ANALISIS CAMPUR KODE PADA LIRIK LAGU DALAM ALBUM RESPECT UNITY FOR ALL BONDAN PRAKOSO AND FADE TWO BLACK
M.Auzi1), Yetty Morelent2), Hj Syofiani2)
1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 2) Dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Bung Hatta E-mail : Mhd.auzy@gmail.com
ABSTRACT
The purpose of this study was to describe the direction and the cause of mixing code on the song lyrics of Bondan Prakoso and Fade Two Black in Respect Unity For All album. The theories used were the theory of Nursaid and Maksan (2002) and theory song lyrics by KBBI (2001). The type of this research was qualitative research. The data of this research were the lyrics of songs in the album Respect Unity For All by Bondan Prakoso and Fade Two Black that containts mixing code. Based on the analysis, there were inner code mixing and outer code mixing on the album Respect Unity For All by Bondan Prakoso and Fade Two Black. Inner code mixing was caused by identification of variation and it was found 3 data from 10 lyrics. Outer code mixing was caused by the identification of variation, the limitations of the use of mixing code, and the use of the more popular term and it was found 118 data from 10 lyrics. Therefore, based the results of data analysis can be concluded that in the song lyrics on Respect Unity For All album by Bondan Prakoso and Fade Two Black was dominated by outer code mixing.
Keywords: Code-Mixing and Song Lyrics PENDAHULUAN
Manusia sebagai makhluk sosial tidak lepas dari adanya interaksi dan komunikasi. Berinteraksi dengan
cara berkomunikasi tidak harus dengan ucapan kata-kata tetapi bisa juga dengan menggunakan bahasa isyarat. Komunikasi adalah proses pertukaran informasi antarindividual melalui
sistem simbol, tanda, atau tingkah laku yang umum. Menurut Brown dan Yule (1996:2) “pengertian komunikasi dengan mudah dapat dipakai untuk perasaan, suasana hati, dan sikap, tetapi menunjukkan bahwa ia terutama akan tertarik pada penyampaian informasi yang faktual atau proposional yang disengaja”. Komunikasi dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Komunikasi secara langsung salah satunya adalah dengan cara bertemu dan bertatap muka secara langsung sedangkan komunikasi secara tidak langsung dilakukan melalui perantara orang ketiga untuk penyampaiannya.
Dalam berkomunikasi manusia harus menggunakan bahasa yang jelas untuk memperlancar proses komunikasi. Komunikasi yang digunakan masyarakat dapat ditelaah melalui disiplin ilmu sosiolinguistik. Menurut Nursaid dan Maksan (2002:26) sosiolinguistik adalah suatu cabang linguistik yang menelaah piranti-piranti bahasa yang memerlukan acuan sosial, termasuk
konstektual, serta faktor-faktor yang terkait dengan penjelasan dua hal itu. Jadi, dapat disimpulkan bahwa sosiolinguistik adalah kajian tentang bahasa dalam hubungannya dengan masyarakat.
Pada perkembangan zaman, masyarakat lebih cenderung menggunakan bahasa asing atau menggunakan dwibahasa (bilingual). Menurut Chaer dan Agustina (2004:84) “secara sosiolinguistik, secara umum, bilingualisme diartikan sebagai penggunaan dua bahasa oleh seorang penutur dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian”. Kedwibahasaan tidak hanya terbatas pada praktik penggunaan dua bahasa, melainkan tiga bahasa yang disebut istilah multilingualisme.
Praktek penggunaan dua bahasa atau lebih dapat di lihat lirik lagu. Banyak lirik lagu Indonesia yang menggunakan dua bahasa salah satunya grup musik Bondan Prakoso
and Fade Two Black. Bondan Prakoso and Fade Two Black merupakan
kolaborasi antara Bondan Prakoso (musisi, bassis) and Fade Two Black grup rap beranggotakan Titz, Santoz, dan Lezzano. Sebagai grup musik yang cukup kreatif mereka banyak merilis album, salah satu album mereka adalah
Respect Unity For All. Dalam album Respect Unity For All terdapat 10 lirik
lagu yaitu (1) “Respect Unity For All”, (2) “Tak Terkalahkan”, (3) “Tak Sempurna”, (4) “Pelita Hidup”, (5) “Manusia Sejuta Perkara”, (6) “Cinta Sejati”, (7) “Game of Life”, (8) “It`s
not a Good Bye”, (9) “Bring It”. (10)
“Home”.
Pada lirik lagu Bondan Prakoso
and Fade Two Black album Respect Unity For All banyak terdapat bahasa
asing yang sering diucapkan oleh semua kalangan salah satunya pada lirik lagu “Tak Terkalahkan”. Seperti kutipan lagu berikut ini:
You got to move in
Come on..come on.. come on lets join
Bergerak, beranjak, merapat, melesat
Angkat semangat mu kawan Kita di barisan depan
Pada lirik lagu Bondan Prakoso
and Fade Two Black yang berjudul
“Tak Terkalahkan” terdapat dua kalimat campur kode ke luar yaitu:
You got to move in
Come on..come on.. come on lets join
Berdasarkan contoh lirik lagu yang telah dipaparkan, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut terhadap lirik lagu Bondan Prakoso and Fade Two Black dalam album Respect Unity For All. Alasan peneliti memilih lirik lagu Bondan Prakoso and Fade Two Black sebagai objek penelitian adalah pada lirik lagu Bondan Prakoso and Fade Two Black dalam album Respect Unity For All banyak menggunakan kata-kata asing yang mudah dimengerti oleh berbagai kalangan dan Bondan Prakoso and
Fade Two Black termasuk grup musik
yang kreatif, seperti yang dinyatakan oleh media-media salah satunya media internet.
KERANGKA TEORETIS A. Sosiolinguistik
Sosiolinguistik merupakan ilmu antardisiplin antara sosiologi dan linguistic yang mempunyai kaitan erat. Menurut Sumarsono dan Partana (2002:1) sosio-adalah masyarakat, dan linguistik adalah kajian bahasa. Jadi, sosiolinguistik adalah kajian tentang bahasa yang dikaitkan dengan kondisi kemasyarakatan (dipelajari oleh ilmu-ilmu sosial khususnya sosiologi). Menurut Sumarsono dan partana (2002:4) “sosiolinguistik adalah kajian atau pembahasan bahasa sehubungan dengan penutur bahasa itu sebagai anggota masyarakat”. Sementara itu, menurut Chaer dan Agustina (2004:3) “sociolinguitiek is subdisiplin van the
talkunde, die bestudert welke social factoren een rol spelen in het tallgebruik el welke taal spelt in het social velkeer (sosiolinguistik adalah
subdisiplin ilmu bahasa yang mempelajari faktor-faktor sosial yang berperan dalam penggunaan bahasa dan pergaulan sosial”.
Dari beberapa pendapat mengenai definisi-definisi sosiolinguistik, maka dapat disimpulkan bahwa sosiolinguistik adalah cabang ilmu linguistik yang bersifat interdisipliner atau kajian tentang bahasa dalam hubungannya dengan masyarakat tutur.
Dalam masyarakat tutur seperti yang dijelaskan dalam sosiolinguistik terjadi empat maslah masyarakat bahasa, yaitu: (1) campur kode, (2) alih kode, (3) interferensi, dan (4) integrasi.
B. Hakikat Campur Kode (Code-Mixing)
Campur kode merupakan pergantian dua bahasa atau lebih, dua ragam atau lebih, dua dialek atau lebih yang terjadi dalam satu ujaran (Nursaid dan Maksan, 2002:114). Sedangkan menurut Nursaid dan Maksan (2002:110) “jika komunikan/penutur mencampurkan dua atau lebih bahasa atau ragam bahasa dalam suatu tindak berbahasa (speech act), tanpa ada sesuatu dalam
situasi berbahasa itu yang menuntut percampuran bahasa, berarti komunikan/penutur itu melakukan campur kode. Pergantian itu terjadi bukan dikarenakan faktor situasi atau fungsi dan keperluan, melainkan oleh beberapa faktor untuk menaikkan kedudukan atau derajat atau prestise penutur.
C. Wujud Campur Kode (Code-Mixing)
Menurut Nursaid dan Maksan (2002:122) mengatakan bahwa “ada enam wujud campur kode, keenam wujud campur kode tersebut sebagai berikut:
1. Penyisipan unsur-unsur yang berujud kata, misalnya: “Saya benar-benar surprise melihat kedatangannya”;
2. Penyisipan unsur-unsur yang berujud frase, misalnya: “iyo
bana, saya benar-benar belum
membaca surat itu”;
3. Penyisipan unsur-unsur yang berujud bentuk baster (hibridis), misalnya “jangan
kamu menggombal, aku bosan!”;
4. Penyisipan unsur-unsur yang berupa perulangan kata, “kamu bolak-balik saja”;
5. Penyisipan unsur-unsur yang berujud ungkapan tau idiom, misalnya “pemimpin itu harus
ditinggian sarantiang,
didaulukan salangkah”; dan
6. Penyisipan unsur-unsur yang berujud klausa, “pimpinan yang bijaksana akan ing ngarsa
sung tuladha, ing madyo
mangan karso, tut wuri
handayani”.
D. Arah Campur Kode (Code-Mixing)
Menurut Nursaid dan Maksan (2002:112) “jika dalam melakukan campur kode komunikan mencampurkan bahasa pertama (bahasa utama, misalnya bahasa Indonesia) dengan bahasa kedua (bahasa lain, misalnya bahasa Minangkabau), berarti yang dilakukan disebut campur kode ke dalam atau
(inner code-mixing), sebaliknya jika dalam melakukan campur kode komunikan mencampur bahasa pertama (bahasa utama, misalnya bahasa Indonesia) dengan bahasa kedua (bahasa lain, misalnya bahasa Inggris), berarti campur kode yang dilakukan adalah campur kode keluar atau (outer code-mixing).
E. Latar belakang Penyebab Terjadinya Campur Kode (Code-Mixing)
Campur kode tidak muncul karena tuntunan situasi, tetapi ada hal lain yang menjadi faktor terjadinya campur kode itu. Pada ciri-ciri peristiwa campur kode, yaitu tidak dituntut oleh situasi dan konteks pembicaraan, adanya ketergantungan bahasa yang mengutamakan peran dan fungsi kebahasaan yang biasanya terjadi pada situasi yang santai. Berdasarkan hal tersebut, Rokhman (2013:38) “terdapat tiga alasan terjadinya campur kode antara lain: (1) identifikasi peranan, (2) identifikasi ragam, dan (3) keinginan untuk menjelaskan dan menafsirkan. Dalam
hal ini pun, ke tiganya saling bergantung dan tidak jarang mengalami tumpang tindih. Ukuran untuk identifikasi peranan adalah sosial, registral, edukasional. Identifikasi ragam ditentukan oleh bahasa dimana seorang penutur melakukan campur kode yang akan menempatkan dia di dalam hierarki status sosialnya. Keinginan untuk menjelaskan dan menafsirkan, nampak karena campur kode juga menandai sikap dan hubungannya terhadap orang lain”. Jadi, dapat disimpulkan bahwa penyebab terjadinya campur kode adalah (1) identifikasi peranan yaitu peranan penutur, (2) identifikasi ragam yaitu penutur menggunakan campur kode karena penutur menempatkan tingkat status sosialnya, dan (3) keinginan untuk menjelaskan dan menafsirkan yaitu penutur ingin menjelaskan dan menafsirkan tuturan yang diucapkannya.
Pendapat yang hampir serupa juga dikemukakan oleh Pasca.undiksha (2012:175). Latar belakang terjadinya sebuah campur kode pada dasarnya
dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu (1) peserta pembicara, (2) media bahasa yang digunakan, dan (3) tujuan pembicara. Ketiga hal tersebut diperas lagi menjadi dua bagian pokok, misalnya peserta pembicara menjadi (1) penutur dan dua faktor yang lain, yaitu media bahasa dan tujuan pembicaraan disatukan menjadi (2) faktor kebahasaan. Kedua faktor di atas tersebut saling berkaitan dan mengisi satu sama lain. yang termasuk faktor penutur adalah orang yang menggunakan dua bahasa atau lebih. Sedangkan yang termasuk faktor kebahasaan adalah 1) keterbatasan penggunaan campur kode, 2) penggunaan istilah yang lebih popular, 3) pembicara dan pribadi pembicara, 4) mitra bicara, 5) tempat tinggal dan waktu pembicara, 6) modus pembicaraan, 7) topik, 8) fungsi dan tujuan, 9) ragam dan tingkat tutur bahasa, 10) hadirnya penutur ke tiga, 11) pokok pembicara, 12) untuk membangkitkan rasa humor, dan 13) untuk sekedar bergengsi.
F. Lirik Lagu
Setiap lirik lagu dalam nyanyian mempunyai tujuan tertentu yang ingin disampaikan oleh penciptanya kepada para pendengar lagu berisikan barisan kata-kata yang dirangkai secara baik dengan menggunakan gaya bahasa yang menarik dan dibawakan dengan suara indah penyanyi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001:678) lirik adalah karya sastra (puisi) yang berisi curahan perasaan pribadi, susunan kata, sebuah dinyanyikan. Sedangkan lagu adalah ragam suara yang berirama (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001;624). Jadi, Lirik lagu adalah susunan kata yang dinyanyikan.
METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitaif. Menurut Moleong (2005:4) mengatakan bahwa “metodologi sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Jadi, dapat disimpulkan penelitian kualitatif
adalah penelitian yang dilakukan dengan menganalisis data, salah satunya dengan melakukan wawancara, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Menurut Moleong (2005:11) data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Dalam hal ini adalah campur kode yang terdapat dalam lirik lagu Bondan Prakoso and
Fade Two Black dalam album Respect Unity For All.
B. Data, Objek dan Fokus Penelitian
Data penelitian ini adalah bahasa tulis yang terdapat pada lirik lagu Bondan Prakoso and Fade Two Black dalam album Respect Unity For All. Data yang dikumpulkan diambil dari lirik lagu Bondan Prakoso and Fade
Two Black dalam album Respect Unity For All yang berjumlah sepuluh lagu
yaitu (1) “Respect Unity For All”, (2) “Tak Terkalahkan”, (3) “Tak Sempurna”, (4) “Pelita Hidup”, (5) “Manusia Sejuta Perkara”, (6) “Cinta Sejati”, (7) “Game of Life”, (8) “It`s
not a Good Bye”, (9) “Bring It”. (10)
“Home”. Data tersebut peneliti peroleh dari media vcd dengan cara mendeskripsikan lirik lirik lagu ke dalam bentuk tulisan. Fokus penelitian adalah arah campur kode dan penyebab terjadinya campur kode pada lirik lagu Bondan Prakoso and Fade
Two Black dalam album Respect Unity For All.
C. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang diperlukan atau yang dipergunakan untuk mengumpulkan data. Dalam penelitian ini instrumen penelitian adalah peneliti sendiri sebagai kunci, baik pengumpulan data maupun menganalisis data. Alat bantu lain untuk pengambilan data peneliti menggunakan media vcd.
D. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara: (1) mendengarkan kumpulan lirik lagu Bondan Prakoso and Fade Two Black dalam album Respect Unity For All
pada media vcd, (2) mendeskrisikan data dalam bentuk tulis, (3) mengelompokkan lirik lagu Bondan Prakoso and Fade Two Black dalam album Respect Unity For All yang didalamnya terdapat arah campur kode, (4) mencari penyebab terjadinya campur kode pada lirik lagu Bondan Prakoso and Fade Two Black dalam album Respect Unity For All.
Kemudian dimasukkan ke dalam tabel. E. Teknik Analisis Data
Langkah kerja yang dilakukan dalam menganalisis data adalah sebagai berikut: (1) mengelompokkan kata berdasarkan bentuk kata asing yang ditemukan, (2) menganalisis sesuai data dengan arah campur kode, (3) merumuskan penyebab terjadinya campur kode, dan (4) menyimpulkan analisis data.
F. Teknik Pengujian Keabsahan Data
Keabsahan data merupakan konsep penting yang diperbaharui dari konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (reablilitas) menurut versi positivisme
dan disesuaikan dengan tuntutan pengetahuan, kriteria dan paradigma sendiri (Moleong, 2005:330). Teknik yang digunakan dalam pengujian keabsahan data adalah teknik triangulasi. Menurut Moleong (2005:330) triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Untuk pengujian keabsahan data, peneliti meminta kesediaan Bapak Dr. Marsis, M.Pd untuk menguji keabsahan data penelitian. Hasil yang ditemukan adalah sebanyak 119 data yang terdiri dari arah campur kode ke luar sebanyak 118 data, sedangkan arah campur kode ke dalam sebanyak 3 data dari 10 lagu.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Data penelitian adalah lirik lagu dalam album Respect Unity For
All Bondan Prakoso and Fade Two Black. Album Respect Unity For All
Bondan Prakoso and FadeTwo Black berisi 10 lagu yaitu: (1) “Respect Unity
“Tak Sempurna”, (4) “Pelita Hidup”, (5) “Manusia Sejuta Perkara”, (6) “Cahaya Sejati”, (7) “Game of Life”, (8) “It’s not a Good Bye”, (9) “Bring
it”, (10) “Home”.
Berdasarkan analisis data yang peneliti temukan pada saat melakukan penelitian campur kode pada album
Respect Unity For All penyanyi
Bondan Prakoso and Fade Two Black ditemukan campur kode ke dalam sebanyak 3 data, seperti pada judul lagu: (1) “Manusia Sejuta Perkara”, (2) “Cahaya Sejati”, (3) “Bring it”. Sedangkan campur kode ke luar sebanyak 118 data, seperti pada judul lagu: (1) “Respect Unity For All”, (2) “Tak Terkalahkan”, (3) “Pelita Hidup”, (4) “Manusia Sejuta Perkara”, (5) “Cahaya Sejati”, (6) “Game of
Life”, (7) “It’s not a Good Bye”, (8)
“Bring it”, (9) “Home”.
Berdasarkan pengidentifikasian dan penyebab campur kode pada album Respect Unity For All penyanyi Bondan Prakoso and Fade Two Black adalah karena pada lirik lagu terdapat
padanan kata bahasa Inggris yang tidak ada padanan bahasa Indonesia. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh pasca.undiksha (2012:175), latar belakang terjadinya sebuah campur kode pada dasarnya dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu (1) peserta pembicara, (2) media bahasa yang digunakan, dan (3) tujuan pembicara. Ketiga hal tersebut diperas lagi menjadi dua bagian pokok, misalnya peserta pembicara menjadi (1) penutur dan dua faktor yang lain, yaitu media bahasa dan tujuan pembicaraan disatukan menjadi (2) faktor kebahasaan. Kedua faktor tersebut saling berkaitan dan mengisi satu sama lain, yang termasuk faktor penutur adalah orang yang menggunakan dua bahasa atau lebih. Sedangkan yang termasuk faktor kebahasaan adalah (1) keterbatasan penggunaan campur kode, (2) penggunaan istilah yang lebih populer, (3) pembicara dan pribadi pembicara, (4) mitra bicara, (5) tempat tinggal dan waktu pembicara, (6) modus pembicaraan, (7) topik, (8) fungsi dan tujuan, (9) ragam dan tingkat tutur
bahasa, (10) hadirnya penutur ketiga, (11) pokok pembicara, (12) untuk membangkitkan rasa humor, dan (13) untuk sekedar bergengsi. Selain itu terdapat pula penyebab campur kode identifikasi ragam. Rokhman (2013:38) bahwa “terdapat tiga alasan terjadinya campur kode antara lain: (1) identifikasi peranan, (2) identifikasi ragam, dan (3) keinginan untuk menjelaskan dan menafsirkan.
PENUTUP A. Simpulan
Berdasarkan analisis dapat disimpulkan bahwa arah campur kode yang digunakan pada lirik lagu Bondan Prakoso and Fade Two Black dalam album Respect Unity For All lebih banyak menggunakan arah campur kode ke luar daripada arah campur kode ke dalam. Penyebab terjadinya campur kode dalam lirik lagu Bondan Prakoso and Fade Two
Black dalam album Respect Unity For
All antara lain karena sebagian
kata-kata dalam lirik lagu tersebut tidak ada padanan bahasa Indonesia, identifikasi ragam, penggunaan istilah yang lebih popular dan penyanyi menggunakan bahasa dalam lirik lagu yang mudah dipahami oleh semua kalangan. Tujuan bercampur kode dalam lirik lagu Bondan Prakoso and
Fade Two Black dalam album Respect
Unity For All adalah untuk
memberikan warna tersendiri tanpa menghilangkan nilai keindahan atau estetika lagu.
B. Saran
Dari kesimpulan tersebut disarankan hal-hal sebagai berikut, (1) mahasiswa Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia dapat menambah wawasan ilmu tentang kebahasaan khususnya bidang sosiolinguistik, (2)
Guru, sebagai bahan acuan pengajaran bahasa Indonesia bagi siswa di sekolah, (3) Peneliti lain, dapat dijadikan referensi dalam penelitian selanjutnya, khususnya bidang sosiolinguistik.
DAFTAR PUSTAKA
Andika, Mira. 2009. Campur Kode dalam Siaran Simpony Malam di Radio Arbes Fm Padang. Skripsi. Padang: Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni. Universitas Bung Hatta.
Brown, Gillian, dan Yule, George. 1996. Analisis Wacana. Jakarta:
PT Gramedia
Pustaka Utama.
Chaer, Abdul, dan Agustina, Leonie. 2004. Sosiolinguistik Perkenalan
Awal. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2001. Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Lasfi, Nelda. 2010. Campur Kode dalam Percakapan Keluarga Nias
study kasus: Bapak Arliyus Mendrofa dikelurahan Rawang, kecamatan Padang Selatan.
Skripsi. Padang: Jurusan
Pendidikan Bahasa dan Seni. Universitas Bung Hatta.
Moleong, Lexy j. 2005. Metodologi
Penelitian Kualitatif. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Nursaid, dan Maksan, Marjusman. 2002. Sosiolinguistik. Padang: Universitas Negeri Padang. Rokhman, Fathur. 2013.
Sosiolinguistik: Suatu
Pendekatan Pembelajaran
Bahasa dalam Masyarakat
Multikultural. Yogyakarta:
Graha Ilmu
Sumarsono, dan Partana, Paina 2002.
Sosiolinguistik. Yogyakarta: Sabda
Undiksha, pasca. 2012. Modul Sosiolinguistik. Bali: Universitas
Pendidikan Ghanesha.
Wahyuningsih, Tri. 2010. Analisis Katagorial Campur Kode Berbahasa Inggris dan Bahasa Jawa dalam lirik lagu Slank.
Skripsi. Jurusan Pendidikan
Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah. Universitas Muhammadiyah Surakarta.