Pendahuluan
Dalam upaya mencukupi kebutuhan akan pangan dan gizi sesuai dengan perkem-bangan jumlah penduduk, intensifikasi, eks-tensifikasi, rehabilitasi, dan diversifikasi usa-hatani di luar Jawa perlu porsi yang lebih ba-nyak. Penyediaan dan produktivita pertanian terutama komoditas tanaman pangan sangat ditentukan oleh ketersediaan dan potensi sumber daya lahan, baik dalam kaitannya de-ngan produktivitas maupun intensifikasi. Ke-tersediaan sumberdaya lahan di luar pulau Jawa masih cukup luas namun banyak dianta-ranya mempunyai sifat kurang menguntung-kan atau marjinal yang membutuhmenguntung-kan
tekno-logi yang tepat. Lahan-lahan marginal yang memungkinkan untuk dikembangkan seper-ti :lahan rawa lebak, pasang surut, lahan ke-ring termasuk lahan tadah hujan (Laporan Ta-hunan Balai Besar Pengkajian Teknologi Per-tanian tahun 2009).
Lahan tadah hujan di Kalimantan Sela-tan berkisar 3.325 juta hektar, sebagian be-sar dimanfaatkan untuk tanaman pangan dan hortikultura (Laporan Dinas Provinsi Kali-mantan Selatan. Menurut Noorgiyuwati, et al., (2006), lahan bergambut dengan tipe luapan C ditata serupa dengan lahan tadah hujan den-gan pola tanam padi-palawija dan palawija-palawija. Rata-rata produktivitas beberapa
Usaha tani Padi dan Jagung Manis pada Lahan Tadah Hujan
untuk Mendukung Ketahanan Pangan di Kalimantan Selatan
( Kasus di Kec. Landasan Ulin Kotamadya Banjarbaru )
Rismarini Zuraida
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan Jl. Panglima Batur No. 4. Banjarbaru, Kalimantan Selatan Abstrak
Luas lahan tadah hujan di Kalimantan Selatan berkisar 3.325 juta ha, dan lahan ini sebagian be-sar di gunakan untuk tanaman pangan dan hortikultura. Lahan tadah hujan sangat tergantung pada curah hujan, oleh sebab itu diperlukan pengelolaan yang intensif. Permasalahan yang dihadapi seka-rang adalah belum optimalnya pengelolaan sumberdaya yang tersedia. Penelitian ini bertujuan un-tuk mengetahui peluang usahatani padi dan jagung manis di lahan tadah hujan dalam mendukung ketahanan pangan. Penelitian ini dilakukan pada Februari tahun 2010 dengan observasi lapangan yang difokoskan pada permasalahan dan peluang pengembangan usaha tani di lahan tadah hujan. Data yang diperlukan pada penelitian ini yaitu data primer, data yang diambil dari petani dan data skunder sebagai data penunjang yaitu dari instansi terkait. Metode pengumpulan data yaitu dengan metode PRA (Participatory Rural Appraisal) dan dilengkapi dengan wawancara secara kelompok ( Focus Group Discussion). Pola usahatani yang dominan pada lahan tadah hujan adalah menanam padi dan jagung manis untuk menambah pendapatan rumah tangga petani. Luas pengusahaan sekitar 0,5 – 0,75 Hektar. Padi yang ditanam varietas Ciherang dengan tingkat produtivitas 3,1 ton/ha den-gan biaya usahatani sebesar Rp 5.300.000,- denden-gan pendapatan sebesar Rp 5.550.000 denden-gan nilai R/C ratio 2,04 (R/C ratio >1). Untuk komoditas jagung manis pendapatan mencapai Rp 2.000.000,- (luas pengusahaan 0,1Ha) dalam satu priode pertanaman, dengan nilai R/C ratio > 1 berarti layak diusahakan petani yang berarti mempunyai prospek untuk dikembang dan sangat mendukung keta-hanan pangan.
komoditas seperti : padi, kacang tanah, kacang hijau. Produktivitas masih rendah dan ditam-bah lagi tingkat kegagalan panen yang tinggi, tentu saja berpengaruh terhadap pendapatan rumah tangga petani, padahal produktivitas inilah yang memotivasi petani untuk peran aktif dalam berusahatani (Dinas Pertanian Propinsi Kalimantan Selatan. 2009).
Tulisan ini bertujuan untuk mengeta-hui peluang pengembangan padi dan jagung dan permasalahannya di lahan tadah hujan di Kalimantan Selatan
Bahan dan Metode
Keragaan usahatani padi dan jagung dikaji di Kecamatan Landasan Ulin Kotamadya Banjarbaru Provinsi Kalimantan Selatan pada bulan Februari 2010. Penelitian ini dilakukan dengan metode survey yaitu melaksanakan Focus Group Discussion (Diskusi kelompok) pada beberapa kelompok petani yang tu-juannya ingin memperoleh informasi secara langsung dari petani. Diskusi difokuskan pada sumber daya yang dimiliki, permasalahan yang dihadapi serta peluang untuk mendu-kung pengembangan usahatani padi dan jagung manis di lahan tadah hujan. Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif dan analisis usahatani (financial)
Hasil dan Pembahasan
Keadaan lokasi penelitian
Lokasi penelitian ini merupakan desa pertanian, artinya kegiatan pertanian meru-pakan kegiatan ekonomi yang menonjol dan penduduknya sebagian besar bermata penca-harian sebagai petani, yaitu petani di lahan tadah hujan yang kegiatan usahataninya sa-ngat dipengaruhi oleh curah hujan. Sebagian petani juga memiliki ternak yang digunakan
sebagai tabungan bila sewaktu-waktu membu-tuhkan uang secara mendadak.
Lokasi penelitian ini dekat dengan kota provinsi yaitu sekitar 30 km sampai ke kota provinsi sehingga prasarana untuk me-masarkan hasil usahataninya cukup lancar. Kehidupan para petani di daerah ini meskipun sangat sederhana tetapi cukup produktif, se-hingga kebanyakan mereka tidak merasakan krisis ekonomi yang terjadi, sebab kebutuhan sehari-hari mereka selain dipenuhi dari lahan sawah, juga pekarangan (jagung). Menurut petani setempat, tanah di lahan tadah hujan kurang subur sehingga perlu perbaikan kesub-uran tanah yang ditekankan pada perbaikan sifat fisik tanah untuk mencapai struktur tanah yang remah. Oleh sebab itu pengelolaan bahan organik sangat penting untuk lahan ta-dah hujan. Untuk memperolah bahan organik secara berkesinambungan dianjurkan untuk mengembangkan model usahatani tanaman dan ternak. Sebagian besar kegiatan usahatani berada di dataran rendah dan lahan diolah secara tradisional. Komoditas tanaman pan-gan yang dominan diusahakan adalah padi sawah dan jagung manis. Sistem usahatani yang dikembangkan di daerah ini saat ini hanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan belum berorientasi agribisnis.
Pemanfaatan lahan untuk tanaman pangan dilakukan di lahan sawah dan di pekarangan sekitar pemukiman. Lahan sa-wah/kebun yang diusahakan merupakan hak milik masyarakat dan warisan dari leluhurnya. Batas kepemilikan lahan berupa batas alam, yakni tanaman pembatas berupa hijauan pakan ternak atau kayu-kayuan. Jarak antara lahan sawah/kebun dengan lahan peruma-han/pekarangan antara 0,5 – 5 km. Luas la-han garapan setiap petani berkisar 0,75 – 1,5
ha, dan luas lahan yang dikembangkan pada setiap musim tanam sangat tergantung pada sumberdaya yang dimiliki petani (modal dan ketersedian tenaga kerja dalam keluarga). Pola tanam yang di laksanakan petani di lahan sawah tadah hujan adalah satu kali tanam padi dan dilanjutkan dengan penanaman jagung. Untuk padi pada bulan 10 - 12 dilakukan pen-golahan tanah, bulan 1 - 3 tanam, dan panen pada bulan 4 - 7. Untuk komoditas jagung setelah padi yaitu pada bulan 7 - 8 kegiatan pengolahan tanah dan tanam dan panen pada bulan 8 - 10. Keadaan ini sangat tergantung pada curah hujan.
Pengetahuan penduduk tentang pe-rubahan musim merupakan pengetahuan tu-run-temurun yang diwariskan dari leluhur mereka sehingga pola tanam disesuaikan den-gan perubahan musim. Mereka tidak berani berusahatani menentang musim karena risiko gagal panen, kekeringan dan sebagainya. Umumnya petani juga mengadakan rotasi penanaman (ganti tanaman) dengan tujuan menghindari serangan hama dan penyakit. Teknologi Budidaya Padi dan Jagung Manis di Lahan Petani
Padi
Teknologi budidaya padi di tingkat petani yang selama ini diterapkan petani san-gat sederhana sekali, yaitu belum dilaksana-kannya penggunaan benih bermutu seperti seleksi benih. Benih yang digunakan petani untuk ditanam adalah benih yang berasal dari tanaman padi tahun sebelumnya. Bibit yang digunakan untuk ditanam berumur antara 20 sampai dengan 30 hari setelah semai dengan jumlah bibit sekitar 3-5 bibit/lubang dan jarak tanam sekitar 20 x 20 cm tetapi kurang tera-tur.
Pemupukan yang dilaksanakan tidak sesuai dengan anjuran. Hanya diberikan seke-darnya saja karena keterbatasan modal. Se-lama ini harga pupuk, dan obat-obatan cukup mahal pada tingkat petani. Pemeliharaan tana-man dalam hal ini penyiangan dilakukan umumnya hanya 1 kali secara manual. Sedang-kan pengendalian hama dan penyakit dilaku-kan kalau ada gejala serangan. Karena terba-tasnya tenaga kerja untuk panen, biasanya hanya tenaga kerja dalam keluarga yang bekerja. Banyak petani yang menumpuk hasil panen di sawah, setelah selesai panen selu-ruhnya baru proses perontokan padi dilak-sanakan. Perontokan padi pada umumnya memakai tresher dan sebagian kecil masih ada dengan cara diinjak-injak.
Jagung Manis Pengolahan Lahan
Lahan dibersihkan dari sisa tanaman sebelumnya, kemudian dicangkul dan diolah dengan bajak. Tanah yang akan ditanami di-cangkul sedalam 15-20 cm, kemudian dirata-kan., tanah dikapur (dosis 1 ton/ha)
Tanam dan Cara Tanam
Lubang tanam ditugal, kedalaman 3-5 cm, dan tiap lubang diisi 1-2 butir benih. Jarak tanam jagung disesuaikan dengan umur panennya, semakin panjang umurnya jarak tanam semakin lebar. Jagung berumur panen lebih 100 hari sejak penanaman, jarak tanam-nya 40 cm x 100 cm (2 tanaman/lubang). Jagung berumur panen 80-100 hari, jarak tan-amnya 25 cm x 75 cm (1 tanaman/lubang).
Penyulaman
Tanaman yang tumbuhnya jelek, dipo-tong dengan pisau atau gunting tajam tepat di
atas permukaan tanah. Pencabutan tanaman secara langsung dilakukan, karena akan melu-kai akar tanaman lain yang akan dibiarkan tumbuh. Penyulaman bertujuan untuk meng-ganti benih yang tidak tumbuh/mati, dilaku-kan 7-10 hari sesudah tanam (hst). Jumlah dan jenis benih serta perlakuan dalam penyula-man sama dengan sewaktu penanapenyula-man.
Penyiangan
Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman jagung yang masih muda dapat dengan tangan atau cangkul kecil, garpu dll. Penyiangan jangan sampai meng-ganggu perakaran tanaman yang pada umur tersebut masih belum cukup kuat menceng-keram tanah maka dilakukan setelah tanaman berumur 15 hari.
Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan untuk memperkokoh posisi batang agar tanaman tidak mudah re-bah dan menutup akar yang bermunculan di atas permukaan tanah karena adanya aerasi yang dilakukan saat tanaman berumur 6 minggu, bersamaan dengan waktu pemupu-kan. Tanah di sebelah kanan dan kiri barisan tanaman diuruk dengan cangkul, kemudian ditimbun di barisan tanaman. Dengan cara ini akan terbentuk guludan yang memanjang.
Pemeliharaan
Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya, kecuali bila tanah telah lembab, yang bertujuan menjaga agar tanaman tidak layu. Menjelang tanaman ber-bunga, air yang diperlukan lebih besar se-hingga perlu dialirkan air pada parit-parit di antara bumbunan tanaman jagung.
Pada Tabel 1 terlihat bahwa usahatani padi dan jagung manis layak diusahakan ini terlihat dari usahatani padi sangat mengun-tungkan yaitu pendapatannya mencapai Rp 5.500.000,- dengan total biaya (saprodi dan tenaga kerja) sebesar Rp 5.300.000,- dengan nilai R/C Rasio 2,04 ( R/C Rasio > 1) jadi layak untuk diusahakan. (Soekartawi, 1995).
Demikian juga dengan jagung manis dalam satu hektar pendapatannya mencapai Rp 12.600.000,- dengan total biaya Rp 7.400.000,- dengan nilai R/.C Rasio 2,7 ( R/C Rasio > 1) juga layak untuk diusahakan.
Dengan demikian produktivitas padi dan jagung berpeluang untuk ditingkatkan karena analisis usahataninya menguntungkan diusahakan. Produktivitas meningkat sekali-gus menunjang tersedianya pangan nasional, yang sekarang sangat diperhatian pemerintah. Usahatani tersebut layak diusahakan yang akan berimbas pada ketahanan pangan nasio-nal, agar pangan selalu tersedia khususnya untuk Kalimantan Selatan.
Kesimpulan
1. Usahatani padi dan jagung manis layak diu-sahakan. Pendapatan usahatani padi men-capai Rp 5.500.000,- dengan total biaya (saprodi dan tenaga kerja) sebesar Rp 5.300.000,- dengan nilai R/C Rasio 2,04 (R/ C Rasio > 1).
2. Jagung manis dalam satu hektar pendapa-tannya mencapai Rp 12.600.000,- dengan total biaya Rp 7.400.000,- dan nilai R/.C Rasio 2,7 ( R/C Rasio > 1), layak untuk diu-sahakan.
Daftar Pustaka
BBPTP. 2009. Laporan Tahunan Hasil Peneli-tian Balai Besar Pengkajian Teknologi Pertanian tahun 2009.
Dinas Pertanian Provinsi Kalimantan Selatan. 2009. Laporan Tahunan 2006, Dinas pertanian Provinsi Kalimantan Selatan. Noorgiyuwati, A Rafiq Yanti.R M. Alwi. A,
Jum-beri. 2009. Penggalian Kearifan Lokal Petani Untuk Pengembangan Lahan Gambut Kalimantan. Laporan tahun 2006.
Soekartawi. 1995. Analisis Usaha Tani. Univer-sitas Indonesia. Jakarta.
Tabel 1. Analisis finansial usahatani padi dan jagung manis per hektar pada lahan tadah hujan di Kec. Landasan Ulin Kotamadya Banjarbaru Kalimantan Selatan. 2010
U r a i a n Padi Jagung manis
Fisik Nilai (Rp) Fisik Nilai (Rp)
a. Penerimaan (ton) 3,1 10.850,000 20.000 Tongkol 20.000.000 b. Saprodi : 1.200.000 - 3.800.000 Benih (Kg) 40 200.000 25 500.000 Urea (Kg) 200 200,000 200 200.000 SP36 (Kg) 100 400.000 200 800.000 KCl (Kg) 50 200.000 200 800.000 Obat-obatan 200.000 - 1.500.000 c. Tenaga kerja : 4.100.000 - 3.600.000 Pengolahan lahan 20 1.000.000 20 1.000.000 Penanaman 20 1000.000 10 500.000 Pemupukan 6 300.000 6 300.000 Pemeliharaan 16 800.000 16 800.000
Penen dan Pasca Panen 20 1.000.000 30 1.500.000
d. Total biaya 5.300.000 7.400.000
e. Pendapatan 5.500.000 12,600.000