• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keragaan dan Determinan Status Gizi dan Kesehatan Penduduk Lokai Timika berdasarkan Agroekologi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Keragaan dan Determinan Status Gizi dan Kesehatan Penduduk Lokai Timika berdasarkan Agroekologi"

Copied!
272
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)
(37)
(38)
(39)
(40)
(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)
(53)
(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)
(95)
(96)
(97)
(98)
(99)
(100)
(101)
(102)
(103)
(104)
(105)
(106)
(107)
(108)
(109)
(110)
(111)
(112)
(113)
(114)
(115)
(116)
(117)
(118)
(119)
(120)
(121)
(122)
(123)
(124)
(125)
(126)
(127)
(128)
(129)
(130)
(131)
(132)
(133)
(134)
(135)
(136)
(137)
(138)
(139)
(140)
(141)
(142)

KERAGAAN DAN DETERMINAN STATUS GlZl DAM

KESEHATAN PENDUDUK LOKAL TlMlKA

BERDASARKAN AGROEKOLOGI

Oleh:

MlLA FADILLA

(143)

MlLA FADILLA. Keragaan dan Determinan Status Gizi dan Kesehatan Penduduk Lokal Timika berdasarkan Agroekologi (Dibimbing oleh HARDINSYAH, DADANG SUKANDAR dan YEKTl HARTATI EFFENDI).

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis keragaan status gizi dan kesehatan penduduk lokal Timika berdasarkan tiga tipe agroekologi, yaitu dataran tinggi, rendah dan pantai dan menganalisis faktor determinan status gizi dan kesehatan penduduk lokal Tirnika.

Desain studi adalah cross-sectional dengan rnembandingkan status gizi dan

kesehatan antar agroekologi yaitu dataran tinggi, dataran rendah dan pantai. Data yang digunakan adalah data sekunder bagian dari data penelitian yang berjudul "Studi Konsumsi Pangan dan Biomarkers Penduduk yang Tinggal di Daerah Penambangan PT Freeport Indonesia (PTFI)", yang dilaksanakan pada bulan September 1998 hingga April 1999 oleh suatu tim yang terdiri dari IPB, Uncend, PT Freeport Indonesia dan Parametrix-AS. Sepuluh desa dipilih dengan sengaja

(purpossive) berdasarkan agroekologi, yaitu terdiri dari dua desa di dataran tinggi (Aroanop dan Banti), empat desa di dataran rendah (Kwamki Lama, Kampuny Pisang, Kalikopi dan Iwaka) serta empat desa di daerah pantai (Pad XI, Pulau Karaka, Pulau Poriri dan Atuka). Contoh penelitian adalah penduduk lokal Timika yang terbagi menurut kelompok umur, yaitu anak (umur 2 - 18 tahun) dan orang dewasa (umur 218 tahun). Contoh diambil secara acak dari masing-masing desa dengan jumlah keseluruhan contoh berjumlah 160 orang yang berimbang tiap jenis kelamin (Hardinsyah et a/., 2000).

Status gizi anak ditentukan dengan menghitung nilai z skor (indeks BBIU, TBIU dan BBITB) menurut baku WHO-NCHS (1983) dan orang dewasa dengan

menghitung indeks massa tubuh (l~~=kg/rn') menurut Depkes-RI (1996). Status

anemia berdasarkan CDC (1 998), kadar serum ALT (alanine aminotransferase) dan

AST (asparfate aminotansferase) untuk diagnosa gangguan fungsi hati dan kadar kreatinin untuk gangguan fungsi ginjal menurut Widmann (1985). Regresi berganda dan logistik dilakukan untuk analisis determinan status gizi dan kesehatan (Afifi & Clark, 1996).

Hasil studi menunjukkan bahwa prevalensi status gizi kurang underweight

(BBIU) anak adalah 11,0%, stunting (TBIU) 31,0% dan wasting (BBTTB) 4,7%.

Prevalensi underweight dan stunting anak tertinggi di pantai (berturut-turut 17,5%

dan 37,5%) dan wasting tertinggi di dataran rendah (8,3%). Prevalensi status gizi

lebih orang dewasa 21,7%, dengan prevalensi tertinggi di dataran tinggi (50,0%). Prevalensi anemia anak sebesar 52,0% dengan prevalensi tertinggi di dataran rendah (673%); sedangkan orang dewasa 71,7% dengan prevalensi tertinggi di dataran rendah dan pantai (masing-masing 79,2%).

Prevalensi infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) anak adalah 84,0% dengan prevalensi tertinggi di dataran tinggi (100,0%); sedangkan orang dewasa 65,0%, dengan prevalensi tertinggi di pantai (79,2%). Prevalensi penyakit diare anak

62,O %, dengan prevalensi tertinggi di pantai (72,5%); sedangkan grang dsvrasa

(144)

Prevalensi penyakit malaria pada anak 71,0%, dengan prevalensi tertinggi di pantai (90,0%); sedangkan orang dewasa 80,0%, dengan prevalensi tertinggi di dataran rendah (95,8%).

Persentase contoh yang memiliki risiko gangguan fungsi hati berdasarkan kadar serum ALT adalah 21,3 O h , dengan persentase tertinggi di dataran tinggi (43,8%). Hal yang senada ditemukan berdasarkan kadar serum AST. Persentase contoh yang memiliki risiko gangguan fungsi ginjal adalah 6,g0h, dengan persentase tertinggi di dataran rendah (7,8%).

Sanitasi lingkungan dan perbedaan agroekalogi adalah dua determinan

utama status gizi, baik pada a ~ a k darl orang dewasa. Determinan anemia gizi anak

dan orang dewasa adalah infeksi cacing tambang dan penyakit malaria.

Determinan ISPA pada anak adalah status gizi, sanitasi lingkungan dan pendapatan keluarga, sedangkan orang dewasa sanitasi lingkungan dan tingkat pendidikan. Sanitasi lingkungan merupakan determinan kecacingan, baik pada anak dan orang dewasa. Status gizi merupakan determinan diare baik pada anak dan orang dewasa. Determinan malaria anak dan orang dewasa adalah perbedaan agroekologi. Determinan risiko gangguan fungsi hati adalah konsumsi alkohol. Tingkat kecuktipan protein dan vitamin C serta umur adalah determinan risiko gangguan fungsi ginjal.

(145)

KERAGAAN DAN DETERMINAN STATUS GlZl DAN

KESEHATAN PENDUDUK LOKAL TlMlKA

BERDASARKAN AGROEKOLOGI

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Gizi Masyarakat dan Silmberdaya Keluarga

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(146)

Judul : Keragaan dan Determinan Status Gizi dan Kesehatan Penduduk Lokai Timika berdasarkan Agroekologi

Nama Mahasiswa : Mila Fadilla

NRP : GMK99495

Program Studi : llmu Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga

Menyetujui,

1. Komisi Pembimbing

Dr. Ir. H. ~ a r d i n s ~ a h , MS Ketua

Dr. Ir. Dadang Sukandar, M.Sc Anggota

Mengetahui,

dr. Yekti Hartati Effendi Anggota

2. Ketua Program Studi Gizi Ma dan Sumberdaya Keluar

(147)

Penulis dilahirkan di Surabaya, Jawa Timur, pada tanggal 12 Juli 1974

sebagai anak kedua dari tiga bersaudara dari ayah H. Abdullah Daud, SH dan ibu

Hj. Umi Kalsum, BA.

Pendidikan Sekolah Menengah Atas Negeri 8 Jakarta penulis selesaikan

pada tahun 1993. Pada tahun 1993 penulis terdaftar sebagai mahasiswa lnstitut

Pertanian Bogor melalui USMl (Undangan Seleksi Masuk IPB), Jurusan Gizi

Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian dan mendapat gelar

sarjana pada tahun 1997. Mulai September 1999 penulis terdaftar sebagai

mahasiswa pascasarjana IPB Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya

Keluarga. Sejak lulus S1 hingga selama kuliah di Program Pascasarjana penulis

berkerja sebagai asisten peneliti dan asisten luar biasa mata kuliah Epidemiologi

Gizi dan Konsultasi Gizi di Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga,

Fakultas Pertanian, IPB.

(148)

PRAKATA

Alhamdulillah, segala puji syukur kehadirat Allah SVVT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Tesis yang berjudul "Keragaan dan Determinan Status Gizi dan Kesehatan Penduduk Lokal Timika berdasarkan Agroekologi" merupakan syarat akhir untuk memperoleh gelar Magister Sains dalam bidang keahlian llmu Gizi Masyarakat dan

Sumberdaya Keluarga.

Penulis mengucapakan terimakasih kepada Bapak Dr. lr. Hardinsyah, MS selaku Ketua Tim Peneliti "Studi Konsumsi Pangan dan Biomarkers Penduduk yang Tinggal di Daerah Penambangan PT Freeport Indonesia (PTFI)", Ibu dr. Yekti Hartati

Effendi (tim medis), Bapak Prof. Dr. Ali Khomsan, MS, Bapak Dr. Agus Sumule, Bapak Dr. Asep Saefuddin dan Bapak Dr. Wisnu Susetyo (anggota tim) atas diperkenankan menggunakan sebagian data penelitian tersebut di atas untuk

penulisan tesis ini. Di samping itu, penghargaan yang tinggi penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Ir. Hardinsyah, MS, Bapak Dr. Ir. Dadang Sukandar, M.Sc dan Ibu

dr. Yekti Hartati Effendi atas bimbingan dan arahan yang telah diberikan selama

penyusunan tesis ini.

Khusus kepada Mama, Papa, Bang Fadly dan Adik Farah penulis mengucspkan terimakasih yang tak terhingga atas doa, dukungan dan kasih

sayangnya hingga penulis menyelesaikan tesis ini.

Ungkapan terimakasih penulis sampaikan kepada Bu Diah, Bu Lilik, Bu Retnaningsih dan Bu Anna yang telah mengijinkan penulis melanjutkan studi sambil

bekerja, teman-teman szangkatan di Program Studi GMK, terutama kepada Bu

Marlina, Mbak Nova, Dewi dan Tita atas persahabatannya, Bu Rosdiana, Bu Suryawati dan Bu Mariani atas bantuan urusan konsumsi, Bu Uswatun, Uni Atit, Uni

Yuli, Bu Eti, Bu Emmy, Mbak Eni dan suami, ssita Ade, Kak A!, Akhdan, Teh Leily,

Teh Tin, Mbak Mega, Bu Atat, Nurul dan Leila atas persahabatan yang telah

diberikan selama ini, serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Semoga Allah SVVT memberikan balasan yang lebih baik.

Semoga hasi! studi ini dapat bermanfaat.

(149)

DAFTAR

IS1

Halaman

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

PENDAHULUAN ... 1 Latar Belakang ... 1 Tujuan ... 3 Hipotesis ... 3 Manfaat ... 4 TIN JAUAN PUSTAKA ... 5

...

Status Gizi 5

Status Gizi Antropometri ... 5 Status Anemia Gizi ... 8

...

Status Kesehatan 11

lnfeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) ... 12 Diare

...

13 lnfeksi Kecacingan

...

14 Malaria

...

16

...

Gangguan Fungsi Hati 17

Gangguan Fungsi Ginjal ... 18 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi

...

20 Status Gizi Antropometri ... 20 Status Anemia Gizi ... 21

...

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Kesehatan 23

.

. Penyakit ISPA. Diare. Kecacingan dan Malaria ... 23 Gangguan Fungsi Hati

...

25 Gangguan Fungsi Ginjal

...

26 KERANGKA PEMlKlRAN

...

28 METODE ... 31 Desain. Waktu dan Tempat

...

31 Teknik Penarikan Contoh

...

31 Data dan Pengumpulannya ... 32 Pengolahan dan Analisis Data ... 33 Tingkat Kecukupan Gizi ... 33 Higiene Pribadi dan Sanitasi Lingkungan ... 34

...

Status Gizi 35

(150)

Halaman

...

HAS1 L DAN PEMBAHASAN 42

Keadaan Umum Lokasi ... 42

Keadaan Umum Keluarga Contoh ... 43

Pendidikan Kepala Keluarga (KK) ... 43

Jenis Pekerjaan Kepala Keluarga (KK) ... 44

Besar Keluarga Contoh ... 45

Pendapatan Keluarga Contoh ... 46

Tipe Rumah Keluarga Contoh ... 46

Tipe Atap Rumah Keluarga Contoh ... 47

Ventilasi Rumah Keluarga Contoh ... 48 ...

Jenis Lantai Rumah Keluarga Contoh 49

Sumber Air Minum Keluarga Contoh ... 49

Higiene Pribadi dan Sanitasi Lingkungan ... 50 ...

Tingkat Kecukupan Gizi 51

...

Konsumsi Alkohol 54

Keragaan Status Gizi Contoh ... 55

Status Gizi Antropometri ... 55

Status Anemia Gizi ... 63

Keragaan Status Kesehatan Contoh ... 66

...

lnfeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) 66

Diare

...

67

...

lnfeksi Kecacingan 68

Riwayat Penyakit Malaria ... 71

Risiko Gangguan Fungsi Hati

...

73

Risiko Gangguan Fungsi Ginjal ... 76

Determinan Status Gizi

...

79

Status Gizi Antropometri

...

79 Status Anemia Gizi

...

83

Determinan Status Kesehatan

...

86

Determinan Penyakit ISPA

...

86

...

Determinan Diare 89

Determinan Penyakit lnfeksi Kecacingan

...

91 Determinan Riwayat Penyakit Malaria

...

92 Determinan Risiko Gangguan Fungsi Hati ... 93

...

Determinan Risiko Gangguan Fungsi Ginjal 95

KESIMPULAN DAN SARAN ... 97 ...

Kesimpulan 97

Saran ... 98

DAFTAR PUSTAKA ... 99

...

(151)

DAFTAR TABEL

Halaman

Data dan pengumpulannya ... 33 Skor higiene pribadi ... 34 Skor sanitasi lingkungan ... 35 Klasifikasi status gizi menurut indeks-indeks BBIU, TBIU dan BBfTB

berdasarkan nilai z-skor ... 36

Klasifikasi status gizi orang dewasa menurut indeks massa tubuh

...

(I MT) 36

Sebaran keluarga contoh menurut tingkat pendidikan kepala keluarga

(KK) pada beberapa tipe agroekologi ... 44 Sebaran keluarga contoh menurut jenis pekerjaan kepala keluarga

(KK) pada beberapa tipe agroekologi

...

45 Sebaran keluarga contoh menurut besar keluarga pada beberapa tipe

...

agroekologi 45

Sebaran keluarga contoh menurut pendapatan keluarga per kapita

per bulan pada beberapa tipe agroekologi ... 46 Sebaran keluarga contoh menurut tipe rumah pada beberapa tipe

...

agroekolog i 47

Sebaran keluarga contoh menurut tipe atap rumah pada beberapa

tipe agroekologi

...

48 Sebaran keluarga contoh menurut kondisi ventilasi rumah contoh

pada beberapa tipe agroekologi

...

48

13. Sebaran keluarga contoh menurut jenis lantai rumah contoh pada

beberapa tipe agroekologi

...

49

14. Sebaran keluarga contoh menurut sumber air minum keluarga contoh

pada beberapa tipe agroekologi

...

50

15. Rata-rata dan simpangan baku skor higiene dar! sanitasi lingkungan

pada beberapa tipe agroekologi ... 51

16. Rata-rata dan simpangan baku tingkat kecukupan gizi contoh pada

beberapa tipe agroekologi

...

52

17. Rata-rata dan simpangan baku nilai z skor status gizi anak pada

...

beberapa tipe agroekologi 55

18. Rata-rata dan simpangan baku kadar hemoglobin dan jumlah sel

darah merah contoh pada beberapa tipe agroekologi ... 63

19. Rata-rata dan simpangan baku nilai indikator fungsi hati contoh pada

...

(152)

Halaman

Rata-rata dan simpangan baku nilai indikator fungsi ginjal contoh

pada beberapa tipe agroekologi ... 77

Hasil analisis regresi berganda determinan status gizi anak (BBIU)

(N=100). ... 79 Hasil analisis regresi berganda determinan status gizi anak (TBIU)

(N=l00) ... 80 Hasil analisis regresi berganda determinan status gizi anak (BBITB)

(N=100). ... 80 Hasil analisis regresi berganda determinan status gizi orang dewasa

(IMT) (N=60) ... 83 Hasil analisis regresi logistik determinan anemia gizi pada anak

(N=l00) ... 84 Hasil analisis regresi logistik determinan anemia gizi pada orang

dewasa (N=60)

...

1:

...

85 Hasil analisis regresi logistik determinan penyakit ISPA pada anak

(N=100). ... 86 Hasil analisis regresi logistik determinan penyakit ISPA pada orang

dewasa (N=60) ... 88 Hasil analisis regresi logistik determinan penyakit diare pada anak

(N= 1 00). ... 89 Hasil analisis regresi logistik determinan penyakit diare pada orang

dewasa (N=60) ... 90 Hasil analisis regresi logistik determinan penyakit infeksi kecacingan

pada anak (N=100)

...

91

Hasil analisis regresi logistik determinan penyakit infeksi kecacingan .

pada orang dewasa (N=60)

...

92 Hasil analisis regresi logistik determinan riwayat penyakit malaria

pada anak (N=100) ... 92 Hasil analisis iegiesi logistik deterrniiian riwayat penyakit malaria

pada orang dewasa (N=60) ... 93 Hasil analisis regresi logistik determinan risiko gangguan fungsi hati

(kadar AST serum) (N=160) ... 94 Hasil analisis regresi logistik determinan penyakit gangguan fungsi

hati (ALT) (N=160) ... 94

Hasil analisis regresi logistik determinan penyakit gangguan fungsi

(153)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Kerangka pemikiran determinan status gizi dan kesehatan penduduk

lokal Timika ... 30 Persentase konsumsi alkohol oleh anak dan orang dewasa pada

beberapa tipe agroekologi ... 54 Status gizi (BB/U) anak pada beberapa tipe agroekologi ... 57

Status gizi (TBIU) anak pada beberapa tipe agroekologi ... 58 Status gizi (BBiTB) anak pada beberapa tipe agroekologi ... 59 Status gizi (IMT) orang dewasa pada beberapa tipe agroekologi ... 62 Prevalensi anemia pada anak dan orang dewasa pada beberapa tipe

agroekologi ... 65 Prevalensi ISPA pada anak dan orang dewasa pada beberapa tipe

agroekolog i . . .

.

.

. .

.

. . .

.

. .

. .

.

. . .

.

. . .

.

. . . 66 Prevalensi diare pada anak dan orang dewasa pada beberapa tipe

agroekolog i . . .

.

. .

. . . .

.

.

. . .

.

. . .

.

. . .

. .

. . .

. . .

.

.

. . . 68 Prevalensi penyakit infeksi kecacingan pada anak dan orang dewasa

pada beberapa tipe agroekologi ... 69 Jenis cacing yang menginfeksi anak dan orang dewasa pada

beberapa tipe agroekologi ... 70 Prevalensi riwayat penyakit malaria pada anak dan orang dewasa

pada beberapa tipe agroekologi ... 71

Kejadian risiko gangguan fungsi hati (ALT) yang dialami anak dan

orang dewasa pada beberapa tipe agroekologi ... 74 Kejadian risiko gangguan fungsi hati (AST) yang dialami anak dan

orang dewasa pada beberapa tipe agroekologi ... 76 Kejadian risiko gangguan fungsi ginjal (kreatinin) yang dialami anak

(154)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

...

Peta Timika 106

Hasil uji ANOVA tingkat pendidikan KK, besar keluarga dan

...

pendapatan keluarga per kapita berdasarkan agroekologi 107

Hasil uji ANOVA skcr higiene dan sanitasi iingkungan berdasarkan

...

agroekologi 108

Hasil uji ANOVA tingkat kecukupan gizi berdasarkan agroekologi ... . I 0 9 Hasil uji ANOVA status gizi anak (nilai z skor indeks BBIU, TBIU,

BBITB) dan orang dewasa (nilai IMT) berdasarkan agroekologi ... 11 1

...

Hasil analisis korelasi Spearman's 1 13

Hasil uji ANOVA kadar hemoglobin (Hb) darah dan jumlah sel darah

merah berdasarkan agroekologi.. ... 1 15 Hasil uji ANOVA kadar AST, ALT dan kreatinin serum berdasarkan

...

(155)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Keadaan gizi merupakan salah satu faktor penting yang mempengaruhi

tingkat kesehatan dan usia harapan hidup masyarakat. Telah diketahui bahwa

kurang gizi menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan fisik maupun

mental, mengurangi tingkat kecerdasan, kreativitas dan produktivitas penduduk

(Depkes-RI, 2000a). Rendahnya status gizi masyarakat akan menurunkan tingkat

*

kesehatan dan usia harapan hidup, yang merupakan unsur utama dalam penentuan

keberhasilan pembangunan sumberdaya manusia, yaitu Human Development Index

(HDI). Oleh karena itu, perbaikan status gizi anak merupakan strategi penting untuk

meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan mendorong pertumbuhan ekonomi

(Martorell, 1996).

Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang yang

merupakan hasil dari konsumsi, penyerapan, dan penggunaan zat gizi makanan.

Status gizi berkaitan dengan produksi pangan, proses dan penanganan pangan,

penyiapan, distribusi dan konsumsi pangan (King & Burgess, 1995). Menurut

Legowo et a/. (1996), produksi pangan sangat dioengaruhi oleh faktor-faktor tanah,

iklim, fisiografi dan tipe penggunaan lahan (Adi, 1998). Selanjutnya menurut

Suhardjo et a!. (1988) perbedaan gecgrafi clan topografi dspat rner-nberikarl ciri

khusus pada pola pangannya.

Berbagai hasil penelitian memperlihatkan bahwa keadaan kurang gizi serta

status kesehatan yang rendah pada masyarakat Indonesia terutama terjadi di

wilayah miskin dengan daya beli dan daya jangkau terhadap pangan yang rendah.

(156)

dibawah rata-rata nasional (BPS, 2000). Kabupaten Mimika, dengan ibukota Timika,

yang sebelumnya adalah Kecamatan Mimika, Kabupaten Fak Fak berada di Provinsi

lrian Jaya yang merupakan salah satu wilayah di Indonesia dengan keadaan

penduduk yang masih mengalami permasalahan gizi dan kesehatan. Penduduk

Timika, terutama penduduk lokal, relatif tei-isolasi dan tersebar pada tiga wilayah

agroekologi, yaitu dataran tinggi, dataran rendah dan pantai. Penduduk umumnya

(terutama penduduk perdesaan) memperoleh makanan dari berburu, mengumpulkan

hasil tanaman dan menangkap ikan dari biota yang hidup dan tumbuh dari

agroekologi setempat, dan sejak beberapa tahun terakhir mulai mengalami

transformasi ekonomi yang menyebabkan perubahan makanan pokok dari sagu

menjadi beras (Sumule, Khomsan & Susetyo, 1999).

Adanya perbedaan agroekologi di wilayah Timika dengan berbagai

permasalahan gizi dan kesehatan merupakan ha1 yang menarik untuk dipelajari.

Masyarakat Timika di daerah pantai banyak mengkonsumsi pangan laut dan sagu,

tetapi tidak demikian halnya dengan masyarakat di dataran tinggi dan rendah. Hal

ini diduga akan mempengaruhi status gizi dan kesehatan. Oleh karena itu, pada

penelitian ini akan dipelajari perbedaan keadaan gizi dan kesehatan masyarakat

Timika berdasarkan agroekologi sehingga dapat disusun suatu program pangan dan

gizi yang dapat memperbaiki keadaan gizi dan kesehatan masyarakat. Beberapa

analisis yang belum dilakukan seperti determinan status gizi dan kesehatan

(157)

Tuiuan

Tujuan umum penelitian adalah mengetahui keragaan dan menganalisis

deterrninan status gizi dan kesehatan penduduk lokal Timika berdasarkan

agroekologi. Tujuan khusus penelitian adalah:

1. Menganalisis keragaan status gizi (antropometri dan anemia gizi) penduduk lokal

Timika berdasarkan tiga wilayah agroekologi, yaitu dataran tinggi, rendah dan

pantai.

2. Menganalisis keragaan status kesehatan (ISPA, diare, kecacingan, malaria

gangguan hati dan ginjal) penduduk lokal Timika berdasarkan wilayah

agroekologi.

3. Menganalisis determinan status gizi (antropometri dan anemia gizi) dan

kesehatan (ISPA, diare, kecacingan, malaria, gangguan hati dan ginjal)

penduduk lokal Timika.

Hipotesis

1. Terdapat perbedaan status gizi dan kesehatan penduduk lokal antar agroekologi

(dataran tinggi, dataran rendah dan pankrl).

2. Perbedaan agroekologi, higiene pribadi, sanitasi lingkungan, pe~yakit infeksi,

tingkat kecukupan gizi, besar keluarga, tingkat pendapatan dan pendidikan

kepala keluarga merupakan determinan status gizi.

3. Perbedaan agroekologi, higiene pribadi, sanitasi lingkungan, status gizi, tingkat

kecukupan gizi, konsumsi alkohol, besar keluarga, tingkat pendapatan dan

(158)

Manfaat

Hasil kajian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan mengenai

determinan status gizi dan kesehatan penduduk lokal Timika. Dengan diketahuinya

determinan status gizi dan kesehatan penduduk lokal Timika diharapkan dapat

disusun program perbaikan status gizi dan kesehatan penduduk yang efektif dan

efisien. Tahap selanjutnya diharapkan kualitas sumberdaya manusia penduduk

(159)

TINJAUAN PUSTAKA

Status Gizi

Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang atau

sekelompok orang yang merupakan kesenjangan antara kecukupan dan kebutuhan

zat gizi. Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan berbagai cara, yang dipilih

berdasarkan tahapan kekuranganlkelebihan gizi. Antropometri merupakan metode

pengukuran status gizi secara langsung dan sederhana yang paling umum

digunakan untuk menilai masalah kurang energi protein (KEP) dan kelebihan energi

dan protein (kegemukan). Pengujian laboratorium yang mencakup hematologi dan

kimia klinik darah dapat dilakukan untuk penilaian anemia gizi (Jelliffe & Jelliffe,

1989; Gibson, 1990).

Status Gizi Antromopetri

Pengukuran antropometri telah digunakan secara luas sebagai indikator

atau perkiraan beragam kondisi yang berkaitan dengan kesehatan dan gizi. -

Pengukuran pertumbuhan, kesehatan atau penyakit dengan antropometri telah

dilakukan sejak lama. lndeks antropometri digunakan sebagai kriteria utama

pengukuran kecukupan diit dan pertumbuhan pada anak (WHO, 1995). Beberapa

indeks telah direkomendasikan oleh WHO (1983) sebagai pengukuran utama status

gizi anak di masa lampau dan saat ini, dan dengan menggunakan indeks tersebut

dapat dibedakan

underweight

(kurus, BBIU), stunting (pendek, TBIU), dan' wasting

(kecil, BBTTB).

lndeks yang digunakan ui'ltuk Grang dewasa adalah indeks massa tubtih

(kg/m2) yang diklasifikasikan status gizi normal jika IMT berkisar 18,5 hingga 24,99,

(160)

IMT lebih dari 25,O (Depkes-RI, 1996). lndeks massa tubuh merupakan indikator

yang baik untuk mengetahui simpanan kelebihan energi dalam bentuk lemak, juga

sebagai indikator kekurangan energi dan protein. Pada populasi, nilai IMT lebih dari

30 berkaitan dengan meningkatnya tekanan darah, risiko penyakit jantung koroner

dan diabetes mellitus non-insulin dependen (WHO, 1995).

Pertumbuhan anak yang stunting merupakan kejadian yang paling umum di

seluruh dunia. Kurang energi dan protein merupakan evaluasi awal sebagai

penyebab utama stunting (Rosado, 1999). Stunting selama masa kanak-kanak

berkaitan dengan outcome fungsional seperti perkembangan kognitif yang terganggu

(Pollitt et a/., 1995) dan perkembangan mental dan motorik yang terlambat

(Grantham-McGregor, 1995).

Status gizi kurang akan mempengaruhi hasil kehamilan, seperti berat bayi

lahir rendah dan tingkat kematian bayi yang tinggi, apabila dialami seorang calon ibu

(Ramskrishnan et a!, 1999) dan meningkatnya risiko obstetrik pada wanita karena

ukuran tubuh yang pendek (WHO, 1995). Kurang gizi yang terjadi pada masa kanak-

kanak akan menyebabkan kelainan tulang pelvis, sehingga setelah menjadi ibu akan

mengakibatkan ketidakmampuan mempertahankan pertumbuhan plasenta dan jal~in

di masa kehamilan akhir. Hal ini memperbesar risiko terkena stroke pada usia

dewasa (Martyn, Barker & Osmond, 1996). Pada orang dewasa, gizi kurang akan

mengurangi kapasitas kerja akibat kurangnya massa tubuh (WHO, 1995).

Kurang gizi pada awal kehidupan dapat memiliki peran dalam kegemukan di

usia dewasa. Beberapa studi menunjukkan bahwa stunting secara positif

berhubungan dengan kegemukan di usia dewasa (Popkin et a/., 1996; Sawaya et a/.,

1997). Studi yang dilakukan Sawaya et a;. (1 997) menunjukkan adanya hubungan

(161)

berarti bahwa peningkatan efisiensi pemanfaatan lemak dapat menyebabkan

peningkatan berat badan tubuh sejalan dengan waktu.

Anak stunting memiliki laju oksidasi lemak fasting (puasa) yang lebih rendah

daripada anak non-stunting, yang merupakan faktor penduga kuat kelebihan berat

badan. Berkurangnya oksidasi lemak dapat menyebabkan kegemukan dengan

jangka waktu tertentu karena lemak yang tidak dioksidasi harus disimpan (Hoffman

et a/. , 2000).

Sebagai salah satu negara berkembang, lndonesia juga mengalami

berbagai perrnasalahan gizi kurang, terutama pada beberapa golongan rawan gizi

seperti anak-anak. Analisis status gizi penduduk di lndonesia sejak tahun 1989

sampai 1999 menunjukkan bahwa prevalensi gizi buruk anak balita memiliki

kecenderungan meningkat dari 6,0% pada tahun 1989 menjadi 9,45% tahun 1992

dan menurun menjadi 7,76% tahun 1999. Gizi kurang cenderung menurun dari

36,2% tahun 1989 menjadi 28,3% tahun 1998, tetapi prevalensi tersebut masih lebih

trnggi dibanding prevalensi negara-negara tetangga (Malaysia, Filipina dan Thailand)

yang besarnya sekitar 20% (Jahari et a/., 2000). Masalah gizi lebih juga mulai

muncu! di Indonesia, seperti yang ditunjukkan hasil pemantauan rnasalah gizi lebih

yang dilakukan oleh Direktorat Bina Gizi Masyarakat Departemen Kesehatan pada

tahun 199611997 di 12 kota, yaitu sebesar 22,O persen (Satoto, Karjati, Darmojo,

Tjokroprawiro & Kodhyat, 1998).

Gizi lebih merupakan manifestasi dari intik energi yang melebihi

pengeluaran yang berlangsung lama (Linder, 1992). Banyak studi yang menemukan

hubungan obesitas pada orang dewasa dengan peningkatan morbiditas dan

(162)

yang sering terjadi antara lain penyakit jantung koroner, hipertensi, diabetes mellitus,

penyakit kandung empedu, osteoarthritis dan kanker usus (Heald & Gong, 1999)

Masa kritis perkembangan obesitas ada tiga yaitu masa pra-kelahiran,

masa kanak-kanak ketika terjadi pembentukan jaringan adiposa, yaitu antara umur 4

sampai 6 tahun, dan masa remaja (Dietz, 1997). Koniribusi relatif masing-masing

masa kritis terhadap morbitas dan mortalitas orang dewasa yang mengalami

obesitas masih belum jelas.

Sampai saat ini masih sedikit diketahui tentang dampak gizi lebih selama

remaja sebagai penduga penyakit di masa dewasa. Salah satu studi menunjukkan

bahwa risiko kematian dari semua penyakit dan penyakit jantung koroner meningkat

pada laki-laki yang gemuk ketika remaja, sebaliknya pada perempuan yang gemuk

ketika remaja risiko kematian tersebut tidak meningkat (Heald & Gong, 1999). Studi

lain oleh Must et a/. (1992) menunjukkan bahwa adanya peningkatan risiko penyakit

jantung koroner dan aterosklerosis pada laki-laki dan perempuan yang gemuk ketika

remaja (Heald & Gong, 1999),

Status Anemia Gizi

Anemia gizi merupakan suatu keadaan dimana sel-sel darah merah tidak

mampu membawa oksigen yang diperlukan dalam pembentukan energi. Anemia

dapa: disebsbkan kurangnya kadar hemoglobin (Hb) darah yang mampu mengikat

oksigen ataupun berkurangnya jumlah sel darah merah karena pendarahan akibat

infeksi maupun pecahnya sel darah merah karena penyakit malaria (King & Burgess,

1995).

Status anemia gizi ditinjau dari kadar Hb darah untuk anak usia < 15 tahun

(163)

dan perempuan usia 2 15 tahun adalah kurang dari 12,O g/dL serta untuk

perempuan hamil adalah kurang dari 11,O g/dL (CDC, 1998). Jumlah sel darah

merah diperhitungkan dengan kisaran normal 4,6

-

6,2 x lo6 per mm3 untuk laki-laki

dan 4,2

-

5,4 x lo6 per mm3 untuk perempuan (Widmann, 1985).

Kurangnya kadar Hb darah berkaitan dengan defisiensi besi. Status bes~

merupakan fungsi dari intik, simpanan dan hilangnya zat besi. Absorpsi besi dari

makanan tergantung jumlah zat besi dalam tubuh, laju produksi sel darah merah,

jumlah dan jenis zat besi dalam pangan serta adanya penghambat dan pendorong

absorpsi dalam pangan (Fairbanks, 1999). Pengaturan keseimbangan besi terjadi

dalam saluran pencernaan melalui absorpsi. Kapasitas tubuh untuk mengabsorpsi

besi dari pangan tergantung jumlah besi dalam tubuh (CDC, 1998). Jika simpanan

besi berkurang maka absorpsi besi dari pangan akan meningkat. Orang sehat

mampu mengabsorpsi besi sekitar 5

-

10% dari pangan, sedangkan orang yang

mengalami defisiensi akan mengabsorpsi sekitar 10

-

20% (Fairbanks, 1999).

Defisiensi besi merupakan defisiensi paling umum terjadi di dunia dan

menjadi perhatian utama bagi 15 persen penduduk dunia (DeMaeyer & Adiels-

Tegman dalam Beard & Tobin, 2000). Defisiensi besi ditunjukkan mulai dari

berkurangnya simpanan besi yang tidak menyebabkan gangguan fisiologis, hingga

anemia defisiensi besi yang mempengaruhi fungsi beberapa sistem organ. Anemia

defisiensi besi merupakan bentuk defisiensi yang paling berat, yang dapat

menyebabkan berkurangnya produksi hemoglobin. Sel darah merah orang yang

mengalami anemia defisiensi besi adalah mikrositik dan hipokromik (CDC, 1998).

Prevalensi anemia gizi besi yang tertinggi adalah pada anak balita karena

kebutuhan untuk pertumbuhan dan perempuan dewasa akibat kehilangan ketika

(164)

besi dapat memperlambat perkembangan dan gangguan perilaku (seperti aktivitas

motorik, interaksi sosial dan perhatian) (Idjradinata & Pollit, 1993). Anak sekolah

yang mengalami anemia akan mempengaruhi aktivitas belajar dan selanjutnya akan

berdampak pada rendahnya prestasi belajar (Stoltzfus, Chwaya et al.. , 1997).

Beberapa studi menunjukkan bahwa anak yang mengalatni anemia ketika bayi akan

memiliki kemampuan kognitif dan prestasi sekolah yang rendah, serta masalah

perilaku ketika memasuki masa pertengahan kanak-kanak (Grantham-McGregor &

Ani, 2001). Anemia besi juga dapat mengakibatkan keracunan pada anak dengan

meningkatnya kemampuan saluran pencernaan untuk mengabsorpsi logam berat,

termasuk timah (Goyer, 1995)

Pada perempuan hamil, anemia berhubungan dengan berat dan ukuran

plasenta (Hindmarsh et al., 2000) dan dapat meningkatkan risiko dua kali

melahirkan prematur dan tiga kali melahirkan bayi yang lahir memiliki berat badan

yang rendah (Scholl et a/., 1994). Bukti dari beberapa studi randomized control trial

menunjukkan bahwa suplementasi besi dapat mengurangi insiden anemia defisiensi

besi selama hamil, tetapi uji terhadap suplementasi besi selama hamil terhadap

outcome kehamilan dzn bayi yang merugikan belum meyakinkan (CDC, 1998).

Pada orang dewasa, anemia dapat menyebabkan berkurangnya kapasitas

kerja yang dapat diperbaiki dengan suplementasi besi (Li et a/., 1994). Pada atlet

yang mengalami anemia, defisiensi besi tidak hanya menurunkan kamampuan

atletik tetapi juga mengganggu fungsi kekebalan tubuh dan selanjutnya akan

(165)

Status Kesehatan

Status kesehatan merupakan derajat kondisi fisik, mental dan psikososial

seseorang untuk dapat melangsungkan hidup dengan baik (WHO, 1995). Status

kesehatan yang selanjutnya akan dibahas adalah kesehatan fisik yang mencakup

penyakit infeksi dan non infeksi. Penyakit infeksi mencakup infeksi saluran

pernafasan akut (ISPA), diare, kecacingan dan malaria, sedangkan penyakit non

infeksi mencakup gangguan fungsi hati dan ginjal.

Penyakit infeksi pada anak merupakan masalah kesehatan masyarakat

yang penting di negara berkembang dan telah diketahui mempengaruhi

pertumbuhan linier anak, yaitu dengan mempengaruhi status gizi. Hal ini terjadi

karena infeksi dapat menyebabkan berkurangnya intik makan, absorpsi zat gizi yang

terganggu, rnengakibatkan hilangnya zat gizi secara langsung, meningkatkan

kebutuhan metabolik atau kehilangan katabolik zat gizi dan terganggunya transpor

zat gizi ke jaringan target (Stephensen, 1999).

Selama masa bayi dan balita, infeksi dan ketidakcukupan intik zat gizi,

khususnya energi, protein, vitamin A, seng dan besi, akan mengakibatkan

pertumbuhan yang terhambat. Sebagian besar hambatan, yang merupakan hasil

dari status gizi kurang terjadi pada periode yang relatif pendek, yaitu mulai lahir

hingga umur sekitar 2 tahun (ACCISCN, 2000). Selain itu, anak-anak yang kurang

gizi cenderung lebih mudah mengalami sakit yang berat, termasuk diare dan radang

paru-paru (WHO, 1995).

Jika dilihat dari porporsi pola penyakit penyebab kematian penduduk

Indonesia, maka hasil SKRT tahun 1995 menunjukkan bahwa penyakit sistem

sirkulasi merupakan proporsi terbesar (1 8,9%), selanjutnya sistem pernafasan

(166)

jauh berbeda dari hasil SKRT tahun 1992, yaitu proporsi terbesar adalah penyakit

sistem sirkulasi (16%), TBC (1 I%), infeksi saluran pernafasan (9,5%) dan diare (8%)

(Depkes-RI, 2000b).

lnfeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA)

Penyakit sistem pernafasan terdiri dari penyakit yang menyebabkan

gangguan akut fungsi normal dan yang menyebabkan perubahan kronis. Penyakit

infeksi sistem pernafasan akut berhubungan dengan gejala sistemik, seperti

anoreksia, kelelahan dan tidak enak badan. Gejala tersebut jika dikombinasi dengan

batuk dan/atau sesak nafas akan mengakibatkan terganggunya intik melalui mulut

(Johnson, Chin & Haponik, 1999).

Menurut Depkes, ISPA adalah infeksi saluran pernafasan yang berlangsung

sampai dengan 14 hari. Berat dan ringannya penyakit ISPA tergantung dari

lamanya sakit dan tanda-tanda yang menyertainya. Penderita ISPA ringan jika sakit

panas selama 2

-

3 hari, ISPA sedang jika gejalanya ditambah frekuensi pernafasan

iebih dari 50 kali per menit danlatau panas-dingin (suhu 2 3 9 ' ~ ) ~ sedangkan ISPA

berat jika ditambah gejala nafas cuping hidung, kejang, dehidrasi dan kesadaran

menurun (Handayani, 1997).

Kombinasi kurang konsumsi dan peningkatan proses metabolik dapat

menyebabkan keseimbangan nitrogen negatif, karena proses katabolisme protein

serta gangguan fungsi kekebalan tubuh kurang (Johnson, Chin & Haponik, 1999).

Hasil studi Bart et a/. (1982) menunjukkan bahwa seseorang yang menderita ISPA

juga akan mengalami keseimbangan energi negatif (Johnson, Chin & Haponik,

1999). Studi lain oleh Giner et a/. (1996) menunjukkan bahwa komplikasi ISPA akan

(167)

dan klinis menunjukkan bahwa dampak utama gizi kurang terhadap sistem

pernafasan adalah dalam ha1 struktur dan fungsi pernafasan serta daya tahan tubuh

(Johnson, Chin & Haponik, 1999).

lnfeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyakit infeksi yang

penularannya melalui udara, sehingga lingkungan rumah yang buruk dan tidak

memenuhi syarat kesehatan akan memudahkan terjadinya penularan penyakit

infeksi ini (Handayani, 1997).

Diare

-

Secara umum, etiologi sebagian besar diare akut adalah bakteri atau virus.

Di beberapa negara berkembang, bakteri enteropatogenik (Salmonella, Shigella dan

enteropatogenik Eschericia co11) menjadi penyebab diare (Heird & Cooper, 1999).

Anak kurang gizi dapat menderita diare akut, sehubungan dengan tipe

infeksi virus dan bakteri. Diare yang dialaminya sering persisten yang dimulai

seperti diare akut, tetapi berlanjut hingga lebih dari dua minggu. Diare kronis juga

umum terjadi, yang diawali dengan lambat tetapi berlanjut untuk jangka waktu yang

panjang dan terus terjadi. Diare persisten dan kronis sebagian merupakan hasil .dari

kurang gizi. Dinding usus menjadi tipis dan rusak dan membutuhkan waktu yang

lama untuk sembuh dari infeksi dan tidak mampu mencerna dan mengabsorpsi

makanan dengan baik. Zat gizi yang hilacg selslma dizre akan membuat kurang gizi

menjadi lebih buruk (King & Burgess, 1995). Anak kurang gizi yang mengalami

diare akan menderita dehidrasi yang akan meningkatkan risiko kematian. Anak

kwashiorkor yang mengalami dehidrasi akan kehilangan oedema-nya dan akan

(168)

Sayuran yang kaya serat dapat diberikan kepada anak karena dapat

memendekkan durasi diare. Risiko mengalami infeksi harus dikurangi karena

interaksi antara gizi dan infeksi. Prioritas yang harus dilakukan adalah imunisasi,

memperbaiki sanitasi untuk mengurangi kontaminasi fekal dan rehidrasi oral serta

memberi makan anak yang mengalami diare (Torun & Chew, 1999).

lnfeksi Kecacinsan

Lebih dari seperempat penduduk dunia saat ini terinfeksi kecacingan.

Prevalensi tertinggi ditemukan pada anak usia sekolah (Bundy & Cooper, 1989).

Anak sekolah yang terinfeksi Trichuris trichiura (cacing cambuk) dan Ascaris

lumbricoides (cacing gelang) cenderung memiliki fungsi kognitif dan prestasi sekolah

lebih rendah daripada anak yang tidak terinfeksi (Hutchinson et al., 1997). lnfeksi

cacing tambang (hook worm) merupakan penduga terkuat status besi, khususnya

dengan simpanan besi yang kurang. Serum retinol merupakan faktor paling

berhubungan dengan anemia ringan, sebaliknya P. vivax malaria dan infeksi cacing - tambang merupakan penduga lebih kuat untuk anemia berat dan sedang (Dreyfuss

et a/.

,

2000).

lnfeksi cacing merupakan suatu penyakit yang disebabkan oleh berbagai

cacing dalam rongga usus yang menyebabkan terjadinya infeksi dalam tubuh,

spesies yang palicg sering msnyebabkan infsksi cacing pada manusia sdalah

cacing cambuk, cacing gelang dan cacing tambang. Cacing-cacing tersebut

mempunyai tahapan dalam kehidupannya, yaitu tahap telur, tahap larva dan tahap

dewasa. Cacing dalam tahap telur dan larva ukurannya sangat kecil dan tidak dapat

dilihat dengan mata biasa, sedangkan pada tahap dewasa dapat dilihat dengan

(169)

lnfeksi cacing dapat menimbulkan gejala dan keluhan. Gejala-gejala dapat

timbul apabila jumlah cacing dalam usus banyak dan infeksi diderita dalam jangka

waktu yang lama dan penderita dalam kedaan kurang gizi. Gejala kecacingan

berbeda antar penderita. Gejala atau keluhan yang sering dirasakan oleh penderita

antara iain: (1) badan kurus walaupun makan tetap makan, (2) sakit perut atau diare

(mencret), (3) badan kurus tetapi perut buncit, (4) mengeluarkan cacing ketika buang

air besar atau muntah, (5) nafsu makan berkurang, (6) batuk atau sesak nafas; (7)

muka, telapak tangan dan selaput mata pucat, (8) lemah dan lesu jika beraktivitas

agak berat, (9) gatal-gatal setelah berjalan di tanah tanpa alas kaki (Depkes-RI,

1 992).

Prevalensi penderita infeksi cacing yang tinggi di negara Indonesia

disebabkan oleh beberapa faktor yang mendukung terjadinya penularan dan

peluasan infeksi, yaitu: (1) iklim negara tropis dengan tanah yang lembab sangat

baik untuk pertumbuhan cacing, (2) banyak penduduk yang belurn mengetahui cara

menjaga kebersihan pribadi, kebersihan makanan serta minuman, (3) banyak yang

belum memiliki jamban sendiri, sehingga membuang kotoran di halaman, kebun

maupun selokan yang terbuka, (4) beberapa daerah berpenduduk padat sehingga

memudahkan penularan penyakit (Depkes-RI, 1992).

Hasil studi Warren et a/. (1993) menunjukkan bahwa infeksi cacing akan

mernberikan pengaruh negatif terhadap partisipasi sekolah, pertumbuhan dan status

besi (Stoltzfus, Albonico et a/., 1997). lnfeksi cacing juga dapat menyebabkan

malabsorpsi zat gizi dengan merusak set-sel epitel mukosa usus halus sehingga

(170)

Malaria

Penyakit malaria disebabkan oleh protozoa dari genus Plasmodium, yaitu

Plasmodium falciparum, P. vivax. P. malarie dan P. ovale. P. falciparum merupakan penyebab infeksi paling berat. Daur hidup yang dimiliki plasmodium adalah manusia

(fase aseksual) dan nyamuk (fase seksual). Pada awal fase aseksual dalam

manusia, tidak akan terlihat manifestasi klinis yang dapat menentukan diagnosis

(Pribadi & Sungkar, 1994). Penularan penyakit malaria adalah melalui gigitan

nyamuk Anopheles, dan di Indonesia terdapat 77 spesies dan diketahui hanya 20

spesies sebagai vektor (Kirnowardoyo dalam Boewono et al., 1997).

Perubahan patologik yang terjadi adalah pertama penghancuran sel darah

merah dan penyumbatan pembuluh darah dan kedua kalainan yang disebabkan

anoksemia jaringan hati dan organ lain. Jumlah sel darah merah dapat menurun

sebanyak 10 hingga 20 persen pada malaria vivax sedangkan malaria falciparum

dapat lebih banyak (Pribadi & Sungkar, 1994). P. fakiparum merupakan spesies

plasmodium yang memiliki siklus terpendek di dalam sel hati dan menyerang semua

bentuk sel darah merah sehingga multikomplikasi di dalam darah cepat terjadi

(Tjitra, 1989).

Manisfestasi klinis penyakit malaria dapat dikelompokkan menjadi malaria

ringan tanpa konplikasi dar: malaria berat clengan komplikasi. Malaria ringan

umumnya disertai demam, menggigil dan mual serta tanpa kelainan fungsi organ,

sedangkan malaria berat disertai kelainan klinis antara lain anemia berat (Tjitra,

1994). lnfeksi malaria yang menahun akan menimbulkan kelainan fungsi hati yang

(171)

Gangguan Fungsi Hati

Hati memiliki peran penting dalam metabolisme perantara. Hati mengatur

metabolisme karbohidrat dengan mensintesis, menyimpan dan memecah glikogen;

sebagai tempat sintesis trigliserida dan pemecahan asam lemak yang menyediakan

0

sumber energi alternatif ketika tidak ada glukosa ketika puasa atau kelaparan; dan

sebagai peran pusat dalam sintesis dan pemecahan protein (Lieber, 1999). Hampir

semua zat gizi disaring oleh hati dan bersama dengan sirkulasi mempunyai fungsi

penyangga. Hati dan ginjal bertanggung jawab untuk menjamin plasma perifer

(perrnukaan) dan cairan ekstraseluler agar komposisinya tidak mengalami fluktuasi

(Linder, 1992). Hati merupakan tempat simpanan cadangan berbagai vitamin larut

lemak dan mineral (Bardanier, 1998).

Enzim-enzim yang mengkatalis asam amino dan asam alfa-keto disebut

aminotransferase. Dua aminotransferase yang paling sering diukur adalah aianine

aminotransferase (ALT), yang dahulu disebut giutamic-piruvic transaminase (GPT),

dan aspartate aminotansferase (AST), yang dahulu disebut glutamic-oxaioacetic

transaminase (GOT) (Widmann, 1985).

Hati, yang merupakan organ ssngat penting dalam sintesis protein dan

menyalurkan asam amino ke jalur biokimia lain, merupakan sumber

aminotransferase. Hepatosit, yaitu tipe sel utama hati. merupakan satu-satunya sel

dengan konsentrasi ALT tinggi, walaupun ginjal, jantung dan otot rangka

mengandung ALT dalam jumlah sedang. Konsentrasi AST yang tinggi tidak hanya

di hati, tetapi juga dalam sel-sel mitokondria; konsentrasi lebih rendah di otot rangka,

ginjal, otak dan pankreas. Hepatosit mengadung tiga hingga enipat kali AST lebih

(172)

kadar ALT serum merupakan indeks lebih sensitif terhadap kerusakan hati, karena

sedikitnya kondisi non-hati yang mempengaruhi kadar ALT (Widmann, 1985).

lndikator kelainan fungsi hati adalah peningkatan kadar serum transaminase

(AST dan ALT), alkaline phosphatase, y-glutamyltransferase (GGT) dan bilirubin

dalam darah. Peningkatan AST, ALT dan bilirubin terjadi pada orang yang

memperoleh hanya gula sebagai kalori non-protein (Buchmiller et a/. 1993 dalam

Shils & Brown, 1999). Kadar normal serum AST adalah 5

-

40 IUIL, sedangkan

ALT adalah 10

-

35 IUIL (Widmann, 1985).

Menurut McCullogh et a/. , (1 989), komplikasi gizi sering terjadi ketika fungsi

hati terganggu khususnya sirosis, yang mungkin sekali menyebabkan pasien

memiliki ukuran antropometri yang tidak normal (seperti, wasting) dan menjadi

matirasa pada uji kulit (Lieber, 1999). Hasil studi Mezey (1988) menunjukkan bahwa

kadar sirkulasi vitamin larut air dan lemak rendah pada pasien dengan sirosis

alkohol, sedangkan kadar serum vitamin larut lemak yang rendah (dibanding vitamin

larut air) merupakan ksrakteristik sirosis non-alkohol (Lieber, 1999). Defisiensi zat

gizi tersebut muncul akibat salah satu atau lebih faktor berikut: intik pangan yang

tidak cukup, maldigestion, malabsorpsi dan metabolisme yang kurang baik.

Gangauan Funnsi Ginial

Ginjal memiiiki tiga fungsi utama, yaitu ekskresi, endokrin dan metabolik.

Ekskresi dan regulasi air, mineral dan komponen organik tubuh merupakan fungsi

ginjal yang paling penting (Kopple, 1999).

Ketika terjadi luka, nekrosis dan goresan pada parenkim ginjal dapat

menyebabkan hilangnya fungsi ginjal, sehingga ginjal gagal menyaring bahan-

(173)

Kopple, 1999); yang sebagian besar adalah produk metabolisme asam amino dan

protein. Secara kuantitatif, yang paling banyak adalah urea, kreatinin, komponen

guanidin lain dan asam urat. Sebagian komponen ini beracun pada konsentrasi

tinggi. Konsentrasi protein yang rendah akan mengurangi akumulasi bahan-bahan

tersebut (Kopple, 1999).

Setiap hari ginjal mengeluarkan 500 hingga 2000 mL urin melalui proses

penyaringan, reabsorpsi dan sekresi. Hasil akhir metabolisme protein, yaitu urea,

kreatinin dan asam urat harus dikeluarkan oleh tubuh melalui ginjal. Konsentrasi

senyawa tersebut akan meningkat jika terjadi gagal ginjal (Guyton, 1994).

Orang yang mengalami gagal ginjal sering mengalami wasting (gizi kurang

menurut indeks BBTTB), yang mencakup penurunan berat badan relatif, lemak

tubuh, massa otot lengan, total nitrogen dan kalium tubuh; laju pertumbuhan yang

rendah pada anak; penurunan konsentrasi berbagai serum protein, termasuk

albumin, transferin dan komplemen protein tertentu; dan protein otot larut-basa

(Kopple, 1999).

Kreatinin darah akan meningkat ketika fungsi ginjal menurun. Jika terjadi

penurunan fungsi ginjal yang lambat secara simultan bersamaan dengan penurunan

dalam massa otot, konsentrasi kreatinin serum dapat tetap stabil, walaupun tingkat

ekskresi 24- jam akan lebih rendah dibanding normal. Hal ini dapat terjadi pada

orang tua. Nilai rujukan kadar normal untuk laki-laki dewasa berkisar antara 0,6

hingga 1,3 mgIdL dan untuk perempuan dewasa berkisar antara 0,5 hingga 1 mgIdL

(174)

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi

Status Gizi Antropometri

Di Indonesia, penyakit infeksi merupakan salah satu faktor yang paling

banyak mempengaruhi status gizi anak selain konsumsi makan yang kurang

memenuhi syarat gizi. Salah satu infeksi yang sering menyerang anak usia sekolah

dasar adalah infeksi cacing usus (Ismid, 1996). Anak kurang gizi sering berasal dari

keluarga miskin, dengan rumah yang sesak dan kurang higienis, sehingga mereka

terpapar lebih banyak infeksi (King & Burgess, 1995).

Penyebab dasar kurangnya intik pangan yang mengakibatkan KEP adalah

faktor sosial, ekonomi, biologi dan lingkungan. Faktor ekonomi, yaitu kemiskinan,

akan menyebabkan ketersediaan pangan rendah, kondisi lingkungan terlalu ramai

dan sanitasi kurang, pengasuhan anak yang tidak tepat, sedangkan masalah sosial

antara lain penyiksaan anak, pengabaian anak dan lansia, konsumsi alkohol dan

ketergantungan obat-obatan. Faktor biologi mencakup kurang gizi ibu ketika hamil

dan penyakit infeksi (diare, campak, AIDS, TBC) yang sering menyebabkan

keseimbangan protein dan energi negatif. Parasit memiliki sedikit pengaruh atau

tidak sama sekali kecuali infeksi meluas dan menyebabkan anemia atau diare.

Faktor lingkungan meliputi kondisi lingkungan yang terlalu ramai danlatau sanitasi

klirang yang akan menyebabkan infeksi berulang; pola pertanian, kekeringan, banjir,

perang dan migrasi terpaksa yang akan mengakibatkan kelangkaan pangan

sehingga KEP dapat dialami oleh seluruh populasi (Torun & Chew, 1999).

Hasil studi Alderman dan Garcia (1994) menunjukkan bahwa pendidikarl

orangtua memiliki pengaruh positif terhadap status gizi, baik status gizi jangka

(175)

Kopple, 1999); yang sebagian besar adalah produk metabolisme asam amino dan

protein. Secara kuantitatif, yang paling banyak adalah urea, kreatinin, komponen

guanidin lain dan asam urat. Sebagian komponen ini beracun pada konsentrasi

tinggi. Konsentrasi protein yang rendah akan mengurangi akumulasi bahan-bahan

tersebut (Kopple, 1999).

Setiap hari ginjal mengeluarkan 500 hingga 2000 mL urin melalui proses

penyaringan, reabsorpsi dan sekresi. Hasil akhir metabolisme protein, yaitu urea,

kreatinin dan asam urat harus dikeluarkan oleh tubuh melalui ginjal. Konsentrasi

senyawa tersebut akan meningkat jika terjadi gagal ginjal (Guyton, 1994).

Orang yang mengalami gagal ginjal sering mengalami wasting (gizi kurang

menurut indeks BBTTB), yang mencakup penurunan berat badan relatif, lemak

tubuh, massa otot lengan, total nitrogen dan kalium tubuh; laju pertumbuhan yang

rendah pada anak; penurunan konsentrasi berbagai serum protein, termasuk

albumin, transferin dan komplemen protein tertentu; dan protein otot larut-basa

(Kopple, 1 999).

Kreatinin darah akan meningkat ketika fungsi ginjal menurun. Jika terjadi

penurunan fungsi ginjal yang lambat secara simultan bersamaan dengan penurunan

dalam massa otot, konsentrasi kreatinin serum dapat tetap stabil, walaupun tingkat

ekskresi 24- jam akan lebih rendah dibanding normal. Hal ini dapat terjadi pada

orang tua. Nilai rujukan kadar normal untuk laki-laki dewasa berkisar antara 0,6

hingga 1,3 mgIdL dan wntuk perempuan dewasa berkisar antara 0,5 hingga 1 mg/dL

(176)

pengaruh terhadap pengasuhan anak dan pendapatan keluarga. Hasil studi Begin,

Frongillo dan Delisle (1999) menunjukkan bahwa salah satu faktor yang

berhubungan dengan status gizi anak adalah pendapatan keluarga. lnsiden gizi

kurang (wasting) dapat berkurang 30 hingga 70 persen dengan meningkatnya

pendapatan per kapita (Alderman & Garcia, 1994).

Kekurangan gizi dan kelebihan gizi merupakan gizi salah juga dialami oleh

orang dewasa. Penyebab utama penurunan berat badan pada orang dewasa

adalah berkurangnya konsumsi pangan, sering dikombinasi dengan penyakit, tetapi

ketika intik energi melebihi penggunaan energi, kelebihan tersebut disimpan dalam

lemak tubuh (ACCISCN, 2000).

Defisiensi vitamin A yang agak berat, yang ditandai dengan xeropthalmia,

menyebabkan gangguan pada pertumbuhan linear normal, tetapi pada tahap

defisiensi yang sedang tidak mempunyai pengaruh (West, 1997). Studi yang

mengenai pertumbuhan linear anak usia 6 bulan hingga 4 tahun di Indonesia

menunjukkan bahwa anak yang memiliki konsentrasi serum retinol yang rendah

mencapai peningkatan tinggi badan yang lebih besar secara signifikan setelah

suplementasi vitamin A dibanding kelompok kontrol (Hadi et a/., 2000). Demikian

pula halnya dengan defisiensi seng yang akan menunjukkan gejala kegagalan

pertumbuhan (Linder, 1992).

Status Anemia Gizi

Anemia gizi dapat disebabkan karena defisiensi zat gizi, infeksi dan

pendarahan (CDC, 1996). Konsumsi pangan sumber z2t besi yang kurang, baik

dalam kuantitas maupun kualitas pangan sumber besi. Bioavalaibilitas besi dalam

(177)

pada daging, unggas dan ikan, lebih mudah diserap dua hingga tiga kali dibanding

besi non-heme pada pangan nabati (Finch & Cook, 1984). Bioavailabilitas besi non-

heme sangat dipengaruhi jenis pangan lain yang dikonsumsi, yaitu pangan sumber

besi heme dan vitamin C akan meningkatkan absorpsi, sedangkan polifenol

(sayuran tertentu), tanin (dalam teh), fitat (dalam biji-bijian) dan kalsium (dalam

produk susu) (Siegenberg et a/., 1994).

Hasil studi Bhargava, Bouis & Scrimshaw (2001) menunjukkan bahwa

peningkatan pendapatan rumahtangga berhubungan dengan intik sumber besi dari

daging, ikan dan unggas. Penelitian yang dilakukan pada masyarakat pengungsi

Palestina oleh Hassan et a/. (1997) menunjukkan bahwa anemia pada anak balita

berhubungan dengan faktor sosial ekonomi dan diare.

Hasil studi Dreyfuss et a/., (2000) menunjukkan bahwa infeksi cacing

tambang merupakan penduga kuat status besi, yaitu berkurangnya simpanan besi

dalam tubuh. Defisiensi vitamin A berhubungan kuat dengan anemia ringan,

sedangkan malaria P. vivax dan infeksi cacing tambang merupakan penduga kuat

anemia berat.

Suatu studi yang dilakukan pada anak sekolah di Negara Zanzibar oleh

Stoltzfus, Chwaya et a/. (1997) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat

antara infeksi cacing usus dan status besi yang memburuk, yaitu 25% mengalami

anemia, dimana 73% anemia berat diakibatkan oleh infeksi cacing tambang; dan

4 0 % anemia disebabkan oleh cacing gelang, infeksi malaria dan gizi kurang

(stunting). Jika anak sekolah mengalami anemia, maka akan mempengaruhi aktivitas belajar mereka yang menurun dan selanjutnya akan berdampak pada

(178)

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Kesehatan

Penvakit ISPA, Diare, Kecacingan dan Malaria

Sanitasi di daerah miskin kurang baik yang menyebabkan meningkatnya

kejadian penularan infeksi melalui jalur fekal (seperti diare dan infeksi kecacingan).

Penyakit infeksi pada masa anak merupakan masalah kesehatan yang penting di

negara sedang berkembang dan telah diketahui mempunyai pengaruh terhadap

pertumbuhan anak. Hal ini ditunjukkan dengan tingginya insiden infeksi di daerah

miskin negara sedang berkembang yang cukup tinggi (Stephensen, 1999). Kurang

gizi merupakan determinan utama kematian pada anak balita karena infeksi

pernafasan dan diare (Yoon et a/., 1997). Kurang gizi pada anak akan meningkatkan

risiko mengalami berbagai penyakit infeksi, seperti diare dan infeksi pernafasan

(WHO, 1995).

Vitamin A memiliki peranan penting dalam fungsi normal sistem kekebalan

tubuh. Defisiensi vitamin A pada hewan percobaan berkaitan dengan pengurangan

proliferasi limfosi

Gambar

Gambar 1. Kerangka pemikiran determinan status gizi dan kesehatan
Tabel 1. Data dan pengumpulannya
Tabel 2. Skor higiene pribadi
Tabel 3. Skor sanitasi lingkungan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan diperoleh bahwa strukturmikro hasil proses solution treatment dan aging adala fasa α yang merupakan paduan larut

Dilihat dari gramatikal, maka frasa “berbaliklah kepada-Ku dengan berpuasa” dalam Yoel 2:12 disebutkan dalam bahasa Ibrani shbu odai bekol tzum dapat dijelaskan,

Matrik ini memungkinkan perusahaan untuk produk maupun multi divisi untuk mengelola portofolio bisnis dengan mempertimbangkan posisi pangsa pasar relative dan

Dari tabel 11 di atas, rata-rata contract amortization rate Tottenham Hotspurs adalah yang paling besar, diikuti Everton dan yang terkecil adalah Arsenal, ini berarti rata-rata dari

(4) Untuk siswa yang diberikan asesmen projek, kemampuan kosakata siswa yang belajar dengan metode pembelajaran visual wordwall lebih tinggi daripada siswa yang

Rancangan antar muka pada tampilan gambar 4.16 adalah untuk melihat tampilan-tampilan yang sudah di inputkan ke dalam form-form yang telah di isi, serta terdapat tombol

A. JENIS, TUJUAN, FUNGSI, DAN MANFAAT PAMERAN Menurut Myers, B. (1985) dalam bukunya “How To Look At Art”, tertulis bahwa Pameran merupakan satu aktiviti yang melibatkan satu ruang, biasanya galeri atau dewan dan mempamerkan hasil karya seni seperti lukisan, catan, cetakan, arca, ukiran, gambar foto dan karya yang

%iameter eritrosit eritrosit normal normal pada pada sediaan sediaan apus apus darah darah lebih lebih kurang kurang sama dengan diameter inti limfosit kecil.. sama