• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambar 3.1 Tahap Pelaksanaan PTK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Gambar 3.1 Tahap Pelaksanaan PTK"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

27 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas kolaboratif (Classroom Action Research). PTK adalah penelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki/meningkatkan mutu praktik pembelajaran” (Arikunto, 2009:58). Penelitian tindakan kolaboratif, yaitu penelitian yang dilakukan oleh sekelompok peneliti melalui kerjasama dan kerja bersama. Kolaborasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah kolaborasi antara guru dengan peneliti (Madya, 2011:51).

Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah PTK (Penelitian Tindakan Kelas) dengan menggunakan desain penelitian dari Prof. Suharsimi Arikunto yang terdiri dari empat tahapan pelaksanaan. Pada masing-masing siklus terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi. Tahapan PTK menurut Arikunto dapat dilihat pada gambar 3.1

(2)

Tahap-tahap penelitian tindakan kelas menurut Arikunto (2009:137) yaitu: Tahap (1): Menyusun Rancangan Tindakan

Penyusunan rancangan mempunyai kesepakatan bersama antara guru yang melakukan tindakan dengan peneliti yang akan mengamati proses jalannya tindakan. Upaya tersebut dilakukan untuk mengurangi unsur subjektivitas pengamat serta mutu kecermatan pengamatan yang dilakukan. Rencana penelitian tindakan merupakan tindakan yang terstruktur dan terencana, namun tidak menutup kemungkinan untuk mengalami perubahan sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.

Tahap (2) dan (3): Pelaksanaan Tindakan dan Pengamatan (Observasi)

Tahap 2 dan 3 mempunyai sifat yang berbeda, tetapi tahap 2 dan 3 dilakukan secara berasamaan karena pelaksana pembelajaran dan pengamat berbeda yaitu terdiri dari 2 orang. Pelaksanaan tindakan merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan pembelajaran di kelas. Dalam hal ini guru harus mentaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan dan tidak dibuat-buat. Pada tahap ini, rancangan starategi dan skenario penerapan pembelajaran akan dilaksanakan. Kemudian pelaksanaan pengamatan dilakukan oleh guru lain (observer). Pengamat melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Hal-hal yang perlu diamati oleh pengamat antara lain: proses tindakan, pengaruh tindakan, keadaan dan kendala tindakan, serta persoalan lain yang timbul. Untuk mempermudah observasi peneliti menggunakan lembar observasi sebagai panduan.

Tahap (4): Refleksi

Pada tahap ini menerapakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data dari lembar observasi dan dapat pula bertanya jawab dengan subjek tentang apa yang dialami, kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya. Keempat tahapan tersebut adalah unsur untuk membuat siklus. Siklus adalah putaran kegiatan berurutan yang kembali kelangkah semula. Satu siklus terdiri dari tahap perencanaan sampai dengan refleksi, yang tidak lain adalah evaluasi.

(3)

Bentuk penelitian tindakan kelas tidak pernah berupa kegiatan tunggal, tapi selalu harus berupa rangkaian kegiatan yang kembali ke asal, yaitu dalam bentuk siklus. 3.2 Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian

3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri Kutowinangun 07, Kelurahan Kutowinangun, Kecamatan Tingkir, Kota Salatiga. Sarana prasarana di SD Negeri Kutowinangun 07 sudah cukup lengkap. Prasarana fisik yang dimiliki sekolah ini, yaitu 6 ruang kelas, 1 ruang kantor guru dan kepala sekolah, 1 perpustakaan dengan buku penunjang yang cukup lengkap, 1 rumah dinas penjaga sekolah, tempat parkir dan halaman sekolah yang cukup luas, kantin sekolah, 1 ruang lab komputer.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2013/2014. Penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender akademik sekolah karena Penelitian Tindakan Kelas memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan proses belajar mengajar yang efektif dan efisien. Selain itu juga disesuaikan dengan KD mata pelajaran matematika yang akan diajarkan yaitu 5.4 menggunakan pecahan dalam masalah perbandingan dan skala.

Penelitian ini dilaksanakan selama 4 bulan yaitu dari bulan Februari sampai dengan bulan Mei 2014. Pada bulan Februari dipergunakan peneliti untuk mengadakan persiapan, yaitu menyusun prosposal penelitian dan instrument yang diperlukan. Setelah itu pada bulan Maret minggu ke-4 setelah kegiatan UTS semester II dan kegiatan jeda, peneliti mulai melaksanakan penelitian tindakan kelas siklus I. Pada minggu ke-1 bulan April, peneliti melanjutkan penelitian tindakan kelas pada siklus II. Pada minggu ke-2 bulan April sampai bulan Mei peneliti melakukan pengolahan data hasil penelitian, membuat laporan hasil penelitian dan konsultasi laporan serta persiapan ujian.

3.2.3 Karakteristik Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas 5 SD Negeri Kutowinangun 07 Salatiga yang berjumlah 29 siswa, terdiri dari 16 siswa laki-laki dan 13 siswa

(4)

perempuan. Tingkat kemampuan para siswa bervariasi ada yang kurang, ada yang sedang dan ada pula beberapa siswa di atas rata-rata. Penelitian ini dilakukan di kelas 5 karena hasil belajar siswa di kelas 5 tehadap mata pelajaran Matematika masih rendah. Dari data ulangan Matematika pada tes semester I tahun 2013 masih banyak siswa kelas 5 yang mengalami kesulitan dalam mata pelajaran Matematika. Hal tersebut dapat dilihat dari rendahnya nilai hasil belajar mata pelajaran Matematika. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa tersebut peneliti menerapkan pendekatan RME melalui model pembelajaran STAD.

3.3 Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2011:2) “Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu dalam bentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya”. Dalam penelitian tindakan kelas ini terdapat 3 variabel yang digunakan, yaitu:

3.3.1 Variabel Bebas (X)

1) Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) melalui Model Pembelajaran Student Teams-Achievment Divisions (STAD)

Pemanfaatan Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) adalah tindakan yang diberikan oleh guru untuk mengatasi masalah yang dilaksanakan dengan menempatkan realitas dan pengalaman siswa sebagai titik awal pembelajaran. Masalah-masalah realistik digunakan sebagai sumber munculnya konsep-konsep matematika atau pengetahuan matematika formal. Pembelajaran Matematika Realistik di kelas berorientasi pada karakteristik-karakteristik Realistic Mathematics Education, sehingga siswa mempunyai kesempatan untuk menemukan kembali konsep-konsep matematika atau pengetahuan matematika formal. Selanjutnya, siswa diberi kesempatan mengaplikasikan konsep-konsep matematika untuk memecahkan masalah sehari-hari atau masalah dalam bidang lain. Sehingga dengan kegiatan pembelajaran yang bervariasi seperti itu akan menumbuhkan keaktifan siswa kemudian dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

(5)

Model pembelajaran Student Teams-Achievment Divisions (STAD). Dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang heterogen. Kemudian guru memberikan presentasi/menyajikan materi kepada siswa. Siswa bekerja dalam kelompok, siswa dalam kelompok memastikan agar semua anggotanya dapat menguasai pelajaran dengan baik. Pada akhir pembelajaran guru memberikan kuis individu untuk siswa. Skor dari kuis individu siswa akan dikumpulkan menjadi skor kelompok, kelompok dengan nilai tertinggi akan mendapat penghargaan (salvin dalam Trianto:2009:68). Dengan kegiatan pembelajaran yang bervariasi seperti itu akan menumbuhkan keaktifan dan kerja sama siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Tabel 3.1

Kisi-Kisi Penerapan RME dalam Model Pembelajaran STAD No Kegiatan Langkah- Langkah

Penerapan RME dalam Model Pembelajaran STAD

Kegiatan Guru

1. Kegiatan Awal

Apersesi Guru membuka pelajaran dengan melakukan apersepsi

Menyampaikan tujuan memotivasi siswa

Menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotifasi siswa belajar. 2. Kegiatan Inti Eksplorasi Fase 2 Menyajikan/menyampaikan informasi Phenomenological exploration (konteks)

Menyampaikan informasi kepada siswa dengan memberikan/ mengangkat masalah-masalah kontekstual (fenomena) dikehidupan sehari-hari. 3. Elaborasi Fase 3 Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok belajar Bridging by vertical instruments

Menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisian.

4. Fase 4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Student Contribution

Membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka

(6)

Interactivity

Guru memfasilitasi siwa untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok di depan kelas.

5. Fase 5

Evaluasi

Intertwining

Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yg telah diajarkan atau masing-masing kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya

6. Fase 6

Memberikan penghargaan

Mencari cara-cara untuk

menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

3.3.2 Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat adalah variable yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variable terikat adalah keaktifan dan peningkatan hasil belajar terhadap pemahaman konsep mata pelajaran Matematika.

1) Keaktifan Siswa

Keaktifan siswa merupakan suatu keadaan dimana siswa berpartisipasi dalam kegiatan pembelajaran. Keaktifan siswa terlihat dari mereka merespon pertanyaan dan petunjuk guru, melakukan, menemukan jawaban secara mandiri, mendengarkan dan memperhatikan penjelasan dari guru, keberaniannya mengemukakan pendapat dan mengajukan pendapat serta aktif mengerjakan soal yang guru berikan.

2) Hasil Belajar

Hasil belajar merupakan tingkat keberhasilan dalam menguasai bidang studi ilmu pengetahuan setelah memperoleh pengalaman atau proses belajar mengajar dalam kurun waktu tertentu yang akan diperlihatkan melalui skor yang diperoleh dalam tes hasil belajar. Hasil belajar tersebut merupakan kecakapan nyata yang dapat diukur langsung dengan menggunakan tes evaluasi hasil belajar. Kecakapan itu

(7)

menyatakan seberapa jauh atau seberapa besar tujuan pembelajaran atau intruksional yang telah dicapai oleh siswa dalam pembelajaran.

3.4 Rencana Tindakan

Rancangan yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri dari 2 siklus. Masing-masing siklus terdiri dari perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan (observing), refleksi (reflecting). Rancangan penelitian tindakan yang akan dilaksanakan setiap siklusnya terdiri dari:

1) Perencanaan

Pada tahap ini peneliti mengadakan observasi dan wawancara dengan guru kelas untuk mengetahui permasalahan yang terjadi selama pembelajaran matematika berlangsung. Langkah berikutnya peneliti menyusun tindakan yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah-masalah yang terjadi selama pembelajaran berlangsung. Tindakan yang telah disusun bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan suasana belajar siswa yaitu keaktifan dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Matematika kelas 5 semester 2. Rencana ini dituangkan dalam bentuk RPP.

Instrumen penelitian antara lain: Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kegiatan Siswa (LKS), soal evaluasi, lembar observasi, dan dokumentasi. Instrumen penelitian yang telah dibuat, dikonsultasikan dengan dosen pembimbing serta guru kelas yang bersangkutan.

2) Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan tindakan, guru menerapkan pembelajaran dengan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) melalui model pembelajaran Student Teams-Achievment Divisions (STAD) seperti yang telah direncanakan pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

3) Observasi

Observasi dilakukan untuk mengumpulkan informasi tentang proses pembelajaran yang telah dilakukan guru sesuai dengan tindakan yang telah disusun. Observasi (pengamatan) dilakukan sebelum siklus (pra siklus) dan selama

(8)

pelaksanaan tindakan berlangsung untuk mengetahui jalannya pembelajaran. Observasi dilakukan untuk mengamati pelaksanaan tindakan pada setiap pertemuan dengan menggunakan pedoman observasi yang telah disiapkan.

4) Refleksi

Refleksi merupakan langkah untuk mengevaluasi semua kegiatan yang dilakukan dalam penelitian. Refleksi dilakukan berdasarkan hasil observasi untuk memperoleh masukan, saran-saran mengenai pelaksanaan tindakan digunakan untuk perbaikan dan sebagai dasar untuk menentukan langkah berikutnya. Dengan adanya refleksi, peneliti dan guru dapat mengetahui kekurangan dari siklus pertama sehingga dapat dilakukan perbaikan pada siklus berikutnya.

3.5 Prosedur Penelitian

Dalam perencanaan siklus I, peneliti menetapkan seluruh perencanaan tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dengan penerapan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) melalui model pembelajaran STAD. Langkah-langkah perencanaan untuk siklus I sebagai berikut:

3.5.1 Siklus I

1) Perencanaan Tindakan

a. Identifikasi masalah dan perumusan masalah.

b. Merancang skenario pembelajaran RPP dengan menerapkan Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) melalui model pembelajaran STAD dan menyusun tes yang akan digunakan.

c. Menyiapkan materi untuk kegiatan pembelajaran diskusi berkelompok dalam pembelajaran menggunakan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) melalui model pembelajaran STAD

d. Menyiapkan sumber belajar

(9)

2) Pelaksanaan Tindakan

Penelitian dilaksanakan sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah di buat untuk pertemuan siklus 1, dapat dilihat pada lampiran 5.

3) Observasi

Melakukan pengamatan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran Matematika dengan menerapkan Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) melalui model pembelajaran STAD. Selama proses pembelajaran berlangsung, guru mengamati keaktifan siswa di dalam kelas. Pengamat mencatat aktivitas siswa dengan menggunakan lembar observasi terstruktur. Selain itu, dalam proses belajar mengajar yang dilaksanakan oleh guru diamati oleh observer. Observer mengamati jalannya kegiatan pembelajaran untuk mengamati dan mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat penerapan Pendekatan RME dalam model pembelajaran STAD. 4) Refleksi

Refleksi dilakukan untuk mencatat temuan baik kelemahan dan kelebihan yang terdapat pada siklus I dalam penerapan pendekatan RME melalui model pembelajaran STAD, selanjutnya untuk mengadakan perbaikan pada siklus II.

3.5.2 Siklus II

1) Perencanaan Tindakan

a. Identifikasi masalah dan perumusan masalah berdasarkan refleksi siklus I. b. Merancang kembali skenario pembelajaran RPP , tes yang akan digunakan,

pedoman observasi dan menyiapkan materi pembelajaran untuk dilaksanakan sebagaimana pada siklus I.

c. Merancang kembali tes evaluasi d. Menyiapkan sumber belajar. e. Menyiapkan lembar observasi.

(10)

2) Pelaksanaan Tindakan

Penelitian dilaksanakan sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah di buat untuk pertemuan siklus 2. Rencana pelaksanaan pembelajaran siklus 2 dapat dilihat pada lampiran 11.

3) Observasi

Melakukan pengamatan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran Matematika dengan menerapkan Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) melalui model pembelajaran STAD..

4) Refleksi

Pada akhir siklus II ini, melalui pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) melalui model pembelajaran STAD, hasil dari analisis dicatat bahwa apakah pada tiap tahapan sudah menunjukkan peningkatan atau belum. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar agar siswa lebih baik dan meminimalkan kekurangan-kekurangan yang masih ada. Dengan demikian maka pelaksanaan selanjutnya dapat lebih optimal. Setelah akhir siklus II melalui pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) melalui model pembelajaran STAD diharapkan keaktifan dan hasil belajar Matematika siswa kelas 5 SD Negeri Kutowinangun 07 Kota Salatiga Semester 2 Tahun ajaran 2013/2014 meningkat.

3.6 Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data 3.6.1 Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang akan dijadikan acuan penelitian, peneliti menggunakan teknik :

1) Observasi

Observasi dilakukan oleh peneliti dan observer bertujuan untuk mengamati proses pelaksanaan pembelajaran Matematika dengan menerapkan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) melalui model STAD (Student Teams Achievement Division), serta mengamati segala aktivitas-aktivitas yang dilakukan di

(11)

kelas pada saat pembelajaran berlangsung. Selain itu, observasi juga bertujuan untuk menganalisis kemajuan siswa terhadap pembelajaran. Observasi dilakukan berdasarkan lembar observasi yang telah disusun.

2) Tes

Tes yang digunakan adalah tes tertulis yang berbentuk tes pilihan ganda. Tes pilihan ganda digunakan untuk mengukur pemahaman siswa pada ranah kognitif. yaitu untuk mengetahui tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan, serta digunakan untuk mengumpulkan data hasil belajar siswa yang telah diberikan. 3) Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk memperkuat data yang telah diperoleh dari observasi.

3.6.2 Instrumen Pengumpulan Data 1) Data Kualitatif

Data kualitatif adalah data yang berbentuk kalimat, kata atau gambar (Sugiyono,2011:23). Data kuantitatif diperoleh dari hasil observasi dengan menggunakan lembar pengamatan aktivitas belajar siswa pada pembelajaran matematika dengan menerapkan Pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) melalui model pembelajaran Student Teams Achievment Division (STAD).

Tabel 3.2

Kisi-Kisi Observasi Keaktifan Siswa Siklus 1 dan Siklus 2 No Aspek yang

Diamati Indikator

1. Kegiatan awal

1. Siswa memperhatikan apersepsi yang dilakukan oleh guru 2. Siswa siap mengikuti pelajaran

3. Siswa memperhatikan guru saat menyampaikan tujuan pembelajaran

4. Siswa memperhatikan dan tertarik saat guru

menyampaikan langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan RME dalam model STAD.

2. Kegiatan inti

(12)

memperlihatkan benda nyata dalam materi perbandingan 6. Siswa tertarik dalam memecahkan masalah matematika

(berupa pertanyaan)

Elaborasi 7. Siswa berantusias untuk duduk berkelompok heterogen 8. Siswa senang dan aktif untuk berdiskusi bersama

kelompok

Konfirmasi 9. Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara bergantian

10. Siswa untuk melakukan kuis

11. Siswa semangat dalam pembelajaran untuk mendapatkan skor paling tinggi

3. Kegiatan penutup

12. Siswa melakukan refleksi bersama guru 13. Siswa membuat kesimpulan bersama guru. 14. Siswa mengerjakan soal evaluasi/kuis 4. Keterampilan

mengajar

15. Siswa tertarik dengan penggunaan media yang disediakan oleh guru

16. Siswa mengerjakan tugas tepat waktu

17. Siswa memperhatikan materi yang disampaikan 18. Siswa dapat mengerti dan menerima bahasa yang

digunakan guru saat mengajar 19. Siswa patuh dengan perintah guru 20. Siswa menjawab pertanyaan guru

21. Siswa memberi salam ketika pelajaran dimulai dan diakhiri

Jumlah Nilai

Tabel 3.3

Kisi-Kisi Penilaian Keaktifan Siswa pada Pembelajaran Matematika

Indikator No

Menjawab pertanyaan dari guru 1

Mengemukakan pendapat atau bertanya 2

Menyimak penjelasan guru dengan sungguh-sungguh 3 Menunjukkan ketertarikan dalam pembelajaran 4

Menghargai pendapat orang lain 5

Menunjukkan peran aktif dalam diskusi 6 Melaksanakan tugas dengan rasa senang dan antusias 7

Menyelesaikan tugas tepat waktu 8

Berani mempresentasikan hasil diskusi kelompok 9 Berani mengemukakan pendapat hasil kelompok lain 10

(13)

Tabel 3.4

Kisi-Kisi Observasi Implementasi RPP Guru No Aspek yang

Diamati Indikator

1. Kegiatan awal 1. Melakukan apersepsi 2. Memeriksa kesiapan siswa

3. Menyampaikan tujuan pembelajaran

4. Menyampaikan langkah-langkah pembelajaran dengan pendekatan RME dalam model STAD.

2. Kegiatan inti

Eksplorasi 5. Memperlihatkan benda nyata dalam memvisualisasikan materi perbandingan

6. Memfasilitasi siswa dalam memecahkan masalah matematika

Elaborasi 7. Memfasilitasi siswa untuk duduk berkelompok heterogen

8. Memfasilitasi siswa untuk berdiskusi bersama kelompok

Konfirmasi 9. Meminta siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok secara bergantian

10. Memfasilitasi siswa untuk melakukan kuis 11. Memberi penghargaan kepada kelompok yang

mendapat skor paling tinggi 3. Kegiatan penutup 12. Melakukan refleksi bersama siswa

13. Membuat kesimpulan. 14. Memberikan soal evaluasi 4. Keterampilan

mengajar

15. Menggunakan media secara efektif dan efisien. 16. Mengelola waktu dengan efisien.

17. Penguasaan materi pembelajaran.

18. Penggunaan bahasa dalam kegiatan pembelajaran. 19. Penguasaan kelas.

20. Guru memberikan pertanyaan pada siswa 21. Membuka dan menutup pembelajaran.

2) Data Kuantitatif

Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka, atau data kualitatif yang diangkakan (skoring) (Sugiyono,2011:23). Data kuantitatif diwujudkan dengan peningkatan hasil belajar Matematika dengan menerapkan Pendekatan

(14)

Realistic Mathematic Education (RME) melalui model pembelajaran Student Teams Achievment Division (STAD).

Tabel 3.5

Kisi-Kisi Instrumen Soal Evaluasi Siklus 1 Standar Kompetensi

5. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah

Kompetensi Dasar Indikator Jumlah

soal

Nomor Soal 5.4 Menggunakan pecahan

dalam masalah

perbandingan dan skala

Menyatakan arti perbandingan dua benda berdasarkan

gambar/ilustrasi

1 1

Mengubah suatu pecahan ke

dalam bentuk perbandingan 3

4, 16, 26 Menghitung nilai dari

perbandingan dua benda jika diketahui selisih benda

4 7, 9, 10, 18 Menghitung nilai dari

perbandingan dua benda jika diketahui jumlah benda

2 6, 8

Menghitung nilai dari

perbandingan tiga benda jika diketahui jumlah suatu benda

1 13,

Menghitung nilai dari

perbandingan dua benda jika diketahui salah satu jumlah suatu benda

3 11, 25, 27

Menyederhanakan

perbandingan suatu hal 1 24

Jumlah 15

Tabel 3.6

Kisi-Kisi Soal Evaluasi Siklus 2 Standar Kompetensi

5. Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah

Kompetensi Dasar Indikator Jumlah

soal

Nomor Soal 5.4 Menggunakan pecahan

dalam masalah

Membaca skala peta

(15)

perbandingan dan skala

Menentukan skala jika diketahui jarak gambar dan jarak sesungguhnya 7 3, 5, 6, 10, 12, 14, 17 Menghitung jarak

sesungguhnya jika diketahui skala dan gambar

6

4, 8, 9, 11, 15,

16, Menghitung jarak gambar jika

diketahui skala dan jarak sesungguhnya

4 7, 13, 18, 20

Jumlah 20

3.7 Validitas dan Reliabilitas

Langkah penting yang dilakukan oleh peneliti dalam menetapkan alat penilaian kepada siswa adalah menguji kualitas alat penilaian tersebut sebelum digunakan oleh peneliti. Suatu alat penilaian yang baik adalah jika alat penilaian tersebut memenuhi ketepatan (validitas) dan keajegan (reliabilitas).

3.7.1 Uji Validitas

Menurut Sugiyono (2009:177) instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur. Uji validitas dilakukan dengan bantuan SPSS 20,0. Sebelum dibagikan kepada siswa, terlebih dahulu instrumen soal tes tertulis diuji coba sehingga diperoleh butir soal yang valid. Validitas menunjukkan sejauh mana alat ukur itu mengukur apa yang hendak diukur. Suatu item instrument penelitian dianggap valid jika memiliki koefisien corrected item total correlation ≥ 0,3.. Berikut ini adalah hasil uji validitas soal evaluasi siklus I dan siklus II ditunjukkan pada tabel 3.6 dan 3.7 :

Tabel 3.7

Hasil Validitas Item Soal Siklus 1

No Nomor Soal Tidak Valid Nomor Soal Valid 1. 2, 3, 5, 12, 14, 17, 19, 20, 21, 22,

23,28, 29, 30

1, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 13, 15, 16, 18, 24, 25, 26, 27

(16)

Berdasarkan tabel 3.6 uji validitas soal pada siklus I yang berjumlah 30, ada 16 soal yang valid yaitu nomor 1, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 13, 15, 16, 18, 24, 25, 26, 27 dan ada 14 soal yang tidak valid yaitu nomor 2, 3, 5, 12, 14, 17, 19, 20, 21, 22, 23,28, 29, 30. Hal tersebut terjadi karena nilai corrected item total correlationnya kurang dari 0,3.

Tabel 3.8

Hasil Validitas Item Soal Siklus II

No Nomor Soal Tidak Valid Nomor Soal Valid

1. 5, 7, 11, 12, 13, 15, 19, 20, 24, 29 1, 2, 3, 4, 6, 8, 9, 10, 14, 16, 17, 18, 21, 22, 23, 25, 26, 27, 28, 30

Jumlah 10 20

Berdasarkan tabel 3.7 uji validitas soal pada siklus II yang berjumlah 30, ada 20 soal yang valid yaitu nomor 1, 2, 3, 4, 6, 8, 9, 10, 14, 16, 17, 18, 21, 22, 23, 25, 26, 27, 28, 30 dan ada 10 soal yang tidak valid yaitu nomor 5, 7, 11, 12, 13, 15, 19, 20, 24, 29. Hal tersebut terjadi karena nilai corrected item total correlationnya kurang dari 0,3. 3.7.2 Reliabilitas

Reliabilitas alat penilaian adalah ketepatan atau keajegan alat tersebut dalam menilai apa yang dinilainya, artinya, kapan pun penilaian tersebut digunakan akan memberikan hasil yang sama. Dapat diartikan sejauh mana instrument dapat diandalkan. Reliabilitas adalah ukuran konsistensi internal dari indikator-indikator sebuah variabel bentukkan yang menunjukkan derajad sampai dimana masing-masing indikator itu mengindikasikan sebuah variabel bentukan yang umum. Menurut Purwanto (2010:175), perhitungan koefisien reabilitas dapat dilakukan menggunakan metode alpha Cronbach. Kriteria untuk menentukan tingkat reliabilitas instrument digunakan pedoman sebagai berikut (Arikunto, 2005:75) :

0,8 – 1,0 = Sangat tinggi 0,6 – 0,8 = Tinggi 0,4 – 0,6 = Cukup

(17)

0,2 – 0,4 = Rendah

0,00 – 0,2 = Sangat Rendah

Uji reliabilitas ini dihitung dengan menggunakan SPSS 20 for Windows. Hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada tabel 3.8 dan tabel 3.9.

Tabel 3.9

Data Hasil Uji Reliabilitas Siklus I

Reliability Statistics Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on Standardized Items N of Items ,727 ,735 30

Berdasarkan tabel 3.9 dapat dilihat bahwa koefisien reliabilitas pada siklus I mencapai 0,735. Sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen yang digunakan memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi.

Tabel 3.10

Data Hasil Uji Reliabilitas Siklus II

Reliability Statistics Cronbach's Alpha Cronbach's Alpha Based on Standardized Items N of Items ,845 ,857 30

Berdasarkan tabel 3.9 dapat dilihat bahwa koefisien reliabilitas pada siklus II mencapai 0,857. Sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen yang digunakan memiliki tingkat reliabilitas yang sangat tinggi

3.8 Tingkat Kesukaran

Kualitas soal dari lembar tes harus memenuhi validitas (ketepatan) dan reliabilitas (keajegan). Selain itu yang terpenting dalam menentukan kualitas soal adalah tingkat kesukaran soal. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah

(18)

dan tidak terlalu sukar. Soal yang mudah tidak merangsang siswa untuk berusaha memecahkan masalah. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa berputus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi. Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty index) (Arikunro, 2009:209). Analisis untuk menentukan kesukaran soal dapat menggunakan rumus berikut:

P =

𝑩

𝑱𝑺

Keterangan :

P : indeks kesukaran

B : banyaknya siswa yang menjawab benar setiap butir soal

JS : banyaknya siswa yang memberikan jawaban pada soala yang dimaksudkan Kriteria tersebut yang digunakan adalah makin kecil indeks yang diperoleh, maka makin sulit soal tersebut. Sebaliknya, makin besar indeks yang diperoleh, makin mudah soal tersebut.

Kriteria indeks kesulitan soal (Arikunto,2009:210) adalah sebagai berikut : I = 0 – 0,30 = soal kategori sukar

I = 0,31 – 0,70 = soal kategori sedang I = 0,71 – 1,00 = soal kategori mudah

Berikut ini tabel hasil analisa tingkat kesukaran soal pada soal evaluasi siklus I dan siklus II:

Tabel 3.11

Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal Evaluasi Siklus I

No Indeks Kategori No Soal Jumlah

1 0,00-0,30 Sukar

2 0,31-0,70 Sedang 9, 11, 13, 3

3 0,71-1,00 Mudah 1, 4, 7, 8, 10, 16, 18, 24, 25,

26, 27 12

(19)

nilai akhir = skor yang diperolehskor maksimal × 100 𝑥 = ∑𝑋 ∑𝑛 𝑥 = ∑𝑋 ∑𝑛 Tabel 3.12

Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Soal Evaluasi Siklus I

No Indeks Kategori No Soal Jumlah

1 0,00-0,30 Sukar 2 0,31-0,70 Sedang 8, 9, 10, 16, 21, 22, 23, 26, 27, 30 10 3 0,71-1,00 Mudah 1,2,3,4,6,14, 17,18, 25, 28 10 Jumlah 20 3.9 Indikator Kerja

Indikator kinerja dalam penggunaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dinyatakan dapat berhasil meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa, apabila keaktifan siswa pada pembelajaran Matematika dengan menerapkan pendekatan Realistic Mathematic Education (RME) masuk dalam kategori aktif dan sangat aktif dan 100% siswa kelas 5 SDN Kutowinangun 07 mengalami ketuntasan belajar individual sesuai dengan KKM pada mata pelajaran Matematika yaitu 68.

3.10 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah Deskriptif Komparatif yaitu teknik statistik dengan membandingkan hasil dari pra siklus, siklus 1 dan siklus 2.

Data kuantitatif adalah data yang berbentuk bilangan. Data kuantitatif ini diperoleh dari hasil belajar siswa dalam pembelajaran yang dilakukan setelah selesai pada setiap akhir siklus. Data kuantitatif diperoleh dari hasil tes evaluasi dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

(20)

Presentase Aktivitas Siswa = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙skor yang diperoleh x

100% Keterangan:

x : Mean (rata-rata)

∑x : jumlah semua nilai siswa ∑n : jumlah siswa

Hasil perhitungan kemudian dikonsultasikan berdasarkan kriteria ketuntasan belajar siswa yang dikelompokkan ke dalam dua kategori yaitu tuntas dan tidak tuntas dengan kriteria sebagai berikut:

Tabel 3.13 Kriteria Ketuntasan Kriteria Ketuntasan Kualifikasi ≥ 68 Tuntas < 68 Tidak Tuntas

Data aktivitas belajar siswa dianalisa dengan memberikan angka pada skala yang tampak. Adapun penskoranya sebagai berikut:

Pedoman Penilaian

1. Skor 1 jika indikator dilakukan oleh siswa kurang dari 10% dari seluruh siswa 2. Skor 2 jika indikator dilakukan oleh siswa kurang dari 11% tidak lebih dari 40% 3. Skor 3 jika indikator dilakukan oleh siswa kurang dari 41% tidak lebih dari 70% 4. Skor 4 jika indikator dilakukan oleh siswa kurang dari 71% tidak lebih dari 100%

(21)

Tabel 3.14

Klasifikasi Kategori Nilai Untuk Lembar Observasi Aktifitas Siswa Skala penilaian Kategori

3,1-4 Sangat aktif

2,3-1 Aktif

1,1-2 Cukup Aktif 0,1-1 Kurang Aktif

(Sudjana, 2009:56)

Pedoman Penskoran Keaktifan

1. Skor 1 jika indikator dilakukan oleh siswa kurang dari 10%

2. Skor 2 jika indikator dilakukan oleh siswa kurang dari 11% tidak lebih dari 40% 3. Skor 3 jika indikator dilakukan oleh siswa lebih dari 41% tidak lebih dari 70% 4. Skor 4 jika indikator dilakukan oleh siswa lebih dari 71% tidak lebih dari 100%

Dalam menentukan rentang skor keaktifan siswa ditentukan dengan penghitungan skala likert (Sugiyono,2009:135). Rentang skor keaktifan dapat dilihat pada tabel 3.15.

Tabel 3.15

Kriteria Penilaian Skala Likert Skala penilaian Kategori

33-40 Sangat aktif

25-32 Aktif

17-24 Cukup aktif 10-16 Kurang aktif

Gambar

Gambar 3.1 Tahap Pelaksanaan PTK
Tabel 3.13  Kriteria Ketuntasan  Kriteria  Ketuntasan  Kualifikasi  ≥ 68  Tuntas  &lt; 68  Tidak Tuntas

Referensi

Dokumen terkait

• Kadar gloukosa didaloam darah menjadi sangat tinggi -&gt; terjadi gangguan ginjalo karena gloukosa yang disaring daloam ginjalo tidak dapat diserap kembaloi ,terjadi.

Ekstrak etil asetat filtrat kapang endofit Smi.Cl.6F dari rimpang kunyit asal Sukabumi memiliki aktivitas antimalaria dan antioksidan terbaik diantara 19 isolat

[r]

Indeks Pengukuran Disabilitas dan Prediksi Kualitas Hidup Pada Masyarakat Lanjut Usia di DKI Jakarta (Suatu Upaya Memperkirakan Kemandirian Lanjut Usia).. Depok :

Analisis Adverbia Dalam Cerita “Cassandras Geheimnis” Karya Borlik Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu..

[r]

Hasil akhir dari penelitian ini adalah terciptanya sebuah media pembelajaran pengenalan warna, bentuk, angka, huruf dan tangga nada berbasis multimedia interaktif

Bentuk bantuan dari sosial media sendiri biasanya diwujudakan dengan menulis status (pesan yang dapat dilihat banyak orang di sosial media) yang berhubungan dengan konflik yang