• Tidak ada hasil yang ditemukan

Universitas Gadjah Mada 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Universitas Gadjah Mada 1"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Universitas Gadjah Mada 1 d.16.Minggu ke 16

16.1. Pokok Bahasan:Contoh terapan langkah-langkah proses pemrograman 16.2. Sub pokok bahasan : IV Model Farbstein & Model Pena

16.3. Materi Pembahasan : IV.Model Farbstein & Model Pena

a. Dasar-dasar programming menurut Jay Farbstein

Seperti yang telah dijelaskan pada minggu ke 12 maka Jay Farbsten dalam membuat model dan dasar-dasar programmingnya menggunakan (5)lima tahapan metodologi yang melibatkan pemilik proyek (user) dan pemakai dalam mengembangkan informasi terutama evaluasi keputusan dan pengambilan keputusan. Setiap tahap berisi tugas-tugas yang spesifik dan pertimbangan-pertimbangan data. Adapuri tahapan-tahapan dari proses model programming yang dikemukakan oleh Jay Farbstein membagi ke dalam lima tahapan type model programming yatu : a. Literature. Survey b. User Descripton c. Performance Crieria d. Program Option/Costs e. Space Specifcation

(2)

Universitas Gadjah Mada 2 Model Programming Jay Ferbstein

(Sumber : Mickey A.Palmer,1981;33 The Architects Guide to Facility Programming)

Dari gambar diatas jelaslah terlihat bahwa dalam model programming yang dikemukakan oleh Jay Farstein, memisahkan secara tegas antara programming dengan designing, dalam artian selama proses programming ia tidak memasukkan langkah-langkah desain. Pada gambar tersebut menunjukkan bahwa dalam proses programming arsitektur perlu adanya studi awal yaitu Survey Literatur dan gambaran tentang gambar , tentang user/owner yang akan mendukung programmer dalam mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan owner. Dan dalam setiap tahapan programming is selalu mengadakan konsultasi dengan klien dalam artian selalu melibatkan klien.

b. Dasar-dasar programming menurut William Pena

William Pena, FAIA mengembangkan metodologi programming ini dengan didasarkan keadaan kejelasan, effisiensi dan ekonomi dalam prosedur dan produknya. Lebh lanjut William Pena FAIA membagi proses programming ini kedalam lima tahapan prosedur, yaitu :

(3)

Universitas Gadjah Mada 3 a. Menetukan tujuan/sasaran

b. Mengumpulkan/menjaring dan menganalisis fakta c. Mengungkap danmenguji konsep

d. Menetapkan kebutuhan

e. Membagi/menyatakan masalah

Prosedur ini dijalankan dalam lima dasar pertimbangan programming, yang meliputi bentuk, fungsi, ekonomi, waktu, dan tenaga. Secara skematik Model Proramming William Pena FAIA ini, dapat digambarkan sebagai berikut :

Form (Bentuk) Function (ungsi) Economi (Ekonomi) Tme (Waktu) Power (Tenaga) Goals/sasaran/tujuan Fakta Konsep Kebutuhan Problem statement

Model Proramming William Pena

(Sumber : Mickey A.Palmer,1981:34,The Architecture Gude to Facility Programming)

la juga menganjurkan pengatra pada informasi programming untuk desainer dalam dua (2) phase yaitu :

 Skematik program untuk skematik desain

 Pengembangan program untuk pengembangan desain

Didalam FAIA selalu mempertimbangkan faktor-faktor bentuk, fungsi, ekonomi dan waktu sebagai dasar pertimbangannya. Misalnya pada tahap menjaring/mengumpulkan fakta, Pena dalam melakukan tugasnya pada tahap ini berdasarkan pada pertimbangan-pertimbangan, antara Ian:

b.1. Pertimbangan fungsi

 Memproses data statistik menjatah menjadi informasi yang berguna  Menurunkan parameter-parameter luas dari kegatan umum.

 Mengorganisasikan jadwal tenaga kerja

 Menganalisa karakteristik fisik, sosial, emosional dan inteiektuall owner.  Menganalisis karakteristik fisik, sosial, emosional dan intelektual

 Menganalisis pola perilaku klien/owner,  Evaluasi ruang.

(4)

Universitas Gadjah Mada 4 b.2. Pertimbangan bentuk

 Analisis kondisi tapak yang ada

 Evaluasi konsekuensi pemberi bentuk dari persyaratan dan peraturan  Evaluasi perbandingan luas lantai per area

 Analisis bahan-bahan setempat dan lingkungan

 Mengadakan pengertian bersarna kualitas bangunan atas suatu dasar kuantitatif.

b.3. Pertimbangan Ekonomi

- menetapkan dasar rencana anggaran beaya maksimum proses programming, dasar-dasar perancangan seperti : fungsi, bentuk, ekonomi, waktu. dan energi dipakai sebagai pertimbangan untuk menjalankan 5 prosedurnya hingga diperoleh pernyataan permasalahan. Secara diagramatis proses programming ini berbentuk matriks akihat 2 fungsi yang saling berhubungan sebagai data dan pemrosesannya atau dikenal sebagai dasar pertimbanganpertimbangan perancangan dan prosedur programming. Pernyataan masalah tertuang dalam program skematik dan program pengembangan merupakan hasii dari model programming William Pena,

E. Kekuatan dankelemahan programming Model Jay Farbstein dan programming Model William Pena.

C.1. Kekuatan dan kelemahan programming model Jay Farbsten

o Bersifat teoritis, dengan menggali/mencari standar-standar dan teori yang mendukung dalam menyelesaikan tugasnya.

o Datanya merupakan data kuantitatif o Muaranya pada spesifikasi ruang

o Adanya kejelasan yang menyediakan antara proses programming dengan proses design

o Selain mengadakan konsultasi dalam setiap pekerjaan pengambilan keputusan.

o Produk yang dihasilkan bisa merupakan masal (contohnya PERUMNAS).

c.1.2. Kelemahan Programming Model Jay Farbstein

Karena pada setiap langkah pekerjaannya selalu melibatkan client/memberi tugas dalam mengambil keputusannya, sehingga waktu yang dibutuhkan

(5)

Universitas Gadjah Mada 5 cukup panjang dan permasalahannya akan begitu kompleks (banyak keingnan-kenginan klient yang harus dipertimbangkan,padahal keinginannya itu bukan merupakan kebutuhan yang sesuai dengan apa sebenarnya yang dibutuhkan oleh cient).

C.2 Kekuatan dan kelemahan Programming Model William Pena

Dalam pelaksanaannya 5 tahap programming yang dikemukakan oleh William Pena ini biasanya tidak selalu berurutan (urutannya tidak sElalu konsisten) dan informasinya kurang akurat. Pena mencontohkannya dalam menjaring datanya sebagai berikut:

@ 10.000 pelajar universitas, 300 tempat tidur rumah sakit, 25 pelajar perkelas. Kalau kita lihat dari data tersebut, jelas data tersebut berupa datanya sangat global. Data yang diperoleh selalu berupa data nominal, sehingga ukurannya kurang akurat.

Sumber informasi tidak selalu reliable, sehingga kemampuan prediksinya (daya prediksi) terbatas.

Langkah dan informasi dalam model programming William Pena ini tidak mempunyai kekuatan maupun akurasi permasalahan secara matematika. Oleh karena itu model programming William Pena prosesnya bersifat heuristic bukan algoritmatic. Programming tidak dapat menjamin (menjawab) kesimpu!an permasalah dengan tepat/benar, programming hanya dapat mengurangi kualitas perkiraan. Metode model programming William Pena i hanya baik bila pendapat orang dilibatkan.

Urutan tahap pekerjaan model programming William Pena ini urutannya secara neumerik akan lebih bak bila dibandingkan secara teoritik. Tetapi dalam praktenya tahapan-tahapannya mungkin berbeda sesuai dengan order yang berbeda pula. Sebagai contoh: Dalam suatu proyek mungkin saja mulai langkahnya dengan memberikan daftar ruang dan biaya (langkah 4 sebagi langkag awal dilakukan) kemudian baru menanyakan kira-kira tujuan/sasaran (langkahi), fakta (langkah 2), dan baru konsep (langkah 3) dan terakhir problem statement (sebagai muaranya). Bahkan seringkali dalam pelaksanaannya dilaksanakan secara serempak (tahap 1,2,3, dan 4) hal ini ditujukan untuk cek cross diantara ke empat (4) langkah, sehingga didapatkan suatu kebutuhan, kegunaan,relevansi, dan kesamaan pada informasi. Tatapi pada dasarnya pelaksanaan model programming William Pena ini adalah bermuara pada tahap 5 yatu dalam problem statement (menetapkan permasalahan).

Dari urutan diatas dapat diambil suatu intisari yang menjadi kekuatan dan kelemahan dari model programming William Pena ini adalah sebagai berikut

(6)

Universitas Gadjah Mada 6 C.2.1. Kekuatan Model rogramming William Pena

 Bersifat empiris dengan menggali permasalahan dilapangan  Datanya merupakan data kuantitatif

 Muaranya pada problem/permasalahan  Selalu dikaitkan dengan hal-hal yang ada

 Dalam menterjemahkan informasi akan nampak sesuai dengan tujuan, - Konsen akan kejelasan

 Targetnya bisa diselesaikan dengan tepat waktu/sesuai dengan jadwal

 Adanya pemisahan antara kasus dengan metode, pada aplikasi pelaksanaan banyak alternative memulai pelaksanaannya tetapi kesemuanya itu bermuara pada penetapan permasalahan (problem statement) sebagai hasil akhirnya. Urutan tahapan pekerjaan tidak kaku dan akuras permasalahan tidak bisa secara matematis, sehingga prosesnya bersifat heuristic bukan algoritmatic Bersifat fleksibel

C.2.2. Kelamahan Model Programming Wiliiam Pena

Datanya berbentuk data nominal, sehingga informasinya kurang akurat. Ukurannya kurang actual

Sumber informasi tidak se;alu reliable

Mempunyai kemampuan prediksi yang terbatas

D. Keterkatan dan perbedaari Programming Model Jay Farbstein dengan Programming Model William Pena

Secara skematik keterkaitan dan perbedaan model programming Jay Farbstein dengan model programming William Pena, FAIA dapat ditunjukkan sebagai berikut :

(7)

Universitas Gadjah Mada 7 MODEL PROGRAMMING JAY FARBSTEIN MODEL PROGRAMMING WILLIAM PENA Lirature Survey

User Description Menentukan tujuan/sasaran

Performance Criteria Menjaring dan menganalisa fakta Mengungkap dan me iguji konsep

Program Option/Costs Menetapkan kebutuhan

Space Specifications Membagi/menyatakan masalah

Keterkaitan antara Model Programming Jay Farbstein dengan William Pena Dari gambar tersebut diatas dapat dijelaskan bahwa terdapat keterkaitan/ kesamaan antara model programming Jay Farbstein dengan model programming William Pena. FAIA yaitu pada tahap penentuan tujuan/ sasaran, pengumpulan dan penganalisa fakta, menetapkan kebutuhan, dan pada tahap membagi/menyatakan masalah. Serta pada pelibatan klien dalam tiap tahapan programming.

Sedangkan yang membedakan keduanya adalah proses survey literature yang terdapat dalam model Jay Ferbstein tidak dapat pada tahapan model programming yang dikemukakan oleh William Pena FAIA. Tahap survey literature merupakan tahap awal yang perlu dan harus dilakukan oleh programmer, karena sangat mendukung den menunjang dalam pendekatan penyelesaian masalah arsitektur. Di dalam model programming yang dkemukakan oleh William Pena,FAIA terdapat tahapan mengungkap danmenguji konsep dimana dalam konsep model Jay Ferbstein tidak terdapat. Dalam hal ini Jay Ferbstein setelah menentukan criteria dan mengungkapnya melanjutkan langkahnya ke dalam penetapan pilihan dan biaya. Secara digramatis perbedaan dari model programming Jay Ferbstein dengan model programming William Pena adalah sebagai berikut:

(8)

Universitas Gadjah Mada 8

MODEL PRORAMMING MODEL PROGRAMMING WILLIAM

JAY FARESTEIN PENA

Bersifat teoritis/berdasarkan Bersifat empiris (dengan menggali teori,sehingga bersifat standar permasalah dilapangan)

Datanya berupa data kuantitatif Datanya kuaitatif

Sesuai dengan hasil studi literature dan Merumuskan masalah, bersifat unik dan data-data hasil survey spesfikasi ruang berkualitas- data kualitatif

yang standar- data kuantitatif

Bisa diterapkan pada proyek dengan Disesuaikan dengan permasalahan yang skala masal (misalnya PERUMNAS) dihaaapinya

Muaranya pada spesifikasi ruang Muaranya pada problem statement (penetapan permasalahan)

Setiap tahapan selalu dikonsultasikan Berusaha menjelaskan berfikirnya,

kepada klien dalam menganalisis permasalahan

(9)

Universitas Gadjah Mada 9 DAFTAR PUSTAKA/BACAAN

1. Heimasth,CLovis AIA,'88 — Behavioral Architectural, To Ward and Accountable design process

2. MA,Palmer (ED),'8a — The Architec's Guide To Facility Programming AIA,Washington.

3. Pena, William, et.al. '77 — Problem seeking, An Architectural Programming Primer, Boston Cahners Books International, Inc.

4. Sanoff,tt,'77 — Methods of Architectural Programming, Strousburg, Pensylvania, Dowden, Hutctinson 7 Ross, Inc.

5. Snyder,James,C & Cattanesse,Anthony J'79 — Introduction to Architecrure pada bagain :

- Architecrurral Programming by :Jhon W. Wade - Post Occupancy Evaluaton b y: Harve y Z

Referensi

Dokumen terkait

Untuk semua pihak yang telah membantu penulis baik dari segi moril maupun materil dalam penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih, mohon maaf jika saya

Muljono (2008) menemukan adanya korelasi atau hubungan kepuasan kerja dengan motivasi kerja para tenaga penyuluh bidang pertanian. Penyuluh pertanian, yang mempunyai

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja yang tinggi ada di Kabupaten Banjarnegara, dengan TPAK sebesar 82,65%, sedangkan penduduk yang memiliki TPAK rendah adalah

melakukan ekspansi usaha melalui skema kredit. Dampak

Kebijakan otonomi daerah yang berimplikasi pada munculnya konsep desentralisasi di bidang pendidikan sejak beberapa tahun terakhir semakin memberikan legitimasi kuat

(1) Subbagrenmin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80 huruf a bertugas menyusun perencanaan program kerja dan anggaran, manajemen Sarpras, personel, dan kinerja,

Judul : IDENTIFIKASI KERAGAMAN DAN FAKTOR FISIK PENDUKUNG CHLOROPHYTA PADA PERAIRAN TAWAR SEKITAR KAMPUS UNNES. Program : DIK Tahun : 2002 Status :

” Selanjutnya, dalam Artikel 133 Akta Sidang Sinode GKD XI 1969 nampak bahwa ada usul dari Klasis Surakarta Timur untuk menterjemahkan Kidung Pasamuwan