• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN TERBITAN DALAM KEMAJUAN PENDIDIKAN FORMAL DAN NON FORMAL. Pendahuluan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERANAN TERBITAN DALAM KEMAJUAN PENDIDIKAN FORMAL DAN NON FORMAL. Pendahuluan"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Nama : Arif Sarifudin

NIM : 07130033

Jur/Fak/Smt : PII-D3/ ADAB/ 5

PERANAN TERBITAN DALAM KEMAJUAN PENDIDIKAN FORMAL DAN NON FORMAL

Pendahuluan

Pendidikan nasional mengisyaratkan adanya keterpaduan antara pendidikan formal, non formal dan informal. Ketiganya merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Ketiganya saling melengkapi dan mengisi, sehingga menghasilkan kualitas anak didik yang tinggi dan memiliki karakter yang kuat, dan berguna bagi bangsa dan masyarakat banyak.

Sedikit mengingatkan mengenai sejarah pendidikan di Indonesia. Sejarah pendidikan yang akan diulas adalah sejak kekuasaan Belanda yang menggantikan Portugis di Indonesia. Brugmans menyatakan pendidikan ditentukan oleh pertimbangan ekonomi dan politik Belanda di Indonesia (Nasution, 1987:3). Pendidikan dibuat berjenjang, tidak berlaku untuk semua kalangan, dan berdasarkan tingkat kelas. Pendidikan lebih diutamakan untuk anak-anak Belanda, sedangkan untuk anak-anak Indonesia dibuat dengan kualitas yang lebih rendah. Pendidikan bagi pribumi berfungsi untuk menyediakan tenaga kerja murah yang sangat dibutuhkan oleh penguasa. Sarana pendidikan dibuat dengan biaya yang rendah dengan pertimbangan kas yang terus habis karena berbagai masalah peperangan.

Ketika berbicara pendidikan pada era sekarang maka akan lain ceritannya dengan jaman penjajahan dahulu kala. Sekarang tidak ada perbedaan antara ‘si miskin’ dan ‘si kaya’ jadi semua kalangan dapat menikmati pendidikan. Tetapi lain halnya dengan saudara

(2)

kita yang berada di Indonesia bagian timur. Mereka sangat haus akan pendidikan tetapi mereka tidak mudah dalam mendapatkan pendidikan secara utuh, dikarenkan berbagai macam faktor.

Sebenarnya masalah itu dapat diminimalkan dengan berbagai cara. Walaupun sekolahan formal di daerah sana belum begitu banyak, mereka bisa mengenyam pendidikan melalui pendidikan non formal. Maka perlu diberikan dukungan kepada penyelenggara pendidkan non formal oleh pemerintah tentunya.

Pembahasan A. Latar belakang

Buku adalah sebuah kumpulan lembaran kertas yang disatukan dengan berbagai macam isi dan manfaat didalamnya. Tidak dipungkiri lagi, buku merupakan suatu makanan pokok bagi pendidikan. Baik pendidikan formal ataupun pendidikan non formal. Dari tingkat taman kanak-kanak sampai jenjang yang lebih tinggi yaitu menempuh perkuliahan. Buku selalu menjadi sumber rujukan yang sangat penting. Untuk mencapai sebuah keberhailan, tidak sedikit orang yang hanya membaca buku. Dengan berbagai buku yang kita kuasai maka kita akan mendapatkan manfaatnya ketika akan membutuhkan ilmu yang terkandung dalam buku tersebut. Maka tidak dipungkiri lagi, bahwa salah satu faktor keberhasilan atau kesusksessn seseorang diawali dari membaca buku.

Pada saat ini banyak lembaga pendidikan yang telah mampu untuk menerbitkan berbagai macam buku untuk kepentingan lembaga itu sendiri maupun untuk kalangan luas. Tetapi sebagai banyak sebuah institusi pendidikan yang formal belum mampu menerbitkan sebuah buku ataupu bentuk lainnya. Berbeda dengan lembaga pendidikan non formal, mereka sangat berpotensi untuk menerbitkan suatu buku atau modul-modul lainnya. Mengapa demikian, karena pada lembaga pendidikan formal, katakanlah sebuah sekolah formal buku-bukunya disuplai dari para penerbit dan mereka hanya menggunakan saja.

(3)

Tetapi kalau lembaga pendidikan non formal, katakanlah sebuah kursus komputer atau kursus bahasa asing mereka akan lebih mudah menerbitkan buku sendiri dengan kebutuhann yang diperlukan oleh lembaga itu sendiri.

Dari perbedaan diatas, dapat kita simpulkan bahwa sebuah institusi pendidkan formal saat ini belum banyak yang mampu dalam penerbitan buku atau yang lainnya. Bertolak belakang dengan lembaga pendidikan non formal, mereka lebih kreatif dalam penerbitan sutau buku. Karena mereka lebih tahu apa yang mereka butuhkan untuk pengembangan lembaga itu sendiri

Pada makalah ini tidak hanya megulas tentang terbitan lembaga pendidikan yang berbetuk buku saja. Tetapi dengan bentuk-bentuk yang lainnya. Sebenarnya jika di tinjau dari sisi pendidikan. Baik bahan ajar yang berupa buku, modul-modul, ataupun bentuk bahan ajar lainnya sangat vital bagi kelangsungan kegiatan belajar mengajar.

B. Penerbitan dilingkungan lembaga pendidikan.

Ketika kita berbicara mengenai mutu pendidkan di Indonesia pada khususnya, maka yang dirasakan adalah kurang maksimal atau masih tertinggal oleh negara lain. Berkaitan dengan semua hal yang dapat mensukseskan mutu pendidikan kita. Harus ada inisiatif sebuah lembaga dalam mengelola berbagai macam bentuk sumber informasi untuk dijadikan bahan ajar untuk para peserta didiknya. Pada bahasan ini saya mencoba menjabarkan terbitan apa saj yang ada dalam tingkat lembaga pendidikan dari jenjang sekolah dasar (SD) sampai jenjang perkulian di perguruan tinggi. Dari pendidkan formal dan non formal.

Pendidikan formal

1. Mengacu pada pendidikan yang diberikan untuk pelajar sekolah dasar. Ada beberapa hal yang mempengaruhi ada tidaknya suatu terbitan di lingkungan sekolah

(4)

itu sendiri. Di lingkungan sekolah dasar pada saat ini belum ada atau masih kurang mengenai buku-buku ataupun modul-modul yang diterbitkan sendiri oleh sekolah itu sendiri. Karena buku-buku yang dipakai sudah cukup dengan mnggunakan buku paket yang diberikan oleh pemerintah. Mereka merasa sudah cukup mendapatkan buku-buku paket dari pemerintah tanpa membuat buku ataupun modul-modul yang dibutuhkan para siswa.

2. Jika pada tingkat sekolah dasar belum begitu banyak terbitan yang keluar. Lain halnya dengan tingkatan sekolah menengah pertama (SMP). Mereka (para guru) dituntut untuk dapat menyampaikan materi yang diajarkan dengan berbagai media. Diantaranya mereka mensiasatinya dengan menggunakan modul-modul yang dibuat sendiri dan diterbitkan secara individu guna untuk mendukung buku-buku paket yang telah ada. Tetapi terbitan ini hanya untuk konsumsi kalangan sendiri dan jarang disebarluaskan untuk kalangan lainnya. Walaupun demikian, para siswa sangat terbantu dengan adanya modul-modul yang dibuat sendiri oleh gurunya dari pada menggunakan buku-buku paket yang telah tersedia.

3. Berbeda lagi dengan sekolah menengah akhir (SMA) ataupun sekolah menengah kejuruan (SMK) Masyarakat yang ada dalam lingkungan ini dituntut untuk lebih kreatif dari pada sekolah menengah pertama. Biasanya mereka (para guru dan para siswa) sudah mampu menerbitkan sesuatu yang bermanfaat bagi kegiatan belajar mengajar. Katakanlah seorang guru SMA sudah terbiasa dalam membuat modul untuk bahan pengajaran. Tidak kalah dengan para gurunya, para siswa juaga dapat membuat laporan praktikumnya sendiri. Biasanya pada SMK diwajibkan menyusun laporan praktikumnya sendiri-sendiri yang nantinya akan dikonsumsi oleh civitas

(5)

akademik itu sendiri.

4. Jika pada tingkatan perguruan tinggi sudah banyak mengeluarkan terbitan yang sifatnya dapat dikonsumsi oleh kalangan umum. Jika pada sekolah-sekolah hanya paad modul-modulnya saja. Berbeda pada jenjang perguruan tinggi yang menerbitkan berbagai macam terbitan antara lain : jurnal, buku panduan, buku wisuda, dan lainnya. Pada makalah ini saya akan mengulas mengenai terbitan yang terfokus pada jurnal yang terdapat pada perguruan tinggi agama Islam (PTAI). Saya memnpunyai data berdasarkan surat Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, No. 69/DIKTI/-Kep/2000, jurnal ilmiah dilingkungan PTAI dan telah lolos mendapatkan akreditasi tahun 2000 sebanyak 9 jurnal dan tahun 2001 menyusul 2 jurnal sebagai berikut :

No Nama Jurnal Penerbit Akreditasi

1 Studia Islamika IAIN Jakarta A

2 Al- Jami’ ah IAIN Yogyakarta B

3 Khazanah Fak. Tarbiyah IAIN Banjarmasin C 4 At- Ta’ lim Fak. Tarbiyah IAIN Padang C 5 Teologia Fak. Ushuld. IAIN Semarang C

6 Lektur STAIN Cirebon C

7 Madania STAIN Bengkulu C

8 Ta’ dib STAIN Batusangkar C

9 Al- Qalam STAIN Serang C

10 Mimbar STAIN Jakarta C

(6)

Pendidikan non formal

Sebenarnya dari pendidikan formal maupun non formal diharapkan dapat kreatif dalam pengembangan untuk menerbitkan bahan ajar bagi kegiatan belajar mengajar. Maka dibutuhkan suatu paradigma untuk mengarah pada pendidikan yang lebih maju. Ketika pada pendidikan formal sudah diulas dari jenjang sekolah dasar sampai jenjang perguruan tinggi. Maka pada lembaga pendidikan non formal ada beberapa terbitan yang dikeluarkan oleh lembaga-lembaga tersebut.

Saya akan memaparkan tentang terbitan yang ada pada lembaga-lembaga pendidikan non formal dalam hal ini adalah sebuah lembaga kursus atau pelatihan. Baik kursus komputer, kursus bahasa asing, ataupun pelatihan tentang teknisi montir dan masih banyak lainnya. Dari semua lembaga kursusan tersebut hampir rata-rata mereka menerbitkan berbagai macam bahan ajar untuk kebutuhan para peserta didiknya. Ada yang berupa modul, buku panduan, dan lainnya. Tidak beda dengan kegiatan yang ada pada pondok pesantren. Biasanya mereka menggunkan sumber-sumber informasi, buku-buku ataupun kitabnya diperoleh dari pondok pesantren itu sendiri.

(7)

Penutup

Pendidikan akan berjalan dengan baik dan sukses apabila mempunyai manajemen yang baik. Hal ini dapat dimulai dari dalam lembaga pendidikan itu sendiri. Dengan cara memberikan sumber-sumber informasi rujukan yang tepat bagi para peserta didiknya.

Demikian makalah yang saya buat semoga dapat berguna untuk kita semua. Dan apabila ada kata-kata ataupun penyampain yang salah, sudilah teman-teman untuk sekedar memberi kritikan atau saran yang membangun untuk menyempurnakan makalah ini.

Daftar Pustaka

Denim, Sudarwan. Agenda Pembaruan Sistem Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2003 internet

http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/2009/022006/25/99forumguru.htm Tanggal 3 oktober 2009, jam 11.10

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat interaksi yang nyata antara varietas cabai dengan konsentrasi pupuk Bayfolan terhadap tinggi tanaman cabai pada umur 90

(2000) menyatakan, genangan air yang semakin lama pada bibit kelapa sawit dapat mengakibatkan kerusakan fungsi daun, titik tumbuh dan perakaran yang semakin signifikan

Jenis penelitian ini adalah survei analitiki dengan desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain cross-sectional untuk mengetahui menghubungkan

Temuan penelitian ini sesuai dengan kajian yang dilakukan oleh Liu (2009) yang meneliti urbanisasi dan konsumsi energi di China, juga sejalan dengan kajian Madlener

Pada perlakuan Dolomit dan konsentrasi MOL bonggol pisang dengan dosis yang semakin tinggi menjadikan tanah yang bersifat masam berubah menjadi netral sehingga

Agar dapat berjalan dengan sesuai yang telah direncanakan, sebuah Network Planning merupakan alat bagi seorang pimpinan proyek untuk dapat melaksanakan penjadwalan

The photographs mostly show young women with her pretty face and wearing modern clothes, we see that the representation of healthy women is tend to be modern, eventhough

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, yang oleh karena penyertaanNya, kasihNya dan hikmatNya, kertas kerja penulis yang berjudul “Dampak Kebijakan Dividen Terhadap Harga