• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Curah hujan harian di wilayah Kebun Percobaan PKBT IPB Tajur 1 dan 2 pada Februari sampai Juni 2009 berkisar 76-151 mm. Kelembaban udara harian rata-rata kebun tersebut pada pagi, siang, dan sore hari berturut-turut sekitar 92, 76, dan 89% dengan suhu rata-rata sekitar 22.5oC (Lampiran 1).

Percobaan pertama dilakukan pada Kebun Percobaan PKBT IPB Tajur 1. Tanaman pepaya yang ada pada kebun tersebut terdiri dari beberapa genotipe koleksi PKBT. Tanaman tersebut berumur sekitar 7 sampai 14 bulan dan terletak pada blok-blok tertentu. Setiap blok memiliki tanaman dengan genotipe yang tidak seragam kecuali blok pepaya genotipe IPB 3. Penutupan bunga pepaya pada tanaman tua dilakukan dengan menggunakan tangga sedangkan pada tanaman muda tidak menggunakan tangga karena memiliki perawakan yang masih pendek.

Percobaan kedua pada kegiatan penelitian ini menggunakan tanaman betina genotipe IPB 1 yang ada di blok tanaman pepaya genotipe IPB 1 di Kebun Percobaan PKBT IPB Tajur 2 sebagai induk betina, sedangkan sumber polen diambil dari tanaman di Kebun Percobaan PKBT IPB Tajur 1. Kebanyakan tanaman pepaya pada blok tersebut telah mencapai umur dua tahun dan memiliki tinggi lebih dari 2 m. Oleh karena itu, kegiatan penyerbukan polen pada bunga tanaman tersebut dilakukan dengan menggunakan tangga.

Buah pepaya hermafrodit genotipe IPB 1, IPB 3, IPB 4, dan IPB 9 memiliki perbedaan bentuk seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2. Masa berbuah keempat genotipe pepaya yang diamati berbeda-beda. Buah pepaya genotipe IPB 9 muncul terlebih dahulu lalu diikuti genotipe IPB 4, IPB 3, dan IPB 1. Perbedaan masa berbuah ini menyebabkan adanya perbedaan masa pemanenan buah.

Tanaman pepaya yang digunakan sempat terserang kutu daun (Myzus persicae) pada saat musim kemarau. Hama ini berkumpul di permukaan daun dan buah. Bagian daun dan buah pepaya yang terserang hama ini mengering. Hama ini dikendalikan dengan mengoleskan air sabun dengan kuas pada permukaan daun

(2)

dan buah yang terserang. Serangan hama ini berkurang perlahan seiring dengan datangnya musim hujan.

IPB 1 IPB 3 IPB 4 IPB 9

IPB 1 IPB 3 IPB 4 IPB 9

Gambar 2. Bunga dan Buah Pepaya Hermafrodit Genotipe IPB 1, IPB 3, IPB 4, dan IPB 9

Buah yang sudah dipanen dan telah mengalami masa penyimpanan ada yang terserang penyakit antraknosa yang disebabkan jamur Colletothricum gloeosporioides. Serangan ini menyebabkan beberapa buah rusak parah sehingga buah tersebut tidak dapat diamati.

(3)

Percobaan 1. Penyerbukan Terbuka dan Sendiri pada Bunga Hermafrodit Genotipe IPB 1, IPB 3, IPB 4, dan IPB 9

Panjang, Diameter, Tebal Daging Buah, dan Rasio Panjang/Diamater Buah

Panjang, diameter, dan rasio panjang/diameter buah pepaya genotipe IPB 1, IPB 3, IPB 4, dan IPB 9 tidak dipengaruhi oleh kedua jenis penyerbukan. Rasio panjang/diameter buah menunjukkan kecenderungan bentuk buah. Buah dengan nilai rasio panjang/diameter mendekati satu berbentuk semakin bulat. Apabila nilai rasio tersebut semakin besar maka bentuk buah akan semakin lonjong (Tabel 1).

Tabel 1. Panjang, Diameter, Tebal Daging Buah, dan Rasio Panjang/ Diameter Buah Pepaya Hermafrodit

Genotipe Jumlah

Buah Panjang Diameter

Tebal Daging Buah Rasio P/D Maks Min ---cm--- IPB 1 PT 19 12.85 8.28 2.44 1.46 1.56 PS 19 13.15 8.54 2.50 1.63 1.57 t hitung -0.98 -0.76 -0.79 -1.88 -0.11 IPB 3 PT 14 13.28 7.57 2.29 1.50 1.79 PS 14 13.83 7.41 2.26 1.38 1.87 t hitung -1.45 0.73 0.40 1.89 -1.61 IPB 4 PT 17 13.92 7.08 1.96 1.54 1.99 PS 17 14.10 6.76 1.93 1.43 2.11 t hitung -0.42 1.33 0.29 1.59 -1.20 IPB 9 PT 11 20.49 8.98 3.33 2.78 2.30 PS 11 20.38 9.06 3.25 2.68 2.26 t hitung 0.14 -0.23 0.68 0.95 0.40

Keterangan: Data diolah menggunakan uji t

PT : Penyerbukan Terbuka Maks : Maksimum PS : Penyerbukan Sendiri Min : Minimum

Bentuk buah pepaya genotipe IPB 9 paling lonjong di antara buah yang diamati karena memiliki rasio panjang/diameter buah paling besar (Tabel 1). Tebal daging buah maksimum dan minimum buah pepaya genotipe IPB 1, IPB 3, IPB 4, dan IPB 9 juga tidak dipengaruhi oleh kedua jenis penyerbukan. Buah pepaya genotipe IPB 9 memiliki tebal daging buah terbesar di antara buah pepaya

(4)

yang diamati. Perbedaan antara tebal daging buah maksimum dan minimum yang tinggi akan membentuk rongga pada bagian dalam buah yang lebih besar.

Perbedaan tebal daging buah maksimum dan minimum yang terlalu besar dapat membentuk celah yang sempit pada rongga buah sehingga menyulitkan konsumen dalam membuang biji dalam buah pepaya. Menurut Nakasone dan Paull (1998) tebal daging buah pepaya berkisar 1.5-4 cm. Nurlan (2009) melaporkan bahwa perlakuan pemupukan 60 g SP-36/tanaman pada tanaman pepaya genotipe IPB 1 menghasilkan buah dengan tebal daging buah minimum terbesar.

Kekerasan Kulit dan Daging Buah

Kulit dan daging buah akan semakin lunak apabila nilai angka pada skala yang ditunjuk oleh jarum penetrometer semakin besar. Sebaliknya, kulit dan daging buah akan semakin keras apabila nilai angka pada skala yang ditunjuk oleh jarum penetrometer semakin kecil.

Kekerasan kulit dan daging buah bagian pangkal, tengah, dan ujung buah pepaya genotipe IPB 1, IPB 3, IPB 4, dan IPB 9 ditunjukkan pada Tabel 2. Penyerbukan terbuka dan sendiri tidak mempengaruhi kekerasan kulit dan daging buah pepaya genotipe IPB 1, IPB 3, IPB 4, dan IPB 9. Bagian pangkal dan ujung kulit serta daging buah pepaya genotipe IPB 1 dan IPB 4 lebih keras daripada bagian tengah. Buah pepaya genotipe IPB 3 dan IPB 9 memiliki kulit serta daging buah bagian tengah dan ujung yang lebih keras daripada bagian pangkal buah. Perbedaan kecenderungan ini dapat disebabkan oleh adanya perbedaan genotipe. Min et al. (1996) melaporkan bahwa kekerasan buah pepaya dipengaruhi oleh tingkat kematangan buah pada saat panen. Kematangan buah pepaya dapat dilihat dari adanya semburat kuning pada kulit buah pepaya. Kekerasan buah pepaya yang dipanen setelah memiliki semburat kuning sekitar 25-30% dapat dipertahankan selama dua hari dengan perlakuan iradiasi sinar gamma. Hasil penelitian Rohmani (2007) menyatakan bahwa kekerasan kulit buah pepaya genotipe IPB 1 dan IPB 2 tidak dipengaruhi oleh perlakuan empat dosis pemupukan kalium. Nurlan (2009) mengemukakan bahwa kekerasan kulit buah pepaya genotipe IPB 1 dapat dipengaruhi oleh pemupukan fosfor. Pemupukan

(5)

60 g SP-36/tanaman pada tanaman pepaya menghasilkan buah pepaya dengan kulit buah paling keras di antara empat dosis yang digunakan yaitu 60, 120, 180, dan 240 g SP-36/tanaman. Menurut Widyastuti (2009) kulit buah pepaya pada stadia kematangan 75% lebih keras dibandingkan kulit buah pepaya pada stadia kematangan 100%. Kulit buah pepaya bagian tengah pada stadia kematangan 75% memiliki kekerasan sebesar 36.35 mm/150 g/5 detik dan pada stadia kematangan 100% memiliki kekerasan sebesar 56.79 mm/150 g/5 detik.

Perkembangan dan pematangan buah menyebabkan perubahan tekstur dan kekerasan daging buah. Buah yang semakin matang akan memiliki jaringan yang semakin lunak (Chan, 1994b). Hidrolisis pektin dan modifikasi hemiselulosa terjadi pada pelunakan buah pepaya (Paull, 1999).

Tabel 2. Kekerasan Kulit dan Daging Buah Pepaya Hermafrodit Genotipe Jumlah Buah Kekerasan Kulit Buah Rata-Rata Kekerasan Daging Buah Rata-Rata P T U P T U ---mm/150 g/5 detik--- IPB 1 PT 19 31.58 41.24 33.57 35.46 72.00 99.96 89.81 87.26 PS 19 30.78 37.52 33.96 34.09 61.04 84.07 78.33 74.48 t hitung 0.19 0.82 0.42 1.33 1.58 1.20 IPB 3 PT 14 30.19 23.77 21.60 25.19 56.78 48.35 42.95 49.36 PS 14 29.70 27.78 25.64 27.71 51.60 54.07 45.48 50.38 t hitung 0.16 -1.76 -1.96 0.82 -0.87 0.44 IPB 4 PT 17 37.47 44.10 32.59 38.05 68.58 92.47 81.04 80.70 PS 17 38.40 44.29 37.19 39.96 76.60 86.68 81.48 81.59 t hitung -0.18 -0.03 -1.08 -1.21 0.84 -0.06 IPB 9 PT 11 29.68 26.22 22.74 26.21 55.44 53.28 44.21 50.98 PS 11 26.68 26.41 21.36 24.82 56.49 54.93 41.84 51.09 t hitung 1.11 -0.08 1.03 -0.16 -0.34 0.58 Keterangan: Data diolah menggunakan uji t P : Pangkal

PT : Penyerbukan Terbuka T : Tengah PS : Penyerbukan Sendiri U : Ujung

(6)

Bobot Buah Utuh, Bobot Daging Buah, Bobot Kulit Buah, Bobot Biji, Bobot 100 Biji, dan Persentase Bagian yang Dapat Dimakan (BDD)

Penyerbukan terbuka dan sendiri tidak memberikan pengaruh terhadap bobot buah utuh, bobot daging buah, bobot kulit buah, bobot biji, bobot 100 biji, dan BDD buah pepaya genotipe IPB 1, IPB 3, IPB 4, dan IPB 9 (Tabel 3). Bobot 100 biji dari buah pepaya genotipe IPB 4 dan IPB 9 relatif besar namun keduanya memiliki bobot biji relatif kecil. Bobot 100 biji dari buah pepaya genotipe IPB 1 dan IPB 3 relatif kecil namun bobot biji keduanya besar.

Tabel 3. Bobot Buah Utuh, Bobot Daging Buah, Bobot Kulit Buah, Bobot Biji, Bobot 100 Biji, dan Persentase Bagian yang Dapat Dimakan (BDD) Buah Pepaya Hermafrodit

Genotipe Jumlah Buah Bobot Buah Utuh Bobot Daging Buah Bobot Kulit Buah Bobot Biji Bobot 100 Biji BDD ---g--- % IPB 1 PT 19 460.29 364.86 35.75 53.11 7.16 80.39 PS 19 511.33 415.99 34.18 53.60 7.30 82.85 t hitung -1.51 -1.85 0.62 -0.17 -0.87 - 2.75* IPB 3 PT 14 411.22 326.00 29.14 47.48 6.78 81.36 PS 14 406.80 320.89 31.53 46.48 6.99 80.93 t hitung 0.16 0.24 -1.10 0.21 -0.30 0.55 IPB 4 PT 17 372.49 312.33 24.16 27.70 10.46 80.94 PS 17 349.84 295.00 20.58 26.56 10.57 86.47 t hitung 0.98 -0.13 02.12* 0.44 -0.28 -1.16 IPB 9 PT 11 996.02 880.54 64.15 32.98 10.19 90.16 PS 11 1042.96 925.49 78.41 38.74 10.48 0.90 t hitung -0.57 -0.60 -1.33 0.91 -0.79 0.40 Keterangan: Data diolah menggunakan uji t

PT : Penyerbukan Terbuka PS : Penyerbukan Sendiri

* : Berbeda nyata pada taraf 5%

Nilai pada peubah bobot biji dan bobot 100 biji dapat digunakan untuk memperkirakan jumlah biji dalam buah tersebut. Bobot biji yang semakin besar dengan bobot 100 biji yang semakin kecil akan menyebabkan jumlah biji yang semakin banyak. Jumlah biji pada buah pepaya genotipe IPB 1 dan IPB 3 diperkirakan lebih banyak daripada jumlah biji buah pepaya genotipe IPB 4 dan

(7)

IPB 9. Rata-rata bobot buah pepaya genotipe IPB 1, IPB 3, IPB 4, dan IPB 9 pada penelitian ini masing-masing 460.29 ± 94.42, 411.22 ± 71.72, 372.49 ± 69.66, dan 996.03 ± 121.30 g. Rusnas (2008) melaporkan rata-rata bobot buah pepaya genotipe IPB 1, IPB 3, IPB 4, dan IPB 9 yaitu masing-masing sebesar 630, 530, 560, dan 1 240 g.

Derajat Kemasaman (pH), Padatan Terlarut Total (PTT), Asam Tertitrasi Total (ATT), dan Kandungan Vitamin C, dan Rasio PTT/ATT

Penyerbukan terbuka dan sendiri mempengaruhi pH buah pepaya genotipe IPB 1 namun tidak mempengaruhi pH buah pepaya genotipe IPB 3, IPB 4, dan IPB 9. Kedua jenis penyerbukan tersebut mempengaruhi ATT buah pepaya genotipe IPB 1 namun tidak mempengaruhi ATT buah pepaya genotipe IPB 3, IPB 4, dan IPB 9 (Tabel 4). Menurut Woods et al. (2006) peningkatan pH terjadi bersamaaan dengan penurunan asam tertitrasi total selama masa pemasakan blackberry.

Tabel 4. Derajat Kemasaman (pH), Padatan Terlarut Total (PTT), Asam Tertitrasi Total (ATT), Kandungan Vitamin C, dan Rasio

PTT/ATT Buah Pepaya Hermafrodit Genotipe Jumlah Buah pH PTT (% Brix) ATT Vitamin C PTT/ATT (ml/100g) (mg/100g) IPB 1 PT 10 5.18 11.62 15.92 66.17 0.74 PS 10 5.38 11.56 13.08 53.27 0.92 t hitung - 3.42** 0.08 2.30* 2.05 -1.82 IPB 3 PT 10 5.06 14.81 12.48 61.66 1.36 PS 10 5.03 13.51 14.83 59.52 1.41 t hitung 0.21 2.73 -0.57 0.27 -0.14 IPB 4 PT 10 5.32 12.41 12.05 48.84 1.08 PS 10 5.40 11.98 11.78 54.18 1.06 t hitung -1.42 0.83 0.24 -0.72 0.20 IPB 9 PT 6 5.01 10.67 13.75 45.33 0.70 PS 5 4.81 11.77 25.64 51.40 0.59 t hitung 0.73 -1.02 -1.23 -0.88 0.56 Keterangan: Data diolah menggunakan uji t

PT : Penyerbukan Terbuka * : Berbeda nyata pada taraf 5% PS : Penyerbukan Sendiri ** : Berbeda sangat nyata pada taraf 5%

(8)

Padatan total terlarut buah pepaya genotipe IPB 3 paling tinggi dibandingkan buah pepaya genotipe IPB 1, IPB 4, dan IPB 9. Winarno dan Aman (1981) menyatakan bahwa apabila buah menjadi matang maka kandungan gula meningkat namun kandungan asamnya menurun. DeEll dan Prange (1992) melaporkan bahwa asam tertitrasi total pada apel yang diproduksi secara konvensional tidak memberikan pengaruh yang nyata dengan apel yang diproduksi secara organik. Hasil penelitian Nurlan (2009) menunjukkan bahwa pemupukan fosfor dengan dosis 120 g SP-36/tanaman pada tanaman pepaya menghasilkan buah dengan PTT tertinggi dibandingkan PTT buah dari tanaman yang diberi pupuk fosfor dengan dosis 60, 180, dan 240 g SP-36/tanaman.

Penyerbukan terbuka dan sendiri tidak mempengaruhi PTT, kandungan vitamin C, dan rasio PTT/ATT buah pada semua genotipe yang diamati. Menurut Chan (1994b) buah pepaya mengalami penurunan kandungan vitamin C pada awal perkembangannya namun mengalami peningkatan saat siap dipanen. Seung dan Kader (2000) menyatakan bahwa kandungan vitamin C pada buah dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti perbedaan genotipe, kondisi iklim sebelum buah dipanen, budidaya yang diterapkan, kematangan buah, metode pemanenan, dan cara penanganan pasca panen buah. Widyastuti (2009) melaporkan bahwa kandungan vitamin C buah pepaya tidak dipengaruhi stadia kematangan. Kandungan vitamin C buah pepaya pada stadia kematangan 75% sebesar 84.99 mg/100 g sedangkan pada stadia kematangan 100% kandungan vitamin C buah pepaya sebesar 85.21 mg/100 g.

(9)

Percobaaan 2. Penyerbukan Polen Genotipe IPB 3, IPB 4, da IPB 9 pada Bunga Betina Genotipe IPB 1

Pertumbuhan Buah Pepaya Betina Genotipe IPB 1

Pertumbuhan buah dari bunga pepaya betina IPB 1 yang diserbuki polen genotipe IPB 3, IPB 4, dan IPB 9 ditunjukkan pada Gambar 3. Gambar tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan buah paling cepat terjadi pada saat buah berumur 6-10 MSP (Minggu Setelah Penyerbukan).

Gambar 3. Pertumbuhan Buah yang berasal dari Bunga Betina Genotipe IPB 1 yang Diserbuki Polen Genotipe Lain

Keterangan: (a) Panjang Buah dan (b) Diameter Buah

Analisis Ragam Karakter yang Diamati pada Buah Betina Genotipe IPB 1

Rekapitulasi Uji F peubah yang diamati disajikan pada Tabel 5. Pengaruh perlakuan terdapat pada peubah tebal daging buah minimum, diameter buah, bobot buah utuh, bobot daging buah, bobot kulit buah, bobot biji, dan jumlah biji. Koefisien keragaman pada peubah kekerasan kulit dan buah, ATT, rasio PTT/ATT, dan kandungan vitamin C merupakan yang paling besar di antara semua peubah.

(10)

Tabel 5. Rekapitulasi Uji F Peubah yang Diamati pada Buah Betina Genotipe IPB 1

No. Peubah F-hitung Pr>F KK (%)

1 Panjang 2.16tn 0.1941 2.86

2 Diameter 10.90** 0.0077 2.50

3 Rasio Panjang/Diameter 4.00 tn 0.0701 2.60 4 Kekerasan Kulit Pangkal 0.97 tn 0.4680 19.48 5 Kekerasan Kulit Tengah 0.54 tn 0.6702 34.36 6 Kekerasan Kulit Ujung 0.36 tn 0.7821 26.33 7 Kekerasan Daging Pangkal 0.32 tn 0.8085 28.51 8 Kekerasan Daging Tengah 0.14 tn 0.9329 33.99 9 Kekerasan Daging Ujung 0.20 tn 0.8954 27.07 10 Tebal Daging Buah Maksimum 1.27 tn 0.3649 2.18 11 Tebal Daging Buah Minimum 29.75** 0.0005 2.10

12 Bobot Buah Utuh 18.19** 0.0020 5.67

13 Bobot Daging Buah 14.61** 0.0036 6.27

14 Bobot Kulit Buah 15.63** 0.0031 5.10

15 Bobot Biji 45.01** 0.0002 4.84

16 Bobot 100 biji 7.21* 0.0205 3.47

17 Jumlah Biji 33.48** 0.0004 5.85

18 Bagian Dapat Dimakan (BDD) 1.00 tn 0.4547 1.33

19 PTT 0.59 tn 0.6400 6.55

20 ATT 0.50 tn 0.6949 21.80

21 Rasio PTT/ATT 0.91 tn 0.4899 17.56

22 pH 4.09 tn 0.0672 1.22

23 Kandungan Vitamin C 1.63 tn 0.2787 18.83 Keterangan : tn : Tidak berbeda nyata

* : Berbeda nyata pada taraf 5% ** : Berbeda nyata pada taraf 1%

Panjang, Diameter, Tebal Daging Buah, dan Rasio Panjang/Diameter Buah

Penyerbukan polen genotipe IPB 3, IPB 4, dan IPB 9 pada bunga pepaya betina genotipe IPB 1 menyebabkan buah pepaya betina genotipe IPB 1 memiliki diameter buah dan tebal daging buah minimum lebih besar serta rasio panjang/diameter buah lebih kecil dibandingkan buah dari bunga pepaya genotipe IPB 1 betina dari bunga yang penyerbukannya terbuka. Buah dari bunga pepaya genotipe IPB 1 betina yang diserbuki dengan polen genotipe IPB 3, IPB 4, dan IPB 9 cenderung berbentuk lebih bulat dibandingkan buah dari bunga pepaya genotipe IPB 1 betina dari bunga yang penyerbukannya terbuka karena nilai rasio panjang/diameter buah lebih mendekati nilai satu (Tabel 6). Perbedaan sumber polen tidak menyebabkan perbedaan nilai pada diameter buah, tebal daging buah

(11)

minimum, dan rasio panjang/diameter buah. Bentuk buah dan penampang melintang buah dari bunga pepaya betina genotipe IPB 1 ditunjukkan pada Gambar 4.

Tabel 6. Panjang, Diameter, Tebal Daging Buah, dan Rasio Panjang/Diameter Buah Pepaya Betina Genotipe IPB 1

Genotipe Panjang Diameter

Tebal Daging

Buah Rasio P/D Maks Min

---cm---

IPB 1 betina 11.10 10.58b 2.12 1.34b 1.06a IPB (1x3) 11.55 11.60a 2.13 1.54a 1.00b IPB (1x4) 11.45 11.66a 2.13 1.54a 0.98b IPB (1x9) 11.77 11.73a 2.19 1.54a 1.00b Keterangan: Angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata

berdasarkan DMRT pada taraf 5% Maks: Maksimum

Min : Minimum

(a) (b) (c) (d) Gambar 4. Penampang Melintang Buah dan Bentuk Buah Pepaya

Betina Genotipe IPB 1.

Keterangan : (a) IPB 1 Betina Penyerbukan Terbuka, (b) IPB (1x3), (c) IPB (1x4), (d) IPB (1x9)

Nilai koefisien korelasi pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa panjang buah berkorelasi negatif dengan diameter buah. Hal ini menandakan buah yang semakin panjang akan memiliki diameter yang semakin kecil. Diameter buah berkorelasi positif dengan tebal daging buah maksimum dan minimum. Buah yang memiliki diameter semakin besar memiliki tebal daging buah maksimum

(12)

dan minimum yang semakin besar pula. Menurut Rohmani (2007) buah betina cenderung berbentuk bulat dengan rasio panjang/diameter buah 1.46 ± 0.14. Rusnas (2008) melaporkan bahwa tidak ada perbedaan panjang dan diameter antara buah hermafrodit dan betina genotipe IPB 1 serta buah hermafrodit genotipe IPB 1 yang berasal dari bunga pepaya genotipe IPB 1 yang diserbuki polen genotipe IPB 2.

Kekerasan Kulit dan Daging Buah

Penyerbukan polen genotipe IPB 3, IPB 4, dan IPB 9 tidak mempengaruhi kekerasan kulit dan daging buah pepaya genotipe IPB 1 betina. Hal ini diketahui dengan membandingkan buah yang terbentuk dari bunga yang diserbuki polen ketiga genotipe tersebut dengan buah dari bunga pepaya genotipe IPB 1 yang penyerbukannya terbuka. Kekerasan kulit dan daging buah bagian ujung memiliki nilai yang relatif tinggi (Tabel 7). Hal ini menunjukkan bahwa bagian buah ini relatif lebih lunak dari bagian pangkal dan tengah buah. Buah dari bunga pepaya genotipe IPB 1 betina yang diserbuki polen genotipe IPB 4 memiliki nilai rata-rata kekerasan tertinggi dibandingkan buah dari bunga pepaya genotipe IPB 1 betina yang diserbuki polen genotipe IPB 3 dan IPB 9.

Tabel 7. Kekerasan Kulit dan Daging Buah Pepaya Betina Genotipe IPB 1 Genotipe Kekerasan Kulit Buah Rata-Rata Kekerasan Daging Buah Rata-Rata P T U P T U ---mm/150 g/5 detik--- IPB 1 betina 26.40 40.90 41.14 36.15 58.96 82.13 75.18 72.09 IPB (1x3) 30.19 33.97 40.72 34.96 62.34 80.64 80.25 74.41 IPB (1x4) 33.09 33.06 40.37 35.51 65.68 80.22 85.50 77.13 IPB (1x9) 26.55 28.84 33.63 29.67 52.54 69.67 73.43 65.21 Keterangan: P : Pangkal T : Tengah U : Ujung

Kekerasan daging buah berkaitan dengan adanya perubahan pada dinding sel. Barajas et al. (2009) mengemukakan bahwa perubahan pada dinding sel mengiringi proses pelunakan buah yang terjadi bersamaan dengan pelarutan pektin dan depolimerisasi poliuronat. Poligalakturonase berperan dalam proses

(13)

pematangan yang berhubungan dengan perubahan tekstur buah dan kesatuan polimer pada pepaya ‘Maradol’.

Bobot Buah Utuh, Bobot Daging Buah, Bobot Kulit Buah, Bobot Biji, Bobot 100 Biji, Jumlah Biji, dan Persentase Bagian yang Dapat Dimakan (BDD)

Penyerbukan polen genotipe IPB 3, IPB 4, dan IPB 9 pada bunga betina genotipe IPB 1 meningkatkan nilai pada peubah bobot buah utuh, daging buah, kulit buah, biji, 100 biji, persentase BDD, dan jumlah biji (Tabel 8). Perbedaan sumber polen tidak menyebabkan perbedaan nilai pada peubah-peubah tersebut kecuali pada jumlah biji. Buah dari bunga pepaya betina genotipe IPB 1 yang diserbuki polen genotipe IPB 9 memiliki jumlah biji paling banyak sedangkan bobot buah utuhnya tidak berbeda secara statistik dengan buah dari bunga betina genotipe IPB 1 yang diserbuki polen genotipe IPB 3 dan IPB 4.

Tabel 8. Bobot Buah Utuh, Bobot Daging Buah, Bobot Kulit Buah, Bobot Biji, Bobot 100 Biji, Jumlah Biji, dan Persentase Bagian yang Dapat Dimakan (BDD) Buah Pepaya Betina Genotipe IPB 1

Genotipe Bobot Buah Utuh Bobot Daging Buah Bobot Kulit Buah Bobot Biji Bobot 100 Biji Jumlah Biji BDD ---g--- % IPB 1 betina 549.60b 446.16b 37.25b 54.22b 6.81a 669.39c 83.33 IPB (1x3) 733.49a 592.11a 49.03a 79.91a 6.24b 1085.73b 82.33 IPB (1x4) 740.79a 597.25a 46.85a 84.17a 6.10b 1061.40b 82.33 IPB (1x9) 754.29a 612.91a 46.56a 82.62a 6.06b 1161.22a 83.00 Keterangan: Angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata

berdasarkan DMRT pada taraf 5%

Nilai koefisien korelasi pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa bobot biji dan jumlah biji berkorelasi positif dengan bobot buah utuh. Hal ini menggambarkan buah yang memiliki bobot biji dan jumlah biji yang semakin besar akan memiliki bobot buah utuh yang semakin besar. Menurut Harjadi (1989) terdapat korelasi langsung antara ukuran buah dan jumlah biji pada banyak buah. Menurut George et al. (1995) buah kesemek (Diospyros kaki) kultivar Fuyu yang berasal dari bunga yang diserbuki polen dari kultivar Dai Dai Maru menghasilkan peningkatan bobot buah. Mercado et al. (1997) melaporkan adanya peningkatan jumlah biji per buah dan ukuran buah cabai yang terbentuk dari

(14)

bunga cabai yang diserbuki polen dari kultivar lain. Hasil penelitian Damayanti (2007) menyatakan bahwa penyerbukan bunga tomat dengan bantuan serangga dapat menghasilkan peningkatan bobot dan diameter buah tomat masing-masing sebesar 13.25 dan 10.89%. Rusnas (2008) melaporkan bahwa bobot buah hermafrodit genotipe IPB 1 yang diserbuki polen genotipe lain lebih berat dari buah yang bunganya mengalami pengurangan stigma.

Derajat Kemasaman (pH), Padatan Terlarut Total (PTT), Asam Tertitrasi Total (ATT), dan Kandungan Vitamin C, dan Rasio PTT/ATT

Penyerbukan polen genotipe IPB 3, IPB 4, dan IPB 9 pada bunga pepaya betina genotipe IPB 1 tidak mempengaruhi pH, kandungan vitamin C, PTT, ATT, dan rasio PTT/ATT buah pepaya betina genotipe IPB 1 (Tabel 9). Pengaruh penyerbukan polen genotipe lain terjadi pada pH buah dari bunga pepaya betina genotipe IPB 1 yang diserbuki polen genotipe IPB 9 dibandingkan dengan buah dari bunga pepaya betina genotipe IPB 1 yang penyerbukannya terbuka. Selain itu, pengaruh penyerbukan polen genotipe lain terdapat pada kandungan vitamin C buah dari bunga pepaya betina genotipe IPB 1 yang diserbuki polen dari bunga genotipe IPB 3 dibandingkan dengan buah dari bunga pepaya betina genotipe IPB 1 yang diserbuki polen genotipe IPB 9. Menurut Bron dan Jacomino (2006) selama masa pemasakan buah pepaya ‘Golden’ PTT buah pepaya tidak berubah namun kandungan vitamin C buah pepaya bertambah sebesar 20-30%.

Tabel 9. Derajat Kemasaman (pH), Padatan Terlarut Total (PTT), Asam Tertitrasi Total (ATT), Kandungan Vitamin C, dan Rasio

PTT/ATT Buah Pepaya Betina Genotipe IPB 1

Genotipe pH PTT

(% Brix)

ATT Vitamin C

PTT/ATT (ml/100g) (mg/100g)

IPB 1 betina 5.36a 11.79 10.52 53.24ab 1.20 IPB (1x3) 5.26ab 12.29 12.60 72.06a 1.04 IPB (1x4) 5.26ab 12.66 12.36 57.11ab 1.12 IPB (1x9) 5.23b 11.98 13.81 45.14b 1.00 Keterangan: Angka pada kolom yang sama yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata

Gambar

Gambar 2.  Bunga dan Buah Pepaya Hermafrodit Genotipe IPB 1, IPB 3,  IPB 4, dan IPB 9
Tabel 1.  Panjang, Diameter, Tebal Daging Buah, dan Rasio Panjang/
Tabel 2. Kekerasan Kulit dan Daging Buah Pepaya Hermafrodit
Tabel 3.  Bobot Buah Utuh, Bobot Daging Buah, Bobot Kulit Buah,  Bobot Biji, Bobot 100 Biji, dan Persentase Bagian yang Dapat  Dimakan (BDD) Buah Pepaya Hermafrodit
+4

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat ketersediaan pangan pokok (beras), mengetahui pola konsumsi rumah tangga, dan tingkat ketahanan pangan rumah tangga petani

alat pengukur tinggi badan yang penulis buat, dimana cara mengukur alat tinggi badan yang penulis buat yaitu dengan cara mengurangi jarak antara lantai dari sensor ultrasonik dan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada korelasi positif antara konformitas teman sebaya dengan kecenderungan perilaku seks bebas remaja putri artinya apabila kelompok teman

Pengelolaan keuangan daerah berarti mengurus dan mengatur keuangan daerah itu sendiri berdasarkan pada prinsip-prinsip menurut Devas, dkk (1989: 279-280) adalah

Walaupun tes ini sudah baik, dapat dipergunakan kembali pada siswa lain yang mempunyai kemampuan yang relatif sama, perlu ditingkatkan kembali kemampuan dan

Melihat kondisi geologi kabupaten lumajang yang memiliki potensi bahan galian berupa logam dan non logam berupa pasir besi maka perlu dilakukan pemetaan atau survey geologi

Hasil dari pada penelitian ini adalah bahwa anak melakukan kejahatan seksual dikarenakan faktor dorongan atau dukungan teman sebaya, dorongan seksual remaja

berkemungkinan mempunyai dua fungsi penggunaan iaitu sebagai rujukan kepada ganti nama orang pertama mufrad [+GND1 mufrad] ataupun rujukan yang melibatkan dunia