• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) yang terus meningkat. negeri. Untuk menopang perekonomian suatu negara, UMKM memiliki

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Jumlah UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) yang terus meningkat. negeri. Untuk menopang perekonomian suatu negara, UMKM memiliki"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Jumlah UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) yang terus meningkat setiap tahun merupakan sinyal positif untuk memperkuat perekonomian dalam negeri. Untuk menopang perekonomian suatu negara, UMKM memiliki keunggulan karena tidak tergantung pada pasar modal dunia sehingga dapat bertahan menghadapi krisis ekonomi global. UMKM juga memberikan beberapa manfaat bagi perekonomian dalam negeri yaitu menyediakan lapangan kerja, sumber Product Domestic Bruto (PDB) dan penerimaan negara melalui pajak. Pemerintah telah melakukan banyak usaha untuk mengembangkan UMKM di Indonesia. Contohnya dengan mempermudah persyaratan kredit untuk UMKM, penyelenggaraan pameran untuk produk UMKM di beberapa daerah, dan himbauan pada masyarakat untuk tidak malu menggunakan produk dalam negeri yang berasal dari UMKM.

Sebagai badan usaha, UMKM tidak luput dari kewajiban perpajakan. Produk hasil UMKM tetap dikenakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sesuai peraturan yang berlaku. Pemilik UMKM juga dikenakan Pajak Penghasilan (PPh) apabila memiliki pendapatan melebihi Pendapatan Tidak Kena Pajak (PTKP). Besarnya pajak penghasilan yang harus dibayar pemilik UMKM adalah sebesar sebesar 1% atas omzet setiap tahun (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2013). Pajak penghasilan ini bersifat final dan merupakan penyederhanaan

(2)

2 atas peraturan sebelumnya yang mengikat pemilik UMKM dengan aturan pajak penghasilan sama seperti karyawan atau jasa profesional.

Pemilik UMKM yang tidak luput dari kewajiban perpajakan ini dihadapkan pada hambatan dalam perhitungan penghasilan atas bisnisnya karena belum memiliki sistem informasi akuntansi yang memadai. Tidak seperti usaha dengan skala besar yang mau tak mau dituntut untuk memiliki karyawan khusus untuk mengatur keuangan serta mengelola sistem informasi akuntansi, banyak UMKM di Indonesia belum menerapkan sistem informasi akuntansi dalam bisnisnya. Hal ini dikarenakan kebanyakan UMKM adalah perusahaan perorangan atau dimiliki suatu keluarga, omzet tidak begitu besar serta tidak memiliki banyak stakeholder sehingga tidak diperlukan sistem pelaporan yang baku. Hambatan ini menyebabkan sulitnya menentukan jumlah pajak penghasilan maupun pajak pertambahan nilai yang harus dibayarkan sehingga memicu tindakan pemilik UMKM untuk tidak mematuhi kewajiban perpajakan.

Dalam banyak kasus, UMKM hanya mencatat transaksi keuangan untuk menghitung laba demi kepentingan pemenuhan kewajiban perpajakan (Lignier dan Evans, 2012). Jika tidak ada peraturan perpajakan yang mengikat, kemungkinan UMKM untuk menerapkan sistem informasi akuntansi dengan baik menjadi lebih kecil. Di Indonesia, jika pemilik UMKM tidak memiliki pembukuan yang baik mengenai penghasilannya, pembayaran pajak boleh dilakukan dengan norma pajak. Besarnya norma pajak berkisar antara 4%-25% dari penghasilan tergantung jenis industri dan daerah yang bersangkutan. Hal ini lebih tinggi dibandingkan peraturan terbaru yang mewajibkan pemilik UMKM

(3)

3 untuk membayar pajak sebesar 1% dari penghasilannya. Dengan kata lain, peraturan perpajakan dapat memberikan manfaat manajerial berupa pengelolaan keuangan dengan mengharuskan UMKM mengelola sistem informasi akuntansinya dengan baik. Hal tersebut meliputi pencatatan atas transaksi keuangan, perhitungan laba, maupun keputusan untuk pengelolaan keuangan.

Meskipun peraturan perpajakan dapat memberikan banyak manfaat manajerial bagi UMKM, namun tidak semua pemilik UMKM memahami dan mengetahui adanya manfaat tersebut. Karakteristik pemilik UMKM merupakan faktor penting dalam pengambilan keputusan dalam bisnis sehingga dapat memicu tindakan untuk kepatuhan atau penghindaran perpajakan. Karakteristik pemilik UMKM ini juga dapat mempengaruhi persepsinya atas manfaat manajerial yang ditimbulkan dari pemenuhan kewajiban perpajakan. Selain persepsi mengenai manfaat manajerial, faktor lain yang dapat mempengaruhi keputusan untuk melakukan tindakan pemenuhan kewajiban perpajakan adalah persepsi atas keadilan pajak. pengetahuan pajak, dan pengaruh sosial (Jones, 2009).

Kota Yogyakarta dikenal sebagai kota pelajar, kota pariwisata dan kota budaya di Indonesia. Ketiga sektor tersebut merupakan peluang tumbuh bagi UMKM di Kota Yogyakarta. Banyak UMKM di Kota Yogyakarta memiliki keunggulan kompetitif karena produk yang dihasilkan memiliki ciri khas daerah sehingga sulit untuk ditiru kompetitor di tempat lain. Untuk memperkuat posisi bisnisnya menghadapi usaha besar, tak jarang beberapa UMKM di Kota Yogyakarta membentuk kelompok yang menempati tempat khusus hingga terbentuk suatu sentra UMKM. Kebanyakan sentra UMKM tersebut terbagi

(4)

4 menurut jenis barang yang diproduksi. Beberapa sentra UMKM yang ada di Kota Yogyakarta diantaranya sentra batik di Pasar Beringharjo, kerajinan perak di Kotagede, dan bakpia di Pasar Pathuk.

Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi (Disperindagkop) Daerah Istimewa Yogyakarta mencatat adanya kenaikan jumlah UMKM di Kota Yogyakarta setiap tahun sebagai berikut.

Tabel 1. Jumlah UMKM di Kota Yogyakarta.

No Tahun Mikro Kecil Menengah Total

1 2013* 9.838 4.436 3.922 18.196

2 2012 9.391 6.090 2.594 18.075

3 2011 10.602 5.302 1.767 17.671

*

per 30 Juni 2013

Sumber: Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi Daerah Istimewa Yogyakarta

Banyaknya jumlah UMKM telah mendominasi perekonomian di Kota Yogyakarta dan melibatkan tenaga kerja yang tidak sedikit pula. Perlu adanya perhatian dari masyarakat agar sektor UMKM dapat terus berkembang dan akhirnya memberikan manfaat bagi daerah lokal tidak hanya dari segi ekonomi, namun juga nilai tambah atas kearifan dan budaya lokal.

Penelitian Lignier dan Evans (2012) menunjukkan bahwa 80% dari 159 pemilik UMKM di Australia dengan 50 orang pegawai atau kurang setuju bahwa ada manfaat manajerial yang didapat ketika melakukan pemenuhan kewajiban perpajakan. Lebih dari 50% pemilik UMKM merasakan manfaat manajerial

(5)

5 berupa peningkatan keakuratan dan penyimpanan pencatatan transaksi serta pengetahuan yang lebih baik mengenai posisi keuangan dan profitabilitas. Di sisi lain, manfaat manajerial atas ketersediaan informasi yang lebih cepat karena pemenuhan kewajiban perpajakan hanya dirasakan oleh 39% pemilik UMKM dalam penelitian tersebut.

Banyak UMKM di Indonesia memiliki potensi untuk bisa menjadi sebuah usaha yang besar. Namun pengelolaan tidak maksimal akibat keterbatasan kemampuan, keahlian, kurangnya partisipasi masyarakat dan pemerintah menyebabkan beberapa UMKM tidak memiliki perkembangan yang signifikan bahkan pada akhirnya gulung tikar. Atas beberapa alasan tersebut penelitian dengan topik Persepsi Manfaat Manajerial atas Pemenuhan Kewajiban Perpajakan: Studi Kasus UMKM Di Kota Yogyakarta ini dilakukan. Diharapkan akan lebih banyak lagi penelitian yang dapat memberikan pemahaman bagi pelaku UMKM mengenai pengelolaan sebuah bisnis sehingga memberikan dampak positif bagi perekonomian dalam negeri.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pemilik UMKM tidak luput dari kewajiban membayar Pajak Penghasilan (PPh) dan Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Karena Indonesia menganut sistem self assessment, pemilik UMKM harus melaporkan dan membayarkan pajak tersebut ke Kantor Pelayanan Pajak di daerahnya masing-masing. Sistem self assessment sangat bergantung pada kesadaran masing-masing wajib pajak untuk membayar pajak. Namun, masih

(6)

6 banyak wajib pajak yang tidak melaksanakan kewajiban perpajakannya karena menganggap tidak mendapat manfaat dari pembayaran pajak tersebut.

Hal ini juga terjadi pada pemilik UMKM di Kota Yogyakarta. Kesadaran mengenai manfaat yang didapatkan dari pemenuhan kewajiban perpajakan sangat menentukan tindakan pemilik UMKM untuk membayar pajak atau tidak. Penelitian ini difokuskan untuk memberikan gambaran persepsi atas manfaat spesifik yang didapatkan oleh pemilik UMKM dalam rangka memenuhi kewajiban perpajakannya. Selain manfaat pajak yang bersifat makro seperti perbaikan fasilitas publik dan subsidi untuk rakyat, UMKM juga dapat merasakan manfaat lain berupa manfaat manajerial. Manfaat ini tercipta karena ada pengelolaan keuangan yang lebih baik demi memenuhi kewajiban perpajakan. Kesadaran seseorang mengenai adanya manfaat manajerial ini ditentukan oleh berbagai faktor, diantaranya adalah level pendidikan terakhir, pengetahuan akuntansi yang dimiliki dan lamanya pengalaman bisnis. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah level pendidikan memiliki pengaruh signifikan terhadap persepsi pemilik UMKM di Kota Yogyakarta mengenai manfaat manajerial atas pemenuhan kewajiban perpajakan?

2. Apakah pengalaman bisnis memiliki pengaruh signifikan terhadap persepsi pemilik UMKM di Kota Yogyakarta mengenai manfaat manajerial atas pemenuhan kewajiban perpajakan?

(7)

7 3. Apakah level pengetahuan akuntansi memiliki pengaruh signifikan terhadap persepsi pemilik UMKM di Kota Yogyakarta mengenai manfaat manajerial atas pemenuhan kewajiban perpajakan?

1.3 BATASAN MASALAH

Penelitian ini hanya menguji persepsi pelaku UMKM mengenai manfaat manajerial atas pemenuhan kewajiban perpajakan. Manfaat manajerial berkaitan dengan manfaat yang dapat memberikan nilai tambah dalam pengelolaan suatu bisnis contohnya proses pengambilan keputusan dengan lebih baik. Manfaat lain atas pajak yang bersifat makro seperti adanya manfaat atas perbaikan fasilitas publik dan subsidi untuk rakyat tidak termasuk dalam lingkup bahasan penelitian ini. Tiga variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah level pendidikan, pengetahuan akuntansi, dan pengalaman bisnis. Adanya faktor lain yang mempengaruhi persepsi pemilik UMKM tidak termasuk dalam bahasan penelitian ini.

1.4 TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dijelaskan, tujuan penelitan ini adalah menguji apakah level pendidikan, pengalaman bisnis dan pengetahuan akuntansi memiliki pengaruh signifikan terhadap persepsi pelaku UMKM di Kota Yogyakarta mengenai manfaat manajerial atas pemenuhan kewajiban perpajakan

(8)

8

1.5 MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:

1. Akademisi

Memberikan gambaran bagi akademisi mengenai persepsi pelaku UMKM terhadap manfaat manajerial atas pemenuhan kewajiban perpajakan dan faktor-faktor apa saja yang mempengaruhinya. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan tambahan informasi bagi dunia pendidikan di Indonesia mengenai perilaku wajib pajak dalam sektor UMKM.

2. Organisasi

Memberikan gambaran secara menyeluruh mengenai persepsi pelaku UMKM di Kota Yogyakarta mengenai manfaat manajerial atas pemenuhan kewajiban perpajakan. Informasi ini nantinya dapat dijadikan pertimbangan bagi pemerintah dalam penyusunan maupun amandemen peraturan perundang-undangan. Selain itu, diharapkan penelitian ini juga dapat menampung aspirasi dari para pelaku UMKM mengenai hambatan yang dihadapi sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam menentukan usaha yang tepat untuk pemberdayaan UMKM.

3. Bagi Pelaku UMKM di Kota Yogyakarta

Memberikan informasi mengenai manfaat manajerial yang dapat terwujud karena adanya pemenuhan kewajiban perpajakan. Informasi ini diharapkan dapat meningkatkan minat pelaku UMKM untuk meningkatkan kualitas sistem informasi akuntansinya dan mematuhi kewajiban perpajakan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(9)

9

1.6 SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan penelitian ini dibagi menjadi 5 bab yaitu: 1. BAB I: PENDAHULUAN

Beberapa hal yang dijelaskan dalam pendahuluan adalah latar belakang dilaksanakannya penelitian, rumusan masalah yang akan dibahas, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian bagi berbagai pihak dan sistematika penulisan.

2. BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka berisi landasan teori yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori mengenai pajak secara umum, pajak penghasilan, pajak pertambahan nilai, pemenuhan kewajiban perpajakan dan manfaat manajerial. Teori didapatkan dari beberapa literatur seperti buku mengenai perpajakan di Indonesia dan jurnal internasional. Dengan berbagai teori yang memperkuat argumen, diharapkan hasil penelitian ini memiliki tingkat validitas dan reliabilitas yang tinggi.

3. BAB III: METODOLOGI PENELITIAN

Bab ketiga menjelaskan bagaimana teknis penelitian akan dilakukan. Dalam bab ini dijelaskan mengenai jenis penelitian, sumber data, metode pengumpulan data, populasi dan sampel, serta metode yang akan digunakan untuk menganalisis data.

(10)

10 Analisis dan pembahasan berisi uraian mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan. Dalam bab ini disajikan hasil analisis atas rekap seluruh kuesioner menggunakan metode yang telah dijelaskan dalam bab sebelumnya. Karena tidak memungkinkan untuk menyajikan seluruh perhitungan yang dianalisis menggunakan komputer, peneliti hanya menuliskan beberapa poin penting yang relevan dengan topik penelitian.

5. BAB V: PENUTUP

Bab kelima berisi kesimpulan atas hasil analisis dalam bab empat dengan mempertimbangkan teori yang disajikan dalam bab dua. Selain itu, juga dijelaskan mengenai keterbatasan penelitian, saran untuk penelitian selanjutnya dan daftar referensi yang digunakan dalam penelitian ini.

Referensi

Dokumen terkait

Sosok nilai yang menunjukan kualitas termoelektrik suatu bahan dapat dilihat salah satunya dari BiSbTe paduan material yang menghasilkan nilai ZT puncak 1,4 pada suhu 100

Penelitian ini dilakukan untuk menguji pertama : Apakah faktor fundamental seperti EPS, PER, ROE, DER, dan suku bunga deposito secara bersama-sama berpengaruh signifikan

[r]

Hasil penelitian diharahapkan dapat memberikan pemikiran yang dapat membangun bagi para pelaku UMKM bahwa penggunaan sistem akuntansi dalam usaha mereka sangat pent- ing

Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu, pada penelitian Darmasari, (2020) yang berjudul “Pengaruh Sosialisasi SAK EMKM, Pemahaman

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia memiliki peranan cukup penting dalam meningkatkan perekonomian di Indonesia. UMKM berkontribusi dalam penyerapan tenaga

Pembiayaan mudharabah yaitu bentuk pembiayaan atau penyaluran dana yang dilakukan antara bank dengan pengelola dana. Bank menyediakan pembiayaan modal untuk usaha

Pemulihan perekonomian nasional harus dimulai dengan upaya memulihkan dan menghidupkan kembali sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). UMKM memiliki peran