• Tidak ada hasil yang ditemukan

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "4. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

11

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Partisipan dan Key Informant

Penelitian ini terdiri dari 5 orang partisipan yang ditetapkan dengan kriteria merupakan petani sayuran organik yang tergabung dalam anggota dan pengurus kelompok tani Tranggulasi, yaitu Bapak Harto Slamet, Bapak Suparyono, Bapak Syaifrudin, Bapak Jumarno dan Bapak Harun. Karakteristik partisipan dapat dilihat berdasarkan tabel 4.1.

Tabel 4.1. Karakteristik Umum Partisipan Anggota Kelompok Tani Tranggulasi Nama Umur (tahun) Pendidikan Pendapatan /bulan (Rp) Keterangan

Harto Slamet 58 SD 2.500.000 Wakil Ketua / Sesepuh Harun 48 SD 1.500.000 Anggota / Seksi Pengelola Lahan Jumarno 47 SMP 2.000.000 Anggota / Seksi Usaha

Suparyono 49 SD 1.500.000 Sekretaris II

Syaifrudin 35 SMP 1.000.000 Bendahara

Sumber : Data primer, 2013

Selain data dari para partisipan diambil juga data dari key informant yang bertujuan untuk memvalidasi data hasil wawancara dengan partisipan. Karakteristik key informant dapat dilihat pada tabel 4.2.

Tabel 4.2. Karakteristik Umum Key Informant

Nama Umur

(tahun)

Pendidikan Keterangan

Pitoyo Ngatimin 46 S1 Ketua Kelompok Tani Tranggulasi Abdul Wahab 41 SLTA Sekretaris 1 Kelompok Tani Tranggulasi Petrus Kriswigati 55 D3 PPL Dinas Pertanian

Sumber : Data primer, 2013

4.2 Bentuk Partisipasi Petani di Kelompok Tani Tranggulasi 4.2.1 Partisipasi Buah Pikiran

Menurut Khotim (2004), partisipasi buah pikiran merupakan sumbangan ide bentuk keterlibatan yang mengarah pada perumusan, perancangan dan perencanaan kegiatan. Partisipasi buah pikiran di kelompok tani Tranggulasi selebihnya berupa sumbangan ide dan informasi dalam mendukung budidaya organik. Berikut pernyataan dari partisipan mengenai partisipasi buah pikiran:

(2)

“ sebagai pengurus seksi usaha saya biasa nyumbang ide misalnya kita kelompok butuh pupuk organik, selain pakai kotoran sapi, saya juga pakai urine sapi untuk buat pupuk organik cair, itu dicampur EM4 biar bisa jadi, ide ini yang saya kasih ke kelompok trus kita coba buat dan hasilnya juga memuaskan.” (Bapak Jumarno)

“ dalam rapat rutin kelompok tani Tranggulasi, ide atau pemikiran yang sering disampaikan kebanyakan merupakan informasi tentang budidaya misalnya kendala cuaca, hama, kebutuhan air. Selain itu informasi pasar juga sering disampaikan dalam rapat seperti informasi harga, kontrak jual-beli.” (Bapak Harto Slamet)

Partisipasi buah pikiran yang tergambar dari pernyataan parisipan adalah sumbangan ide dalam membuat pupuk cair organik dan informasi mengenai budidaya, harga dan kontrak jual-beli. Hal ini juga didukung dengan pernyataan key informant :

“ dalam rapat tidak menutup kemungkinan anggota kelompok memberi masukan informasi atau pun ide-ide untuk mendukung kegiatan organik disini, informasi mengenai harga yang ditawarkan, kontrak jual-beli. Selain itu pada proses budidaya organik, banyak kendala-kendala yang anggota rasakan misalnya kekurangan pupuk organik, disitu muncul ide-ide baru misalnya membuat pupuk cair organik, tidak hanya kotoran sapi saja yang kita manfaatkan tetapi air kencing sapi juga bisa kita jadikan pupuk.” (Bapak Abdul Wahab)

Penuturan dari partisipan dan key informant tentang bentuk partisipasi buah pikiran yang diberikan oleh anggota kelompok adalah ide dan informasi. Terdapat ide - ide berupa pemikiran untuk memanfaatkan sumberdaya yang ada di kelompok guna mendukung kegiatan budidaya sayuran organik yaitu memanfaatkan urine sapi untuk dijadikan pupuk organik cair. Sumbangsih partisipasi buah pikiran selanjutnya adalah informasi. Informasi yang diberikan mencakup aspek budidaya dan pemasaran produk. Informasi dalam aspek budidaya meliputi; kendala dalam budidaya organik seperti serangan hama penyakit, kebutuhan akan pupuk organik dan air sedangkan dari aspek pemasaran produk meliputi informasi pasar, harga, kontrak jual-beli dan komuditas sayuran organik.

4.2.2 Partisipasi Tenaga

Menurut Khotim (2004), bahwa partisipasi tenaga merupakan bentuk keterlibatan seserorang secara fisik dalam aktifitas sosial. Sejalan dengan pernyataan tersebut partisipasi tenaga merupakan hal yang penting dalam budidaya sayuran organik bagi anggota kelompok tani Tranggulasi. Berikut pernyataan dari partisipan mengenai partisipasi tenaga :

(3)

“ partisipasi tenaga yang sering diberikan oleh anggota kelompok dari budidaya sampai pasca panen. Saya pribadi juga seperti itu, lahan yang saya punya, yah saya yang mengelola, mulai dari mencangkul, memasang mulsa, tanam, perawatan sampai panen hasil dari itu semua saya serahkan ke kelompok.” (Bapak Jumarno)

“ tenaga yang saya punya yah saya bisa kerja buat kelompok mas, kalau ada kegiatan mbangun pipa irigasi atau kita disuruh ngerawat pipa irigasi, yah saya kerja, tenaga saya untuk ngasih ke kelompok.” (Bapak Harun)

Tergambar dari pernyataan di atas, bahwa partisipasi tenaga yang diberikan adalah mengikuti kegiatan kerja kelompok dalam berbudidaya organik. Mendukung pernyataan dari partisipan, selaku key informant membenarkan:

“ partisipasi tenaga yang diberikan anggota kelompok yaitu dari aspek budidaya, contohnya masing-masing dari anggota mengelola lahan mereka sendiri. Hal ini merupakan kewajiban dari anggota karena jika mereka tidak memberikan tenaga maka hasilnya tentu tidak akan maksimal atau rugi. Selain budidaya, partisipasi tenaga dalam kegiatan pasca panen juga sering diberikan, bisa dilihat dalam proses pensortiran dan pengepakan di gudang, disana teman-teman anggota berkerja dalam menyelesaikan kegiatan tersebut.”( Bapak Pitoyo)

“ seluruh kegiatan kelompok tani Tranggulasi mulai dari proses budidaya sampai pasca panen ini dibutuhkan tenaga. Setiap anggota kelompok wajib memberikan tenaganya untuk mendukung kegiatan kelompok. Tenaga yang diberikan tidak hanya mengelola lahan pribadi selain itu juga untuk mendukung keberlangsungan kegiatan kelompok seperti membuat embung, saluran irigasi.” (Bapak Abdul Wahab)

Partisipasi tenaga yang diberikan oleh anggota kelompok tani Tranggulasi meliputi kegiatan fisik yaitu kegiatan kerja berbudidaya organik mulai dari kegiatan produksi hingga pasca panen dan perawatan fasilitas kelompok. Limpahan tenaga ini diperuntukkan guna mendukung seluruh kegiatan di kelompok tani Tranggulasi. Hal ini dikarenakan partisipasi tenaga dirasa sebagai suatu kewajiban karena tanpa partisipasi tenaga maka seluruh kegiatan budidaya pengembangan agribisnis pertanian sayuran organik tidak akan berjalan dengan baik.

4.2.3 Partisipasi Harta Benda

Menurut Fahrudin (2011) dalam Setiawan (2013), partisipasi harta benda adalah yang diberikan orang dalam bentuk uang atau materi sebagai modal pembangunan. Begitu juga yang tergambar di kelompok tani Tranggulasi seperti penyediaan tanah dan iuran yang disampaikan oleh Bapak Syarifudin (35th) sebagai berikut:

“ untuk harta benda kami hanya memberikan semampu kami saja,yah namanya kita hanya petani mas…untuk saya pribadi saya menyewakan kepada anggota sebidang tanah untuk ditanami sayur oleh kelompok...uang sewanya enggak banyak sih mas hanya Rp.500.000,- per tahunnya, kalau untuk kelompok saya rela yang penting untuk

(4)

kepentingan bersama nomer 1 mas. Kebetulan saya sebagai bendahara 2 di kelompok, saya juga yang mengurus keuangan dari kelompok…itu berasal dari iuran-iuran wajib dari anggota.”

Berdasarkan penuturan Bapak Syaifrudin (35th), dalam hal sumbangsih harta benda seluruh anggota menyumbangkan seturut dengan kemampuan mereka. Sumbangan yang diberikan berupa lahan yang disewakan untuk kelompok dan iuran wajib. Memperjelas pernyataan tentang iuran wajib dari partisipan, selaku key informant menambahkan :

“ dalam partisipasi harta benda, biasanya seperti ini, yaitu memberikan fasilitas untuk kegiatan magang siswa/mahasiswa, memberikan akomodasi dalam mengikuti pameran/pelatihan organik. Selain itu ada iuran untuk tanam pertama itu ada iuran saham Rp.25.000/anggota, iuran wajib Rp.1000/bulan, potongan hasil panen diambil Rp.100/kilo semuanya itu masuk ke kas kelompok.”(Bapak Pitoyo)

“ untuk kelompok tani ini, bentuk dari partisipasi harta benda tidak hanya berupa uang iuran tetapi juga ada iuran pupuk kandang masing-masing anggota harus 2 keranjang atau ± 60 kg.”(Bapak Abdul Wahab)

Menyimpulkan hasil wawancara dengan partisipan dan key informant di atas, bahwa partisipasi dalam bentuk harta benda terdiri dari iuran wajib dan bangunan. Iuran wajib diperuntukkan sebagai pendukung pembiayaan dalam berbudidaya organik, sedangkan sumbangan bangunan berupa rumah dan tanah, rumah dipergunakan sebagai wadah atau fasilitas dalam kegiatan permagangan serta tanah sebagai lahan tempat berbudidaya sayuran organik. Seluruh sumbangsih harta benda yang diberikan oleh anggota ini berdasarkan kemampuan dan sukarela dari seluruh anggota.

4.2.4 Partisipasi Keterampilan

Tentang bentuk partisipasi keterampilan, tidak semua anggota kelompok mempunyai keterampilan yang sama. Bentuk partisipasi keterampilan hampir mirip dengan partisipasi tenaga, namun bentuk partisipasi ini lebih spesifik pada kemampuan personal dari masing-masing anggota kelompok tani tersebut. Berikut pernyataan yang disampaikan oleh Bapak Jumarno (47th) menggambarkan keterampilan yang dimilikinya:

“ untuk partisipasi keterampilan, saya bisa dalam hal pembukuan kelompok, jadi semua pencatatan akuntansi saya yang urus, keluar masuknya sayur saya yang catat itu butuh terampil dan kita harus teliti mas.”

(5)

Seperti yang disebutkan dalam pernyataan di atas yaitu bentuk partisipasi yang diberikan adalah pembukuan seluruh transaksi di kelompok. Membenarkan bentuk keterampilan yang disebutkan partisipan, berikut pernyataan dari key informant :

“ dalam keanggotaan kelompok tani ada yang bisa administrasi…nah hal ini bisa dipakai untuk mendukung kegiatan kelompok tani contohnya Pak Jumarno, beliau mahir dalam hal pembukuan…yah saya tugaskan saja jadi pengelola gudang.” (Bapak Pitoyo)

“ kami membagi pekerjaan berdasarkan keterampilan yang dimiliki oleh masing-masing anggota kelompok. Saya dan beberapa anggota lain seperti Pak Suparyono, Harto Slamet, dan juga Pak Supardi khusus menangani pembuatan pupuk.”(Bapak Abdul Wahab) Bentuk partisipasi keterampilan yang muncul di kelompok tani Tranggulasi ini bermacam-macam, mulai dari keterampilan dalam pembuatan pupuk organik serta pembukuan administrasi kelompok. Selaras dengan pernyataan dari Fahrudin (2011) bahwa partisipasi keterampilan adalah kemahiran yang diberikan orang untuk mendorong aneka ragam bentuk usaha dan industri. Partisipasi keterampilan yang diberikan oleh seluruh anggota kelompok sesuai dengan kelebihan dan kemampuan dari masing-masing anggota dan semuanya itu untuk mendukung kegiatan pengembangan pertanian sayuran organik di Kelompok Tani Tranggulasi.

4.2.5 Partisipasi Sosial

Bentuk partisipasi ini adalah dimana setiap anggota akan dianggap sebagai bagian dari kelompoknya. Huraerah (2008) memaparkan bahwa partisipasi sosial adalah yang diberikan orang sebagai tanda keguyuban. Menurut KBBI arti dari keguyuban adalah berasal dari kata dasar guyub yang berarti perkumpulan yang bersifat kekeluargaan, didirikan orang-orang yang sepaham (sedarah) untuk membina persatuan (kerukunan) diantara para anggotanya (Anonim 2014a). Berikut petikan wawancara dengan Bapak Suparyono (49th) tentang bentuk partisipasi sosial:

“ partisipasi sosial untuk kelompok tani, yah semua anggota itu sering mengikuti rapat rutin, gotong royong, semua itu dilakukan secara sukarela mas…semua anggota punya inisiatif sendiri,..yah karena itu semua untuk kebutuhan kelompok juga. Kalau untuk partisipasi sosial dengan desa disini, kita sering mengikuti pengajian bersama, kegiatan bersih-bersih kampung.”

Tercermin dari pernyataan partisipan bahwa partisipasi sosial sebagai tanda keguyuban yang diberikan anggota kelompok tani Tranggulasi adalah mengikuti

(6)

rapat rutin internal kelompok, gotong royong dalam membangun fasilitas kelompok. Mendukung pernyataan di atas, key informant menambahkan :

“ untuk kegiatan sosial di internal kelompok pasti semua anggota ikut serta contohnya rapat rutin, gotong royong waktu bangun fasilitas kelompok. Semua kegiatan diikuti anggota karena mereka mempunyai tujuan dan kepentingan bersama untuk kemajuan kelompok tani ini mas.. Kalau untuk kegiatan sosial dengan masyarakat desa disini, anggota kelompok sering ikut kerja bakti dalam kegiatan bersih-bersih kampung, kegiatan lain lagi kalau ada warga desa yang terkena musibah, kelompok tani sudah menyiapkan sumbangan.”(Bapak Pitoyo)

“ namanya kita bersosial kelompok pasti ada tujuan yang kita mau tuju, yah untuk itu kita kelompok ini saling membantu dan aktif mulai dari ikut rapat, gotong royong tanam atau panen, hajatan, pengajian dan misalnya ada anggota atau warga sini yang kena musibah pasti kita bantu mas, semua itu untuk kepentingan bersama dan untuk kemajuan kelompok tani Tranggulasi disini juga mas tooh kita sama-sama rasa juga.”(Bapak Abdul Wahab)

Berdasarkan argumen dari partisipan dan key informant mengenai partisipasi sosial, dapat disimpulkan bahwa ada 2 (dua) kelompok partisipasi sosial yaitu internal dan eksternal kelompok. Internal kelompok meliputi mengikuti rapat, gotong royong dalam berkerjasama membangun dan merawat fasilitas kelompok. Hal ini dikarenakan anggota kelompok menyadari menyadari satu paham dan tujuan yang sama dalam memajukan kegiatan pengembangan agribisnis pertanian sayuran organik di kelompok tani Tranggulasi. Eksternal yaitu anggota kelompok ikut andil dalam semua kegiatan di desa tersebut mulai dari mengikuti pengajian, hajatan dan sumbangan sosial kepada warga desa yang terkena musibah, hal ini dikarenakan seluruh anggota kelompok tani Tranggulasi menyadari bahwa mereka adalah bagian dari desa tersebut.

4.3 Faktor-faktor Pendorong Partisipasi Petani

Menurut Suciati (2006), ada 2 (dua) faktor yang dapat menjadi pendorong komunitas untuk berpartisipasi. Faktor tersebut adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal itu antara lain usia, tingkat pendidikan dan tingkat penghasilan. Sementara faktor eksternal dapat berupa lembaga-lembaga yang memberikan dukungan agar mendorong terjadinya partisipasi komunitas.

4.3.1 Faktor Internal Petani a. Usia

Menurut Slamet (1994), bahwa usia berpengaruh pada keaktifan seseorang dalam berpartisipasi. Dalam hal ini golongan tua yang dianggap lebih

(7)

berpengalaman atau senior akan lebih banyak memberikan pendapat dan motivasi (Yulianti, 2000 dalam Suciati, 2006). Hal ini juga terlihat di kelompok tani Tranggulasi, dimana anggota yang sudah sesepuh bentuk partisipasinya hanya sebatas partisipasi buah pikiran yaitu berbagi pengalaman dan motivasi. Berikut petikan wawancara dengan Bapak Harto Slamet (58th) sebagai sesepuh kelompok mengenai bentuk partisipasi yang diberikan:

“ saya bertambah umur berarti bertambah pengalaman, jadi yang bisa saya berikan itu hanya pengalaman saja sama anggota kelompok. Dalam rapat juga seperti itu mas…saya biasa memberikan motivasi kepada teman-teman anggota agar terus semangat berbudidaya organik, karena saya juga yang paling sesepuh disini makanya saya harus bisa memberikan contoh yang baik juga mas, di umur saya yang sudah tua ini yah saya hanya bisa berbagi pengalaman saja mas…kalau untuk tenaga dan lainnya saya serahkan pada yang muda saja, saya sebagai penasehat saja.”

Penuturan Bapak Harto Slamet (58th) sependapat dengan Tamarli (1994), yang menyatakan bahwa semakin tua usia seseorang, relatif berkurang kemampuan fisiknya dan keadaan tersebut akan berperan dalam partisipasinya. Namun pada anggota kelompok tani Tranggulasi yang lain, yang usianya lebih muda juga memberikan kontribusi yang berbeda dalam kelompok tani Tranggulasi. Berikut pernyataan dari Bapak Jumarno (47th):

“ kalau saya masih siap untuk segala sesuatu mas….yah umur saya baru 47 tahun, masih kuat lah mas. Untuk kegiatan kelompok saya pasti nomer satu, mau dari budidaya sampai pasca panen, kebetulan juga saya sebagai pengelola gudang jadi setiap hari saya kudu stanby di gudang, jadi saya yang mengawasi, mencatat keluar masuknya sayur.”

Mendukung dari pernyataan partisipan, key informant menambahkan:

“ kalau dari segi usia, semua anggota punya hak untuk berpartisipasi, tidak terkecuali anggota yang sudah lanjut usia contohnya mbah Harto Slamet, beliau sering sekali menyampaikan pengalaman dia dalam bertani jadi misalnya dalam rapat ada anggota yang terkendala masalah hama, beliau pasti langsung memberikan solusi dan beliau menjadi panutan di kelompok tani Tranggulasi ini karena sudah banyak makan garam. Dalam organisasi kelompok, beliau saya percayakan sebagai wakil ketua dan penasehat di kelompok tani ini.”(Bapak Pitoyo)

“ semua anggota punya hak dan kewajiban untuk berpartisipasi, baik yang tua atau yang muda. Banyak hal yang bisa diberikan untuk kemajuan dan pengembangan kelompok tani disini, untuk buah pikiran bagi yang sudah sesepuh mereka bisa menyumbangkan pengalaman mereka dalam bertani organik…yah mereka kan sudah lahir duluan dari kita mas jadi yah otomatis pengalaman mereka lebih banyak, tetapi untuk yang masih muda seperti saya dan anggota yang lain pasti untuk semua bentuk partisipasi…pasti kami siap mas.”(Bapak Abdul Wahab)

Menyimpulkan berdasarkan usia anggota kelompok tani Tranggulasi terhadap bentuk partisipasi yang diberikan adalah kelompok usia lanjut (>50tahun) akan berkontribusi sebatas bentuk partisipasi buah pikiran yaitu

(8)

berbagi pengalaman dan motivasi, sedangkan kelompok usia yang masih produktif (< 50 tahun) cenderung berpartisipasi dalam seluruh bentuk partisipasi baik dalam menyumbangkan buah pikiran, tenaga, harta benda, keterampilan dan sosial.

b. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan seseorang dalam komunitas turut menentukan bentuk partisipasi yang diberikan pada komunitasnya. Anggota kelompok tani Tranggulasi tidak semuanya berpendidikan tinggi, hal ini menentukan bentuk partisipasi yang diberikan. Berdasarkan latar belakang tingkat pendidikan, bentuk partisipasi yang muncul adalah buah pikiran dan keterampilan. Membedakan partisipasi buah pikiran, anggota yang berpendidikan rendah cenderung hanya mengikuti kebijakan yang dibuat oleh pengurus kelompok. Berikut penuturan dari Bapak Harun (48th) dengan latar belakang pendidikan SD :

“ pendidikan saya hanya SD atau dulu itu sekolah rakyat mas, untuk ide-ide saya hanya ikut saja apa kata pengurus, biar mereka saja yang atur saya terima kerja saja.”

Berdasarkan penuturan Bapak Harun (48th) bahwa buah pikiran yang diberikannya hanya sebatas mengikuti saja. Hal ini membedakan bentuk partisipasi buah pikiran pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Berikut penuturan dari Bapak Jumarno (47th) dengan latar belakang pendidikan SMP :

“ kalau di kelompok saya termasuk dalam pengurus, disitu kami yang rancang rencana kerja misalnya kalau ada hibah dana disitu kita yang tentukan mau diapakan dana itu, jadi dirapat itu saya biasa memberikan ide-ide misalnya uang itu kita pakai untuk beli sapi, selain bermanfaat kotorannya nanti juga bisa kita jual.”

Membenarkan dari pernyataan kedua partisipan tersebut, berikut pernyataan key informant :

“ memang jauh berbeda mas...antara orang yang berpendikan dengan yang tidak, artinya dari segi pandangan, pola pikir dan imajinasi itu orang yang berpendidikan akan mempunyai kelebihan dalam menyampaikan ide dan pemikiran yang memajukan kelompok disini dan pastinya berbanding terbalik dengan orang yang kurang dalam pendidikan mereka akan cenderung untuk mengikuti saja apa yang sudah ada, tapi tidak hanya itu saja mereka juga punya kemampuan dalam memecahkan masalah sendiri atas dasar pengalaman yang mereka punya.” (Bapak Abdul Wahab)

Latar belakang tingkat pendidikan mempengaruhi bentuk partisipasi buah pikiran yang diberikan. Anggota kelompok yang berpendidikan rendah cenderung tidak memberikan partisipasi buah pikiran yang berarti sedangkan anggota yang berpendidikan tinggi memberikan ide-ide yang bersifat nomatif dalam merancang

(9)

rencana kerja dalam kelompok tani Tranggulasi. Hal ini seiring dengan pernyataan Slamet (1994), bahwa tingkat pendidikan mempengaruhi dalam berpartisipasi karena dengan latar belakang pendidikan yang diperoleh, seseorang akan lebih mudah berinovasi dan mempunyai pikiran yang kreatif.

Bentuk partisipasi keterampilan juga terlihat berbeda berdasarkan tingkat pendidikan yang dimiliki anggota kelompok tani Tranggulasi. Berikut penuturan dari Bapak Harun (48th) dengan latar belakang pendidikan SD:

“ yah bisa lah mas keterampilan yang saya punya bisa nukang atau tukang bangunan wong saya ini hanya lulusan SD kok, jadi kalau kelompok mau mbangun saya siap bantu biar mereka enggak cari tukang lain lagi kan kalau pakai tukang lain pasti bayar lagi mas.”

Keterampilan yang dijabarkan oleh Bapak Harun (48th) merupakan keterbatasan dari latar belakang pendidikannya sehingga hanya menyumbangkan seturut dengan kemampuan yang dimiliki berupa keterampilan menjadi tukang bangunan. Keterampilan lain juga diberikan oleh Bapak Jumarno (47th)lewat penuturan berikut:

“ kalau pendidikan yah saya hanya lulusan SMP mas…saya dipercayakan oleh kelompok sebagai sekretaris pengelola gudang, kebetulan saya mahir dalam pembukuan yang saya dapat di sekolah dulu, itu yang saya pakai mas…yah lumayan lah mas bisa untuk membantu kelompok.”

Terlihat jelas perbedaan keterampilan yang dimiliki oleh masing-masing partisipan, yaitu pada latar belakang pendidikan rendah, keterampilan yang muncul berupa menjadi tukang bangunan dan pada latar belakang pendidikan tinggi yaitu keterampilan dalam hal pembukuan administrasi kelompok. Membenarkan perbedaan tersebut, berikut pernyataan key informant mengenai bentuk partisipasi keterampilan:

“ keterampilan yang dikasih anggota macam-macam bentuknya, kalau yang berpendidikan SD apa yang mereka bisa yah itu yang dikasih, ada yang bisa nukang yah silahkan selama itu membangun dan menguntungkan kelompok enggak papa, seperti ini lagi mas, untuk mengelola aktifitas di gudang misalnya pencatatan administrasi saya menugaskan anggota yang mengerti dan paham tentang pembukuan..nah ini butuh orang-orang yang pinter dalam hal ini yang berpendidikan baik seperti pak Jumarno sebagai pengelola gudang dan Syaifrudin sebagai bendahara.”(Bapak Pitoyo)

Menyimpulkan hasil temuan melalui wawancara, ditemukan bahwa tingkat pendidikan mempengaruhi bentuk partisipasi yang diberikan. Hal ini selaras dengan pernyataan Mubyarto dan Kartodirdjo (1988) yang mengatakan bahwa faktor pendidikan mempunyai pengaruh positif dalam derajat partisipasi yang

(10)

diberikan. Pada tingkat pendidikan rendah, bentuk partisipasi keterampilan yang diberikan hanya berdasarkan kemampuan individu yaitu menjadi tukang bangunan guna mendukung pembangunan fasilitas di kelompok tani Tranggulasi. Selanjutnya pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi maka bentuk partisipasi keterampilan yang diberikan akan lebih berkualitas berdasarkan pada pendidikan yang pernah ditempuh seperti pembukuan dalam administrasi kelompok.

c. Tingkat Penghasilan

Menurut Panudju (1999) dalam Suciati (2006), masyarakat hanya akan bersedia untuk mengerahkan semua kemampuannya apabila hasil yang dicapai akan sesuai dengan keinginan dan prioritas kebutuhan mereka. Selaras dengan pendapat tersebut, bahwa tingkat penghasilan yang didapat oleh petani anggota kelompok tani Tranggulasi menjadi faktor pendorong dalam memberikan partisipasi. Bentuk partisipasi yang dominan muncul adalah bentuk partisipasi buah pikiran, tenaga dan harta benda.

Pertama akan dibahas bentuk partisipasi buah pikiran dimana para anggota kelompok tani Tranggulasi memberikan motivasi atau ajakan untuk berbudidaya organik baik kepada anggota ataupun ke orang lain. Berikut pernyataan dari Bapak Harto Slamet (58th) untuk bentuk partisipasi buah pikiran:

“ kalau dari penghasilan begini mas…saya hanya bisa mengajak dan motivasi orang lain untuk berbudidaya organik, karena sehat dan harganya lumayan juga. Alhamdulilah saya sangat menikmati hasilnya sekarang mas...harga juga tinggi dan sehat makanya saya mengajak teman-teman untuk ikut jejak saya, dengan hasil yang saya dapat sekarang pasti mereka mau ikut berorganik.”

Mempertegas pernyataan mengenai bentuk partisipasi buah pikiran yang muncul berikut pernyataan dari key informant:

“ Alhamdulilah anggota kelompok disini saling berbagi ilmu dan motivasi untuk teman-teman yang lain untuk berbudidaya organik karena sehat dan penghasilan mereka yang baik.”(Bapak Pitoyo)

“ untuk memacu keinginan petani lain untuk ikut bertani organik maka yang kita butuhkan adalah contoh orang yang telah berhasil yah dalam hal ini orang yang berpenghasilan baik dari budidaya organik. Nah dari situ kita bisa menyumbangkan ide dan motivasi untuk mengajak oranglain berbudidaya organik.”(Bapak Abdul Wahab)

Berdasarkan pernyataan dari partisipan dan key informant, bahwa tingkat penghasilan mempengaruhi bentuk partisipasi buah pikiran. Partisipasi buah pikiran yang dimaksud adalah berbagi pengalaman dan motivasi untuk ikut berbudidaya organik.

(11)

Partisipasi tenaga, dimana dengan tingkat penghasilan yang baik secara langsung mempengaruhi partisipasi tenaga yang muncul. Bapak Jumarno (47th) misalnya, menyebutkan bahwa keterlibatan dirinya dalam bentuk partisipasi tenaga dipengaruhi oleh tingkat penghasilan :

“ saya kerja keras berorganik ini yah untuk cari duit mas…cari penghasilan itu, karena berorganik ini penghasilan saya jadi lumayan. Misalnya yah mas…harga untuk brokoli organik Rp. 14.000,- harga di pasar bisa setengah harga dengan non organik, dengan tingkat penghasilan yang seperti itu yah saya mau bekerja mas ngasih tenaga untuk kelompok dan untuk saya pribadi juga.”

Pernyataan Bapak Jumarno (47th) bahwa bentuk partisipasi yang diberikan adalah bentuk partisipasi tenaga yaitu kerja budidaya organik, karena beliau merasa penghasilan yang didapat dari bertani organik sangat baik dibandingkan dengan penghasilan bertani non organik. Mempertajam pernyataan dari partisipan, key informant menambahkan :

“ sudah pasti ada tenaganya mas, orang yang berpenghasilan baik pasti harus kerja keras..yah yang terjadi disini juga seperti itu mas…teman-teman anggota kelompok bekerja keras untuk penghasilan yang lebih baik.”(Bapak Pitoyo)

“ semakin banyak penghasilan, otomatis orang itu berkerja keras. Sama halnya juga di kelompok tani Tranggulasi ini, semakin kita berkerja keras pasti hasilnya juga memuaskan, jadi tenaga punya peran penting dalam budidaya organik disini.”(Bapak Abdul Wahab)

Terlihat dari pernyataan partisipan dan key informant dapat disimpulkan bahwa faktor tingkat penghasilan sangat mempengaruhi bentuk partisipasi tenaga, dalam hal ini seluruh anggota memberikan tenaga dan kerja keras untuk mendapatkan penghasilan yang lebih baik.

Selanjutnya adalah tingkat penghasilan mempengaruhi bentuk partisipasi harta benda yang diberikan anggota kelompok tani Tranggulasi. Berikut pernyataan dari Bapak Syaifrudin (35th) mengenai hal tersebut :

“ dari penghasilan berorganik yang lumayan itulah ada saya sisipkan untuk kelompok, yah itu tadi iuran wajib sama sumbangan-sumbangan lainya, pokoknya mas kalau untuk kelompok pasti saya siap sedia.”

Bapak Abdul Wahab (41th) juga memperjelas tentang partisipasi harta benda: “ semakin banyak penghasilan kita, katakanlah kita harus banyak-banyak juga memberikan sumbangan untuk mendukung pengembangan kelompok tani Tranggulasi ini, tooh semuanya itu kita rasakan sendiri kog mas... di kelompok ada iuran wajib Rp.1000/bulan, iuran hasil panen Rp.100,-/kg dan sumbangan kalau ada musibah.”

(12)

Pernyataan dari partisipan dan key informant disimpulkan bahwa sumbangsih bentuk partisipasi harta benda yang muncul dikelompok tani Tranggulasi dalam bentuk uang yaitu iuran wajib.

Berdasarkan pemaparan dari partisipan dan key informant, bentuk partisipasi buah pikiran, tenaga dan harta benda yang diberikan anggota kelompok tani berdasarkan tingkat penghasilan sangat mempengaruhi hal tersebut. Pada partisipasi buah pikiran yaitu muncul keinginan dari anggota untuk menceritakan, mengajak, membagi pengalaman dan informasi tentang budidaya organik yang telah dijalani sampai sekarang. Selanjutnya mengenai partisipasi tenaga yang muncul yaitu seluruh anggota berkerja keras dalam berbudidaya organik mulai dari proses budidaya hingga pasca panen, karena seluruh anggota kelompok ingin mendapatkan penghasilan yang baik dari budidaya organik tersebut. Mengenai bentuk partisipasi harta benda yang muncul adalah dalam bentuk iuran wajib dan dari semuanya itu diperuntukan memperlancar dan mendukung kegiatan budidaya guna memperoleh penghasilan yang baik.

4.3.2 Faktor Eksternal Petani

a. Lembaga Pemerintah (Dinas Pertanian Kabupaten Semarang)

Dinas Pertanian Kabupaten Semarang dalam hal ini berperan dalam mendukung dan memfasilitasi kegiatan pengembangan agribisnis pertanian sayuran organik di kelompok tani Tranggulasi. Adapun bentuk dukungan dan fasilitas dapat dilihat secara fisik dan non fisik. Secara fisik yaitu gudang penyimpanan, alat pengepakan, cooling storage, pembangkit listrik tenaga surya, embung , saluran irigasi dan satu unit mobil box. Sedangkan untuk dukungan non fisik berupa pendidikan dan pelatihan budidaya organik, baik yang diberikan oleh petugas penyuluh pertanian lapangan (PPL) atau pun melalui pelatihan dalam bidang budidaya organik.

Berkaitan dengan dukungan dan fasilitas secara fisik, bentuk partisipasi yang muncul adalah tenaga, keterampilan, harta benda dan sosial sedangkan bentuk dukungan secara non fisik memicu bentuk partisipasi buah pikiran. Berikut pernyataan Bapak Jumarno (47th) untuk bentuk partisipasi tenaga yang tergambar di kelompok tani Tranggulasi :

“ kalau partisipasi tenaga Alhamdulilah saya selalu siap, seluruh kegiatan kelompok membutuhkan tenaga mulai dari budidaya sampai pasca panen. Dulu waktu ada kegiatan

(13)

pembangunan embung, saya ikut gabung dan bersama-sama anggota kelompok, tidak hanya itu saja mas..dengan inisiatif saya sendiri, saya merawat saluran air dari embung tadi..pokoknya seluruh kegiatan kelompok yang berhubungan dengan tenaga saya siap.”

Penuturan dari Bapak Jumarno (47th) menjelaskan bahwa bentuk partisipasi tenaga disiapkan mulai dari proses tanam sampai pasca panen, selain itu juga untuk kegiatan pembangunan dan perawatan fasilitas fisik yang diberikan oleh Dinas Pertanian. Memperkuat pernyataan dari partisipan, Bapak Petrus (55th) menambahkan :

“ tenaga sudah pasti dari anggota kelompok yah…dengan adanya fasilitas itu otomatis mendukung kegiatan usaha mereka dan mereka juga harus melimpahkan tenaga mereka untuk memanfaatkan, mengelola sekaligus merawat seluruh fasilitas itu.”

Menyempurnakan dari pernyataan di atas, Bapak Pitoyo (46th) menambahkan : “ tenaga diperlukan untuk seluruh aspek dalam budidaya sayuran organik disini, nah dengan bermacam-macam fasilitas dari dinas pertanian, anggota dituntut untuk memanfaatkan, mengelola dan merawat. Untuk memanfaatkan seperti ini mas…ketika kita ingin mengirim hasil panen otomatis kita harus packing dulu pakai alat packing itu terus diangkut pake mobil box, nah disini kita harus menyumbangkan tenaga kita, lanjutnya lagi untuk perawatan fasilitas disini juga pasti butuh tenaga, perawatan saluran irigasi dan embung misalnya, intinya mas bentuk partisipasi tenaga sangat diutamakan di kelompok kami baik untuk pemanfaatan, pengelolaan dan perawatan fasilitas itu.” Berdasarkan penuturan dari partisipan dan key informant mengenai bentuk partisipasi tenaga yang muncul di kelompok tani Tranggulasi yaitu tenaga diperlukan untuk memanfaatkan, mengelola dan merawat fasilitas yang telah diberikan oleh Dinas Pertanian yang diperuntukkan guna keberlangsungan budidaya oganik di kelompok tani Tranggulasi.

Bentuk partisipasi keterampilan juga muncul dengan adanya dukungan fasilitas fisik dari Dinas Pertanian. Pernyataan dari Bapak Harun (48th) menjelaskan tentang bentuk keterampilan yang muncul :

“ kita dikasih mobil box dari dinas, dulu dikelompok tidak ada yang bisa nyetir akhirnya kita suruh Pak Rebo untuk belajar nyetir…akhirnya dia bisa yah dari situ kita manfaatkan untuk dukung usaha kita misalnya waktu ngirim sayur jadi kita enggak perlu sewa orang lagi. Yah saya juga bisa nukang mas…jadi kalau kelompok mau bangun fasilitas dari dinas saya siap untuk bantu.”

Selaku key informant dalam penelitian ini menambahkan :

“ untuk keterampilan ini jelas sekali muncul misalnya waktu proses packing, ini butuh keterampilan menggunakan alat packing itu kalau enggak terampil pasti amburadul hasilnya mas…sama halnya juga waktu grading mas, kalau enggak terampil pasti akan tercampur semua mana yang grade A dengan grade B.”(Bapak Petrus)

Menyimpulkan bentuk partisipasi keterampilan yang muncul di anggota kelompok tani Tranggulasi adalah keterampilan dalam mengemudikan mobil box, menjadi

(14)

tukang bangunan dalam membangun fasilitas dari Dinas Pertanian serta keterampilan dalam proses pengepakan. Keterampilan ini muncul berdasarkan inisiatif dari anggota kelompok karena ingin memanfaatkan fasilitas dan menjadi suatu keharusan bagi anggota untuk mendukung kegiatan pengembangan pertanian sayuran organik di kelompok tani Tranggulasi.

Partisipasi harta benda yang muncul di kelompok tani Tranggulasi ini berdasarkan kemampuan secara sukarela dari setiap anggota kelompok. Berikut pernyataan dari Bapak Syaifrudin (35th) untuk bentuk partisipasi harta benda :

“ dengan adanya dukungan dari dinas pertanian ini mas, saya merasa sangat terbantu, pendapatan saya tambah makin hari makin baik, yah setidaknya saya bisa menyumbangkan sebagian tanah saya untuk menjadi inventaris kelompok yang penting untuk kemajuan kelompok saya pasti siap.”

Mempertegas pernyataan di atas, Bapak Petrus (55th) selaku PPL menambahkan : “ memang saya lihat antusias untuk partisipasi harta benda ini sangat tinggi, anggota kelompok banyak yang menyumbangkan apa yang mereka punya untuk kelompok, ada yang ngasih uang iuran, misalnya kelompok mau bangun saluran irigasi disitu kelompok patungan untuk membeli bahan, sama lagi untuk perawatan fasilitas, mereka ada iuran untuk biaya operasional semua fasilitas itu.”

Bapak Pitoyo (46th) juga menambahkan:

“ saya pribadi mas, untuk menghadiri pelatihan di dinas misalnya saya harus mengeluarkan duit saya sendiri untuk berangkat kesana, ini berlaku juga untuk semua anggota dengan ada fasilitas dari dinas yah mereka harus tanggung jawab untuk merawat, biaya perawatan itu ditarik dari iuran-iuran wajib dan sukarela.”

Bentuk partisipasi harta benda berdasarkan adanya fasilitas, maka dapat disimpulkan tidak hanya sumbangsih dalam bentuk uang tetapi juga dalam bentuk sebidang tanah dalam hal ini untuk mendukung kegiatan budidaya organik. Sumbangan dalam bentuk uang diperuntukan guna memanfaatkan dan merawat seluruh fasilitas yang sudah diberikan oleh Dinas Pertanian.

Bentuk partisipasi sosial juga nampak dalam kegiatan berbudidaya organik di kelompok tani Tranggulasi. Hal ini berhubungan dengan aktifitas kelompok tani terhadap kehidupan sosial di Desa Batur. Berikut pernyataan dari Bapak Suparyono (49th) untuk menggambarkan bentuk partisipasi tersebut :

“ namanya hidup sosial yah mas…kita harus bisa berbagi, sering di desa atau kelompok tani ini ada kedukaan atau hajatan itu sering diminta sumbangan sukarelanya untuk sekedar membantu, dan kita sebagai anggota kelompok sekaligus warga di desa sini..yah kudu siap sedia semuanya mas, seperti kalau ada pembangunan jalan desa ini, itu jalan setapak yang di desa sini, itu bantuan juga dari kelompok mas, kelompok yang cari dana trus kita bangun bareng-bareng.”

(15)

Terlihat dari pernyataan Bapak Suparyono (49th), bahwa peran dari kelompok tani Tranggulasi melingkupi kegiatan sosial dan pembangunan desa. Hal ini dibenarkan oleh Bapak Petrus (55th) selaku PPL Dinas Pertanian :

“ kelompok tani ini sudah berdiri dari tahun 2000 mas, jadi sampai sekarang sudah mandiri, jadi seluruh akses jalan atau fasilitas pendukung lain mereka sudah bisa usahakan sendiri, satu lagi mas, itu kalau ada acara di kampung mereka gotong royong dan kerja sama misalnya kalau ada warga hajatan mereka ramai-ramai yah anggota kelompok juga pasti ikut disitu, lah wong mereka itu warga desa Batur juga kog jadi wajib itu mas.”

Tidak hanya dalam kegiatan sosial dan pembangunan desa, kelompok tani Tranggulasi juga berperan dalam pemberdayaan dan peningkatan pendapatan warga desa tersebut. Berikut pernyataan dari Bapak Pitoyo (46th) mengenai hal tersebut :

“ sering kita kalau panen kekurangan tenaga kerja mas, jadi saya sendiri berinisiatif untuk mencari tenaga kerja yang ada di desa ini untuk membantu saya dan kelompok, yah nanti kita tinggal bayar saja, kan lumayan mas untuk tambah-tambah uang jajan. Satu lagi mas, kita kan ada listrik tenaga surya itu, itu hibah dari KEMENTAN jadi kita manfaatkan saja selain untuk kelompok juga bantu warga desa di sini misalnya kalau ada acara di Masjid atau hajatan warga disini.”

Mengkonfirmasi hal tersebut, berikut pernyataan dari Bapak Petrus (55th) selaku PPL Dinas Pertanian :

“ jumlah anggota kelompok hanya 32 orang, jadi sering waktu panen mereka kewalahan jadi mereka kadang membayar orang untuk bantu, untuk penggunaan fasilitas dari dinas diluar kepentingan kelompok, selama itu bermanfaat saya rasa itu aman-aman saja mas.”

Berdasarkan penuturan dari partisipan dan key informant mengenai partisipasi sosial, bahwa kelompok tani Tranggulasi dengan adanya fasilitas dari Dinas Pertanian, berperan dalam pembangunan, pemberdayaan dan ikut berpartisipasi dalam kegiatan desa. Bentuk partisipasi sosial yang muncul adalah mengikuti kegiatan kampung seperti hajatan, turut ikut serta dalam pembangunan desa, memberdayakan warga desa yang kekurangan dan menggunakan fasilitas dari Dinas Pertanian untuk kegiatan warga desa.

Seperti diungkapkan sebelumnya bahwa fasilitas yang diberikan Dinas Pertanian terdiri dari bentuk fisik dan non fisik. Fasilitas non fisik seperti ilmu dan pengetahuan tentang budidaya organik yang didapat dari penyuluh (PPL) atau seminar dan pelatihan yang diselenggarakan oleh Dinas Pertanian. Hal ini memicu bentuk partisipasi buah pikiran. Berikut pernyataan dari Bapak Suparyono (49th) mengenai bentuk partisipasi buah pikiran :

(16)

“ pernah saya yang ditugaskan untuk mengikuti pelatihan di dinas pertanian, pasti saya dapat ilmu dari situ, nah ilmu itu pasti saya informasikan ke teman-teman anggota lain, jadi yah saya hanya berbagi saja dengan kelompok supaya kita sama-sama bisa, begitu juga dengan informasi dari Pak PPL.”

Hal ini dibenarkan juga oleh Bapak Petrus (55th) selaku PPL:

“ saya pribadi sebagai fasilitas dan pendamping petani dari Dinas Pertanian kabupaten Semarang sering memberikan arahan kepada anggota kelompok, misalnya saya ngasih informasi tentang obat hama sama Mbah Harto, pasti Mbah Harto bawa informasi itu ke rapat anggota. Jadi otomatis mas, mereka berbagi informasi tadi itu.”

Menambahkan pernyataan di atas, Bapak Pitoyo (46th):

“ semua informasi yang ada baik dari luar atau dari dalam kelompok, pasti akan dibawa ke rapat rutin anggota. Misalnya ada anggota yang ditugaskan untuk ikut pelatihan penggunaan teknologi tepat guna di Dinas Pertanian, nah begitu beliau pulang dari sana pasti dan harus berbagi dengan kelompok.”

Pelatihan dan seminar tentang budidaya organik merupakan salah satu sarana bagi Dinas Pertanian untuk menyampaikan seluruh teknik dan teknologi tepat guna dalam budidaya organik. Selain itu juga Petugas Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dalam hal ini berperan sebagai perpanjangan tangan dari dinas pertanian untuk menyampaikan seluruh informasi yang mendukung kegiatan budidaya organik. Nampak jelas dari pernyataan partisipan dan key informant bahwa berbagi informasi menjadi bentuk partisipasi buah pikiran yang tercermin di kelompok tani Tranggulasi. Informasi masalah budidaya atau penggunaan teknologi tepat guna yang berasal dari instansi tersebut dimanfaatkan secara bersama-sama untuk mendukung keberlangsungan kegiatan pengembangan budidaya pertanian sayuran organik di kelompok tani ini.

b. Lembaga Keuangan (Bank Pembangunan Daerah – Jawa Tengah)

Lembaga keuangan dalam hal ini adalah lembaga penyedia kredit. Lembaga keuangan ini dapat memicu anggota kelompok tani Tranggulasi untuk berpartisipasi, artinya bahwa kehadiran dan dukungan dana yang diberikan, turut menjadi pendorong partisipasi anggota untuk terlibat dalam kegiatan pengembangan pertanian sayuran organik. Sejalan dengan pernyataan tersebut Pujoalwanto (2012) menyatakan bahwa dibutuhkan dana bagi keberlangsungan partisipasi, sehingga dana menjadi bagian yang menentukan aktivitas partisipasi, semakin baik kondisi dana semakin baik pula partisipasinya.

Lembaga keuangan yang terlibat dalam hal ini adalah BPD (Bank Pembangunan Daerah) Jawa tengah. Bantuan meliputi pemberian kredit usaha

(17)

rakyat (KUR). KUR merupakan fasilitas pembiayaan yang dapat diakses oleh UMKM dan koperasi terutama memiliki usaha layak namun belum bankable. Maksudnya adalah usaha tersebut memiliki prospek bisnis yang baik dan memiliki kemampuan untuk mengembalikannya. UMKM dan koperasi yang diharapkan dapat mengakses KUR adalah yang bergerak di sektor usaha produktif seperti : pertanian, perikanan, perindustrian, kehutanan dan jasa simpan pinjam (Anonim, 2014b).

Bentuk partisipasi yang muncul di kelompok tani Tranggulasi adalah partisipasi buah pikiran dan tenaga. Berikut pernyataan dari Bapak Harun (48th) mengenai hal tersebut :

“kita anggota hanya mengikuti aja mas, soalnya yang lebih paham masalah begituan pengurus, kita cukup kerja saja tenaga yang kita punya yah itu yang kami kasih, yang penting bisa bayar kredit.”

Penuturan dari Bapak Harun (48th) menegaskan bahwa untuk partisipasi buah pikiran di kalangan anggota hampir tidak ada dan lebih cenderung ke partisipasi tenaga yaitu melimpahkan tenaga mereka untuk kerja berbudidaya sayuran organik. Hal ini dikarenakan pengurus kelompok dianggap paling paham dalam mengelola kredit yang ada. Membenarkan pernyataan tersebut, selaku key informant menambahkan:

“ untuk pengelolaan dana, kami para pengurus yang punya andil untuk itu mas, untuk anggota hanya mengikuti saja mereka cenderung untuk kerja saja ngasih tenaga aja untuk kerja budidaya. Artinya disini yang butuh orang-orang yang bisa mengeluarkan ide-ide yang bagus untuk pengelolaan bantuan ini contohnya yah mas, ketika ada bantuan kredit, pasti anggota bingung mau diapakan dana itu, disini kita sebagai pengurus berinisiatif untuk membeli sapi, selain menguntungkan juga bisa dipakai untuk dukung kegiatan organik disini dan aturan-aturan lainnya seperti pembayaran kredit kita juga yang atur biar enggak memberatkan anggota.”(Bapak Abdul Wahab)

“ mekanismenya seperti ini mas, ketika ada dana kredit kita para pengurus, pengurus loh mas…beda dengan anggota, mengadakan rapat untuk membuat draft rencana kerja, kemudian hasil dari sana kita lempar kedalam rapat dengan anggota dan itu pasti anggota mengikutinya.”(Bapak Pitoyo)

Partisipasi buah pikiran dalam pengelolaan fasilitas kredit yang muncul adalah ide-ide dalam membuat rancangan kerja kelompok dan hanya muncul di kalangan pengurus kelompok tani Tranggulasi. Hal ini dikarenakan beda latar belakang pendidikan, sebab kemampuan untuk mengeluarkan ide-ide yang tepat hanya mampu dikemukakan oleh pengurus dengan latar belakang pendidikan yang baik. Selanjutnya untuk bentuk partisipasi tenaga yang muncul adalah seluruh anggota

(18)

berinisiatif untuk berkerja keras dalam berbudidaya organik untuk memanfaatkan fasilitas kredit yang disediakan oleh Bank Pembangunan Daerah (BPD) Jawa Tengah.

Gambar

Tabel 4.1.   Karakteristik Umum Partisipan Anggota Kelompok Tani  Tranggulasi  Nama  Umur   (tahun)  Pendidikan  Pendapatan /bulan (Rp)  Keterangan

Referensi

Dokumen terkait

pembuangan dan itu mengakibatkan dampak bagi lingkungan di sekitar tetapi sekarang banyak ditemukan cara atau solusi untuk menangani dampak-dampak yang dihasilkan oleh limbah,

Program pembangunan daerah dijabarkan dalam bentuk proyek- proyek pembangunan daerah yang dituangkan melalui Anggaran Pendapatan dan belanja Daerah (APBD).Dana yang

Tabel 3 menunjukkan terdapat perbedaan yang bermakna secara statistik pada perubahan skor tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku ibu serta tingkat kecukupan energi,

Kolom pertama dan kedua merupakan hasil perkalian dari dua bilangan dengan hasil seperti pada baris pertama pada tiap tabel. Bilangan yang terbesar adalah 8. Jadi banyaknya maksimal

bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 16 ayat (1) Peraturan Komisi Pemilihan Umum Nomor 13 tahun 2010 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pencalonan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan

Kesimpulan yang diperoleh dari makalah ini yaitu perawatan sistem kelistrikan gedung RSG- GAS menggunakan metoda Non Destructive Testing (NDT) dapat dimanfaatkan untuk

2. The simple past tense materials should be completed by the pattern how to write it in both verbal and nominal sentences. The past verbs for both regular and

Alhamdulillahirra bil‟alamiin segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Analisis