Candra Kurniawan et al /Prosiding SNKTI (2013) Vol.6 hal-80-84
PEMBUATAN RIGID BONDED MAGNET BERBASIS Pr-Fe-B UNTUK
KOMPONEN GENERATOR LISTRIK MINI
Candra Kurniawan*, Ayu Yuswita Sari, dan Muljadi
Pusat Penelitian Fisika – LIPI,Gd. 440, Kawasan PUSPIPTEK, Tangerang Selatan, Banten, Indonesia *email penulis utama: candra.fisika.lipi@gmail.com
Abstract
Re-Fe-B (Re = Nd, Pr)-based permanent magnet has the highest energy product up to 50 MGOe, so it has a potential to be applied in various application. One of the potential application is in the electrical generator. In this research, we manufactured a rigid bonded-Pr-Fe-B permanent magnets by using a binder thermoset-bakelite (phenol formaldehyde) for axial type mini generator application. The making process of magnets done by mixed powder compacting in the dies size φ2 cm with a pressure of 3.6 tonf/cm2. Drying (Curing) process is
done with a temperature variation of 150, 170, and 200 oC. Characterization is done by testing the physical
properties include density, surface magnetic flux density distribution, and Hysiteresis Curve properties. The test results were also compared with another bonded Pr-Fe-B permanent magnet which uses epoxy resin as a binder. Based on the characterization, in knows that the best quality bonded magnet Pr-Fe-B obtained from the bakelite composition of 3%wt with curing temperature of 150 oC. The characteristic of the mentioned sample are density
of 5,49 g/cm2, magnetic flux density of 1114,6 Gauss, Br = 6,05 kGauss, Hci = 6,985 kOe, and BHmax = 6,9
MGOe. From the among result, it suggests that the homogenization of magnetic flux density distribution can be improved by using the Bakelite as a binder.
Keywords: Bonded Pr-Fe-B, Thermoset-Bakelite, magnetic flux density, axial-type mini-generator.
1. PENDAHULUAN
Perkembangan magnet permanen saat ini sangat difokuskan untuk magnet permanen energi tinggi. Salah satu bahan magnet permanen yang dapat menghasilkan energi tinggi tersebut adalah dari jenis Re-Fe-B (Re = Nd, Pr). Bahkan magnet permanen berbasis Nd-Fe-B telah menghasilkan energi produk mencapai 50 MGOe [1]. Magnet permanen berjenis Re-Fe-B ini terbuat dari paduan logam tanah jarang berjenis Neodymium atau Praseodymium, logam Besi, dan Boron dengan fasa magnet Nd2Fe14B atau
Pr2Fe14B yang memiliki struktur kristal tetragonal [2].
Kelebihan lain dari magnet permanen berbasis Re-Fe-B ini adalah memiliki Induksi magnet saturasi yang tinggi mencapai 1,6 T atau 16 kG, dengan induksi remanensi tertinggi saat ini mencapai 1,53 T atau 15,3 kG dalam bentuk sintered magnet [3].
Magnet permanen berbasis Re-Fe-B adalah magnet permanen yang memiliki aplikasi yang sangat luas terutama dalam bidang energi dan otomotif. Pengembangan energi terbarukan yang saat ini menjadi perhatian Pemerintah, memberikan peluang pengembangan magnet permanen untuk berkontribusi, antara lain sebagai komponen pembangkit listrik (Generator listrik) tenaga angin maupun tenaga air. Dalam bidang otomotif, magnet permanen merupakan komponen utama sistem motor listrik yang bekerja pada perangkat otomasi kendaraan seperti power window dan wiper. Selain itu aplikasi dari magnet permanen juga dapat digunakan sebagai sensor, seperti sensor meteran air, massa, dan lain-lain [4].
Pembuatan magnet permanen berbasis Re-Fe-B
dapat dilakukan melalui untuk mendapat magnet berjenis bonded magnet maupun sintered magnet. Proses pembuatan bonded magnet dilakukan dengan mencampurkan serbuk magnet permanen dengan binder. Binder yang banyak digunakan adalah berupa polimer, seperti epoxy resin, PP, HDPE, PMMA, dan LLDPE [5-9]. Kelebihan proses bonded ini adalah mudah dibentuk, dan menggunakan suhu rendah dalam prosesnya.
Dalam penelitian ini dilakukan pembuatan magnet permanen bonded berbasis Pr-Fe-B dengan menggunakan binder berjenis fenolik, yaitu bakelite (Phenol Formaldheid). Proses bonded dilakukan dengan memvariasikan komposisi binder sebesar 3 dan 5 %(wt), dan variasi temperatur curing sebesar 150, 170, dan 200 oC. Hasil pengujian tersebut dibandingkan juga dengan proses pembuatan bonded Pr-Fe-B yang menggunakan binder epoxy resin.
2. METODOLOGI
Pada penelitian ini dugunakan serbuk magnet berbasis Pr-Fe-B dari Magnequench type MQP 16-7A dengan ukuran partikel < 76 µm (Lolos #200 mesh). Binder yang digunakan adalah Bakelite (Phenol
Formaldheid) dari PT Brataco Chemical. Sebagai
binder pembanding digunakan polimer epoxy resin. Proses pembuatan magnet diawali dengan mencampurkan serbuk magnet Pr-Fe-B dengan binder serbuk Bakelite. Komposisi yang digunakan adalah 3% dan 5%(wt). Serbuk hasil pencampuran tersebut kemudian dicetak dalam moulding dies dengan ukuran
Candra Kurniawan et al /Prosiding SNKTI (2013) Vol.6 hal-80-84 2 cm. Sampel dicetak dengan menggunakan sistem
hidraulic press dengan beban tekan 3,6 tonf/cm2
dan ditahan selama 60 detik. Massa total tiap sampel yang dibuat adalah mT = 8 gram. Setelah pencetakan,
dilakukan proses curing menggunakan oven dengan variasi temperatur 150, 170, dan 200 oC dalam waktu 120 menit.
Sebagai pembanding, dibuat juga magnet bonded Pr-Fe-B dengan binder resin epoxy. Komposisi yang digunakan adalah 3% dan 5%(wt). Proses pencetakan dilakukan sama dengan proses menggunakan binder bakelite, kecuali pada proses curing. Seperti pada eksperimen-eksperimen sebelumnya [10], pada binder epoxy resin dilakukan proses curing pada temperatur 100 oC dalam waktu 120 menit.
Karakterisasi yang dilakukan pada pembuatan magnet permanen bonded Pr-Fe-B ini antara lain, uji densitas, pengukuran kerapatan fluks magnetik permukaan sampel, dan analisis kurva histeresis. Uji densitas sampel dilakukan dengan menggunakan prinsip Archimedes, dengan menghitung perbandingan selisih massa di udara dan di air sesuai dengan ASTM C373. Sampel magnet kemudian dimagnetisasi menggunakan impuls magnetizer dari Magnet-Physik Dr. Steinroever GmbH dengan V = 1,7 kV, dan I = 6 kA. Setelah sampel termagnetisasi, kemudian dilakukan pengukuran kerapatan fluks magnet menggunakan Gaussmeter. Pengukuran dilakukan pada 10 titik dipermukaan sampel seperti ditunjukkan pada Gambar 1. Sampel magnet bonded Pr-Fe-B selanjutnya dikarakterisasi sifat magnetnya melalui pengukuran kurva histeresis dengan Permagraph C dari Magnet-Physik Dr. Steingroever GmbH. Hasil karakterisasi kurva histeresis tersebut digunakan untuk menganalisa nilai induksi remanensi, medan koersivitas, dan energi produk (BHmax).
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pembuatan sampel bonded Pr-Fe-B dengan binder bakelite selanjutnya diukur densitasnya menggunakan prinsip Archimedes sesuai ASTM C373. Hasil pengukuran densitas tersebut kemudian diplot dalam grafik seperti ditunjukkan pada Gambar 1. Dalam grafik tersebut ditunjukkan bahwa terjadi peningkatan kepadatan sampel sebanding dengan peningkatan suhu Curing yang diberikan. Suhu optimum untuk mendapatkan densitas terbaik ditunjukkan pada sampel dengan suhu Curing 200 oC selama 120 menit, dengan densitas pada komposisi binder 3% dan 5%(wt) berturut-turut sebesar 5,49 g/cm3 dan 5,21 g/cm3. Terlihat bahwa magnet bonded Pr-Fe-B yang dibuat dengan komposisi binder 3%(wt) memiliki densitas yang lebih besar dibandingkan dengan magnet dengan komposisi binder 5%(wt). Hal ini berlaku untuk semua suhu Curing yang diberikan yang menunjukkan bahwa fraksi massa serbuk magnet Pr-Fe-B sebagai filler yang lebih besar memberikan efek dominan terhadap nilai densitas yang dihasilkan.
Secara komposisi, nilai densitas magnet yang dihasilkan sesuai dengan perhitungan densitas secara
teoretis. Secara teoretis, serbuk magnet Pr-Fe-B memiliki densitas bulk sebesar 7,61 g/cm3[11], sedangkan serbuk bakelite memiliki densitas sebesar 1,36 – 2,00 g/cm3[12]. Berdasarkan nilai densitas teoretis tersebut, maka dapat dihitung nilai densitas teoretis magnet bonded Pr-Fe-B dengan binder bakelite pada komposisi binder 3% dan 5%(wt). Sesuai hasil perhitungan didapatkan bahwa nilai densitas teoretis untuk komposisi binder 3% dan 5% beturut-turut adalah 6,7 – 7,0 g/cm3 dan 6,2 – 6,7 g/cm3. Dengan demikian hasil pembuatan magnet
bonded Pr-Fe-B dengan binder bakelite menghasilkan
nilai densitas tertinggi mencapai 78 – 84% dari nilai densitas teoretis.
Sebagai pembanding, dibuat juga magnet bonded Pr-Fe-B dengan binder epoxy resin dengan variasi komposisi sebesar 3% dan 5%(wt). Suhu Curing yang digunakan pada komposisi epoxy resin tersebut adalah 100 oC selama 120 menit. Perbandingkan nilai densitas pada magnet bonded Pr-Fe-B ditunjukkan pada Tabel 1. Tampak bahwa nilai densitas yang dihasilkan dari magnet bonded Pr-Fe-B dengan binder epoxy resin lebih besar daripada menggunakan binder bakelite. Hal ini dapat terjadi karena epoxy yang digunakan berbentuk cair sehingga saat dilakukan proses Curing sampel magnet yang menggunakan binder epoxy menghasilkan pori yang lebih kecil dibandingkan dengan binder bakelite. Pada proses
Curing tersebut, binder bakelite tersebut juga
mengalami deformasi pada suhu tinggi, namun karena sifatnya termoset sehingga deformasi yang dihasilkan masih meninggalkan pori yang mengurangi nilai densitas sampel magnet.
Tabel 1. Perbandingan densitas bonded Pr-Fe-B dengan binder bakelite dan epoxy resin.
Komposisi (wt) Bakelite (g/cm3) Epoxy Resin (g/cm3) 3% 5,49 5,67 5% 5,21 5,44 5.44 5.47 5.49 5.13 5.18 5.21 4.5 4.7 4.9 5.1 5.3 5.5 5.7 150 160 170 180 190 200 Densitas (g/cm3)
Suhu Curing (oC)
3% 5%
Gambar 1. Grafik pengukuran densitas sampel magnet bonded Pr-Fe-B dengan binder Bakelite
Candra Kurniawan et al /Prosiding SNKTI (2013) Vol.6 hal-80-84 Pada proses selanjutnya dilakukan magnetisasi
sampel bonded Pr-Fe-B menggunakan pulse-magnetizer dari Magnet-Physik dalam tegangan (V) sebesar 1,7 kV, dan Arus (I) sebesar 6 kA. Hasil proses pemagnetan tersebut kemudian diukur nilai densitas fluks magnetnya menggunakan Gaussmeter. Proses pengukuran dilakukan pada 5 titik berbeda pada masing-masing permukaan sampel magnet. Distribusi densitas fluks magnet sampel bonded Pr-Fe-B menggunakan binder bakelite ditunjukkan pada Gambar 2.
Gambar 2. Distribusi densitas fluks magnet pada permukaan sampel magnet bonded Pr-Fe-B dengan binder bakelite
(Gauss) dengan komposisi, a) 3%wt dan b) 5%wt.
Berdasarkan Gambar 2 tersebut tampak bahwa secara umum nilai densitas fluks magnet dari sampel magnet bonded Pr-Fe-B berada di atas 1 kG. Pengaruh suhu Curing terhadap nilai densitas fluks magnet ini secara kasar terlihat bahwa semakin tinggi suhu curing maka nilai densitas fluks magnet menjadi semakin kecil. Rata-rata nilai densitas fluks magnet dari masing-masing komposisi bakelite ditunjukkan pada Gambar 3.
Dari Gambar 3 tersebut tampak bahwa nilai densitas fluks permukaan magnet rata-rata dari sampel magnet bonded Pr-Fe-B mengalami penurunan dengan meningkatnya suhu curing yang diberikan. Besar nilai densitas fluks magnet terbesar dihasilkan dari sampel magnet bonded Pr-Fe-B dengan komposisi bakelite 3%wt dan suhu curing sebesar 150 oC, dengan nilai densitas fluks magnet rata-rata sebesar 1.114,6 Gauss. Sedangkan nilai densitas fluks magnet terkecil dihasilkan dari sampel magnet bonded Pr-Fe-B dengan komposisi bakelite 5%wt dan suhu curing sebesar 200 oC, dengan nilai densitas fluks magnet rata-rata sebesar 1.031,3 Gauss. Dari grafik tersebut tampak bahwa penurunan nilai rata-rata dari densitas fluks magnet dari masing-masing sampel memiliki hubungan yang hampir linier pada interval suhu curing 150 – 200 oC, dengan demikian diindikasikan dapat menjadi pembanding untuk proses pembuatan magnet
bonded Pr-Fe-B pada suhu-suhu dalam interval
tersebut.
Berdasarkan tingkat deviasi densitas fluks magnetiknya, dihitung bahwa pada komposisi bakelite 3%, pada suhu curing 150, 170, dan 200 oC masing-masing variasi sampel magnet memiliki deviasi sebesar 53,9; 90,4; dan 82,6 Gauss. Sedangkan pada komposisi bakelite 5%wt, pada suhu curing yang sama memiliki deviasi masing-masing 117,9; 85,1; dan 71,1 Gauss.
Sebagai pembanding, magnet bonded Pr-Fe-B dengan binder epoxy resin diberikan perlakuan yang sama, yaitu dimagnetisasi kemudian diukur densitas fluks magnetnya menggunakan Gaussmeter. Hasil pengukuran densitas fluks magnet dari sampel tersebut ditunjukkan pada Gambar 4. Pada Gambar tersebut tampak bahwa distribusi densitas fluks magnet sangat beragam. Berdasarkan distribusi fluks magnet tersebut maka didapatkan nilai densitas fluks magnet rata-rata untuk komposisi binder epoxy resin 3% dan 5%wt berturut-turut sebesar 1119,8 dan 1088,4 Gauss. Dengan membandingkan hasil pengukuran ini, maka terlihat bahwa penggunaan binder bakelite dan epoxy resin tidak membawa pengaruh yang signifikan pada nilai densitas fluks magnet rata-rata dari sampel magnet bonded Pr-Fe-B.
Namun demikian, penghitungan deviasi densitas fluks magnet untuk magnet bonded Pr-Fe-B dengan binder epoxy resin dengan komposisi binder 3% dan 5% berturut-turut adalah 149,2 dan 147,4 Gauss. Nilai deviasi ini lebih besar dibandingkan dengan sampel magnet bonded Pr-Fe-B yang menggunakan binder bakelite. Perbedaan nilai deviasi densitas fluks magnet ini diakibatkan oleh fasa binder yang berbeda. Binder epoxy resin yang digunakan berbentuk cair, sedangkan bakelite berbentuk powder, sehingga pada proses
mixing masing-masing sampel magnet sudah memiliki
tingkat homogenitas yang berbeda yang akan berdampak pada distribusi densitas fluks magnet yang dihasilkan. Hal ini dapat menjadi pertimbangan jika akan diaplikasikan pada sistem generator listrik. Homogenitas densitas fluks magnet akan berdampak pada kestabilan tegangan induksi generator.
3%wt 5%wt
150 oC 150 oC
170 oC 170 oC
200 oC 200 oC
a. b.
Komposisi Binder Bakelite
1022 1121 1133 1135 1162 943 1134 1125 1175 1125 954 1036 1129 1154 1120 857 1123 1135 1106 1114 859 1002 1024 1082 1042 867 1036 1009 1040 1002 1114.60 1100.40 1078.60 1067.00 1001.80 990.80 980 1000 1020 1040 1060 1080 1100 1120 1140 140 160 180 200
Densitas Fluks Magnet
(Gauss)
Suhu Curing (oC)
3% 5%
Gambar 3. Grafik rata-rata densitas fluks magnet sampel magnet bonded Pr-Fe-B dengan binder Bakelite
Candra Kurniawan et al /Prosiding SNKTI (2013) Vol.6 hal-80-84
Gambar 4. Distribusi densitas fluks magnet pada permukaan sampel magnet bonded Pr-Fe-B dengan binder epoxy resin
(Gauss) komposisi binder, a) 3%wt dan b) 5%wt.
Sampel magnet bonded Pr-Fe-B selanjutnya dianalisis sifat magnet intrinsiknya menggunakan Permagraph C. Hasil karakterisasi yang dihasilkan antrara lain induksi remanensi (Br), koersivitas intrinsik (Hci), dan energi produk magnet (BHmax). Karakterisasi sifat magnet intrinsik ini dilakukan pada sampel magnet bonded Pr-Fe-B dengan binder bakelite pada komposisi binder 3%wt. Hal ini dilakukan berdasarkan nilai densitas fluks magnet sampel maksimum yang dihasilkan. Kurva histeresis dari sampel magnet ditunjukkan pada Gambar 5. Berdasarkan kurva histeresis tersebut tampak bahwa semakin tinggi suhu curing, maka kurva histeresis juga sedikit menyempit. Penyempitan kurva histeresis ini berpengaruh terhadap energi produk maksimum yang dihasilkan (BHmax), karena energi produk magnet tersebut merupakan luasan dibawah kurva histeresis pada kuadran II. Namun, tampak juga bahwa nilai induksi remanensi (Br), dan medan koersivitas magnet (Hci) sampel magnet tidak berubah signifikan dengan adanya variasi suhu curing.
Nilai induksi remanensi, medan koersivitas, dan energi produk maksimum dari sampel magnet bonded Pr-Fe-B ditunjukkan pada Tabel 2. Dalam tabel tersebut tampak bahwa nilai induksi remanensi magnet (Br), medan koersivitas (Hci), dan energi produk maksimum (BHmax) semakin kecil sebanding dengan kenaikan suhu curing. Nilai karakteristik magnet tertinggi ditunjukkan pada sampel magnet bonded Pr-Fe-B dengan variasi suhu curing 150 oC,
dengan nilai Br, Hci, dan BHmax berturut-turut sebesar 6,05 kGauss, 6,985 kOe, dan 6,9 MGOe. Dibandingkan dengan hasil pengukuran densitas fluks magnet menggunakan Gaussmeter, maka densitas fluks magnetik sampel memiliki nilai rata-rata mencapai 18,42% dari induksi remanensi sampel. Pada pekerjaan Nanang, telah dibuat magnet bonded Pr-Fe-B (MQP 16-7) dengan binder bakelite yang menghasikan karakteristik magnet Br, Hci, dan BHmax berturut-turut 5,96 kGauss, 5,73 kOe, dan 5,47 MGOe pada komposisi binder 5%wt [13]. Begitu juga pada pekerjaan Toni, yang menghasilkan Br, Hci, dan BHmax berturut-turut 5,28 kGauss, 6,618 kOe, dan 4,56 MGOe dari proses kompaksi powder MQEP 16-7 dengan teknik Green Compact [14]. Dengan demikian, Hasil penelitian ini telah berhasil memperbaiki kualitas intrinsik magnet bonded Pr-Fe-B yang dihasilkan dibandingkan dengan pekerjaan sebelumnya.
Tabel 2. Karakteristik magnet intrinsik sampel magnet bonded Pr-Fe-B.
Tcuring
(oC)
Br
(kGauss) Hci (kOe)
BHmax (MGOe) 150 6,05 6,985 6,90 170 6,01 6,484 6,58 200 6,00 6,460 4,61 4. KESIMPULAN
Telah dibuat magnet permanen bonded Pr-Fe-B menggunakan binder bakelite dengan variasi komposisi binder 3%wt dan 5%wt. Berdasarkan karakterisasi yang dilakukan dihasilkan magnet bonded Pr-Fe-B dengan kualitas terbaik yang diperoleh dari komposisi bakelite 3%wt dengan suhu proses curing sebesar 150 oC. Karakteristik yang ditunjukkan antara lain densitas sampel sebesar 5,49 g/cm3, sifat magnet antara lain densitas fluks magnet rata-rata, induksi remanensi, koersivitas, dan energi produk maksimum berturut-turut sebesar 1114,6 Gauss, 6,05 kGauss, 6,985 kOe, dan 6,9 MGOe. Dibandingkan dengan magnet bonded Pr-Fe-B yang menggunakan binder epoxy resin diperlihatkan bahwa secara umum tidak memiliki perbedaan yang signifikan, namun terdapat perbedaan yang signifikan pada distribusi densitas fluks magnet antara penggunakan binder bakelite dan epoxy resin. Ditunjukkan bahwa deviasi densitas fluks magnet penggunaan epoxy resin mencapai 149 Gauss, sedangkan pada binder bakelite deviasi rata-rata <90 Gauss. Hal ini menunjukkan penggunaan bakelite sebagai binder dapat meningkatkan homogenisasi distribusi densitas fluks magnet.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penelitian ini merupakan bagian dari kegiatan penelitian insentif riset SINas KemenRisTek dan DIPA Tematik LIPI tahun 2013.
3%wt 5%wt
a. b.
Komposisi Binder Epoxy Resin
902 1075 1214 1295 1113 865 1040 1130 1260 1147 -10 -5 0 5 10 -20 -10 0 10 20 150 oC 170 oC 200 oC
Gambar 5. Kurva histeresis sampel magnet bonded Pr-Fe-B binder Pr-Fe-Bakelite dengan variasi suhu Curing
Candra Kurniawan et al /Prosiding SNKTI (2013) Vol.6 hal-80-84
DAFTAR REFERENSI
[1] D. W. Scott, B. M. Ma, Y. L. Liang, and C. O. Bounds, Microstructural control of NdFeB cast ingots for achieving 50 MGOe sintered magnets, J.
Appl. Phys. Vol. 79, No. 8, 1996, pp. 4830 – 4832.
[2] Fraden, J., 2010, Handbook of Modern Sensors: Physics, Designs, and Applications, 4th Ed. USA: Springer. pp. 73. ISBN 1441964657.
[3] Yuji Kaneko, Futoshi Kuniyoshi, Naoyuki
Ishigaki, Proven technologies on high-performance Nd–Fe–B sintered magnets, Journal of Alloys and
Compounds 408–412, 2006, pp.1344–1349
[4] P. Sebayang, Muljadi, Ayu Y. S., C. Kurniawan, Magnet Permanen Sebagai Material Maju Untuk Komponen Pembangkit Energi Masa Depan, Prosiding Seminar Nasional Fisika LIPI, 2012, hal. 699 - 710
[5] Fuqiang Zhai, et. al., Epoxy resin effect on anisotropic Nd–Fe–B rubber-bonded magnets performance, Journal of Alloys and Compounds 509, 2011, pp. 687–690.
[6] A.S. Grujic, et al., Polymer — Bonded Magnetic Materials with Various Nd–Fe–B Filler Content, Acta Physica Polonica, Vol. 117, No. 5, 2010, pp. 859 – 863.
[7] Zhang Xiaolei et al., Effect of the Binder and Some Additives on Properties of the Anisotropic Injection Bonded Nd-Fe-B Magnets, Rare Metal
Materials and Engineering, Vol. 37, No.11, 2008,
pp 1978 – 1981.
[8] J. J. Romero, et. al., Anisotropic polymer bonded
hard-magnetic films for microelectromechanical system applications, Journal Of Applied Physics
99, 2006, pp 08N303-1 – 3.
[9] EviYulianti dan Mujamilah, Sifat Magnetik Bahan Komposit Berbasis Serbuk Magnet NdFeB Hasil
Milling Dan Polimer Termoplastik LLDPE, Jurnal SainsMateri Indonesia, Vol. 6, No. 2, 2005, hal. 36
– 41.
[10] C. Kurniawan, S. E. Wahyuni, dan P. Sardjono, Analisis Sifat Magnet dan Ketahanan Korosi Magnet Permanen Bonded RE-Fe-B Anisotropik dengan Pelapisan Logam Ni, Prosiding Simposium
Fisika Nasional XXV, Palangkaraya, 2012.
[11] MQP-16.7-20068-070 Powder Datasheet, (http://www.mqitechnology.com/downloads/powd er_datasheet_PDF/MQP-16-7-20068-070-pds.pdf), diakses tanggal 1 April 2013.
[12]Bakelite, (http://www.diracdelta.co.uk/science/ source/b/a/bakelite/source.html#.UVvsHDeukzI), diakses tanggal 1 April 2013.
[13] Sudrajat, Nanang dan Tony K., Fabrikasi Magnet Permanen Bonded NdFeB untuk Prototipe Generator, Jurnal Fisika dan Aplikasinya, Vol. 9 No. 1, 2013, hal. 12-14.
[14] Kristiantoro, Tony, Nanang S., Widhya B., Pembuatan dan Karakterisasi Magnet Bonded NdFeB dengan Teknik Green Compact, Jurnal
Fisika dan Aplikasinya, Vol. 9, No. 1, 2013,
hal.9-11.
Rekaman Tanya Jawab Saat Presentasi
Isyatun Rodliyah (Puslitbang Tekmira - KESDM)pertanyaan Untuk pembuatan magnet permanen apakah logam tanah jarang dalam bentuk oksidanya yang digunakan?
Berapa kemurnian dari oksida logam tanah jarang agar dapat dibuat magnet permanen? jawaban Dalam penelitian ini kita menggunakan komersial logam tanah jarang Pr-Fe-B.
Kemurnian dari oksida logam tanah jarang harus 99% karena pengotor akan mempengaruhi pada harga ansotropinya dan sifat magnetnya