• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUPATI BUOL PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN BUPATI BUOL NOMOR TAHUN 2017 TENTANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BUPATI BUOL PROVINSI SULAWESI TENGAH PERATURAN BUPATI BUOL NOMOR TAHUN 2017 TENTANG"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BUPATI BUOL

PROVINSI SULAWESI TENGAH

PERATURAN BUPATI BUOL

NOMOR TAHUN 2017

TENTANG

PETUNJUK TEKNIS TATA CARA

PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BUOL,

Menimbang : a. bahwa Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

merupakan sumber-sumber Pendapatan Daerah,

yang pemungutan, pengadministrasian dan

pemanfaatan serta penghapusan piutangnya perlu dilakukan dengan sebaik-baiknya, sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku;

b. bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Peraturan Daerah yang mengatur tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah perlu mengatur teknis

penghapusan Piutang Pajak Daerah dan

Retribusi Daerah;

c. bahwa berdasarkan ketentuan Peraturan

Pemerintah Nomor 14 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Negara / Daerah, perlu mengatur tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Penghapusan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah;

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c,

perlu menetapkan Peraturan Bupati Buol

tentang Petunjuk Teknis Tata Cara Penghapusan Piutang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1999 tentang

Pembentukan Kabupaten Buol, Kabupaten

Morowali dan Kabupaten Banggai Kepulauan (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 179, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

(2)

Menetapkan

Nomor 3900) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2000 tentang

Perubahan atas Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 51 Tahun 1999 Tentang

Pembentukan Kabupaten Buol, Kabupaten

Morowali, dan Kabupaten Banggai Kepulauan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 78, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3966);

2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5049);

3. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana beberapa kali diubah, terakhir dengan Undang-undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-

undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Tata Cara Penghapusan Piutang Negara / Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4488);

MEMUTUSKAN :

: PERATURAN BUPATI TENTANG PETUNJUK TEKNIS TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH.

BAB I

KETENTUAN UMUM Pasal 1

Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan : 1. Daerah adalah Daerah Kabupaten Buol.

(3)

2. Pemerintah Daerah adalah Bupati sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.

3. Kepala Daerah adalah Bupati Buol yang selanjutnya disebut Bupati.

4. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu Bupati dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Pemerintah Kabupaten. 5. Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang

pribadi atau badan, kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah.

6. Retribusi Daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan.

7. Penghapusan piutang pajak dan piutang Retribusi Daerah secara bersyarat adalah penghapusan piutang pajak daerah dan piutang retribusi daerah tanpa menghapuskan hak tagih daerah.

8. Penghapusan piutang pajak daerah dan piutang retribusi daerah secara mutlak adalah penghapusan piutang pajak daerah dan piutang retribusi daerah dengan menghapuskan hak tagih daerah terhadap wajib pajak atau wajib Retribusi Daerah.

9. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau Badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah.

10. Wajib Retribusi Daerah adalah orang pribadi atau badan yang menurut Peraturan Perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau pemotong retribusi tertentu.

11. Pajak yang terutang adalah Pajak Daerah yang harus dibayar oleh wajib Pajak pada suatu saat, dalam masa pajak, dalam tahun

(4)

pajak atau dalam bagian tahun pajak menurut peraturan perundang-undangan perpajakan Daerah.

12. Retribusi yang terutang adalah Retribusi Daerah yang harus dibayar oleh wajib retribusi pada suatu saat dalam masa retribusi dalam tahun retribusi atau dalam bagian tahun retribusi menurut peraturan perundang-undangan Retribusi Daerah.

13. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang, yang selanjutnya disingkat SPPT, adalah surat yang digunakan untuk memberitahukan besamya Pajak yang terutang kepada Wajib Pajak.

14. Surat Ketetapan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak yang terutang.

15. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar yang selanjutnya

disngkat SKPDKB adalah surat ketetapan pajak yang

menentukan besamya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi

administrasi dan jumlah yang masih harus dibayar.

16. Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya disingkat SKPDLB adalah surat ketetapan yang menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar dari pada pajak yang terutang atau seharusnya tidak terutang.

17. Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan yang selanjutnya disingkat SKPDKBT adalah surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang ditetapkan. 18. Surat Tagihan Pajak Daerah yang selanjutnya disingkat STPD

adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda.

19. Surat Keputusan Pembetulan adalah surat keputusan yang membetulkan kesalahan tulis, kesalahan hitung dan/atau kekeliruan dalam penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan perundang-undangan perpajakan daerah yang terdapat dalam Surat Ketetapan Pajak Daerah, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar

(5)

Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Daerah Lebih Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil atau Surat Tagihan Pajak Daerah. 20. Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas

keberatan terhadap Surat Ketetapan Pajak Daerah, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar, Surat Ketetapan Pajak Daerah Nihil atau terhadap pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga yang diajukan oleh Wajib Pajak.

21. Putusan Banding adalah putusan peradilan pajak atas banding terhadap Surat Keputusan Keberatan yang diajukan oleh wajib pajak.

22. Surat Ketetapan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SKRD adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan besarnya pokok retribusi.

23. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat STRD adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau denda.

BAB II

PIUTANG PAJAK DAERAH YANG DAPAT DIHAPUSKAN P a s a l2

(1) Piutang Pajak Daerah yang dapat dihapuskan adalah Piutang Pajak yang tercantum dalam :

a. SKPD; b. SKPDKB; c. SKPD LB; d. SKPDKBT; e. STPD; f. SPPT;

g. Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan dan Putusan Banding, yang menyebabkan jumlah Pajak Daerah harus dibayar bertambah; dan

(6)

(2) Piutang Pajak yang dapat dihapuskan sebagaimana dimaksudkan pada ayat (1), untuk wajib Pajak orang pribadi adalah piutang pajak daerah yang tidak dapat ditagih lagi karena :

a. Wajib Pajak Daerah meninggal dunia dengan tidak

meninggalkan harta warisan dan tidak mempunyai ahli waris atau ahli waris tidak dapat ditemukan;

b. Wajib Pajak Daerah tidak dapat ditemukan lagi atau hilang

yang dibuktikan dengan Surat Keterangan dari yang

berwenang;

c. Hak untuk melakukan penagihan sudah kadaluwarsa;

d. Dokumen sebagai dasar penagihan pajak daerah tidak ditemukan sebab keadaan yang tidak dapat dihindarkan seperti bencana alam, kebakaran dan lain sebagainya serta telah dilakukan penelusuran secara optimal sesuai dengan ketentuan perundang-undangan;

e. Hak daerah untuk melakukan penagihan pajak daerah tidak dapat dilaksanakan karena kondisi tertentu sehubungan

dengan adanya perubahan kebijakan atau perubahan

peraturan perundang-undangan dan f. Sebab lain sesuai hasil penelitian.

(3) Piutang Pajak Daerah yang dapat dihapuskan sebagaimana pada ayat (1), untuk wajib Pajak badan adalah piutang pajak daerah yang tidak dapat ditagih lagi karena :

a. Wajib Pajak Daerah bubar, likuidasi atau dinyatakan pailit oleh instansi berwenang dan/atau tidak dapat ditemukan.

b. Hak untuk melakukan penagihan sudah kadaluwarsa;

c. Dokumen sebagai dasar penagihan pajak daerah tidak ditemukan disebabkan keadaan yang tidak dapat dihindarkan seperti bencana alam, kebakaran dan lain sebagainya serta telah dilakukan penelusuran secara optimal sesuai dengan ketentuan perundang-undangan;

d. Hak daerah untuk melakukan penagihan pajak daerah tidak dapat dilaksanakan karena kondisi tertentu sehubungan

dengan adanya perubahan kebijakan atau perubahan

peraturan perundang-undangan dan e. Sebab lain sesuai hasil penelitian.

(7)

BAB III

PIUTANG RETRIBUSI YANG DAP AT DIHAPUSKAN Pasal 3

(1) Piutang Retribusi Daerah yang dapat dihapuskan adalah Piutang Retribusi yang tercantum dalam :

a. SKRD; b. STRD;

c. Dokumen lainnya yang dipersamakan.

(2) Piutang Retribusi Daerah yang dapat dihapuskan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk Wajib Retribusi orang pribadi adalah piutang retribusi daerah yang tidak dapat ditagih lagi karena :

a. Wajib Retribusi Daerah meninggal dunia dengan tidak meninggalkan harta;

b. Wajib Retribusi Daerah tidak mempunyai harta kekayaan lagi dan/atau dinyatakan pailit oleh instansi yang berwenang;

c. Hak untuk melakukan penagihan sudah kadaluwarsa;

d. Wajib Retribusi Daerah tidak dapat ditemukan lagi atau hilang; e. Dokumen sebagai dasar penagihan Retribusi Daerah tidak

ditemukan disebabkan keadaan yang tidak dapat dihindarkan seperti bencana alam, kebakaran dan lain sebagainya serta telah dilakukan penelusuran secara optimal sesuai dengan ketentuan perundang-undangan;

f. Hak Daerah untuk melakukan penagihan retribusi daerah tidak dapat dilaksanakan karena kondisi tertentu sehubungan

dengan adanya perubahan kebijakan atau perubahan

peraturan perundang - undangan; dan g. Sebab lain sesuai hasil penelitian.

(3) Piutang Retribusi Daerah yang dapat dihapuskan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk Wajib Retribusi badan adalah piutang retribusi daerah yang tidak dapat ditagih lagi karena : a. Wajib Retribusi Daerah bubar, likuidasi atau dinyatakan pailit

oleh instansi berwenang dan/atau tidak dapat ditemukan; b. Hak untuk melakukan penagihan sudah kadaluwarsa;

(8)

c. Dokumen sebagai dasar penagihan retribusi daerah tidak ditemukan disebabkan keadaan yang tidak dapat dihindarkan seperti bencana alam, kebakaran dan lain sebagainya serta telah dilakukan penelusuran secara optimal sesuai dengan ketentuan perundang-undangan;

d. Hak daerah untuk melakukan penagihan retribusi daerah tidak dapat dilaksanakan karena kondisi tertentu sehubungan

dengan adanya perubahan kebijakan atau perubahan

peraturan perundang-undangan; dan e. Sebab lain sesuai hasil penelitian.

BAB IV

TATA CARA PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

Pasal 4

(1) Untuk memastikan keadaan wajib pajak daerah dan/atau retribusi daerah atau piutang pajak daerah dan/atau retribusi daerah yang tidak dapat atau tidak mungkin ditagih lagi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan Pasal 3, wajib dilakukan penelitian setempat atau penelitian administrasi oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah Pengelolaan Pendapatan Daerah yang hasilnya dibuat uraian penelitian.

(2) Uraian penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus menggambarkan keadaan wajib pajak daerah dan/atau retribusi daerah dan piutang pajak daerah dan/atau retribusi daerah yang bersangkutan sebagai dasar untuk menentukan besamya piutang pajak daerah dan/atau retribusi daerah yang tidak dapat ditagih lagi dan diusulkan untuk dihapus.

P a s a l5

Piutang pajak daerah dan/atau retribusi daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dan Pasal 3 hanya dapat diusulkan untuk dihapus setelah adanya uraian penelitian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4.

(9)

P a s a l6

(1) Satuan Keija Perangkat Daerah menyusun daftar usulan penghapusan piutang pajak daerah dan/atau retribusi daerah berdasarkan uraian penelitian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4.

(2) Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah menyampaikan daftar usulan penghapusan piutang pajak daerah dan/atau retribusi daerah yang telah diteliti kepada Bupati.

(3) Berdasarkan usulan penghapusan piutang pajak daerah

dan/atau retribusi daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Bupati menerbitkan Keputusan Bupati mengenai penghapusan piutang pajak daerah dan/atau retribusi daerah.

(4) Berdasarkan Keputusan Bupati sebagaiman dimaksud pada ayat (3), Kepala Badan Pengelolaan Pendapatan Daerah melakukan : a. Penetapan mengenai rincian atas besarnya penghapusan

piutang pajak daerah dan/atau retribusi daerah; dan

b. Hapus tagih dan hapus buku atas piutang pajak daerah dan/atau retribusi daerah sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan yang berlaku.

(5) Kegiatan administrasi dan formulir yang dipergunakan dalam pelaksanaan tata cara penghapusan piutang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah tidak terpisahkan dalam Peraturan Bupati ini.

BAB V KBWBN AN GAN

Pasal 7

Kewenangan penghapusan piutang pajak derah dan/atau retribusi daerah dilaksanakan oleh :

a. Bupati untuk nilai piutang di atas Rp. 5.000.000,00 (Lima Juta Rupiah) hingga Rp. 5.000.000.000,00 (Lima Milyar Rupiah); dan b. Bupati dengan persetujuan DPRD untuk nilai piutang di atas

(10)

BAB VI

KETENTUAN PERALIHAN Pasal 9

(1) Pada saat Peraturan Bupati ini mulai berlaku, semua peraturan pelaksanaan yang berkaitan dengan pajak daerah dan/atau

retribusi daerah masih tetap berlaku sepanjang tidak

bertentangan dengan Peraturan Bupati ini.

(2) Pada saat Peraturan Bupati ini mulai berlaku, maka Piutang Pajak Daerah dan/atau Retribusi Daerah yang telah kadaluwarsa atau tidak mungkin ditagih lagi dapat dihapuskan berdasarkan ketentuan Peraturan Bupati ini.

BAB VII

KETENTUAN PENUTUP Pasal 10

Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati ini dengan menempatkannya dalam Berita Daerah Kabupaten Buol. PART*.!" P E J A B ,T 3 A R A F B A G S A ?1 H y K ij M

ih

pQUTfP.

In^UTun.

(v

Ditetapkan di Buol pada tanggal Q<^ M61 ; 2017 BUPATI BUOL

/C

AMIRUDIN RAUF Diundangkan di Buol paiatangga\ 17JVh£ret 2017

IRET/ DAERAH KABUPATEN BUOL

ABD. HAMID IlAKUNTU

Referensi

Dokumen terkait

Megah Pratama Abadi bersedia di verifikasi lebih lanjut terhadap berita acara serah terima kayu dan/atau bukti serah terima kayu selain kayu bulat dari hutan

Permasalahan yang dihadapi kelompok mitra antara lain Anggota Musyawarah Guru Mata Pelajaran Kimia (MGMP) masih mengalami kesulitan dalam: a)

Perkembangan bahasa Melayu di wilayah nusantara mempengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan dan rasa persatuan bangsa Indonesia oleh karena itu para

Bunga padi terdiri dari tangkai bunga, kelopak bunga lemma (gabah padi yang besar), palae (gabah padi yang kecil, putik, kepala putik, tangkai sari, kepala sari, dan bulu (awu)

Produktivitas tertinggi di Kabupaten Bener Meriah dan Kabupaten Aceh Tengah terjadi pada tahun 2014 masing-masing sebesar 207,92 kuintal per hektar dan 203,43 kuintal

Struktur dan konstruksi rumah pandhapa ini terbagi atas 3 bagian yaitu kepala rumah (bubung) yang terdiri dari konstruksi atap, badan rumah (geddhung) yang terdiri dari

Apa saja yang mempengaruhi besarnya nilai impedansi karakteristik dari suatu jenis saluran transmisi. HIBURAN

Kadar bahan segar ubi singkong kuning yaitu sebesar 1,20 %, ubi jalar putih varietas sukuh yaitu sebesar 1,20%, ubi jalar orange varietas sari yaitu sebesar 1,1%, ubi jalar