• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 METODE PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 3 METODE PENELITIAN"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

28 BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Variabel Penelitian dan Hipotesis

Pada bab ini akan memaparkan variabel yang akan dibahas dalam penelitian ini beserta dengan definisi operasionalnya, hipotesa penelitian, karakteristik subjek penelitian, teknik sampling, desain penelitian yang digunakan, alat ukur yang akan digunakan, serta prosedur penelitian.

Menurut Kumar (1999), definisi ooperasional variabel adalah bagaimana semua orang memiliki pengertian yang sama dengan apa yang dimaksud, sehingga tidak ada pengertian yang berbeda-beda dan ada pengukuran dari variabel tersebut. Sedangkan hipotesis adalah asumsi sementara peneliti terhadap hasil penelitian yang akan diuji.

3.1.1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

Terdapat tiga variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu independent variabel atau variabel prediktor (lima dimensi kebudayaan Hofstede dan psikopati) dan dependent variabel atau variabel terikat (tendensi korupsi). Menurut Chadha (2009), independent variabel adalah variabel yang berubah-ubah, yang mempengaruhi dependent variabel. Dependent variabel adalah efek suatu variabel.

3.1.1.1. Definisi Lima Dimensi Kebudayaan Hofstede

Definisi operasional yang peneliti berikan untuk lima dimensi kebudayaan Hofstede berdasarkan pengertian dari (Hofstede, 1994) dalam Tamas (2007), yaitu:

Individualism, adalah dimensi budaya yang berkaitan dengan kondisi di mana setiap orang diharapkan untuk mengurus dirinya sendiri dan keluarga terdekat mereka. Sedangkan collectivism, yaitu kondisi di mana orang-orang diintegrasikan ke dalam kelompok yang kuat/ingroup kohesive, yang memiliki loyalitas tinggi terhadap kelompoknya. Sedangkan definisi operasional untuk individualism yaitu kecenderungan seseorang untuk berpikir, merasa, dan bertindak dengan mengutamakan kepentingan dirinya sendiri, serta kebutuhan pribadinya harus dipenuhi terlebih dahulu daripada kebutuhan kelompoknya (keluarga, teman-teman, masyarakat sekitar) sedangkan collectivism sebaliknya yaitu kebutuhan kelompoknya akan selalu diutamakan dan coba dipenuhi, dan

(2)

keputusan kelompok akan selalu hiikuti meskipun bertolak belakang dengan norma yang berlaku di lingkungannya.

Power distance, adalah salah satu dimensi budaya yang didefinisikan sebagai sejauh mana seseorang yang kurang kuat mengharapkan dan menerima bahwa kekuasaan didistribusikan tidak merata. Budaya yang memiliki high power distance menunjukkan bahwa ketidaksetaraan kekuasaan dan kekayaan ada dalam masyarakat, seorang pemimpin yang memiliki power distance yang tinggu akan menjaga jarak dengan bawahannya, dan perbedaan status sangat terlihat pada lingkungan yang memiliki budaya power distance yang tinggi. Peneliti memberikan definisi operasional untuk dimensi kebudayaan power distance yaitu kecenderungan seseorang untuk berpikir dan merasa bahwa antara orang orang yang memiliki kuasa dan wewenang penting untuk menjaga jarak (minim komunikasi personal, minim diskusi, minim bersosialisasi) dengan bawahannya atau orang yang memiliki kuasa lebih rendah.

Uncertainty avoidance adalah salah satu dimensi budaya yang berfokus untuk melihat tingkat toleransi seseorang terhadap ketidakpastian di lingkungannya, dan juga melihat sejauh mana para anggota suatu budaya merasa terancam oleh situasi yang tidak pasti atau tidak diketahui dan mencoba untuk menghindari situasi seperti itu. Definisi operasional yang peneliti berikan untuk dimensi kebudayaan uncertainty avoidance yaitu kecenderungan seseorang untuk berpikir, merasa dan berperilaku untuk selalu berusaha memenuhi hal-hal yang ia rasa akan membuatnya cemas karena ketidakpastian (tidak pasti memiliki uang hari esok, tidak pasti memiliki tempat tinggal di masa depan, dan sebagainya) dengan menhalalkan segala cara.

Masculinity, adalah salah satu dimensi budaya yang menunjukkan sejauh mana nilai-nilai dominan di dalam masyarakat, apakah cenderung lebih memiliki sifat maskulin, seperti tegas dan kompetitif. Maskulinitas berkaitan dengan masyarakat di mana peran gender sosial jelas berbeda, yaitu laki-laki seharusnya tegas, tangguh, dan terfokus pada kesuksesan materi sedangkan wanita seharusnya lebih sederhana, lembut, dan peduli dengan kualitas hidup. Peneliti memberikan definisi operasional untuk dimensi kebudayaan masculinity yaitu kecenderungan seseorang untuk berpikir, merasa dan bertindak bahwa berkompetisi adalah penting dan memangkan sebuah kompetisi adalah keharusan meskipun harus melalui berbagai risiko yang ada.

(3)

Dimensi budaya yang kelima yaitu long term orientation, adalah dimensi kebudayaan yang ditandai dengan orientasi pada rencana jangka panjang serta kesuksesan di masa depan. Long term orientation memiliki karakteristik seperti: adaptasi dari tradisi dengan konteks modern, menghormati tradisi, hemat, seperti hemat sumber daya, menabung dalam jumlah yang besar, melakukan investasi, tekun dan gigih, bersedia bekerja keras untuk mencapai tujuan dan peduli dengan permasalahan sosial. Sedangkan definisi operasional untuk dimensi kebudayaan long term orientation yaitu kecenderungan seseorang untuk berpikir, merasa dan bertindak dengan penuh kehati-hatian, membuat perencanaan masa depan dengan matang, tidak mau melanggar moral dan norma yang ia piker akan merusak masa depannya, mau berjuang saat ini demi mencapai cita-citanya.

3.1.1.2. Definisi Psikopati

Psikopati adalah aspek kepribadian yang dicirikan dengan perilaku antisosial, tidak adanya kapasitas untuk berempati, tidak adanya rasa takut, yang terdiri atas tiga dimensi yakni egosentris, tidak berperasaan, dan antisosial (Levenson, Keihl, & Fitzpatrick, 1995). Namun peneliti memberikan definisi operasional untuk variabel psikopati yaitu seseorang yang berpikir, merasa dan berperilaku yang tidak etis, melanggar moral, norma, aturan dan etika yang berlaku di masyarakat adalah hal wajar, serta menurutnya bersikap kasar, menyakiti, merampas kebahagiaan orang lain diperbolehkan.

3.1.1.3. Definisi Tendensi Korupsi

Tangney (2003) dalam Cohen et al. (2011) memaparkan bahwa emosi moral memberikan dorongan dan motivasi pada individu untuk melakukan hal yang baik serta menghindari perilaku yang buruk. Peneliti memberikan definisi operasional pada variabel tendensi korupsi sebagai kecenderungan munculnya rasa malu dan bersalah seseorang yang berhubungan dengan emosi moral untuk melakukan perilaku melanggar moral (tidak etis) karena budaya yang dianutnya, nilai-nilai yang diyakininya serta kecenderungan gangguan kepribadian yang dimiliki, berdasarkan kecenderungan. Adapun dimensi dari variabel ini mencakup rasa malu dengan

(4)

PD UA LTO MAS COL PSI PD UA LTO MAS COL PSI PD UA LTO MAS COL PSI

indikator perilaku memperbaiki kesalahan dan evaluasi perilaku negatif dan dimensi rasa bersalah dengan indikator menarik diri dan evaluasi diri negatif.

3.1.2. Hipotesis

Hipotesis penelitian merupakan asumsi peneliti terhadap hasil dari penelitian yang akan dilakukan. Rumusan hipotesis penelitian dirumuskan sebagai berikut:

Keterangan:

PD : Power Distance UA : Uncertainty Avoidance LTO : Long Term Orientation MAS : Masculinity

COL : COllectivism PSI : Psikopati

Evaluasi perilaku negatif

H1– H7

Perilaku memperbaiki diri

Evaluasi diri negatif

H15-H21 PD UA LTO MAS COL PSI

Perilaku menarik

diri

H22-H28 H8-H14 H1 H2 H3 H4 H5 H6 H7 H8 H9 H10 H11 H12 H13 H14 H15 H16 H17 H18 H19 H20 H21 H22 H23 H24 H25 H26 H27 H28

(5)

1. Hipotesa alternatif (Ha1): Dimensi kebudayaan power distance mampu memprediksi evaluasi perilaku negatif dalam arah negatif.

Hipotesa nol (H01): Dimensi kebudayaan power distance tidak mampu memprediksi evaluasi perilaku negatif.

2. Hipotesa alternatif (Ha2): Dimensi kebudayaan uncertainty avoidance mampu memprediksi evaluasi perilaku negatif dalam arah negatif.

Hipotesa nol (H02): Dimensi kebudayaan uncertainty avoidance tidak mampu memprediksi evaluasi perilaku negatif.

3. Hipotesa alternatif (Ha3): Dimensi kebudayaan long term orientation mampu memprediksi evaluasi perilaku negatif dalam arah positif.

Hipotesa nol (H03): Dimensi kebudayaan long term orientation tidak mampu memprediksi evaluasi perilaku negatif.

4. Hipotesa alternatif (Ha4): Dimensi kebudayaan masculinity mampu memprediksi evaluasi perilaku negatif dalam arah negatif.

Hipotesa nol (H04): Dimensi kebudayaan masculinity tidak mampu memprediksi evaluasi perilaku negatif.

5. Hipotesa alternatif (Ha5): Dimensi kebudayaan collectivism mampu memprediksi evaluasi perilaku negatif dalam arah positif.

Hipotesa nol (H05): Dimensi kebudayaan collectivism tidak mampu memprediksi evaluasi perilaku negatif.

6. Hipotesa alternatif (Ha6): Psikopati mampu memprediksi evaluasi perilaku negatif dalam arah negatif.

Hipotesa nol (H06): Psikopati tidak mampu memprediksi evaluasi perilaku negative.

7. Hipotesa alternatif (Ha7): Dimensi kebudayaan power distance, uncertainty avoidance, long term orientation, masculinity, collectivism, dan psikopati secara bersama-sama mampu memprediksi evaluasi perilaku negatif dalam arah negatif.

Hipotesa nol (H07): Dimensi kebudayaan power distance, uncertainty avoidance, long term orientation, masculinity, collectivism, dan psikopati secara bersama-sama tidak mampu memprediksi evaluasi perilaku negatif. 8. Hipotesa alternatif (Ha8): Dimensi kebudayaan power distance mampu

(6)

Hipotesa nol (H08): Dimensi kebudayaan power distance tidak mampu memprediksi perilaku memperbaiki diri.

9. Hipotesa alternatif (Ha9): Dimensi kebudayaan uncertainty avoidance mampu memprediksi perilaku memperbaiki diri dalam arah negatif.

Hipotesa nol (H09): Dimensi kebudayaan uncertainty avoidance tidak mampu memprediksi perilaku memperbaiki diri.

10. Hipotesa alternatif (Ha10): Dimensi kebudayaan long term orientation mampu memprediksi perilaku memperbaiki diri dalam arah positif.

Hipotesa nol (H010): Dimensi kebudayaan long term orientation tidak mampu memprediksi perilaku memperbaiki diri.

11. Hipotesa alternatif (Ha11): Dimensi kebudayaan masculinity mampu memprediksi perilaku memperbaiki diri dalam arah negatif.

Hipotesa nol (H011): Dimensi kebudayaan masculinity tidak mampu memprediksi perilaku memperbaiki diri.

12. Hipotesa alternatif (Ha12): Dimensi kebudayaan collectivism mampu memprediksi perilaku memperbaiki diri dalam arah positif.

Hipotesa nol (H012): Dimensi kebudayaan collectivism tidak mampu memprediksi perilaku memperbaiki diri.

13. Hipotesa alternatif (Ha13): Psikopati mampu memprediksi perilaku memperbaiki diri dalam arah negatif.

Hipotesa nol (H013): Psikopati tidak mampu memprediksi perilaku memperbaiki diri.

14. Hipotesa alternatif (Ha14): Dimensi kebudayaan power distance, uncertainty avoidance, long term orientation, masculinity, collectivism, dan psikopati secara bersama-sama mampu memprediksi perilaku memperbaiki diri dalam arah negatif.

Hipotesa nol (H014): Dimensi kebudayaan power distance, uncertainty avoidance, long term orientation, masculinity, collectivism, dan psikopati secara bersama-sama tidak mampu memprediksi perilaku memperbaiki diri. 15. Hipotesa alternatif (Ha15): Dimensi kebudayaan power distance mampu

memprediksi evaluasi diri negatif dalam arah negatif.

Hipotesa nol (H015): Dimensi kebudayaan power distance tidak mampu memprediksi evaluasi diri negatif.

(7)

16. Hipotesa alternatif (Ha16): Dimensi kebudayaan uncertainty avoidance mampu memprediksi evaluasi diri negatif dalam arah negatif.

Hipotesa nol (H016): Dimensi kebudayaan uncertainty avoidance tidak mampu memprediksi evaluasi diri negatif.

17. Hipotesa alternatif (Ha17): Dimensi kebudayaan long term orientation mampu memprediksi evaluasi diri negatif dalam arah positif.

Hipotesa nol (H017): Dimensi kebudayaan long term orientation tidak mampu memprediksi evaluasi diri negatif.

18. Hipotesa alternatif (Ha18): Dimensi kebudayaan masculinity mampu memprediksi evaluasi diri negatif dalam arah negatif.

Hipotesa nol (H018): Dimensi kebudayaan masculinity tidak mampu memprediksi evaluasi diri negatif.

19. Hipotesa alternatif (Ha19): Dimensi kebudayaan collectivism mampu memprediksi evaluasi diri negatif dalam arah positif.

Hipotesa nol (H019): Dimensi kebudayaan collectivism tidak mampu memprediksi evaluasi diri negatif.

20. Hipotesa alternatif (Ha20): Psikopati mampu memprediksi evaluasi diri negatif dalam arah negatif.

Hipotesa nol (H020): Psikopati tidak mampu memprediksi evaluasi diri negatif.

21. Hipotesa alternatif (Ha21): Dimensi kebudayaan power distance, uncertainty avoidance, long term orientation, masculinity, collectivism, dan psikopati secara bersama-sama mampu memprediksi evaluasi diri negatif dalam arah negatif.

Hipotesa nol (H021): Dimensi kebudayaan power distance, uncertainty avoidance, long term orientation, masculinity, collectivism, dan psikopati secara bersama-sama tidak mampu memprediksi evaluasi diri negatif negatif. 22. Hipotesa alternatif (Ha22): Dimensi kebudayaan power distance mampu

memprediksi perilaku menarik diri dalam arah negatif.

Hipotesa nol (H022): Dimensi kebudayaan power distance tidak mampu memprediksi perilaku menarik diri.

23. Hipotesa alternatif (Ha23): Dimensi kebudayaan uncertainty avoidance mampu memprediksi perilaku menarik diri dalam arah negatif.

(8)

Hipotesa nol (H023): Dimensi kebudayaan uncertainty avoidance tidak mampu memprediksi perilaku menarik diri.

24. Hipotesa alternatif (Ha24): Dimensi kebudayaan long term orientation mampu memprediksi perilaku menarik diri dalam arah positif.

Hipotesa nol (H024): Dimensi kebudayaan long term orientation tidak mampu memprediksi perilaku menarik diri.

25. Hipotesa alternatif (Ha25): Dimensi kebudayaan masculinity mampu memprediksi perilaku menarik diri dalam arah negatif.

Hipotesa nol (H025): Dimensi kebudayaan masculinity tidak mampu memprediksi perilaku menarik diri.

26. Hipotesa alternatif (Ha26): Dimensi kebudayaan collectivism mampu memprediksi perilaku menarik diri dalam arah positif.

Hipotesa nol (H026): Dimensi kebudayaan collectivism tidak mampu memprediksi perilaku menarik diri.

27. Hipotesa alternatif (Ha27): Psikopati mampu perilaku menarik diri dalam arah negatif.

Hipotesa nol (H027): Psikopati tidak mampu memprediksi perilaku menarik diri.

28. Hipotesa alternatif (Ha28): Dimensi kebudayaan power distance, uncertainty avoidance, long term orientation, masculinity, collectivism, dan psikopati secara bersama-sama mampu memprediksi perilaku menarik diri dalam arah negatif.

Hipotesa nol (H028): Dimensi kebudayaan power distance, uncertainty avoidance, long term orientation, masculinity, collectivism, dan psikopati secara bersama-sama tidak mampu memprediksi perilaku menarik diri.

3.2. Subjek Penelitian dan Teknik Sampling

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan strata-1 baik pria ataupun wanita, dari berbagai jurusan dan universitas negeri, maupun swasta

.

3.2.1. Karakteristik Subjek Penelitian

Karakteristik subyek penelitian ini yaitu mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan strata-1 baik pria ataupun wanita, dari berbagai jurusan dan universitas

(9)

negeri maupun swasta dengan rentang usia 17-25 tahun, yang berada di seluruh wilayah di Indonesia. Rentang usia 17-25 tahun dipilih karena merupakan usia dewasa yang sudah mulai memikirkan untuk memasuki kerja. Dengan demikian, peneliti ingin melihat apakah ketika memasuki dunia kerja, para mahasiswa lebih berorientasi pada uang atau memang memiliki minat yang besar pada pekerjaannya, bukan hanya untuk mencari uang semata. Peneliti memilih mahasiswa sebagai subjek penelitian karena dengan asumsi bahwa subjek sudah menamatkan jenjang pendidikan SMA, dimana seseorang yang telah menamatkan pendidikan SMA adalah seseorang yang telah masuk usia dewasa dan mampu berpikir dengan logika, sehingga memiliki kemampuan untuk memahami dan mengikuti peraturan-peraturan yang ada di lingkungan pendidikannya dan peraturan-peraturan hukum, diantaranya adalah menghindari perilaku korupsi (menyontek, memalsukan laporan, tugas, tanda tangan, mengambil hak orang lain baik moril maupun materiil).

3.2.2. Teknik Sampling

Pendekatan yang digunakan dalam memilih sampel adalah non-probability sampling. Pendekatan ini berarti memilih subjek yang dapat masuk dalam penelitian tanpa membagi populasinya sehingga sampel tidak dapat diketahui dan dihitung dengan jelas. Proses yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemilihan random. Proses random berarti dalam memilih sampel melakukan pengacakan sampel dan memberikan kesempatan yang sama pada keseluruhan populasi untuk dipilih (Myers & Hansen, 2012). Teknik non-probability sampling yang dipilih adalah convenience sampling atau accidental sampling, yaitu dalam memilih sampel, peneliti tidak mempunyai pertimbangan lain kecuali berdasarkan kemudahan saja. Seseorang diambil sebagai sampel karena kebetulan orang tadi ada di situ atau kebetulan dia mengenal orang tersebut (Mustofa, 2000). Sehingga, penelitian ini merupakan studi empiris yang bertujuan untuk mengetahui peranan lima dimensi kebudayaan Hofstede dan kecenderungan psikopati dalam memprediksi tendensi korupsi pada mahasiswa.

3.3. Desain Penelitian

Berdasarkan data yang digunakan, penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kuantitatif spesifiknya adalah korelasional prediktif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian dimana data yang diperoleh peneliti berupa angka yang kemudian

(10)

diujikan secara statistik (Bordens dan Abbott, 2008). Dalam penelitian ini, hasil pengukuran lima dimensi kebudayaan Hofstede dan kecenderungan psikopati pada subjek akan dihitung dan dianalisa secara statistik untuk menentukan apakah masing-masing variabel tersebut memiliki hubungan yang kemudian mampu memprediksi tendensi korupsi pada mahasiswa.

Berdasarkan tipe penelitian, penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental. Penelitian ini tidak melakukan manipulasi dan kontrol terhadap variabel penelitian. Dalam penelitian, masing-masing variabel diukur apa adanya dalam kondisi yang sebenarnya.

3.4. Alat Ukur Penelitian

3.4.1. Alat Ukur Lima Dimensi Kebudayaan Hofstede

Instrumen yang digunakan oleh peneliti untuk mengukur lima dimensi kebudayaan Hofstede adalah CVSCALE-Individual Cultural Values Scale yang dikembangkan oleh Yoo, Donthu, dan Lenartowicz (2011), yang digunakan untuk mengukur empat dimensi kebudayaan Hofstede yaitu power distance, uncertainty avoidance, masculine, dan long term orientation. Kemudian untuk tambahan item dimensi kebudayaan power distance diambil dari jurnal A Critical Discussion of Hofstede's Concept of Power Distance, oleh Ly (2013) dan The Power Distance Scale, oleh Feldman (2013). Untuk tambahan item dimensi kebudayaan long term orientation diambil dari jurnal Long-term Orientation, Perceived Consumer Effectiveness, and Environmentally Conscious Consumer Behavior: The Case of Turkey, oleh Gul (2013). Untuk tambahan item dimensi kebudayaan uncertainty avoidance diambil dari jurnal Preliminary Study for The Development of Uncertainty Avoidance Instrumen In Turkey, oleh Altuncu, Aktepe dan Islamoglu (2012). Untuk tambahan item dimensi kebudayaan collectivism diambil dari jurnal Recipient’ S Mood, Relationship Type, And Helping, oleh Clark, Ouellette, Powell dan Milberg (1987), dan untuk tambahan item dimensi kebudayaan masculinity diambil dari jurnal Development of The Conformity to Masculine Norms Inventory, oleh Mahalik et al. (2003). Bentuk dari instrumen ini adalah kuesioner, kuesioner ini terdiri dari 26 item yang berasal dari 5 dimensi kebudayaan Hofstede, dimana partisipan diminta untuk menilai setiap pertanyaan kedalam 5 skala dalam skala Likert yang terbagi dalam 5

(11)

skala, sebagai berikut: (1) sangat tidak setuju (2) tidak setuju (3) netral (4) setuju (5) sangat setuju.

Tabel 3.1 Contoh Alat Ukur Lima Dimensi Kebudayaan Hofstede

Variabel Dimensi Contoh Item

Power distance

• Orang dalam posisi yang lebih tinggi tidak harus meminta pendapat dari orang-orang dalam posisi yang lebih rendah terlalu sering.

• Orang dalam posisi yang lebih tinggi harus menghindari interaksi sosial dengan orangyang ada pada posisi yang lebih rendah.

• Orang dalam posisi yang lebih tinggi tidak harus mendelegasikan tugas penting kepada orang yang ada pada posisi yang lebih rendah.

Uncertainty avoidance

• Penting untuk mengikuti dengan cermat instruksi dan prosedur • Prosedur kerja yang sudah

terstandarisasi sangat membantu. • Instruksi untuk pengoperasian sangat

penting.

Masculine and feminine

• Lebih penting bagi pria untuk memiliki karir profesional dibandingkan wanita.

• Pria pada umumnya menyelesaikan masalah dengan menggunakan analisa logis, sedangkan wanita biasanya menyelesaikan masalah dengan menggunakan intuisi. • Ada beberapa pekerjaan yang bisa

(12)

oleh pria dibandingan oleh wanita.

Long term orientation and short term

orientation

• Saya selalu mengelola uang dengan cermat

• Saya selalu memiliki perencanaan jangka panjang dalam hidup • Saya adalah seseorang yang tegas

dalam membuat keputusan meskipun berlawanan dengan penilaian orang lain

Collectivism and individualism

• Bagi saya seorang individu harus mengorbankan kepentingan pribadi demi kelompoknya

• Menurut saya loyalitas kelompok harus dijunjung tinggi meskipun mengabaikan tujuan individu • Menurut saya kesuksesan kelompok

lebih penting dibandingkan kesuksesan individu

3.4.2. Alat Ukur Psikopati

Instrumen yang digunakan oleh peneliti untuk mengukur kecenderungan psikopati adalah Levenson Self-Report Psychopathy Scale/LSRP yang dikembangkan oleh Levenson, Keihl, & Fitzpatrick (1995) dan telah divalidasi oleh Brinkley, Diamond, Magaletta, & Heigel (2008) dan Sellbom (2011). Bentuk dari alat ukur ini adalah kuisioner dengan mengkategorikan pilihan dalam 5 skala dengan komponen sebagai berikut: (1) Sangat tidak setuju (2) Tidak setuju (3) Netral (4) Setuju (5) Sangat setuju.

Tabel 3.2 Contoh Alat Ukur Psikopati

Variabel Dimensi Contoh Item

Egosentris

• Dalam dunia dewasa ini, saya merasa dibenarkan untuk melakukan apapun yang dapat menghindarkan saya dari konsekuensi atau hukuman demi

(13)

Psikopati

meraih keberhasilan saya

• Bagi saya, hal yang benar adalah hal apapun yang dapat saya lakukan yang luput dari konsekuensi atau hukuman • Kesuksesan adalah berdasar atas

“yang kuat lah yang

menang/bertahan” (survival of the fittest); saya tidak peduli kepada para pecundang atau yang kalah

Tidak berperasaan

• Saya sungguh-sungguh berupaya untuk tidak menyakiti orang lain dalam mengejar tujuan-tujuan saya • Saya merasa diri saya buruk jika

kata-kata atau tindakan saya menyebabkan orang lain merasakan penderitaan emosional

• Sekalipun saya tengah berupaya sangat keras untuk menjual suatu barang, saya tidak akan berbohong mengenai barang tersebut

Antisosial

• Saya mengalami jenis-jenis masalah yang sama dari waktu ke waktu • Saya sering merasa bosan

• Saya cepat kehilangan minat terhadap tugas-tugas yang saya mulai kerjakan

3.4.3. Alat Ukur Tendensi Korupsi

Pengukuran kecenderungan rasa malu dan rasa bersalah sebagai pengukuran tendensi korupsi dilakukan dengan instrument GASP (Guilty and Shame Proneness) yang dikembangkan oleh Cohen, Insko, Panter & Wolf (2011). Instrumen ini menerapkan metode survei dengan menggunakan 7 skala yang tersusun sebagai berikut: (1) Sangat tidak mungkin (2) Tidak mungkin (3) Sedikit tidak mungkin (4) 50% mungkin (5) Ada kemungkinan (6) Mungkin (7) Sangat mungkin. Berikut

(14)

instruksi yang harus disampaikan kepada partisipan sebelum mengisi kuisioner ini: “Dalam kuisioner ini, Anda akan membaca situasi sehari-hari yang sering dihadapi, dan diikuti oleh reaksi umum terhadap situasi tersebut. Saat Anda membaca setiap skenario, berusahalah untuk membayangkan diri Anda dalam situasi tersebut. Setelah itu, indikasikan kemungkinan Anda akan bereaksi sesuai dengan yang telah dipaparkan:. Skoring dari alat ukur ini dengan cara menjumlahkan jawaban yang mewakili masing-masing indikator. Semakin tinggi skor seseorang pada GASP, hal ini menunjukkan semakin rendah kecenderungan korupsi orang tersebut.

Tabel 3.3 Contoh Alat Ukur Tendensi Korupsi

Variabel Dimensi Indikator Contoh Item

Kecenderungan Korupsi (Rasa Malu dan

Rasa Bersalah)

Rasa Malu

• Mengevaluasi diri secara negatif

• Menarik diri

• Anda berhasil membesar-besarkan kerugian yang Anda alami dalam sebuah gugatan di pengadilan. Beberapa bulan kemudian, kebohongan Anda ditemukan dan Anda didakwa bersumpah palsu. Berapa besar kemungkinan Anda akan berpikir bahwa Anda adalah orang yang tercela?

• Rumah Anda sangat berantakan. Kemudian

datanglah tamu-tamu yang tak diduga berkunjung dan masuk ke dalam rumah tanpa diminta. Berapa besar kemungkinan Anda akan menghindar dari tamu-tamu tersebut sampai mereka pergi?

(15)

3.4.4. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

Validitas sebuah alat tes digunakan untuk mengetahui keakurasian dengan melihat sejauh mana alat ukur mengukur apa yang ingin diukur (Chadha, 2009). Pengukuran validitas dalam penelitian ini menggunakan validitas isi (content validity) dan validitas konstruk (construct validity).

Uji validitas untuk alat ukur mengenai intensitas komunikasi, dilakukan dengan validasi isi (content validity) melalui expert judgement dengan Bapak Juneman, S.Psi, M.Si. Expert judgment adalah proses pertimbangan atau tinjuan spesifikasi domain dan penilaian atas kevaliditasan pertanyaan-pertanyaan dari alat tes yang dilakukan oleh peneliti dengan meminta bantuan atau feedback kepada

Rasa Bersalah

• Evaluasi perilaku negatif

• Perbaikan

• Di acara syukuran rumah baru seorang rekan kerja, Anda menumpahkan sirop ke atas karpet mereka yang baru dan berwarna krem. Anda menutupi noda itu dengan kursi sehingga tidak ada orang yang mengetahui keberadaan noda itu. Berapa besar kemungkinan Anda merasa bahwa tindakan Anda itu menyedihkan?

• Anda mengungkapkan rahasia seorang teman, meskipun teman tersebut tidak pernah mengetahuinya. Berapa besar kemungkinan kegagalan Anda menyimpan rahasia ini akan membuat Anda berupaya keras untuk menyimpan rahasia-rahasia di masa mendatang?

(16)

orang yang ahli dalam bidang yang sesuai dengan penelitian dan alat ukur yang akan digunakan (Gregory, 2007).

Alat ukur tentang intensitas komunikasi juga menggunakan validitas konstruk (construct validity) dalam pengujiannya. Validitas konstruk adalah kesesuaian antara konstruk teoritik psikologis yang akan diukur yaitu indikator-indikatornya dengan item atau validitas yang menunjukkan sejauh mana suatu tes mengungkap suatu konstruk psikologis yang hendak diukur (Anastasi dan Urbina, 2007). Validitas ini merupakan yang paling baik dari pada tipe validitas lainnya. Validitas konstruk ditegakkan pada langkah pembuatan kuisioner berdasarkan domain dan indikator-indikator yang akan diukur dalam penelitian. Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini: corrected item total correlation lebih dari sama dengan ( ≥ ) 0,25.

Pengujian yang dapat dilakukan untuk uji validitas adalah dengan cara: 1. Bivariate Pearson, analisis ini dilakukan dengan mengkorelasikan

masing-masing skor item dengan skor total. Skor total adalah penjumlahan dari keseluruhan item. Item pertanyaan yang berkorelasi signifikan dengan skor total menunjukkan item-item tersebut mampu memberikan dukungan dalam mengungkap dan apa yang ingin diungkap.

2. Correlated item-total correlation, analisis dengan cara mengkorelasikan masing-masing skor item dengan skor total dan melakukan koreksi terhadap nilai koefisien korelasi yang overestimasi. Hal ini dikarenakan agar tidak terjadi koefisien item total yang overestimasi (estimasi nilai lebih tinggi dari yang sebenarnya). Atau dengan kata lain, analisis ini menghitung korelasi tiap item dengan skor total (teknik Bivariate Pearson), tetapi skor total disini tidak termasuk skor item yang akan dihitung.

Selain validitas, reliabilitas juga sangat diperlukan dalam pengujian alat ukur. Reliabilitas adalah nilai minimum kekonsistensian pengukuran untuk melihat kesempurnaannya disaat harus dilakukan pengukuran ulang (Gregory, 2007). Reliabilitas yang akan digunakan adalah reliabilitas internal consistency. Reliabilitas jenis ini didapat tanpa harus mengembangkan atau memiliki bentuk alat tes yang lainnya dan mengadministrasikannya dua kali pada individu yang sama, karena evaluasinya hanya diperoleh dari item-item yang terkait di dalam tes itu sendiri (Cohen & Swerdlik, 2005). Metode pengujian reliabilitas internal consistency yang digunakan adalah koefisien Alpha Cronbach. Metode ini dipilih karena

(17)

penggunaannya sesuai dengan alat ukur penelitian yaitu disediakannya pilihan jawaban lebih dari satu (Chadha, 2009) dan tidak ada jawaban benar ataupun salah (Kaplan & Saccuzzo, 2009). Kriteria reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah lebih dari sama dengan ( ≥ ) 0,6. Jika nilai Cronbach’s Alpha Coefficient sama dengan atau lebih besar dari 0.6, maka instrumen tersebut dapat dikatakan dapat diandalkan (Santoso, 2001).

Koefisien keandalan alat ukur menunjukkan tingkat konsistensi jawaban responden, nilai koefisien α berkisar antara 0 sampai 1. Semakin tinggi nilai koefisiennya maka semakin tinggi pula keandalaan alat ukur tersebut (Gregory, 2007). Adapun cara yang digunakan untuk mengetahui koifisien reliabilitas yaitu dengan mengunakan bantuan software SPSS.

Tabel 3.4 Rangkuman Alat Ukur Lima Dimensi Kebudayaan Hofstede

Setelah Uji Coba

No Dimensi Indik

ator

No item Favourable No item

Unfavourable CIT Min CIT Max Alpha Pra Tryout Alpha Post Tryout Pra Tryout Post Tryout Pra

Tryout Post Tryout 1 Power Distance 1, 7, 13, 18, 24, 28, 33, 58, 63 1,33 40,45,53 0,432 0,432 - - 2 Uncertainty Avoidance 2, 8, 14, 19, 25, 34, 41, 46, 54, 59, 64, 68 8, 14, 19, 25, 34, 41, 46, 54, 64, 68 0,307 0,759 0,826 0,867 3 Long Term Orientation 5, 10, 16, 22, 27, 30, 37, 43, 49, 51, 56, 61, 66 5, 10, 16, 22, 27, 30, 37, 43, 49, 56, 61, 66 0,316 0,692 0,824 0,853 4 Collectivis m 3, 4, 9, 12, 15, 20, 26, 35, 42, 52, 65 3,4,9,15,52, 65 21, 29, 32, 36, 39, 47, 48, 55, 60 29,36 0,342 0,711 0,694 0,761 5 Masculinit y 6, 11, 17, 32, 50, 57 11 23, 38, 44, 62, 67 44 0,02 0,02 - - Keterangan tabel:

CIT: Corrected Item Total Correlations (indeks validitas konstruk)

(18)

Tabel 3.5 Rangkuman Alat Ukur Psikopati Setelah Uji Coba N o Dimens i Indikat or No item Favourable No item Unfavourable CIT Min CI T Ma x Alpha Pra Tryou t Alpha Post Tryout Pra Tryout Post Tryou t

Pra Tryout Pos t Try out 1 Psikopat i 1, 3, 5, 7, 9, 11, 13, 17, 21, 23, 2, 4, 10, 16, 18 1, 3, 5, 7, 9, 11, 13, 17, 21, 23, 2, 4, 10, 16, 18 22, 24, 25, 26 0,286 0,69 5 0,810 0,839 Keterangan tabel:

CIT: Corrected Item Total Correlations (indeks validitas konstruk)

Alpha: Cronbach’s Alpha (indeks reliabilitas alat ukur variabel)

Tabel 3.6 Rangkuman Alat Ukur Tendensi Korupsi Setelah Uji Coba

N

o Dimensi

Indikato r

No item Favourable No item Unfavourable CIT Min CIT Max Alph a Pra Tryo ut Alph a Post Tryo ut Pra Tryout Post Tryout Pra

Tryout Post Tryout 1 Guilt Negative Behavior Evaluation 1, 9, 14, 16, 23, 24, 26, 37, 38 1,9,14,16,23 ,24,26,37,38 0,286 0,73 7 0,790 0,82 5 2 Guilt Repair 2, 5, 11, 15, 18, 25, 27, 29, 32, 35 2,11,15,18,2 5,27,29,32,3 5 0,495 0,72 7 0,860 0,87 9 3 Shame Negative Self Evaluation 3, 6, 10, 13, 19, 21, 30, 34 3,6,10,13,19 ,21,30,34 0,574 0,73 5 0,867 0,88 3 4 Shame Withdraw 4, 7, 8, 12, 17, 20, 22, 28, 31, 33, 36, 39 4,7,8,12,17, 20,28,31,33, 36 0,318 0,48 7 0,712 0,73 7 Keterangan tabel:

CIT: Corrected Item Total Correlations (indeks validitas konstruk)

(19)

3.5. Prosedur

3.5.1. Persiapan Penelitian

Persiapan penelitian dimulai dengan membuat alat ukur lima dimensi kebudayaan Hofstede yang diadaptasi dari CVSCALE-Individual Cultural Values Scale, dan juga alat ukur psikopati yang diadaptasi dari Levenson Self-Report Psychopathy Scale serta alat ukur tendensi korupsi yang diadaptasi dari GASP Scale (Guilt and shame Proneness) dan item tambahan yang dikonstruk sendiri oleh peneliti dengan acuan dari jurnal GASP Scale (Cohen, et. Al., 2011).

Setelah alat ukur jadi, peneliti membuat surat izin yang ditujukan kepada pihak jurusan Psikologi Universitas Bina Nusantara Jakarta dimana tempat tersebut akan dilaksanakan proses pengambilan data penelitian. Kemudian penelitian dimulai dengan penyebaran kuesioner secara langsung dan dengan google docs yang disebar melalui media sosial seperti facebook, twitter, line, dan whatsapp kepada mahasiswa-mahasiswa di seleluruh Indonesia.

Tahapan ini kemudian dilanjutkan dengan melakukan studi awal (pilot study) pada bulan November. Peneliti berencana untuk melakukan studi awal pada 100 orang mahasiswa. Dengan dilakukannya uji awal, maka peneliti dapat menguji validitas dan reliabilitas alat ukur. Uji reliabilitas dan validitas akan membantu peneliti untuk memperbaiki butir pertanyaan dalam kuisioner. Kuisioner dibagikan secara menyeluruh kepada responden setelah kuisioner memiliki reliabilitas di atas 0.6 dan setiap butir pertanyaan memiliki nilai validitas di atas 0.25.

Setelah peneliti memperbaiki butir pertanyaan dalam kuisioner, maka kuisioner dapat dibagikan kepada responden dan penelitian dapat dijalankan.

3.5.2. Pelaksanaan Penelitian

Pada bulan pertengahan bulan Oktober – November 2013 peneliti melakukan uji validitas konten dengan menggunakan expert judgement bersama dosen sebanyak 3 kali. Uji validitas ini dilakukan pada tanggal 11 Oktober, 28 Oktober, dan 2 November.

Setelah menuntaskan uji validitas dengan menerapkan expert judgement, peneliti mengambil 100 partisipan, yaitu mahasiswa dari berbagai jurusan, fakultas, dan universitas sebagai uji coba awal. Pengambilan sampel pertama berlangsung dalam durasi 3 hari, yaitu pada tanggal 5-8 November.

(20)

Tahapan berikutnya adalah melakukan input data, menguji reliabilitas dan validitas dari alat ukur. Setelah pengujian reliabilitas dan validitas dituntaskan, peneliti mengeliminasi beberapa butir item dan memperbaiki kuisioner. Tahapan ini berlangsung selama 3 hari, yaitu pada tanggal 10-12 November 2013.

Setelah alat ukur telah siap untuk digunakan dan memiliki validitas serta reliabilitas yang mumpuni melalui uji validitas dan reliabilitas yang telah dilakukan, maka peneliti mendistribusikan alat ukur berupa kuesioner kepada sampel penelitian dalam bentuk hardcopy yaitu booklet dan secara online melalui google docs yang disebar kepada para subjek penelitian pada tanggal 25 Januari hingga 15 Januari 2014. Peneliti mendistribusikan kuesioner kepada 225 orang mahasiswa secara acak, baik pria maupun wanita yang sedang menempuh jenjang pendidikan strata 1 (satu) dari berbagai jurusan, fakultas, dan universitas baik negeri maupun swasta. Peneliti berharap agar seluruh pertanyaan dan pernyataan terjawab secara lengkap dan sesuai petunjuk.

3.5.3. Teknik Pengolahan Data

Teknik pengolahan data merupakan teknik yang digunakan dalam pengujian variabel-variabel dalam penelitian ini. Pengolahan data yang diperoleh dalam kuesioner dilakukan dengan menggunakan alat berbantuan komputer dengan program SPSS 22. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu analisis regresi linear berganda (multiple regression) untuk menguji hubungan prediktor yang lebih dari satu dengan satu dependent variabel. Analisis regresi linier berganda adalah hubungan secara linear antara dua atau lebih variabel independen dengan variabel dependen. Analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen apakah masing-masing variabel independen berhubungan positif atau negatif dan untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen mengalami kenaikan atau penurunan. Data yang digunakan biasanya berskala interval atau rasio (Duwi, 2011). Analisis regresi dilakukan sebanyak lima kali terhadap empat dimensi dari GASP (negative self evaluation, withdrawal, negative behavior evaluation, repair) juga terhadap total GASP.

Peneliti juga menggunakan uji asumsi, pengujian ini dilakukan untuk mendeteksi apakah terdapat masalah regresi dalam penelitian ini. Pengujian ini terdiri dari

(21)

beberapa macam pengujian: (1) Normalitas, (2) Multikolinearitas, (3) Heteroskedastisitas.

Uji normalitas digunakan untuk melihat persebaran data responden, bila mendekati garis lurus maka data dikatakan tersebar secara baik dan normal. Multikolinearitas adalah keadaan dimana terjadi hubungan linear yang sempurna atau mendekati sempurna antar variabel independen dalam model regresi. Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan linear antar variabel independen dalam model regresi. Adanya hubungan diantara variabel-variabel independen menyebabkan informasi yang dihasilkan menjadi sangat mirip dan sulit memisahkan pengaruh dari variabel independen secara individual. Oleh karena itu, prasyarat yang harus terpenuhi dalam model regresi adalah tidak adanya multikolinearitas. Ada beberapa metode pengujian yang bisa digunakan diantaranya: 1. Dengan melihat nilai Inflation Factor (VIF) dan tolerance pada model regresi 2. Dengan membandingkan nilai koefisien determinasi individual (r2) dengan nilai

determinasi secara serentak (R2), dan

3. Dengan melihat nilai Eigenvalue dan Condition Index.

Uji multikolinearitas yang paling sering digunakan adalah dengan melihat nilai Inflation Factor (VIF) pada model regresi karena cara tersebut dirasa paling mudah dan praktis. Multikolinearitas terjadi apabila nilai VIF lebih kecil dari 10 dan nilai tolerance lebih dari 0,1.

Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana terjadi ketidaksamaan varian dari residual (kesalahan pengganggu) untuk semua pengamatan pada model regresi. Hasil pengujian heteroskedastisitas berupa grafik scatterplot. Jika terdapat pola tertentu, seperti titik-titik yang membentuk pola tertentu yang teratur, maka terjadi heteroskedastisitas. Sedangkan jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Gambar

Tabel 3.1 Contoh Alat Ukur Lima Dimensi Kebudayaan Hofstede
Tabel 3.2 Contoh Alat Ukur Psikopati
Tabel 3.3 Contoh Alat Ukur Tendensi Korupsi
Tabel 3.4 Rangkuman Alat Ukur Lima Dimensi Kebudayaan Hofstede  Setelah Uji Coba
+2

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan yang ingin dicapai yakni untuk mengetahui model peramalan terbaik untuk jumlah permintaan darah berdasar golongan di UDD PMI Kota Nganjuk serta hasil

Bentuk eksploitasi seksual yang berupa penggunaan busana yang mewajibkan untuk menampakkan setiap lekukan tubuh bahkan tidak sedikit membuka bagian-bagian tubuh yang

Estate Development & Services Departement | Bumitama Gunajaya Agro

Surat Kemarnpuan Usaha Penunjang Minyak dan Gas Bumi yang selanjutnya disebut SKUP Migas adalah surat yang diberikan kepada Perusahaan atau perseorangan yang memiliki

teknis perencanaan dan perancangan kawasan perumahan dan permukiman Belum sepenuhnya menerapkan ketentuan lingkungan hunian yang berimbang sesuai dengan peraturan

Dari tiga butir pernyataan pada kuesioner dalam subvariabel efficiency menggambarkan bahwa mobile banking BCA (BCA Mobile ) telah mampu memberikan kecepatan dan

Kemasan jenis ini sangat cocok digunakan untuk Sistik Ebi yang memiliki kandungan lemak dan protein tinggi, sehingga selama proses penyimpanan dapat mencegah produk menjadi

 Mengimplementasikan metode numerik yang telah dikuasai ke dalam bahasa pemrograman.  Integral dengan metode