• Tidak ada hasil yang ditemukan

9/28/2012 INTERAKSI AIR HUJAN TANAH PENGELOLAAN LAHAN EROSI: (1) Sheet (interill) & rill erosion. (2) Morpho-erosion erosi jurang, erosi tebing sungai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "9/28/2012 INTERAKSI AIR HUJAN TANAH PENGELOLAAN LAHAN EROSI: (1) Sheet (interill) & rill erosion. (2) Morpho-erosion erosi jurang, erosi tebing sungai"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

INTERAKSI AIR HUJAN – TANAH – PENGELOLAAN LAHAN

(1)

(3)

(2)

 EROSI:

(1) Sheet (interill) & rill erosion

(2) Morpho-erosion  erosi jurang, erosi tebing sungai

(3) Land slide (Tanah Longsor)

foto: pramono hadi

DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) UNIT PENGELOLAAN  INPUT (HUJAN) – PROSES (LAHAN DAN MANUSIA) – OUTPUT (ALIRAN SUNGAI)

(2)

DAS : wilayah daratan yg merupakan satu kesatuan dgn sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami, yang batas di darat merupakan pemisah topografi dan batas di laut sampai dengan daerah perairan

yang masih terpengaruh aktivitas daratan.

PENSELARASAN WILAYAH DAS DAN DMINISTRASI

SPAS

DAS SEBAGAI UNIT HIDROLOGI TERUKUR

Wil DAS =/ (beda) Wil Hidrologi terukur krn : . Aliran balik (back water)

. Pemisah topografis bocor krn gambut . Sudetan (sungai buatan memotong batas DAS)

PP No 37 Thn 2012

Pasal 1

Pengelolaan DAS adalah upaya manusia dalam mengatur hubungan timbal balik antara sumberdaya alam dengan manusia di dalam DAS dan segala aktivitasnya, agar terwujud kelestarian dan keserasian ekosistem serta meningkatnya kemanfaatan sumberdaya alam bagi manusia secara berkelanjutan.

Pasal 2

(3) Pengelolaan DAS sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan rencana

tata ruang dan pola pengelolaan sumber daya air

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bid. penataan ruang dan sumber daya air.

PENGELOLAAN =

F (Perenc., Kelembagaan, Implementasi, Monev)

Sistem/Metoda

Teknologi

SISKAR

DAS

FUNGSI & SUMBERDAYA PENGELOLAAN

DAS

S D Method Machines Men Material Money Markets

(3)

PENGELOLAAN DAS = PEMBANGUNAN SD A & M Jenjang

Pemerintahan

Jangka Waktu Pembangunan

Panjang Menengah Tahunan

Nasional RPJP Nasional RPJM Nasional RKP

Kementer/Lembag - Renstra-KL Renja-KL

Provinsi RPJP Daerah RPJM Daerah RKPD

SKPD - Renstra-SKPD Renja-SKPD

Kabupaten/Kota RPJP Daerah RPJM Daerah RKPD

SKPD - Renstra-SKPD Renja-SKPD

Hierarki Perencanaan Pembangunan Nasional

(UU No. 25 Thn 2004)

Penyusunan & Penetapan Rencana Pengelolaan DAS dilakukan oleh (PP 37 Tahun 2012): a. Menteri untuk DAS lintas negara dan DAS lintas Provinsi;

b. gubernur sesuai kewenangannya untuk DAS dalam provinsi dan/atau lintas kabupaten/kota;

c. bupati/walikota sesuai kewenangannya untuk DAS dalam kabupaten/kota.

S I S R E N C D A S DAS DAS/SUB DAS DAS/SUB-DAS SUB-SUB DAS MIKRO DAS KABUPATEN PROPINSI PEMERINTAH DESA 1 : 50 rb 1 : 250 rb 1 : 1 JT 1 : 5 rb DTA UU No. 25 Thn 2004 (RenBangNas) PP 37 Thn 2012 (Lola DAS) PP No. 15 Thn 2010 (RTRW)

Hierarki Perencanaan Pengelolaan DAS Dalam Perencanaan Pembangunan

Berdasarkan UU No. 25 Tahun 2004 tetang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan UU No 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah :

pelaksanaan tugas dan fungsi

perencanaan pembangunan di Daerah

Provinsi, Kabupaten, Kota adalah Badan

Perencanaan Pembangunan Daerah yang

selanjutnya disebut Bappeda.

(4)

PP No 37 Thn 2012

Pasal 2

(1) Peraturan Pemerintah ini mengatur Pengelolaan DAS dari hulu ke hilir secara

utuh.

(2)Pengelolaan DAS secara utuh sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan melalui tahapan:

a. perencanaan; b. pelaksanaan;

c. monitoring dan evaluasi; dan d. pembinaan dan pengawasan.

PROSES PENETAPAN BATAS DAS

Penyiapan Bahan Penentuan Batas DAS Verifikasi Batas DAS Penetapan Batas DAS

PENYUSUNAN KLASIFIKASI DAS

DAS Dipulihkan Daya Dukungnya DAS Dipertahankan

Daya Dukungnya PERENCANAAN PENGELOLAAN DAS INVENTARISASI DAS PENYUSUNAN RENC. PENGELOLAAN DAS PENETAPAN RENC. PENGELOLAAN DAS KONDISI LAHAN

Persentase lahan kritis Persentase penutupan vegetasi Indeks erosi

SOSIAL EKONOMI

Tekana Penduduk thp lahan Tk kesejahteraan penduduk

Ikeberadaan dan penegakan aturan

KUANT, KUALT, & KONT. AIR

Koef Rejim Aliran Koef Aliran Tahunan Muatan Sedimen Banjir

Indeks penggunaan air

INVESTASI BANGUNAN AIR Klasifiksi kota

Klasifikasi nilai bangunan air

PEMANFAATAN RUANG WIL Kawasan lindung

Kawasan budidaya

PENENTUAN KLASIFIKASI DAS

PENYUSUNAN RENCANAPENGELOLAAN

DAS DILAKUKAN OLEH:

a. Menteri untuk DAS lintas negara dan DAS lintas Provinsi;

b. Gubernur sesuai kewenangannya untuk DAS dalam provinsi dan/atau lintas kabupaten/kota;

c. Bupati/walikota sesuai kewenangannya untuk DAS dalam kabupaten/kota.

(5)

Pasal 21

Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria penetapan Klasifikasi DAS sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (3) diatur dengan Peraturan Menteri setelah berkoordinasi dengan menteri terkait.

DAS SERAYU

SPAS

Sub DAS Serayu Hulu SISTEM PENGELOLAAN: -DAS

- SUB DAS - MIKRO DAS

SISTEM PERENCANAAN PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI

Tim Penyusun :

Paimin Irfan Budi Pramono Purwanto Dewi Retna Indrawati

Penyunting :

Dr. Harry Santoso Prof. Ris. Dr. Pratiwi

Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan

Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi

SALAH SATU OUTPUT (HASIL) SINTESIS ANTARA

(6)

Diagram Alir Analisis “TIPOLOGI DAS” Daerah Kebanjiran

Hujan Potensi Banjir

Tipologi Banjir Wil DAS Luas DAS Tipologi Wilayah Bentuk Lahan Penutupan Lahan Tipologi Lahan Tipologi DTA Pertbn Ekonomi Kerawanan Ekonm Pendapatan Strkr Ekonomi Kepdtn Penduduk Kerawanan Penddk

Tipolog Sosek Tipologi Pengelolaan

DAS

Bentuk/Sistem Lahan* Penutupan Lahan* Air Payau, air Tawar, Gedung (1) Hutan lindung, Hutan Konserv (1) Hut Prod/ Perkebuna n, (2) Sawah, Rumput, Semak/Bel ukar (3) Pemuki man (4) Tegal, Tanah berbatu (5) Rawa-rawa, Pantai: PTG, UPG (1) 1 1 1 1 1 1

Dataran Aluvial, Lembah

alluvial: ACG, KHY (2) 1 1,5 1,5 2 2 2,5 Dataran,: ABG, BTK, CSG,

PKS, SSN (3) 1 2 2,5 3 3,5 4

Kipas dan Lahar, Teras-: AAR, GJO, KNJ, NPA,

LKU(4) 1 2,5 3 3,5 4 4,5 Pegunungan & Perbukitan: AGA, BBG, BBR, BMS, BTA, CRG, GSM, HBU, PDH, TGM, TLU (5) 1 3 3,5 4 4,5 5

Kerawanan/Sensitivitas Lahan Terhadap Degradasi Oleh Erosi

.

*Angka dalam kurung merupakan nilai/skor dari parameter yang bersangkutan

Kategori Nilai Tingkat Kerentanan

Sangat Tinggi > 4,3 Sangat Rentan

Tinggi 3,5 – 4,3 Rentan Sedang 2,6 – 3,4 Sedang

Rendah 1,7 - 2,5 Agak Rentan

Sangat Rendah < 1,7 Tidak Rentan

Klasifikasi Tingkat Kerentanan/Degradasi

Kepadatan Penduduk (Org/km2)

Struktur Ekonomi Pertanian (5) Industri (3) Jasa (1) Jarang ( < 250) (1) (3) (2) (1) Sedang (250 – 400 ) (3) (4 ) ( 3) (2) Padat ( > 400) (5) ( 5) ( 4) ( 3) Tipologi/Kerentanan Penduduk Terhadap Lahan

(7)

Pedapatan Pertumbuhan Ekonomi Pentil 5 (1) Pentil 4 (2) Pentil 3 (3) Pentil 2 (4) Pentil 1 (5) > 1,5 SK (1) 1 1,5 2,0 2,5 3,0 1,26 – 1,5 SK (2) 1,5 2,0 2,5 3,0 3,5 1,1 – 1,25 SK (3) 2,0 2,5 3,0 3,5 4,0 0,67 – 1 SK (4) 2,5 3,0 3,5 4,0 4,5 < 0,67 SK (5) 3,0 3,5 4,0 4,5 5,0

Kerawanan Ekonomi DAS

Ket. SK = Standar Kemiskinan

Kerawanan Ekonomi

Kerawanan Penduduk Thdp Lahan

Rendah (skala 1 + 2) Sedang (skala 3) Tinggi (skala 4 + 5) Rendah (skala 1 + 2) 1 2 3 Sedang (skala 3) 2 3 4 Tinggi (skala 4 + 5) 3 4 5

Kerawanan Sosial Ekonomi DAS

Kerawanan Lahan Kerawanan Sosial Ekonomi

Rendah Sedang Tinggi

Rendah

1 2 3

Sedang 2 3 4

Tinggi 3 4 5

Tipologi Daerah Tangkapan Air (Catchment Area)

Tipologi Kewilayahan

Tipologi Daerah Tangkapan Air <1,7 (Sangat Rendah) 1,7 – 2,5 (Rendah) 2,6 – 3,4 (Sedang) 3,5 – 4,3 (Tinggi) 4,7 (Sangat Tinggi) Rendah <1,7 <1,7 1,7 – 2,5 1,7 – 2,5 2,6 – 3,4 Sedang <1,7 2,6 – 3,4 2,6 – 3,4 3,5 – 4,3 > 4,7 Tinggi 1,7 – 2,5 2,6 – 3,4 2,6 – 3,4 3,5 – 4,3 > 4,7 Tipologi Pengelolaan DAS

(8)

Hujan Harian Maksimum (mm) Kerawanan Lahan <1,7 (Sangat Rendah) 1,7 – 2,5 (Rendah) 2,6 – 3,4 (Sedang) 3,5 – 4,3 (Tinggi) >4,7 (Sangat Tinggi) < 20 (Sangat Rendah) <1,7 <1,7 1,7 – 2,5 1,7 – 2,5 2,6 – 3,4 21-40 (Rendah) 1,7 – 2,5 1,7 – 2,5 1,7 – 2,5 2,6 – 3,4 2,6 – 3,4 41-75 (Sedang) 1,7 – 2,5 2,6 – 3,4 2,6 – 3,4 2,6 – 3,4 3,5 – 4,3 76-150 (Tinggi) 2,6 – 3,4 2,6 – 3,4 3,5 – 4,3 3,5 – 4,3 3,5 – 4,3 >150 (Sangat Tinggi) 2,6 – 3,4 3,5 – 4,3 3,5 – 4,3 >4,7 >4,7

Tipologi Pasokan Air Banjir Terkoreksi Tipologi DAS – alat diagnosis kerentanan dan potensi DAS - dimanfaatkan utk:

!. Menilai tingkat kerentananan pengelolaan tingkat DAS: Tingkat Kerentanan Lahan

Tingkat kerentanan sosial ekonomi Kerentanan banjir

Koordinasi pengelolaan dalam satuan DAS lintas wilayah adm. 2. Nilai tingkat kerentanan DAS sebagai dasar klasifikasi DAS 3. Tingkat Kerentanan Bagian DAS  dasar penetapan urutan prioritas pengelolaan bagian DAS atau Sub DAS atau d t a dlm kab. dominan. 4. Konsep perencanaan pengelolaan DAS digunakan sebagai dasar untuk memperoleh pertimbangan teknis dari stakeholders 5. Penetapan tujuan pengelolaan DAS yang didasarkan pada tingkat kerentanan dan jenis rentannnya.

Tipologi Lahan: DAS: 3.24 Sub DAS Tuntang Hulu: 3.46 Sub DAS Tuntang Tengah: 2.66 Sub DAS Tuntang Hilir: 1.93 Tipologi Sosek: DAS:3,75 Sub DAS Tuntang Hulu: 3,0 Sub DAS Tuntang Tengah: 4,5 Sub DAS Tuntang Hilir: 5

Prioritas I :

Sub DAS Tuntang Hulu

Tipologi DAS : (3.59 + 3.71 )/2  “tinggi” (skor 3.65)

Pasokan air banjir tiap Sub DAS : “ Tinggi”

Tipologi DTA : (3.42+ 3.75)/2

 “ Tinggi” (3.59)

Tipologi Wil : 2  Luas <150 rb ha; DAS lintas kab

Tipologi pengelolaan DAS : (3.65 + 2)/2  “sedang” (skor 2.83)

Secara umum usulan kegiatan meliputi:

!. Usulan penutupan lahan hutan optimal.

 UU 41 Tahun 1999 - luas kawasan hutan minimal 30%  hutan pinus minimal 33%,

 hutan jati minimal 53%

2. Tipologi lahan, terutama sistem lahan  Rencana Pola Ruang RTRW

3. Hasil identifikasi daerah rentan kebanjiran  kawasan rawan bencana sebagai kawasan lindung maupun pengembangan kegiatan budidaya yang mempunyai daya adaptasi bencana di kawasan rawan bencana. 4. Usulan alternatif kegiatan pengelolaan yang bersifat lintas kabupaten

(9)

Mekanisme atau Proses Perencanaan Pengelolaan DAS Konsep Usulan Penyelesaian Masalah

dari Para Pihak

RTRW Kesepakatan Masalah &

Penetapan Tujuan Bappeda (Tim) Musyawarah Para Pihak Terkait Karakterisasi DAS RTRW Usulan Penyelesaian

Masalah dari Para Pihak Rencana Pengelolaan DAS Tersusun : - Kebijakan

- Program - Kegiatan

- Pembagian Peran Para Pihak

SALAH SATU OUTPUT (HASIL) SINTESIS ANTARA

(MARET 2012)

Karakteristik Dasar DAS Faktor Alami

Iklim (Hujan & suhu), Morfometri, Geologi, Bentuk Lahan, Lerang, Tanah

Kerentanan Potensial DAS : Kekeringan

Banjir Kekritisan/Erosi Longsor

Potensi Alami DAS : 1. Air

2. Lahan

Karakteristik Aktual DAS Kerentanan Aktual DAS 1. Kekeringan 2. Banjir 3. Kekritisan/Erosi 4. Longsor 5. Sosek Potensi Aktual DAS : 1. Air

2. Lahan 3. Sosek

Faktor Manajemen

Penggun lahan, Teknik KTA, Limpasan, Sedimen, Evapotrans., Kondisi Sosek,dll

Faktor – Faktor Karakteristik DAS

Rumusan Dasar Karakterisasi DTA Dalam Kab Dominan

No Parameter/Bobot Klasifikasi Kategori Skor I POTENSI AIR BANJIR

A ESTIMASI (100%) 1 ALAMI [60]

a Hujan harian maksimum rata-rata pada bulan basah (mm/hari) [35%] < 20 21-40 41-75 76-150 >150 Rendah Agak Rendah Sedang Agak Tinggi Tinggi 1 2 3 4 5 b Bentuk DAS [5%] Lonjong Agak Lonjong Sedang Agak Bulat Bulat Rendah Agak Rendah Sedang Agak Tinggi Tinggi 1 2 3 4 5 c Gradien Sungai (%) (10%) < 0,5 0,5-1,0 1,1-1,5 1,6-2,0 > 2,0 Rendah Agak Rendah Sedang Agak Tinggi Tinggi 1 2 3 4 5 d Kerapatan drainase (5%) Jarang Agak Jarang Sedang Rapat Sangat Rapat Rendah Agak Rendah Sedang Agak Tinggi Tinggi 1 2 3 4 5 e Lereng rata-rata DAS (%)

(5%) < 8 8-15 16-25 26-45 > 45 Rendah Agak Rendah Sedang Agak Tinggi Tinggi 1 2 3 4 5 2 MANAJEMEN (40%)

(10)

2 MANAJEMEN (40%)

a Penggunaan lahan (40%)

Hutan Lindung/ Konservasi*) Hutan Produksi/Perkeb**) Pekarangan/Semak/Belukar Sawah/Tegal-teras Tegal/Pmk-kota Rendah Agak Rendah Sedang Agak Tinggi Tinggi 1 2 3 4 5 B PENGUKURAN (100%)

a Debit puncak spesifik (m3/dt/km2) (100%) < 0,58 0,58-1,00 1,01-1,50 1,51-5,00 > 5,00 Rendah Agak Rendah Sedang Agak Tinggi Tinggi 1 2 3 4 5

*) dan **) dalam kondisi normal atau tidak dalam kondisi kritis atau terganggu

II DAERAH RAWAN KEBANJIRAN

1 ALAMI (55%)

a Bentuk lahan (10%)

Pegunungan & Perbukitan Kipas & Lahar Dataran, Teras Dataran Aluvial Lembah Aluvial, Jalur Kelokan

Rendah Agak Rendah Sedang Agak Tinggi Tinggi 1 2 3 4 5 b Meandering Sinusitas (P) = panjang/jarak sungai sesuai belokan : jarak lurus (5%) 1 – 1,1 1,2 – 1,4 1,5 – 1,6 1,7 – 2,0 > 2 Rendah Agak Rendah Sedang Agak Tinggi Tinggi 1 2 3 4 5 c Pembendungan oleh percabangan sungai/air pasang (10%) Tidak ada Anak Cab S Induk

Cab S Induk S Induk/Bottle neck

Pasang Air Laut

Rendah Agak Rendah Sedang Agak Tinggi Tinggi 1 2 3 4 5 d Drainase (% lereng lahan

kiri-kanan sungai) (30%) Sangat Lancar (>8) Lancar (2 - 8) Terhambat (<2) Rendah Sedang Tinggi 1 3 5 2 MANAJEMEN (45%) a Bangunan air (45 %)

Waduk+Tanggul tinggi & baik Waduk Tanggul/sudetan/banjir kanal Tanggul buruk Tanpa Bangunan/pengurangan dimensi sungai Rendah Agak Rendah Sedang Agak Tinggi Tinggi 1 2 3 4 5

KATEGORI TINGKAT KERENTANAN/DEGRADASI Sangat Tinggi : > 4,3 - Sangat Rentan/ Sangat Terdegradasi Tinggi : 3,5 – 4,3 - Rentan/Terdegradasi Sedang : 2,6 – 3,4 - Agak Rentan/ Agak Terdegradasi Rendah : 1,7 - 2,5 - Sedikit Rentan/ Sedikit Terdegradasi Sangat Rendah : < 1,7 - Tidak Rentan/ Tidak Terdegradasi

Jumlah dari (bobot x skor)/100 setiap parameter

No Parameter/Bobot Bobot

A ALAMI 60%

a Hujan tahunan (mm) 20%

b Evapotranspirasi aktual tahunan (mm) 17.5% c Bulan kering (< 100 mm/bl) 12.5%

d Geologi 10%

B MANAJEMEN 40%

a Kebutuhan Air (Indeks Peng Air) Kebutuhan Air (m3)

IPA = --- Potensi Air (m3)

25%

b Debit minimum spesifik (m3/dt/km2) 15% Formulasi Kerentanan Kekeringan Dan Potensi Air

(11)

No Parameter/Bobot Bobot

A. Alami 45%

1. Solum tanah (Cm) 10%

2. Lereng (%) 15%

3. Batuan Singkapan (%) 5%

4. Morfoerosi (erosi jurang, tebing sungai, sisi jalan). Persen dari Unit Lahan

10% 5. Jenis Tanah terhadap kepekaan erosi 5% B. Manajemen *) 55%

1. Kawasan Budidaya Pertanian 55%

a. Vegetasi Penutup 40%

b. Konsevasi tanah mekanis 15%

2. Kawasan hutan dan Perkebunan 55%

a. Kondisi vegetasi 45%

b. Konservasi tanah 10%

Formulasi Kekritisan dan Potensi Lahan

No Parameter/Bobot Bobot

A ALAMI 60%

a Hujan harian kumulatif 3 hari berurutan (mm/3 hari) 25%

b Lereng lahan (%) 15%

c Geologi (Batuan) 10%

d Keberadaan sesar patahan/gawir (m) 5% e Kedalaman tanah (regololit) sampai lapisan kedap (m) 5%

B MANAJEMEN 40%

a Penggunaan Lahan 20%

b Infrastruktur (jika lereng <25% = skore 1) 15% c Kepadatan Pemukiman (org/km2)

(jika lereng <25%, skor=1)

5% Formulasi Kerentanan Tanah Longsor

Kriteria Parameter Bobot

SOSIAL (50%)

Kepadatan Penduduk: Geografis 10%

Kepadatan Penduduk: Agraris 10%

Budaya : Perilaku/tingkah laku konservasi 20%

Budaya : Hukum Adat 5%

Nilai Tradisional 5%

EKONOMI (40%)

Ketergantungan terhadap lahan 20%

Tingkat Pendapatan*) 10%

Kegiatan Dasar Wilayah (LQ pertanian) 10% Kelemba

gaan (10%)

Keberdayaan kelembagaan informal konservasi 5% Keberdayaan lembaga formal pada konservasi 5% Formulasi Kerentanan dan Potensi Sosial Ekonomi

dan Kelembagaan KATEGORI TINGKAT KERENTANAN/DEGRADASI

Tinggi : > 4,3 - Sangat Rentan/ Sangat Terdegradasi Agak Tinggi : 3,5 – 4,3 - Rentan/Terdegradasi Sedang : 2,6 – 3,4 - Agak Rentan/ Agak Terdegradasi Agak Rendah: 1,7 - 2,5 - Sedikit Rentan/ Sedikit Terdegradasi Rendah : < 1,7 - Tidak Rentan/ Tidak Terdegradasi

(12)

TEKNOLOGI PENGELOLAAN

SUMBERDAYA LAHAN & AIR

DALAM

SISTEM PENGELOLAAN DAS

Pengelolaan lahan optimal

Penggunaan lahan benar

Sesuai Kemampuan & Kesesuaian Lahan

Teknik budidaya pertnian konservatif

Dukungan SosEkLemb

PENGELOLAAN LAHAN

Kompetisi Penggunaan Lahan

-HUTAN BAIK (belakang)

DEFORESTASI:

- PERLADANGAN (latar depan) - SEMAK BELUKAR (tengah)

(13)

Penambangan Feldspar

PRINSIP DASAR KONSERVASI TANAH & AIR

Asas konservasi tanah :

menjaga strukur tanah tidak terdispersi dan mengatur gerak dan jumlah limpasan permukaan

Berdasar asas tsb ada 3 pendekatan :

1. tutup tanah dengan vegetasi dan sisa vegetasi 2. jaga dan perbaiki tanah agar resisten thdp penghancuran agregat dan pengangkutan, serta lebih besar daya serap air di permukaan

3. atur aliran/limpasan permukaan agar mengalir dgn kecepatan tidak merusak dan memperbesar infiltrasi

Mulsa & Konturing Pd Tumpangsari Hutan

1 THN FASE PERTUM BUHAN HUTAN MAHONI THD TK KONSERV ASI TANAH & AIR 8 THN 4 THN 8 THN 1 THN

(14)

Tanaman Hutan

Tanah terlindung oleh seresah

-Batu bertanah  tak banyak pilihan budidaya

 Jati & mahoni ditanam disela retakan batu

Agroforestry – Sengon + kopi

. Pengolahan tanah minimal

. Tanah tertutup rapat oleh kanopi & seresah

Reboisasi di Hutan Produksi dengan Tumpangsari (pinus + tanaman semusim)

Secara bertahap akan dikonversi Tumpangsari Pinus + Rumput Gajah + Gamal

(15)

Lantai Hutan Kehilangan Serasah  Mudah Tererosi

Gambar 4. Tanaman MPTS – durian – Ditanam Tersebar dan Jalur Tanaman Sengon – batas milik

Jalur Tanaman Sengon Tanaman Durian - Individu

Cover Crop di

Kebun Karet 

Mana yang

protektif??

Galian Urugan/Timbunan

Lereng lahan asli Talud (riser) ditanami rumput

Saluran pembuangan air

(16)

Penutupan tanah jarang Pengolahan tnh intensif Tanpa konservasi Monokultur Kentang Bawang Putih Teras Bangku :

. Tanah Tipis berbatu Teras talud batu

Tanah masih tebal

(17)

Morfoerosi (Erosi jurang) => Bangunan Pengendali

Jurang

Tanah longsor  sumbat sungai

Lereng batuan (geologi) tegak (patahan?) tanah mudah longsor

Dam Pengendali (Check Dam) : = Pengendali sedimen = Konservasi air

(18)

Dam pengendali tipe busur  Pengendali Sedimen & air

Penguatan Kelembagaan dan Pemberdayaan Masyarakat

Gambar

Diagram Alir Analisis  “TIPOLOGI DAS”
Gambar 4. Tanaman MPTS – durian – Ditanam Tersebar  dan  Jalur Tanaman Sengon – batas milik

Referensi

Dokumen terkait

2. Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dan kekerasan dan diskriminasi. Setiap orang berhak

Pada hari ini, Selasa tanggal Delapan belas bulan Agustus tahun Dua ribu lima belas, bertempat diruang Rapat Pengadilan Tinggi/Tipikor Banda Aceh telah dilaksanakan Rapat

Berdasarkan hasil dari penelitian khotbah Jumat berbahasa Jawa di Masjid Ageng, Jatinom, Kabupaten Klaten menunjukkan kekhasan atau register dalam isi ceramah berkaitan

Hasil analisis data menunjukan bahwa program wajar dikdas dilihat dari dimensi konteks mempunyai kesiapan yang tinggi dengan tingkat keterpenuhan/kesesuaian diatas 80% baik

meninjau dan menyesuaikan tarif retribusi kebersihan yang telah diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Daerah Tingkat II Buleleng Nomor 2 tahun 1995 tentang Retribusi

Dari sisi kegunungapian, menurut van Bem- melen (1949) Dataran Tinggi Dieng merupa- kan kelompok gunung api kuarter yang secara isiograis merupakan bagian dari pegunungan Serayu

Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau hunian yang dilengkapi dengan prasarana lingkungan yaitu kelengkapan dasar

Di dalam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi tehnik dalam membandingkan data hasil observasi partisipatif ( participant