• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya–upaya guru bimbingan dan konseling meningkatkan kompetensi profesional (studi deskriptif analitis pada guru–guru bimbingan dan konseling Yayasan IPEKA Jakarta tahun ajaran 2015/2016)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Upaya–upaya guru bimbingan dan konseling meningkatkan kompetensi profesional (studi deskriptif analitis pada guru–guru bimbingan dan konseling Yayasan IPEKA Jakarta tahun ajaran 2015/2016)"

Copied!
163
0
0

Teks penuh

(1)PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. UPAYA–UPAYA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING MENINGKATKAN KOMPETENSI PROFESIONAL (Studi Deskriptif Analitis Pada Guru–Guru Bimbingan dan Konseling Yayasan IPEKA Jakarta Tahun Ajaran 2015/2016). SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling. Oleh: Hikmat Kristian Jian NIM: 111114001. PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016. i.

(2) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. ii.

(3) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. iii.

(4) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. HALAMAN MOTTO. "Jikalau engkau mencarinya seperti mencari perak, dan mengejarnya seperti mengejar harta terpendam, maka engkau akan memperoleh pengertian tentang takut akan Tuhan" (Amsal 2: 4-5). "Semua Firman ALLAH adalah murni. Ia adalah perisai bagi orang –orang yang berlindung pada-NYA" (Amsal 30: 5). "Jadi berdirilah tegap, berikatpinggangkan kebenaran dan berbajuzirahkan keadilan, kakimu berkasutkan kerelaan untuk memberitakan injil damai sejahtera; dalam segala keadaan pergunakanlah perisai ima, sebab dengan perisai itu kamu dapat memadamkan semua panah api dari si jahat" (Efesus 6: 14-16). "Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut–sungut dan berbantah– bantahan" (Filipi 2: 14). "Bukan seolah–olah aku telah memperoleh hal ini atau telah sempurna, melainkan aku mengejarnya, kalau–kalau aku dapat juga menangkapnya, karena aku pun telah ditangkap oleh Kristus Yesus" (Filipi 3: 12). iv.

(5) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. HALAMAN PERSEMBAHAN Hasil karya ini Hikmat persembahkan bagi….. Sang Pemberi Hidup, Cinta, Harapan, dan Kebijaksanaan Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa membawa pada titik kekuatan, kesabaran, kemurahan, dan pengetahuan, serta pengenalan diri yang bermakna atas kerja keras, ketaatan, dan kesadaran dalam berbagai proses kehidupan. Bagi semua orang terdekat yang senantiasa memberikan dukungan, perhatian, semangat dari awal hingga akhir proses perjalanan pendidikan ini Orang tua tercinta, Ayah JI. Aang Nasruddin, Ibu Betty Sukmawati Jian, Adik –adik terkasih, Anugerah Kristian Jian, Gracia Natalia Kristina,. Kakek dan Nenek yang telah disisi Tuhan. Anggota keluarga besarku. Beserta para sahabat dan teman-teman dekatku dimanapun mereka berada yang mendoakan dan mendukung perjalananku.. v.

(6) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. vi.

(7) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. vii.

(8) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. ABSTRAK UPAYA–UPAYA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING MENINGKATKAN KOMPETENSI PROFESIONAL (Studi Deskriptif Analitis Pada Guru–Guru Bimbingan Dan Konseling Yayasan IPEKA Jakarta Tahun Ajaran 2015/2016) Hikmat Kristian Jian Universitas Sanata Dharma 2016 Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitis yang menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan upaya–upaya dan permasalahan para Guru BK dalam meningkatkan kompetensi profesional di Yayasan IPEKA Jakarta tahun ajaran 2015/2016. Subjek penelitian ini adalah Guru BK di Yayasan IPEKA Jakarta sebanyak 32 orang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner upaya Guru BK meningkatkan kompetensi profesional dan pedoman wawancara. Nilai reliabilitas pada penelitian ini adalah 0,910. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kategorisasi distribusi norma. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat upaya Guru BK di Yayasan IPEKA Jakarta dalam meningkatkan kompetensi profesional dikategorikan tinggi (56,25%). Selain itu, hasil penelitian ini menunjukkan hasil analisis aspek kompetensi profesional yang paling dominan dilakukan oleh Guru BK adalah menilai proses dan hasil kegiatan BK (77,73%). Sedangkan aspek kompetensi profesional yang paling jarang dilakukan oleh Guru BK adalah menguasai kerangka teoritik dan praksis BK (58,13%). Hasil penelitian ini juga menemukan 4 butir instrumen upaya Guru BK yang teridentifikasi rendah, yaitu: 1) jarang mengikuti studi banding BK ke sekolah lain dalam mempelajari konsep dan praksis asesmen BK, 2) malas mengunjungi perpustakaan dalam melakukan studi literatur tentang kerangka teori dan praksis BK, 3) jarang mengikuti seminar BK di kampus–kampus dalam mempelajari penyusunan rancangan program BK, dan 4) melalukan setiap kesempatan seminar ke–BK –an dan non ke–BK–an. Keempat hal ini membutuhkan tindak lanjut sebagai dasar untuk mengadakan perbaikan, agar Guru BK mampu memperbaiki dan meningkatkan kompetensi profesionalnya. Namun demikian, dari setiap permasalahan yang dihadapi oleh Guru BK, pada intinya disebabkan oleh diri Guru BK bersangkutan, sehingga penekanan yang perlu dilakukan oleh Guru BK adalah membangun komitmen, ketekunan, relasi, komunikasi, motivasi, dan kedisiplinan kerja yang baik dan penuh ketulusan hati. Kata kunci: upaya–upaya Guru BK, kompetensi professional. viii.

(9) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. ABSTRACT GUIDANCE AND COUNSELING TEACHER EFFORTS TO IMPROVE THE PROFESSIONAL COMPETENCE (Descriptive Analysis Study for Guidance and Counseling Teacher's at IPEKA Educational Foundation in Jakarta Academic Year 2015/2016) Hikmat Kristian Jian Sanata Dharma University 2016 This research is descriptive analysis research using quantitative approach. The purpose in this research is to describe guidance and counseling teacher's efforts and problems to improve professional competence at IPEKA Educational Foundation 2015/2016. This research subject is guidance and counseling teacher's at IPEKA as many as 32 peoples. The instrument were used on this research were questionnaire guidance and counseling teacher effort and interview list. Value of reliability in this research was 0,910. The data analysis technique used in this research is the norm distribution categorization. These research showed the level professional competence's guidance and counseling teacher's effort at IPEKA Educational Foundation in Jakarta categorize in high categorized (56,25%). Other than that, these results showed the results of analysis the most dominant aspects the professional competence was done by guidance and counseling teacher is assess the guidance and counseling process and outcome activities (77,73%). While most aspects of professional competence is rarely done by guidance and counseling teacher is dominate of theoretical concept and practical guidance and counseling (58,13%). These results also found four items guidance and counseling teacher effort that identified low, that is: 1) rarely follow a guidance and counseling comparative study to other schools to studying the guidance and counseling concept and praxis assessment, 2) lazy to visit the library in studying literature about the guidance and counseling theoretical concept and practical, 3) rarely follow the guidance and counseling seminars on college's in studying the draft of guidance and counseling program, and 4) use many opportunity to participate in seminar guidance and counseling and non guidance and counseling. Fourth it requires follow-up as a basic to hold upgrading, so that guidance and counseling teacher is able to repair and improve their professional competence. However, any problems faced by guidance and counseling teacher core caused by the self of guidance and counseling teachers. So the emphasis needs to be done by guidance and counseling teacher is to build commitment, perseverance, build the relationship, communication, motivation, and good disciplined work and full sincerity. Keywords: guidance and counseling teacher effort, professional competence. ix.

(10) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan kasih rahmatNYA yang luar biasa melimpah, penulis tugas akhir dengan judul "Upaya–Upaya Guru BK Meningkatkan Kompetensi Profesional (Studi Deskriptif Analitis Pada Guru– Guru Bimbingan Dan Konseling Di Yayasan IPEKA Jakarta Tahun Ajaran 2015/ 2016)" dapat terselesaikan dengan baik. Selama proses penulisan tugas akhir ini, penulis menyadari sungguh banyak pihak yang ikut terlibat guna membimbing, mendampingi, dan mendukung, serta mendoakan agar penulis dapat berproses dan menghayati seluruh pengalaman dan perjalanan hidup yang telah dilalui. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada: 1. Bapak Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 2. Bapak Gendon Barus, M.Si., selaku Kepala Program Studi Bimbingan dan Konseling. 3. Bapak Juster Donal Sinaga, M.Pd. selaku Wakil Kepala Program Studi Bimbingan dan Konseling, sekaligus sebagai dosen pembimbing skripsi. 4. Segenap Bapak/Ibu dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling atas bimbingan, pendampingan, dan perhatian selama penulis menempuh studi. 5. Bapak Moko selaku karyawan sekretariat Program Studi Bimbingan dan Konseling yang telah memberikan pelayanan yang terbaik, selama penulis menempuh studi. 6. Bapak Aang Nasrudin, selaku ayah yang telah memberikan dukungan, doa, dan nasihat kepada penulis selama ini. 7. Ibu Betty Sukmawati, selaku ibu yang telah memberikan dukungan, doa, dan nasihat kepada penulis selama ini. 8. Anugerah Kristian Jian, selaku adik pertama yang telah menemani dan tinggal bersama dalam satu kontrakan, selama penulis menempuh studi. 9. Gracia Natalia Kristina, selaku adik kedua yang telah memberikan dan doa, serta menemani selama penulis menempuh studi. 10. Kakek dan nenek dari ayah dan ibu, yang telah memberikan semangat, motivasi, doa, dan nasihat pada waktu masih hidup, agar penulis menjadi. x.

(11) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. pribadi yang taat, patuh, dan sayang terhadap orang tua, adik–adik, dan semua orang yang ada disekitarnya, serta menjadi pribadi yang takut akan Tuhan. 11. Semua sahabatku yang masih mengingatku, dan telah memberikan dukungan, doa, saran, dan arahannya selama aku menyelesaikan skripsi ini. 12. Semua teman BK angkatan 2011, terimakasih atas kebersamaan kita selama proses perkuliahan. 13. Seluruh pihak yang telah mendukung dan membantu dalam proses awal pembuatan hingga penyelesaian tugas akhir ini.. xi.

(12) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL..................................................................................... ……. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.....................................................ii HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................iii HALAMAN MOTTO............................................................................................iv HALAMAN PERSEMBAHAN.............................................................................v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA................................................................vi PERSETUJUAN PUBLIKASI..............................................................................vii ABSTRAK............................................................................................................viii ABSTRACT...........................................................................................................ix KATA PENGANTAR............................................................................................x DAFTAR ISI ........................................................................................................xii BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.............................................................................1 B. Identifikasi Masalah ...................................................................................6 C. Pembatasan Masalah...................................................................................7 D. Rumusan Masalah.......................................................................................7 E. Tujuan Penelitian.........................................................................................8 F. Manfaat Penelitian.......................................................................................9 1. Manfaat Teoritis.………………..…………………………………….9 2. Manfaat Praktis.…………………..…………………………………..9 G. Definisi Variabel.........................................................................................11 BAB II: LANDASAN TEORI A. Hakikat Guru Bimbingan dan Konseling.................................................13 1. Pengertian Guru.………………...…………......................................13 2. Pengertian Bimbingan dan Konseling.……………………………....15 3. Pengertian Guru Bimbingan dan Konseling……..……………...…..17 4. Tugas Guru Bimbingan dan Konseling……..……………………….19. xii.

(13) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. B. Hakikat Kompetensi Profesional……………………………...………...21 1. Pengertian Kompetensi Profesional………..………………………..21 a. Pengertian Kompetensi…..……………………………………...21 b. Pengertian Profesional…………………………...……………...24 1) Pengertian Profesi…………………………………………...24 2) Pengertian Profesional……..……………...………………...25 c. Pengertian Kompetensi Profesional……..………………………27 2. Aspek–Aspek Kompetensi Profesional Guru BK…………………...28 3. Indikator Upaya Guru BK dalam Meningkatkan Kompetensi Profesional…....……………………...……..…......................……...31 C. Permasalahan yang Dihadapi Guru BK…..……………………………..33 D. Upaya Guru BK dalam Meningkatkan Kompetensi Profesional di Lembaga Pendidikan………..……………………………………….......34 1. Pengertian Upaya Peningkatan Kompetensi Profesional……..………………………………………..…………..34 2. Upaya–Upaya Guru BK Meningkatkan Kompetensi Profesional……..…………………………………...…………....….36 E. Profil Yayasan IPEKA………….………………………………………44 1. Profil Yayasan IPEKA……….……………………………………..44 2. Lokasi Yayasan IPEKA……….……………………………………46 3. Lembaga–Lembaga Pendidikan Yayasan IPEKA………………….47 a. IPEKA Counseling Center……………………………………...48 b. IPEKA Learning and Development Center…………………….49 1) Modul Utama……………………………………………….50 2) Modul Dasar dan Fungsional…….…………………………50 4. Kegiatan Sosial Yayasan IPEKA…….……………………………..55 BAB III: METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian…………………………………………………………..56 B. Setting Penelitian………………………………...…………….………...57 C. Subjek Penelitian………………………………………………………...57 D. Metode Pengumpulan Data……………………………………………...58. xiii.

(14) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 1. Wawancara…………………………………………………………..58 2. Kuesioner……………………………………………………………60 E. Validitas dan Reliabilitas Kuesioner………………………………….....64 1. Validitas……..………………………………………………………64 2. Reliabilitas……………………………………………………...…...68 F. Teknik Analisis Data……..……………………………………………...69 BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengolahan Data Melalui Kuesioner...……………...…………......73 1. Tingkat Upaya Guru BK Meningkatkan Kompetensi Profesional……………………………………………...73 2. Analisis Aspek Upaya Guru BK….……...…………………………..76 3. Identifikas Butir Item yang Masuk Kategori Rendah Sebagai Dasar Tindak Lanjut Upaya Guru BK Meningkatkan Kompetensi Profesional…….………………………..78 4. Permasalahan–Permasalahan Guru BK Yayasan IPEKA Meningkatkan Kompetensi Profesional…..………………………….81 B. Pembahasan………………………………………………………………82 1. Tingkat Upaya Guru BK Meningkatkan Kompetensi Profesional di Yayasan IPEKA Jakarta Tahun Ajaran 2015/2016……...……………………………..…….....82 2. Upaya Guru BK di Yayasan IPEKA Jakarta yang Paling Dominan dan yang Paling Jarang……….…………..………..…………………87 a. Upaya Guru BK yang Paling Dominan……....……………….....87 b. Upaya Guru BK yang Paling Jarang……………..………….......93 3. Item–Item yang Masuk Kategori Rendah Sebagai Dasar Tindak Lanjut Upaya Guru BK Meningkatkan Kompetensi Profesional……..………………...……..96 4. Permasalahan Guru BK di Yayasan IPEKA Jakarta Meningkatkan Kompetensi Profesional…….……………………………………....109. xiv.

(15) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan…….……………………………………………………….112 1. Tingkat Upaya Guru BK di Yayasan IPEKA Jakarta Meningkatkan Kompetensi Profesional….………………………....112 2. Upaya Guru BK di Yayasan IPEKA Jakarta yang Paling Dominan dan yang Paling Jarang…….………………..113 a. Upaya Guru BK yang Paling Dominan…….……………...…....113 b. Upaya Guru BK yang Paling Jarang…….…………..……….....113 3. Item–Item yang Termasuk Kategori Rendah Sebagai Dasar Tindak Lanjut Upaya Guru BK Meningkatkan Kompetensi Profesional di Yayasan IPEKA Jakarta……….………………………………....114 4. Permasalahan Guru BK di Yayasan IPEKA Jakarta Meningkatkan Kompetensi Profesional…….……………………....115 B. Saran……….…………………………………………………………....115 1. Bagi Pemerintah…….……………………………………………....115 2. Bagi Lembaga Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia…….………………………....116 3. Bagi Program Studi Bimbingan dan Konseling…….……………....116 4. Bagi Yayasan IPEKA………………………………………………117 5. Bagi Kepala Sekolah.……………………………………………….117 6. Bagi Guru.……………………………………….………………….118 a. Guru Bidang Studi.……………………………………………..118 b. Guru Bimbingan dan Konseling.………………………………..119 7. Bagi Peneliti.………………………………………………………..119 DAFTAR PUSTAKA…….…………………………………………………….121. xv.

(16) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. LAMPIRAN–LAMPIRAN 1. Lampiran 1: Tabel 16. Pengolahan Data Hasil Wawancara Upaya Guru BK dalam Meningkatkan Kompetensi Profesional Di Yayasan Ipeka Puri Indah, Jakarta Barat Tahun Ajaran 2015/2016…….……………………………………………...125 2. Lampiran 2: Tabel 5. Kuesioner Upaya Guru BK Meningkatkan Kompetensi Profesional…….……………………………....135 3. Lampiran 2: Tabel 6. Valid dan Tidak Valid Pengolahan Data Kuesioner…….………………….145. xvi.

(17) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. BAB I PENDAHULUAN. Bab ini memaparkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional variabel penelitian dan batasan–batasan istilah.. A. Latar Belakang Masalah Sepanjang sejarah pendidikan di Indonesia, tentu setiap orang mengenal sosok pendidik yang berjasa membangun, mendidik, mengayomi, melayani, dan membina generasi muda dalam mencapai pribadi yang baik, utuh, unggul, berkarakter, mandiri, dan berkualitas. Sosok pendidik hadir ketika masyarakat membutuhkan informasi penting di era globalisasi dan memodernisasi, sehingga sosok pendidik diharapkan mampu mengembangkan keahliannya di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu, sosok pendidik juga hadir ketika kehidupan masyarakat semakin majemuk dan penuh dengan keberagaman suku, bahasa, ras, budaya, adat–istiadat, dan agama. Meskipun demikian, setiap orang tentu saja pernah menghina, membenci, merendahkan, meremehkan, dan bahkan ada juga beberapa pihak yang ingin mencelakakannya. Sosok pendidik yang dimaksud adalah Guru BK (Bimbingan dan Konseling), sosok pendidik yang dikenal peserta didik sebagai penolong kehidupan. Kehadiran Guru BK sangat dibutuhkan oleh masyarakat ketika masalah kehidupan semakin kompleks, seperti kekerasan dalam rumah tangga, konflik antar suku, ras, dan agama, tawuran antar pelajar, seks bebas, narkoba, serta. 1.

(18) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 2. terbatasnya lapangan pekerjaan. Kompleksitas masalah yang dialami masyarakat, membuat Guru BK dituntut untuk memiliki kompetensi yang baik dalam mencapai tujuan profesional di dunia pendidikan. Kompetensi profesional Guru BK sangat dibutuhkan dalam menangani berbagai permasalahan hidup yang ada disekitarnya, baik di dalam maupun di luar lembaga pendidikan. Beranjak dari pengalaman peneliti ketika mengikuti kegiatan PPL BK di SMP Negeri 15 Yogyakarta, peneliti menemukan beberapa kesulitan yang dialami Guru BK dalam meningkatkan kompetensi profesional. Data yang diperoleh peneliti setelah melakukan wawancara dan pengamatan secara langsung, ditemukanlah beberapa faktor yang menghambat Guru BK dalam meningkatkan kompetensi profesional, diantaranya: 1) faktor usia; 2) faktor perekonomian; 3) faktor manajemen waktu; 4) faktor ilmu pengetahuan dan teknologi; dan 5) faktor penyesuaian diri terhadap kurikulum baru. Selain itu, peneliti juga melakukan wawancara dengan 5 orang Guru BK di Yayasan IPEKA Puri Indah Jakarta Barat. Hasil wawancara ini berorientasi pada kemampuan dan kedisiplinan setiap Guru BK. Orientasi masalah yang dihadapi oleh Guru BK adalah sebagai berikut: 1) konflik dengan pimpinan yayasan/sekolah, rekan guru mata pelajaran, rekan sesama Guru BK, maupun staff/ karyawan; 2) kebijakan pihak yayasan pusat yang dinilai tidak mendukung Guru BK dalam mengikuti berbagai kegiatan di luar IPEKA; 3) Guru BK mengalami kesulitan untuk mempelajari dan memahami filosofi, konsep dasar, tujuan, metode, teknik, dan praksis BK, serta tidak memiliki kemampuan dalam hal manajemen kelas dengan baik, terkhususnya bagi Guru BK dari lulusan.

(19) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 3. S1/S2 Non BK; dan 4) Terjadi pro dan kontra antara Guru BK dengan pimpinan yayasan/sekolah, rekan guru mata pelajaran, rekan sesama Guru BK, dan staff/karyawan terkait dengan kinerja Guru BK dalam sistim pendidikan. Terkait dengan permasalahan Guru BK di Yayasan IPEKA Puri Indah, Kepala SMA IPEKA Puri Indah mengungkapkan bahwa Guru BK perlu diberikan pengarahan dan pemahaman tentang pentingnya mempelajari hal–hal yang berkaitan dengan bidangnya, seperti (1) bagaimana cara Guru BK komitmen dengan profesinya; (2) bagaimana cara Guru BK memahami dan melaksanakan kode etik profesinya; (3) bagaimana cara Guru BK bekerjasama dengan rekan sesama Guru BK, guru mata pelajaran, siswa, orang tua siswa, dan masyarakat; (4) bagaimana cara Guru BK membuat program pembelajaran atau layanan dengan baik dan tidak memihak; (5) bagaimana cara Guru BK memberikan layanan BK yang berasas-kan pada pendidikan ke–Tuhan–an Yang Maha Esa; (6) bagaimana cara Guru BK bersikap, bertindak, bertutur kata, berpikir, beradaptasi, berkarya, dan bereksperimen dalam berbagai hal; (7) bagaimana cara Guru BK menguasai, mengimplementasikan, dan merancang setiap program yang hendak dilaksanakan dalam bidang ke–BK–an; serta (8) bagaimana cara Guru BK mengaitkan bidangnya dengan kehidupan rohani. Kedelapan hal ini merupakan tantangan bagi Guru BK dan juga bagi para guru mata pelajaran lainnya, agar setiap tenaga pendidikan perlu memperhatikan hal–hal yang mengarah pada esensitas kinerja yang berdedikasi, bermutu, bermoral, berkarakter, dan ber-Tuhan. Hal ini dapat melengkapi makna kompetensi profesional dalam status setiap guru. Apabila seorang guru tidak memiliki.

(20) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 4. kelima esensitas tersebut dan tidak menyatukan makna kompetensi profesionalnya, maka akan menimbulkan keraguan, kesalahan, dan kegagalan, serta kericuhan dalam kinerjanya di lembaga pendidikan. Selain permasalahan–permasalahan yang telah dipaparkan di atas, pendidikan di Indonesia masih terbatas dengan jumlah sumber daya manusianya. Eddy Wibowo, Pengurus Besar Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (Kompas, 23 Januari 2013), menyebutkan bahwa jumlah Guru BK yang ada di Indonesia saat ini hanya mencapi 33.000 orang, artinya, perbandingan jumlah Guru BK dengan peserta didik belum mencapai 1:150, sehingga Guru BK perlu mengupayakan diri dalam meningkatkan kompetensinya sebagai tenaga ke– BK–an dan pendidik yang profesional. Permasalahan–permasalahan yang dihadapi oleh Guru BK dapat disebabkan juga oleh rendahnya hasil uji kompetensi guru. Muhammad Nuh (dalam Skripsi Pramesti Ayuningtyas, Universitas Negeri Yogyakarta, 2012), mengatakan bahwa nilai uji kompetensi yang diperoleh guru di Indonesia pada tahun 2012 di bawah rata–rata, yaitu 42,25. Artinya, nilai rata–rata uji kompetensi guru di Indonesia pada tahun 2012 masih rendah, dan hal tersebut dapat terjadi pada profesi Guru BK. Hasil penilaian uji kompetensi guru yang diungkapkan oleh Muhammad Nuh (Ayuningtyas, 2012), dapat menurunkan semangat dan kinerja Guru BK dalam mengembangkan kompetensi profesional di sekolah. Berikut ini adalah penyebab–penyebab rendahnya kinerja Guru BK di Indonesia, yaitu:.

(21) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 5. 1. Hasil PLPG Guru BK untuk jenjang SMP pada tahun 2010–2011 tingkat kelulusan Guru BK di Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, masih di bawah 75%, sedangkan pada tahun 2011–2012 tingkat kelulusan Guru BK masih tidak memuaskan dan mengalami peningkatan sangat signifikan, yaitu 91,5%. (Ayuningtyas, 2012). 2. Hasil Musyawarah Guru Bimbingan dan Konseling wilayah Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, diketahui bahwa persentase Guru BK untuk jenjang SMP yang berpendidikan S1 non bimbingan dan konseling cukup tinggi, yaitu 25%. (Ayuningtyas, 2012) 3. Ilfiandra (2006), mengatakan bahwa hasil penelitian yang dilakukan di wilayah Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat, menunjukkan kinerja Guru BK masih tidak memuaskan. Persentase kinerja Guru BK yang dipandang tidak memuaskan masih cukup tinggi, yaitu 64,28%, sedangkan persentase kinerja Guru BK yang dipandang memuaskan hanya sekitar 35,71%. Berikut ini adalah urutan aspek yang dipandang tidak memuaskan, yaitu: a. Pengetahuan tentang keterampilan dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling dengan persentase responden, yaitu 36,74%. b. Kepribadian Guru BK dengan persentase responden, yaitu 29,85%. c. Pengetahuan tentang layanan bimbingan dan konseling dengan persentase responden, yaitu 21,28%. (Harjanti, 2010) Berdasarkan permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk mengangkat tema penelitian, yaitu "Upaya–Upaya Guru Bimbingan dan Konseling Meningkatkan Kompetensi Profesional (Studi Deskriptif Analitis pada Guru–.

(22) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 6. Guru Bimbingan dan Konseling Yayasan IPEKA Jakarta Tahun Ajaran 2015/2016)".. B. Identifikasi Masalah Berangkat dari latar belakang masalah mengenai "Upaya–Upaya Guru Bimbingan dan Konseling Meningkatkan Kompetensi Profesional (Studi Deskriptif Analitis pada Guru–Guru Bimbingan dan Konseling Yayasan IPEKA Jakarta Tahun Ajaran 2015/2016)", peneliti menemukan beberapa masalah yang teridentifikasi sebagai berikut: 1. Ada indikasi kompetensi profesional Guru BK masih sangat terbatas karena kurang memahami landasan teori di bidang ke–BK–an, metode dalam berpraktek konseling, asas–asas dalam memberikan layanan ke–BK– an yang sesuai dengan etika profesi BK, cara membuat media, cara membuat satuan layanan bimbingan, cara mengolah data, dan teknik–teknik dalam konseling. 2. Keterampilan Guru BK dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi masih sangat terbatas. 3. Keterbatasan jumlah tenaga guru yang berperan di bidang ke–BK–an, dapat menjadi salah satu alasan pihak sekolah untuk menunjuk guru mata pelajaran sebagai Guru BK. 4. Ada indikasi Guru BK kurang mengikuti pelatihan dan pengembangan di bidang ke–BK–an yang diselenggarakan oleh lembaga–lembaga terkait, seperti perguruan tinggi, pemerintah, atau ABKIN..

(23) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 7. 5. Belum adanya penelitian yang menunjukkan hasil dari upaya Guru BK di Yayasan IPEKA Jakarta dalam meningkatkan kompetensi profesionalnya.. C. Pembatasan Masalah Fokus kajian dari penelitian ini adalah menjawab permasalahan yang teridentifikasi di atas terkait "Upaya–Upaya Guru Bimbingan dan Konseling Meningkatkan Kompetensi Profesional (Studi Deskriptif Analitis pada Guru–Guru Bimbingan dan Konseling Yayasan IPEKA Jakarta Tahun Ajaran 2015/2016)".. D. Rumusan Masalah Fokus dari penelitian ini adalah "Upaya–Upaya Guru Bimbingan dan Konseling Meningkatkan Kompetensi Profesional (Studi Deskriptif Analitis pada Guru–Guru Bimbingan dan Konseling Yayasan IPEKA Jakarta Tahun Ajaran 2015/2016)", sehingga rumusan masalah yang ingin diteliti oleh peneliti adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana deskripsi tingkat upaya–upaya yang dilakukan oleh Guru BK Yayasan IPEKA Jakarta Tahun Ajaran 2015/2016 dalam meningkatkan kompetensi profesionalnya? 2. Aspek kompetensi profesional apa saja yang paling dominan ditingkatkan oleh Guru BK di Yayasan IPEKA Jakarta Tahun Ajaran 2015/2016?.

(24) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 8. 3. Butir instrumen mana saja yang teridentifikasi rendah sebagai dasar tindak lanjut program pelatihan pengembangan kompetensi profesional Guru BK di Yayasan IPEKA Jakarta? 4. Permasalahan–permasalahan apa saja yang dihadapi Guru BK Yayasan IPEKA Jakarta dalam meningkatkan kompetensi profesionalnya?. E. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan tingkat upaya–upaya Guru BK Yayasan IPEKA Jakarta Tahun Ajaran 2015/2016 dalam meningkatkan kompetensi profesionalnya. 2. Mengetahui aspek kompetensi profesional yang paling dominan diupayakan dan ditingkatkan oleh Guru BK Yayasan IPEKA Jakarta Tahun Ajaran 2015/2016. 3. Mengetahui butir–butir instrumen yang teridentifikasi rendah sebagai dasar tindak lanjut program pelatihan dan pengembangan kompetensi profesional Guru BK di Yayasan IPEKA Jakarta. 4. Mengetahui permasalahan–permasalahan yang dihadapi oleh Guru BK di Yayasan IPEKA Jakarta dalam meningkatkan kompetensi profesional..

(25) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 9. F. Manfaat Penelitian Ada beberapa manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini. Manfaat penelitian ini terdiri atas manfaat teoritis dan manfaat praktis yang memberikan penjelasan sebagai berikut:. 1. Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Pembahasan dari penelitian ini terkait dengan berbagai upaya yang perlu ditempuh Guru BK dalam memperoleh kompetensi profesionalnya di lembaga pendidikan, sehingga hal tersebut dapat mempengaruhi cara pandang kepala sekolah, guru mata pelajaran, guru kelas, staff sekolah, dan peserta didik serta lembaga pendidikan dalam mendukung kinerjanya sebagai petugas layanan bimbingan.. 2. Manfaat praktis a. Bagi Lembaga Penyelenggara Pendidikan Guru BK Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi lembaga pendidikan Bimbingan dan Konseling Indonesia, terkhususnya bagi Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini bertujuan agar lembaga pendidikan memberikan perhatian, motivasi, dan dukungan kepada setiap guru dan mahasiswa Bimbingan dan Konseling dalam meningkatkan kompetensi profesional di lembaga pendidikan..

(26) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 10. b. Bagi Pihak Sekolah Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat juga bagi pihak sekolah, terkhusus bagi kepala sekolah sebagai pimpinan sekolah dan wakil dari penyelenggara pendidikan. Penelitian ini bertujuan agar kepala sekolah memberikan arahan, motivasi dan dukungan kepada Guru BK dalam meningkatkan profesionalnya sebagai tenaga bimbingan di sekolah. Bentuk dukungan yang perlu dilakukan kepala sekolah adalah mengikutsertakan Guru BK dalam berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan yang diselenggarakan oleh pemerintah, sehingga Guru BK memperoleh pengetahuan, keterampilan, kreativitas, dan keahlian baru yang dapat menunjang profesinya sebagai petugas layanan bimbingan dan konseling.. c. Bagi Guru BK Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat dan motivasi bagi Guru BK agar terus meningkatkan kompetensi dengan mengembangkan wawasan, keterampilan, dan pengetahuan yang lebih luas, sehingga Guru BK mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju..

(27) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 11. d. Bagi Peneliti Penelitian ini sangat bermanfaat bagi peneliti dalam rangka untuk melatih diri menjadi seorang Guru BK yang profesional. Selain itu, peneliti dapat mengetahui langkah–langkah yang seharusnya dilakukan dalam mencapai gelar Guru BK yang profesional.. G. Definisi Variabel Supaya tidak terjadi kesalahan dalam penafsiran dari judul penelitian ini, maka peneliti perlu memberikan penegasan-penegasan melalui batasan istilah dalam judul "Upaya–Upaya Guru Bimbingan dan Konseling Meningkatkan Kompetensi Profesional (Studi Deskriptif Analitis pada Guru–Guru Bimbingan dan Konseling di Yayasan IPEKA Jakarta Tahun Ajaran 2015/2016)" adalah sebagai berikut: 1. Bimbingan dan Konseling Bimbingan dan konseling adalah upaya memberikan bantuan kepada konseli secara sistematis, objektif, logis, dan berkelanjutan serta terprogram, dan memfasilitasi konseli dengan berbagai aktivitas pengembangan diri yang sesuai prinsip, komponen, dan jenis layanan bimbingan dan konseling, sehingga konseli mampu menyesuaikan diri dengan kebutuhan dan memecahkan permasalahannya sendiri..

(28) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 12. 2. Guru BK Guru BK adalah pendidik yang memiliki wewenang, keahlian, wawasan, pengetahuan, dan keterampilan dalam bidang ke–BK–an, serta memiliki kualifikasi akademik minimal Sarjana Pendidikan (S1) di bidang bimbingan konseling, dan memiliki tanggung jawab serta kontribusi penting dalam mendukung keberhasilan peserta didik.. 3. Kompetensi Profesional Kompetensi profesional adalah kemampuan guru dalam menguasai materi pembelajaran yang sesuai dengan konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, dan seni yang secara konseptual dapat menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan kelompok mata pelajaran yang akan diampunya, sehingga dapat memungkinkan guru dapat memenuhi standar kompetensi yang telah ditetapkan.. 4. Upaya Peningkatan Kompetensi Profesional Upaya peningkatan kompetensi profesional adalah upaya seorang tenaga profesional, terkhususnya Guru BK, dalam mentransformasi kemampuan diri di bidang kependidikan melalui penguasaan materi secara konseptual dan dapat menaungi, melengkapi, dan mempersatukan program–program kependidikan, sehingga dapat memenuhi standar kompetensi yang telah ditetapkan..

(29) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. BAB II LANDASAN TEORI. Bab ini memaparkan hakikat Guru Bimbingan dan Konseling, hakikat kompetensi profesional, permasalahan yang dihadapi Guru BK, dan hakikat upaya guru BK dalam meningkatkan kompetensi profesionalnya di lembaga pendidikan.. A. Hakikat Guru Bimbingan dan Konseling 1. Guru Pada dasarnya, guru merupakan tenaga profesional yang mengabdikan dirinya di dunia pendidikan dengan tugas pokoknya sebagai pengajar, pendidik, dan pembimbing bagi peserta didik agar menjadi pribadi yang menanamkan nilai–nilai Pancasila. Dengan demikian, guru mempunyai kedudukan dan tanggung jawab dalam menentukan berhasil atau tidaknya suatu program pendidikan (dalam Rahman dan Amri: 2014: 18). Selain itu, guru merupakan salah satu komponen dari perangkat sistim yang ada di sekolah, tenaga pendidik yang profesional, dan memiliki peran penting dalam pembentukan sumber daya manusia yang dianggap sangat potensial dalam membentuk dan membangun karakter, pola pikir, sikap, pola pandang, suara hati, dan komunikasi yang positif, sehingga guru perlu memiliki kemampuan untuk menempatkan diri yang berperan aktif sebagai tenaga yang profesional di bidang pendidikan (dalam Rahman dan Amri: 2014: 45). Mulyasa (2013: 5), berpandangan bahwa guru merupakan komponen yang paling menentukan dalam sistim pendidikan secara menyelu-. 13.

(30) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 14. ruh dan perlu mendapat perhatian sentral, pertama, dan utama, sehingga guru merupakan salah satu figur yang menjadi sorotan terkait masalah pendidikan. Guru mempunyai peran yang sangat strategis dalam mewujudkan tujuan, cita–cita, dan harapan bangsa di bidang pendidikan, sehingga keahlian, keterampilan, dan kreativitas guru perlu dikembangkan dalam menghasilkan generasi yang cerdas, pandai, dan kreatif. Sudarwan (2010: 17), memaparkan bahwa guru merupakan pendidik profesional dengan tugas utama, yaitu mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi siswa pada jalur pendidikan formal. Undang–Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003, menyebutkan bahwa kata guru dan pendidik adalah dua hal yang berbeda. Kata pendidik memiliki makna berbahasa Inggris, yaitu educator yang berarti educationist atau educationalist yang bermakna pendidik, spesialis di bidang pendidikan, atau ahli pendidikan. (Peraturan Pemerin-tah No. 74 Tahun 2008), menyebutkan bahwa guru dapat dibagi menjadi 3 kategori, yaitu: (1) Guru itu sendiri yang dibagi menjadi guru kelas, guru bidang studi, dan guru bimbingan dan konseling, (2) Guru dalam jabatan sebagai kepala sekolah, (3) Guru dalam jabatan sebagai pengawas. Hoetomo (2005: 175), mengatakan bahwa guru adalah seseorang yang bekerja sebagai pengajar, baik di sekolah maupun di perguruan tinggi, atau sekolah tinggi, dan/ atau universitas. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa guru adalah tenaga kependidikan yang memiliki peran dan posisi sebagai pengajar, pendidik, pengarah, pelatih, dan.

(31) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 15. evaluator dalam membentuk dan membangun tugas perkembangan peserta didik, serta menanamkan nilai–nilai Pancasila kepada peserta didik sebagai pola dasar pembentukan dalam membangun karakter, pola pikir, sikap, pola pandang, suara hati, dan komunikasi yang positif.. 2. Bimbingan dan Konseling Bimbingan dan konseling memiliki pengertian yang luas. Winkel dan Hastuti (2010: 27), mengatakan bahwa istilah bimbingan dan konseling merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, yaitu "guidance and counseling". Namun demikian, ada beberapa pengertian yang perlu diketahui terlebih dahulu dari kata guidance dan counseling. Pertama, guidance (bimbingan) memiliki pengertian sebagai usaha pemberian bantuan dalam bentuk perencanaan, pengetahuan, pengalaman, informasi, dan pelayanan kepada individu yang mengalami kesulitan dalam menjalankan tugas perkembangannya. Moegiadi (2010: 29), mengartikan bimbingan sebagai: (1) usaha untuk melengkapi individu dengan pengetahuan, pengalaman, dan informasi tentang diri sendiri, (2) usaha memberikan bantuan kepada individu dalam menemukan, memahami, dan mengembangkan seluruh potensi yang ada di dalam dirinya secara efektif, (3) memberikan pelayanan kepada individu agar dapat menentukan pilihan, membuat perencanaan yang jelas, sehingga mereka dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru. Natawidjaja (2010: 29), mengartikan bimbingan sebagai proses pemberian bantuan kepada individu secara berkesinambungan, agar individu dapat memahami dirinya sendiri, sehingga individu mampu mengarahkan.

(32) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 16. dirinya sendiri dan bertindak sewajarnya, sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta masyarakat. Kedua, Counseling (konseling), memiliki pengertian yang terkait dengan penyuluhan. Kata penyuluhan itu sendiri dianggap kurang sesuai, karena tidak selaras pengertian counseling. Smith (2010: 35), mengatakan bahwa konseling adalah suatu proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh konselor (Guru BK) kepada konseli dalam membuat berbagai intepretasi. Hal–hal yang ingin diintepretasikan dalam proses konseling, yaitu tentang berbagai fakta yang berhubungan dengan pilihan, rencana, atau penyesuaian–penyesuaian yang perlu dilakukan. Andi Mappiare (2010: 35), mengatakan bahwa konseling adalah serangkaian usaha yang dilakukan oleh konselor (Guru BK) dalam membantu konseli secara tatap muka, dengan tujuan agar konseli dapat mengambil tanggung jawab pribadi dalam menghadapi berbagai permasalahan secara khusus. Prayitno dan Amti (Makmun, Psikologi Pendidikan, 2014: 8), mengatakan bahwa konseling adalah proses pemberian bantuan terhadap konseli yang sedang mengalami permasalahan melalui wawancara. Palmer dan Mc Mahon (Makmun, 2014: 8), mengatakan bahwa konseling bukan hanya proses pembelajaran kepada konseli, melainkan merupakan suatu aktivitas yang memiliki makna sosial. Secara yuridis, pengertian bimbingan dan konseling tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 111 Tahun 2014 tentang BK Pada Pendidikan Dasar dan Menengah, mengatakan bahwa bimbingan dan.

(33) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 17. konseling adalah upaya sistematis, objektif, logis, dan berkelanjutan serta terprogram yang sesuai kebutuhan dan permasalahan konseli, dan memfasilitasi konseli dengan berbagai aktivitas pengembangan diri yang sesuai dengan prinsip, komponen, dan jenis bidang layanan bimbingan dan konseling. Berdasarkan beberapa pengertian tentang bimbingan dan konseling, dapat disimpulkan bahwa bimbingan dan konseling adalah upaya memberikan bantuan kepada peserta didik secara sistematis, objektif, logis, dan berkelanjutan serta terprogram, dan memfasilitasi peserta didik dengan berbagai aktivitas pengembangan diri yang sesuai prinsip, komponen, dan jenis layanan bimbingan dan konseling, sehingga peserta didik mampu menyesuaikan diri dengan kebutuhan dan memecahkan permasalahannya sendiri.. 3. Guru Bimbingan dan Konseling Guru BK memiliki kategori pengertian yang selaras dengan konselor pendidikan. Pengertian Guru BK, memiliki pemahaman bahwa profesi Guru BK memiliki peran yang sangat penting di lembaga pendidikan. Secara Yuridis, Guru BK dikategorikan sebagai pendidik, seperti halnya yang tercantum dalam (Undang–Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 6) tentang Sistem Pendidikan Nasional yang berbunyi: pendidik adalah ketenaga pendidikan yang memiliki kualifikasi sebagai guru, dosen, konselor atau Guru BK, pamong belajar, widyaiswara, tutor, dan.

(34) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 18. lain–lain dengan status profesi serta memiliki tugas utamanya dalam proses pembelajaran di sekolah. Jadi, profesi Guru BK dianggap sebagai salah satu daftar pendidik yang ikut berkontribusi dalam keberhasilan peserta didik. Pengertian Guru BK juga tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 111 Tahun 2014, mengatakan bahwa Guru BK adalah pendidik yang berkualifikasi akademik minimal Sarjana Pendidikan (S1) dalam bidang bimbingan dan konseling dan memiliki kompetensi di bidang bimbingan dan konseling. Makmun (2014: 12), mendefinisikan Guru BK sebagai pihak yang memiliki kewenangan dan keahlian dalam memberikan bantuan kepada konseli. Hartono dan Soedarmadji (dalam Makmun, 2014: 13), mengatakan bahwa Guru BK sebagai pihak yang memiliki keahlian dalam bidang pelayanan konseling dan dianggap sebagai tenaga yang profesional. Berdasarkan beberapa pengertian tentang Guru BK, dapat disimpulkan bahwa Guru BK adalah pendidik yang memiliki wewenang, keahlian, wawasan, pengetahuan, dan keterampilan dalam bidang ke–BK–an, serta memiliki kualifikasi akademik minimal Sarjana Pendidikan (S1) di bidang ke–BK– an, dan memiliki tanggung jawab serta kontribusi penting dalam mendukung keberhasilan peserta didik..

(35) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 19. 4. Tugas Guru BK Mengenai tugas–tugas Guru BK, telah tercantum pada (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 27 Tahun 2008) tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru BK yang menyatakan bahwa tugas Guru BK adalah untuk mendukung tugas perkembangan pribadi, sosial, belajar, dan karier dari setiap siswa yang sesuai dengan kebutuhan, bakat, minat, dan kepribadian masing–masing. Konteks dari tugas guru BK, terdapat pada (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 111 Tahun 2014) tentang BK Pada Pendidikan Dasar dan Menengah, yang mengatakan bahwa tugas Guru BK adalah memberikan layanan bimbingan dan konseling dengan tujuan membantu konseli mencapai perkembangan optimal dan kemandirian secara utuh dalam aspek pribadi, belajar, sosial, dan karier. Djumhur dan Moh. Surya (dalam Rahman dan Amri: 2014: 116), berpendapat bahwa seorang Guru BK harus memiliki 5 peranan dalam menjalankan tugas layanannya, yaitu: a. Guru BK sebagai tokoh kunci dalam bimbingan karena memiliki relasi yang sangat baik dengan peserta didik, sehingga Guru BK memiliki kesempatan untuk "mempelajari", mencermati, mengamati, dan memperhatikan hal–hal yang berkaitan dengan kesehatan secara psikologis, tingkah laku, dan kegiatannya selama di sekolah..

(36) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 20. b. Memahami peserta didik sebagai individu dengan mengetahui dan mengenal minat, kepribadian, kemampuan, sifat–sifat, kebutuhan, dan masalahnya. c. Melakukan perbaikan tingkah laku peserta didik dengan mempelajari, mencermati, mengenal, dan memahami sebab–sebab timbulnya tingkah laku tertentu yang dapat menimbulkan sesuatu yang kurang baik, serta memperbaiki tingkah laku peserta didik yang kurang baik ke arah yang lebih baik. d. Mengadakan pertemuan personal dengan peserta didik dalam mengetahui kepribadiannya lebih dekat, sehingga Guru BK mampu memberikan bantuan yang memadai kepada peserta didik yang membutuhkan. e. Mengadakan pertemuan dengan orang tua peserta didik dalam mengetahui lebih dalam tentang kepribadian, pola hidup, dan latar belakang keluarga peserta didik kesehariannya, sehingga dapat mempermudah Guru BK dalam mengajak orang tua untuk berkolaborasi mencari solusi dari permasalahan dan kebutuhan peserta didik. Terkait dengan upaya Guru BK dalam meningkatkan kompetensi profesionalnya, tugas Guru BK memiliki kinerja yang bersifat parsial dan setara dengan tugas guru bidang studi lainnya. Namun, konteks dari tugas Guru BK adalah memberikan layanan pendidikan formal melalui bimbingan dan konseling, sehingga Guru BK sangat diharapkan mampu berkolaborasi dengan guru bidang studi dalam menangani permasalahan siswa..

(37) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 21. B. Hakikat Kompetensi Profesional 1. Pengertian Kompetensi Profesional a. Kompetensi Pada dasarnya, kompetensi merupakan deskripsi tentang sesuatu yang dapat dilakukan oleh seseorang dalam bekerja, serta wujud pekerjaan yang dapat terlihat (Suyanto, 2013: 47). Selain itu, Rahman dan Amri (2014: 65), mendefinisikan kompetensi sebagai pengetahuan, keterampilan, dan nilai–nilai yang direfleksikan dalam bentuk kebiasaan berpikir dan bertindak. Kompetensi dapat diwujudkan dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan perbuatan yang dilaksanakan secara profesional dalam menjalankan tugas, kewajiban, dan tanggung jawab yang sesuai dengan profesinya. Hoetomo (2005: 280), menyatakan bahwa kompetensi sebagai bentuk kewenangan atau kekuasaan dalam menentukan suatu hal atau keputusan. Reber and Reber (2010: 181) menyatakan bahwa kompetensi berasal dari kata berbahasa Inggris, yaitu "competence" yang mengandung makna secara umum, yaitu kemampuan dalam mengerjakan tugas atau mencapai sesuatu. Kompetensi sering disebut sebagai kemampuan seseorang dari segi daya fisik maupun pikiran. Namun demikian, dalam memahami makna dari pengertian kompetensi perlu mencakup berbagai aspek yang terkait dengan fisik, mental, dan spiritualitas. (Jejen, 2011: 27). Mulyasa (Jejen, 2011: 209–210), mengatakan bahwa kompetensi adalah kesatu-.

(38) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 22. an pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dikuasai oleh setiap guru, terkhususnya Guru BK, dalam menjalankan tugas, baik di dalam dan di luar kelas dengan memiliki 3 standar. Diantara lain sebagai berikut: 1) Standar mental: guru harus memiliki mental yang sehat, mencintai, mengabdi, dan memiliki dedikasi yang tinggi pada pekerjaan, tugas, dan jabatannya. 2) Standar fisik: guru harus sehat jasmani, berbadan sehat, dan tidak memiliki penyakit menular yang membahayakan diri peserta didik dan lingkungannya. 3) Standar psikis: guru harus sehat rohani, artinya tidak mengalami gangguan pada kejiwaannya, dapat mengendalikan diri secara emosional, dan selalu mengandalkan Tuhan dalam pekerjaan dan hidupnya, sehingga dapat mendukung pelaksanaan tugas profesionalnya. Finch dan Crunkilton (Mulyasa, 2014: 28) mengemukakan bahwa: "competencies are those tasks, skills, attitudes, values, and appreciation that are deemed critical to successful employment." Makna dari kalimat yang dikemukakan oleh Finch dan Crunkilton, yaitu kompetensi terdiri atas tugas, keterampilan, sikap, nilai, dan apresiasi yang diungkapkan secara kritis untuk keberhasilan kerja. Secara yuridis, pengertian kompetensi terdapat pada (Undang–Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 1 butir 10),.

(39) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 23. menjelaskan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang perlu dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya. Departemen Pendidikan Nasional (2004) (dalam Skripsi Mugi Lestari, Universitas Negeri Semarang), menjelaskan bahwa kompetensi bersifat personal, kompleks, dan merupakan satu kesatuan yang utuh yang menggambarkan potensi, pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai yang dimiliki oleh seseorang yang terkait dengan profesi tertentu, berkenaan dengan bagian–bagian yang dapat diaktualisasikan atau diwujudkan, dalam bentuk tindakan atau kinerja untuk menjalankan profesi tersebut. Secara garis besar, pengertian kompetensi adalah suatu kemampuan seseorang dalam mengerjakan dan menyelesaikan tugas atau pekerjaan yang dilandasi oleh cara berpikir, berperilaku, dan bertindak dalam mengambil keputusan dengan penuh tanggung jawab, sehingga dalam pengerjaan dan penyelesaian tugas atau pekerjaan membutuhkan suatu keterampilan, keahlian, kecakapan, pengetahuan, ketelitian, kemahiran, dan kedisiplinan yang berlangsung dalam jangka waktu yang relatif lama..

(40) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 24. b. Profesional 1) Profesi Reber and Reber (2010: 752), mengatakan bahwa profesi merupakan istilah yang cenderung memiliki kode etik sebagai bentuk dari pengendalian terhadap perilaku yang berdasarkan pada keahlian dan keterampilan yang dimiliki oleh individu. Cully (Mulyasa, 2013: 25) mengartikan profesi sebagai: a vocation in which professionnal knowledge of some department a learning science is used in it's application to the other or in the practice of an art found it. Pernyataan ini mengandung makna bahwa suatu pekerjaan profesional menggunakan teknik dan prosedur yang bertumpu pada landasan intelektual, yang secara sengaja harus dipelajari dan secara langsung dapat diabadikan dan dibagikan kepada masyarakat. Rahman dan Amri (2014: 63) mengatakan bahwa profesi adalah suatu pekerjaan yang membutuhkan pendidikan lanjut, keterampilan, keahlian, komitmen pada profesi, tingkat pendidikan yang memadai, keselarasan dengan dinamika kehidupan, dan dedikasi yang tinggi. Howard, dkk (Sudarwan, 2010: 56) mengatakan bahwa profesi adalah sebuah jabatan yang membutuhkan kemampuan intelektual khusus, yang diperoleh melalui kegiatan belajar dan pelatihan yang bertujuan untuk menguasai keterampilan atau.

(41) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 25. keahlian dalam melayani atau memberikan advis pada orang lain, dengan memperoleh gaji dalam jumlah tertentu. Prayitno (2004: 338) menjelaskan bahwa profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian dari para petugasnya. Artinya, pekerjaan yang disebut profesi itu tidak dapat dilakukan oleh orang yang tidak terlatih dan tidak disiapkan secara khusus terlebih dahulu untuk melakukan pekerjaan. Hakikat profesi adalah tanggapan bijaksana, layanan, dan pengabdian yang ditandai oleh keahlian, teknik, dan prosedur yang matang yang disejajarkan dengan sikap dan kepribadian tertentu. Pada hakikatnya, profesi merupakan suatu ikatan janji terbuka terhadap suatu pekerjaan, lembaga, atau organisasi tertentu, sehingga individu merasa terpanggil di dalamnya. Secara garis besar, profesi adalah suatu pekerjaan yang memiliki lembaga, asosiasi, sertifikasi, kode etik, teknik, dan prosedur sebagai bentuk pengendalian terhadap perilaku, tanggapan bijaksana, layanan, dan pengabdian dalam mengembangkan keahlian dan keterampilan individu melalui proses pendidikan. 2) Profesional Makna profesional, mengacu pada seseorang yang memiliki jabatan, gelar profesi dan mendapatkan pengakuan dari berbagai pihak, baik secara formal, yaitu pemerintah dan organisasi profesi, maupun secara informal, yaitu masyarakat dan para pengguna jasa.

(42) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 26. suatu profesi. Kata profesional berasal dari kata berbahasa Inggris, yaitu professionnal yang berarti orang yang memiliki keahlian (dalam Rudi dan Antoni, 2005: 352). Prayitno (2004: 338) menjelaskan bahwa profesional menunjuk pada dua hal, yaitu (1) orang yang menyandang profesi, seperti sebutan bagi seorang profesional; dan (2) penampilan seseorang dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya. Namun demikian, istilah profesional sering dipertentangkan dengan istilah non–profesional atau amatiran. Sedangkan dalam Undang–Undang Republik Indonesia No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 1 butir 4 yang mengatakan bahwa: profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. Secara garis besar, profesional adalah kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang yang telah terlatih, memiliki jabatan, dan memenuhi standar mutu, serta mendapatkan pengakuan dari pihak lain, sehingga hasil yang diperoleh menjadi sumber penghasilan hidup..

(43) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 27. c. Kompetensi Profesional Mulyasa (2013: 10), menyatakan bahwa kompetensi profesional dinilai sebagai kemahiran dalam merancang, melaksanakan, dan menilai tugas sebagai guru yang meliputi penguasaan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi). Pengertian kompetensi profesional juga tercantum dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat 3 butir c, yaitu kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang telah ditetapkan (dalam Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, 2013: 135). Dalam (Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008 Pasal 3 butir 7 tentang Guru), menyebutkan bahwa kompetensi profesional merupakan kemampuan guru dalam menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya yang mencakup penguasaan: (1) materi pembelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan kelompok mata pelajaran yang akan diampunya, (2) konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan, yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan kelompok mata pelajaran yang akan diampunya. Suyanto (2013: 51), mengatakan bahwa kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam.

(44) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 28. yang harus dikuasai guru yang mencakup, penguasaan materi kurikulum mata pelajaran dan substansi keilmuannya, serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi keilmuannya. Secara garis besar, kompetensi profesional adalah kemampuan guru dalam menguasai materi pembelajaran yang sesuai dengan konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, dan seni yang secara konseptual dapat menaungi atau koheren dengan program satuan pendidikan, mata pelajaran, dan kelompok mata pelajaran yang akan diampunya, sehingga dapat memungkinkan guru dapat memenuhi standar kompetensi yang telah ditetapkan.. 2. Aspek –Aspek Kompetensi Profesional Guru BK Dalam meningkatkan kompetensi profesional Guru BK, diperlukan adanya aspek-aspek yang mendukung agar Guru BK dapat bekerja secara profesional. Prayitno (dalam tri darma profesi konselor) (2004: 350), terdapat 3 aspek yang perlu dimiliki oleh Guru BK yang profesional adalah sebagai berikut: a. Pengembangan ilmu, yaitu Guru BK harus memiliki dasar keilmuan yang mengarah pada wawasan yang luas, pengetahuan, keterampilan, menjunjung nilai–nilai, dan sikap. b. Pengembangan pelayanan, yaitu Guru BK harus memiliki komponen substansi profesi yang mengarah pada proses pembelajaran dalam bidang pengembangan diri melalui pelayanan konseling..

(45) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 29. c. Penegakkan kode etik profesional, yaitu Guru BK harus mempunyai komponen praktik profesi yang mengarah pada kemampuan Guru BK dalam mematuhi, menaati, dan melaksanakan kode etik profesional pada saat menyelenggarakan proses pembelajaran dan pengembangan diri melalui proses pelayanan konseling. Adams dan Decey (2009: 9), mengatakan bahwa ada beberapa peranan dan kompetensi penting yang perlu diperhatikan Guru BK dalam proses layanan ke–BK–an yang mengarah pada profesional seorang Guru BK adalah sebagai berikut: a. Guru BK sebagai demonstrator, lecturer, atau pengajar yang hendaknya menguasai metode, teknik, teori, teknologi, dan struktur yang sesuai dengan kaidah–kaidah dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling. b. Guru BK sebagai mediator, fasilitator, motivator, dan tutor yang hendaknya menguasai pengetahuan dan pemahaman yang komunikatif serta relevan dengan kehidupan pada umumnya, sehingga konselor dituntut untuk meningkatkan berbagai kompetensi dan keahlian yang dibutuhkan dalam menghadapi segala bentuk permasalahan yang ada dan memiliki pengalaman dalam menemukan solusi yang terbaik dan tepat dari permasalahan tersebut. c. Guru BK sebagai pengelola kelas yang hendaknya menguasai kelas dalam memberikan suasana belajar yang kondusif dan efektif serta.

(46) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 30. nyaman agar tujuan layanan ke–BK–an dapat tercapai dan sesuai dengan harapan. d. Guru BK sebagai evaluator yang mampu mengadakan evaluasi dari kegiatan layanan ke–BK–an secara keseluruhan selama beberapa periode tertentu agar dapat diketahui hal–hal apa saja yang sudah dapat atau tidak dapat dicapainya dalam proses layanan ke–BK–an, sehingga dalam jangka waktu tertentu dapat dilakukan perbaikan. Secara yuridis, aspek-aspek yang perlu dimiliki oleh Guru BK dalam meningkatkan kompetensi profesionalnya di sekolah, terdapat pada Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 dan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 27 Tahun 2008 (dalam skripsi Restu Setyoningtyas, Universitas Negeri Semarang dan Handout), mencantumkan 7 (tujuh) kompetensi profesional yang perlu dimiliki oleh Guru BK. Diantara lain sebagai berikut: a. Menguasai konsep dan praksis asesmen untuk memahami kondisi, kebutuhan, dan masalah konseli. b. Menguasai kerangka teoritik dan praksis bimbingan dan konseling. c. Merancang program bimbingan dan konseling. d. Mengimplementasikan program bimbingan dan konseling yang komprehensif. e. Menilai proses dan hasil kegiatan bimbingan dan konseling. f. Memiliki kesadaran dan komitmen terhadap etika profesional..

(47) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 31. g. Menguasai konsep dan praksis penelitian dalam bimbingan dan konseling.. 3. Indikator Upaya Guru BK dalam Meningkatkan Kompetensi Profesional Peningkatan kompetensi profesional dapat dicapai oleh Guru BK melalui upaya yang dilakukan. Berikut ini adalah indikator–indikator upaya Guru BK dalam meningkatkan kompetensi profesionalnya, yaitu: a. Menguasai konsep dan praksis asesmen untuk memahami kondisi, kebutuhan, dan masalah siswa 1) Menguasai konsep dan praksis asesmen dengan belajar mandiri. 2) Menguasai konsep dan praksis asesmen dengan belajar dari pihak lain. 3) Menguasai konsep dan praksis asesmen dengan mencari sumber buku yang relevan. b. Menguasai kerangka teoritik dan praksis bimbingan dan konseling. 1) Menguasai kerangka teoritik dan praksis bimbingan dan konseling dengan belajar mandiri. 2) Menguasai kerangka teoritik dan praksis bimbingan dan konseling dengan belajar dari pihak lain. 3) Menguasai kerangka teoritik dan praksis bimbingan dan konseling dengan mencari sumber buku yang relevan..

(48) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 32. c. Merancang program bimbingan dan konseling. 1) Belajar merancang program bimbingan dan konseling secara mandiri. 2) Belajar merancang program bimbingan dan konseling dari pihak lain. d. Mengimplementasikan program bimbingan dan konseling yang komprehensif. 1) Belajar mengimplementasikan program bimbingan dan konseling yang komprehensif secara mandiri. 2) Belajar mengimplementasikan program bimbingan dan konseling yang komprehensif dari pihak lain. e. Menilai proses dan hasil kegiatan bimbingan dan konseling. 1) Menyadari adanya proses dan hasil kegiatan bimbingan dan konseling yang kurang efektif. 2) Mengadakan tindak lanjut terhadap proses dan hasil kegiatan bimbingan dan konseling yang kurang efektif. f. Memiliki kesadaran dan komitmen terhadap etika profesional. 1) Aktif dalam organisasi ke–BK–an dan non ke–BK–an. 2) Aktif dalam mengadakan penelitian BK. 3) Aktif dalam seminar ke–BK–an dan non ke–BK–an. 4) Aktif dalam kegiatan MGBK. 5) Aktif mengikuti PPG–BK..

(49) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 33. g. Menguasai konsep dan praksis penelitian dalam bimbingan dan konseling. 1) Menguasai konsep dan praksis penelitian BK dengan belajar mandiri. 2) Menguasai konsep dan praksis penelitian BK dengan belajar dari pihak lain.. C. Permasalahan yang Dihadapi Guru BK Permasalahan Guru BK dalam meningkatkan kompetensi profesional di dunia pendidikan, seringkali diidentikan dengan permasalahan pengembangan diri dan kompetensi Guru BK dalam memahami landasan teori bimbingan dan konseling. Namun, ada berbagai permasalahan Guru BK dalam meningkatkan kompetensi profesionalnya. Mulyasa (2013: 10), menyebutkan 4 permasalahan yang sedang dihadapi oleh Guru BK dalam meningkatkan kompetensi profesionalnya, yaitu: a. Masih terdapat banyak guru, termasuk Guru BK yang tidak menekuni profesinya secara utuh, b. Belum adanya standar profesional guru, termasuk Guru BK, sebagaimana tuntutan di negara–negara maju, c. Ada kemungkinan disebabkan oleh adanya perguruan tinggi yang mencetak guru asal jadi, atau setengah jadi, tanpa memperhitungkan output di lapangan, sehingga menyebabkan banyak guru, termasuk Guru BK yang tidak patuh terhadap etika profesinya, dan.

(50) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 34. d. Kurangnya motivasi guru, termasuk Guru BK, dalam meningkatkan kualitas diri karena guru (Guru BK) tidak dituntut untuk mengadakan penelitian, sebagaimana yang telah diberlakukan pada dosen di perguruan tinggi. Selain itu, permasalahan Guru BK dalam meningkatkan kompetensi profesionalnya dapat disebabkan oleh beberapa hal. Diantara lain: 1) kurangnya sarana dan prasarana belajar, 2) kurangnya keahlian, kedisiplinan, motivasi, dan kemauan bekerja dalam tim dengan rekan sesama guru, 3) rendahnya kesejahteraan guru, 4) masih rendahnya kualitas, kualifikasi, kompetensi guru, dan 5) rendahnya motivasi guru dalam meraih pendidikan yang lebih tinggi. (Jejen, 2011: 4–6).. D. Upaya Guru BK dalam Meningkatkan Kompetensi Profesionalnya Di Lembaga Pendidikan 1. Pengertian Upaya Peningkatan Kompetensi Profesional Upaya peningkatan dapat diartikan sebagai usaha untuk meningkatkan perihal tertentu yang hendak ingin dicapai. Kata upaya dapat diartikan sebagai usaha. Usaha itu sendiri memiliki pengertian suatu kegiatan dengan mengerahkan tenaga, pikiran atau badan untuk mencapai suatu maksud, pekerjaan yang dapat menghasilkan sesuatu, dan perbuatan (Hoetomo, 2005: 580). Reber dan Reber (2010: 303), mengartikan upaya sebagai tindakan yang dilakukan secara sukarela atau atas inisiatif sendiri. Kata peningkatan berasal dari suku kata "tingkat" yang diartikan sebagai tinggi rendahnya suatu martabat, kedudukan, jabatan, kemajuan, taraf,.

(51) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 35. dan kelas (Hoetomo, 2005: 543). Reber dan Reber (2010: 528), kata tingkat berasal dari bahasa inggris, yaitu level, yang artinya sebuah pengukuran suatu performa. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2009: 615), memiliki dua pengertian peningkatan, yaitu 1) kenaikan, promosi; dan 2) eskalasi, pengembangan, serta penambahan. Salim dan Salim (1991: 1620 dan 2010: 737), kata peningkatan berasal dari bahasa Inggris, yaitu improvement yang artinya proses, cara, dan perbuatan untuk meningkatkan perihal tertentu. Wardiman (Suyanto, 2013: 28), mengatakan bahwa upaya profesional adalah upaya guru untuk mentransformasikan kemampuan profesional yang dimilikinya dalam bentuk tindakan nyata dalam mendidik dan mengajar. Apabila dari beberapa pengertian di atas dikaitkan dengan upaya peningkatan kompetensi profesional, maka dapat disimpulkan bahwa upaya peningkatan kompetensi profesional adalah upaya seorang tenaga profesional, terkhususnya Guru BK, dalam mentransformasi kemampuan diri di bidang kependidikan melalui penguasaan materi secara konseptual dan dapat menaungi, melengkapi, dan mempersatukan program–program kependidikan, sehingga dapat memenuhi standar kompetensi yang telah ditetapkan..

(52) PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI. 36. 2. Upaya-Upaya Guru BK dalam Meningkatkan Kompetensi Profesional Guru BK dapat mengupayakan diri meningkatkan kompetensi profesionalnya dengan mengikuti serangkaian program pendidikan dan pelatihan. Pelatihan dan pendidikan Guru BK merupakan kegiatan terstruktur, terorganisir, dan terencana yang dirancang oleh pemerintah dan ABKIN untuk membantu Guru BK dalam meningkatkan kompetensi profesionalnya di sekolah. Program PPG–BK dapat membuka peluang bagi Guru BK dalam menunjukkan kinerjanya sebagai tenaga profesional. Secara Yuridis, upaya–upaya yang dapat dilakukan oleh Guru BK dalam meningkatkan kompetensi profesionalnya, tercantum dalam Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008 tentang Guru BAB II Pasal 2, menyatakan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 62 Tahun 2013 tentang Sertifikasi Guru dalam Jabatan dalam Rangka Penataan dan Pemerataan Guru BAB I Pasal I butir 4, menyatakan bahwa pendidikan dan pelatihan profesi guru adalah proses pelatihan guru bagi guru dalam jabatan untuk memperoleh sertifikat nasional sesuai dengan tugas atau yang diampu sebagai guru mata pelajaran atau guru kelas. Jadi, dengan kata lain, Guru BK dapat mengupayakan dirinya dalam meningkatkan kompetensi profesionalnya dengan mengikuti berbagai program penyelenggaraan pendidikan, yaitu sertifikasi, uji kesetaraan guru, pendidikan, dan pelatihan..

Gambar

Gambar 2  Pernyataan Negatif  Saya mendapatkan sanksi dari kepala sekolah
Tabel 8  Kriteria Guilford
Tabel 10  Norma Kategorisasi  Norma/KriteriaSkor  Kategori                   X≤ µ -1,5σ  Sangat Rendah  µ - 1,5 σ  <X≤ µ -0,5 σ  Rendah    µ -0,5 σ  <X≤ µ +0,5 σ  Sedang    µ +0,5 σ <X≤ µ +1,5 σ  Tinggi        µ +1,5 σ <X   Sangat Tiinggi  Kete

Referensi

Dokumen terkait

Pada bulan ramadhan seperti ini merupakan kesempatan yang baik untuk meningkatkan iman dan takwa bagi umat muslim

Nilai sig value yang kurang dari 0.05 menunjukkan bahwa kecerdasan emosional, pendidikan dan pelatihan serta kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan

Tujuan penelitian adalah memperoleh gambaran dan menganalisis Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah dan Profesional Learning Community Terhadap Kinerja Mengajar

Hubungan antara Pengetahuan ibu hamil Tentang kekerangan energy kronik dengan kejadian kekurangan energi Kronik pada ibu hamil di puskesmas kajoran II magelang ;

Menurut defenisi di atas terlihat bahwa, anak-anak penyandang disabilitas dikategorikan menjadi dua bagian, yang pertama anak-anak yang mengalami masalah segi

Dengan berpedoman pada sastra di atas, bahwa seorang pemangku tugas pokoknya tidak cukup memberikan pelayanan kepada umat dalam rangka menyelesaikan upacara yajna

Penelitian ini bertujuan untuk : 1) mengetahui apakah ada pengaruh pembelajaran Concept Attainment Model dan Discovery Learning pada pokok materi Evolusi

doanya buat aku .. Makasih juga udah bantuin n nemenin ngerjain skripsi, sampe dturutin seharian bareng-bareng..:D. Buat Puji teman awal kuliah hingga akhir kuliah yang