• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 2. Landasan Teori. Kata semantik berasal dari bahasa Yunani, sema, yang bearti tanda atau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bab 2. Landasan Teori. Kata semantik berasal dari bahasa Yunani, sema, yang bearti tanda atau"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

Bab 2

Landasan Teori

Dalam bab ini berisi tentang landasan teori, penulis akan memberikan sejumlah teori yang akan digunakan untuk menganalisis data yang ada di dalam bab ketiga.

2.1 Teori Semantik

Kata semantik berasal dari bahasa Yunani, sema, yang bearti “tanda” atau “lambang”, yang dimaksud dengan tanda di sini adalah tanda linguistik. Oleh karena itu semantik merupakan ilmu linguistik yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa (Chaer, 2009 : 2). Semantik sebagai pelafalan dari istilah “la semantique” adalah salah satu ilmu dan analisis tentang makna linguistik (Parera, 2004 : 42).

Untuk pembagian semantik ke dalam ilmu bahasa, ahli semantik Ikegami (1991 : 19) juga mengatakan,

言語における意味の問題は、当然言語学の一部門として意味論の対象 に な る 。 意 味 論 は 、 特 に 区別 さ れ る と き は 「 言 語 学 的 な 意 味 論 」

(linguistic semantics)、 「 哲 学 的 な 意 味 論 」(philosophical semantics)、

「一般意味論」(general semantics)というふうにそれぞれ呼ばれるが、

多くはいずれの場合対しても「意味論」という名称使われる。 Terjemahan :

Permasalahan arti dalam bahasa yang menjadi objek semantik adalah salah satu bagian dalam ilmu linguistik. Semantik yang secara khusus dibedakan sesuai dengan sebutannya menjadi semantik linguistik semantik filosifis, semantik umum, tetapi sering digunakan nama semantik dalam berbagai macam kesempatan dengan nama sebutannya.

(2)

Menurut Harley (1995 : 204), semantik adalah ilmu tentang makna, dan terkait erat dengan ilmu tentang konsep dan kategorisasi. Terdapat perbedaan antara aspek makna kata yang sebenarnya dan aspek perluasan makna dari kata. Pertama, arti sebuah kata dapat ditemukan dengan cara di mana kata tersebut telah melakat sampai mewakili jaringan makna dari segala sesuatu yang kita ketahui. Kedua, arti sebuah kata terurai menjadi serangkaian makna semantik.

2.1.1 Makna Denotatif dan Konotatif

Makna kata dalam linguistik terbagi atas dua, yang pertama adalah kata yang tidak mengandung makna tambahan atau perasaan tambahan disebut makna kata denotatif, denotasi atau makna kata yang sebenarnya, sedangkan yang kedua adalah makna kata yang mengandung arti tambahan, perasaan tertentu atau nilai rasa tertentu di samping makna dasar yang umum disebut makna konotatif, konotasi atau makna kiasan (Keraf, 2007 : 27 - 28).

2.1.1.1Makna Denotatif

Imbuhan -de dalam kata denotatif memiliki arti tetap dan wajar sebagai mana adanya. Jadi denotatif adalah makna yang wajar, yang asli, yang muncul pertama, yang diketahui pada mulanya, makna sebagai adanya, dan makna sesuai kenyataannya (Parera, 2004 : 97 - 98).

(3)

Menurut Harley (1995 : 178), makna denotatif dari sebuah kata merupakan intinya, makna yang paling mendasar, semua orang mengerti dan setuju dengan makna kata secara denotatif. Contohnya, makna denotatif dari kata “anjing” merupakan makna inti dari kata anjing sebagai hewan, itu adalah hubungan antara kata dan kelas objek tersebut menunjuk.

Pengertian makna denotatif menurut Keraf (2007 : 28),

“Makna denotatif disebut juga dengan beberapa istilah seperti: makna denotasional, makna kognitif, makna konseptual, makna ideasional, makna

referansial, atau makna proposisional. Disebut makna denotasional,

referansial, konseptual, atau ideasional, karena makna itu menunjuk (denote)

kepada suatu referan, konsep atau ide tertentu dari suatu referen. Disebut makna kognitif karena makna itu bertalian dengan kesadaran atau pengetahuan; stimulus (dari pihak pembicara) dan respons (dari pihak pendengar) menyangkut hal - hal yang dapat dicerap pancaindria (kesadaran) dan rasio manusia. Dan makna ini juga disebut makna proposisional karena ia bertalian dengan informasi - informasi atau pernyataan - pernyataan yang bersifat faktual. Makna ini, yang diacu dengan bermacam - macam nama, adalah makna yang paling dasar pada suatu kata.”

2.1.1.2Makna Konotatif

Imbuhan -ko dalam kata konotatif memiliki arti bersama yang lain, ada tambahan yang lain terhadap notasi yang bersangkutan. Jadi konotatif adalah makna dari kata yang asli atau makna denotatif yang telah memperoleh tambahan perasaan tertentu, emosi tertentu, nilai tertentu, dan rangsangan tertentu yang bervariasi dan juga tak terduga (Parera, 2004 : 97 - 98).

(4)

Menurut Harley (1995 : 178), makna konotatif dari sebuah kata merupakan makna implikasi sekunder, atau makna emotif atau makna evaluatif asosiasi, setiap orang memiliki pendapat yang berbeda - beda akan makna konotatif. Contohnya, makna konotatif dari kata ”anjing”, kemungkinan memiliki arti “menyenangkan”, “menakutkan”, atau “berbau (busuk)”.

Keraf (2007 : 29) menjelaskan pengertian dari makna konotatif,

Konotasi atau makna konotatif disebut juga makna konotasional, makna

emotif, atau makna evaluatif. Makan konotatif adalah suatu jenis makna di

mana stimulus dan respons mengandung nilai - nilai emosional. Makna konotatif sebagian terjadi karena pembicara ingin menimbulkan perasaan setuju –– tidak setuju, senang –– tidak senang dan sebagainya pada pihak pendengar; di pihak lain, kata yang dipilih itu memperlihatkan bahwa pembicaranya juga memendam perasaan yang sama.”

2.1.2 Teori Analisis Medan Makna

Harimurti dalam Chaer (2009 : 110), menyatakan bahwa medan makna (semantic

field, semantic domain) adalah bagian dari sistim semantik bahasa yang

menggambarkan bagian dari bidang kebudayaan atau realitas dalam alam semesta tertentu dan direalisasikan oleh seperangkat unsur leksikal yang maknanya berhubungan.

Pada awalnya konsep asosiasi makna dipelopori oleh Ferdinand de Saussure, disimpulkan adanya hubungan di antara seperangkat kata, misalnya dengan kata “baik, kebaikan, memperbaiki, pembaikan, perbaikan” atau “satu, satuan, penyatu, persatuan, penyatuan, bersatu, pemersatu”, kata - kata tersebut mempunyai asosiasi antar sesama (Parera, 2004 : 137).

(5)

Bally seorang murid Saussure dalam Parera (2004 : 138), menyatakan bahwa medan makna adalah satu jaringan asosiasi yang rumit berdasarkan pada similaritas atau kesamaan, kontak atau hubungan dan hubungan - hubungan asosiatif dengan penyebutan satu kata. Bally, seorang murid de Saussure, memasukan konsep medan asosiatif dan menganalisisnya secara mendetail dan terperinci. Bally melihat medan asosiatif sebagai satu lingkaran yang mengelilingi satu tanda dan muncul ke dalam lingkungan leksikalnya. Misalnya kata “ox”, ox menyebabkan orang berpikir tentang kata seperti cow, lalu orang akan berpikir tentang plow, strength, dan sebagainya. Dengan kata “kerbau”, mungkin seseorang akan berpikir tentang kekuatan atau kebodohan.

Gambar 2.1 Medan Makna dari Bally

(6)

2.2 Teori Semiotik

Kata semiotik berasal dari bahasa Yunani, semeion, yang berarti “tanda”, yang secara umum didefinisikan sebagai teori falsafah umum yang berkenaan dengan produksi tanda - tanda dan simbol - simbol sebagai bagian dari sistim kode yang secara sistematis digunakan untuk mengkomunikasikan informasi atau pesan secara tertulis di setiap kegiatan dan perilaku manusia (Christomy, 2004 : 228).

C.S.Morris dalam Christomy (2004 : 89), menjelaskan tiga dimensi dalam analisis semiotik, yaitu :

1 Sintaksis semiotik, berkaitan dengan analisis yang bersifat deskriptif mengenai tanda secara individual dan kombinasinya.

2 Semantik semiotik, berkaitan dengan analisis mengenai relasi antara tanda dan maknanya.

3 Pragmatik semiotik, berkaitan dengan analisis mengenai relasi antara tanda dan penggunanya.

Menurut Peirce dalam Hoed (2008 : 18 - 19), tanda adalah sesuatu yang mewakili sesuatu yang lain. Menurut Peirce, jagat raya ini terdiri atas tanda - tanda (signs). Dalam teori semiotik, dikenal proses semiotik, yakni proses pemaknaan dan penafsiran berdasarkan pengalaman budaya seseorang.

Menurut Peirce dalam Christomy (2004 : 117), tanda melibatkan proses kognitif di dalam kepala seseorang dan proses itu dapat terjadi jika ada representamen, acuan dan interpretan. Dengan kata lain, sebuah tanda senantiasa memiliki tiga dimensi yang saling terkait, antara lain :

(7)

1 Representamen (R) atau sesuatu yang dapat dipersepsi (preceptiable), yaitu “wajah luar” tanda yang berkaitan dengan manusia secara langsung (sering disamakan dengan pengertian “tanda”).

2 Objek (O) atau sesuatu yang mengacu kepada hal lain (referential), yaitu konsep yang dikenal oleh pemakai tanda berkaitan dengan representamen tersebut.

3 Interpretan (I) atau sesuatu yang dapat diinterpretasikan (interpretable), yaitu penafsiran lanjut oleh pemakai tanda, setelah representamen dikaitkan dengan objek.

Gambar 2.2 Diagram Tiga Dimensi Tanda

Sumber: Christomy (2004 : 117)

Menurut Peirce dalam Christomy (2004 : 121 - 122), tanda (representamen) mengacu kepada objeknya (denotatum) melalui tiga cara utama, yaitu :

1 Ikon adalah tanda hubungan antara representamen dan objeknya bersifat persamaan bentuk alamiah (keserupaan).

(8)

2 Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya hubungan alamiah antara representamen dan objeknya melalui cara penunjukkannya yang bersifat kausal atau hubungan sebab - akibat.

3 Simbol adalah tanda yang menunjukkan hubungan antara representamen dan objeknya bersifat arbitrer dan berdasarkan konvensi (perjanjian) masyarakat.

Dari penjelasan tersebut, ada tiga contoh yang dapat dikemukakan, yaitu :

1 Asap yang kita lihat mengepul di kejauhan (R), dipersepsikan dan dirujuk pada suatu peristiwa kebakaran (O). Memperlihatkan (R) yang berkaitan langsung dengan (O), yang disebut dengan indeks.

2 Foto yang kita lihat (R), dirujuk pada sosok orang yang sesuai dengan foto tersebut (O). Memperlihatkan (R) yang mewakili (O), yang disebut dengan ikon.

3 Lampu merah pada rambu lalu lintas (R), kira rujuk pada makna atau konsep “berhenti” (O). Memperlihatkan (R) yang perujukannya pada (O) bersifat konvensional (disepakati oleh masyarakat), yang disebut simbol.

(Christomy, 2004 : 55 - 56)

Dari proses representamen dan objek, masih berlanjut pada proses penafsiran yang disebut interpretan (I), misalnya dari contoh yang pertama, “(ada kebakaran) di daerah senen“ Æ ”mungkin proyek senen“ Æ ”banyak pedagang kelas menengah dan kecil yang rugi“ Æ ”perekonomian terganggu”, dan seterusnya (Christomy, 2004 : 56).

(9)

2.3 Konsep Kanji

Mengenai pengertian dari kanji, Takebe (1993 : 4) mengemukakan, “漢字は意 味を表します。漢字はその意味をその読み方がわかります。漢字の「口」の

元は、くちの絵でした”, yang diterjemahkan menjadi, ”Kanji mengekspresikan

arti. Dalam kanji, mengerti cara bacanya melalui arti dari kanji tersebut. Bentuk asli dari kanji kuchi「口」merupakan bentuk gambar dari sebuah mulut”.

Dalam pembentukannya, huruf kanji yang berasal dari China tersebut memiliki filosofi. Hal ini diungkapkan oleh Shimura (1990 : 21) menurutnya,

また漢字の“哲学”の一語は,十九世紀の日本の哲学者西周が漢字の “哲”(智慧)とこの古代ギリシャの“Philosophiaの智 慧の象徴である学問学説の“学”を組み合わせて作られた比較的新し い言葉です。この“哲学”の一語は漢字でありながら日本生まれの生 粋の日本語です。しかもこの“哲学”の一語は漢字の故郷である中国 に逆輸出されて,中国でも日本語の意味と全く同じ意味で使用されて います(勿論,発音は日本語とは異なります)。 Terjemahan :

Filosofi kanji Jepang yang muncul pada abad ke-19, merupakan suatu huruf baru yang secara ilmiah dapat ditelaah dengan logika dan dapat dibandingkan dengan filosofi huruf Yunani kuno. Seiring dengan berkembangnya huruf kanji, maka yang berkaitan dengan bahasa Jepang pun muncul. Walaupun huruf kanji tersebut dipinjam dari China, namun penggunaannya baik di China maupun di Jepang mempunyai arti yang sama (tentu saja pengucapan dalam bahasa Jepangnya berbeda).

Dalam mempelajari kanji terdapat tiga unsur penting, yang dikenal dengan istilah

Kei「形」, On「音」, I「意」, yaitu bentuk, cara baca, dan arti. Sehingga dalam

mempelajari kanji, berkaitan erat dengan bentuk (cara menulis), cara baca, dan juga arti dari kanji tersebut (Takebe, 1989 : 8).

(10)

Takebe (1989 : 9) menjelaskan perbedaan antara huruf romaji dan kanji dari segi makna yang terkandung di dalamnya,

文字を分類して表音文字と表意文子とし、ローマ字や仮名文字は表音 文字だとする。そして、漢字は表意文字だとするから、漢字も文字の 一種になる。

Terjemahan :

Kalau mengelompokkan huruf menjadi Hyou On Moji dan Hyou I Moji, maka huruf romaji dan huruf kana merupakan hyou on moji. Kemudian, karena kanji merupakan hyou i moji, maka kanji pun menjadi salah satu jenis huruf yang memiliki karakteristik.

2.3.1 Teori Pembentukan Kanji

Dalam bahasa Jepang, pembentukan kanji disebut Rikusho「六書」, menurut Henshall (1998 : xvi), rikusho merupakan klasifikasi enam macam pembentukan dalam kanji, yang meliputi :

1. Pictograph atau Shoukei Moji 「 象 形 文 字 」 . Pada dasarnya

menggambarkan bentuk dari suatu benda dan biasanya cukup sederhana. Contohnya: kanjiki (pohon)「木」dari bentuk , atau kanjime (mata) 「目」dari bentuk .

2. Simbol atau Shiji Moji「指事文字」. Pada dasarnya sebuah tanda yang menyatakan konsep yang abstrak dan umumnya cukup sederhana. contohnya: kanji ue (atas)「上」dari konsep , atau kanji mawasu (memutar)「回」dari konsep .

(11)

3. Ideograph atau Kai’i Moji「 会 意 文 字 」. Pada dasarnya kombinasi bermakna antara dua atau lebih pictographs ataupun simbol, dan umumnya cukup sederhana. contohnya: kanji touge「峠」, merupakan

gabungan dari kanji ue (atas)「上」, kanji shita (bawah)「下」, dan

kanjiyama (gunung)「山」.

4. Phonetic - Ideograph atau Keisei Moji「形声文字」. Pada dasarnya

merupakan kombinasi antara elemen makna (semantik) dengan elemen vokal (fonetik), umumnya menunjukkan sifat umum dari suatu benda yang diwakili tersebut dan umumnya bentuk tulisannya memberikan informasi yang lebih spesifik dengan menambahkan vokal atau bunyi suara untuk menyatakan cara pengucapan (lafal) dari kata deskriptif. Contohnya: kanji sosogu (menuang)「注」memiliki element semantik

kanji mizu (air)「 氵 」dan element fonetik kanji nushi (tuan atau

pemilik)「主」. Contoh tambahan mengenai pembentukan keisei moji,

dikemukakan oleh Mitamura (1997 : xvi) kanji hareru (cerah)「晴」,

kanji kiyoui (suci)「清」dan kanji kuwashi (jiwa)「精」, ketiga kanji

tersebut terbentuk dari kanji dasar yang sama, yaitu kanji aoi (biru)「青」(sebagai fonetik) dan digabungkan dengan bushu masing -

masing tersebut (sebagai semantik), maka akan menghasilkan kanji yang berbeda tetapi memiliki bunyi yang sama secara on yomi, yaitu sei 「セイ」.

(12)

5. Karakter yang meminjam arti dan cara pengucapan atau Tenchu Moji

「転注文字」. Pada dasarnya ini merupakan kanji yang arti atau cara

pengucapannya (lafal) berubah, sebagai akibat dari peminjaman. Contohnya: kanji katana (pedang) 「 刀 」 memiliki makna yang

diasosiasikan dengan kanji kiru (memotong)「切」dan kanji tanoshi (menyenangkan)「楽しい」memiliki makna yang diasosiasikan dengan

kanjiongaku (musik)「音楽」.

6. Secara fonetik meminjam karakter atau Kasha Moji「仮借文字」. Pada dasarnya karakter yang dipinjam berdasarkan fonetik atau secara bunyi cara baca kanji yang terdengar seperti alfabetnya. Contohnya: kata Amerika menjadi kanji「亜米利加」, yang dibaca secara satu per satu berdasarkan bunyi kanjinya menjadi A-me-ri-ca, dan kata Budda menjadi

kanji「 仏 陀 」, yang dibaca secara satu per satu berdasarkan bunyi

kanjinya menjadi Bud-da.

2.3.2 Bushu Kanji

Meskipun dalam beberapa kanji yang sederhana, seperti pictograph dan simbol, pada dasarnya berkarakter elemen tunggal, tetapi kebanyakan kanji menggabungkan dua atau lebih elemen. Dalam hampir semua pembentukan, ada satu elemen kunci yang dikenal dengan radikal atau bushu「部首」, yang menunjukkan sifat umum dari karakter. Radikal ini digabungkan dengan satu atau lebih elemen kanji lainnya,

(13)

agar dapat memberikan informasi yang lebih spesifik, baik secara secara makna (semantik) maupun secara fonetik (Henshall, 1998 : xix).

Menurut Henshall (1998 : xx), ada tujuh posisi dasar di mana radikal dapat digunakan, seperti yang dijelaskan di bawah ini :

1. Hen「 へ ん 」atau Ben「 べ ん 」merupakan bushu yang terletak di

sebelah kiri. Contohnya : bushu hito (orang)「イ」digabungkan dengan

kanji tatsu (berdiri) 「 立 」 menjadi kanji kurai

(pangkat atau kira - kira )「位」, yang memberikan makna orang yang berdiri dalam suatu barisan. Bushu hito yang berada di sebelah kiri disebut ninben.

2. Tsukuri「 つ く り 」atau Zukuri「 づ く り 」merupakan bushu yang

terletak di sebelah kanan. Contohnya : bushu boku (memaksa)「攵」

dalam kanji matsuri (pemerintahan)「 政 」merupakan penggabungan

dengan kanji tadashi (benar)「正」, yang memberikan arti menegakkan kebenaran atau membuat sesuatu menjadi benar. Bushuboku yang berada di sebelah kanan disebut bokuzukuri.

3. Kanmuri「かんむり」merupakan bushu yang terletak di bagian atas

atau mahkota. Contohnya : bushuana (lobang atau rongga)「穴」dalam

kanjisora (langit)「空」merupakan penggabungan dengan kanji takumi

(keahlian atau ide)「エ」, yang secara fonetik memberikan arti sesuatu yang terbuka. bushuana tersebut disebut kanmuri.

(14)

4. Ashi「 あ し 」atau shita「 し た 」merupakan bushu yang terletak di

bagian bawah atau kaki. Contohnya : bushu kokoro (perasaan)「心」

dalam kanji shinobu (menanggung atau menahan)「 忍 」merupakan

penggabungan dengan kanji ha (ujung dari suatu pedang)「刃」, yang memberikan makna secara fonetik menanggung atau menahan, yang secara konotasi sesuatu yang menyakitkan dan tidak menyenangkan.

Bushukokoro yang terletak di bawah disebut shitagokoro.

5. Tare「たれ」atau dare「だれ」merupakan bushu yang menggantung.

Contohnya : bushu gen (bangunan)「广」dalam kanjimise (toko)「店」

merupakan penggabungan dengan kanji shimeru (menempati)「占」, yang memberikan makna secara fonetik menampilkan sesuatu. Bushugen ini disebut madare.

6. Nyoo「にょお」merupakan bushu yang berbentuk seperti huruf “L”.

Contohnya : bushu perpindahan 「 辶 」 dalam kanji susumu (kemajuan)「進」merupakan penggabungan dengan kanji tori「隹」,

yang memberikan arti berpindah atau bergerak maju seperti burung.

Bushu perpindahan ini disebut shinyoo atau shinyuu.

7. Kamae「 か ま え 」atau gamae「 が ま え 」merupakan bushu yang

terletak di bagian luar atau bingkai. Contohya : bushu kado (gerbang)

「門」yang digabungkan dengan kanji hi (hari)「日」menjadi kanji

aida (periode atau jangka waktu)「間」. Bushu kado tersebut disebut

(15)

Gambar 2.3 Tujuh Posisi Dasar dari Bushu

Sumber: http://japanese.about.com/library/weekly/aa070101a.htm

2.3.3 Konsep Pembentukan Kanji Tera「寺」

Kanji tera「寺」terbentuk dari gabungan dua kanji dasar. Gabungan dua kanji

tersebut masing - masing memiliki arti yang saling melengkapi, sehingga membentuk makna baru yang disebut dengan tera「 寺 」. Menurut Takebe (1993 : 12),

pembentukan kanjitera「寺」adalah sebagai berikut,

「土」は「つち」です。「寸」は「て」で、「手」と同じです。手の 上に土を置けば、その手を動かすことができません。寺の中では、動 くことができません。寺のお坊さん、いつも座っています。いつも座 っていて、考えています。それが寺です。

Terjemahan :

Kanji tsuchi「土」merupakan “tanah”. Kanjisun「寸」adalah “tangan”, yang

sama dengan kanji te「手」. Apabila di atas sebuah tangan diletakan tanah, maka tidak akan bisa menggerakan tangan tersebut. Di dalam kuil, tidak bisa bergerak. Para pendeta di kuil selalu duduk dengan tenang. Mereka selalu duduk dan berpikir. Itu merupakan tera「寺」.

(16)

Gambar 2.4 Pembentukan Kanji Tera「寺」

Sumber: Takebe (1993 : 12)

Melihat gambar dari filosofi pembentukan kanji tera「 寺 」di atas, dapat

dianalisis bahwa kanjitera「寺」bukan sekedar huruf saja, tetapi merupakan suatu tanda bahasa atau huruf yang memiliki makna. Sesuai dengan pendapat Todo dalam Nandi (2003 : 4), bahwa kanji adalah gambar atau lambang tulisan yang mempunyai arti. Demikian juga dengan kanji tera「寺」, merupakan lambang atau tanda yang berada di sekitar manusia dan lambang atau tanda tersebut memiliki arti. Kanji tera 「寺」sebagai tanda atau lambang, terbentuk dari filosofi “sebuah tangan yang terkubur di bawah tanah”. Sehingga dalam pembentukannya, kanji tsuchi「土」

berada di atas kanji sun「寸」, untuk melambangkan makna “tidak bergerak” atau “suatu kegiatan yang dilakukan dengan keheningan dan ketenangan”. Makna tersebut untuk menggambarkan kegiatan yang dilakukan para biksu di dalam kuil. Dari gabungan kedua kanji tersebut, membentuk satu kanji baru dengan makna baru yang dapat ditelaah dengan logika.

(17)

Pendapat yang sama tentang kanji, juga dikemukakan oleh Satake (2005 : 69), menurutnya, 漢字はその一字竹でなんらかの意味を表すので表意文字と呼ばれてい る。ただ、密には、意味を表しているというよりも、一定の意味をも った語をあらわしているというべきである。 Terjemahan :

Kanji yang menunjukkan arti bukanlah dari satu huruf saja, melainkan

menunjukkan arti dari keseluruhan huruf yang ada, yang disebut juga ideogram. Maka dalam ideogram bukan hanya menunjukkan arti dari huruf tersebut, tetapi menunjukkan makna yang lebih dari huruf tersebut.

Dari pernyataan di atas tersebut, dapat dijelaskan bahwa makna dari kanji tera「 寺 」bukan hanya dari satu huruf kanji pembentuknya saja, tetapi dari

gabungan keseluruahan kanji yang membentuknya, yaitu kanji tsuchi「 土 」dan

kanji sun「寸」. Karena jika hanya dari kanji tsuchi「土」ataupun hanya dari kanji

sun「寸」, hanya akan memberikan arti sebuah tanah atau ukuran saja. Akan tetapi

setalah kanji tsuchi「 土 」digabungkan dengan kanji sun「 寸 」, barulah akan

membentuk sebuah arti yang sebenarnya dari kanji tera「寺」. Oleh karena itu, makna dari pembentukan sebuah kanji harus dilihat dari gabungan keseluruhan kanji yang membentuknya.

Salah satu unsur kanji yang membentuk kanji tera「寺」adalah kanji tsuchi

「土」, Menurut Takebe (1993 : 130), filosofi pembentukan kanji tsuchi「土」

(18)

「土」の下「一」は、「じめん」です。地面から「くさ」が出ます。 上の「十」では、縦画が「くき」で、横画が2枚の「は」です。これ

が二つあれば、「花 • 茶」の上のサイン(くさ)と同じです。

Terjemahan :

Kanji「 一 」yang berada di bawah kanji tsuchi「 土」adalah “permukaan

tanah”. Dari permukaan tanah keluar “rumput”. Dalam kanji「十」, yang berada di atas adalah garis vertikal merupakan batang atau tangkai, dan dua buah garis horizontal merupakan “daun”. Jika daunnya ada dua buah maka sama dengan tanda yang berada di atas kanjihana (bunga)「花」dan kanji cha (teh)「茶」atau (rumput).

Gambar 2.5 Pembentukan Kanji Tsuchi「土」

Sumber: Takebe (1993 : 130)

Berdasarkan dari pembentukan kanji tsuchi「土」tersebut, terlihat bahwa kanji

tsuchi「土」berhubungan dengan sesuatu yang tumbuh berdiri secara tegak lurus ke

atas, seperti sebuah rumput. garis horizontal yang berada di bawah merupakan inerpretasi gambar dari permukaan sebuah tanah, sedangkan garis horizontal yang berada di atas merupakan gambar dari daun yang menjulur ke sebelah kiri dan kanan. Garis vertikal yang berada di tengah merupakan gambar dari batang tumbuhan. Dari pembentukan kanji tsuchi「 土 」tersebut, berkaitan dengan kanji tera「 寺 」. Menurut Halpern (1995 : 1577), berdasarkan dari segi makna kata, kanji tsuchi 「土」memiliki makna “digunakan dengan segala sesuatu yang berkaitan dengan bumi” dan “berhubungan dengan sesuatu yang dibangun di atas tanah”. Dari dua

(19)

makna kata tersebut, terlihat bahwa kanji tsuchi「 土 」dapat digunakan untuk menandakan sesuatu yang dibangun di atas permukaan tanah, yaitu sebuah bangunan. Arti harafiah dari kanji tera「 寺 」adalah kuil, yang mana merupakan sebuah

bangunan yang dibangun di atas permukaan tanah. Sehingga kanji tsuchi「土」

dapat digunakan untuk memperjelas arti dari dari kanjitera「寺」.

Unsur kanji kedua yang membentuk kanji tera「寺」adalah kanji sun「寸」.

Berdasarkan pembentukan kanji sun「 寸 」, yang dikemukakan oleh Tomono (1991 : 95), menurutnya, “手首から脈つばまでの長さを表した字。一寸はやく

三 セ ン チ メ ー ト ル ”, yang diterjemahkan menjadi, “Huruf yang menyatakan

panjangnya jarak dari pergelangan tangan hingga ujung nadi. Satu sun kurang lebih panjangnya sekitar tiga centimeter“. Pendapat yang sama mengenai kanji sun「寸」

dalam pembentukan kanji tera「寺」, yang dikemukakan oleh Takebe (1993 : 12), menurutnya,“「寸」は「て」で、「手」と同じです”, yang diterjemahkan menjadi, “Kanji sun (ukuran)「 寸 」adalah tangan, yang sama dengan kanji te (tangan)「手」”.

Gambar 2.6 Pembentukan Kanji Sun「寸」

(20)

Garis vertikal dan garis horizontal merupakan jarak dari pergelangan tangan hingga titik urat (nadi), dan garis titik di dalamnya merupakan titik urat (nadi) yang terletak di pergelangan tangan. Dari pembentukan di atas terlihat bahwa kanji sun

「 寸 」terbentuk dari sebuah tangan. Meskipun kanji tera「 寺 」merupakan

pembentukan dari kanji tsuchi「土」dan kanji sun「寸」, akan tetapi kanji sun 「寸」berkaitan dengan kanjite「手」dari segi filosofi pembentukannya.

Menurut Takebe (1993 : 21), filosofi pembentukan kanji te「手」adalah sebagai berikut, 漢字の「手」は、「て(右手)」の絵です。下の「一」は、小指と親 指です。上の「一」は、薬指と人さし指です。中指はまんなかにあり ます。中指に「ゆびわ」があります。それが「ノ(シの一部)」です。 中指と腕が、縦の棒です(少し曲がります)。 Terjemahan :

Kanjite「手」merupakan gambar dari tangan (tangan kanan). Garis horizontal

「一」yang berada di bawah, merupakan jari kelingking dan jari jempol. Garis horizontal「 一 」yang berada di atasnya, merupakan jari manis dan jari telunjuk. Jari tengah tepat berada di tengah. Di jari tengah terdapat “cincin”. Itu merupakan「ノ(bagian dari シ)」. Jari tengah dan lengan merupakan garis vertikal (yang sedikit membengkok).

Gambar 2.7 Pembentukan Kanji Te「手」

(21)

Berdasarkan dari pembentukan kanji te「手」tersebut, terlihat bahwa kanji te

「 手 」merupakan interpretasi dari gambar sebuah tangan. Yang terbentuk dari

tangan kanan dengan garis horizontal yang berada di paling bawah merupakan jarak dari jari kelingking hingga jari jempol. Garis horizontal yang berada di tengah merupakan jarak dari jari manis hingga jari telunjuk. Garis diagonal yang berada di paling atas merupakan sebuah cincin yang diletakkan di jari tengah, dan garis vertikal yang sedikit membengkok di ujungnya merupakan garis dari jari tengah hingga lengan.

Dari pendapat kedua tokoh mengenai pembentukan kanji te 「 手 」dan

pembentukan kanji sun「寸」tersebut, dapat dijelaskan bahwa kanji sun「寸」yang juga terbentuk dari filosofi gambar sebuah tangan tersebut, memiliki makna tangan. Sehingga dapat diasosiasikan sama dengan kanji te「手」. Oleh sebab itu dalam

pembentukan kanji tera「寺」, kanji sun「寸」dan kanji te「手」adalah sama.

Sehingga kanji sun「寸」dapat digunakan untuk memperjelas arti dari kanji tera 「寺」.

Gambar

Gambar 2.1 Medan Makna dari Bally
Gambar 2.2 Diagram Tiga Dimensi Tanda
Gambar 2.3 Tujuh Posisi Dasar dari Bushu
Gambar 2.4 Pembentukan Kanji Tera「寺」
+4

Referensi

Dokumen terkait

JUDUL PENELITIAN : Perbedaan Tear Film Break Up Time pada Pasien Retinopati Diabetika Nonproliferatif Dibandingkan Retinopati Diabetika Proliferatif2. INSTANSI PELAKSANA :

Tujuan yang dicapai dalam Tugas Akhir ini yaitu membuat game bergenre side scrolling adventure bertemakan Suku Dayak sebagai upaya memperkenalkan Budaya

1) Tingkat perkembangan suatu masyarakat tergantung kepada empat faktor yaitu jumlah penduduk, jumlah stok barang-barang modal, luas tanah dan tingkat teknologi

Senantiasa menjaga atau mengawasi efisiensi lembaga keuangan (perbankan) agar reaksi optimal atau respons lembaga tersebut terhadap shock rSBI makin memperkuat

Pada tahun 2010 penggunaan lahan domestik dalam sistem DAS Duriangkang diprediksi akan meningkat menjadi 1656,09 ha dan beban pencemar yang dihasilkan diprediksi sebesar 2804,45

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kematangan emosi ibu dengan kekerasan verbal pada anak usia sekolah di SD Negeri 11

Dat a hasil penelit ian ini dianalisis dengan pendekat an kuant it at if yait u m enj elaskan pengar uh ant ar var iabel penelit ian, m enggunakan m et ode sur vei

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, dengan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyusun proyek akhir ini dengan baik dan tepat pada waktunya untuk memenuhi syarat