17
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Efektivitas Hukum
Berbicara efektifitas hukum menurut Soerjono Soekanto berpendapat tentang pengaruh hukum “Salah satu fungsi hukum baik sebagai kaidah maupun sebagai sikap tindak atau perilaku teratur adalah membimbing perilaku manusia. Masalah pengaruh hukum tidak hanya terbatas pada timbulnya ketaatan atau kepatuhan pada hukum tapi mencakup efek total dari hukum terhadap sikap tindak atau perilaku baik yang bersifat positif maupun negatif, Ketaatan seseorang bersikap tindak atau berperilaku sesuai dengan harapan pembentuk undang-undang bahwa pengaruh hukum terhadap sikap tindak atau perilaku, dapat diklasifikasikan sebagai ketaatan (compliance), ketidaktaatan atau penyimpangan (deviance) dan pengelakan (evasion). Konsep-konsep ketaatan, ketidaktaatan atau penyimpangan dan pengelakan sebenarnya berkaitan dengan hukum yang berisikan larangan atau suruhan. Bilamana hukum tersebut berisikan kebolehan, perlu dipergunakan konsep-konsep lain, yakni penggunaan (use), tidak menggunakan (nonuse) dan penyalahgunaan (misuse).
Efektifitas penegakan hukum dibutuhkan kekuatan fisik untuk menegakkan kaidah-kaidah hukum tersebut menjadi kenyataan berdasarkan
wewenang yang sah. Sanksi merupakan aktualisasi dari norma
hukum threats dan promises, yaitu suatu ancaman tidak akan mendapatkan legitimasi bila tidak ada faedahnya untuk dipatuhi atau ditaati. Internal values merupakan penilaian pribadi menurut hati nurani dan ada hubungan dengan yang diartikan sebagai suatu sikap tingkah laku. Efektifitas penegakan hukum amat
18 berkaitan erat dengan efektifitas hukum. Agar hukum itu efektif, maka diperlukan aparat penegak hukum untuk menegakkan sanksi tersebut.
Dan teori efektivitas hukum menurut Soejono Soekanto adalah bahwa efektif
atau tidaknya suatu hukum ditentukan oleh 5 (lima) faktor, yaitu : 1
1. Faktor Hukumnya Sendiri
Hukum memiliki banyak dimensi sehingga saat ini sangat sulit untuk
membrikan definisi-definisi yang konkrit dan dapat memadai dengan suatu kenyataan. Kendati demikian beberapa definisi dari para sarjana tetap digunakan untuk sebagai dukungan atau sebagai pedoman dan batasan dalam melakukan kajian terhadap hukum.
2. Faktor Penegak Hukum
Penegak hukum merupakan salah satu faktor yang penting, diman dalam
hal ini penegak hukum adalah para pihak yang langsung berkaitan di bidang penegakan hukum. Pengakan hukum dalam melakukan tugasnya haruslah sesuai dengan perannya masing-masing. Beberapa contoh penegak hukum yaitu Kejaksaan dan Polri.
3. Faktor Sarana atau Fasilitas
Sarana dan fasilitas merupakan unsur-unsur pembantu yang penting dalam upayakan penegakan hukum. Tanpa adanya sarana dan fasilitas tidak mungkin penegakan hukum akan berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan oleh hukum itu sendiri.
19
4. Faktor Masyarakat
Masyarakat merupakan salah satu tolak ukur berhasil atau tidaknya suatu hukum yang ada karena masyarakat dapat mempengaruhi penegakan hukum. Hal ini dikarenakan penegakan hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan untuk kedamaian masyarakat itu sendiri.
5. Faktor kebudayaan
Kebudayaan, Pada dasarnya mencakup nilai-nilai yang mendasari hukum yang berlaku, yang merupakan konsepsi-konsepsi abstrak mengenai apa yang dianggap baik (sehingga dianuti) dan apa yang dianggap buruk (sehingga dihindari).
Suatu sanksi dapat diaktualisasikan kepada masyarakat dalam bentuk ketaatan (compliance), dengan kondisi tersebut menunjukkan adanya indikator bahwa hukum tersebut adalah efektif. Sanksi merupakan aktual dari norma hukum yang mempunyai karakteristik sebagai ancaman atau sebagai sebuah harapan. Sanksi akan memberikan dampak positif atau negatif terhadap lingkungan sosialnya. Disamping itu, sanksi ialah penilaian pribadi seseorang yang ada kaitannya dengan sikap perilaku dan hati nurani yang tidak mendapatkan pengakuan atau dinilai tidak bermanfaat bila ditaati. Pengaruh hukum dan konsep tujuan, dapat dikatakan bahwa konsep pengaruh berarti sikap tindak atau perilaku yang dikaitkan dengan suatu kaidah hukum dalam kenyataan, berpengaruh positif atau efektifitasnya yang
tergantung pada tujuan atau maksud suatu kaidah hukum.2
2 Damang Aveorres, Efektivitas Hukum, https://www.negarahukum.com/ , Diakses pada tanggal 13 Februari 2020
20 Ketika kita ingin mengetahui sejauh mana efektivitas dari hukum, maka kita pertama-tama harus dapat mengukur sejauh mana hukum itu ditaati oleh sebagian besar target yang menjadi sasaran ketaatannya, kita akan mengatakan bahwa aturan hukum yang bersangkutan adalah efektif. Namun demikian, sekalipun dikatakan aturan yang ditaati itu efektif, tetapi kita tetap masih dapat mempertanyakan lebih jauh derajat efektivitasnya karena seseorang menaati atau tidak suatu aturan hukum
tergantung pada kepentingannya.3 Sebagaimana yang telah diungkapkan
sebelumnya, bahwa kepentingan itu ada bermacam-macam, di antaranya yang bersifat compliance, identification, internalization. Faktor-faktor yang mengukur
ketaatan terhadap hukum secara umum antara lain :4
a. Relevansi aturan hukum secara umum, dengan kebutuhan hukum dari orang-orang yang menjadi target aturan hukum secara umum itu. b. Kejelasan rumusan dari substansi aturan hukum, sehingga mudah
dipahami oleh target diberlakukannya aturan hukum.
c. Jika hukum yang dimaksud adalah perundang-undangan, maka seyogyanya aturannya bersifat melarang, dan jangan bersifat mengharuskan, sebab hukum yang bersifat melarang (prohibitur) lebih mudah dilaksanakan ketimbang hukum yang bersifat mengharuskan (mandatur).
d. Sanksi yang diancam oleh aturan hukum itu harus dipadankan dengan sifat aturan hukum yang dilanggar tersebut.
3 Achmad Ali. 2009. Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan
(Judicialprudence) Termasuk Interpretasi Undang-Undang (Legisprudence). Jakarta.
Penerbit Kencana. Hal. 375. 4 Ibid. Hal. 376.
21 e. Berat ringannya sanksi yang diancam dalam aturan hukum harus
proporsional dan memungkinkan untuk dilaksanakan.
f. Kemungkinan bagi penegak hukum untuk memproses jika terjadi
pelanggaran terhadap aturan hukum tersebut, adalah memang memungkinkan, karena tindakan yang diatur dan diancamkan sanksi, memang tindakan yang konkret, dapat dilihat, diamati, oleh karenanya memungkinkan untuk diproses dalam setiap tahapan (penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan penghukuman).
g. Aturan hukum yang mengandung norma moral berwujud larangan, relatif akan jauh lebih efektif ketimbang aturan hukum yang bertentangan dengan nilai moral yang dianut oleh orang-orang yang menjadi target diberlakukannya aturan tersebut.
h. Efektif atau tidak efektifnya suatu aturan hukum secara umum, juga tergantung pada optimal dan profesional tidak aparat penegak hukum untuk menegakkan aturan hukum tersebut.
i. Efektif atau tidaknya suatu aturan hukum secara umum, juga
mensyaratkan adanya standar hidup sosio-ekonomi yang minimal di dalam masyarakat.
Berbeda dengan pendapat dari C.G. Howard & R. S. Mumnres yang berpendapat bahwa seyogyanya yang dikaji, bukan ketaatan terhadap hukum pada umumnya, melainkan kataatan terhadap aturan hukum tertentu saja.
22 Achmad Ali sendiri berpendapat bahwa kajian tetap dapat dilakukan terhadap
keduanya.5
a. Bagaimana ketaatan terhadap hukum secara umum dan faktor-faktor apa yang mempengaruhinya;
b. Bagaimana ketaatan terhadap suatu aturan hukum tertentu dan faktor-faktor apa yang mempengaruhinya.
B. Tinjauan Umum Tentang Tindak Pidana
Pengertian tindak pidana dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dikenal dengan istilah strafbaar feit dan dalam kepustakaan tentang hukum pidana sering mempergunakan istilah delik, sedangkan pembuat undang-undang merumuskan suatu undang-undang-undang-undang mempergunakan istilah peristiwa pidana atau perbuatan pidana atau tindak pidana. Tindak pidana merupakan suatu istilah yang mengandung suatu pengertian dasar dalam ilmu hukum sebagai istilah yang dibentuk dengan kesadaran dalam memberikan ciri tertentu pada peristiwa hukum pidana. Tindak pidana mempunyai pengertian yang abstrak dari peristiwa-peristiwa yang kongkrit dalam lapangan hukum pidana, sehingga tindak pidana haruslah diberikan arti yang bersifat ilmiah dan ditentukan dengan jelas untuk dapat memisahkan dengan istilah yang dipakai
sehari-hari dalam kehidupan masyarakat.6
5Ibid. Hal. 376.
23 Tindak pidana menurut Prof. Moeljatno yaitu “perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum larangan mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa
pidana tertentu, bagi barangsiapa melanggar larangan tersebut.7
Menurut E.Utrecht pengertian tindak pidana dengan istilah peristiwa pidana yang sering juga disebut delik, karena peristiwa itu suatu perbuatan (handelen atau doen positif) atau suatu melalaikan (natalen- negatif), maupun akibatnya (keadaan yang ditimbulkan karena perbuatan atau melalaikan itu). Tindak pidana merupakan suatu pengertian dasar dalam hukum pidana, tindak pidana adalah pengertian yuridis, lain halnya dengan istilah perbuatan atau kejahatan yang diartikan secara yuridis atau secara kriminologis. Barda Nawawi Arief menyatakan “tindak pidana secara umum dapat diartikan sebagai perbuatan yang melawan hukum baik secara formal maupun secara materiil”.
C. Teori Tentang Penerapan Hukum
Penerapan adalah suatu perbuatan mempraktekkan suatu teori, metode, dan hal lain untuk mencapai tujuan tertentu dan untuk suatu kepentingan yang diinginkan oleh suatu kelompok atau golongan yang telah terencana dan tersusun sebelumnya. Hukum mempunyai peranan sangat besar dalam pergaulan hidup di tengah-tengah masyarakat. Hal ini dapat di lihat dari ketertiban, ketentraman dan tidak terjadinya ketegangan di dalam masyarakat, karena hukum mengatur menentukan hak dan kewajiban serta mengatur, menentukan hak dan kewajiban serta melindungi kepentingan individu dan
7Adi, Apa itu pengertian tindak pidana, http://www.hukumsumberhukum.com, diakses tanggal 18 April 2020 pukul 13.11
24 kepentingan sosial.
Menurut J.F. Glastra Van Loon,8 fungsi dan penerapan hukum di masyarakat
adalah:
a. Menertibkan masyarakat dan pengaturan pergaulan hidup. b. Menyelesaikan pertikaian.
c. Memelihara dan mempertahankan tata tertib dan aturan-aturan jika perlu dengan kekerasan.
d. Memelihara dan mempertahankan hak tersebut.
e. Mengubah tata tertib dan aturan-aturan dalam rangka penyesuaian dengan kebutuhan masyarakat.
f. Memenuhi tuntutan keadilan dan kepastian hukum dengan cara merealisasi fungsi-fungsi di atas.
Sedangkan menurut Prof.Dr. Soerjono Soekanto9 adalah :
a. Alat ketertiban dan ketentraman masyarakat,
b. Sarana untuk mewujudkan keadilan sosial lahir bathin. c. Sarana penggerak pembangunan.
Fungsi kritis hukum dewasa ini adalah Daya kerja hukum tidak semata-mata pengawasan pada aparatur pemerintah (petugas), tetapi termasuk juga aparatur penegak hukum. Dengan demikian hukum harus memiliki fungsi-fungsi yang sedemikian rupa, sehingga dalam masyarakat dapat diwujudkan
8 JF. Glastra Van Loon, dalam Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2000. Hlm.100
9
25 ketertiban, keteraturan, keadilan dan perkembangan. Agar hukum dapat melaksanakan fungsinya dengan baik, maka bagi pelaksanaan penegak hukum dituntut kemampuan untuk melaksanakan atau menerapkan hukum, dengan seninya masing-masing, antara lain dengan menafsirkan hukum sedemikian rupa sesuai keadaan dan posisi pihak-pihak. Bila perlu dengan menerapkan analogis atau menentukan kebijaksanaan untuk hal yang sama, atau hampir sama, serta penghalusan hukum (Rechtsfervinjing). Di samping itu perlu diperhatikan faktor pelaksana penegak hukum, bahwa yang dibutuhkan adalah kecekatan, ketangkasan dan keterampilannya. Ingat adagium : The singer not a song atau The most important is not the system, but the man behind the system Dalam hal ini si penyanyi adalah semua insan di mana hukum berlaku, baik warga masyarakat maupun para pejabat,
termasuk para penegak hukum10.
D. Tinjauan Umum Tentang Tanggul Jalan
1. Pengertian Tanggul Jalan
Tanggul Jalan yaitu alat pembatas kecepatan atau markah kejut adalah bagian jalan yang ditinggikan berupa tambahan aspal atau semen yang dipasang melintang di jalan untuk pertanda memperlambat laju/ kecepatan kendaraan. Untuk meningkatkan keselamatan dan kesehatan bagi pengguna jalan ketingginya diatur dan apabila melalui jalan yang akan dilengkapi dengan rambu-rambu pemberitahuan terlebih dahulu mengenai adanya tanggul jalan khususnya pada malam hari, maka tanggul jalan dilengkapi
26 dengan marka jalan dengan garis serong berwarna putih atau kuning yang kontras sebagai pertanda.Tanggul Jalan (speed bump) adalah bagian jalan yang ditinggikan berupa tambahan aspal, semen, atau dengan bahan karet yang dipasang melintang di jalan untuk pertanda memperlambat laju/kecepatan kendaraan.
Tanggul jalan biasanya dipasang pada lingkungan pemukiman dan seharusnya penempatan tanggul jalan dapat didahului dengan adanya rambu
peringatan.11Tanggul jalan Adalah Alat Pengendali Pengguna Jalan yang
Berupa Alat Pembatas Kecepatan dan alat pengendali pengguna jalan digunakan untuk pengendalian atau pembatasan terhadap kecepatan dan ukuran kendaraan pada ruas-ruas jalan.Alat pengendali pengguna jalan terdiri atas :
Alat pembatas kecepatan, digunakan untuk memperlambat kecepatan kendaraan berupa peninggian sebagian badan jalan dengan lebar dan kelandaian tertentu yang posisinya melintang terhadap badan jalan; dan alat pembatas tinggi, lebar, merupakan kelengkapan tambahan pada jalan yang berfungsi untuk membatasi tinggi dan lebar kendaraan memasuki suatu ruas jalan tertentu.
Tanggul Jalan merupakan bagian dari rekayasa lalu lintas yang berfungsi sebagai alat pengendali kecepatan lalu lintas untuk menurunkan kecepatan pada daerah yang memiliki kondisi geometrik atau tata guna lahan yang kurang menguntungkan sampai 40%, gundukan melintang berupa peninggian sebagaian badan jalan yang melintang terhadap sumbu
11Edy, http://www.nusantara-sakti.com//, Mengenal tentang polisi tidur, diakses pada tanggal 13 Februari 2020
27 jalan dengan lebar, tinggi dan kelandaian tertentu. Pada Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 82 Tahun 2018 tentang Alat Pengendali dan Pengaman Pengguna Jalan Pasal 3 mengatur tentang bentuk Tanggul Jalan yang dibolehkan, Tanggul jalan digunakan untuk memperlambat kecepatan kendaraan, dengan peninggian sebagian badan jalan dengan lebar dan
kelandaian tertentu.12
2. Pengguna Jalan Raya
Manusia sebagai pengguna Jalan Raya dapat berperan sebagai pengemudi atau pejalan kaki yang dalam keadaan normal mempunyai kemampuan dan kesiagaan yang berbeda-beda (waktu reaksi, konsentrasi dll). Perbedaan-perbedaan tersebut masih dipengaruhi oleh keadaan phisik dan psykologi, umur serta jenis kelamin dan pengaruh-pengaruh luar seperti cuaca, penerangan/lampu jalan dan tata ruang. Dan pengguna jalan raya mendapatkan hak tempat untuk melakukan perjalanan dan mendapat kesempatan untuk menjadi pengguna jalan yang baik. Untuk kewajiban pengguna jalan raya sendiri yaitu menjaga kebersihan, menjaga tata tertib dan peraturan/ rambu rambu lalu lintas dan bertanggung jawab menjaga
kerukunan antar sesama pengguna jalan.13
12 Mela Armani, Jenis tanggul jalan, https://www.kompas.com/ diakses pada tanggal 13 Februari 2020
28
E. Tinjauan Umum Tentang Pelanggaran
Pengertian Pelanggaran adalah situasi ketika peraturan tidak terpenuhi akibat tindakan yang dilakukan oleh seseorang. Sedangkan menurut pengertian para ahli, Pelanggaran yang melawan Hukum yang hanya dapat ditentukan
setelah ada hukum atau Undang-Undang yang mengaturnya.14
Menurut Andi Hamzah menyatakan bahwa pembagian delik atas Kejahatan dan Pelanggaran di dalam WvS Belanda 1886 dan WvS (KUHP) Indonesia 1918 itu menimbulkan perbedaan secara teoritis. Kejahatan sering disebut sebagai delik hukum, artinya sebelum hal itu diatur dalam undang-undang, sudah dipandang sebagai seharusnya dipidana, sedangkan Pelanggaran sering disebut sebagai delik undang-undang, artinya dipandang sebagai delik
karena tercantum dalam undang-undang.15Lebih lanjut Andi Hamzah
menjelaskan bahwa mengenai jenis pidana,tidak ada perbedaaan mendasar antara Kejahatan dan Pelanggaran.Hanya pada Pelanggaran tidak pernah
diancam pidana.16
Lamintang, dalam bukunya dasar-dasar hukum pidana di Indonesia menyatakan bahwa Orang pada umumnya baru mengetahui bahwa tindakan tersebut merupakan pelanggaran yang bersifat melawan hukum sehingga dapat
14Josua, Pengertian Pelanggaran, https://brainly.co.id// diakses pada tanggal 13 Februari 2020
15Andi Hamzah, 2008, Asas-Asas Hukum Pidana (Edisi Revisi), Jakarta : Rineka Cipta, halaman.106
29 dihukum yaitu setelah tindakan tersebut dinyatakan dilarang dalam
undang-undang.17
Menurut Wirjono Prodjodikoro pengertian pelanggaran adalah: “overtredingen” atau pelanggaran berarti suatu perbutan yang melanggar sesuatu dan berhubungan dengan hukum, berarti tidak lain dari pada
perbuatan melawan hukum.18
Sedangkan menurut Bambang Poernomo mengemukakan bahwa pelanggaran adalah politis-on recht dan kejahatan adalah crimineel-on recht. Politis-on recht itu merupakan perbuatan yang tidak mentaati larangan atau
keharusan yang ditentukan oleh penguasa negara.19
Mengenai pelanggaran menurut para ahli diatas, adapun pelanggaran kedisiplinan menurut Polri yang telah diatur didalam ketentuan Pasal 1 Angka 4 Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin Anggota Kepolisian Republik Indonesia yaitu Pelanggaran Peraturan Disiplin adalah ucapan, tulisan, atau perbuatan anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang melanggar peraturan disiplin.
Dalam sistem perundang-undangan hukum pidana, tindak pidana dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu kejahatan dan pelanggaran. Kedua istilah tersebut pada hakekatnya tidak ada perbedaan yang tegas karena
keduanya sama- sama delik atau perbuatan yang boleh dihukum.20
17Lamintang, 2011, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Bandung : Citra Aditya Bakti, halaman 210.
18 Wirjono Prodjodikoro, 2003. Asas-asas Hukum Pidana. Bandung: Refika Aditama, hlm.33 19 Bambang Poernomo, 2002. Dalam Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta: Ghalia Indonesia, hlm.40 20 Samidjo, 1985,Ringkasan Dan Tanya Jawab Hukum Pidana, CV Armico, Bandung, hlm,
30 Pembagian tindak pidana tersebut dilakukan karena menurut Memorie van Toelichting (pada WVS dinegeri Belanda) merupakan pembagian asasi (prinsipiil), bahwa pembagian tindak pidana dalam kejahatan dan pelanggaran itu berdasarkan perbedaan apa yang disebut delik hukum dan apa yang disebut delik undang-undang.
F. Tanggul Jalan Menurut Permenhub No 82 Tahun 2018
1. Pengertian Tanggul Jalan
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan :
a. Speed Bump adalah alat pembatas kecepatan yangdigunakan hanya pada area parkir, jalan privat, atau jalan lingkungan terbatas dengan kecepatan operasional di bawah 10 (sepuluh) kilometer per jam.
b. Speed Hump adalah alat pembatas kecepatan yangdigunakan hanya pada jalan lokal dan jalan lingkungan dengan kecepatan operasional di bawah 20 (dua puluh) kilometer per jam.
c. Speed Table adalah alat pembatas kecepatan yangdigunakan pada jalan kolektor, jalan lokal, dan jalan lingkungan serta tempat penyeberangan jalan (raisedcrossing/ raised intersection) dengan kecepatan operasional di bawah 40 (empat puluh) kilometer per jam.
31 2. Kriteria Bentuk Tanggul Jalan
Ketentuan Speed Bump
Speed bump berbentuk penampang melintang dengan spesifikasi:
a. Terbuat dari bahan badan jalan, karet, atau bahan lainnya yang memiliki pengaruh serupa.
b. Memiliki ukuran tinggi antara 8 cm sampai dengan 15 cm, lebar bagian atas antara 30 cm sampai dengan 90 cm dengan kelandaian paling banyak 15%.
c. Memiliki kombinasi warna kuning atau putih berukuran 20 cm dan warna hitam berukuran 30 cm.
Alat pembatas kecepatan berupa speed bump, dipasang pada area parkir, jalan privat, atau jalan lingkungan terbatas dengan kecepatan operasional
di bawah 10 km/jam.21
Ketentuan Speed Hump
Speed hump berbentuk penampang melintang dengan spesifikasi:
a. terbuat dari bahan badan jalan atau bahan lainnya yang memiliki pengaruh serupa.
b. ukuran tinggi antara 5 cm sampai dengan 9 cm, lebar total antara 35 cm sampai dengan 390 cm dengan kelandaian maksimal 50%
21Dimas Hutomo S.H, Ini aturan membangun polisi tidur dan standar ukurannya,
32 c. kombinasi warna kuning atau putih berukuran 20 cm dan warna hitam
berukuran 30 cm.
Alat pembatas kecepatan berupa speed hump dipasang pada jalan lokal dan jalan lingkungan dengan kecepatan operasional di bawah 20 km/jam.
Ketentuan Speed Table
Speed table berbentuk penampang melintang dengan spesifikasi:
a. terbuat dari bahan badan jalan atau blok terkunci dengan mutu setara K-300 untuk material permukaan speed table.
b. memiliki ukuran tinggi antara 8 cm sampai dengan 9 cm, lebar bagian atas 660 cm dengan kelandaian paling tinggi 15%.
c. memiliki kombinasi warna kuning atau warna putih berukuran 20 cm dan warna hitam berukuran 30 cm.
Alat pembatas kecepatan berupa speed table dipasang pada jalan kolektor, jalan lokal, dan jalan lingkungan serta tempat penyeberangan jalan (raised crossing/raised intersection) dengan kecepatan operasional di bawah 40
km/jam.22
G. Tentang Undang-Undang No 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan
Istilah ‘polisi tidur’ tidak ditemukan secara khusus dalam Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (“UU LLAJ”).
33 Namun, dalam beberapa peraturan daerah, polisi tidur ini dikenal dengan nama tanggul jalan atau tanggul pengaman jalan. Lalu Lintas dan angkutan jalan adalah satu kesatuan sistem yang terdiri atas lalu lintas, angkutan jalan, jaringan lalu lintas dan angkutan jalan, prasarana lalu lintas dan angkutan jalan, kendaraan, pengemudi,
pengguna jalan, serta pengelolaannya23.
Prasarana lalu lintas dan angkutan didefinisikan dalam Pasal 1 angka 6 UU LLAJ sebagai berikut: Prasarana lalu lintas dan angkutan jalan adalah ruang lalu lintas, terminal, dan perlengkapan jalan yang meliputi marka, rambu, alat pemberi isyarat lalu lintas, alat pengendali dan pengaman pengguna jalan, alat pengawasan dan pengamanan jalan, serta fasilitas pendukung. Setiap jalan yang digunakan
untuk lalu lintas umum wajib dilengkapi dengan perlengkapan jalan berupa:24
1. rambu lalu lintas; 2. marka jalan;
3. alat pemberi isyarat lalu lintas; 4. alat penerangan jalan;
5. alat pengendali dan pengaman pengguna jalan; 6. alat pengawasan dan pengamanan Jalan;
7. fasilitas untuk sepeda, pejalan kaki, dan penyandang cacat; dan
8. fasilitas pendukung kegiatan lalu lintas dan angkutan jalan yang berada di jalan dan di luar badan Jalan.
23 Pasal 1 angka 1 UU LLAJ 24 Pasal 25 ayat (1) UU LLAJ
34 Dan di dalam hal ini “Polisi Tidur Atau Tanggul Jalan” Adalah Alat Pengendali Pengguna Jalan yang Berupa Alat Pembatas Kecepatan Alat pengendali pengguna jalan digunakan untuk pengendalian atau pembatasan terhadap kecepatan dan
ukuran kendaraan pada ruas-ruas jalan.25
Alat pengendali pengguna jalan terdiri atas:
1. Alat pembatas kecepatan, digunakan untuk memperlambat kecepatan kendaraan berupa peninggian sebagian badan jalan dengan lebar dan
kelandaian tertentu yang posisinya melintang terhadap badan jalan;26
2. Dan alat pembatas tinggi dan lebar, merupakan kelengkapan tambahan pada jalan yang berfungsi untuk membatasi tinggi dan lebar kendaraan memasuki
suatu ruas jalan tertentu.27
H. Contoh Jenis-Jenis Gambar Tanggul Jalan Atau Polisi Tidur yang
Sesuai dengan Aturan Hukum
1. area parkir, jalan privat, atau jalan lingkungan terbatas dengan kecepatan operasional di bawah 10 km/jam.
28
25 Pasal 45 ayat (1) PP 79/2013 26 Pasal 3 ayat (1) Permenhub 82/2018 27 Pasal 4 ayat (1) Permenhub 82/2018
35 2. Speed Hump: Alat pembatas kecepatan ini berupa dipasang pada jalan lokal dan jalan lingkungan dengan kecepatan operasional di bawah 20 km/jam.
29
3. Speed Table: Alat pembatas kecepatan berupa speed table ini biasanya
dipasang pada jalan kolektor, jalan lokal, dan jalan lingkungan serta tempat penyeberangan jalan (raised crossing/raised intersection) dengan kecepatan operasional di bawah 40 km/jam.
30
29Bagus, Contoh gambar speed bump, https://adigunakaryapersada.co.id diakses pada tanggal 04 April 2020