4
Bab 2: Data dan Analisa
2.1 Data dan literatur
Data dan literatur untuk mendukung kampanye sosial Studi tur Konservasi Penyu Hijau Indonesia ini diperoleh dari:
1. Internet
2. Buku
3. Artikel
4. Wawancara dengan narasumber dari yayasan Terumbu Karang Indonesia TERANGI.
2.2 Morfologi Penyu Hijau
PENYU HIJAU (Chelonia mydas (Linnaeus 1758))
Nama Umum : Penyu Hijau (Green Sea Turtle/Black Sea Turtle) Nama Lain : Green Turtle
Kingdom : Animalia
5 Subphylum : Vertebrata Class : Reptilia Order : Testudines Family : Cheloniidae Genus : Chelonia Species : mydas
Badan ditutupi oleh rangka dari tulang yang tebal di bagian punggung. Kete-balannya tergantung dari umurnya. Kepala seperti kepala burung kakatua dengan mata menonjol di bagian kiri dan kanan. Mulut seperti paruh kakatua dan terbuat dari tulang. Kaki depan melengkung, lebar dan pipih. Kaki belakang pendek dan melebar serta ujungnya beralur. Kepala dan kaki ditutupi oleh selapis tulang yang tipis dan tulang tersebut merupakan kotak-kotak yang disatukan. Ekornya kecil.
Perisai punggung, terdiri dari kotak-kotak yang bagus bentuknya dan saling merekat dengan kuat. Pada bagian tengah agak kecil, ke samping besar dan yang tepi kecil sekali. Warna perisai coklat kekuning-kuningan sedang kepala, kaki dan badan hijau kecoklatan. Bagian bawah (perut dan dada) berwarna putih dan agak keras. Ukuran: Panjang dari kepala sampai ekor dapat mencapai 2 m, tetapi biasanya yang telah bertelur panjangnya 75-100 cm. Lebar antara 50-60 cm
2.3 Habitat dan Penyebaran Penyu Hijau
Penyu Hijau merupakan jenis yang penyebarannya hampir teramati di seluruh perairan Indonesia. Tempat penting untuk bertelur di Jawa berada di Pangumbahan, SM Cikepuh, Cipatujah Tasikmalaya, TN Alas Purwo. Tempat hidup utama penyu adalah
6 perairan laut tropis dan subtropis. Penyu bermigrasi dari suatu lokasi antara tempat mencari makan dan bertelur. Penyu mencari makan di perairan laut yang memiliki sumber makanan seperti terumbu karang, moluska, alga, kepiting, udang, ubur-ubur, invertebrata dasar laut, krustasea, ikan kecil, rumput laut dan ganggang laut.
Habitat bertelur penyu umumnya pantai yang berpasir halus dan sedang, dengan tepian pantai bervegetasi pandan Pandanus tectorius, Waru Laut Hibiscus tiliaceus, Ketapang Terminalia catappa, Baringtonia asiatica dan tumbuhan menjalar di tanah seperti Kang-kung Laut Ipomea pescaprae. Pantai menghadap laut lepas, jarang dikunjungi manusia dan berbentuk teluk sehingga banyak menjadi tempat terakumulasi material yang mengambang.
2.4 Perkembangbiakan Penyu Hijau
Selama masa kawin, penyu jantan menarik perhatian betinanya dengan cara menggosok – gosokkan kepalanya atau menggigit leher sang betina. Hanya penyu betina yang pergi ke pantai untuk bersarang dan bertelur. Mereka menggali lubang untuk meletakkan telur – telurnya, kemudian menutup kembali lubang tersebut dengan pasir dan meratakannya untuk menyembunyikan atau menyamarkan letak lubang telurnya. Penyu umumnya lambat dan canggung jika mereka berada di darat, dan bertelur merupakan hal yang sangat melelahkan bagi penyu. Ketika bertelur penyu sering terlihat mengeluarkan air mata seperti menangis, padahal sebenarnya mereka mengeluarkan garam – garam yang berlebihan di dalam tubuhnya.
7 Penetasan terjadi secara alamiah dan mandiri dalam periode 8-10 minggu. Penyu mampu bertelur antara 80 hingga 150 butir, namun anak-anak penyu yang disebut ‘tukik’ menetas secara independen dan keluar dari timbunan pasir menuju pantai dan mencari tempat makan masing-masing. Para peneliti penyu memperkirakan dari seribu yang menetas hanya satu ekor penyu yang tumbuh dewasa. Pengembaraan hingga menjelang dewasa yang disebut ‘tahun menghilang’ dijalani satwa ini dari kecil, remaja hingga menjelang dewasa dan matang dari usia lima hingga 20 tahun.
2.5 Makanan Penyu Hijau
Penyu Hijau dewasa hanya memakan rumput laut dan ganggang sehingga sangat bergantung kepada hamparan rumput laut dan ganggang atau padang lamun.
2.6 Isu Konservasi Penyu Hijau
Status konservasi di Indonesia: Pemerintah RI menetapkan penyu hijau dalam daftar Jenis- Jenis Tumbuhan dan Satwa yang dilindungi oleh Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3803, Lampiran Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 Tanggal 27 Januari 1999.
Di alam, penyu – penyu yang baru menetas (tukik) menghadapi ancaman kematian dari hewan – hewan seperti burung, kepiting, biawak, dan lainnya. Tetapi ancaman yang paling besar justru adalah manusia. Penangkapan penyu untuk diambil telur, daging, kulit, dan cangkangnya telah membuat populasi penyu berkurang. Daging penyu banyak digemari oleh orang – orang dari kalangan tertentu, kulit dan batoknya dapat dibuat cinderamata, serta telurnya banyak dicari karena dipercayai berkhasiat bagi kesehatan dan menambah kekuatan tubuh. Di pantai Teluk Penyu Cilacap Jawa Tengah, dengan mudah ditemui begitu banyak penyu – penyu yang dikeringkan untuk dijadikan
8 cindera mata bagi pengunjung Seekor penyu yang telah dikeringkan dijual dengan harga berkisar antara Rp. 75.000,- hingga Rp. 600.000,- tergantung ukuran penyu tersebut.
Di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, telur penyu dijual secara bebas dengan harga yang bervariasi sesuai dengan lokasi. Selama perjalanan tim eksplorasi terumbu karang, saat berada di Pulau Semujur penduduk menawarkan telur penyu dengan harga Rp 500,-/butir. Saat berada di Tanjung Berikat Desa Tanjung Beriga Kabupaten Bangka Tengah, telur penyu di jual Rp 1.000,-/butir dan di pasar ikan Sungailiat Kabupaten Bangka di jual dengan harga Rp 2.000,-/butir. Di pasar Tanjung Pandan Pulau Belitung, telur penyu dijual dengan harga Rp 2.500/butir.
Konsumsi juga dilakukan oleh masyarakat, seperti di kalangan masyarakat Ayau (Papua), yang mempunyai tradisi pesta memakan daging penyu (lihat: Penyu dan Masyarakat Ayau).
Investigasi ProFauna Indonesia pada tahun 2007 menunjukan bahwa penangkapan penyu hijau untuk diperdagangkan masih terjadi di Sulawesi Tenggara. Dalam investigasi yang bekerja sama dengan WSPA tersebut, ProFauna mencatat ada sekitar 1115 ekor penyu hijau (Chelonia mydas) ditangkap dari Sulawesi Tenggara setiap tahunnya. Sebagian besar penyu tersebut ditangkap dari kawasan Taman Nasional Wakatobi. Selain di taman nasional laut tersebut, penyu juga ditangkap dari daerah Moramo, Ereke dan Tikep. Sebagian besar penangkapan penyu di Sulawesi Tenggara tersebut untuk dikirim ke Bali. Permintaan akan daging penyu di Bali telah mendorong penangkapan penyu di Sulawesi Tenggara. Dalam setahun ada sebanyak 2 atau 3 kali pengiriman penyu ke Bali.
9 I Wayan Wiradnyana, koordinator kampanye penyu ProFauna, mengatakan, "Perdagangan penyu di Sulawesi Tenggara telah menurun drastis dibanding sebelum tahun 2006, namun demikian diharapkan petugas kehutanan dan polisi tidak menjadi lengah, karena penyelundupan penyu dari Sulawesi ke Bali masih berlangsung secara sembunyi-sembunyi". Terbukti pada tanggal 28 Desember 2007 polisi menyita 12 ekor penyu hijau dari seorang pedagang penyu di Bali.
Menurut BKSDA Bali, sejak tahun 1970-an Bali dikenal sebagai daerah pengkonsumsi penyu terbesar di Indonesia. Pada kurun waktu antara tahun 1969 - 1999, kebutuhan penyu di Bali, khususnya penyu hijau (Chelonia mydas), mencapai 10 ribu hingga 30 ribu ekor per tahun. Di pulau ini penyu digunakan dalam upacara – upacara adat, ribuan penyu telah terbunuh untuk memenuhi permintaan pasar. Polda Bali pernah menyita 129 ekor penyu dari jenis penyu hijau yang siap disembelih untuk dijadikan sate, lawar, dan sup. Sekarang pemerintah daerah telah membatasi dan melarang konsumsi penyu tersebut dan menetapkan kuota menjadi 5000 ekor per tahun.
Selain di Bali, di kota Tuban – Jawa Timur, penyu digunakan sebagai sarana peribadatan pada Klenteng Kwan Sing Bio. Hanya saja penyu tidak disembelih untuk dimakan, tetapi hanya ditulisi bagian tempurungnya dengan nama orang yang melakukan khaul dengan huruf cina. Kemudian penyu tersebut dilepaskan ke laut yang berada tepat di depan klenteng tersebut, gunanya untuk membuang sial. Harga penyu yang dijualpun bervariasi menurut waktu atau momen acara yang sedang digelar pada klenteng tersebut. Jika hari – hari biasa harganya berkisar Rp. 200.000,- tetapi jika pada
10 hari tertentu dimana masyarakat yang hadir untuk sembahyang berlimpah maka harganya dapat mencapai Rp. 2 juta perekornya.
Selain itu, pukat para nelayan di laut dalam, juga mampu menyeret penyu dan menyebabkan satwa yang bernafas dengan paru-paru ini kehabisan oksigen dan mati lemas. Sebagai reptilia penyu tidak bertahan terus di dalam kedalaman air. Mereka memerlukan waktu untuk naik kepermukaan dan menghirup oksigen. Terperangkap pukat menyebabkan kematian. Faktor lain adalah konsumsi masyarakat terhadap telur penyu. Banyak masyarakat pesisir yang mengkonsumsi dan memanen langsung telur penyu untuk dijual. Di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, pemungutan ratusan ribu telur penyu dilakukan—dengan cara lelang— untuk mendapatkan tambahan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Berkurangnya populasi penyu hijau di Cilacap bahkan sudah terjadi sejak 1976, tatkala Pantai Teluk Penyu disulap menjadi kawasan wisata. Sejak itu penyu hijau seperti enggan bertelur di sana, meski belakangan diketahui pindah ke Ranca Babakan: sebuah pantai di selatan Pulau Nusakambangan. Gejala serupa juga mulai terjadi di KKS (Cipatujah). Menurut Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jabar, jumlah penyu hijau yang mendarat (untuk bertelur) tinggal 54 ekor. Padahal di tahun 2003 masih tercatat 84 ekor. Dari 54 penyu yang mendarat, hanya 49 ekor yang bertelur. Jumlah telur tercatat 3.318 butir, di mana yang menetas hanya 1.523 butir. Dari jumlah tukik yang menetas, 175 ekor diantaranya mati. Bahkan kasus pembantaian seperti di Bali juga terjadi di pantai selatan Jawa. Menurut LSM Profauna, setiap tahun terdapat sekitar 1.000 penyu hijau di pantai selatan Jawa yang dibantai, khususnya di Cilacap.
11 2.7 Tindakan Penyelamatan Penyu Hijau
Penyu telah terdaftar dalam daftar Apendik I Konvensi Perdagangan Internasional Flora dan Fauna Spesies Terancam (Convention on International Trade of Endangered Species - CITES). Konvensi tersebut melarang semua perdagangan internasional atas semua produk/hasil yang berasal dari penyu, baik itu telur, daging, maupun cangkangnya.
Kita sendiri dapat menolong untuk melestarikan spesies penyu laut, yaitu dengan: - Tidak mengkonsumsi makanan yang berasal dari penyu (telur, daging)
- Tidak menggunakan barang-barang yang terbuat dari cngkang penyu, misalnya bingkai kacamata dll.
- Tidak membuang sampah plastik dan benda-benda lain yang berbahaya ke dalam laut. Penyu dapat salah mengartikan plastik sebagai makanan mereka yaitu ubur-ubur, sehingga menyebabkan sakit atau kematian bagi penyu yang memakannya - Tidak mengganggu penyu yang sedang bertelur karena mereka dapat
menghentikan proses bertelur apabila merasa terancam.
- Tidak mengambil telur-telur penyu karena akan menghancurkan populasi mereka - Menjaga kesehatan terumbu karang kita. Terumbu karang yang sehat merupaan
tempat makan dan tempat tinggal yang baik untuk penyu - Turut mendukung program konservasi penyu laut.
2.8 Definisi Kampanye
Kampanye adalah suatu rentetan aksi yang membangun suatu kepercayaan ataupun perhatian ke suatu tujuan yang spesifik.
12 Ada beberapa jenis kampanye, diantaranya adalah kampanye promosi dan kampanye sosial. Kampanye promosi adalah suatu kampanye yang bertujuan untuk mempromosikan sesuatu, biasanya digunakan untuk mengkampanyekan suatu produk. Sedangkan kampanye sosial adalah kampanye yang bertujuan untuk menarik perhatian masyarakat dalam menyadari banyaknya masalah sosial di dalam masyarakat dan mengajak masyarakat untuk membantu memecahkan masalah sosial tersebut bersama-sama.
2.9 Anak dan psikologinya
Jean Piaget, psikolog perkembangan Swiss, membagi pertumbuhan kognitif anak-anak dan remaja ke dalam empat tahap:
a. Fase sensorimotor, mulai dari lahir hingga umur 2 tahun. b. Fase praoperasional, mulai dari umur 2 hingga 7 tahun. c. Fase operasional konkrit, dari umur 7 hingga 12 tahun.
Pada fase ini, anak-anak telah membangun kemampuan untuk berpikir secara logika dan sistematis dan kemampuan untuk mengerti pemikiran dan konsep dari kausalitas dan pilihan. Mereka melihat bahwa hasil yang berbeda dapat dihasilkan dari aksi yang berbeda dan bahwa mereka bebas untuk memilih diantara aksi-aksi yang beragam tergantung hasil yang diinginkan.
d. Fase operasional normal, dari umur 13 tahun hingga kedewasaan (remaja)
Perkembangan dari satu tahap ke tahap yang lainnya disebabkan oleh akumulasi kesalahan di dalam pemahaman sang anak tentang lingkungannya; akumulasi ini pada
13 akhirnya menyebabkan suatu tingkat ketidakseimbangan kognitif yang perlu ditata ulang oleh struktur pemikiran.
2.10 Data Penyelenggara
Yayasan Terumbu Karang Indonesia (TERANGI) didirikan pada bulan September 1999. TERANGI merupakan yayasan nirlaba yang bertujuan mendukung konservasi dan pengelolaan sumberdaya terumbu karang Indonesia secara berkelanjutan.
Visi
• Menjadi lembaga terkemuka yang mengembangkan dan menerapkan pendekatan terpadu dalam pengelolaan terumbu karang
• Menjadi institusi rujukan dalam hal pengelolaan terumbu karang serta informasi terkait
• Menjadi pusat pembelajaran dan pengembangan kapasitas mengenai terumbu karang
Misi
• Menyusun,mengimplementasi, mengkaji dan memberikan rekomendasi mengenai pengelolaan terumbu karang terpadu melalui sinergis program organisasi.
• Mengembangkan hasil-hasil kajian pengelolaan terumbu karang agar dapat lebih diterapkan dengan mudah oleh berbagai kalangan melalui optimalisasi dukungan jaringan ilmiah yang dimiliki
14 • Mengidentifikasi, mengumpulkan, menganalisa dan mempublikasikan informasi
(hasil penelitian, kajian, best practices dan dokumentasi lainnya) mengenai terumbu karang dalam mendukung upaya pengelolaan dan pelestarian terumbu karang.
• Membangun, mengembangkan dan memperluas jaringan untuk mendapatkan dukungan pelaksanaan program-program pelestarian terumbu karang, baik dari sisi keilmuan, pendanaan maupun dukungan lainnya.
• Menyelenggarakan program-program pelatihan aplikatif yang dapat digunakan untuk meningkatkan kapasitas penelit, peminat, pemerhati, pelaku dan pihak-pihak lain baik yang berasal dari pemerintah, masyarakat, maupun pelaku usaha dalam pengelolaan dan pelestarian terumbu karang.
2.11 Kampanye-kampanye yang pernah dilakukan TERANGI Program Kesadaran Masyarakat
Program Kesadaran Masyarakat merupakan bagian dari kegiatan konservasi terumbu karang di Indonesia. Program Kesadaran masyarakat memfokuskan kepada target yang luas mulai dari anak sekolah sampai pembuat kebijakan, dari peneliti sampai masyarakat lokal.
Program Kesadaran Masyarakat memusatkan pada penyediaan informasi ke dalam bentuk yang berbeda-beda dan menemukan jalur yang tepat untuk mencapai sasaran. Sampai saat ini TERANGI telah memproduksi beberapa poster, buku,dan materi lainnya dalam bahasa inggris dan Indonesia. Program Kesadaran Masyarakat juga turut serta di dalam beberapa kegiatan pameran kelautan.
15
Komik
Terangi membuat Komik yang ditargetkan untuk anak-anak dengan umur 8-12 tahun. Komik tersebut menampilkan karikatur biota laut yang lucu, sehingga anak mudah mengerti dan mendapatkan banyak informasi yang sesuai dengan gambarnya. Komik ini juga menggambarkan salah satu jenis ikan yang terancam punah di Indonesia yaitu ikan Napoleon.
Terangi Web Site (www.terangi.or.id) Terangi telah membangun website yang menyediakan informasi tentang Yayasan Terangi dan gambaran umum tentang terumbu karang, dan ekosistem laut.
Poster
Adanya media yang efektif untuk meningktkan kesadaran masyarakat terhadap isu terumbu karang di Indonesia masih jauh dari cukup. Hal tersebut disebabkan kebanyakan poster tidak memfokuskan pada kalangan tertentu. Untuk menjawab tantangan tersebut, Terangi mencoba membuat Poster berjudul ‘Bagaimana Masa Depan Daerahku?’ yang difokuskan bagi para pembuat keputusan.
16
The 9th International Coral Reef Symposium, Bali2000
Terangi mengikuti simposium dan pameran yang berkaitan dengan Terumbu karang. Terangi bersama dengan CRMP Jakarta menjadi delegasi bagi Indonesia tentang informasi pengelolaan ekosistem terumbu karang di Indonesia. Dalam kegiatan ini, Terangi dan CRMP membuat publikasi khusus berupa poster, stiker, pin, pembatas buku, dan laiin-lain.
Factsheets
Dalam rangka penyediaan informasi untuk topik tertentu, terangi bekerjasama dengan CRMP membuat
factsheet tentang terumbu karang. pemutihan karang, dan penyu.
Pendidikan dan Pelatihan
Program Pendidikan dan Pelatihan memusatkan pada pengembangan materi pendidikan dan latihan ke dalam kelompok-kelompok yang berbeda. Rangkaian material dalam pengembangan termasuk teks ilmiah dan ekologi (untuk sekolah dan universitas), modul tentang pengelolaan sumberdaya (untuk pemerintah dan organisasi non pemerintah yang bergerak dalam konservasi terumbu karang), dan database pendidikan.
17 TERANGI juga bekerja langsung melatih kelompok-kelompok yang berbeda. Contohnya TERANGI pernah menjadi fasilitator pada Pelatihan dan Monitoring Konservasi yang diselenggarakan oleh Yayasan Rumsram, dan TERANGI juga pernah mengadakan Seminar Ekologi Terumbu Karang di atas kapal Phinisi di Kepulau Seribu, Jakarta.
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN YANG TELAH DILAKUKAN
Pelatihan Ekosistem Pesisir bagi Siswa SMUN 69
Terangi bersama Komunitas Peduli Laut telah membuat Pelatihan Ekosistem Pesisir bagi Siswa SMUN 69 Pulau Pramuka Kepulauan Seribu.
Presentasi Terumbu Karang dan Penyu di Sekolah
Sekolah merupakan tempat terbaik untuk menanamkan kesadaran yang berkaitan dengan isu-isu kelautan. Terangi mengunjungi beberapa sekolah di Jakarta dan memberikan presentasi tenang Terumbu karang dan ekosistem laut. Anak-anak selalu terlihat antusias dan ingin tahu terhadap biota laut yang Terangi presentasikan
Pendidikan terumbu karang untuk anak di Pulau Kelapa (untuk
mendukung film dokumenter berjudul "PEOPLE OF THE REEF" yang diproduksi oleh stasiun TV Canada.
Film dokumenter ini menceritakan tentang hubungan yang rumit antara masyarakat dengan terumbu karang. Berbagai aspek kehidupan masyarakat
18 yang bergantung secara langsung maupun yang tidak langsung terhadap terumbu karang atau yang berkaitan dengan konservasi terumbu karang didokumentasikan. Terangi sebagai salah satu LSM di Indonesia berperan dalam pendidikan terhadap anak-anak di kawasan tersebut. Aktivitas pendidikan meliputi permainan dan presentasi.
Pelabelan koleksi kerang di Theater Imax
Theater Imax Di TMII memiliki sekiar 100 jenis koleksi kerang. Pelabelan digunakan untuk memberikan informasi setiap spesimen sehingga dapat menjadi alat pendidikan.
Program Pelatihan Terumbu Karang dan Hutan Mangrove bagi Guru SD Terangi mempresentasikan ekosistem Terumbu karang dan hutan mangrove kepada Guru SD dengan tujuan untuk membagi informasi dan untuk memfasilitasi pembentukan jaringan antar guru yang tertarik terhadap isu-isu lingkungan, dan dalam jangka panjang dapat meneruskan pengetahuan tersebut pada para siswa. Kegiatan ini dibiayai oleh PADI AWARE.
2.12 Target Audiens
Target sasarannya adalah masyarakat golongan B, terutama anak-anak di umur 7 hingga 10 tahun karena mereka memiliki jiwa petualang dan semangat heroik untuk menyelamatkan satwa langka. Apabila jiwa heroik ini dapat dipupuk maka konservasi penyu hijau akan lebih terbantu di kemudian hari.
19 2.13 Faktor Pendukung
- Usia 7-10 tahun adalah usia saat seorang anak sedang berkembang pest dan ingin mencoba sesuatu yang baru dan menantang.
- Anak-anak memiliki sifat petualang dan rasa penasaran yang tinggi, hingga mereka memiliki insting ingin melindungi dan mempelajari hewan langka.
- Para orangtua menginginkan anak mereka mendapatkan pengetahuan mengenai alam sekitar dengan cara yang lebih baik dan informatif.
- Para orangtua umumnya ingin anak mereka mendapatkan ilmu yang baik dalam perjalanan, sehingga studi tur adalah cara yang efektif untuk memberikan pengalaman dan pengetahuan kepada anak-anak mereka sekaligus memberikan kesempatan untuk orangtua dan anak berkumpul bersama.
- Kampanye akan dilakukan secara terus-menerus, sehingga dapat terus tertanam di dalam hati masyarakat, terutama anak-anak.
2.14 Faktor Penghambat
- Anak-anak yang telah terekspos dengan kegiatan elektronik, khususnya kemudahan internet, televisi dan game, umumnya tidak ingin meninggalkan rumah untuk pergi berwisata.
- Pergaulan anak-anak kota metropolitan pada umumnya terfokus pada sifat materiil, membuat mereka bersikap cenderung tidak perduli pada lingkungan dan studi tur adalah hal terakhir yang mereka inginkan untuk tujuan berwisata.
- Para orangtua jaman sekarang umumnya terlalu sibuk untuk bepergian bersama anak mereka, dan apabila mereka sendiri tidak tertarik dengan isu konservasi, mereka tidak akan memilih isu konservasi sebagai tujuan wisata keluarga.