PENGARUH JAMUR ENDOMIKORIZA, INTENSITAS
CAHAYA DAN KANDUNGAN AIR TANAH TERHADAP
PERTUMBUHAN SEMAI GAHARU (AQUILARIA
MALACCENSIS LAMK.) DI PERSEMAIAN
Mira Noviarti Salampessy1, Djumali Mardji2 dan Maman Sutisna3 1Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Halmahera Timur Provinsi Maluku Utara. 2Laboratorium Perlindungan Hutan Fahutan Unmul, Samarinda. 3Laboratorium Silvikultur Fahutan Unmul, SamarindaABSTRACT. Influence of Endomycorrhizal Fungus, Light Intensity and Soil Water Content on the Growth of Aquilaria malaccensis Lamk. Seedlings in the Nursery. The purposes of this research were to detect the influence of endomycorrhizal fungus inoculation, light intensity and soil water content as well as the interaction of these three factors on the growth of seedlings and to identify the morphology of endomycorrhiza on the Aquilaria malaccensis Lamk. roots. The research resulted that the height, diameter, number of leaves and fresh weight of inoculated seedlings were higher than those without inoculation. The height, diameter, number of leaves and fresh weight of the seedlings exposed to 99% light intensity were higher than those of 50 and 30% ones. The water content of 17 ml (60% of soil water content) was the best for the height growth and the fresh weight of the seedlings compared to the seedlings with 29 and 9 ml water (100 and 30% of soil water content), but it did not influence the stem diameter and the number of leaves of the seedlings. The combination of endomycorrhizal inoculation and light intensity were found to bring the best effect on the height, diameter and fresh weight of seedlings compared to the other treatment combinations. The seedlings which were treated by the combination of inoculation + water content, light intensity + water content, inoculation + light intensity + water content influenced well only on the fresh weight of the A.
malaccensis seedlings. The fungi which formed endomycorrhiza in the roots of A. malaccensis were Gigaspora sp. and Glomus clarum. To produce good A. malaccensis seddlings, it is suggested that the seedlings should be inoculated with
endomycorrhizal fungus with the light intensity of 99% and water content of 17 ml/polybag (60% of the soil water content). It is necessary to try out other mycorrhizal fungi to determine the most effective fungi associated with the roots of A. malaccensis.
Kata kunci: endomikoriza, intensitas cahaya, kandungan air tanah, pertumbuhan, gaharu
Getah gaharu merupakan salah satu komoditi elit hasil hutan bukan kayu (HHBK) yang mempunyai prospek cukup baik dikembangkan untuk ekspor, karena harganya sangat tinggi bila dibandingkan dengan HHBK lainnya. Nilai jual yang tinggi dari getah gaharu mendorong masyarakat untuk memanfaatkannya. Meningkatnya permintaan pasar dunia sejak tahun tujuh puluhan dan harga jual gaharu yang cukup tinggi menyebabkan perburuan terhadap tumbuhan penghasil gaharu di Indonesia semakin intensif dan tidak terkendali.
64 JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 1 (1), APRIL 2008
Mengingat produk gaharu hingga saat ini masih tergantung pada alam, maka upaya peningkatan pengetahuan masyarakat dalam budidaya gaharu perlu lebih dikembangkan, sehingga diharapkan produk gaharu akan menjadi sumber pendapatan alternatif masyarakat serta dapat menjadi salah satu sumber devisa bagi negara, menyongsong era globalisasi perdagangan bebas. Untuk membantu pertumbuhan dan meningkatkan daya hidup semai gaharu dalam pembudidayaannya diperlukan input energi, di antaranya yaitu dengan inokulasi jamur mikoriza, yang mana intensitas cahaya dan suhu tanah sangat memegang peranan penting dalam perkembangannya. Menurut Atmojo (2003), mikoriza yang terdapat pada tumbuhan famili Thymeleaceae adalah dari tipe endomikoriza (VAM). Faktor lainnya yang sangat diperlukan bagi pertumbuhan tanaman yaitu air. Menurut Soekotjo (1976), air merupakan salah satu unsur yang penting bagi semua tumbuh-tumbuhan baik secara ekologis maupun fisiologis.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh inokulasi jamur endomikoriza, intensitas cahaya dan kandungan air tanah serta interaksi ketiga faktor tersebut terhadap pertumbuhan semai Aquilaria malaccensis Lamk. yang meliputi tinggi, diameter batang, jumlah daun dan berat basah semai di persemaian dan untuk mengetahui morfologi mikoriza pada A. malaccensis yang meliputi bentuk dan warna akar mikoriza.
Dari hasil penelitian diharapkan dapat diperoleh informasi mengenai kebutuhan pertumbuhan (mikoriza, intensitas cahaya dan kandungan air tanah) semai A.
malaccensis sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam mengembangkan jenis
tersebut di persemaian. METODE PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di persemaian dan Laboratorium Perlindungan Hutan Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman. Analisis tanah dilaksanakan di Laboratorium Tanah Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman, kemudian dilanjutkan dengan menimbang berat basah semai di Laboratorium Silvikultur PPHT Unmul, Samarinda. Waktu penelitian adalah selama 6 bulan, mulai dari bulan Maret sampai dengan September 2005 dengan pola faktorial 233 dalam Rancangan Acak Berblok dengan tiga ulangan. Faktor pertama adalah inokulasi jamur endomikoriza (M) yang terdiri dari dua kategori, yaitu: m0 = tanpa inokulasi jamur endomikoriza dan m1 = inokulasi jamur endomikoriza. Faktor kedua adalah intensitas cahaya (N) yang terdiri dari tiga taraf, yaitu: n0 = 99%; n1 = 50% dan n3 = 30%. Faktor ketiga adalah kandungan air tanah yang terdiri dari tiga taraf, yaitu: a1 = 100%; a2 = 60% dan a3 = 30%. Perlakuan inokulasi jamur endomikoriza dikombinasikan dengan perlakuan intensitas cahaya dan kandungan air tanah diperoleh 18 kombinasi perlakuan. Masing-masing kombinasi perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali dan setiap ulangan terdiri dari 10 semai, sehingga jumlah semai seluruhnya adalah 2 inokulasi 3 intensitas cahaya 3 penyiraman 3 ulangan 10 semai 540 semai.
Penentuan persentase air penyiraman sebagai perlakuan dilakukan sebagai berikut: media tumbuh yang digunakan diambil sampelnya pada kondisi kapasitas lapang dengan menggunakan ring sample sebanyak 10 sampel, kemudian
Salampessy dkk. (2008). Pengaruh Jamur Endomikoriza 65 masing-masing ditimbang beratnya (w1). Setelah itu tanah dikeringkan ke dalam oven selama 24 jam dengan suhu 105C, lalu ditimbang untuk mengetahui berat keringnya (w2) (Ana dkk., 1985).
Penyiraman dilakukan tiga hari sekali sesuai perlakuan masing-masing dengan menggunakan air PDAM yang ditampung terlebih dahulu di dalam drum. Air diberikan dengan menggunakan gelas ukur, masing-masing volumenya disesuaikan dengan perlakuan.
Kandungan air tanah ditentukandengan menggunakan rumus {(w1 – w2) / w2} 100%. W1 = rata-rata berat basah tanah kapasitas lapang. W2 = rata-rata berat tanah kering oven.
Kemudian hasilnya dikonversi per polybag untuk menentukan volume air penyiraman sebagai berikut: P / V = P’ / V’ P’= V’ P’ / V’. P = berat tanah
pada kondisi lapang dalam ring. V = volume air maksimum dalam ring. P = berat tanah pada kondisi lapang dalam polybag. V = volume air pada kondisi lapang dalam polybag.
Sesuai dengan hasil analisis tanah dari Laboratorium Tanah Fakutas Pertanian Universitas Mulawarman, maka dapat dihitung kandungan air tanah sebagai berikut: Kandungan air tanah = {(214,80 184,08) / (184,08)} 100%
= 16,69% (sebagai dasar volume air penyiraman 100%) Hasilnya dikonversi per polybag untuk menentukan volume air penyiraman dan digunakan rumus seperti di atas, yang mana:
P = berat tanah pada kondisi lapang dalam ring = 234,93 g V = volume air maksimum dalam ring = 16,69 234,93 g
P = berat tanah pada kondisi lapang dalam polybag = 172,47 g
V = volume air pada kondisi lapang dalam polybag
Volume air penyiraman 100% dari kandungan air tanah (a1) =
{(172,47 g x 16,69% 234,93 g) / 234,93 g} 100% = 28,79 ml setara 29 ml Volume air penyiraman 60% dari kandungan air tanah (a2) =
{(172,47 g x 16,69% 234,93 g) / 234,93 g} 60% = 17,26 ml setara 17 ml Volume air penyiraman 40% dari kandungan air tanah (a3) =
{(172,47 g x 16,69% 234,93 g) / 234,93 g} 30% = 8,64 ml setara 9 ml Penyiraman dibedakan sebagai berikut:
a1 = penyiraman 100% dari kandungan air tanah (= 29 ml) a2 = penyiraman 60% dari kandungan air tanah (= 17 ml) a3 = penyiraman 30% dari kandungan air tanah (= 9 ml)
Inokulasi jamur mikoriza dilakukan bersamaan pada saat benih ditanam. Setiap polybag diberi 10 g butiran jamur endomikoriza dan dibenamkan ke dalam tanah di bawah benih. Tanah dan benih yang dipersiapkan untuk kontrol tidak diinokulasi. Polybag-polybag yang telah berisi media dan benih yang telah diinokulasi dan tanpa inokulasi diletakkan di bawah naungan yang berbeda dengan menggunakan sarlon. Intensitas cahaya di bawah sarlon diukur dengan menggunakan Digital Lux Meter Model DX100. Semai dengan naungan ringan (intensitas cahaya 99%) adalah yang diberi naungan 1 lapis plastik transparan putih, semai dengan naungan sedang (intensitas cahaya 50%) adalah semai yang diberi naungan 2 lapis plastik transparan
66 JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 1 (1), APRIL 2008
putih dan 1 lapis sarlon warna hitam, semai dengan naungan berat (intensitas cahaya 30%) adalah semai yang diberi naungan 2 lapis plastik transparan putih dan 2 lapis sarlon warna hitam.
Rumus untuk menghitung persentase naungan (intensitas cahaya relatif/ICR) adalah sebagai berikut: ICR = (ICS / ICT) x 100%. ICS = Intensitas cahaya di bawah sarlon. ICT = Intensitas cahaya di tempat terbuka.
Data yang diamati adalah tinggi semai, diameter batang, jumlah daun, berat basah dan karakteristik endomikoriza.
Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan semai, maka data dianalisis dengan menggunakan program Statgraph Plus Versi 4,0 for Windows dengan buku panduan Statistical Procedures for Agricultural Research (Gomez dan Gomez, 1984) dalam bentuk sidik ragam uji-F. Selanjutnya jika hasil uji-F menunjukkan perbedaan sangat signifikan atau signifikan dari parameter yang diamati, maka dilakukan Uji Jarak Berganda Duncan atau Duncans Multiple Range Test (DMRT) dengan rumus: LSR = (SSR)P x KRG / r. LSR = Jarak Nyata Terkecil (Least Significant Range). (SSR)P = Nilai Jarak Nyata (dalam tabel). KRG = Kuadrat Rata-rata Galat. r = ulangan
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pertambahan Tinggi Semai
Pada Tabel 1 ditampilkan pengaruh inokulasi jamur endomikoriza, intensitas cahaya dan kandungan air tanah terhadap pertambahan tinggi semai A. malaccensis selama 5 bulan di persemaian. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa inokulasi jamur endomikoriza (m1) menghasilkan pertambahan tinggi semai terbesar, yaitu 9,17 cm, sedangkan semai yang tidak diinokulasi (kontrol/m0) hanya 6,28 cm. Hal ini disebabkan karena jamur dapat bersimbiosis dengan akar dan membentuk endomikoriza yang berperan dalam hal perluasan daerah penyerapan akar melalui pembentukan hifa-hifa jamur yang sangat halus yang mampu menembus pori-pori tanah dan juga agregat-agregat/butir-butir tanah yang kemudian mengikat air dan unsur hara (Mark, 1980).
Seperti yang dijelaskan oleh Smith dkk. (1988), bahwa peran jamur mikoriza pada semai adalah pengambilan zat hara (nutrient) dan air dengan memperluas penyerapan akar. Selain itu fungsi utama jamur mikoriza adalah membantu inangnya dalam penyerapan unsur fosfor (P) dan meningkatkan penyerapan unsur K, S, Sr, Zn, N, Na dan unsur mobil lainnya. Fakuara dan Setiadi (1990) mengemukakan, bahwa semai yang diinokulasi dengan jamur mikoriza dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi bila dibandingkan dengan yang tidak diinokulasi.
Pertambahan tinggi semai A. malaccensis yang diberi intensitas cahaya 99% (n0) adalah paling besar, yaitu 9,26 cm kemudian disusul oleh semai yang diberi intensitas cahaya 50% (n1), yaitu 7,27 cm dan yang paling kecil pertambahan tingginya adalah semai yang diberi intensitas cahaya 30% (n2), yaitu 6,66 cm (Tabel 1). Semai yang diberi intensitas cahaya 99% (n0) berbeda signifikan dengan yang diberi intensitas cahaya 50% (n1) dan intensitas cahaya 30% (n2). Hal ini disebabkan karena pada intensitas cahaya rendah, proses fotosintesis tidak dapat
Salampessy dkk. (2008). Pengaruh Jamur Endomikoriza 67 berlangsung dengan sempurna. Sesuai dengan pendapat Soekotjo (1976), bahwa semai yang tumbuh pada intensitas cahaya rendah mengakibatkan pengaruh yang berlawanan yaitu suhu rendah, sehingga proses fotosintesis tidak dapat berlangsung dengan baik bila kurang mendapat cahaya matahari, maka pembentukkan karbohidrat yang diperlukan semai sangat terbatas. Sebayang (1993) mengemukakan, bahwa pertumbuhan tinggi berhubungan erat dengan laju fotosintesis dan respirasi, yang mana laju fotosintesis sebanding dengan intensitas cahaya yang diterima, tetapi pada titik jenuh cahaya, semai tidak mampu mengubah
Tabel 1. Pengaruh Inokulasi Jamur Endomikoriza, Intensitas Cahaya dan Kandungan Air Tanah terhadap Pertambahan Tinggi (cm) Semai A. malaccensis Selama 5 Bulan di Persemaian
Jamur endomikoriza (M)
Intensitas cahaya (N)
Kandungan air tanah (ml) (A)
Pertambahan tinggi (cm) Tanpa inokulasi/ Ringan (n0) 29 (a1) 6,53
Kontrol (m0) 17 (a2) 7,00 9 (a3) 6,84 Rata-rata m0n0A 6,79 Sedang (n1) 29 (a1) 6,14 17 (a2) 6,43 9 (a3) 6,22 Rata-rata m0n1A 6,26 Berat (n2) 29 (a1) 5,63 17 (a2) 6,07 9 (a3) 5,70 Rata-rata m0n2A 5,80
Rata-rata kontrol (m0NA) 6,28b
Inokulasi (m1) Ringan (n0) 29 (a1) 8,05 17 (a2) 8,54 9 (a3) 8,26 Rata-rata m1n0A 8,28 Sedang (n1) 29 (a1) 9,76 17 (a2) 14,11 9 (a3) 11,30 Rata-rata m1n1A 11,72 Berat (n2) 29 (a1) 7,26 17 (a2) 7,80 9 (a3) 7,42 Rata-rata m1n2A 7,49
Rata-rata inokulasi (m1NA) 9,17a
Rata-rata n0 9,26a Rata-rata n1 7,27b Rata-rata n2 6,66b Rata-rata a1 7,22b Rata-rata a2 8,33a Rata-rata a3 7,63ab
Keterangan: Angka rata-rata faktor yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda signifikan berdasarkan uji DMRT 0,05. LSD M 0,05 = 0,67; LSD N 0,05 = 0,82; LSD A = 0,82
68 JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 1 (1), APRIL 2008
hasil fotosintesis walaupun jumlah cahaya bertambah, sehingga tiap jenis dan tingkat pertumbuhannya akan memerlukan cahaya yang berbeda.
Pertambahan tinggi semai A. malaccensis yang diberi air 60% (17 ml/polybag) (a2) adalah paling besar, yaitu 8,33 cm, kemudian disusul oleh semai yang diberi air 30% (9 ml/polybag) (a3), yaitu 7,63 cm dan yang paling kecil pertambahan tingginya adalah semai yang diberi air 100% (29 ml/polybag) (a1), yaitu 7,22 cm (Tabel 1). Hal ini disebabkan pada perlakuan air 60% (a2), pori-pori tanah yang berisi air dan udara seimbang, sehingga aerasinya baik. Keadaan ini menyebabkan absorbsi dan respirasi oleh akar berlangsung dengan baik, sehingga hal ini dapat meningkatkan pertambahan tinggi. Hasil terbaik didapat bila inokulasi endomikoriza dan intensitas cahaya diberikan secara bersamaan daripada diberi jamur endomikoriza saja atau intensitas cahaya saja. Hasil penelitian ini mendukung pendapat Bakshi (1974), bahwa jika semai dinaungi di bawah 25% dari jumlah intensitas cahaya, maka perkembangan mikoriza akan mengalami kegagalan atau pertumbuhan semai akan terhambat. Semakin besar intensitas cahaya sampai intensitas cahaya penuh, maka proses fotosintesis akan meningkat, sehingga akan terbentuk pula karbohidrat bagi keperluan semai dan juga untuk jamur endomikoriza.
Pertambahan Diameter Batang Semai
Pada Tabel 2 ditampilkan pengaruh inokulasi jamur endomikoriza, intensitas cahaya dan kandungan air tanah terhadap pertambahan diameter batang semai A.
malaccensis selama 5 bulan di persemaian.
Tabel 2. Pengaruh Inokulasi Jamur Endomikoriza, Intensitas Cahaya dan Kandungan Air Tanah terhadap Pertambahan Diameter Batang (cm) Semai A. malaccensis Selama 5 Bulan di Persemaian
Jamur endomikoriza (M)
Intensitas cahaya (N)
Kandungan air tanah (ml) (A)
Pertambahan batang (cm)
Tanpa inokulasi/ Ringan (n0) 29 (a1) 0,10
Kontrol (m0) 17 (a2) 0,11 9 (a3) 0,11 Rata-rata m0n0A 0,11 Sedang (n1) 29 (a1) 0,10 17 (a2) 0,10 9 (a3) 0,10 Rata-rata m0n1A 0,10 Berat (n2) 29 (a1) 0,08 17 (a2) 0,09 9 (a3) 0,09 Rata-rata m0n2A 0,09
Salampessy dkk. (2008). Pengaruh Jamur Endomikoriza 69 Tabel 2 (lanjutan) Jamur endomikoriza (M) Intensitas cahaya (N)
Kandungan air tanah (ml) (A)
Pertambahan batang (cm)
Inokulasi (m1) Ringan (n0) 29 (a1) 0,17
17 (a2) 0,19 9 (a3) 0,19 Rata-rata m1n0A 0,18 Sedang (n1) 29 (a1) 0,14 17 (a2) 0,17 9 (a3) 0,15 Rata-rata m1n1A 0,15 Berat (n2) 29 (a1) 0,12 17 (a2) 0,12 9 (a3) 0,12 Rata-rata m1n2A 0,12
Rata-rata inokulasi (m1NA) 0,15a
Rata-rata n0 0,15a Rata-rata n1 0,13b Rata-rata n2 0,11c Rata-rata a1 0,12a Rata-rata a2 0,13a Rata-rata a3 0,13a
Keterangan: Angka rata-rata faktor yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda signifikan berdasarkan uji DMRT 0,05. LSD M 0,05 = 0,01; LSD N 0,05 = 0,01; LSD A 0,05 = 0,01
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa perlakuan inokulasi menyebabkan perbedaan sangat signifikan terhadap pertambahan diameter batang semai. Semai yang diberi intensitas cahaya 99% (n0) berbeda signifikan dengan yang diberi intensitas cahaya 50% (n1) dan intensitas cahaya 30% (n2). Hal ini disebabkan semakin tinggi intensitas cahaya, maka pertumbuhan dan akumulasi bahan organik akan semakin meningkat. Soeseno (1974) mengemukakan, bahwa bila intensitas cahaya tinggi, maka pertumbuhan dan akumulasi bahan organik meningkat, karena proses fotosintesis meningkat. Selanjutnya dengan dialirkannya bahan organik tersebut ke seluruh bagian semai akan terjadi pertumbuhan ke arah samping karena terjadinya proses pembelahan sel pada jaringan meristematik. Pertambahan diameter batang semai A. malaccensis yang diberi kombinasi perlakuan inokulasi jamur endomikoriza dan intensitas cahaya 99% (m1n0) adalah yang paling besar, yaitu 0,18 cm, sedangkan yang paling kecil pertambahan diameternya adalah semai tanpa inokulasi dengan intensitas cahaya 30%, yaitu 0,09 cm (Tabel 2). Pemberian kandungan air tanah yang berbeda menyebabkan perbedaan signifikan terhadap pertambahan diameter batang semai.
Pertambahan Jumlah Daun Semai
70 JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 1 (1), APRIL 2008
cahaya dan kandungan air tanah terhadap pertambahan jumlah daun semai A.
malaccensis selama 5 bulan di persemaian. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa
inokulasi jamur endomikoriza (m1) menghasilkan pertambahan jumlah daun semai terbanyak, yaitu 9,11 helai, sedangkan semai yang tidak diinokulasi (kontrol/m0) hanya 6,48 helai. Hal ini disebabkan karena dengan adanya endomikoriza, maka unsur hara yang diserap oleh semai semakin meningkat sehingga pertumbuhan semai semakin meningkat pula, salah satu di antaranya adalah pertambahan jumlah daun. Smith dkk. (1988) mengemukakan, bahwa jumlah unsur hara yang diserap semai yang
Tabel 3. Pengaruh Inokulasi Jamur Endomikoriza, Intensitas Cahaya dan Kandungan Air Tanah terhadap Pertambahan Jumlah Daun (helai) Semai A. malaccensis Selama 5 Bulan di Persemaian
Jamur endomikoriza (M)
Intensitas cahaya (N)
Kandungan air tanah (ml) (A)
Pertambahan jumlah daun (helai)
Tanpa inokulasi/ Ringan (n0) 29 (a1) 7,12
Kontrol (m0) 17 (a2) 7,47 9 (a3) 7,33 Rata-rata m0n0A 7,27 Sedang (n1) 29 (a1) 6,37 17 (a2) 6,67 9 (a3) 6,43 Rata-rata m0n1A 6,49 Berat (n2) 29 (a1) 5,30 17 (a2) 5,97 9 (a3) 5,63 Rata-rata m0n2A 5,63
Rata-rata kontrol (m0NA) 6,48b
Inokulasi (m1) Ringan (n0) 29 (a1) 10,03 17 (a2) 12,47 9 (a3) 11,03 Rata-rata m1n0A 11,18 Sedang (n1) 29 (a1) 8,13 17 (a2) 9,02 9 (a3) 8,43 Rata-rata m1n1A 8,53 Berat (n2) 29 (a1) 7,53 17 (a2) 7,80 9 (a3) 7,57 Rata-rata m1n2A 7,63 Rata-rata inokulasi (m1NA) 9,11a
Rata-rata n0 9,24a Rata-rata n1 7,51b Rata-rata n2 6,63c Rata-rata a1 7,42a Rata-rata a2 8,23a Rata-rata a3 7,73a
Keterangan: Angka rata-rata faktor yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda signifikan berdasarkan uji DMRT 0,05. LSD M 0,05 = 0,79; LSD N = 0,97; LSD A = 0,97
Salampessy dkk. (2008). Pengaruh Jamur Endomikoriza 71 diinokulasi dengan jamur endomikoriza lebih banyak dibandingkan dengan semai yang tidak diinokulasi, sehingga hal ini berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan semai yang mana semai akan menjadi lebih meningkat pertumbuhannya. Pertambahan jumlah daun semai A. malaccensis yang diberi intensitas cahaya 99% (n0) adalah paling banyak, yaitu 9,24 helai. Hal ini berarti proses fotosintesis berlangsung dengan baik pada intensitas cahaya 99%.
Berat Basah Semai
Pada Tabel 4 ditampilkan pengaruh inokulasi jamur endomikoriza, intensitas cahaya dan kandungan air tanah terhadap berat basah semai A. malaccensis selama 5 bulan di persemaian.
Tabel 4. Pengaruh Inokulasi Jamur Endomikoriza, Intensitas Cahaya dan Kandungan Air Tanah terhadap Berat Basah (gr) Semai A. malaccensis Selama 5 Bulan di Persemaian
Jamur endomikoriza (M)
Intensitas cahaya (N)
Kandungan air tanah (ml) (A)
Berat basah (gr) Tanpa inokulasi/ Ringan (n0) 29 (a1) 0,36
Kontrol (m0) 17 (a2) 0,40 9 (a3) 0,37 Rata-rata m0n0A 0,38 Sedang (n1) 29 (a1) 0,34 17 (a2) 0,34 9 (a3) 0,34 Rata-rata m0n1A 0,34 Berat (n2) 29 (a1) 0,33 17 (a2) 0,30 9 (a3) 0,28 Rata-rata m0n2A 0,30
Rata-rata kontrol (m0NA) 0,34b
Inokulasi (m1) Ringan (n0) 29 (a1) 0,74
17 (a2) 1,71 9 (a3) 1,48 Rata-rata m1n0A 1,31 Sedang (n1) 29 (a1) 0,57 17 (a2) 0,73 9 (a3) 0,58 Rata-rata m1n1A 0,63 Berat (n2) 29 (a1) 0,40 17 (a2) 0,50 9 (a3) 0,42 Rata-rata m1n2A 0,44
Rata-rata inokulasi (m1NA) 0,79a
Rata-rata n0 0,84a Rata-rata n1 0,49b Rata-rata n2 0,37c Rata-rata a1 0,44c Rata-rata a2 0,67a Rata-rata a3 0,58b
Keterangan: Angka rata-rata faktor yang diikuti oleh huruf yang sama berarti tidak berbeda signifikan berdasarkan uji DMRT 0,05. LSD M 0,05 = 0,79; LSD N 0,05 = 1,38; LSD A 0,05 = 1,38
72 JURNAL KEHUTANAN TROPIKA HUMIDA 1 (1), APRIL 2008
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa semai yang diberi kombinasi perlakuan inokulasi jamur endomikoriza, intensitas cahaya 99% dan air 60% (m1n0a2) berbeda signifikan dengan perlakuan yang lain. Hal ini disebabkan karena pada interaksi ketiga faktor ini menyebabkan laju fotosintesis semai A. malaccensis berlangsung paling baik, sehingga karbohidrat tersedia dalam jumlah yang cukup. Selain itu disebabkan juga karena penyerapan unsur hara berlangsung dengan baik. Hasil fotosintesis digunakan untuk pertumbuhan tinggi, diameter dan jumlah daun. Dengan demikian berat basahnya paling berat daripada perlakuan lainnya.
Morfologi Endomikoriza
Pada akar pendek semai A. malaccensis terbentuk endomikoriza. Endomikoriza memberikan sedikit perubahan bentuk pada akar, terutama dalam hal morfologinya yaitu permukaan akar lebih halus daripada akar ektomikoriza.Ciri-ciri endomikoriza adalah hifa jamur bersifat interseluler, yaitu memasuki ruang sel-sel korteks akar. Miselium jamur endomikoriza berada di dalam sel-sel korteks, berbentuk seperti benang dengan cabang melingkar-lingkar (vesikuler) dan berbentuk tangkai bunga yang tersusun dari hifa (arbuskuler). Hifa-hifa jamur endomikoriza ini berwarna coklat. Pada semai A. malaccensis tidak terlihat adanya pembengkakan pada akar pendek, karena akar yang mempunyai endomikoriza tidak mempunyai selubung jamur (mantle), jaring Hartig (Hartig’s net) dan tidak mempunyai hifa intraseluler.
Inokulum yang digunakan adalah dari jenis Gigaspora sp. dan Glomus clarum. Kedua jenis jamur ini masing-masing termasuk bangsa (ordo) Glomales dari suku Gigasporaceae (Gigaspora sp.) dan Glomaceae (Glomus clarum).Spora Gigaspora sp. lebih besar ukurannya bila dibandingkan dengan Glomus clarum. Spora
Gigaspora sp. yang ditemukan berwarna kuning agak kecoklatan, sedangkan Glomus clarum berwarna coklat kehijauan. Spora Gigaspora sp. lebih besar
ukurannya bila dibandingkan dengan Glomus clarum dengan bentuk yang sama-sama bulat. Semai A. malaccensis yang tidak diinokulasi dengan jamur endomikoriza, penampang akar pendeknya tampak bersih tidak ada hifa jamur. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Semai A. malaccensis yang diinokulasi dengan jamur endomikoriza mempunyai pertambahan tinggi, diameter, jumlah daun dan berat basah lebih besar daripada yang tidak diinokulasi, begitu juga semai yang diberi intensitas cahaya 99% bila dibandingkan dengan yang diberi intensitas cahaya 50 dan 30%.
Pemberian air sebanyak 17 ml (60% dari kandungan air tanah) adalah yang terbaik untuk pertambahan tinggi dan berat basah semai bila dibandingkan semai yang diberi air sebanyak 29 dan 9 ml (100 dan 30% dari kandungan air tanah), tetapi tidak berpengaruh terhadap pertambahan diameter batang dan jumlah daun semai.
Pertambahan tinggi, diameter batang dan berat basah semai dari perlakuan kombinasi antara inokulasi jamur endomikoriza dan intensitas cahaya adalah yang terbaik bila dibandingkan dengan semai dari perlakuan kombinasi lainnya, sedangkan semai dari perlakuan kombinasi inokulasi + pemberian air, intensitas
Salampessy dkk. (2008). Pengaruh Jamur Endomikoriza 73 cahaya + pemberian air, inokulasi + intensitas cahaya + pemberian air hanya berpengaruh baik terhadap berat basah semai A. malaccensis.
Tipe mikoriza yang terdapat pada A. malaccensis adalah endomikoriza yaitu dari tipe vesikuler-arbuskuler, yang mana hifa-hifa jamurnya menginfeksi sel-sel korteks secara interseluler.
Jamur yang membentuk endomikoriza pada akar A. malaccensis adalah
Gigaspora sp. dan Glomus clarum. Spora jamur Gigaspora sp. berbentuk bulat
dengan warna kuning agak keputihan dengan ukuran lebih besar dibandingkan spora jamur Glomus clarum. Spora jamur Glomus clarum berbentuk bulat dengan warna coklat keabu-abuan.
Saran
Untuk menghasilkan pertumbuhan semai A. malaccensis dengan baik, disarankan semai diinokulasi dengan jamur endomikoriza dengan intensitas cahaya 99% dan pemberian air sebanyak 17 ml/polybag (60% dari kandungan air tanah).
Perlu dicoba menggunakan jenis jamur endomikoriza lainnya selain Gigaspora sp. dan Glomus clarum untuk mengetahui jenis jamur mana yang paling efektif bersimbiosis dengan akar A. malaccensis.
DAFTAR PUSTAKA
Anna, K.P.Y.; J.L. Nanere; Arifin; S.S.R. Samosir; R. Tangkaisari; J.R. Lalopua; B. Ibrahim dan H. Asmadi. 1985. Dasar-dasar Ilmu Tanah. BKS-PTN-IBT, Ujung Pandang. 241 h. Atmojo, K.S. 2003. Sudah Gaharu Super Pula. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. 48 h.
Bakshi, B.K. 1974. Mycorrhiza and Its Role in Forestry. Project Report Forest Research Institute and Colleges, Dehra Dun, India. 86 h.
Fakuara, Y.M. dan Y. Setiadi. 1990. Aplikasi Mikroba dalam Pembangunan HTI. Prosiding Seminar Bioteknologi Hutan. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Gomez, A.K dan A.A. Gomez. 1984. Statistical Procedures for Agricultural Research. 2nd Edition. John Wiley and Sons, New York. 680 h.
Mark, D.H. 1980. Ectomycorrhizal Fungus Inoculations: A Tool for Improving Forestation Practices. In “Tropical Mycorrhiza Research” (Mikola, P., Ed). Oxford University Press, New York. h 1371.
Sebayang, F. 1993. Pengaruh Penyiraman dan Naungan terhadap Beberapa Jenis Anakan Dipterocarpaceae. Skripsi Sarjana Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Samarinda.
Smith, W.T.M.; D. Leppe dan M. Noor. 1988. Metode Inokulasi untuk Persemaian Dipterocarpaceae. Asosiasi Panel Kayu Indonesia, Jakarta.
Soekotjo, W. 1976. Silvika. Pusat Pendidikan Kehutanan Cepu. Direksi Perum Perhutani, Cepu.
Soeseno, O.H. 1974. Fisiologi Tumbuh-tumbuhan. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor. 277 h.