• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLA PENGENDALIAN PERKEMBANGAN KAWASAN MEGA-URBANISASI GERBANGKERTASUSILA PLUS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "POLA PENGENDALIAN PERKEMBANGAN KAWASAN MEGA-URBANISASI GERBANGKERTASUSILA PLUS"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

POLA PENGENDALIAN PERKEMBANGAN KAWASAN

MEGA-URBANISASI GERBANGKERTASUSILA PLUS

Oleh :

NUNGKI MEIRIYA 3208.206.002 Pembimbing :

Prof. Ir Johan Silas

(2)

Latar Belakang

Globalisasi

pembangunan Kota

Besar secara pesat, ex

Jakarta dan Surabaya

Munculnya fenomena

kawasan yang menyatu

secara fisik dengan model

mega-urbanisasi seperti

JAKARTA (JABODETABEK)

dan Surabaya

(GERBANG-KERTASUSILA Plus)

Contoh kasus JABODETABEK menyebabkan banyak dampak

negatifnya dari pada positifnya

Bagaimana dengan konsep

mega-urbanisasi

GERBANG-KERTASUSILA Plus?

Pola pengendalian perkembangan kawasan

mega-urbanisasi, dengan linkage yang dapat

meningkatkan kerjasama antar kota/kabupaten

di GERBANGKERTASUSILA Plus

Peningkatan

Kebutuhan Ekonomi

Menurut Tjahjati (1997) diperlukan pembangunan regional terpadu dan lebih

sensitif terhadap kebutuhan daerah

(3)

Permasalahan, Tujuan dan Sasaran

Permasalahan

• Apa kelemahan/tantangan dan

kekuatan/peluang wilayah

GERBANGKERTASUSILA plus sehingga

tidak terdapat optimasi dalam

pembangunannya

Tujuan dan Sasaran

 Mengidentifikasi kekuatan/peluang, dan

kelemahan/tantangan dalam

perkembangan kawasan mega-urbanisasi

GERBANGKERTASUSILA Plus

– Mengidentifikasi faktor-faktor pertumbuhan ekonomi kawasan, PDRB, LQ, tingkat/laju urbanisasi dan pola pembangunan jalan

• Konsep/mekanisme seperti apa yang

dapat mengendalikan perkembangan

yang terjadi di kawasan

mega-urbanisasi sehingga kawasan

GERBANGKERTASUSILA Plus akan lebih

dinamis dan sustainable

 Merumuskan konsep pengendalian

perkembangan mega-urbanisasi di

kawasan GERBANGKERTASUSILA Plus.

– Meng-iterasi-kan kriteria pengendalian kawasan mega-urbaniasasi

(4)

Kajian Pustaka dan Teori

 Pengendalian Perkembangan Perkotaan : pengendalian merupakan suatu

tindakan agar memanfaatan ruang sesuai dengan rencana. Oleh karena itu,

dalam hal ini pengendalian merupakan satu kesatuan dalam penataan ruang

agar efektif dan efisien.

 Proses Urbanisasi dan Fenomena Mega-Urbanisasi : urbanisasi merupakan

fenomena yang terjadi pada dinamika perkembangan kawasan perkotaan.

Dalam skala besar menimbulkan banyak permasalahan fisik dan non-fisik.

 Morfologi Kawasan Perkotaan : dalam perkembangannya suatu kota tidak

dapat berdiri sendiri, dan akan selalu bersinergi dengan kawasan sekitarnya.

Hal ini menyebabkan adanya regionalisasi kawasan perkotaan dengan

hinterland di sekitarnya.

 Konsep Regionalisasi Kawasan Perkotaan : terdapat 2 (dua)konsep dalam

regionalisasi yaitu : network city dan PUR (Policentris Urban Region).

Perbedaan antara keduanya adalah pada deferensiasi fungsi

dimasing-masing sub pusat.

(5)
(6)

Pertumbuhan penduduk dan urbanisasi

Kota/Kabupaten Tahun 1971 1980 1990 1995* 2000 2005* Kabupaten Pasuruan 4,8 16,0 22,0 24,5 37,7 37,2 Kabupaten Sidoarjo 6,2 21,7 50,4 67,6 85,7 85,6 Kabupaten Mojokerto 0,0 6,8 21,6 29,6 41,8 58,5 Kabupaten Jombang 5,6 11,2 23,7 32,5 54,6 56,3 Kabupaten Gresik 7,9 14,2 25,8 34,2 49,8 51,3 Kabupaten Tuban 5,6 7,4 11,2 12,7 18,9 16,9 Kabupaten Bojonegoro 6,1 8,4 11,4 12,1 16,8 19,1 Kabupaten Lamongan 2,3 8,6 9,0 9,6 16,8 15,4 Kabupaten Bangkalan 4,6 10,1 15,2 18,6 21,6 21,8 Kota Pasuruan 100,0 97,8*** 88,2*** 83,7*** 96,6*** 96,2*** Kota Mojokerto 100,0 100,0 97,0 98,0 100,0 100,0 Kota Surabaya 100,0 86,1 97,5 98,9 100,0 100,0

Sumber : Sensus Penduduk tahun 1971, 1980, 1990, 1995, 2000 dan 2005, diolah

Keterangan :

(*) merupakan data dari survey penduduk antar sensus (supas) yang dilakukan 5 tahun, sedangkan yang lainnya merupakan data sensus penduduk tiap sepuluh tahun.

(**) pada tahun tersebut, Kabupaten Gresik masih bernama Kabupaten Surabaya

(***) mulai tahun 1975, terdapat penambahan luas Kota Pasuruan dari Kabupaten Pasuruan sehingga terjadi peningkatan proporsi penduduk Kota yang tinggal di kawasan perdesaan

(7)

Kondisi Ekonomi dan Matrik Urbanisasi

GERBANGKERTASUSILA Plus

Berdasarkan (1) Kontribusi PDRB sektor

non-primer pada perekonomian dan (2)

Prosentase tenaga kerja yang bekerja pada

(8)

Penyediaan infrastruktur jalan dan aktifitas

komuting

Jaringan jalan yang menghubungkan antar pusat kegiatan di GKS Plus sangat rendah. Kelas IIIB/IV dan IIIC/V merupakan kelas jalan yang tingkat

aksesibilitas dan kondisi perkerasan sederhana. Kelas jalan tersebut merupakan jalan lingkungan.

(9)

Didapatkan hitungan sebagai berikut :

 Pearson correlation of indeks komposit sosial ekonomi and indeks komposit spasial = 0,408

 P-Value = 0,188

Indeks Komposit Sosial-Ekonomi dan Spasial

GERBANGKERTASUSILA Plus

Untuk mengetahui hubungan antara sosial-ekonomi dan spasial maka dilakukan dengan perhitungan korelasi antara keduanya. Berikut diberikan dugaan awal :

H0= tidak terdapat hubungan antara

perkembangan sosial-ekonomi dan spasial H1= perkembangan sosial-ekonomi berhubungan

dengan perkembangan spasial atau setidak-tidaknya hubungan tersebut derajatnya rendah.

Dengan α = 1%

Sehingga dapat disimpulkan:

 Dari hasil hitungan korelasi, derajat hubungan antara sosial-ekonomi dan spasial bersifat substansial dan sifatnya saling mempengaruhi.

 Hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat ketimpangan dan ketidak-optimalan dalam pembangunan konsep jejaring di kawasan GERBANGKERTASUSILA Plus.

(10)

Dengan mengkonfirmasi kondisi eksisting didapatkan

Kekuatan/Peluang dan Kelemahan/Tantangan

Kekutaan/Peluang

 Aspek Sosial Kependudukan

 Laju penduduk terus meningkat

 Peningkatan penduduk yang

menempati kawasan perkotaan

 Aspek Ekonomi

 Peningkatan laju perth. ekonomi

 Terjadi perubahan struktur ekonomi

dari agraris menjadi non-agraris

 Aspek Fisik, Infrastruktur dan Lingkungan

hidup

 Jarak cukup berdekatan

 Jaringan jalan terhubung

 Pusat aktifitas menyebar.

 Memiliki sumber daya air

Kelemahan/Tantangan

 Aspek Sosial Kependudukan

 Penyebaran penduduk belum merata

 Arus urbanisasi tinggi

 Aspek Ekonomi

 Terjadi pergeseran struktur ekonomi

 Pertumbuhan ekonomi belum merata,

 Peningkatan jumlah industry

 Aspek Fisik, Infrastruktur dan Lingkungan

hidup

 Perkembangan jaringan jalan lambat.

 Terjadi alih fungsi lahan produktif

 Peningkatan lahan terbangun

 Penurunan kualitas lingkungan

 Pola pergerakan masih terpusat ke

(11)

Hubungan Sosial-Ekonomi dan Spasial

 Nilai kondisi sosial-ekonomi-spasial tertinggi saat ini ada di Kota Surabaya.

 Kabupaten yang memiliki kondisi spasial cukup memadai lainnya adalah Kabupaten Sidoarjo.

 Namun, kondisi sosial-ekonomi pada Kabupaten Sidoarjo sangat rendah

 Kota Pasuruan, secara sosial-ekonomi, Kota Pasuruan cukup tinggi mendekati Kota Surabaya tetapi kondisi spasial sangat rendah.

 Kondisi yang sama juga terjadi di Kota Mojokerto.

• Dari model tersebut juga telah menjawab hipotesis kedua mengenai kegagalan teori network cities dan policentris

urban region (PUR) yang belum memecahkan permasalahan mega-urbanisasi

• Kesenjangan pembangunan sosial-ekonomi dan fisik antara Kota Surabaya dengan Kabupaten/Kota lainnya • Sehingga diperlukan adanya pola pengendalian dalam perkembangan kawasan tersebut

(12)

Sintesis Pola Pengendalian berdasarkan

kesepakatan para nara sumber

Aspek Kriteria

Non-Fisik

Kebijakan : Terkait dengan perumusan kebijakan dalam pembangunan Kabupaten/Kota (khususnya dalam dokumen RPJPD/RPJMD)

- Kabupaten/Kota dapat berntegrasi secara sektoral - Menerapkan kebijakan ramah lingkungan

- Menyeimbangkan antara kepentingan swasta, pemerintah dan masyarakat dalam perumusan kebijakan

Perencanaan : Terkait dengan perumusan action

plan/RENSTRADA Kabupaten/Kota yang

dilakukan setiap tahun.

- Perencanaan Pola Pembangunan yang berkelanjutan - Memperhatikan aspek prescription

- Domain public digunakan sebagai pertimbangan utama dalam penyusunan rencana Dokumen Tata ruang

- Sesuai dengan dokumen perencanaan yang lebih tinggi (Propinsi/Nasional) - Menekankan pada aspek lingkungan hidup

- Menyeleseikan masalah, alokasi SDA yang tepat serta berorientasi masa depan Perijinan

- Menerapkan efektifitas dalam pelaksanaannya - Memperhatikan efisiensi

- Menggunakan azas equity dalam pelayanannya

Mekanisme Insentif dan Disinsentif

Insentif :

- Dapat menarik minat para pengembang/investor - Dapat meningkatkan perkembangan kawasan Disinsentif :

- Dapat meminimalisasi penyimpangan tata guna lahan

- Dapat meminimalisasi kegiatan yang tidak memperhatikan keseimbangan lingkungan

Non-Fisik

Prasarana

- Pembangunan yang menghubungkan antar Kabupaten/Kota

- Bersifat komprehensif dan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi - Didukung dengan penyediaan perumahan, air bersih, listrik lintas kota Investasi Development Generator

Dalam hal ini investasi berbentuk prasarana skala wilayah dan modern antara lain: - Integrasi dalam pembangunan Infrastruktur, utilitas modern, komunikasi dan akses

pelabuhan dan bandara udara

(13)

Kesimpulan

Terjadi ketidak-optimalan pembangunan jejaring GERBANGKERTASUSILA

Plus sehingga

,

dapat diidentifikasi Peluang/kekuatan dan

Kelemahan/tantangan, sbb

– Peluang/kekuatan yang dimaksud mencakup pada dinamika yang potensial untuk dikembangkan antara lain laju kependudukan, aktifitas sosial-ekonomi yang mulai berkembang, serta kondisi fisik yang homogen.

– Kelemahan/tantangan yang menghambat terkait dengan pola penyebaran kependudukan, infrastruktur, pusat pertumbuhan dan pola pergerakan yang masih terpusat ke Kota Surabaya.

Pendekatan network cities dan policentris urban region masih belum dapat

memecahkan permasalahan mega-urbanisasi di GERBANGKERTASUSILA

Plus sehingga perlu dirumuskan adanya pola pengendalian dalam

perkembangan kawasannya. Berdasarkan kesepakatan sementara dari

para stakeholder didapatkan bahwa dalam pola pengendalian ada 2

pendekatan yaitu:

• Non-fisik terdiri dari Kebijakan, Proses Perencanaan, Dokumen tata ruang, Perijinan dan Mekanisme insentif-disinsentif

(14)

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. (1998), Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek, PT. Rineka Cipta, JakartaGlasson, John. (1997) An introduction to regional planning concepts, theory and practice second edition,

Hutchinson, Melbourne

Mantra, Ida Bagus. (2000), Demografi Umum, Pustaka Pelajar, Yogyakarta

Riyadi, Rakhmad. (2001), Dinamika Spasial Wilayah Perkotaan (Kasus daerah Sleman DIY), Dimensi

keruangan Kota : Teori dan Kasus, UI Press, Jakarta

Harold Sackman. (1975), Dephi Critique, Health and Company, Lexington MA D.C

McGee, Terrance Gary, Ginsburg, Norton dan Kopple, Bruce. (1991), The Extended Metropolis Settlement

Transition in Asia, University of Hawaii Press, USA

Miller, Eric J dan Meyer, Michael D. (2001), Urban Transportation Planning, McGraw-Hill international edition, Singapore

Pain, Kathy dan Hall, Peter. (2006), The Polycentric Metropolis Learning from Mega City Regions in Europe, Earth scan, London-UK.

Robinson, Ira M dan McGee, T.G. (1995), The Mega Urban Region of South East Asia, UBC Press, University of Melbourne

Oetomo, et all (2003), Teknik Sampling, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Williams, Jack F., dan D. Brunn, Stanley. (1983), Cities of The World : World Regional Urban Development, Harper & Row, New York

Yunus, Hadi Sabari. (2000), Struktur Tata Ruang Kota, Pustaka Pelajar, Yogyakarta

(15)

Referensi/Sumber Data

---. 1996. Managing the Mega Urban Regions. UNHCS. New York

Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya (2005), Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya, 2015, Bappeda Kota Surabaya, Surabaya

Badan Perencanaan Pembangunan Propinsi Jawa Timur (2005), Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Jawa Timur, Bappeda Propinsi Jawa Timur, SurabayaBadan Perencanaan Pembangunan Propinsi Jawa Timur (2005), Executive Summary Peraturan Daerah Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Jawa Timur, Bappeda

Propinsi Jawa Timur, Surabaya

Badan Pusat Statistik (1971), Sensus Penduduk tahun 1971, BPS, JakartaBadan Pusat Statistik (1980), Sensus Penduduk tahun 1980, BPS, JakartaBadan Pusat Statistik (1990), Sensus Penduduk tahun 1990, BPS, Jakarta

Badan Pusat Statistik (1995), Survey Penduduk antar Sensus tahun 1995, BPS, JakartaBadan Pusat Statistik (2000), Sensus Penduduk tahun 2000, BPS, Jakarta

Badan Pusat Statistik (2005), Survey Penduduk antar Sensus tahun 2005, BPS, JakartaBadan Pusat Statistik (2009), Jawa Timur dalam Angka 2009, BPS, Surabaya

Badan Pusat Statistik (2009), Kota Surabaya dalam Angka 2009, BPS, SurabayaBadan Pusat Statistik (2009), Kabupaten Sidoarjo dalam Angka 2009, BPS, SidoarjoBadan Pusat Statistik (2009), Kabupaten Pasuruan dalam Angka 2009, BPS, PasuruanBadan Pusat Statistik (2009), Kota Pasuruan dalam Angka 2009, BPS, PasuruanBadan Pusat Statistik (2009), Kabupaten Mojokerto dalam Angka 2009, BPS, MojokertoBadan Pusat Statistik (2009), Kota Mojokerto dalam Angka 2009, BPS, MojokertoBadan Pusat Statistik (2009), Kabupaten Gresik dalam Angka 2009, BPS, GresikBadan Pusat Statistik (2009), Kabupaten Lamongan dalam Angka 2009, BPS, LamonganBadan Pusat Statistik (2009), Kabupaten Tuban dalam Angka 2009, BPS, Tuban

Badan Pusat Statistik (2009), Kabupaten Bojonegoro dalam Angka 2009, BPS, Bojonegoro

Badan Pusat Statistik (2009), Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten/Kota se Jawa Timur 2004-2008, kerjasama dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Jawa Timur, Surabaya

Dinas Pekerjaan Umum Tata Ruang Propinsi Jawa Timur (2007), Studi Penelitian dan Penyiapan Rencana Tata Ruang Wilayah GKS Plus, Kerjasama Swakelola antara Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya Propinsi Jawa Timur dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya

 Dinas Perhubungan dan DLLAJ Propinsi Jawa Timur (2009), Panjang dan Kelas Jalan 2006, Dishub, Surabaya  Dinas Tenaga Kerja Propinsi Jawa Timur (2006), Jumlah Tenaga Kerja Industri 2006, Disnaker, Surabaya

 Sekretaris Negara. (2004), Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2004 Tentang Jalan, Presiden Republik Indonesia, Jakarta

 Sekretaris Negara. (2007), Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang, Presiden Republik Indonesia, Jakarta  Sekretaris Negara. (2008), Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Penataan Ruang, Presiden Republik Indonesia, Jakarta  World Bank dan The Asia Foundation. (2004), Improving The Business Environment in East Java Views From Private Sector, Jakarta

Referensi

Dokumen terkait

Kurikulum pendidikan belum bersifat formal (belum tertulis), dan lama pendidikannya pun tidak ditentukan dengan pasti. Murid-muridnya berasal dari anak- anak

Kelelahan mata adalah ketegangan pada mata dan disebabkan oleh penggunaan indera penglihatan dalam bekerja yang memerlukan kemampuan untuk melihat dalam jangka waktu yang lama dan

[r]

The analysis and presentation of the data have led to the following conclusions: the Friday sermon contains oral discourse which has regular and typical structure; the strategies

Disisi lain kita harapkan lembaga pendidikan yang mampu melahirkan generasi bangsa yang ahli ilmu (ilmuan), dan ilmuan yang beragama yang kuat. Dalam

Unit kompetensi ini harus diujikan secara konsisten pada seluruh elemen kompetensi dan dilaksanakan pada situasi pekerjaan yang sebenarnya di tempat kerja atau di

susu ibu bersalin terhadap kontrraksi uterus ibu bersalin kala III berdasarkan hasil uji disimpulkan adanya hubungan yang signifikan antara kontraksi dengan oerangsangan

Banyak faktor yang mempengaruhi peningkatan prestasi Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan salah satu diantaranya adalah penggunaan metode Progresif.