• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS STRUKTUR MANTRA NERANG DI DESA MULYA JAYA KECAMATAN BAHAR UTARA KABUPATEN MUARO JAMBI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS STRUKTUR MANTRA NERANG DI DESA MULYA JAYA KECAMATAN BAHAR UTARA KABUPATEN MUARO JAMBI"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS STRUKTUR MANTRA NERANG DI DESA MULYA JAYA KECAMATAN BAHAR UTARA KABUPATEN MUARO JAMBI

Ganjar Pamungkas (RRA1B110085), dibawah bimbingan Dr. Sudaryono, M.Pd (I), dan Drs. Maizar Karim, M.Hum (II) Jurusan Pendidikan Bahasa dan seni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Jambi

Abstrak: Mantra merupakan salah satu produk sastra sebagai sebuah kebudayaan yang pernah mewarnai dan mengiringi perjalanan hidup masyarakat Indonesia. Sebagai produk sastra, mantra menjadi unik dan menarik karena adanya unsur magis dan kepercayaan didalamnya. Seeperti halnya mantra Nerang, mantra ini digunakan berdasarkan tujuannya untuk mengharapkan tidak turun hujan, memindahkan hujan, dan menolak hujan. Berdasarkan latar belakang, maka masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah (1) bagaimana struktur fisik (bait, baris, kata, dan bunyi) mantra Nerang, (2) bagaimana struktur batin (makna dan fungsi) mantra Nerang. Sehingga menghasilkan tujuan mendeskripsikan bagaimana struktur fisik dan struktur batin pada mantra Nerang. Penelitian ini menggunakan pendekatan objektif, dan termasuk dalam penelitian kualitatif. Dalam mengumpulkan data, peneliti menggunakan teknik wawancara, observasi, dan catatan lapangan. Data yang didapat, kemudian dianalisis menggunakan langkah-langkah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi. Berdasarkan hasil analisis data, dapat disimpulkan bahwa struktur fisik mantra Nerang (bait, larik, kata, dan bunyi), berjumlah satu bait, larik terpendek terdapat pada mantra Nerang Joko Hari Nugroho, sedangkan larik terpanjang terdapat pada mantra Nerang Tolak Banyu, sedangkan kata yang digunakan pada mantra Nerang semuanya memiliki struktur kalimat yang lengkap, dan bunyi yang terkandung dalam mantra Nerang banyak menggunakan rima aliterasi dan rima awal. Dan struktur batin (makna dan fungsi), makna yang terdapat pada mantra Nerang semuanya mengandung makna denotasi, konotasi, dan penggunaan bahasa asing. Unsur pembangun mantra yang terdapat dalam mantra Nerang, tidak satupun yang memiliki komponen unsur yang sempurna. Sedangkan unsur pembangun bahasa mantra banyak ditemukan pada unsur dasanama, dan tidak semua mantra Nerang memiliki unsur pembangun bahasa mantra yang lengkap. Kata-Kata Kunci: struktur, mantra, mantra nerang

PENDAHULUAN

Dalam sastra lisan tentunya terdapat bermacam-macam bentuk, fungsi, dan jenis yang berbeda. Salah satu jenis sastra lama adalah mantra. Mantra merupakan salah satu bentuk puisi lama dan dianggap sebagai puisi tertua di Indonesia.

(2)

Mantra sebagai bentuk puisi lama tentunya mempunyai ciri sebagaimana halnya dengan karya klasik lainnya, antara lain tidak memiliki nama pengarang. Itulah sebabnya mantra dikatakan sebagai salah satu jenis puisi tertua. Mantra berhubungan dengan sikap religius manusia, untuk memohon sesuatu kepada Tuhan. Dalam permohonan tersebut diperlukan kata-kata pilihan yang berkekuatan gaib yang oleh penciptanya dipandang mempermudah hubungan dengan Tuhan. Mantra juga bersifat sakral, oleh karena itu, mantra sering kali tidak boleh di ucapkan oleh sembarang orang. Hanya pawang yang berhaklah yang boleh mengucapkannya. Pengucapannya pun harus disertai dengan ritual atau magis. Dengan suasana ritual atau magis itulah mantra akan menimbulkan kekuatan gaib. Di Indonesia, mantra masih dipercaya sebagai salah satu pilihan dalam menangani suatu keadaan atau permasalahan. Misalnya saja masyarakat Jawa yang sampai sekarang masih kental dalam menggunakan mantra, yang konon bisa membantu keadaan masyarakat dalam membaca kehidupan, menjaga raga, ataupun sebagai pengais rezeki. Semua kenyataan ini memang diluar akal yang rasional. Akan tetapi, dari semua yang sudah ada, mau tidak mau kita memang harus mempercayai bahwa mantra-mantra itu memang memiliki khasiat atau kegunaannya. Mantra Nerang adalah salah satunya, mantra ini biasanya digunakan untuk mewujudkan harapan tidak turun hujan ketika masyarakat memiliki hajat atau acara akbar.

TINJAUAN PUSTAKA Mantra

Menurut definisi secara umum, kata mantra diambil dari bahasa Sanskerta, yaitu “mantra” atau “manir”, yang merujuk pada kata-kata dalam kitab suci umat Hindu, Veda. Mantra, menurut para pakar dan pengamat kebudayaan, dianggap sebagai sastra paling awal dikenal oleh manusia. Di Indonesia, mantra atau sastra lisan sudah ada dikenal ( berkembang ) semenjak manusia purba. Dalam masyarakat Melayu, mantra juga dikenal sebagai jampi-jampi atau seru, adalah sejenis pengucapan yang terdengar seperti puisi yang mengandung unsur supranatural dan di tunjukan untuk memenuhi keinginan perapal atau penuturnya Bagi orang Jawa, mantra biasanya diucapkan dengan cara dihafal dan pembacaan

(3)

mantra diyakini dapat menimbulkan kekuatan gaib untuk membantu meraih tujuan-tujuan tertentu. Mantra memiliki arti perkataan atau ucapan yang memiliki kekuatan gaib, misalnya dapat menyembuhkan atau mendatangkan celaka, dan sebagainya. Mantra juga memiliki susunan kata berunsur puisi (seperti rima dan irama) yang mengandung kekuatan gaib (Alwi, Hasan. 2007).

Jenis Mantra

Dalam kehidupan sehari-hari masyarakat masih dipengaruhi oleh adanya mantra. Ini terjadi karena mereka memahami secara keseluruhan jenis dan tujuan pelafalannya. Jenis mantra berdasarkan tujuan pelafalannya dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu mantra untuk pengobatan, mantra untuk pakaian atau pelindung diri, mantra untuk pekerjaan, dan mantra adat-istiadat.

Struktur Fisik Mantra

Ratna (2011:93) menjelaskan struktur fisik secara defenitif strukturalisme memberi perhatian terhadap analisis unsur-unsur karya dalam hal karya sastra, setiap karya memiliki unsur yang berbeda. Lebih lanjut Ratna (2011: 93) mengungkapkan dengan hal ini, maka karya sastra memiliki ciri khas otonom dan tidak bisa digeneralisasikan. Setiap penilaian akan memberikan hasil yang berbeda.

Struktur Batin Makna

Makna adalah arti atau maksud yang tersimpul dari suatu kata, jadi makna dengan bendanya sangat bertautan dan saling menyatu. Jika suatu kata tidak bisa dihubungkan dengan bendanya, peristiwa atau keadaan tertentu maka kita tidak bisa memperoleh makna dari kata itu (Tjiptadi, 1984:19). Kata-kata yang berasal dari dasar yang sama sering menjadi sumber kesulitan atau kesalahan berbahasa, maka pilihan dan penggunaannya harus sesuai dengan makna yang terkandung dalam sebuah kata.

Fungsi

Ada beberapa fungsi karya sastra, salah satunya yaitu untuk mengkomunikasikan ide dan menyalurkan pikiran serta perasaan estetis manusia pembuatnya. Ide itu disampaikan lewat amanat yang pada umumnya ada dalam sastra. Selain ide, dalam sastra terdapat juga deskripsi berbagai peristiwa,

(4)

gambaran psikologis, dan berbagai dinamika penyelesaian masalah. Hal ini dapat menjadi sumber pemikiran dan inspirasi bagi pembacanya. Konflik-konflik dan tragedi yang digambarkan dalam karya sastra memberikan kesadaran pada pembaca bahwa hal itu dapat terjadi dalam kehidupan nyata dan dialami langsung oleh pembaca.

Unsur Pembangun Mantra

Struktur mantra tidak memiliki pola umum, tetapi mantra mempunyai komponen atau komposisi pembentuk dan unsur pembangun bahasa mantra. Mantra tersusun atas unsur-unsur yang membentuk struktur yang disebut struktur mantra. “Unsur-unsur tersebut jalin-menjalin secara erat dan sistematis sehingga membentuk kesatuan dan keutuhan karya sastra” Noeradyo (2008). Kesatuan dan keutuhan dianggap penting karena karya sastra pada dasarnya merupakan susunan yang bersistem. Secara garis besar, struktur mantra terdiri atas enam unsur atau bagian. Keenam unsur yang membentuk struktur mantra tersebut meliputi unsur judul, unsur pembuka, unsur niat, unsur sugesti, unsur tujuan, dan unsur penutup. Unsur Pembangun Bahasa Mantra

Pada prinsipnya mantra bukanlah penggunaan bahasa sehari-hari, bukanlah sekedar penggunaan bahasa biasa (lumrah) karena menyangkut kehidupan rohaniah masyarakat Jawa. Kehidupan rohaniah yang suci dan agung, yang harus dihormati dan diusahakan secara khas. Dapat disebutkan bahwa mantra menggunakan lima alat bahasa indah, yaitu tembung saroja, tembung entar, dasanama, pralambang, dan kata khusus.

METODE PENELITIAN

Jenis dan Pendekatan Penelitian

Penelitian “Analisis Struktur Mantra Nerang di Desa Mulya Jaya Kecamatan Bahar Utara Kabupaten Muaro Jambi” termasuk dalam jenis penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis. Penelitian kualitatif lebih menekankan proses dari pada hasil, hal ini disebabkan hubungan antar bagian-bagian yang diteliti akan lebih jelas jika diamati dalam proses.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan objektif. Pendekatan objektif adalah pendekatan yang memberikan perhatian

(5)

penuh pada karya sastra sebagai unsur intrinsik dalam suatu cipta sastra (mantra) serta melihat bagaimana hubungan antar unsur yang satu dengan lainnya serta peranan unsur-unsur tersebut.

Data dan Sumber Data

Data dalam penelitian ini adalah data verbal mengenai struktur fisik (bait, larik, kata, dan bunyi), dan struktur batin (makna dan fungsi) yang terdapat dalam mantra Nerang.

Sumber data dalam penelitian ini adalah mantra Nerang. Mantra Nerang inilah yang digunakan sebagai objek penelitian. Subyeknya adalah Mbah Tukijan (68 tahun), Mbah Pasar (69 tahun), Bapak Damis (56 tahun), Mbah Surat (73 tahun), Mbah Slamet (68 tahun), Mbah Ngatwanto (73 tahun), yang dikenal sebagai sesepuh Desa, dukun, atau orang berilmu supranatural.

Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara yang digunakan peneliti untuk mendapatkan serta mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk menjawab masalah penelitian. Dalam penelitian kualitatif data yang didapatkan haruslah jelas, mendalam, dan spesifik, serta dapat dipertanggung jawabkan. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengumpulan data dengan teknik wawancara, observasi, dan catatan lapangan.

Analisis Data

Pada prinsipnya analisis data penelitian lapangan dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data (Sugiono, 2008). Aktifitas dalam dalam analisis data, yaitu Data Reduction (Reduksi Data), Data Display (Penyajian Data), dan Conclusion Drawing/Verification (Simpulan).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Struktur Fisik Mantra Nerang

Struktur Fisik Mantra Nerang Tukar Dateng Panggen

Mantra Nerang Tukar Dateng Panggen memiliki satu (1) bait, sedangkan jumlah barisnya berjumlah Sembilan (9) baris atau larik. Pada mantra Nerang Tukar Dateng Panggen terdapat penggunaan kata yang tersusun menjadi sebuah kalimat, yaitu pada baris (4, 5, dan 6). Pada baris tersebut kalimat “sing nanclep iso dicabut”, “sing mlumah iso mengkurep”, “sing teko iso lungo” merupakan

(6)

pemilihan kata yang efektif. Sehingga memberikan dan menentukan kesatuan bagi kalimat yang lain. Sehingga pelafalannya turut memberikan efek khusuk dan magis. Sedangkan persamaan bunyi yang terdapat dalam mantra Nerang Tukar Dateng Penggen menggunakan rima asonansi, rima aliterasi, rima sempurna, rima Tak sempurna, rima awal, dan rima tengah.

Struktur Fisik Mantra Nerang Rojo

Mantra Nerang Rojo memiliki satu (I) bait, jumlah barisnya Sembilan (9). Pada mantra Nerang Rojo terdapat kata yang tersusun menjadi satu kesatuan kalimat, yaitu kalimat “niat ingsung madep sujud” yang terdiri dari kata niat sebagai predikat (P), kata ingsung sebagai subyek (S), dan kata madep sujud menjadi keterangan (Ket). Susunan kalimat ini diucapkan oleh pemantra dengan gerakan sujud, yang menjadikan ritual menjadi lebih khusuk. Sedangkan persamaan bunyi yang terdapat dalam mantra Nerang Rojo adalah rima asonansi, rima sempurna, rima tak sempurna, rima awal, dan rima tengah.

Struktur Fisik Mantra Nerang Joko Hari Nugroho

Mantra Nerang Joko Hari Nugroho memiliki satu (I) bait, dan jumlah baris atau lariknya lima (5) baris. Pada mantra Nerang Joko Hari Nugroho terdapat kata yang tersusun menjadi satu kesatuan kalimat, yakni pada kalimat “niat ingsun nerang udan” yang terdiri dari kata niat sebagai predikat (P), kata ingsun sebagai subyek (S), dan kata nerang udan sebagai keterangan (Ket). Kalimat tersebut menunjukan niat atau inti dari ritual yang dilakukan oleh penutur. Niat tersebut berupa niat menolak hujan. Persamaan bunyi pada mantra Nerang Joko Hari Nugroho menggunakan rima asonansi, rima aliterasi, rima tak sempurna, dan rima awal.

Struktur Fisik Mantra Nerang Simbah Gunung

Pada mantra Nerang Simbah Gunung terdapat satu (I) bait, sedangkan jumlah barisnya Sembilan (9). Pada mantra Nerang Simbah Gunung terdapat kata yang tersusun menjadi satu kesatuan kalimat, yaitu pada kalimat “Kulo mlampah mujur kiblat” yang terdiri dari kata “kulo” sebagai subyek (S), kata mlampah sebagai predikat (P), dan kata mujur kiblat sebagai keterangan (K). Susunan kalimat “Kulo mlampah mujur kiblat” menguatkan tentang sikap atau perilaku penutur yang menucapkan mantra ini dengan gerakan berjalan kearah kiblat.

(7)

Pada mantra Nerang Simbah Gunung menggunakan rima asonansi, rima aliterasi, rima sempurna, rima tak sempurna, rima awal, dan rima tengah.

Struktur Fisik Mantra Nerang Tolak Banyu

Mantra Nerang Tolak Banyu memiliki satu (I) bait, sedangkan baris atau lariknya berjumlah sebelas (11) baris. Pada mantra Nerang Tolak Banyu, terdapat kata yang tersusun sebagai satu kesatuan kalimat, yaitu pada kalimat “kulo niat maring gusti ingkang haq”, yang terdiri dari kata kulo sebagai subyek (S), kata niat sebagai predikat (P), kata maring gusti sebagai objek (O), dan kata ingkang haq sebagai keterangan (Ket). Kalimat “kulo niat maring gusti ingkang haq” menunjukan suatu pernyataan yang menyeluruh dan terstruktur, sehingga bagi penutur kalimat tersebut menjadi puji-pujian untuk mengawali suatu ritual. Mantra Nerang Tolak Banyu mengandung persaan bunyi sebagai berikut rima asonanasi, rima aliterasi, rima sempurna, dan rima tak sempurna.

Struktur Fisik Mantra Nerang Siram Ora Bakal Tekan

Mantra Nerang Siram Ora Bakal Tekan memiliki satu (I) bait, sedangkan baris atau larik yang terdapat pada mantra tersebut berjumlah semilan (9). Pada mantra Nerang Siram Ora Bakal Tekan terdapat komponen kata yang mengandung susunan kalimat, yaitu kalimat “kulo gowo batok njerone dzikir” yang terdiri dari kata kulo sebagai subyek (S), kata gowo sebagai predikat (P), kata batok sebagai objek (O), dan kata njerone dzikir sebagai keterangan (Ket). Susunan kalimat ini memberikan nilai magis yang begitu mendalam, yang menjadikan penutur menjadi lebih khusuk. Karena ucapan dalam ritual selalu disertai dengan dzikir atau puji-pujian. Persamaan bunyi yang digunakan dalam mantra Nerang Siram Ora Bakal Tekan berupa rima asonansi, rima aliterasi, rima sempurna, dan rima awal.

Struktur Batin Mantra Nerang

Struktur Batin Matra Nerang Tukar Dateng Penggen Makna

Mantra Tukar Dateng Panggen ………

(8)

………

Penggunaan kata yang bermakna denotasi, terdapat pada kata “mlumah” dan “mengkurep”, kata tersebut mengandung arti berbaring dan tengkurap. Ini menunjukan tentang aktifitas manusia sehari-hari.

Fungsi

Berdasarkan nama yang digunakan pada mantra tersebut, maka dapat dipastikan bahwa mantra tersebut adalah mantra yang multiguna. Bisa dikatakan juga, bahwa mantra Nerang Tukar Dateng Panggen tersebut tidak hanya diperuntukan dalam menahan atau memindahkan hujan. Akan tetapi dapat digunakan berdasarkan kebutuhan pemantra. Contoh, mantra Nerang Tukar Dateng Panggen tersebut digunakan untuk memindahkan penyakit dari menusia kehewan, atau juga memindahkan suatu keadaan yang merugikan bagi pemantranya.

Struktur Batin Matra Nerang Rojo Makna

Mantra Rojo

………

Nduweni hajat serto kelaksono ………

Penggunaan kata yang bermakna denotasi, terdapat pada kata “kelaksono” yang mengandung arti terlaksana. Kata tersebut menjelaskan tentang pemantra yang memiliki hajat dann berharap segera diterlaksana atau dikabulkan.

Fungsi

Fungsi mantra Nerang Rojo tersebut berdasarkan komponennya, maka dapat disimpulkan bahwa mantra tersebut dapat digunakan pada semua hajat atau keinginan pemantra. Secara fungsi, mantra tersebutmasuk dalam fungsi moralitas dan fungsi religius, karena dari setiap susunan barisnya menjelaskan tentang niat seseorang dan puji-pujian kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Struktur Batin Matra Nerang Joko Hari Nugroho Makna

Mantra Nerang Joko Hari Nugroho ………

(9)

Niat ingsun nerang udan ………

Penggunaan kata yang bermakna denotasi, terdapat pada kata “ingsun” dan kata “udan”. Kata “ingsun” mengandung arti saya, sedangkan kata “udan” mengandung arti hujan. Kedua kata tersebut menjelaskan tentang pelaku ritual dan hajat yang diminta.

Fungsi

Berdasarkan komponen yang menyebutkan “niat ingsun nerang udan” maka bisa dipastikan bahwa mantra Nerang Joko Hari Nugroho tersebut merupakan mantra khusus Nerang hujan, menghalau hujan, memindahkan hujan, atau menolak hujan.

Struktur Batin Matra Nerang Simbah Gunung Makna

Mantra Simbah Gunung ………

Kulo mlampah mujur kiblat ………

Penggunaan kata yang bermakna denotasi terdapat pada kata “mlampah” yang mempunyai arti berjalan. Kata tersebut menjelaskan tentang aktifitas penutur mantra dalam melaksanakan ritual, yaitu berjalan menghadap kiblat.

Fungsi

Dilihat dari fungsi sastranya, mantra tersebut masuk dalam fungsi rekreatif dan religius, karena pemantra yang melafalkan mantra ini melaksanakan ritual dengan cara berjalan kearah kiblat sehingga menciptakan gerakan atau perilaku si pemantra. Secara religius, mantra tersebut mengedepankan sifat tunduk kepada Allah S.W.T, serta menggunakan puji-pujian tentang haq kekuatan Allah S.W.T. Struktur Batin Matra Nerang Tolak Banyu

Makna

Mantra Tolak Banyu ………

Langit putih sing dadi karepan ………....

(10)

Penggunaan kata yang bermakna denotasi terdapat pada kata “karepan”, kata tersebut mengandung arti keinginan atau harapan. kata tersebut menunjukan tentang harapan dan keinginan manusia agar Allah S.W.T menunjukan kekuasaannya dengan mendatangkan langit putih atau langit yang cerah.

Fungsi

Berdasarkan judulnya, mantra Nerang Tolak Banyu merupakan jenis mantra penolak hujan. Sejalan dengan susunan kalimatnya, mantra tersebut juga berfungsi estetis dan religius, karena pada sebagian barisnya memiliki makna yang mengandung unsur keindahan, hal tersebut dibuktikan pada baris 6, 7, 8, dan 9 (lihat lampiran mantra Nerang Tolak Banyu). Secara religius, mantra tersebut menjelaskan tentang sifat manusia yang harus senantiasa bertaqwa kepada Allah S.W.T.

Struktur Batin Matra Nerang Siram Ora Bakal Tekan Makna

Mantra Siram Ora Bakal Tekan ……….

Atine mlebur ngalire banyu kali ……….

Pengunaan kata yang bermakna denotasi terdapat pada kata “mlebur”, kata tersebut mengandung arti melebur. Kata tersebut memberikan penjelasan, dimana pemantra harus memiliki rasa ikhlas, dan sepenuhnya menerima apa yang Allah S.W.T berikan.

Fungsi

Secara fungsi sastranya, mantra tersebut masuk dalam fungsi estetis karena pada bait-baitnya terdapat kata-kata yang indah sehingga mempengaruhi bagi keseluruhan isi pada mantra Nerang tersebut.

Unsur Pembangun Mantra Nerang

Unsur Pembangun Mantra Nerang Tukar Dateng Panggen

Tabel. 1

(11)

Salam Pembuka - Bismillah

- Allah ingkang kuoso bahri wal bahri

Unsur Niat

-Unsur Sugesti

- Segoro dadi bahr, bahr dari bahri - Sing nanclep iso dicabut

- Sing mlumah iso mengkurep - Sing teko iso lungo

Unsur Tujuan - Rogo teko nuli nelongso Unsur Penutup - Allah nduweni kuoso

Unsur Pembangun Mantra Nerang Rojo Tabel. 2

Unsur Struktur Isi Unsur Struktur

Salam Pembuka - Bismillahirrohmanirrohim

Unsur Niat

- Niat ingsun maring rojo segoro - Niat ingsun madep sujud - Niat ingsun ndemok roso

- Niat ingsun ngalap Kun Fa Ya Kun Unsur Sugesti - Nduweni ma’un ingkang suci

- Nduweni ati ing manut

Unsur Tujuan - Nduweni hajat serto kelaksono Unsur Penutup - Nduweni Ar-Rohman Ar-Rohim

Unsur Pembangun Mantra Nerang Joko Hari Nugroho Tabel. 3

Unsur Struktur Isi Unsur Struktur Salam Pembuka - Bismillahirrohmanirrohim

(12)

Unsur Sugesti - Kakang kawah adhi ari-ari - Sedulur papat limo pancer Unsur Tujuan - Nerang udan

Unsur Penutup - Muhammad Ya Rosulku

Unsur Pembangun Mantra Nerang Simbah Gunung Tabel. 4

Unsur Struktur Isi Unsur Struktur

Salam Pembuka - Allah ingkang kuoso, Allah ingkang suci - Kulo mlampah mujur kiblat

Unsur Niat - Sangune niat ing jero qolbu Unsur Sugesti - Gawanane keris moto pitu

- Ditancepke marang syetan belah kiwo Unsur Tujuan - Ora ono maksud ora ono dalan

- Bukak o padang go netep iman Unsur Penutup - Jemput welas dateng kuoso urep

- Sing nduweni La Khaula Wala Quata Illa Billah

Unsur Pembangun Mantra Nerang Tolak Banyu

Tabel. 5

Unsur Struktur Isi Unsur Struktur

Salam Pembuka - Bismillah gebyar-gebyar ing dodo ku

Unsur Niat - Kulo niat maring gusti ingkang haq - Welas asih gusti rojo ne

(13)

Unsur Sugesti

- Banyu olo ojo teko

- banyu bening mlebu jading - langit ireng ndang buyar - langit putih sing dadi karepan

Unsur Tujuan - Iki rogo iki suoro bade nolak banyu - Disuwuni ing batini

Unsur Penutup - Gor manute sujud

- Allah… Allah… Allah dzat ingkang kuoso

Unsur Pembangun Mantra Nerang Siram Ora Bakal Tekan Tabel. 6

Unsur Struktur Isi Unsur Struktur

Salam Pembuka - Bismilllah maring Pangeran Ilahi Robbi - Kanggo Kakung putro, Kakung putrid

Unsur Niat

-Unsur Sugesti

- Kulo gowo batok njerone dzikir - Atine mlebur ngalire banyu kali - Gunung lawu sing dadi saksi - Abu putih, Abu ireng, Abu klawu Unsur Tujuan - Kulo bade nrimo ing pandum

- Mulo sempurno anggere mati Unsur Penutup - Ayat Al-Qur’an pesti mesteni

Unsur Pembangun Bahasa Mantra Nerang Tembung Saroja

Mantra Joko Hari Nugroho ………

Kakang kawah adhi ari-ari ………

(14)

Kata “ari-ari” memiliki arti yang sama, yaitu plasenta atau dalam bahasa biologisnya organ yang berbentuk cakram, yang menghubungkan janin dengan dinding rahim yang menjadi jalan perantara bagi pernafasan, asupan makanan, dan pertukaran zat buangan atara janin dan darah ibu, keluar dari rahim mengikuti janin yang baru lahir.

Mantra Siram Ora Bakal Tekan ……….

Ayat Al-Qur’an pesti mesteni

Kata “pesti mesteni” memiliki arti yang sama, yaitu pasti atau dengan kata lain sudah menjadi ketetapan, dan tidak akan berubah.

Mantra Tolak Banyu

Bismillah gebyar-gebyar ing dodo ku ………

Kata “gebyar-gebyar” mengandung arti yang sama, yaitu gemerlap atau serba gemerlap, ini menunjukan tentang suasana hati bahagia yang dirasakan oleh penutur.

Tembung Entar

Mantra Joko Hari Nugroho Kakang kawah adhi ari-ari ...

Kata “kakang kawah” mengandung arti “kakang” saudara tua dan “kawah” berarti air ketuban. Penjelasan lainnya adalah “kakang kawah” disebut “kakang” karena lahir terlebih dahulu dari jabang bayi. Disebut “kawah” karena air ketuban atau air yang fungsinya membasahi dan melicinkan vagina agar si jabang bayi yang akan keluar dapat berjalan lancar dan kulit bayi yang masih halus tidak terluka karena dinding vagina yang kasar.

Mantra Simbah Gunung ……….

Kulo mlampah mujur kiblat ………

Kata “mujur” mengandung arti menghadap. Dalam pengertian yang lebih sederhana, bagi setiap muslim yang hendak melaksanakan sholat atau ibadah

(15)

lainnya, hendaknya dilakukan menghadap kiblat. Ini dilakukan karena dengan menghadap kiblat, seseorang yang hendak beribadah atau berdo’a dapat lebih memfokuskan tujuan dengan cara yang benar dan dapat lebih dikatakan sempurna dari pada beribadah atau berdo’a dengan menghadap kearah yang lain.

Mantra Tukar Dateng Panggen ………

Rogo teko nuli nelongso ………...

Kata “nuli nelongso” mengandung arti terus memelas, terus memohon, terus mengharap. Penjelasan lengkapnya adalah sesorang yang datang dengan penuh harapan, dengan raga yang memohon agar semua harapannya terwujud.

Mantra Siram Ora Bakal Tekan ………..

Atine mlebur ngalire banyu kali

Kata “mlebur” mengandung arti menyatu, atau jika diibaratkan sungai adalah mengikuti arus. Jadi, seseorang yang hendak meminta sesuatu kepada Tuhan haruslah dalam keadaan ikhlas, dan berserah segalanya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Penutur yang melafalkan mantra inipun harus dalam keadaan ikhlas lahir dan batin, tidak sedang dalam keadaan marah, dan harus dalam keadaan suci baik pakaian yang digunakan atau tempat ritualnya.

Mantra Tolak Banyu ………..

Welas asih gusti rojo ne

Kata “welas asih” mengandung arti kasih sayang, pengertiannya adalah manusia percaya bahwa Tuhan Yang Maha Esa memiliki dzat maha pengasih dan maha penyayang.

Dasanama

Mantra Joko Hari Nugroho Niat ingsun nerang udan ……….

Kata “ingsun” digunakan dalam mantra karena dasanama biasanya tembung kawi, sehingga kalimatnya menjadi rinengga atau menjadi indah. Selain

(16)

itu, penggunaan dasanama kata “ingsun” dapat memberikan dan mengundang suasana mistis dan bertujuan menghormati makhluk perantara yang dimintai pertolongan.

Mantra Simbah Gunung

Allah ingkang haq, Allah ingkang suci ………

Kata “Allah” berdasarkan dasanama berarti Hyang Widhi, Hyang Manon, Hyang Maha Kawasa, Hyang Maha Asih, Hyang Maha Agung, Hyang Murbeng Jagad, Hyang Maha adil, Hyang akarya Jagad. Kata “Allah” digunakan karena untuk melengkapi kalimat lainnya agar kalimat tersebut menjadi rinengga atau menjadi lebih indah.

Mantra Tukar Dateng Panggen ...

Segoro dadi bahr, bahr dari bahri ………..

Kata “segoro” berdasarkan dasanama berarti Samudra, Jalanidhi, Jaladri, Tasik, Udadi, Seganten. Kata “segoro” memberikan makna yang menjadikan kata lain menjadi lebih sempurna dan indah.

Pralambang

Mantra Siram Ora Bakal Tekan ……….

Kulo gowo batok njerone dzikir ……….

Kata “batok” menunjukan makna lain yang digunakan pada kalimat tersebut. Kata “batok” termasuk dalam bahasa Jawa, berdasarkan arti yang sesungguhnya adalah tempurung kelapa, namun kata “batok” tersebut berubah arti dan makna jika menjadi satu kesatuan kalimat dalam penggalan mantra Nerang Siram Ora Bakal Tekan, maknanya menjadi sebuah wadah atau tempat, dan tempat ini bukan tempat biasa melainkan tentang fikiran, rahsa, hati yang selalu mengucap untaian do’a-do’a atau dzikir agar senantiasa mengingat Allah S.W.T. Kata “batok” digambarkan pula tentang fikiran dan perasaan manusia

(17)

yang harus selalu mengingat tentang kuasa Allah S.W.T. baik disaat duka ataupun disaat bahagia.

Mantra Tolak Banyu ……….

Banyu bening mlebu jeding ………

Kata “jeding” masuk dalam dasanama yang memiliki arti Wadah, Bak Banyu, Kolah, Kulah, kata “jeding” merupakan dasanama yang menjadi rinengga atau kata tersebut memberikan keindahan pada keseluruhan kalimat ataupun keindahan pada maknanya.

Kata Khusus

Mantra Simbah Gunung ………

Mbukak o padang go netep iman ………

Kata “go” dimasukan kedalam kata khusus, karena kata ini mempunyai bentuk yang tetap sebagai efek pembangun magis. Kata “go” tersebut jika diartikan adalah untuk. Jika dijadikan kata yang lengkap menjadi anggo, kanggo, dan dingo. Kata tersebut sering diucapkan baik diawal, ditengah, atau diakhir kalimat. Dan kata tersebut juga menjadi penyempurna bagi makna kata yang lain. SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang diuraikan pada bab sebelumnya, penulis menyimpulkan sebagai berikut:

Struktur Fisik Mantra Nerang Bait

Bait adalah bagian dari teks berirama (puisi atau lirik lagu) yang terdiri dari beberapa baris yang tersusun harmonis, menyerupai pengertian paragrap. Dalam sastra atau tulisan bebas, atau dengan kata lain, bait adalah kesatuan larik dalam sajak yang melukiskan ide atau gagasan yang utuh.

Dari keenam mantra Nerang yang menjadi bahan analisis peneliti, maka dapat disimpulkan berapa bait yang terdapat pada setiap judul mantra Nerang.

(18)

Bait tersedikit terdapat pada mantra Nerang Joko Hari Nugroho dan mantra Nerang Rojo, yang berjumlah empat bait, dan jumlah bait terbanyak terdapat pada mantra Nerang Tolak Banyu yang berjumlah tujuh bait.

Larik

Larik atau baris mempuyai pengertian berbeda dengan kalimat dalam prosa. Larik bisa berupa satu kata saja, bisa frasa, bisa pula seperti sebuah kalimat. Pada puisi lama, jumlah kata dalam sebuah larik biasanya empat buah. akan tetapi pada puisi baru tidak ada batasan berapa jumlah larik yang digunakan. Peneliti menyimpulkan larik atau baris tersedikit terdapat pada manta Nerang Joko Hari Nugroho yang berjumlah lima baris, dan jumlah baris terbanyak terdapat pada mantra Nerang Tolah Banyu yang berjumlah sebelah baris.

Kata

Kata adalah unsur utama terbentuknya sebuah karya sastra termasuk pada puisi, pemilihan kata (diksi) yang tepat sangat menentukan kesatuan dan keutuhan unsur-unsur yang lain. Kata-kata yang dipilih diformulasikan menjadi sebuah larik.

Berdasarkan analisis pada keseluruhan mantra Nerang semua mantra memiliki strukutur kalimat yang lengkap baik dari subyek (S), predikat (P), objek (O), dan keterangan (Ket), hal ini membuktikan bahwa keseluruhan mantra Nerang tesebut memiliki bagian yang mengandung pikiran yang lengkap.

Bunyi

Bunyi dibentuk oleh rima dan irama. Rima (persajakan) adalah bunyi-bunyi yang ditimbulkan oleh huruf atau kata-kata dalam larik dan bait. Bunyi dibedakan dalam dua aspek berbeda, yaitu:

A. Aspek Inheren: Aspek inheren adalah kekhususan pada bunyi (a, o, dan p). Aspek ini disebut sifat bunyi atau bunyi indah.

B. Aspek Rasional: Aspek rasional adalah dasar irama, yang berupa: nada (tinggi atau rendah), tempo (lama atau sebentar), dinamik (kuat atau lemah), ulangan (jarang atau tetap).

Struktur Batin Mantra Nerang Makna

(19)

Makna adalah arti atau maksud yang tersimpul dari suatu kata, jadi makna dengan bendanya sangat bertautan dan saling menyatu. Jika suatu kata tidak bisa dihubungkan dengan bendanya, peristiwa atau keadaan tertentu maka kita tidak bisa memperoleh makna dari kata itu

Berdasarkan analisis pada mantra Nerang, secara keseluruhan makna peneliti menyimpulkan jika semua mantra menggunakan makna denotasi, konotasi, dan penggunaan bahasa asing. Jika dilihat dari segi unsur salam pembukanya, semua mantra menggunakan bahasa asing yaitu kalimat “bismillah” dan “bismillahirrohmanirrohim”. Hal tersebut disebabkan karena adanya faktor agama yang mempengaruhi ampuh tidaknya sebuah mantra. Sehingga bagi pemantra yang beragama Islam, kalimat salam pembuka tersebut dilafalkan sebagai bentuk penghormatan bagi Tuhan Yang Maha Esa.

Fungsi

Karya sastra memiliki beberapa fungsi, salah satunya yaitu untuk mengkomunikasikan ide dan menyalurkan pikiran serta perasaan estetis manusia pembuatnya. Ide itu disampaikan lewat amanat yang pada umumnya ada dalam sastra.

Peneliti dapat menyimpulkan, jika semua mantra Nerang didalam penelitian ini bertujuan untuk menolak hujan, dan memindahkan hujan. Tidak hanya kedua fungsi tersebut yang didapatkan dalam penelitian ini, ada pula fungsi lain yang dilihat dari struktur mantranya.

Unsur Pembangun Mantra Nerang

Secara garis besar komposisi mantra terbagi dalam tiga bagian, yaitu bagian awal, tengah, dan akhir. Didalam tiga bagian tersebut telah mencakup komponen-komponen pembentuk mantra, akan tetapi tidak semua komponennya ada jika diterapkan pada mantra Nerang. Diantara mantra yang ditemukan, terdapat mantra yang mempunyai komposisi komponen yang sederhana, dan ada juga yang mempunyai komposisi komponen yang lengkap. Mantra dengan komposisi komponen yang lengkap mempunyai komponen disetiap bagiannya, yaitu terdapat unsur salam pembuka, niat, nama mantra, sugesti, visual dan simbol, nama sasaran, tujuan, harapan, dan penutup.

(20)

Dari keenam mantra Nerang yang dikumpulkan dan diteliti, hampir tidak satupun yang mempunyai komposisi komponen yang utuh. Ketidakutuhan komponennya terletak pada bagian tengah dari sebuah mantra.

Unsur Pembangun Bahasa Mantra Nerang

Mantra Nerang dipengaruhi oleh unsur pembangun bahasa mantra, diantaranya adalah tembung saroja, tembung entar, dasanama, pralambang, dan kata khusus. Unsur pembangun tersebut memberikan keindahan disetiap bagian baitnya, serta memberikan sifat magis yang lebih kental untuk mempertegas harapan yang dilafalkan oleh pemantra.

Saran

Keberadaan mantra harus terus dijaga dan dilestarikan, tanpa harus memandang asal muasal, kegunaan, ritual, dan kepercayaan bahwa mantra adalah bagian dari peninggalan leluhur terdahulu. Dan mantra juga sebagai bukti bahwa Indonesia memiliki kebudayaan dibidang sastra lisan yang beraneka ragam, salah satunya adalah dengan adanya mantra Nerang.

Pada zaman sekarang, kemajuan teknologi memberikan dampak luar biasa, yang membuat mantra tersisih dari kemajuan toknologi dan informasi.. Sudah seharusnya mantra Nerang dipertahankan dan teknologi menjadi bagian dari usaha melestarikan mantra. Agar setiap generasi dan penikmat mantra dapat mengenal dan mempelajari mantra dengan cara yang mudah dan efisien.

DAFTAR RUJUKAN

Alwi, Hasan. 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi ke 3. Jakarta: Balai Pustaka.

Alisjahbana, S.T. 1975. Perkembangan Sejarah Kebudayaan Indonesia Dilihat dari Jurusan Nilai-Nilai. Jakarta. Dian Rakyat.

Danandjaja, James. 1997. Folklor Indonesia: Ilmu Gosip, Dongeng, dan lain-lain. Cetakan V. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.

Dian Mariati Satrya. 2009. Gaya Bahasa dan Citraan pada Mantra Pengobatan Suku Akit di Desa Hutan Panjang Kecamatan Rupat Kabupaten Bengkalis. Skripsi. UIR

(21)

_____________________ 1999. Pemahaman Ilmu Makna. Bandung. PT. Refika Aditama

Darmono, Djoko. 2005. Mantra Orang Jawa. Magelang: IndonesiaTera. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Jambi, 1979.

Jalil, A dan Rahman, E. 2001. Puisi Mantra. Pekanbaru. Universitas Riau. Laelasari, 2006. Kamus Istilah Sastra. Bandung: Nuansa Aulia

Maskurun, 1984. Bahasa dan Sastra Indonesia. Jakarta: Yudistira.

Noeradyo, Siti Woerjan Soemadijah. 2008. Primbon Ajimantrawara, Yogabrata, Rajah Yogamantra. Yogyakarta: Soemojidjojo Maha-Dewa.

Ratna, Nyoman Kutha, 2011. Stilistika: Kajian Puitika, Bahasa, Sastra, dan Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Rusyana, Yus, 1938. Bagbagan Puisi Mantra Sunda Bandung: Projek Penelitian Pantun & Folklore Sunda

Saputra, Heru S.P. 2007. Memuja Mantra. Jogjakarta: LKiS

Soedjijono. et al. 1987. Struktur Dan Isi Mantra Bahasa Jawa Di Jawa Timur. Jakarta: Depdikbud.

Sugiyono, 2008. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung. CV. Alfabeta. Sumber (http://melayuonline.com).

Tjiptadi, Bambang. 1984. Tata Bahasa Indonesia. Cetakan II. Jakarta: Yudistira. Waluyo, Herman J. 1995. Pengkajian Prosa Fiksi. UNS Press.

Referensi

Dokumen terkait

Naik turunnya harga sawit yang dialami petani, menjadikan petani harus mempertahankan semangat kerja untuk selalu mendapatkan hasil yang maksimal, dan mencari penghasilan

Demikian juga yang terdapat pada keluarga petani kelapa sawit di desa Bakti Mulya,. dimana peran anggota keluarga sangat dibutuhkan dalam mengelola lahan yang

Berdasarkan hasil analisis yang peneliti lakukan dapat disimpulkan bahwa dalam 7 (tujuh) mantra pengasih di Kelurahan Moro terdapat 2 jenis diksi dilihat dari segi makna

Usahatani Kelapa Sawit Anggota Koperasi Unit Desa (KUD) Sido Mukti Di Desa Sumber Jaya Kecamatan Bahar Utara Kabupaten Muaro Jambi. Dibimbing oleh Ir.Yusma Damayanti,

Menggunakan kata-kata yang jarang digunakan dalam bahasa sehari-hari Mantra hanya akan bekerja ditangan orang-orang yang telah menjalani penempaan batin dan kebulatan

Menggunakan kata-kata yang jarang digunakan dalam bahasa sehari-hari Mantra hanya akan bekerja ditangan orang-orang yang telah menjalani penempaan batin dan kebulatan

Terdapat perbedaan DDBT dengan DDPB berupa: (1) perubahan bunyi, (2) penambahan bunyi, serta (3) perubahan dan penambahan bunyi pelafalan dari satu kata yang sama dalam

Kemudian peneliti dapat menyimpulkan bahwa mantra pengasih dan penangkal diri yang terdapat di Desa Berindat, Kecamatan Singkep Pesisir, Kabupaten Lingga, Kepulauan Riau merupakan salah