• Tidak ada hasil yang ditemukan

Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia. 1, 2,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia. 1, 2,"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN

MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP KOMPETENSI

PENGETAHUAN MATEMATIKASISWA KELAS

V SD GUGUS I GUSTI NGURAH RAI

TAHUN PELAJARAN 2016/2017

Ida Ayu Putu Gita Savitri

1

, I Wayan Sujana

2

, I Wayan Wiarta

3

1,2,3

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP

Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

Email : dayugita5@gmail.com

1

, sujanawyn59@gmail.com

2

,

wayan.wiarta@yahoo.com

3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) perbedaan yang signifikan pengetahuan matematika antara siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran STAD dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional, (2) perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan matematika antara siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dengan siswa yang motivasi berprestasinya rendah, (3) interaksi antara model pembelajaran STAD dan motivasi berprestasi terhadap kompetensi pengetahuan matematika. Penelitian ini termasuk eksperimen semu, dengan sampel 83 siswa kelas V. Data dikumpulkan dengan tes kompetensi pengetahuan matematika dan kuesioner motivasi berprestasi serta dianalisis menggunakan ANAVA dua jalur. Hasil analisis menunjukkan (1) terdapat perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan matematika antara siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran STAD dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional, hasil penelitian menunjukkan FA hitung = 13.62 dan F tabel pada taraf signifikan 5% dengan dk = 79 adalah

3,96, maka H0 ditolak, (2) terdapat perbedaan yang signifikan antara siswa yang memiliki

motivasi berprestasi tinggi dengan siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah, hasil penelitian menunjukkan FA hitung = 13.05 dan Ftabel pada taraf signifikan 5% dengan dk =

79 adalah 3,96, maka H0 ditolak, (3) terdapat interaksi antara model pembelajaran STAD

dan motivasi berpretasi terhadap kompetensi pengetahuan matematika siswa, hasil penelitian berdasarkan analisis data dengan FA hitung = 269.71 dan Ftabel pada taraf

signifikan 5% dengan dk = 79 adalah 3,96, maka H0 ditolak. Dengan demikian, dapat

disimpulkan terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan motivasi berprestasi terhadap kompetensi pengetahuan matematika pada siswa kelas V SDN Gugus I Gusti Ngurah Rai tahun pelajaran 2016/2017.

Kata kunci: model pembelajaran kooperatif tipe STAD, konvensional, motivasi berprestasi, kompetensi pengetahuan matematika

Abstrack

This research aims to determine (1) significant differences in mathematical knowledge between students who are taught through STAD learning model with students who are taught through conventional learning, (2) a significant difference in mathematical knowledge competence among students who have high achievement motivation with students whose motivation is achievement Low, (3) the interaction between the STAD learning model and the achievement motivation toward the competence of mathematical knowledge. This study included quasi experiments, with a sample of 83 students class V. Data were collected with mathematics knowledge competency test and achievement motivation questionnaire and analyzed using two-way ANAVA. The result of the analysis shows that (1) there is a significant difference of competence of mathematics knowledge

(2)

among students which is learned through STAD learning model with students that is learned through conventional learning, the result showed that FA count = 13.62 and F table at 5% significant level with dk = 79 is 3 , 96, then H0 is rejected, (2) there is a significant difference between students who have high achievement motivation with students who have low achievement motivation, the results showed FA count = 13.05 and Ftabel at 5% significant level with dk = 79 is 3, 96, then H0 is rejected, (3) there is an interaction between STAD learning model and the motivation of pace to the competence of students' mathematical knowledge, the result of research based on data analysis with FA count = 269.71 and Ftabel at 5% significant level with dk = 79 is 3.96, Then H0 is rejected. Thus, it can be concluded that there is influence of STAD type cooperative learning model and achievement motivation to the competence of knowledge mathematics in grade V SDN Gugus I Gusti Ngurah Rai academic year 2016/2017. Keywords: STAD type cooperative learning model, conventional, achievement motivation, mathematical knowledge competence.

PENDAHULUAN

Pada hakikatnya pendidikan merupakan proses interaksi antar manusia yang ditandai dengan keseimbangan antara peserta didik dengan pendidik. Proses interaksi yang dilakukan oleh peserta didik diharapkan dapat mengubah tingkah laku pada diri pribadinya. Tercapainya tujuan pendidikan tidak lepas dari peran pendidik dalam proses belajar mengajar. Peran seorang guru adalah pemimpin pembelajaran, sebagai mediator, penilai, pengarah dalam pembelajaran, dan fasilitator belajar. Mengajar bukanlah menyampaikan pelajaran, namun suatu proses membelajarkan siswa sehingga pembelajaran dapat berjalan secara optimal. Untuk menciptakan kegiatan pembelajaran yang optimal, usaha yang dapat dilakukan adalah dengan menyiapkan dan merancang komponen pembelajaran secara lengkap, memahami bagaimana siswa belajar, bagaimana informasi yang diterima dapat diproses dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, bagaimana informasi itu disajikan agar dapat dicerna sehingga lama diingat serta mampu bertahan dalam pikiran siswa. Salah satu pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan adalah pembelajaran matematika. Melalui matematika, siswa akan dibekali kemampuan berfikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif, dan kemampuan bekerja sama.

Menurut Permendikbud No. 57 Tahun 2014 matematika merupakan, “Tubuh pengetahuan yang dibenarkan

(justified) dengan argumentasi deduktif, dimulai dari aksioma-aksioma dan definisi-definisi”. Tujuan pembelajaran ini akan mencapai hasil yang maksimal apabila pembelajaran berjalan secara efektif. Pembelajaran yang efektif mampu melibatkan siswa secara aktif.Menurut Japa (2014:3) pembelajaran matematika adalah, “Proses yang sengaja dirancang dengan tujuan untuk menciptakan suasana lingkungan yang memungkinkan seseorang melaksanakan kegiatan belajar matematika”. Dari tujuan tersebut, hal penting yang harus diperhatikan dalam pembelajaran matematika adalah bagaimana seorang guru mampu menjadikan siswa aktif mencari informasi dan pengetahuan yang diperlukan sehingga pembelajaran berpusat pada siswa (student centered).Pentingnya peranan matematika, seharusnya membuat matematika menjadi salah satu mata pelajaran yang menyenangkan dan disukai oleh siswa, tetapi masih banyak siswa yang menganggap matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang dianggap sulit, membosankan dan tidak menarik.

Berdasarkan informasi dari guru kelas V di seluruh SD gugus I Gusti Ngurah Rai dalam proses pembelajaran matematika masih banyak terdapat kendala-kendala yang mempengaruhi kompetensi pengetahuan matematika siswa. Kendala tersebut terjadi dalam proses pembelajaran yaitu, kurangnya interaksi antara siswa dengan guru, siswa dengan siswa lain, maupun siswa dengan sumber belajarnya sehingga siswa kurang

(3)

berpartisipasi secara aktif dan masih banyak siswa yang mendapat nilai rendah diantara nilai mata pelajaran lain. Oleh sebab itu, prestasi belajar yang dimiliki siswa masih belum maksimal.

Penguasaan dalam kompetensi

pengetahuan siswa yang belum maksimal mengakibatkan motivasi yang dimiliki siswa juga menurun. Motivasi merupakan kekuatan yang mendorong seseorang melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan, kekuatan ini dirangsang oleh adanya berbagai macam kebutuhan, seperti: keinginan yang hendak dipenuhi, tingkah laku, tujuan, dan umpan balik.

Motivasi menjadi salah satu faktor yang turut menentukan pembelajaran yang efektif. Motivasi adalah, “Proses internal yang mengaktifkan, menuntun, dan mempertahankan prilaku dari waktu ke waktu” (Slavin,2011:135). Motivasi dalam diri untuk belajar sangat berperan penting bagi siswa, karena fungsinya yang mendorong, menggerakkan, dan mengarahkan kegiatan belajar dalam meningkatkan prestasi belajarnya. Prestasi belajar diartikan sebagai hasil yang dicapai individu setelah mengalami suatu proses belajar dalam jangka waktu tertentu. Wade (dalam Rusmawati,2013:2) menyatakan bahwa prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai seseorang melalui usaha-usaha belajar. Prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar adalah proses dan prestasi belajar adalah hasil dari proses. Salah satu faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang mempengaruhi prestasi belajar adalah motivasi. Motivasi berprestasi adalah keinginan berbuat sebaik mungkin tanpa banyak dipengaruhi kebanggaan dan pengaruh sosial, melainkan demi kepuasan pribadinya.

Mc Clelland juga menyebutkan, “Adanya need for achievement dan motif berprestasi pada diri individu” (Hamzah 2008:9). Motivasi berprestasi adalah keinginan berbuat sebaik mungkin tanpa banyak dipengaruhi kebanggaan dan pengaruh sosial, melainkan demi kepuasan pribadinya. Kebutuhan akan prestasi merupakan salah satu motif sosial. Orang yang motif berprestasinya kuat akan berusaha menjadi pandai dan

meningkatkan atau memperbaiki

kemampuan menyelesaikan

tugasnya.Motivasi berprestasi sebagai dorongan yang menjadi penggerak dalam diri sesorang untuk melakukan sesuatu dan mencapai suatu tujuan yaitu untuk mencapai prestasi, sehingga pentingnya kebutuhan berprestasi, karena orang yang berhasil adalah orang yang bisa menyelesaiakan sesuatu dengan baik.

Guru berperan penting pada proses pembelajaran. Proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan guru mengembangkan model dan metode pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan intensitas keterlibatan siswa secara efektif di dalam proses pembelajaran yang dapat menumbuhkan minat, perhatian dan motivasi siswa sehingga proses pembelajaran menjadi lebih bermakna. Salah satu model yang diteliti adalah model pembelajaran kooperatif (cooperative learning). Menurut Isjoni (2012:16) Cooperative Learning adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan orang lain. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa tipe atau variasi model yang dapat diterapkan, salah satunya adalah Student Team Achievement Division (STAD).

Model pembelajaran STAD ini dikembangkan oleh Robert E. Slavin (1995). Pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif dengan menggunakan kelompok-kelompok kecil dengan jumlah anggota tiap kelompok 4-5 orang siswa secara heterogen (Trianto,2010:68). Diawali dengan penyampaian tujuan pembelajaran, penyampaian materi, kegiatan kelompok, kuis, dan penghargaan kelompok. Pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD ini secara tidak langsung telah menumbuhkan adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna

(4)

mencapai prestasi yang maksimal. Dengan model pembelajaran ini, terjadinya interaksi dalam kelompok dapat melatih siswa menerima anggota kelompok lain yang berlatar belakang berbeda. Kerja sama antar anggota dalam kelompok akan tercipta, karena siswa merasa bahwa keberhasilan kelompok ditentukan oleh masing-masing anggota. Setelah tumbuh motivasi untuk belajar yang disebabkan oleh pengaruh kerja kelompok maka kemampuan belajar siswa berkembang, sehingga kompetensi pengetahuan dan prestasi siswa pada mata pelajaran matematika menjadi lebih baik.

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan matematika dengan kelompok yang dibelajarkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional, (2) perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan matematika antara kelompok siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dan rendah, (3) pengaruh interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan motivasi berprestasi terhadap kompetensi pengetahuan matematika. METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan rancangan penelitian yang digunakan adalah desain eksperimen semu (nonequivalent control group design), karena tidak semua variabel (gejala yang muncul), kondisi eksperimen dapat diatur serta dikontrol secara ketat dan pada desain ini

mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel- variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V di SD Gugus I Gusti Ngurah Rai yang berjumlah 484 siswa.

Sampel penelitian diambil dengan teknik random sampling yang terlebih dahulu dilakukan uji kesetaraan pada setiap anggota populasi. Data yang dikumpulkan pada penelitian ini meliputi (1) motivasi berprestasi dan (2) kompetensi pengetahuan matematika. Kuesioner motivasi berprestasi diberikan sebelum eksperimen, dan tes kompetensi pengetahuan matematika diberikan setelah pelaksanaan eksperimen dengan tujuan untuk pengujian hipotesis yang disusun dalam penelitian ini. Motivasi berprestasi dikumpulkan dengan kuesioner dan kompetensi pengetahuan matematika dikumpulkan dengan tes hasil belajar dan tes tersebut disusun dan dikembangkan sendiri oleh peneliti dengan persetujuan dari beberapa ahli (judges). Data kompetensi pengetahuan matematika siswa pada kelompok kontrol dan eksperimen diuji menggunakan uji ANAVA Dua Jalur. Sebelum dilakukan uji hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dengan rumus Chi-Kuadrat dan homogenitas varians dengan rumus uji Barletts.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan kreteria pengujian hipotesis diperoleh hasil uji hipotesis dengan menggunakan analisis varian (ANAVA) dua jalur seperti yang disajikan

pada tabel 4.1.

Tabel 1. Tabel Ringkasan Analisis Varian (ANAVA) Dua Jalur

SV JK Db RJK Fh Tabel Ket. (5%) JKA JKB 56798.71 54381.87 1 1 56798.7 54381.9 13.62 13.05 3.96 3.96 3.96 - - H0 ditolak H0 ditolak H0 ditolak - - JKAB JKdal Total 112410.9 118059.54 341650,98 1 79 - 112411 - - 269.71 - -

(5)

Kriteria pengujian yaitu, F hit > F tab,

maka hipotesis nol (H0) yang menyatakan

bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan ditolak. Hal ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan. Sebaliknya, jika F hit < F tab maka hipotesis nol (H0)

yang menyatakan bahwa tidak dapat perbedaan yang signifikan diterima. Dengan kata lain tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Jika FAB

signifikan, maka digunakan uji statistik selanjutnya setelah ANAVA dua jalur. Uji statistik yang dimaksud dinamakan uji

lanjut (post hoc) atau perbandingan berganda (multiple comparisons). Uji lanjut ini diperlukan karena analisis varian hanya mampu mengungkapkan ada atau tidaknya perbedaan dari tiga atau lebih kelompok data. Analisis varian tidak dapat menentukan rerata antar sel yang sebenarnya yang berbeda secara signifikan (Candiasa, 2010:90-91). Jika hasil uji hipotesis terdapat pengaruh interaksi yang signifikan, maka dilanjutkan dengan uji t-Sceffe.

Tabel 2 Tabel Ringkasan Analisis Uji Lanjut Scheffe No Rerata Kelompok yang Diuji Fhit F’ Keterangan 1 2 3 4 5 6 A1B1 -A1B2 A2B1 -A1B2 A1B2 –A2B2 A1B1 – A2B2 A1B1 – A2B1 A2B1 – A2B2 6,04 6,97 10,07 14,79 12,41 3,72 8,16 8,16 8,16 8,16 8,16 8,16 H0 diterima H0 diterima H0 ditolak H0 ditolak H0 ditolak H0 diterima

Hasil uji hipotesis pertama dengan ANAVA dua jalur diperoleh nilai FA hitung =

13.62 dan F tabel (α = 0,05; 1;79)) = 3,96. Dengan

demikian FAhitung> F tabel sehingga untuk

hipotesis pertama, H0 ditolak berarti

terdapat perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan matematika antara siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional. Analisis deskriptif tentang kompetensi pengetahuan matematika siswa ditinjau dari model pembelajaran yang digunakan diperoleh: (1) rata-rata kompetensi pengetahuan matematika siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe STAD (78,02), dan (2) rata-rata kompetensi pengetahuan matematika siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional (75,63). Ternyata skor rata kompetensi pengetahuan matematika siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih besar dibandingkan dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas V di SD Gugus I Gusti Ngurah Rai Kecamatan Denpasar Barat.

Dengan demikian, dapat

disimpulkan bahwa kompetensi pengetahuan matematika siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik dari pada yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas V di SD Gugus I Gusti Ngurah Rai Kecamatan Denpasar Barat. Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan hipotesis nol ditolak dan menerima hipotesis penelitian yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan matematika antara siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional.

Dari hasil uji hipotesis tersebut

mengisyaratkan bahwa model

pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik daripada pembelajaran konvensional. Hal ini disebabkan karena, secara tidak langsung telah menumbuhkan adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang

(6)

maksimal dan dikembangkannya diskusi dan komunikasi dengan tujuan agar siswa berbagi kemampuan, saling berpikir kritis, saling menyampaikan pendapat, saling membantu belajar, dan pencari informasi cenderung aktif dan kreatif. Menurut Johnson dan Johnson menyatakan bahwa, “Terdapat lima unsur penting dalam belajar kooperatif, yaitu: 1) saling ketergantungan dan bersifat positif antara siswa, 2) interaksi antar siswa yang semakin meningkat, 3) tanggung jawab individual, 4) keterampilan interpersonal dan kelompok kecil, 5) proses kelompok” (Trianto, 2010:60). Pelaksanaan model kooperatif membutuhkan partisipasi dan kerja sama dalam kelompok belajar. Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan cara belajar siswa menuju belajar lebih baik, sikap tolong-menolong dalam beberapa prilaku sosial.

Berbeda dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD di atas, pada proses pembelajaran dalam menerapkan pembelajaran konvensional hanya dapat memungkinkan guru membelajarkan siswa dengan pendekatan secara ilmiah yang sesuai dengan pendapat Kosasih (2014:72) pendekatan saintifik merupakan pendekatan di dalam kegiatan pembelajaran yang mengutamakan kreativitas dan temuan-temuan siswa tanpa mampu menunjukkan sejauh mana perkembangan kemampuan siswanya melalui tugas yang diberikan,

Dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai pembelajaranyang mampu membuat siswa lebih termotivasi dan meningkatkan motivasi berprestasi serta mampu mendorong semangat belajarnya maka akanmencapai prestasi yang maksimal. Penelitian yang dilakukan oleh Sriyati (2014) juga mendukung penelitian ini menyatakan bahwa terdapat perbedaan antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan siswa yang dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional. Adanya perbedaan dapat dilihat dari perbedaan skor rata-rata model pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik dibandingkan dengan siswa yang

dibelajarkan dengan pembelajaran konvensional.

Hasil perhitungan uji hipotesis kedua dengan ANAVA dua jalur diperoleh nilai FB hitung = 13.05 dan nilai F tabel(α = 0,05; 1;79))= 3,96. Dengan demikian FB hitung >

Ftabel sehingga untuk hipotesis kedua, H0

ditolak, berarti terdapat perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahan matematika siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dengan siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah. Analisis deskriptif tentang motivasi berprestasi tinggi dan motivasi berprestasi rendah diperoleh: (1) rata-rata kompetensi pengetahuan matematika siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi (76,95) dan (2) rata-rata kompetensi pengetahuan matematika siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah (76,43). Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahan matematika siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dengan siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah pada siswa kelas V di SD Gugus I Gusti Ngurah Rai Kecamatan Denpasar Barat.

Dari hasil uji hipotesis tersebut bahwa motivasi menjelaskan seseorang yang berprilaku tertentu untuk mencapai serangkaian tujuan. Seseorang belajar dengan cepat dan lebih baik apabila mereka sangat termotivasi untuk mencapai sasaran mereka. Dan karena sangat termotivasi untuk mencapai sasarannya, mereka akan meningkatkan kinerja dan minat belajarnya. Prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai seseorang melalui usaha-usaha belajar. Prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar adalah proses dan prestasi belajar adalah hasil dari proses. Salah satu faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang mempengaruhi prestasi belajar adalah motivasi. Motivasi belajar adalah daya penggerak yang muncul dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas belajar. Menurut Rusmawati (2013:3) motivasi berprestasi adalah, “daya dalam diri seseorang untuk mencapai taraf prestasi belajar yang setinggi-tingginya”.

(7)

Siswa yang memiliki motivasi berprestasi akan memperhatikan pembelajaran, membaca materi dan memahaminya, dan menggunakan strategi-strategi yang mendukung. Motivasi berprestasi adalah dorongan untuk mengerjakan tugas sebaik-baiknya yang mengacu pada standar unggulan pada proses pembelajaran.

Berdasarkan penjelasan di atas, jadi pada uji hipotesis yang kedua pada siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dan didukung dengan pendekatan pembelajaran yang tepat, maka secara tidak sadar telah mendorong motivasi berprestasi siswa sehingga siswa dapat menunjukkan interaksi dan aktivitas belajarnya secara baik dan dapat membantu proses pembelajaran menjadi optimal. Dengan demikian kompetensi pengetahuan matematika siswa akan dapat maksimal, karena motivasi berprestasi yang dimiliki siswa dapat mengembangkan serta memperkuat tujuan pembelajaran siswa.

Hasil perhitungan uji hipotesis ketiga dengan ANAVA dua jalur diperoleh nilai FAB hitung = 269.71 dan nilai F tabel (α = 0,05; 1;79)) = 3,96. Dengan demikian FAB hitung > F tabel sehingga untuk hipotesis kedua, H0

ditolak, berarti terdapat interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan motivasi berprestasi terhadap kompetensi pengetahuan matematika siswa kelas V SDN Gugus I Gusti Ngurah Rai Kecamatan Denpasar Barat.Analisis deskriptif tentang interaksi antara model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan motivasi berprestasi terhadap kompetensi pengetahuan matematika diperoleh: (1) rata-rata kompetensi pengetahuan matematika dengan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan motivasi berprestasi yang tinggi memiliki nilai rata-rata (79,75) dan (2) rata-rata-rata-rata kompetensi pengetahuan matematika dengan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan motivasi berprestasi yang rendah memiliki nilai rata-rata (78,26). Berdasarkan uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa berarti interaksi model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan motivasi berprestasi dapat memberikan

pengaruh positif terhadap kompetensi pengetahuan matematika siswa.

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD telah menumbuhkan adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Pembelajaran kooperatif tipe STAD yang dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin merupakan pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dan merupakan pembelajaran kooperatif yang cocok digunakan oleh guru yang baru mulai menggunakan pembelajaran kooperatif yang dalam proses pembelajarannya menggunakan kuis-kuis individual pada tiap akhir pembelajaran. Menurut Slavin (2016:33) tujuan yang paling penting dari pembelajaran kooperatif adalah, “Untuk memberikan para siswa pengetahuan, konsep, kemampuan, dan pemahaman yang mereka butuhkan supaya bisa menjadi anggota masyarakat yang bahagia dan memberikan kontribusi”. Penggunaan pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan pencapaian prestasi siswa dan juga akibat-akibat positif lainnya yang dapat mengembangkan hubungan-hubungan antarkelompok, penerimaan terhadap teman sekelas yang lemah

dalam bidang akademik, dan

meningkatkan rasa harga diri. Dengan model pembelajaran ini, terjadinya interaksi dalam kelompok dapat melatih siswa menerima anggota kelompok lain yang berlatarbelakang berbeda. Kerja sama antar anggota dalam kelompok akan tercipta, karena siswa merasa bahwa keberhasilan kelompok ditentukan oleh masing-masing anggota untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. Setelah tumbuh motivasi untuk belajar yang disebabkan oleh pengaruh kerja kelompok maka kemampuan belajar siswa berkembang, sehingga kompetensi pengetahuan dan prestasi siswa pada mata pelajaran matematika menjadi lebih baik.

Menurut Santrock (2015:510) motivasi adalah, “Proses yang memberi semangat, arah, dan kegigihan prilaku, artinya prilaku yang termotivasi adalah

(8)

prilaku yang penuh energi, terarah, dan bertahan lama”. Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam arti luas, motivasi diartikan sebagai pengaruh dari energi dan arahan terhadap prilaku yang meliputi: kebutuhan, minat, sikap, nilai, aspirasi, dan perangsang. Siswa yang memiliki motivasi rendah dalam belajarnya menampakkan keengganan, cepat bosan dan berusaha mengindar dari kegiatan belajar. Faktor motivasi sangat

berpengaruh terhadap proses

pembelajaran, motivasi menentukan tingkat berhasil atau gagalnya kegiatan siswa, dan motivasi merupakan salah satu faktor yang turut menentukan pembelajaran yang efektif. Belajar tanpa motivasi sulit untuk mencapai keberhasilan secara optimal. Motivasi belajar adalah dorongan yang menjadi penggerak dalam diri sesorang untuk melakukan sesuatu dan mencapai suatu tujuan yaitu untuk mencapai prestasi. Khusunya pada motivasi berprestasi yang merupakan keinginan berbuat sebaik mungkin tanpa banyak dipengaruhi kebanggaan dan pengaruh sosial, melainkan demi kepuasan pribadinya. Kebutuhan akan prestasi merupakan salah satu motif sosial. Orang yang motif berprestasinya kuat akan berusaha menjadi pandai dan meningkatkan atau memperbaiki kemampuan menyelesaikan tugasnya.

Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat daru Sriyati (2014:11) yang mengemukakan bahwa siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi cenderung lebih percaya diri dalam menyampaikan pikiran, mengejar kesuksesan, dan mengontrol diri. Di samping itu, segala bentuk tugas yang diberikan kepadanya diselesaikan dengan mudah dan jika mengalami kesulitan mereka selalu mencari dan bertanya sehingga hampir semua persoalan belajar dapat ditanganinya dengan tenang dan penuh percaya diri. Mereka juga selalu berpikir positif, kreatif, dan aktif dalam mencari dan memburu informasi termasuk ilmu pengetahuan yang mereka inginkan.Oleh karena itu, mereka selalu merasa puas dengan hasil yang mereka capai dan berambah semangat untuk semakin

bekerja keras mengejar ilmu pengetahuan. Sebaliknya, siswa yang memiliki motivasi belajar rendah tidak memberi perhatian maksimal terhadap apa yang mereka pelajari. Pelajaran dianggapnya sebagai beban berat dan tugas belajar diterimanya dengan tidak ikhlas dan pekerjaan yang berkaitan dengan tugas hanya dikerjakan untuk sekadar mendapatkan nilai dan bukan

untuk memperoleh ilmu

pengetahuan.Artinya model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan motivasi berprestasi yang tinggi dapat memperbaiki

serta memberikan kompetensi

pengetahuan yang lebih tinggi dan baik dibandingkan dengan siswa yang dibelajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD tetapi memiliki motivasi berprestasi rendah. SIMPULAN dan SARAN

Berdasarkan analisis dan pembahasan seperti yang dipaparkan pada bagian sebelumnya, ditemukan sebagai berikut: (1) kompetensi pengetahuan matematika antara siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan rata-rata 78,02 lebih baik dari pembelajaran konvensional dengan rata-rata 75,63 (FA hitung = 13.62 > F tabel (α = 0,05; 1;79)) = 3,96), (2) kompetensi pengetahuan

matematika antara siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi dengan rata-rata 76,95 siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah dengan rata-rata 76,43 (FB hitung = 13.05 > F tabel (α = 0,05; 1;79)) = 3,96),

(3) kompetensi pengetahuan matematika dengan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan motivasi berprestasi tinggi memiliki rata-rata 79,75 dengan kompetensi pengetahuan matematika dengan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan motivasi berprestasi yang rendah memiliki nilai rata-rata 78,26 (FAB hitung = 269.71 > F tabel (α = 0,05; 1;79)) = 3,96).

Berdasarkan temuan tersebut bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan motivasi berprestasi berpengaruh terhadap kompetensi pengetahuan matematika siswa kelas V SD Gugus I Gusti Ngurah Rai tahun

(9)

pelajaran 2016/2017 Kecamatan Denpasar Barat.

Berdasarkan temuan penelitian, disarankan kepada siswa agar memanfaatkan kesempatan yang difasilitasi guru dengan berpartisipasi aktif

dalam kegiatan pembelajaran

menggunakan model STAD, sehingga dapat membangun pengetahuan sendiri.

Berdasarkan simpulan yang diperoleh dalam penelitian disarankan kepada guru hendaknya dapat menambah

wawasannya mengenai inovasi

pembelajaran sehingga mampu

menerapkan dan mengembangkan pembelajaran di kelas secara lebih inovatif dan bervariasi agar dapat memberikan dampak positif dalam peningkatan kompetensi pengetahuan dan motivasi berprestasi siswa.Salah satu pendekatan atau model pembelajaran yang dapat direkomdasikan untuk guru dalam menciptakan pembelajaran yang bervariasi adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Guru juga harus meningkatkan perannya sebagai motivator dan fasilitator.

Berdasarkan temuan penelitian, disarankan kepada kepala sekolah agar dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai pendukung sumber belajar guru

dalam meningkatkan kualitas

pembelajaran dengan menciptakan pembelajaran yang menggembirakan di sekolah sehingga sekolah mampu menghasilkan siswa yang memiliki output berkualitas.

Berdasarkan temuan penelitian, disarankan kepada peneliti lain agar hasil penelitian ini digunakan sebagai referensi untuk melaksanakan penelitian selanjutnya atau menemukan inovasi kegiatan pembelajaran lainnya yang bermakna bagi siswa.

DAFTAR RUJUKAN

Candiasa, I Made. 2010. “Statistik Multivarial Disertasi Aplikasi SPSS” Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

Isjoni.2012. Cooperatif Learning

Mengembangkan Kemampuan

Belajar Berkelompok. Jakarta: Alfabeta.

Japa, Ngurah. 2014. Pendidikan Matematika I. Singaraja. Universitas Pendidikan Ganesha.

Kosasih. 2014. Strategi Belajar Dan Pembelajaran. Bandung: Yrama Widya.

Permendikbud. 2014. Nomor 57 Tentang

Kurikulum 2013 Sekolah

Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Jakarta:Permendikbud.

Rusmawati, Putu Enny. 2013. “Pengaruh model pembelajaran kooperatif TGT Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari Motivasi Berprestasi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Semarapura Tahun Pelajaran 2012/2013”. Jurnal Teknologi Pembelajaran. Universitas Pendidikan Ganesha, Volume 3, Edisi Khusus, (hlm.1-12).

Santrock, John W. 2015. Psikologi Pendidikan Edisi Kedua. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Slavin, Robert E. 2011.Psikologi

Pendidikan Teori dan Praktek. Jakarta: PT Indeks.

---. 2016. Cooperative Learning Teori, Riset, dan Praktek. Bandung: Nusa Media.

Sriyati, L. M. 2014. “Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Terhadap Prestasi Belajar Matematika Ditinjau Dari Motivasi Belajar Siswa Kelas XII IPA SMA Negeri 2 Semarapura”. Jurnal

Penelitian dan Evaluasi

Pendidikan.Universitas Pendidikan Ganesha, Volume 4, Edisi Khusus, (hlm.1-12).

Trianto. 2010. Model Pembelajaran Inovatif Progresif. Jakarta: Bumi Aksara.

Uno, Hamzah B. 2008. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara.

Gambar

Tabel 1. Tabel Ringkasan Analisis Varian (ANAVA) Dua Jalur
Tabel 2 Tabel Ringkasan Analisis Uji Lanjut Scheffe  No  Rerata Kelompok   yang Diuji  F hit F’  Keterangan  1  2  3  4  5  6  A 1 B 1  -A 1 B 2A2B1 -A1B2A1B2 –A2B 2A1B1 – A2B2A1B1 – A2B1A 2 B 1 –  A 2 B 2 6,04 6,97  10,07 14,79 12,41 3,72  8,16 8,16 8,16

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan: Menemukan metoda diagnostik sederhana dalam mende- teksi vaginosis bakterial (VB) dalam kehamilan dengan menentukan sensitivitas, spesifisitas, nilai duga positif dan

a) Seseorang dikatakan penderita diabetes mellitus jika kadar glukosa darah a) Seseorang dikatakan penderita diabetes mellitus jika kadar glukosa darah ketika puasa &gt; 120 mg/dl

Belum adanya syslog server yang dapat menampilkan log jika terjadi serangan di sebuah jaringan client yang ditampilkan secara terpusat untuk memudahkan para admin wahana

(4) Wisatawan yang sebagian besar berasal dari kalangan menengah kebawah, mengakibatkan sulitnya pengembangan wisata. Oleh karena itu, hingga saat ini belum ada upaya kongkrit

Land system atau sistem lahan menurut Reinberger (1999) adalah pengelompokkan tanah dalam mengenali pola tanah yang dapat dibedakan secara nyata dalam susunan tanah di suatu

Tujuan artikel yaitu untuk mengetahui gambaran pendapatan ijarah pada PT Bank BRI Syariah, mengetahui profitabilitas (Return On Asset) pada PT Bank BRI Syariah, dan

Khudzaifah Dimyati, S.H., M.Hum., selaku Diruktur Program Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk

11 Peserta didik bersama kelompok berdiskusi untuk mengidentifikasi unsur-unsur pembangun teks puisi “Kaki Baja” yang dibaca dengan cermat beserta bukti