7 2.1. Teori
Film adalah gambar hidup, juga sering disebut juga movie. Gambar hidup adalah bentuk seni, bentuk popular dari hiburan dan juga bisnis. Film dihasilkan dengan rekaman dari orang dan benda, termasuk hiburan dan figure palsu dengan kamera dan atau oleh animasi. (Malaky, 2004)
Film dokumenter adalah film yang mendokumentasikan kenyataan. Kunci utama dari dokumenter adalah penyajian fakta. Film dokumenter berhubungan dengan orang-orang, tokoh, peristiwa, dan lokasi yang nyata. Film dokumenter ini tidak menciptakan suatu peristiwa atau kejadian namun merekam peristiwa yang sungguh-sungguh terjadi. Tidak seperti film fiksi, film dokumenter tidak memiliki
plot (rangkaian peristiwa dalam film yang disajikan pada penonton secara visual
dan audio), namun memiliki struktur yang umumnya didasarkan oleh tema atau argumen dari sineasnya. Film dokumenter juga tidak memiliki tokoh peran baik dan peran jahat, konflik serta penyelesaian seperti halnya film fiksi. (Pratista, 2008)
Struktur bertutur film dokumenter umumnya sederhana dengan tujuan agar memudahkan penonton untuk memahami dan mempercayai fakta-fakta yang disajikan. Contohnya adalah film Nanook of the North (1991) yang dianggap sebagai salah satu film dokumenter yang menggambarkan keseharian warga suku Eskimo di Kutub Utara. Film dokumenter dapat digunakan untuk berbagai macam maksud dan tujuan seperti informasi atau berita, biografi, pengetahuan, pendidikan, sosial, ekonomi dan lain sebagainya. (Brodwell, David dan kristin 1996)
Film dokumenter memiliki beberapa karakter teknis yang khas tujuan utamanya untuk mendapatkan kemudahan, kecepatan, fleksibilitas, efektifitas, serta otentitas peristiwa yang akan direkam. Film dokumenter memberikan informasi
pada penontonnya sering menggunakan narator untuk membawakan narasi atau dapat pula menggunakan metode langsung tanya jawab dengan narasumber.
Film dokumenter adalah salah satu media informasi mengenai tanaman ganja yang memperkenal ganja sebagai kebutuhan manusia dalam bidang medis. 2.2. Profil Komunitas
Lahir dari komunitas Dukung Legalisasi Ganja (DLG) di situs Facebook. Waktu itu kami bersatu dan bersepakat untuk mengadakan aksi dukung legalisasi ganja untuk pertama kalinya di Indonesia yang jatuh pada Hari Ganja Sedunia tahun 2010 (sabtu, 1 Mei 2010). Berangkat dari diskusi, kami yakin bahwa ganja merupakan tanaman yang bermanfaat dan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan umat manusia, bukan bangsa Indonesia saja. Oleh karena itu dan DLG bersama-sama lahir sebagai ujung tombak perjuangan bangsa Indonesia untuk mengembalikan citra tanaman ganja yang selama ini mendapat stigma negatif di masyarakat dunia. 2.2.1. Visi
"Menjadikan pohon ganja sebagai salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan seluas-luasnya bagi kehidupan masyarakat Indonesia dan umat manusia pada umumnya.".
2.2.2. Misi
1. Melakukan penelitian terkait pohon ganja
2. Melakukan upaya pendidikan untuk menciptakan kesadaran kritis pada masyarakat
3. Melakukan advokasi serta memperjuangkan terpenuhinya hak asasi manusia yang berkeadilan terkait dengan pemanfaatan pohon ganja.
4. Membangun komunitas yang peduli dengan pemanfaatan pohon ganja. .
2.2.3. Tujuan
LGN bekerja untuk menjadikan pohon ganja dapat dimanfaatkan secara luas untuk kehidupan rakyat Indonesia ('Secara Luas' = untuk
medis, industri, rekreasi, spritual, budaya, kuliner, keseimbangan alam dan seluas-luasnya manfaat positif ganja).
2.2.4. Karakteristik Komunitas
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan penulis pada komunitas Lingkar Ganja Nusantara , bahwa anggota di komunitas tersebut memiliki karakteristik seperti berikut :
1. Di lingkup usia yang bervariatif mereka mempunya ketertarikan yang sama, yaitu bicara luas mengenai ganja.
2. Senang bergaul, Maksudnya di usia mereka yang bervariatif mereka bias menghargai masukan dari orang yang lebih muda atau pemula.
3. Senang berfikir, Maksudnya mereka bukan orang yang pemalas biarpun mereka bicara ganja mereka sering berdiskusi satu sama lain,atau dengan orang yang baru dikenal.
2.3. Referensi
2.3.1. Referensi Video
Dalam pembuatan film dokumenter ini, saya mengacu pada beberapa refensi film dokumenter yang sudah pernah ada. Film dokumenter yang menjadi referensi penulis sebagai susunan materi dan pertanyaan serta visualisasi yang harus ada dalam perancangan proyek yang akan penulis buat, antara lain:
1) Judul : Exit Through The Gift Shop Oleh : Banksy
Gambar 2.1. Screenshot Referensi 1.
2) Judul : The Culture High Oleh : Brett Harvey
. Gambar 2.2. Screenshot Referensi 2.
(Sumber https://www.youtube.com/watch?v=GRvo9QabEIg) 3) Judul : Weed The People
Oleh : Abby Epstein
Gambar 2.3. Screenshot Referensi 3.
(Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=1NSXz3bsG1c) 4) Judul : 420 – The Documentary
Oleh : Amy Povah
Gambar 2.4. Screenshot Referensi 4
5) Judul : Apakah Ganja Buruk Bagi Kita? Oleh : Kok Bisa
Gambar 2.5. Screenshot Referensi 5
(Sumber : https://www.youtube.com/watch?v=x3_DTwHz9Lk) 2.3.2. Referensi Audio
Dalam pembuatan film dokumenter ini, saya mengacu pada beberapa refensi music yang sudah pernah ada.
2.4 Definisi Informasi
Menurut George R. Terry, Ph. D informasi adalah “data yang sudah diolah menjadi suatu bentuk lain yang lebih berguna yaitu pengetahuan atau keterangan yang ditujukan bagi penerima dalam pengambilan keputusan, baik masa sekarang atau yang akan datang”. Untuk memperoleh informasi yang berguna, tindakan yang pertama adalah mengumpulkan data, kemudian mengolahnya sehingga menjadi informasi. Dari data-data tersebut informasi yang didapatkan lebih terarah dan penting karena telah dilalui berbagai tahap dalam pengolahannya diantaranya yaitu pengumpulan data, kemudian data apa yang terkumpul dan menemukan informasi apa yang diperlukan. Berdasarkan definisi diatas, berguna atau tidaknya informasi tergantung pada beberapa aspek, yaitu :
1. Tujuan penerima Informasi itu harus membantu penerima dalam usahanya untuk mendapatkannya.
2. Ketelitian penyampaian dan pengolahan data Penyampaian dan mengolah data, inti dan pentingnya info harus dipertahankan. 3. Waktu Informasi yang disajikan harus sesuai dengan perkembangan informasi itu sendiri.
4. Ruang dan tempat Informasi yang didapat harus tersedia dalam ruangan atau tempat yang tepat agar penggunaannya lebih terarah bagi audience.
5. Bentuk Dalam hubungannya bentuk informasi harus disadari oleh penggunaannya secara efektif, hubungan-hubungan yang diperlukan, kecenderungan-kecenderungan dan bidang-bidang yang memerlukan perhatian manajemen serta menekankan informasi tersebut ke situasisituasi yang ada hubungannya. 6. Semantik Agar informasi efektif informasi harus ada hubungannya antara katakata dan arti yang cukup jelas dan menghindari kemungkinan salah tafsir.
2.4.1. Unsur-Unsur Pembentuk Film
Film, secara umum dapat dibagi atas dua unsur pembentuk yakni, unsur naratif dan unsur sinematik. Dua unsur tersebut saling berinteraksi dan berkesinambungan satu sama lain untuk membentuk sebuah film. Masingmasing unsur tersebut tidak akan dapat membentuk film jika hanya berdiri sendiri. Unsur naratif adalah bahan (materi) yang akan diolah, sementara unsur sinematiknya adalah cara (gaya) untuk mengolahnya. Dalam film cerita, unsur naratif adalah perlakuan terhadap cerita film. Sementara unsur sinematik merupakan aspek-aspek teknis pembentuk film. Unsur sinematik terbagi menjadi empat elemen pokok yakni, mise-en-scene, sinematografi, editing, dan suara. (Pratista, 2008)
FILM
Unsur naratif Unsur sinematik Mise en scene sinematografi editing suarap Gambar pembentuk film 2.6
• Mise en scene adalah segala aspek yang berada di depan kamera yang akan diambil gambarnya, yakni setting (penunjuk ruang dan waktu untuk memberikan informasi yang kuat dalam mendukung cerita filmnya), tata cahaya, kostum dan tata rias wajah, serta pergerakan pemain.
• Sinematografi secara umum dapat dibagi menjadi tiga aspek, yakni: kamera dan film, framing, serta durasi gambar. Kamera dan film mancakup teknik-teknik yang dapat dilakukan melalui kamera dan stok filmnya. Framing adalah hubungan kamera dengan objek yang akan diambil, seperti batasan wilayah gambar atau frame, jarak, ketinggian, pergerakan kamera dan seterusnya. sementara durasi gambar mencakup lamanya sebuah obyek diambil gambarnya oleh kamera.
• Editing tahap pasca produksi: pemilihan serta penyambungan shotshot yang telah diambil; tahap setelah filmnya selesai: tehnik yang digunakan untuk menghubungkan tiap shot-nya.
• Suara dalam film dapat kita pahami sebagai seluruh suara yang keluar dari gambar, yakni dialog, musik, dan efek suara.
2.5. Tahap Pembuatan Film 2.5.1 Pengertian Editing
Editing adalah proses penyambungan gambar dari banyak shot tunggal sehingga menjadi kesatuan cerita yang utuh, struktur editing dalam pekerjaannya dapat dibagi menjadi 2 yaitu :
1) Linear Editing (Dengan menyusun gambar satu per satu secara berurutan)
2) Non Linear Editing ( Menyusun gambar secara acak) 2.5.2 Pengertian Storyboard
Storyboard adalah sketsa gambar yang disusun berurutan sesuai dengan naskah. Pada awalnya storyboard merupakan kumpulan dari kertas gambar yang berisi rangkaian – rangkaian kejadian dalam produksi film, termasuk film animasi. Storyboard juga berguna bagi editor untuk membantu menyusun scene yang berbeda – beda menjadi sesuai dengan scenario dengan lebih mudah dan cepat..
Secara lebih rinci storyboard dalam pembuatan film dokumenter diperlukan agar :
• Memahami alur gambar / cerita yang dibuat secara sistematis sehingga kecil kemungkinan ada bagian yang penting yang terlewatkan
• Tidak lupa dengan alur gambar / cerita yang sudah kita rencanakan ( sebagai pedoman atau pengingat) pada saat pengambilan gambar atau video maupun editing gambar / video yang telah diambil
• Mudah membaca isi cerita secara visual
Pada umumnya penulisan storyboard dan storyline sering menjadi satu kesatuan yang saling mendukung terdiri dan beberapa adegan yang tersusun dan didalamnya terdapat:
1) Bentuk adegan / potongan – potongan gambar sketsa 2) Bentuk (alur cerita) untuk memperjelas gambar sketsa 2.5.3 Teknik Kamera
Ada beberapa teknik untuk pengambilan gambar kamera atau video, yakni sebagai berikut :
• ELS (Extreme Long Shot)
Shot sangat jauh, menyajikan bidang pandangan yang lebih luas, kamera mengambil keseluruhan pandangan.
• LS (Long Shot)
Shot yang menyajikan bidang pandangan yang lebih dekat dibandingka dengan ELS, objek masih didominasi oleh latar belakang yang lebih luas • MLS (Medium Long Shot)
Shot yang menyajikan bidang pandangan yang lebih dekat dari pada Long shot, objek manusia biasanya ditampilkan dari atas lutut sampai diatas kepala.
• MS (Medium Shot)
Pengambilan gambar sebatas kepala hingga pinggan. Fungsinya memperlihatkan sosok objek secara jelas.
• MCU (Medium Close Up)
Gambar yang diambil sebatas dari ujung kepala hingga dada, fungsinya untuk mempertegas profil seseorang sehingga penonton jelas.
• CU (Close Up)
Pengambilan gambar untuk objek manusia biasanya ditampilkan wajah dari bahu sampai atas kepala.
• ECU (Extreme Close Up)
Pengambilan gambar sangat dekat sekali, hanya menampilkan bagian tertentu pada tubuh objek. Fungsinya untuk kedetailan suatu objek.
2.5.4 Kamera Angle
Jenis – Jenis Kamera Angle dalam shooting : • High Angle
Posisi kamera lebih tinggi dari objek sehingga tampak objek dari atas dengan memiliki sudut kemiringan.
• Top Angle
Posisi kamera ada diatas objek sehingga posisi dari atas kebawah. • Bird Eye View
Posisi High Angle tapi jarak lebih jauh. • Low Angle
Posisi kamera lebih rendah dari objek dengan mengambil posisi membentuk sudut miring
• Frog Eye
Posisi kamera ada dibawah paha • Eye Level
Pengambilan dengan ketinggian sedang atau mendatar dengan objek • Profil Shot
Sama dengan Eye Level akan tetapi dengan posisi kemiringan atau mempunyai sudut.
• Over Sholuder
Pengambilan gambar dari posisi belakang punggung objek 2.6 Tahapan Pelakasanaan Produksi
Suatu produksi audio video yang melibatkan banyak orang, biaya yang besar dan banyak peralatan maka perlu pengorganisasian yang rapi dan perlu suatu tahapan produksi yang jelas. Tahapan produksi terdiri dari tiga bagian yang lazim di industri televisi dikenal dengan istilah standard operation procedure (SOP), seperti berikut:
2.6.1. Pra Produksi (ide, perencanaan dan persiapan)
Tahap ini sangat penting, sebab pekerjaan jika dilakukan secara terperinci maka sebagian pekerjaan dr produksi sudah beres.
Tahapan pra produksi meliputi tiga bagian: 1) Penemuan ide
Tahap ini ketika seorang produser menemukan ide atau gagasan , membuat riset dan menuliskan naskah agar gagasan semakin berkembang.
Tahap ini meliputi penetapan jangka waktu kerja(time schedule), penyempurnaan naskah, pemilihan artis, lokasi dan crew.
3) Persiapan
Tahap ini meliputi pemberesan semua kontrak, perizinan dan surat menyurat.Latihan para talent dan pembuatan setting, meneliti dan melengkapi peralatan yang diperlukan. Kunci keberhasilan produksi program audio video sangat ditentukan oleh keberhasilan pada tahap perencanaan dan persiapan ini.
2.6.2. Produksi (Pelaksanaan)
Setelah perencanaan dan persiapan selesai, maka pelaksanaan produksin dimulai. Sutradara bekerja sama dengan para artis dan crew mencoba mewujudkan apa yang direncanakan dalam kertas dan tulisan (shooting script) menjadi gambar, susunan gambar yg dapat bercerita.Semua shot yang dibuat dicatat mulai dari saat pengambilan , isi shot dan time code pd akhir pengambilan gambar. Catatan kode waktu ini sangat berguna dalm proses editing.
2.6.3. Paska produksi (penyelesaiaan dan penayangan) Pengertian- pengertian:
• Menyusun, memotong dan memadukan kembali (film/rekaman) menjadi sebuah cerita utuh dan lengkap
• Usaha menciptakan kontinuitas gambar yang baik, wajar dan logis sehingga dapat dinikmati oleh penonton.
• Manajemen terhadap gambar bergerak, image, title, dll yang bersumber dari kamera, vtr, char gen, dll
• Menggabungkan beberapa hasil pengambilan gambar dan suara dengan urutan
• urutan yang benar sesuai dengan naskah / script, dan juga menurut panjang dan irama tertentu yang tepat dengan keadaan cerita atau irama music
2.6.4. Tahapan – tahapan Editing 1. Logging
Mencatat dan memilih gambar yang kita pilih berdasarkan time code yang ada dalam masing-masing kaset berdasarkan script continuity report (catatan time code).
2. Capturing
Proses pemilihan (transfer) gambar yang terdapat dalam kaset video (tape) kedalam komputer.
3. Offline Editing
Proses pemilihan (selection) dan penyusunan shot (juxta position) sesuai dengan susunan skenario tanpa menerapkan efek-efek tertentu.
4. Online Editing
Proses penambahan efek-efek tertentu seperti efek transisi, efek warna, efek gerak, caption, dan efek-efek lainnya sesuai dengan kebutuhan cerita.
5. Sound Scoring
Proses pemilihan materi audio seperti ilustrasi musik, atmosfir, dan sound effect sesuai dengan kebutuhan cerita.
6. Mixing
Proses pencampuran dan pengaturan materi audio mulai dari pengaturan level suara hingga pengaturan filler ilustrasi musik untuk menekankan kondisi emosi tertentu.
7. Rendering
Proses penyatuan seluruh format file yang ada dalam timeline menjadi satu kesatuan yang utuh
8. Eksport
Proses pemilihan (transfer) hasil penyuntingan kedalam bentuk yang sesuai dengan kebutuhan seperti VCD, DVD, maupun kaset video (tape).