• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lucky Mardiana Ramadhani 1) Iis Marwan 2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Lucky Mardiana Ramadhani 1) Iis Marwan 2)"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP KETERAMPILAN JURUS TUNGGAL

PENCAK SILAT

(Eksperimen pada Siswa Kelas VII SMPN 17 Kota Tasikmalaya)

Lucky Mardiana Ramadhani 1) Iis Marwan 2)

1) Mahasiswa PJKR FKIP Universitas Siliwangi: luckymardiana@student.unsil.ac.id 2) Dosen PJKR FKIP Universitas Siliwangi: iismarwan@yahoo.com

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pembelajaran menggunakan media audio visual terhadap keterampilan jurus tunggal pencak silat.

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Populasi penelitian adalah siswa kelas VII SMPN 17 Kota Tasikmalaya sebanyak 20 orang. Sampel ditetapkan sebanyak 20 orang diambil secara total. Instrumen penelitian menggunakan tes jurus tunggal yang dilakukan pada tes awal dan tes akhir.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran menggunakan media audio visual secara signifikan berpengaruh terhadap keterampilan jurus tunggal pencak silat siswa kelas VII SMPN 17 Kota Tasikmalaya.

Untuk meningkatkan keterampilan jurus tunggal pencak silat disarankan agar menggunakan media audio visual.

(2)

EFFECT OF USING MEDIA AUDIO VISUAL LEARNING SKILLS FOR SINGLE KICK PENCAK SILAT

Experiments on a class V S of PUI Darul Ulum Islamic Elementary Schools Cipedes Tasikmalaya City

Lucky Mardiana 1) Iis Marwan 2)

Students PJKR FKIP Siliwangi University: luckymardiana@student.unsil.ac.id Lecturer PJKR FKIP Siliwangi University : iismarwan@yahoo.com

ABSTRACT

The purpose of this study was to determine the effect of learning using audio-visual media to a single kick pencak silat skills.

This research uses experimental methods. The study population was students class V PUI Darul Ulum Islamic elementary schools Cipedes Tasikmalaya town of 20 people. Sample set as many as 20 people were taken in total. The research instrument uses a single stance test performed on an initial test and final test.

The results showed that the learning using audio-visual media significantly influences a single kick pencak silat skills class V student of PUI Darul Ulum Islamic elementary schools Cipedes Tasikmalaya

To improve the skills of single kick pencak silat is recommended for audio-visual media.

(3)

PENDAHULUAN

Pencak silat adalah salah satu olahraga beladiri yang berakar dari bangsa Melayu. Dari segi unsur kawasan orang Melayu adalah kawasan Laut Teduh yang membentang dari Easter Island di sebelah timur ke pulau Madagaskar di sebelah barat. Lebih terinci dengan etnis Melayu biasanya disebut penduduk yang terdampar di kepulauan yang meliputi Malaysia, Indonesia, Singapura, Brunei Darusalam, Filipina dan beberapa pulau kecil yang berdekatan dengan unsur negara tersebut.

Walaupun sebetulnya penduduk Melayu adalah suatu etnis di antara ratusan etnis yang mendiami kawasan itu (Oong Maryono, 2000: 3). Silat adalah intisari pencak untuk secara fisik membela diri dan tidak dapat digunakan untuk pertunjukan (Oong Maryono, 2000: 5). Silat adalah gerak bela-serang yang erat hubungannya dengan rohani, sehingga menhidup-suburkan naluri, menggerakkan hati nurani manusia dan berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sama halnya diungkapkan oleh Suharso (2005: 368) mengatakan, Pencak adalah permainan (keahlian) untuk mempertahankan diri dengan kepandaian menangkis.

Pencak silat termasuk olahraga yang diajarkan pada sekolah pendidikan formal sejak pendidikan dasar hingga pendidikan menengah. Dalam prosesnya di sekolah dasar termasuk olahraga yang diajarkan dengan pengenalan jurus-jurus dasar, dan diajarkan pada aspek tanding maupun seni.

Pencak Silat terbagi dalam dua kategori yaitu kategori tanding dan kategori seni. Kategori seni terbagi lagi dalam tiga macam yakni Tunggal, Ganda, dan Regu atau biasa disebut dengan TGR. Pencak silat termasuk cabang olahraga yang dipertandingkan pada kegiatan tingkat sekolah seperti O2SN (Olimpiade Olahraga dan Seni Nasional). Sebagai salah satu nomor pertandingan dan untuk melestarikan cabang olahraga pencak silat sebagai olahraga asli bangsa Indonesia, guru-guru di sekolah dasar sering melakukan pentas seni pencak silat.

Penulis sebagai guru penjasorkes yang mengajar di SMPN 17 Kota Tasikmalaya mengajarkan pencak silat pada aspek seni salah satunya jurus tunggal. Siswa sangat antusias dan memiliki minat serta motivasi yang tinggi untuk belajar

(4)

aspek seni jurus tunggal. Dalam proses pembelajaran penulis merasakan kerepotan karena setiap unsur gerak harus diulang beberapa kali sehingga penulis cukup lelah. Untuk mengantisipasi hal tersebut, penulis mencoba menerapkan proses pembelajaran seni gerak jurus tunggal dengan menggunakan alat audio visual. Audio visual adalah media instruksional modern yang sesuai dengan perkembangan zaman (kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi), meliputi media yang dapat dilihat dan didengar” (Rohani, 1997: 97-98). Media audio visual adalah merupakan media perantara atau penggunaan materi dan penyerapannya melalui pandangan dan pendengaran sehingga membangun kondisi yang dapat membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap.

Untuk mengatasi hal tersebut dan ditunjang kelengkapan fasilitas belajar di sekolah, penulis meneliti mengenai pengaruh pembelajaran dengan menggunakan audio visual terhadap keterampilan jurus tunggal pencak silat. Cara ini dimaksudkan agar siswa mampu dan mahir dalam mementaskan seni jurus tunggal pencak silat.

Untuk mengungkap permasalahan tersebut penulis menggunakan metode penelitian eksperimen. Populasi dan sampel penelitian adalah siswa kelas VII SMPN 17 Kota Tasikmalaya. Sampel penelitian diambil secara total sampling sebanyak 20 orang. Instrumen penelitian menggunakan tes penilaian jurus tunggal yang dinilai oleh juri Pencak Silat kategori Seni sebanyak 3 (tiga) orang.

Penulis merumuskan permasalahan penelitian ini sebagai berikut: “Apakah pembelajaran menggunakan alat audio visual berpengaruh terhadap keterampilan jurus tunggal pencak silat pada siswa kelas VII SMPN 17 Kota Tasikmalaya?”

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Digunakan metode eksperimen atas dasar pertimbangan pada permasalahan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh pembelajaran jurus tunggal menggunakan alat audio visual terhadap keterampilan jurus tunggal pencak silat siswa kelas VII SMPN 17 Kota Tasikmalaya.”

(5)

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu variabel bebas dan terikat. Variabel bebasnya adalah pembelajaran dribbling dengan menggunakan alat audio visual, sedangkan variabel terikatnya adalah keterampilan jurus tunggal pada pencak silat.

Setiap melakukan penelitian sudah barang tentu memerlukan suatu alat untuk mengumpulkan data. Sesuai dengan permasalahan penelitian ini, maka alat pengumpul data yang penulis gunakan adalah tes keterampilan jurus tunggal dalam pencak silat.

Penilaian keterampilan jurus tunggal dilakukan oleh 3 (tiga) orang juri dari PB IPSI. Unsur penilaian tenik gerak jurus tunggal dilakukan dengan melakukan penilaian terhadap beberapa aspek yakni kebenaran gerak (wiraga), penghayatan/penjiwaan gerak (wirasa), dan tempo/irama gerak (wirama), juga catatan waktu selama melakukan gerakan yang rata-rata dilakukan selama 3 menit saja.

Populasi penelitian menurut Arikunto, Suharsimi (2007:102) adalah "Keseluruhan subyek penelitian." Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMPN 17 Kota Tasikmalaya. Jumlah populasi sebanyak 20 orang.

Dari hasil pengolahan dan analisis data akan diperoleh jawaban terhadap permasalahan yang diajukan, yakni diterima atau ditolak hipotesis.

Dalam suatu penelitian perlu dipilih salah satu desain penelitian yang tepat sesuai dengan keterkaitan variabel-variabel yang terkandung dalam penelitian. Desain penelitian dalam penelitian ini adalah “Pre test – Treatment - and Post test design

Untuk mengetahui sampai sejauh mana kebermaknaan hasil penelitian, maka pengujian dengan statistika dilakukan. Pendekatan dan rumus-rumus yang digunakan sebagaimana ketentuan dan kelayakan pengujian sebuah hipotesis. Rumus statistik yang digunakan dalam penelitian ini dikembangkan oleh Sudjana (1989). Dari hasil pengolahan dan analisis data akan diperoleh jawaban terhadap permasalahan yang diajukan, yakni diterima atau ditolak hipotesis sesuai dengan taraf kepercayaan yang diajukan.

(6)

PEMBAHASAN

Dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus-rumus statistik didapatkan gambaran data nilai Rata-rata, Standar Deviasi dan Varians dari tes awal dan tes akhir. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel di bawah ini.

Tabel 1

Hasil Perhitungan Rata-rata Standar Deviasi, dan Varians Kelompok Belajar Nilai Rata-Rata

(X) Simpangan Baku (S) Varians (S2) - Tes Awal 238,5 9,3 86,49 - Tes Akhir 250,7 10,2 104,04

Penghitungan distribusi normal menggunakan tes kecocokan chi-kuadrat (2). Hasil penghitungan akan menentukan pendekatan yang dipergunakan dalam analisis data, apakah pendekatan parametrik atau non-parametrik. Pendekatan parametrik digunakan apabila hasil tes tersebut ternyata normal. Sedangkan pendekatan non-parametrik digunakan apabila hasil penghitungan tersebut ternyata tidak normal. Untuk itu setelah dihitung diperoleh hasil penghitungan pada Tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2

Hasil Pengujian Normalitas Data Variabel Tes Nilai Chi-kuadrat

Hitung (2)

Batas Penolakan Hipotesis (  ) = 0,05

Hasil

- Tes Awal 4,31 5,99 Normal

- Tes Akhir 1,79 5,99 Normal

Dari hasil Tabel 2 di atas, dapat diketahui bahwa chi-kuadrat dengan taraf nyata ( = 0,05) dan dk = k – 3 semua angka chi-kuadrat hitung lebih kecil dari chi-kuadrat tabel. Dengan demikian semua chi-kuadrat hitung berada di dalam daerah penerimaan hipotesis. Ini berarti hasil pengujian normalitas data dari setiap periode tes berdistribusi normal dapat diterima.

Salah satu syarat lain pengujian hipotesis dengan uji-t adalah data tersebut harus berdistribusi homogen. Untuk mengetahui homogen atau tidaknya sampel

(7)

yang diteliti, maka perlu pengujian homogenitas dari sampel penelitian. Hasil penghitungan homogenitas dalam Tabel 3 di bawah ini.

Tabel 3

Hasil Pengujian Homogenitas Variabel Nilai F-hitung F-tabel  = 0,05

(10,10) Hasil

- Tes Awal

- Tes Akhir

1,20 2,12 Homogen

Dari Tabel 4.3 di atas dapat dilihat bahwa F-tabel dengan tarap nyata ( = 0,05) dk = V1 dan V2, F-hitungnya lebih kecil dari F-tabel. Dengan demikian berdistribusi homogen dapat diterima.

Pengujian hipotesis bertujuan untuk membuktikan apakah hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini benar atau tidak. Untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukan tersebut digunakan uji perbedaan dua rata-rata. Untuk menguji adanya perbedaan dua rata-rata digunakan Uji t. Uji ini untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan terhadap hipotesis yang diajukan.

Hasil pengujian hipotesis adalah sebagaimana dalam Tabel 4 di bawah ini.. Tabel 4

Uji Peningkatan Pembelajaran

Variabel Nilai t-hitung t (1- ½  )(n1 + n2 –2) Hasil

- Tes Awal

- Tes Akhir

3,96 1,73 Signifikan

Kriteria pengujian, terima hipotesis (H0) jika -t (1 - ½ ) < t < (1 - ½

), di mana t (1 - ½ ) di dapat dari distribusi t dengan derajat kebebasan (dk) = n1+n2-2 dan peluang (1 - ½  ). Tarap nyata  = 0,05 atau tingkat kepercayaan 95 % untuk harga t lainnya hipotesis ditolak. Artinya hipotesis nol diterima apabila t-hitung berada dalam daerah penerimaan yakni – 1,73 < t < 1,73.

Dari Tabel 4 tersebut dapat dilihat bahwa t-hitung lebih besar dari t-tabel. Ini berarti t-hitung berada diluar daerah penerimaan hipotesis (Ho). Dengan

(8)

demikian mempunyai peningkatan atau perkembangan hasil yang signifikan (berarti).

Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data, menunjukkan bahwa belajar jurus tunggal dengan menggunakan alat audio visual dapat penulis bahas hasil penelitian ini sebagai berikut:

Pembelajaran jurus tunggal dengan menggunakan alat audio visual adalah perolehan hitung sebesar 3,96 lebih besar dari tabel sebesar 1,73. Ini berarti t-hitung berada di luar daerah penerimaan hipotesis (H0). Dengan demikian belajar jurus tunggal dengan alat audio visual dapat meningkatkan keterampilan jurus tunggal dalam pencak silat siswa kelas VII SMPN 17 Kota Tasikmalaya.

Jawaban terhadap hipotesis penelitian yang diajukan adalah sebagai berikut: “Pembelajaran menggunakan alat audio visual secara signifikan berpengaruh terhadap keterampilan jurus tunggal dalam pencak silat siswa kelas V MI PUI Darul Ulum Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya.”

Hipotesis tersebut diterima, karena sesuai atau tidak terbukti kebenarannya setelah dihitung secara statistika, karena hasil t-hitung sebesar 3,96 berada di luar daerah penerimaan hipotesis sebesar 1,73.

Terjadinya peningkatan hasil berlatih jurus tunggal yang dilakukan secara sendiri diduga karena dengan berlatih jurus tunggal sendiri-sendiri siswa mampu mengontrol tugas gerak yang harus dilakukannya. Siswa secara perorangan melihat tayangan film jurus tunggal dia dapat meresapi setiap unsur gerak tanpa gangguan temannya.

Hal ini memperkuat konsep Badriah, Dewi, L. (2002:47) sebagai berikut, “Latihan merupakan upaya sadar yang dilakukan secara berkelanjutan dan sistematis untuk meningkatkan kemampuan fungsional raga sesuai dengan tuntutan cabang olahraga itu.” Berdasarkan konsep tersebut, maka pelatihan jurus tunggal yang dilakukan dengan cara menggiring sendiri jelas dilakukan dengan tahapan-tahapan berlatih yang dilakukan secara sistematis dalam waktu yang relatif lama dan dengan jeda waktu kerja kerja dan istirahat yang seimbang.

Dengan cukup waktu untuk menguasai setiap tahapan gerak, maka dengan menambah jumlah tugas gerak tidak menghilangkan tugas gerak yang telah

(9)

dipelajari menjadi hilang. Hal ini dapat memperkuat konsep Badriah, Dewi, L., (2002:48) sebagai berikut, “Latihan keterampilan teknik adalah proses belajar gerak, proses menghafal gerak, proses pembentukan gerakan refleks bersyarat untuk menghasilkan keterampilan teknik sesuatu cabang olahraga.” Dengan demikian maka pembelajaran menggunakan perangkat audio visual yang diberikan dirasakan siswa dapat menambah pengalaman melalui indra penglihatan dan pendengaran, sehingga kualitas gerak dapat lebih permanen.

Hasil ini dapat memperkuat konsep Mahendra, Agus dan Amung Ma’mun (1998:4) sebagai berikut, “Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku yang merupakan hasil dari pengalaman dan tidak dicirikan oleh keadaan-keadaan diri yang sifatnya sementara seperti yang disebabkan oleh sakit, kelelahan, atau obat-obatan.” Dengan berlatih keterampilan jurus tunggal yang dilakukan dengan cara melihat tayangan film jurus tunggal dipelajari dengan baik sehingga diduga dapat dikuasai secara permanen, karena waktu yang dibutuhkan untuk mempelajarinya cukup lama dan berulang-ulang.

Lutan, Rusli (1988:101) menjelaskan bahwa, “belajar dipandang sebagai proses yang menghasilkan perubahan relatif permanen dalam keterampilan; perubahan dalam perilaku yang menyebabkan perubahan pada suasana emosi, motivasi, atau keadaan internal tidak dianggap sebagai akibat belajar.” Badriah Dewi, L., (2002:47) menjelaskan bahwa, “Keterampilan teknik merupakan hasil dari proses belajar dan berlatih gerak yang secara khusus ditujukan untuk dapat menampilkan mutu tinggi cabang olahraga itu.”

Badriah, Dewi, L., (2002:49) menjelaskan sebagai berikut, “Ciri dasar keterampilan teknik mutu tinggi adalah ketepatan dan kecermatan gerakan dan atau skill hasil gerakan.”

Berlatih jurus tunggal dalam pencak silat yang dilakukan dengan cara meklihat tayangan film jurus tunggal dapat menimbulkan motivasi berlatih. Motivasi merupakan suatu istilah yang berkembang dari kata motif, seperti yang dikemukakan Asep (1987 : 14) yang menjelaskan sebagai berikut : “Motif merupakan suatu kesatuan yang komplek dalam diri individu yang mendorong individu untuk melakukan kegiatan untuk mencapai suatu tujuan.” Individu dalam

(10)

melakukan suatu kegiatan tersebut adalah karena adanya dorongan, sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Karenanya, para ahli psikologis menjelaskan mengenai motif tersebut, diantaranya Yusup dkk, (1993 : 14) menjelaskan sebagai berikut : ”Motif adalah suatu yang menyebabkan seseorang bertindak (bertingkahlaku) dengan sesuatu.” Setyobroto (2001 : 24) menjelaskan sebagai berikut : ”Motif adalah suatu penggerak dan pendorong tingkah laku individu memenuhi kebutuhan untuk mencapai tujuan sesuatu.” Sedangkan Somantri dan Syaodih (2003 : 325) menjelaskan sebagai berikut :”Motif merupakan keadaan di dalam diri pribadi seseorang yang merupakan pemicu dalam melakukan suatu perbuatan untuk mencapai suatu tujuan.”

Dari kutipan di atas, dapat penulis simpulkan bahwa motif adalah suatu dorongan tingkah laku individu untuk melakukan kegiatan dalam memenuhi kebutuhan dalam mencapai suatu tujuan tertentu.

Motivasi sering didefinisikan sebagai suatu keadaan internal yang mendorong, menggerakan, dan mempertahankan perilaku. Crowl, dkk. (1997 : 360) memberi pengertian sebagai berikut :”Motivasi sebagai suatu keadaan internal yang mengingatkan dan mengadakan pemikiran, perasaan, dan perilaku.”

Konsep motivasi secara umum yang dikemukakan para ahli psikologi, seperti Suciati, dkk. (2003 : 34) menjelaskan sebagai berikut :”Motivasi menunjukkan suatu keadaan bertenaga dalamdiri siswa yang mengarahkan perilaku siswa untuk mencapai suatu tujuan dengan kekuatan yang sebanding dengan kekuatan motivasi siswa.

Intensitas motivasi yang terlalu rendah, memadai atau terlalu berat akan mempengaruhi intensitas usaha. “Sedangkan Thompson yang pendapatnya dikutip Mulyani dan Nana (2003 : 325) mendefinisikan sebagai berikut : ”Motivasi adalah suatu kekuatan yang bersifat mendorong terbentuknya suatu ketegangan dalam diri makhluk hidup karena adanya kekurangan-kekurangan tertentu.” Selanjutnya Ibrahim (2001 : 23) menjelaskan sebagai berikut : ”Motivasi dapat diartikan sebagai suatu tenaga atau kekuatan dalam diri individu, yang mendorong perilaku seseorang untuk mencapai tujuan tertentu,”

(11)

Suatu dorongan kekuatan yang bersifat fisik dan mendasar merupakan kebutuhan yang jenjangnya lebih tinggi dan bersifat psikologis. Setyobroto (2001 : 24) menjelaskan :”Motivasi adalah proses aktualitas sumber penggerak dan pendorong tingkah laku individu memenuhi kebutuhan untuk mencapai tujuan tertentu.”

Dari beberapa pendapat tersebut di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa motivasi ini muncul karena adanya yang mendorong perilaku seseorang (individu) untuk bertindak dalam mencapai suatu tujuan yang belum tercapai, sehingga tercapai rasa puas. Motivasi tersebut muncul karena adanya kebutuhan sebagai akibat dari adanya kekurangan dalam diri individu.

PENUTUP

Dengan mempertimbangkan beberapa temuan berdasarkan hasil pengolahan data dan pengujian hipotesis serta pembahasan hasil penelitian sebagaimana diungkapkan pada Bab IV, maka dapat ditarik simpulan sebagai berikut: Pembelajaran jurus tunggal dengan menggunakan alat audio visual adalah perolehan hitung sebesar 3,96 lebih besar dari tabel sebesar 1,73. Ini berarti t-hitung berada di luar daerah penerimaan hipotesis (H0). Dengan demikian belajar jurus tunggal dengan alat audio visual dapat meningkatkan keterampilan jurus tunggal dalam pencak silat siswa kelas VII SMPN 17 Kota Tasikmalaya.

Jawaban terhadap hipotesis penelitian yang diajukan adalah sebagai berikut: “Pembelajaran menggunakan alat audio visual secara signifikan berpengaruh terhadap keterampilan jurus tunggal dalam pencak silat siswa kelas VII SMPN 17 Kota Tasikmalaya.”

Berdasarkan kesimpulan penelitian tersebut di atas, maka penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut:

l. Untuk meningkatkan efektivitas peningkatan keterampilan jurus tunggal dalam pencak silat supaya menggunakan alat audio visual sebagai variasi-variasi pembelajaran atau latihan.

1. Bagi guru pendidikan jasmani, pelatih olahraga, pesilat, dan pembina olahraga maupun pihak lain yang terkait dengan pencak silat agar hasil penelitian ini

(12)

bisa disebarluaskan kepada para pelaksana kegiatan khususnya bagi guru-guru di SD, SLTP dan SLTA, maupun pelatih di padepokan-padepokan pencak silat.

2. Bagi pihak lain yang tertarik terhadap permasalahan yang sama, dianjurkan untuk mengadakan penelitian pada padepokan pencak silat.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, 2007, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, Yogyakarta, Rineka-Cipta

Asep , 1987

Badriah, Dewi, L., 2002, Fisiologi Olahraga: Dalam Persepektif Teoritis dan Praktik, Bandung, Pustaka Ramadhan.

Crowl, dkk. 1997

Ibrahim, H. 2001. Media pembelajaran: Arti, fungsi, landasan pengunaan, klasifikasi,pemilihan, karakteristik oht, opaque, filmstrip, slide, film, video, Tv,

Jakarta, P2LPTK Depdikbud.

Lutan, Rusli, 1988, Belajar Keterampilan Motorik: Pengantar Teori dan Metod. Jakarta, P2LPTK Depdikbud.

Ma’mun, Amung, dkk., 2002, Model Pembinaan Olahraga Tradisional Jawa Barat, Bandung, Kerjasama Pemda Jawa Bara, Bandung, FPOK UPI

Mulyani dan Nana, 2003

Nurhasan dan Abdul Narlan, 2011, "Metode Statistika", Diktat, Tasikmalaya, UNSIL-FKIP-PJKR.

Oong Maryono. 2008. Pencak Silat Merentang Waktu. Yogyakarta: Benang Merah Rohani, 1997

Setyobroto, S. 2001. Mental Training. Jakarta: “SOLO” Somantri dan Syayodih, 2003

(13)

Sudjana, Nana, dan Arifin, Daeng, 1988, Cara Belajar Siswa Aktif, Bandung, Pioner.

Suharso, 2005 Yusuf, dkk. 1993

Referensi

Dokumen terkait

Greenhouse effect fossil-fuel burning carbon dioxide release.. Carbon dioxide release greenhouse effect

Krayan , maka dengan ini kami mengundang saudara untuk hadir dalam acara pembuktian kualifikasi sesuai jadwal berikut :.. Tempat : Kantor Dinas Pekerjaan Umum l

Secara umum penelitian ini telah terbukti memberikan dukungan yang signifikan terhadap konsep maupun temuan hasil penelitian terdahulu yang menyatakan bahwa orientasi

yang penuh untuk karir politik, sehingga memiliki tingkat kesulitan yang lebih tinggi dibanding laki– laki. Hal ini merupakan salah satu faktor

Namun begitu, oleh kerana kajian juga mendapati kesan konflik terhadap Guru Besar dan guru adalah tinggi, maka barisan pentadbir sekolah bolehlah mengambil kira pandangan Ding

Pengamatan morfologi merupakan dasar utama yang digunakan untuk melakukan identifikasi dan klasifikasi khamir yaitu dengan pengamatan morfologi sel (pembentukan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh suku bunga, inflasi, dan nilai tukar terhadap investasi asing di Sulawesi Selatan periode 2001-2015.. Penelitian ini

Bentuk yang larut dalam air hanya 1-5 %, walaupun bentuk ini paling sedikit namun menjadi sangat penting ditinjau dari aspek lingkungan karena penyerapan oleh tanaman dan