Pajak bagi pemer
Pajak bagi pemerintah merupintah merupakan sumber pendapakan sumber pendapatan yang digunakaatan yang digunakan untuk n untuk membimembiayaiayai sar
sarana ana dan dan praprasarsarana ana pubpublik lik di di selseluruuruh h seksektor tor kehikehidupadupan n dan dan untuntuk uk memmemenuhenuhi i kebukebutuhtuhanan pe
pemermerintintahaahan n dan dan pempembanbangunagunan. n. SemSemakiakin n besbesar ar pajpajak ak yanyang g dibdibayaayarkarkan n perperusausahaahaan, n, makmakaa pendapatan negara semakin banyak. Namun sebaliknya bagi perusahaan, pajak merupakan biaya pendapatan negara semakin banyak. Namun sebaliknya bagi perusahaan, pajak merupakan biaya
atau beban yang akan mengurangi laba bersih. atau beban yang akan mengurangi laba bersih.
Tuj
Tujuan uan pempemerierintantah h untuntuk uk memmemaksaksimaimalkalkan n peneripenerimaamaan n dardari i seksektor tor pajpajak ak berbertententantangangan dengan tujuan dari Wajib Pajak (WP), dimana WP berusaha untuk mengefisiensikan beban dengan tujuan dari Wajib Pajak (WP), dimana WP berusaha untuk mengefisiensikan beban p
pajajakaknynya a sesehihingngga ga mempmempererololeh eh kekeununtutungngan an yayang ng lelebibih h bebesasar r daladalam m rarangngka ka ununtutuk k mensejahterakan pemilik dan melanjutkan kelangsungan hidup perusahannya. Setiap perusahaan mensejahterakan pemilik dan melanjutkan kelangsungan hidup perusahannya. Setiap perusahaan berusaha untuk mencapai tingkat laba yang maksimal, karena itu perusahaan dituntut untuk dapat berusaha untuk mencapai tingkat laba yang maksimal, karena itu perusahaan dituntut untuk dapat
selalu mengantisipasi setiap kebutuhan dari pada
selalu mengantisipasi setiap kebutuhan dari pada customer customer , misalnya saja dengan menyediakan, misalnya saja dengan menyediakan produk dengan barang yang berkualitas dan pelayanan yang memuaskan, sehingga diharapkan produk dengan barang yang berkualitas dan pelayanan yang memuaskan, sehingga diharapkan penjualan / pelayanan dapat ditingkatkan dan biaya dapat ditekan seminimal mungkin ( penjualan / pelayanan dapat ditingkatkan dan biaya dapat ditekan seminimal mungkin (cost cost
reduction
reduction). Dalam upaya menekan biaya tersebut diperlukan adanya suatu perencanaan yang). Dalam upaya menekan biaya tersebut diperlukan adanya suatu perencanaan yang baik terhadap dimensi-dimensi biaya agar dapat dicapai
baik terhadap dimensi-dimensi biaya agar dapat dicapai tingkat laba yang optimum.tingkat laba yang optimum. Pa
Pajajak k memerurupapakan kan peperwrwujujudaudan n pepengngabdabdiaian n dadan n perperan an sesertrta a WP WP untuntuk uk memembmbiaiayayaii penyelenggaraan negara dan pembangunan. Pajak bukan iuran yang bersifat sukarela melainkan penyelenggaraan negara dan pembangunan. Pajak bukan iuran yang bersifat sukarela melainkan iuran yang dipaksakan. Terdapat perbedaan kepentingan antara WP dengan pemerintah dalam iuran yang dipaksakan. Terdapat perbedaan kepentingan antara WP dengan pemerintah dalam perpajakan. Pada dasarnya tidak seorangpun juga suka membayar pajak dan berpotensi untuk perpajakan. Pada dasarnya tidak seorangpun juga suka membayar pajak dan berpotensi untuk be
bertartahan han memmembaybayar ar pajpajak ak mesmeskipkipun un stastatus tus WP WP sudsudah ah melmelekatekat, , sehsehingingga ga selselalu alu berberusausahaha mem
meminiinimalmalkan kan pempembaybayaraaran n pajpajak ak terterutautang ng ((tax tax avoidanavoidancece) ) dan dan cencenderderung ung melmelakuakukankan taxtax evasion
evasion (penyeludupan pajak). Sehingga dalam hal ini sangat wajar jika pemerintah mencegah(penyeludupan pajak). Sehingga dalam hal ini sangat wajar jika pemerintah mencegah terjadinya kerugian pajak (
terjadinya kerugian pajak (tax lossestax losses) dan mendorong kepatuhan WP.) dan mendorong kepatuhan WP. Tax
Tax AvoAvoidaidancence (p(pengenghihindandararan n pajpajakak) ) memerurupapakakan n ususaha aha yayang ng didilalakukkukan an WP WP ununtutuk k mengurangi pajak tanpa melanggar KPPP (
mengurangi pajak tanpa melanggar KPPP (lawful lawful ) dengan cara mengeksploitasi) dengan cara mengeksploitasi loopholesloopholes yangyang terdapat dalam KPPP. Alasan WP melakukan penghindaran pajak:
terdapat dalam KPPP. Alasan WP melakukan penghindaran pajak: level of opportunitylevel of opportunity,, level of level of detection
detection,, level of benefit compared with risk level of benefit compared with risk ,, level of finelevel of fine,, level of playing filed level of playing filed ,, level of level of enforcement
enforcement .. Tax EvasionTax Evasion (penyeludupan pajak) merupakan usaha yang dilakukan oleh WP(penyeludupan pajak) merupakan usaha yang dilakukan oleh WP untuk mengurangi pajak atau sama sekali menghapuskan utang pajak dengan cara melanggar untuk mengurangi pajak atau sama sekali menghapuskan utang pajak dengan cara melanggar KPPP (
KPPP (unlawful unlawful ). Contoh: tidak melaporkan seluruh penjualan, memasukkan pembelian fiktif,). Contoh: tidak melaporkan seluruh penjualan, memasukkan pembelian fiktif, mem
penjualan. Beberapa faktor yang memotivasi wajib pajak untuk melakukan minimalisasi pajak penjualan. Beberapa faktor yang memotivasi wajib pajak untuk melakukan minimalisasi pajak
secara ilegal, yaitu: secara ilegal, yaitu:
•
• Jumlah pajak yang harus dibayar. Semakin bJumlah pajak yang harus dibayar. Semakin besar pajak yang harus dibayar, semakin besar esar pajak yang harus dibayar, semakin besar
kecenderungan wajib pajak dalam melakukan pelanggaran. kecenderungan wajib pajak dalam melakukan pelanggaran.
•
• Biaya untuk menyuap fiskus. Semakin kecil biaya untuk menyuap fiskus, semakin besar Biaya untuk menyuap fiskus. Semakin kecil biaya untuk menyuap fiskus, semakin besar
kecenderungan wajib pajak melakukan pelanggaran. kecenderungan wajib pajak melakukan pelanggaran.
•
• KemKemungkungkinainan n untuntuk uk ketketahuaahuan. n. SemSemakiakin n kecil kecil kemkemungkungkinainan n pelangpelanggargaran an terterdetdetekseksi,i,
semakin besar kecenderungan wajib pajak dalam melakukan pelanggaran. semakin besar kecenderungan wajib pajak dalam melakukan pelanggaran.
•
• Besar sanksi. Semakin ringan sanksi atas pelanggaran, semakin besar kecenderunganBesar sanksi. Semakin ringan sanksi atas pelanggaran, semakin besar kecenderungan
wajib pajak dalam melakukan pelanggaran. wajib pajak dalam melakukan pelanggaran.
Meminimalkan jumlah pajak terutang seharusnya tidak perlu menggunakan cara-cara ilegal Meminimalkan jumlah pajak terutang seharusnya tidak perlu menggunakan cara-cara ilegal seper
seperti ti menyemenyembunyimbunyikan kan atau memanipulaatau memanipulasi si data penghasilan data penghasilan yang sebenarnyyang sebenarnya a seperseperti ti yangyang selama ini dilakukan oleh beberapa wajib pajak terutama wajib pajak badan. Ada cara lain yang selama ini dilakukan oleh beberapa wajib pajak terutama wajib pajak badan. Ada cara lain yang dilegalkan oleh aparat perpajakan yaitu melalui penerapan
dilegalkan oleh aparat perpajakan yaitu melalui penerapanTax Planning Tax Planning (Perencanaan Pajak).(Perencanaan Pajak). Pad
Pada a dasdasarnarnya ya ada ada dua dua hal hal yanyang g perperlu lu dildilakukakukan an perperusausahaan haan yanyang g berberkaikaitan tan dengdenganan perpa
perpajakan. jakan. PertPertama ama adalah adalah kegiatkegiatan an AdminAdministristrasi asi PajaPajak, k, yaityaitu u menyemenyeleggarleggarakan akan adminadministristrasiasi perpajakan misalnya memperoleh NPWP, mengisi SPT dan seterusnya. Hal ini berkaitan dengan perpajakan misalnya memperoleh NPWP, mengisi SPT dan seterusnya. Hal ini berkaitan dengan aktivitas masa lalu. Kedua adalah Perencanaan Pajak yang intinya ialah pengaruh yang dihadapi aktivitas masa lalu. Kedua adalah Perencanaan Pajak yang intinya ialah pengaruh yang dihadapi oleh perusahaan terhadap pajak bila mengambil keputusan tertentu dan keputusan apa yang akan oleh perusahaan terhadap pajak bila mengambil keputusan tertentu dan keputusan apa yang akan perusahaan ambil setelah mengetahui dampak pajaknya. Ini berkaitan dengan masa yang akan perusahaan ambil setelah mengetahui dampak pajaknya. Ini berkaitan dengan masa yang akan
dat
datang. ang. JadJadi i perperencencanaan anaan pajpajak ak titidak dak berberartarti i penpenyelyelunduundupan pan pajpajak. ak. PadPada a dasdasarnarnya ya usausahaha penghematan pajak berdasarkan
penghematan pajak berdasarkan the least and latest rulethe least and latest rule yaitu WP selalu berusaha menekanyaitu WP selalu berusaha menekan p
pajajak ak sesekekecicil l mumungngkikin n dadan n memenunundnda a pepembmbayayararan an seselalambmbat at mumungngkikin n sesebabatatas s mamasisihh diperkenankan peraturan perpajakan.
diperkenankan peraturan perpajakan.
Dalam prakteknya, apa yang sesungguhnya diinginkan oleh setiap pembayar pajak adalah Dalam prakteknya, apa yang sesungguhnya diinginkan oleh setiap pembayar pajak adalah efi
efisiesiensi nsi ataatau u efeefektiktifitfitas as memmemenuenuhi hi kewkewajiajiban ban perperpajpajakaakan.n. Tax Tax PlaPlanninning ng adaadalah lah wujwujudud peren
perencanaan efektifitcanaan efektifitas as dan dan efisefisiensi tersebut usaha iensi tersebut usaha penghipenghindaran pajak ndaran pajak ((tax avoidancetax avoidance) pada) pada dasarnya adalah dengan menekan dan megendalikan jumlah pajak serendah mungkin sehingga dasarnya adalah dengan menekan dan megendalikan jumlah pajak serendah mungkin sehingga mencapai angka yang minimum, sepanjang tidak menyalahi peraturan yang berlaku. Oleh karena mencapai angka yang minimum, sepanjang tidak menyalahi peraturan yang berlaku. Oleh karena itu dalam perencanaan pajak ditetapkan beberapa hal yang dapat menghemat pajak.
Dengan tax planning , perusahaan dapat menggunakan celah-celah dari peraturan perpajakan yang berlaku (loopholes) untuk mengefisienkan pembayaran pajak terutangnya tanpa melanggar peraturan pajak yang berlaku. Lebih jauh, loopholes perpajakan adalah sebuah keadaan, peraturan, transaksi atau kejadian yang memungkinkan seseorang atau badan usaha mendapatkan peluang penghematan pembayaran pajak atau terhindar dari kewajiban perpajakan tertentu atau terhindar dari pengenaan sanksi administratif perpajakan. Hal ini merupakan hal yang tidak bertentangan dengan peraturan perpajakan itu sendiri atau karena kondisi tersebut memang tidak diatur secara spesifik didalam peraturan perpajakan
Perencanaan pajak ini penting karena pajak terutama pajak penghasilan merupakan salah satu faktor pengurang yang cukup besar bagi laba perusahaan. Dengan menggunakan cara ini, badan usaha dapat meminimalkan jumlah pembayaran pajak terutangnya sehingga laba yang
diperoleh dapat lebih besar. Dalam keadaan yang serba kompleks dan peraturan yang sering berubah-ubah, kebutuhan akan pentingnya tax planning secara berkala meningkat untuk semua
tax payers, termasuk wajib pajak badan.
Keterbatasan sumber daya dan informasi untuk memahami ketentuan Undang-Undang Perpajakan serta kesadaran wajib pajak yang masih rendah menjadi salah satu alasan masih banyaknya perusahaan yang belum melakukan manajemen pajak untuk meminimalkan pembayaran pajak terutangnya. Hal ini menyebabkan jumlah pajak yang dibayarkan melebihi jumlah yang sebenarnya. Oleh karena itu, peranan tax planning sangat penting dan diperlukan.
Strategi yang digunakan dalam tax planning ini adalah memanfaatkan celah yang terdapat pada ketentuan Undang-Undang Perpajakan. Dengan demikian, pajak yang dibayarkan tidak melebihi jumlah yang seharusnya.
MANAJEMEN PAJAK ( TAX MANAGEMENT )
Manajemen perpajakan (Tax Management ) merupakan suatu proses untuk meminimalkan beban pajak (minimizing tax burden), dimana dalam hal ini tetap berada pada jalur (on the track ) ketentuan peraturan per-UU-an perpajakan (lawful ) dan tidak melanggarnya (unlawful ). Untuk mendapatkan penghematan pajak (tax benefit atau tax saving ) dan kemanfaatan usaha lainnya dilakukan melalui fungsi-fungsi manajemen pajak yang terdiri dari perencanaan pajak (Tax Planning ), pengimplementasian pajak (tax implementation), pengendalian pajak (tax control )
dalam membentuk manajemen perpajakan dan tujuan manajemen perpajakan dapat dicapai melalui fungsi-fungsi ini.
Tax Management merupakan pelaksanaan dari peran pengaturan dan pengawasan dalam bidang perpajakan (organization and controlling ). Pelaksanaannya bersifat rutin/regular, karena bersangkutan dengan transaksi yang berulang kali terjadi. Tax Management bertujuan untuk
meminimalisasi tax exposure/risiko hutang pajak yang mungkin akan timbul dalam suatu transaksi yang rutin tersebut.
Contoh Tax Management
Suatu perusahaan melakukan penjualan dengan orientasi ekspor. Sedangkan, bahan baku banyak dibeli di dalam negeri. Dengan demikian, maka PPN masukan yang diperoleh lebih besar daripada PPN keluaran, akibatnya harus dilakukan restitusi, mungkin tiap tahun atau tiap bulan harus dilakukan proses tersebut. Divisi perpajakan harus melakukan suatu proses Tax Management berupa me-manage restitusi pajak yang berjalan. Misalnya : me-mantain suatu rekonsiliasi pajak antara Penjualan menurut PPh badan dan menurut SPM PPN, merapikan faktur pajak masukan, serta bank account ataupun voucher pembayaran yang diperlukan. Kita bisa bayangkan jika hal ini tidak ter-manage dengan baik, restitusi akan membawa denda dan hutang pajak yang materiil tentunya.
Beberapa Teknik dari Tax Management
• Membuat rekonsiliasi data akuntansi dan pajak seperti : Beban pegawai vs Nilai
penghasilan bruto di SPT PPh psl 21 ,Sales revenue (as per book/PL) vs Peredaran dari SPM PPN.
• Mengontrol dokumentasi untuk mendukung transaksi yang terjadi. Misalnya: Surat
Perintah Kerja (Kontrak), Perjanjian Jual Beli, Akte Notaris.
• Sistem administrasi keuangan untuk memastikan perhitungan pajak yang tepat dan
pembayaran yang tepat waktu.
• Sistem arsip laporan dan korespondensi pajak yang teratur serta terkontrol.
• Management atas proses tax audit .
Manajemen perpajakan yang baik memenuhi kriteria dimana, manajemen perpajakan harus didesain sesuai dengan ketentuan peraturan per-UU-an perpajakan berlaku, manajemen perpajakan harus mendapat komitmen dari seluruh lapisan manajemen, dan harus
menyelenggarakan administrasi dan akuntansi perpajakan yang memenuhi persyaratan pasal 28 UU KUP.
Bagan Teknik Dasar Tax Management
PENGHEMATAN PAJAK – MANFAAT PAJAK ( TAX SAVING – TAX BENEFIT )
Tax saving (penghematan pajak) adalah usaha untuk memperkecil utang jangka panjang yang tidak termasuk dalam ruang lingkup pemajakan. Tax Avoidance juga merupakan usaha yang sama yang dilakukan dengan cara mengeksploitasi celah yang terdapat dalam ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, dimana aparat perpajakan tidak dapat melakukan
tindakan. Karena cara meminimalkan beban pajak melalui tax evasion (penyeludupan pajak) tidak akan mendapat toleransi, satu-satunya jalan yang dapat ditempuh adalah melalui tax
avoidance (penghindaran pajak). Meminimalkan beban pajak melalui tax avoidance dengan Tax Planning harus dilakukan secara hati-hati, agar tidak terperangkap sebagai tax evasion, sehingga
tidak dianggap sebagai perbuatan yang tergolong tindak pidana di bidang perpajakan, karena tidak ada batasan yang jelas antara tax avoidance dan tax evasion.
PERENCANAAN PAJAK ( TAX PLANNING )
Tax Planning is the systematic analysis of deferring tax options aimed at the minimization of tax liability in current and future tax period (Crumbley, 1994). Tax Planning merupakan proses mengorganisasi usaha atau kelompok WP sedemikian rupa untuk meminimalkan utang pajak sepanjang dimungkinkan Ketentuan Peraturan Perundang-undangan Perpajakan (KPPP) maupun secara komersial (Zain, 2003).
Menyiasati perpajakan berkaitan erat dengan kegiatan WP yang harus dengan jeli mengamati ketentuan perpajakan yang berlaku serta mengikuti perubahan yang terjadi pada ketentuan tersebut agar dapat memanfaatkan berbagai peluang yang ada, dengan tujuan akhir agar perusahaan dapat membayar pajak dengan benar dan dapat diatur sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu kelangsungan perusahaan, terutama yang berkaitan dengan likuiditas dan juga sehemat mungkin. Pemenuhan kewajiban perpajakan dengan benar dan tidak mengganggu kelangsungan perusahaan merupakan tujuan utama perusahaan dalam tax planning atau dalam menyiasati peraturan perpajakan.
Tax Planning merupakan suatu perencanaan pajak sehingga dapat mencapai suatu penghematan pajak (tax savings) dengan mencari ide-ide baru dan memanfaatkan celah hukum perpajakan. Pada umumnya ditujukan pada suatu transaksi yang spesifik serta tidak bersifat rutin. Tax Planning bertujuan untuk melakukan penghematan pajak atau juga penghindaran pajak yang diperbolehkan oleh undang-undang (tax avoidance). Tax Planning berkaitan dengan efisiensi dan pemanfaatan kegiatan usaha. Tax Planning sama sekali tidak bertujuan untuk melakukan
kewajiban perpajakan dengan tidak benar, tetapi berusaha untuk memanfaatkan peluang berkaitan peraturan perpajakan yang menguntungkan perusahaan dan tidak merugikan pemerintah dan dengan cara yang legal.
Contoh suatu Tax Planning
Sebuah perusahaan yang menderita kerugian fiskal yang sangat material hingga beberapa tahun. Seperti kita ketahui rugi fiskal yang dapat dikompensasi adalah kerugian fiskal yang masih dalam jangka waktu lima tahun, selebihnya tentu akan expired atau daluwarsa. Bagaimana cara memanfaatkan kerugian fiskal tersebut sehingga batas expiry yang ada dapat dihindari.
Mendaftar NPWP-NPKP S A S Pengetahu an perpajakan Beban Perpajakan Kepatuha Suka Rela Peluang Penghindar an SPT Tax Avoidance Tax Evasion Tax Planning Tax Implementatio n Tax Control
Untuk hal seperti inilah Tax Planning dilakukan. Dengan memanfaatkan kerugian fiskal yang ada maka terdapat penghematan pajak.
Tax Management diawali dengan Tax Planning , yang antara lain mencakup pemilihan langkah-langkah (termasuk tax strategy) yang akan diambil untuk memenuhi hak dan kewajiban di bidang perpajakan. Tax strategy dirumuskan sebagai cara atau upaya yang dilakukan WP dalam melaksanakan pemenuhan hak dan kewajiban di bidang perpajakan. Banyak Tax strategy yang tersedia dan dapat dipakai tapi yang penting adalah bagaimana WP memilih alternatif strategi yang sesuai dengan kebetuhan WP dalam menjalankan hak dan kewajiban perpajakan.
Kriteria tax strategy yang efektif tidak mempunyai resiko (risk inherent ) sehingga harus sesuai dengan ketentuan peraturan per-uu-an perpajakan, mudah untuk dipahami dan diimplementasikan ( simplicity), tidak memerlukan biaya mahal, sesuai dengan kebutuhan, memperoleh dukungan/komitmen dari manajemen saat diimplementasikan, dan fleksibel terhadap perubahan yang terjadi di masa akan datang.
Aspek Tax Planning
Tax Planning harus sesuai dengan ketentuan peraturan per-UU-an perpajakan yang berlaku agar terhindar dari pengenaan sanksi perpajakan yang berupa sanksi administrasi (denda, bunga, dan kenaikan) dan sanksi pidana (kurungan, penjara, dan denda). Tax Planning adalah suatu proses mendeteksi cacat teoritis dalam ketentuan peraturan per-uu-an perpajakan dimaksud untuk
kemudian diolah sedemikian rupa sehingga ditemukan suatu cara penghindaran pajak (tax avoidance) yang dapat menghemat pajak (tax saving/tax benefit ) akibat cacat teoritis tersebut. Tax Planning didasarkan pada tiga unsur sistem perpajakan yaitu tax policy, tax law, dan tax administration. Perencanaan pajak yang utuh harus memenuhi aspek formal-administratif yang berkaitan dengan hukum pajak formal, maupun aspek material-substantif yang berkaitan dengan
hukum pajak material.
Tax Planning dari Aspek Formal
Aspek formal ialah pemenuhan kewajiban perpajakan yang sesuai dengan ketentuan tata cara atau prosedur yang telah ditentukan oleh KPPP sebagai mana diatur dalam hukum pajak formal yang terdiri dari UU KUP, UU PPSP, dan UU pengadilan pajak. Pemenuhan kewajiban perpajakan aspek formal ini penting dalam perpajakan karena dari aspek inilah dapat diukur
Sebagai cara untuk mengukur tingkat kepatuhan WP terhadap ketentuan peraturan per-uu-an perpajakan, aspek ini sering dijadikan alat ukur dalam menentukan criteria pemeriksaan.
Hal-hal yang berkaitan dengan tata cara atau prosedur pemenuhan kewajiban perpajakan merupakan hal yang penting yang harus diperhatikan sebelum melakukan Tax Planning . Tax Planning dari aspek formal difokuskan pada pemenuhan kewajiban perpajakan yang bersifat
administratif. Dengan Tax Planning yang baik dari aspek formal, maka hal-hal yang tidak menyenangkan dalam pemeriksaan pajak dapat dihindari atau setidaknya dapat diminimalkan. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan Tax Planning dari aspek formal yaitu: klasifikasi account, memilih saat tepat membayar/melaporkan pajak, penyimpanan data, menjadi WP criteria tertentu (Golden Taxpayer ).
ILUSTRASI:
Perusahaan mengeluarkan biaya pembelian oli mesin kendaraan operasional yang telah beroperasi selama waktu tertentu:
• Apabila dibiayakan dengan klasifikasi biaya perawatan, atas transaksi ini perusahaan
wajib melakukan pemotongan pph pasal 23 (jasa pemeliharaan/perawatan/perbaikan alat transportasi/kendaraan) sebesar 6% dari jumlah bruto.
• Jika pembelian oli tersebut diklasifikasikan sebagai perkiraan biaya oli mesin, tidak
termasuk dalam pengertian yang dimaksudkan oleh surat keputusan dimaksud karena merupakan pembelian barang.
Pemeriksa pajak biasanya tidak akan mau repot dengan mencari kebenaran material, lebih mengedepankan formalitas dari apa yang disajikan. Teknik pemeriksaan yang lebih mengedepankan aspek formalitas dari angka yang disajikan dikenal dengan teknik konfirmasi yang palling mudah dilakukan dari pada berbagai teknik pemeriksaan lainnya sekalipun cara ini mengabaikan kebenaran material dari perkiraan transaksi. Karena teknik ini mengandalkan kebenaran formal, dapat diatasi dengan memperhatikan kebenaran formal atas perkiraan keuangan perusahaan. Hal lain yang dapat dilakukan yaitu dengan cara membuat klasifikasi perkiraan sesuai dengan KPPP atau istilah yang dianut dalam perpajakan. Pada jasa teknik dan jasa manajemen dibedakan klasifikasinya dengan jasa konsultan. Sekalipun ada kemiripan istilah dan kedua transaksi dapat digabungkan dalam satu istilah tersebut, tetapi konsekuensi perpajakannya berbeda. PPh pasal 23 atas jasa konsultan dikenakan tarif 7,5% dari jumlah bruto,
ini, transaksi yang ada sebaiknya diklasifikasikan ke dalam perkiraan yang berbeda. Secara formal telah dilakukan pembukuan sesuai dengan istilah dan pengertian perpajakan. Hal ini akan membantu dalam melakukan evaluasi apakah perusahaan telah memenuhi kewajiban perpajakannya sesuai dengan KPPP.
ILUSTRASI
Perusahaan mencatat adanya perkiraan biaya konsultan Rp 1 M pada 2004. untuk memastikan pemenuhan akan kewajiban memotong PPh pasal 23, dapat dilihat pada total SPM PPh pasal 23
ada sebesar Rp 75 juta, atau dengan cara sebaliknya, bila perusahaan memiliki pemotongan untuk biaya konsultan sebesar Rp 75 juta, apakah perusahaan punya perkiraan pemotongan biaya sebesar Rp 1 M? apabila tidak, kemungkinan besar perusahaan akan mengalami koreksi positif atas kewajiban pemotongan PPh pasal 23 tersebut.
Tax Planning dari Aspek Material
Tax Planning dari aspek material ialah upaya untuk mengatur kewajiban perpajakan dengan cara tertentu yang secara keuangan lebih menguntungkan sesuai dengan kppp sebagaimana diatur dalam hukum pajak material yang terdiri dari UU PPh, UU PPN, UU PBB, UU BM, UU PDRD, UU BPHTB.
Tahapan Tax Planning
• Menganalisis informasi yang ada (analyzing the existing data base)
Dalam menganalisis, penting juga untuk memperhitungkan kemungkinan besarnya penghasilan dari suatu proyek dan segala pengeluaran yang mungkin terjadi. Seorang manajer perpajakan haus memperhatikan factor-faktor baik internal maupun eksternal, sebagai berikut:
Fakta yang relevan
Selalu memutakhirkan segala perubahan yang ada atau transaksi yang mempunyai dampak dalam perpajakan. Contoh: kegiatan produksi harus diidentifikasi apakah produk yang dijual termasuk kena pajak barang mewah atau tidak.
Faktor-faktor pajak
a. Jenis pajak yang ada, dimana manager harus tahu kewajiban perpajakan, apakah pajak lokal atau pajak internasional.
b. Masalah penafsiran atas suatu undang-undang atau penafsiran, dimana sering timbul terutama disebabkan oleh pengenaan pajak berganda baik bagi Negara domisili atau negara sumber.
c. Faktor penghubung :
- Residen/ domisili dan kebangsaan pembayaran pajak, dimana dengan cara sengaja memiliki residen lebih dari satu Negara.
- Bentuk badan dari pembayaran pajak, dimana beda bentuk badan, beda pula perlakuan beban pajak, pengurangan, serta tarif pajaknya.
- Sumber penghasilan, dimana terutama sistem pajak scheduler yang mengatur penghasilan apa yang dikenakan, siapa yang dikenakan, dasar pengenaan,
tarifnya, dll.
- Sifat dari transaksi atau operasi, dimana perlakuan pajaknya mungkin dapat menguntungkan bahkan bahkan merugikan. Contoh : pajak atas deviden.
- Hubungan antara pembayar dengan pihak lain, dimana dipengaruhi oleh siapa dan bentuk hubungannya seperti apa. Contoh : perlakuan pajak antara induk dan anak perusahaan.
d. Insentif pajak
Suatu pemberian fasilitas perpajakan yang diberikan kepada investor luar negeri untuk aktivitas tertentu atau untuk suatu wilayah tertentu. Insentif pajak ini digunakan untuk pembangunan ekonomi dalam suatu negara. Empat bentuk insentif pajak, yaitu (1) pengecualian dati pengenaan pajak (tax exempation) dimana palingn banyak digunakan namu perlu diperhatikan apakah ada jaminan keamanan asset WP terhadap penyitaa oleh negara, (2) pengurangan dasar pengenaan pajak (deduction from the taxablebase) dimana bentuknya berupa pengurangan biaya, contoh: penyusutan yang dipercepat (initial allowance), (3) pengurangan tariff pajak dimana diberikan untuk jenis perusahaan tertentu dan bisnis tertentu, dan (4) penangguhan pajak dimana dapat menunda pajak hingga
waktu tertentu dan untuk kasus tertentu saja. e. Perlindungan pajak
Tujuannya untuk memberikan kepastian hukum bagi perpajakan di masa yang akan datang. Kondisi perlindungan pajak (tax heavens), yaitu (1) tidak ada pajak
yang harus dipungut, (2) pajak hanya dipungut untuk international taxable event , atau hanya dipungut dari keuntungan yang didapat dari luar negeri, dan (3) perlakuan khusus yang diberikan kepada WP atau kejadian tertentu.
f. Anti peghindaran (anti avoidance)
Dimana harga transfer merupakan salah satu cara untuk menghindari pajak. Harga transfer dapat dipraktekkan secara domestic maupun internasional. Akibat dari harga transfer adalah kekurangwajaran harga yang terjadi pada harga penjualan, harga pembelian, alokasi biaya administrasi dan umum, pembelian harta perusahaan dari shareholders, penjualan kepada pihak luar negerei melalui pihak ketiga yang kurang atau tidak mempunyai substansi utama, pembayaran komisi, lisensi, waralaba, sewa, royalty, imbalan atas jasa manajemen, dan jasa teknik.
Faktor-faktor non pajak
Beberapa factor yang relevan yaitu masalah hukum, masalah mata uang dan nilai tukar, masalah pengawasan devisa, masalah program intensif investasi, dan masalah factor non pajak lainnya seperti stabilitas ekonomi dan politik.
• Membuat satu atau lebih model kemungkinan jumlah pajak (designing one or more
possible tax plans)
Model perjanjian-perjanjiannya seperti pemilihan bentuk transaksi operasi atau hubungan internasional, pemilihan negara asing sebagai tempat melakukan investasi atau menjadi residen dari negara tersebut, penggunaan satu atau lebih negara tambahan, misalnya pembentukan trust atau holding company di negara dengan beban pajak yang redah atau
di negara lain dimana tariff biasa ditetapkan.
• Mengevaluasi pelaksanaan perencanaan pajak (evaluating a tax plan)
Dalam pengevaluasian penting untuk mempertimbangkan: (1) bagaimana jika rencana tersebut tidak dilaksanakan, (2) bagaimana jika rencana tersebut dilaksanakan dan berhasil dengan baik, dan (3) bagaimana jika rencana tersebut dilaksanakan tetapi gagal.
• Mencari kelemahan dan memperbaiki kembali rencana pajak (debugging the tax plans)
Perbandingan berbagai rencana harus dibuat sebanyak mungkin sesuai bentuk perencaaan pajak yang diinginkan. Perubahan dapat dilakukan sesuai dengan perubahan
• Memutakhirkan rencana pajak (updating the tax plan)
Ada dua perencanaan, yakni perencanaan pajak domestic dan perencanaan pajak internasional.
Perencanaan Pajak Domestik
Pemahaman yang mendalam perlu dilakukan, terkait engan undang-undang dan peraturan perpajakan yang berlaku, teori akuntansi, serta praktik administrasi perpajajakan.
Perencanaan Pajak Internasional
a. Witholding Taxes, dimana (1) tariff withholding taxes selalu lebih rendah dari tarif pajak normal, (2) banyak Negara memperlakukan kredit pajak untuk penghasilan luar negeri yang sudah dikenakan pajak, (3) banyak Negara semakin menguatkan atau mempertahankanwithholding taxes
agar memperoleh posisi yang baik dalam negosiasi perjanjian pajak.
b. Tax heavens, dimana perusahaan banyak yang menggunakan ini sebagai media unuk tidak membayar apajak atau transaksi, yaitu dengan memindahkan pembayaran ke Negara tax heavens.
Beberapa teknik – teknik dalam Tax Planning
• Mempelajari nature of business dari company tersebut serta spesifikasi dari
transaksi yang terjadi sehingga dapat dengan jelas diperoleh ”completed picture” yang terjadi
• Mempelajari peraturan perpajakan yang terkait dengan kasus tersebut, jika
bersangkutan dengan negara lain, maka perlu dipelajari aspek perpajakan internasional-nya, dengan melihat tax treaty serta peraturan perpajakan yang berlaku di negara tersebut.
• Membuat alternatif – alternatif transaksi yang mungkin dapat diaplikasikan
• Melihat adanya risiko perpajakan mungkin akan muncul dengan dilakukannya
planning tersebut.
• Jika masih risiko tersebut masih masuk dalam ”Grey Area” ada baiknya
melakukan pertanyaan serta menulis surat ke Direktorat Jendral Pajak.
• Mempelajari Tax Planning yang sudah pernah dilakukan dari artikel – artikel lain. Strategi Umum Perencanaan Pajak
Tax saving merupakan upaya efisiensi beban pajak melalui pemilihan alternatif pengenaan pajak dengan tarif yang lebih rendah. Misalnya, perusahaan yang memiliki penghasilan kena pajak lebih yang tinggi, dapat melakukan perubahan pemberian natura
kepada karyawan menjadi tunjangan dalam bentuk uang.
• Tax Avoidance
Tax avoidance merupakan upaya efisiensi beban pajak dengan menghindari pengenaan pajak melalui transaksi yang bukan merupakan objek pajak. Misalnya, perusahaan yang masih mengalami kerugian, perlu mengubah tunjangan karyawan dalam bentuk uang menjadi pemberian natura karena natura bukan merupakan objek pajak PPh Pasal 21.
• Menghindari Pelanggaran atas Peraturan Perpajakan
Dengan menguasai peraturan pajak yang berlaku, perusahaan dapat menghindari timbulnya sanksi perpajakan berupa sanksi administrasi (denda, bunga, atau kenaikan) dan sanksi pidana (pidana atau kurungan).
• Menunda Pembayaran Kewajiban Pajak
Menunda pembayaran kewajiban pajak tanpa melanggar peraturan yang berlaku dapat dilakukan melalui penundaan pengakuan penghasilan atau pengakuan biaya.
• Mengoptimalkan Kredit Pajak yang Diperkenankan
Wajib Pajak sering kurang memperoleh informasi mengenai pembayaran pajak yang dapat dikreditkan yang merupakan pajak dibayar dimuka, seperti PPh Pasal 22 Impor, Fiskal Luar Negeri.
ILUSTRASI
PT Dhana memperoleh penghasilan Rp 10.000.000 dan beban komersial Rp 7.500.000, termasuk kebijakan menyediakan dokter dan obat-obatan sejumlah Rp 180.000.000.
Penghematan pajak Rp 54.000.000
PERHITUNGAN FISKAL KETERANGAN
TANPA
PERENCANAAN TAX PLANNING Penghasilan 10,000, 000,000.00 10,000,000,000 .00 Beban komersial (7,500, 000,000.00) (7,500,000,000 .00)
Laba sebelum pajak
2,500, 000,000.00
2,500,000,000 .00 Koreksi :
Biaya tidak boleh dikurangkan
180, 000,000.00 Laba Fiskal 2,680, 000,000.00 2,500,000,000 .00 Pajak penghasilan (786, 500,000.00) (732,500,000 .00)
Laba setelah pajak
1,893, 500,000.00
1,767,500,000 .00
TAX PLANNING PENANAMAN MODAL ASING
Meningkatnya perkembangan teknologi informasi dan semakin terbukanya perekonomian suatu negara tentu akan memberikan peluang bagi perusahaan untuk mengembangkan bisnis mereka dengan cara menciptakan berbagai inovasi produk barang maupun jasa. Sebagai perusahaan yang berorientasi laba sudah tentu suatu perusahaan akan berusaha untuk
mendapatkan keuntungan yang sebanyak-banyaknya melalui berbagai macam efisiensi biaya, termasuk efiesiensi beban (biaya) pajak.
Terkait dengan hal-hal tersebut di atas, yaitu semakin canggihnya skema-skema transaksi keuangan yang ada dalam dunia bisnis tentu juga akan menciptakan peluang bagi perusahaan untuk melakukan skema-skema transaksi penghindaran pajak dalam rangka mengurangi beban pajak mereka, apalagi jika terjadi kekosongan peraturan perundang-undangan terhadap skema-skema penghindaran pajak tersebut. Bagi perusahaan yang beroperasi secara internasional (perusahaan multinasional) kesempatan untuk melakukan penghindaran pajak lebih terbuka lagi yaitu dengan cara memanfaatkan perbedaan sistem perpajakan suatu negara (international tax avoidance).
Dalam perdagangan internasional, perusahaan multinasional tersebut mempunyai peran sebesar 60 persen dari transaksi internasional. Oleh karena besarnya sumbangan mereka terhadap perdagangan internasional maka wajar saja kalau perusahaan multinasional tersebut merupakan penyumbang pajak terbesar di banyak negara, tidak terkecuali juga bagi negara Indonesia.
Terkait dengan perusahaan multinasional (PMA), dalam tahun 2005 saja, di Indonesia, realisasi investasi yang berasal dari PMA diperkirakan mencapai USD 8.68 miliar. Jumlah tersebut meningkat dua kalinya dari tahun sebelumnya. Seiring dengan besarnya investasi asing yang masuk ke Indonesia, pendapatan pemerintah yang berasal pajak dari perusahaan multinasional seharusnya tinggi. Akan tetapi, saat itu pernah dikejutkan dengan pernyataan mantan Menteri Keuangan RI Jusuf Anwar pada akhir November 2005, yang menyatakan bahwa 750 PMA tidak pernah membayar pajak. Hal yang sama juga pernah diungkapkan di tahun 2002 oleh pejabat pajak yang menangani perusahaan multinasional yang pernah mengindikasikan kemungkinan adanya praktik ilegal dari kalangan perusahaan PMA, antara lain melalui transfer pricing, sehingga 70% perusahaan PMA yang terdaftar sebagai Wajib Pajak laporan
keuangannya terlihat merugi dan akhirnya tidak mempunyai kewajiban membayar pajak. Di balik pernyataan tersebut tentu menimbulkan pertanyaan, apakah perusahaan multinasional
tersebut benar-benar rugi atau melakukan penghindaran pajak, sehingga tidak membayar pajak? Dan bagaimana dengan peraturan perundang-undangan anti penghindaran pajak (anti avoidance) negara dalam menghindari skema penghindaran pajak tersebut?
Tax Avoidance, Tax Planning, dan Tax Evasion
Sebagai perusahaan yang berorientasi laba, sudah tentu suatu perusahaan domestik maupun perusahaan multinasional berusaha meminimalkan beban pajak dengan cara memanfaatkan kelemahan sistem ketentuan pajak dari suatu negara. Di banyak negara, skema penghindaran pajak dapat dibedakan menjadi:
1. Penghindaran pajak yang diperkenankan (acceptable tax avoidance).
2. Penghindaran pajak yang tidak diperkenankan (unacceptable tax avoidance).
Antara suatu negara dengan negara lain bisa jadi saling berbeda pandangannya tentang skema apa saja yang dapat dikategorikan sebagai acceptable tax avoidance atau unacceptable tax avoidance. Dengan demikian, bisa saja suatu skema penghindaran pajak tertentu di suatu negara dikatakan sebagai penghindaran pajak yang tidak diperkenankan, tetapi di negara lain dikatakan sebagai penghindaran pajak yang diperkenankan. Istilah lain yang sering dipergunakan untuk menyatakan penghindaran pajak yang tidak diperkenankan adalah aggressive tax planning dan istilah untuk penghindaran pajak yang diperkenankan adalah defensive tax planning .
Dalam perpajakan, istilah tax avoidance biasanya diartikan sebagai suatu skema transaksi yang ditujukan untuk meminimalkan beban pajak dengan memanfaatkan kelemahan-kelemahan (loophole) ketentuan perpajakan suatu negara. Dengan demikian, banyak ahli pajak menyatakan skema tersebut sah-sah saja (legal) karena tidak melanggar ketentuan perpajakan. Lebih lanjut, The Asprey Comittee of Australia, seperti yang dikutip oleh Indrayagus Slamet menyatakan bahwa tax avoidance umumnya menyangkut perbuatan yang masih dalam koridor hukum tapi
tidak berdasarkan ”bonafide dan adequate consideration”, atau berlawanan dengan maksud dari pembuat undang-undang (the intention of parliament ).
Tax planning adalah upaya Wajib Pajak untuk meminimalkan pajak yang terutang melalui skema yang memang telah jelas diatur dalam peraturan perundang-undangan perpajakan dan sifatnya tidak menimbulkan dispute antara Wajib Pajak dan otoritas pajak. Sedangkan tax evasion diartikan sebagai suatu skema memperkecil pajak yang terutang dengan cara melanggar ketentuan perpajakan (ilegal) seperti dengan cara tidak melaporkan sebagian penjualan atau memperbesar biaya dengan cara fiktif.
Berkaitan dengan tax avoidance, pertanyaan yang layak kita ajukan adalah apakah suatu skema transaksi yang tujuannya semata-mata untuk penghindaran pajak (tidak ada tujuan bisnisnya) dengan cara memanfaatkan kelemahan ketentuan perpajakan yang ada dapat
dibenarkan? Dalam konteks perpajakan internasional, ada berbagai skema yang biasa dilakukan oleh PMA untuk melakukan penghematan pajak yaitu dengan skema seperti (i) transfer pricing , (ii) thin capitalization, (iii) treaty shopping , dan (iv) controlled foreign corporation (CFC). Pada umumnya dalam melakukan penghematan pajak tersebut, Wajib Pajak dapat menjalankan dalam bentuk:
1. Substantive tax planning , yang terdiri atas:
• Memindahkan subjek pajak (transfer of tax subject ) ke negara-negara yang dikategorikan
sebagai tax haven atau negara yang memberikan perlakuan pajak khusus (keringanan pajak) atas suatu jenis penghasilan.
• Memindahkan objek pajak (transfer of tax subject ) ke negara-negara yang dikategorikan
sebagai tax haven atau negara yang memberikan perlakuan pajak khusus (keringanan pajak) atas suatu jenis penghasilan.
• Memindahkan subjek pajak dan objek pajak (transfer of tax subject and of tax object ) ke
negara-negara yang dikategorikan sebagai tax haven atau negara yang memberikan perlakuan pajak khusus (keringanan pajak) atas suatu jenis penghasilan.
2. Formal tax planning
Melakukan penghindaran pajak dengan cara tetap mempertahankan substansi ekonomi dari suatu transaksi dengan cara memilih berbagai bentuk formal jenis transaksi yang memberikan beban pajak yang paling rendah.
Ketentuan tentang Anti Avoidance
Dalam menghadapi skema-skema unacceptable tax avoidance atau aggressive tax planning seperti tersebut di atas, umumnya suatu negara menerbitkan ketentuan pencegahan penghindaran pajak yang diatur dalam peraturan perundang-undangan perpajakan sebagai berikut ini:
1. Specific Anti Avoidance Rule (SAAR), yaitu ketentuan anti penghindaran pajak atas transaksi seperti (i) transfer pricing , (ii) thin capitalization, (iii) treaty shopping , dan (iv) controlled foreign corporation (CFC).
2. General Anti Avoidance Rule (GAAR), yaitu ketentuan anti penghindaran pajak untuk mencegah transaksi yang semata-mata dilakukan oleh Wajib Pajak yang semata-mata untuk tujuan penghindaran pajak atau transaksi yang tidak mempunyai substansi bisnis.
Di banyak negara, seperti di Israel dan Kanada, telah membuat suatu ketentuan untuk menangkal praktik unacceptable tax avoidance atau aggressive tax planning yang dilakukan oleh Wajib Pajak. Hal ini disebabkan karena tax planning yang dilakukan oleh Wajib Pajak tidak lagi bersifat defensive tax planning lagi tetapi sudah semakin offensive yaitu dengan membuat suatu transaksi semu yang pada dasarnya tidak ada tujuan bisnisnya atau membuat suatu entitas usaha di negara-negara yang dikategorikan sebagai tax haven country. Di Australia, skema-skema yang dapat dikategorikan sebagai aggressive tax planning oleh Australian Taxation Office (ATO) adalah sebagai berikut:
1. Transaksi yang dibuat semata-mata untuk tujuan menghindari pajak. Dengan kata lain transaksi tersebut tidak mempunyai tujuan bisnis, kalaupun ada tujuan bisnisnya tetapi sangat tidak signifikan.
2. Berusaha untuk mendapatkan fasilitas pajak yang sebenarnya fasilitas pajak tersebut tidak ditujukan kepadanya.
3. Membuat transaksi yang berputar-putar yang akhirnya transaksi tersebut akan kembali lagi kepadanya (round-robin flow of funds).
4. Penggelelembungan nilai aset untuk mendapatkan biaya penyusutan yang besar di masa yang akan datang.
5. Memanfaatkan suatu entitas usaha di mana penghasilan yang diterima oleh entitas usaha tersebut dikecualikan sebagai objek pajak.
6. Transaksi bisnis yang melibatkan negara-negara yang dikategorikan sebagai tax haeven countries.
Dalam peraturan perundang-undangan perpajakan kita yang berlaku saat ini, belum ada definisi yang jelas mengenai tax plannning, agresive tax planning, acceptable tax avoidance dan unacceptable tax avoidance. Dengan demikian, dalam praktiknya sering menimbulkan penafsiran yang berbeda antara Wajib Pajak dan aparat pajak. Wajib Pajak dan aparat pajak tentu akan memberikan penafsiran sendiri-sendiri yang menguntungkan mereka, sehingga menimbulkan ketidakpastian hukum.
Dari sudut pandang Wajib Pajak, tentu akan berpendapat bahwa sepanjang skema penghindaran pajak yang mereka lakukan tidak dilarang dalam peraturan perundang-undangan perpajakan tentu sah-sah saja (legal). Hal ini dimaksudkan untuk memberi kepastian hukum bagi Wajib Pajak. Akan tetapi, di sisi lain, pemerintah tentu juga berkepentingan bahwa jangan sampai suatu ketentuan perpajakan disalahgunakan oleh Wajib Pajak untuk semata-mata tujuan penghindaran pajak yang akan merugikan penerimaan negara. Oleh karena itu, untuk kepastian
hukum baik bagi Wajib Pajak maupun bagi pemerintah, ketentuan tentang tax planning, tax avoidance, dan anti tax avoidance yang berupa Specific Anti Avoidance Rule (SAAR) maupun General Anti Avoidance Rule (GAAR) harus diatur secara jelas dan rinci dalam ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, baik untuk ketentuan formalnya yaitu terkait dengan