besar. b. Sebagian atau seluruh alat kontak kotor akibat terjadinya loss kontak.

c. Buka tutup alat kontak tidak serempak karena terjadinya alat mekanis sudah tidak benar lagi.

d. Tahanan isolasi sudah turun dibawah minimal karena faktor usia atau kebanjiran.

4.1.3.2 Pemeliharaan pelebur atau fuse dan penjepitanya

a. Permukaan jepit ( ground plate ) dan alat kontak pelebur serta permukaan sepatu kabel bersih dan dilapisi dengan vaselin jenis netral

b. Seluruh permukaan alat kontak pelebur harus terhubung dengan penjepitnya c. Jenis sepatu kabel yang terhubung antara busbar, pelebur dan kabel jurusan

harus terbuat dari bahan yang sama dengan busbar dan kabel jurusan d. Ukuran sepatu kabel harus sesuai dengan ukuran kabel

e. Luas permukaan sepatu kabel yang terhubung dengan busbar minimal sama dengan penampang kabelnya

f. Luas penampang bagian dalam selongsong sepatu kabel minimal sama dengan penampang kabelnya

g. Pengencangan mur baut untuk menghubungkan sepatu kabel dengan busbar harus disesuaikan

4.1.3.3 Pemeliharaan alat ukur peralatan bantunya

a. Alat ukur peralatan bantunya yang terpasang diperiksa kondisi pengawatannya b. Alat ukur peralatan bantu yang terpasang di uji ketelitiannya

4.1.3.4 Prosedur pemeliharaan PHB – TR

a. Pemeliharaan PHB-TR pada gardu distribusi dalam keadaan bertegangan : 1) Ukur dan catat beban dan tegangan pada saklar utama dan saluran keluar 2) Bandingkan hasil ukur arus pada amper meter di PHB – TR dengan hasil

(51)

40 3) Ukur dan catat suhu alat sambung – hubung pada saklar utama dan fuse

pengaman saluran

4) Amati dan catat adanya kelainan – kelaian pada PHB – TR dalam keadaan beroperasi

b. Prosedur pemeliharaan PHB – TR pada gardu distribusi dalam keadaan bebas tegangan Gardu Pasangan Luar :

1) Gunakan perkakas kerja dan perlengkapan K3 sesuai dengan kebutuhan 2) Yakinkan PHB-TR sudah bebas tegangan

3) Buka saklar utama 4) Lepas seluruh NH fuse

5) Periksa kondisi dan kerja saklar utama, dari :

6) Adanya kotoran pada terminal-terminalnya, bersihkan dengan menggunakan kain dan cairan yang mudah menguap dan bila terlalu tebal gosok dengan sabut plastik hijau

7) Adanya kotoran pada alat-alat kontak (saklar jenis terbuka) lakukan hal sama seperti di atas

8) Adanya ketidakserempakan buka-tutup alat hubung saklar utama, perbaiki mekanisnya dan bila perlu ganti dengan yang baru

9) Ukur tahanan kontaknya, nilainya tidak boleh melebihi 100 micro ohm 10) Ukur tahanan isolasi antara fasa-fasa dan fasa-body

4.1.3.5 Langkah pemeliharaan terhadap NH-Fuse dan ground plate

a. Periksa kesesuaian nilai fuse terhadap ground platenya

b. Periksa kerapatan penjepit pisau nh fuse, setel kembali pernya

c. Adanya kotoran pada penjepit ground plate dan pisau NH fuse bersihkan dengan kuas atau kain lap dan cairan yang mudah menguap

e. Adanya kotoran pada terminal ground plate lakukan hal yang sama seperti di atas. Ukur tahanan isolasi terminal masuk maupun keluar ground plate terhadap body

f. Periksa kondisi busbar dan isolator dudukannya

g. Periksa kekencangan pengikatan mur-baut antara terminal masuk ground-plate NH-Fuse dengan busbar

(52)

41 4.1.3.6 Langkah pemeliharaan alat ukur peralatan bantunya

a. Periksa pengawatan alat-alat ukur dan alat bantunya

b. Periksa kondisi alat-alat ukur dan alat bantu yang terpasang c. Periksa lampu test tegangan

d. Periksa lampu penerangan PHB-TR / gardu

e. Ukur nilai tahanan pentanahan kerangka PHB-TR dan netral TR trafo f. Nilai tahanan pentanahan kerangka maksimal 1,7 ohm

g. Nilai tahanan pentanahan netral TR maksimal 5 ohm

h. Yakinkan pemeliharaan telah selesai dilakukan dan PHB-TR siap dioperasikan 4.1.4 Pemeriksaan hasil pemeliharaan

Prosedur pengoperasian kembali PHB-TR sesudah pemeliharaan :

a. Pasang kembali kabel / kawat pada terminal sisi masuk maupun keluar b. Periksa keadaan disekitar trafo dan yakinkan PHB-TR aman dioperasikan c. Laporkan kepada pihak yang berwenang untuk pengoperasian kembali d. Lepaskan PMS bumi (PMS) 3

e. Masukkan PMB 3

f. Ukur tegangan dan urutan fasa TR, pastikan tegangan dan urutan fasa sudah benar

g. Masukkan saklar utama, amati ada kelainan - kelainan h. Ukur tegangan pada busbar TR

i. Operasikan saluran jurusan dengan cara :

1) Untuk pelanggan umum : masukkan saklar utama, menyusul kemudian nh fuse satu persatu sambil di test kemungkinan adanya hubung singkat pada saluran jurusan

2) Untuk pelanggan 3 fasa : masukkan saluran nh fuse, sebelum saklar utama dimasukkan

4.1.5 Pelaporan pada pekerjaan pemeliharaan

4.1.5.1 Fungsi Pelaporan

Setiap kegiatan dan kejadian dalam pemeliharaan jaringan harus selalu dibuatkan laporannya. Fungsi laporan diharapkan dapat membantu manajemen dalam :

(53)

42 a. Menilai kondisi jaringan, rating / rayon dst.

b. Mengetahui tindakan untuk memperbaiki kualitas dan keandalan jaringan sebelum terjadi gangguan

c. Memperkirakan kebutuhan material dan biaya pemeliharaan 4.1.5.2 Kejadian yang perlu dilaporkan

a. Pemadaman

1) Karena gangguan atau direncanakan 2) Jumlah pelanggan yang padam 3) Sebab pemadaman

4) KWh yang tak tersalurkan

5) Pemakaian material untuk mengatasi gangguan

6) Prosedur pengamanan dalam pekerjaan pada instalasi tegangan tinggi 7) Pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan pekerjaan pemeliharaan 8) Pengoperasian kembali

4.2 Langkah Kerja Pemeliharaan Papan Hubung Bagi Tegangan Rendah (PHB–TR) sesuai dengan SOP (Standing Operation Prosedure)

Gambar 4.1 Membuka PHB – TR

(54)

43 Gambar 4.3 Membuka Saklar Utama

Gambar 4.4 Membuka FCO

(55)

44 Gambar 4.6 Pemeliharaan pada NH- Fuse dengan Pemberian Vaselin

Gambar 4.7 Melakukan pemeliharaan terhadap komponen – komponen di dalam PHB–TR

Gambar 4.8 Pasang Kembali Komponen – komponen PHB – TR yang Belum Dipasang

(56)

45 Gambar 4.9 Masukan FCO

Gambar 4.10 Masukkan Saklar Utama

(57)

46 Gambar 4.12 Pemeliharaan Daerah Luar Sekitar PHB –TR

Gambar

Gambar 2.1 Logo PT PLN (Persero)
Gambar 2.2 PT PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga
Gambar 2.3 Hierarki Organisasi pada PT PLN (Persero) Wilayah Unit Layanan  Dengan  adanya  debirokratisasi  diharapkan  jalur  birokrasi  dan    birokrasi  dapat  dipercepat
Gambar 2.4 Wilayah Kerja PT PLN (Persero) Unit Layanan Salatiga
+7

Referensi

Dokumen terkait

Filsafah dari PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten adalah “Pembawa Kecerahan dan Kegairahan dalam Kehidupan Masyarakat yang Produktif”....

Berdasarkan hasil analisis, maka diketahui proses bisnis yang selama ini dilakukan pada PT PLN (PERSERO) APP Salatiga dalam usaha melakukan pemeliharaan Gardu Distribusi

Analisis Pelaksanaan Program Pemeliharaan Karyawan Terhadap Kinerja Melalui Komitmen Karyawan Pada PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Timur Area Jember;

Di PT PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya Area Pondok Kopi untuk pemindaian surat menggunakan jenis printer scanner dan hanya ada di bagian sekretaris yang letaknya

Sehubungan dengan terbatasnya data mengenai biaya pemeliharaan aktiva tetap dan tingkat pendapatan operasional perusahaan di PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat &

Oleh sebab itu, penulis melaksanakan kerja praktik di PT PLN (Persero) UP3 Sibolga sebagai unit perusahaan distribusi energi listrik dengan jaringan distribusi SUTM 20 kV