• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perlindungan Hukum Terhadap Pemilik Hak Atas Tanah Yang Telah Diterbitkan Sertipikatnya Atas Nama Pihak Lain (Study Pada Sertipikat Hak Milik Nomor 1022, Di Kecamatan Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perlindungan Hukum Terhadap Pemilik Hak Atas Tanah Yang Telah Diterbitkan Sertipikatnya Atas Nama Pihak Lain (Study Pada Sertipikat Hak Milik Nomor 1022, Di Kecamatan Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara)"

Copied!
135
0
0

Teks penuh

(1)

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK

HAK ATAS TANAH, YANG TELAH DITERBITKAN

SERTIPIKATNYA ATAS NAMA PIHAK LAIN

(STUDI PADA SERTIPIKAT HAK MILIK

NOMOR 1.022 DI KECAMATAN TARUTUNG

KABUPATEN TAPANULI UTARA)

TESIS

Oleh

KIKI RATNA PATRICIA SIREGAR

127011151/MKn

(2)

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK

HAK ATAS TANAH, YANG TELAH DITERBITKAN

SERTIPIKATNYA ATAS NAMA PIHAK LAIN

(STUDI PADA SERTIPIKAT HAK MILIK

NOMOR 1.022 DI KECAMATAN TARUTUNG

KABUPATEN TAPANULI UTARA)

TESIS

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh

KIKI RATNA PATRICIA SIREGAR

127011151/MKn

FAKULTAS HUKUM

(3)
(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 22 Nopember 2014

____________________________________________________________________

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN. Anggota : 1. Prof. Dr. Syafruddin Kalo, SH, M.Hum.

(5)
(6)

ABSTRAK

Kedudukan dari Surat Keterangan Tanah ini dimuka hukum hanya sebagai surat keterangan hak untuk memohonkan hak atas tanah. Dan jika ada seseorang yang mempunyai tanah garapan berdasarkan Surat Keterangan Tanah dapat saja mengajukan hak kepada Kantor Badan Pertanahan karena Surat Keterangan Tanah dapat dipergunakan sebagai alas hak. Hal ini disebabkan lampiran dari Surat Keterangan Tanah tersebut membuktikan tanah tersebut telah digarap oleh pemilik dan dibenarkan oleh para penggarap lainnya, terlebih lagi dikuatkan dengan pernyataan pemilik yang kemudian diketahui oleh RT, RW, kepala desa, kelurahan dan diketahui oleh Kepala Kecamatan setempat.

Permasalahan dalam penelitian mengapa sertipikat Hak Milik Nomor 1.022 dapat diterbitkan diatas tanah milik orang lain, bagaimana perlindungan hukum terhadap pemilik tanah yang diatas tanah tersebut telah terbit sertipikat atas nama orang lain, upaya yang ditempuh oleh pihak pemilik tanah untuk mengatasi penyelesaian sengketa tanah diatas milik orang lain di Aek Ristop, Kelurahan Hutatoruan VII, Kecamatan Tarutung Tapanuli Utara.

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis empiris, spesifikasi penelitiannya deskriptif analisis. Teknik pengumpulan data diperoleh dari penelitian lapangan, hasil penelitian menunjukan bahwa mengapa sertipikat Hak Milik Nomor 1.022 dapat diterbitkan diatas tanah milik orang lain, oleh aparat pemerintah mulai dari Kelurahan, Kecamatan dan Badan Pertanahan telah terjadi pelanggaran terhadap perundangan, asas-asas pemerintah yang baik, dan prinsip kehatian-hatian dan ketidaktelitian tidak diterapkan. Berdasarkan data yuridis perlindungan hukum hanya diberikan kepada pemilik tanah bukan kepada pemilik sertipikat Hak Milik Nomor 1.022-

Kesimpulannya dari penelitian penerbitan Sertipikat Hak Milik Nomor 1.022 terjadi atas beberapa yaitu faktor pejabat yang berwenang atas pembuatan sertipikat, faktor itikad tidak baik dari pemohon dengan tidak memberikan data yuridis, dan faktor ketidakjelasan sejarah asal usul tanah dikarenanya belum lengkap / terbentuk peta pendaftaran dikantor Badan Pertanahan, sehingga terjadi sertipikat cacat hukum administrasi dan pemegang sertipikat tidak mendapat perlindungan hukum. Perlindungan hukum hanya diberikan kepada pemilik tanah yang benar berdasarkan bukti-bukti kepemilikan hak atas tanah yang sah menurut hukum, dan penyelesaian sengketa tersebut dilakukan melalui proses litigasi. Disarankan perlunya pengawasan dan penyuluhan hukum di Kabupaten Tarutung dan perlunya reformasi birokrasi Badan Pertahanan Nasional secara nyata, serta diharapkan negarapun ikut bertanggungjawab penuh terhadap sipemilik tanah atas dikeluarkannya sertipikat Hak Milik Nomor 1.022.

(7)
(8)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur Penulis panjatkan Kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena berkat

rahmat-Nya tesis yang berjudul “ PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP

PEMILIK HAK ATAS TANAH YANG TELAH DITERBITKAN

SERTIPIKATNYA ATAS NAMA PIHAK LAIN (STUDY PADA SERTIPIKAT

HAK MILIK NOMOR 1022, DI KECAMATAN TARUTUNG, KABUPATEN

TAPANULI UTARA)”.

Penulisan tesis ini merupakan syarat yang harus dipenuhi dalam

menyelesaikan studi di Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara. Terima kasih yang mendalam dan tulus saya ucapkan

kepada Bapak Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN , Prof. Dr. Syafruddin

Kalo, SH, M.Hum, Dr.Idha Aprilyana Sembiring, SH, M.Hum masing-masing selaku

anggota komisi Pembimbing yang telah memberikan pengarahan, nasehat, serta

bimbingan kepada penulis dalam penulisan tesis ini.

Tidak lupa penulis sampaikan terima kasih yang mendalam kepada Bapak

Syafnil Gani, SH, Mkn, dan Ibu Dr.T.Keizerina Devi A., SH, CN, M.Hum,

masing-masing selaku Dosen Penguji dan telah memberikan pengarahan, nasehat, serta

masukan kepada penulis dalam penulisan tesis ini.

(9)

kami untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan dan Program Studi

Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH,M.Hum, Dekan Fakultas Hukum Universitas

Sumatera Utara.

3. Prof. Dr.Muhammad Yamin, SH, MS, CN Ketua Program Studi Magister

Kenotariatan dan Ibu Dr.T.Keizerina Devi A., SH, CN, M.Hum selaku sekretaris

Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera

Utara .

4. Bapak-bapak dan Ibu-ibu Guru Besar dan Staf Pengajar dan juga karyawan pada

Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera

Utara yang telah banyak membantu dalam penulisan ini dari awal hingga

selesai.

Secara khusus penulis menghaturkan sembah dan sujud dan ucapan terima kasih

yang tak terhingga kepada suami, Joslin Purba, dan Anak tercinta Ondi Raja Pande

Purba yang telah bersusah payah dengan penuh pengorbanan mengizinkan dan

mendukung serta memberikan kasih sayang dan memberikan doa restu hingga penulis

dapat melanjutkan dan menyelesaikan pendidikan di Program Studi Magister

Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terima kasih beriring doa penulis persembahkan kepada Ayah tercinta

yang selalu memberikan dukungan moril sehingga penulis dengan lapang dapat

(10)

Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada adik-adik, kakak yang

selalu mengingatkan dan memberi semangat dan selalu memberikan pemikiran, kritik

dan saran dan membantu penulis dalam proses penulisan tesis ini, baik moril maupun

materil dari awal penulisan hingga selesainya tesis ini.

Penulis berharap semoga semua bantuan dan kebaikan yang telah diberikan

kepada penulis akan mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa

agar selalu dilimpahkan kebaikan, kesehatan, kesejahteraan dan rejeki yang

melimpah.

Akhirnya penulis berharap semoga tesis ini dapat memberikan manfaat

kepada semua pihak terutama kepada penulis dan kalangan yang mengembangkan

ilmu hukum khususnya dalam bidang kenotariatan.

Medan , Nopember 2014

Penulis,

Kiki Ratna Patricia Siregar

(11)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. Data Pribadi

Nama : Kiki Ratna Patricia Siregar.

Tempat /Tanggal Lahir : Rantau Prapat, 01 Mei 1970.

Status : Menikah.

Alamat : Jl.Nuri 1 No.41, Kelurahan Kenangan Baru, Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang, Medan.

II. Keluarga

Suami : Joslin Purba.

Anak : Ondi Purba.

Orang Tua

Nama Ayah : Leonard Pieter Siregar, SH

Nama Ibu : Marisi Hutabarat (Alm)

III. Pekerjaan : PT.Bank Artha Graha Internasional,Tbk.

Cabang Medan.

IV. Pendidikan

1. SD : Santo Yoseph – Nusa Tenggara Timur.

2. SMP : Negeri 2 Nusa Tenggara Timur.

3. SMA : Negeri 2 Ujung Pandang – Makasar.

(12)

 DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vi

DAFTAR ISI ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 13

C. Tujuan Penelitian ... 13

D. Manfaat Penelitian ... 14

E. Keaslian Penelitian ... 14

F. Kerangka Teori dan konsepsi ... 16

1. Kerangka Teori ... 16

2. Konsepsional ... 22

G. Metode Penelitian ... 24

1. Sifat dan Jenis Penelitian ... 24

2.Sumber Data Penelitian ... 25

(13)

BAB II FAKTOR PENYEBAB TERBITNYA SERTIPIKAT

HAK MILIK NOMOR 1.022 DI ATAS TANAH MILIK

ORANG LAIN ... 29

A. Peralihan Hak Milik Atas Tanah Dengan Dasar Jual Beli ... 29

B. Alas Hak Atas Tanah Yang Belum Bersertipikat ... 37

C. Prosedur Jual Beli Hak Atas Tanah ... 40

D. Faktor Kesalahan Terbitnya Sertipikat Hak Milik Nomor 1.022 Diatas Tanah Pihak Lain Di Kecamatan Tarutung Kabupaten Tapanuli Utara ... 42

E. Kepastian Hukum Pendaftaran Tanah ... 46

  BAB III PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK TANAH ... 53

A. Kepemilikan Hak Atas Tanah ... 53

B. Kekuatan Alat Bukti Alas Hak Atas Tanah Sebagai Alat Pembuktian ... 59

(14)

   

E. Tanggungjawab Badan Pertanahan Terhadap Pemilik Hak

Atas Tanah Atas Terbitnya Sertipikat Hak Milik

Nomor 1.022 ... 84

   BAB IV UPAYA HUKUM PEMILIK TANAH TERHADAP PENYELESAIAN SENGKETA TANAH DIATAS MILIK ORANG LAIN ... ... 92

A. Penyelesaian Sengketa Melalui Badan Pertanahan Nasional ... 92

B. Penyelesaian Sengketa Melalui Proses Litigasi ... 99

C. Pembatalan Sertipikat Hak Milik Terhadap Hak Atas Tanah.... 105

BAB.V. KESIMPULAN DAN SARAN... 114

A. Kesimpulan ... 114

B. Saran ... 115

(15)

ABSTRAK

Kedudukan dari Surat Keterangan Tanah ini dimuka hukum hanya sebagai surat keterangan hak untuk memohonkan hak atas tanah. Dan jika ada seseorang yang mempunyai tanah garapan berdasarkan Surat Keterangan Tanah dapat saja mengajukan hak kepada Kantor Badan Pertanahan karena Surat Keterangan Tanah dapat dipergunakan sebagai alas hak. Hal ini disebabkan lampiran dari Surat Keterangan Tanah tersebut membuktikan tanah tersebut telah digarap oleh pemilik dan dibenarkan oleh para penggarap lainnya, terlebih lagi dikuatkan dengan pernyataan pemilik yang kemudian diketahui oleh RT, RW, kepala desa, kelurahan dan diketahui oleh Kepala Kecamatan setempat.

Permasalahan dalam penelitian mengapa sertipikat Hak Milik Nomor 1.022 dapat diterbitkan diatas tanah milik orang lain, bagaimana perlindungan hukum terhadap pemilik tanah yang diatas tanah tersebut telah terbit sertipikat atas nama orang lain, upaya yang ditempuh oleh pihak pemilik tanah untuk mengatasi penyelesaian sengketa tanah diatas milik orang lain di Aek Ristop, Kelurahan Hutatoruan VII, Kecamatan Tarutung Tapanuli Utara.

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis empiris, spesifikasi penelitiannya deskriptif analisis. Teknik pengumpulan data diperoleh dari penelitian lapangan, hasil penelitian menunjukan bahwa mengapa sertipikat Hak Milik Nomor 1.022 dapat diterbitkan diatas tanah milik orang lain, oleh aparat pemerintah mulai dari Kelurahan, Kecamatan dan Badan Pertanahan telah terjadi pelanggaran terhadap perundangan, asas-asas pemerintah yang baik, dan prinsip kehatian-hatian dan ketidaktelitian tidak diterapkan. Berdasarkan data yuridis perlindungan hukum hanya diberikan kepada pemilik tanah bukan kepada pemilik sertipikat Hak Milik Nomor 1.022-

Kesimpulannya dari penelitian penerbitan Sertipikat Hak Milik Nomor 1.022 terjadi atas beberapa yaitu faktor pejabat yang berwenang atas pembuatan sertipikat, faktor itikad tidak baik dari pemohon dengan tidak memberikan data yuridis, dan faktor ketidakjelasan sejarah asal usul tanah dikarenanya belum lengkap / terbentuk peta pendaftaran dikantor Badan Pertanahan, sehingga terjadi sertipikat cacat hukum administrasi dan pemegang sertipikat tidak mendapat perlindungan hukum. Perlindungan hukum hanya diberikan kepada pemilik tanah yang benar berdasarkan bukti-bukti kepemilikan hak atas tanah yang sah menurut hukum, dan penyelesaian sengketa tersebut dilakukan melalui proses litigasi. Disarankan perlunya pengawasan dan penyuluhan hukum di Kabupaten Tarutung dan perlunya reformasi birokrasi Badan Pertahanan Nasional secara nyata, serta diharapkan negarapun ikut bertanggungjawab penuh terhadap sipemilik tanah atas dikeluarkannya sertipikat Hak Milik Nomor 1.022.

(16)
(17)

BAB I

PENDAHULUAN

 

 

A. Latar Belakang Masalah

         Tanah dapat dinilai sebagai harta yang bersifat permanen, karena memberikan

suatu kemantapan atau sebagai cadangan modal bagi kehidupan manusia pada waktu

yang akan datang.

Secara formal, kewenangan hak menguasai dari negara untuk mengatur

bidang pertanahan sebagaimana bunyi Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 yang merupakan

hukum dasar pendayagunaan tanah di sebutkan : ” Bumi dan Air serta kekayaan alam

yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk

sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.” Hak menguasai negara atas tanah mencerminkan

negara memiliki kewenangan untuk mengatur dan menyelenggarakan peruntukan,

serta pemanfaatan atas tanah. Penguasaan dalam arti yuridis adalah penguasaan yang

dilandasi hak, yang dilindungi oleh hukum dan pada umumnya memberikan

kewenangan kepada pemegang hak untuk menguasai secara fisik tanahnya.

Kedudukan dari Surat Keterangan Tanah ini dimuka hukum hanya sebagai

surat keterangan hak untuk memohonkan hak atas tanah. Dan jika ada seseorang

yang mempunyai tanah garapan berdasarkan Surat Keterangan Tanah dapat saja

(18)

dapat dipergunakan sebagai alas hak. Hal ini disebabkan lampiran dari Surat

Keterangan Tanah tersebut membuktikan tanah tersebut telah digarap oleh pemilik

dan dibenarkan oleh para penggarap lainnya, terlebih lagi dikuatkan dengan

pernyataan pemilik yang kemudian diketahui oleh RT, RW, kepala desa, kelurahan

dan diketahui oleh kepala kecamatan setempat.

Surat Keterangan Tanah ini adalah merupakan bentuk administratif terhadap

penguasaan fisik tanah sama halnya dengan surat dasar. oleh karena itu sebagai

bentuk administrasi maka ini ada kaitan dengan suatu alat pembuktian yang mana

untuk membuktikan adanya penguasaan atas suatu tanah.

Keberadaan Surat Keterangan Tanah sebagai surat di bawah tangan sebagai

dasar dalam penerbitan sertifikat diakui dalam Peraturan Pemerintah Nomor. 24

Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, walaupun surat di bawah tangan tidak

memiliki kekuatan hukum akan tetapi untuk dapat dijadikan sebagai alas hak dalam

penerbitan Sertipikat.

Hal ini ditegaskan kembali dalam Pasal 2 ayat (2) dan Pasal 19 ayat (1) UU

Pokok Agraria menentukan bahwa untuk menjamin kepastian hukum oleh

pemerintah diadakan pendaftaran tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia

menurut ketentuan-ketentuan yang diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Peraturan Pemerintah yang dimaksud yaitu Peraturan Pemerintah (PP) No. 24

Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. Pendaftaran tanah dilakukan oleh

Pemerintah dan dibantu oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT).Tujuan

(19)

hukum dan perlindungan kepada pemegang hak atas tanah, sebagai alat pembuktian

yang kuat. Untuk mendapatkan kepastian hukum diseluruh wilayah Indonesia atas

peralihan hak atas tanah maka harus didaftarkan ke di Kantor Pertanahan, tujuan

pendaftaran tanah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997

tentang Pendaftaran Tanah Pasal 3 yang menyatakan sebagai berikut :

1) Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-hak lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak bersangkutan.

2) Untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan termasuk pemerintah agar dengan mudah dapat memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidangtanah dan satuan-satuan rumah susun yang sudah terdaftar.

3) Untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan.

Untuk memberikan kepastian dan perlindungan hukum kepada pemegang hak

yang bersangkutan diberikan sertipikat hak atas tanah.1 Dalam penerbitan sertipikat

diperlukan suatu proses yang melibatkan pihak pemohon, para pemilik tanah

maupun pihak instansi yang terkait untuk memperoleh penjelasan dan surat-surat

sebagai alas hak yang berhubungan dengan permohonan sertipikat tersebut.

Penjelasan yang diberikan pemohon baik lisan maupun tertulis dari pihak

terkait memiliki peluang untuk terjadi pemalsuan, daluarsa bahkan adakalanya

tidak benar atau fiktif sehingga timbul sertipikat cacat hukum.2

________________________

1 Urip Santoso, Pendaftaran dan Peralihan Hak atas Tanah, Cetakan kedua, Jakarta Prenada Media Group, 2011 , hal. 42.

(20)

Pengertian pendaftaran tanah menurut Boedi Harsono adalah :

“Pendaftaran tanah merupakan suatu rangkaian kegiatan, yang dilakukan oleh negara/Pemerintahan secara terus menurus dan teratur, berupa pengumpulan keterangan atau data tertentu mengenai tanah-tanah tertentu yang ada di wilayah-wilayah tertentu, pengolahan, penyimpanan dan penyajian bagi kepentingan rakyat, dalam rangka memberikan jaminan kepastian hukum dibidang pertanahan, termasuk penerbitan tanda buktinya dan pemeliharaannya.”3

Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960, pengertian pendaftaran tanah diatur dalam Pasal 19 ayat (1) yaitu rangkaian kegiatan pendaftaran tanah meliputi:

a. Pengukuran, pemetaan dan pembukuan tanah;

b. Pendaftaran hak atas tanah dan peralihan hak tersebut;

c. Pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat pembuktian

yang kuat. 4

Bertitik tolak pada kenyataan-kenyataan yang demikian, maka tidak

mengherankan pada individu dari beberapa kelompok masyarakat ingin menguasai

tanah orang lain sebagai pemilik tanah dengan cara mengakui tanah itu benar

miliknya sendiri. Memiliki tanah yang masih dalam status mengerjakan atau

mengusahakan atau menyewakan tanah milik orang lain, hal ini sering terjadi

pertikaian atau perselisihan pemilik tanah yang sebenarnya disebabkan pemilik

tanah tidak berada di daerah atau dilingkungan masyarakat tersebut hingga waktu

yang lama hal inilah yang menyebabkan permasalahan tanah.

Tanah yang ada dipermukaan bumi Indonesia ini dapat digunakan dan

________________________

3 Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan UUPA, Isi dan pelaksanaannya, Jakarta, Djambatan, 2005, hal. 72.

(21)

dimanfaatkan oleh orang-orang yaitu dengan hak-hak yang diatur dalam Pasal 4 ayat

(2) Undang-Undang Pokok Agraria Tahun 1960 yang disebut dengan hak atas tanah.

Jadi dengan demikian bahwa hak-hak atas tanah yang diberikan kepada orang-orang

haruslah sesuai dengan aturan yang berlaku, mengingat tanah merupakan kekayaan

alam yang harus dikuasai negara dan dipergunakan untuk kemakmuran rakyat.

Hak menguasai negara, merupakan hak yang dimiliki oleh negara untuk hak

atas tanah. Hak menguasai negara atas tanah bersumber pada hak bangsa

Indonesia atas tanah, yang pada hakekatnya penugasan pelaksanaan tugas

kewenangan negara yang mengandung unsur hukum publik.5

Hak menguasai negara atas tanah mencerminkan bahwa negara memiliki

kewenangan untuk mengatur dan menyelengarakan peruntukan, penguasaan,

penggunaan dan pemanfaatan atas tanah serta mengatur hubungan hukum antara

manusia dengan tanah. Terkait dengan adanya hak menguasai negara tersebut

terdapat bermacam-macam hak atas tanah yang diberikan negara dan yang

dipunyai oleh perorangan maupun bersama-sama dan badan hukum.

Namun disamping itu juga dengan tegas dikemukakan dalam

membedakannya ada juga disebut hak tanah yang terdaftar dan hak atas yang belum

terdaftar. Hal ini sekedar mengokohkan hubungan hukum dari orang yang ingin

menggunakan atau memiliki hak itu saja serta terkait dengan kegiatan

administratif dari pemerintah dalam rangka memberikan kepastian hukum atas

_______________________

(22)

pemilikan tanah tersebut berupa pendaftaran tanah.6

Dengan adanya pendaftran tanah tersebut, terdapatlah jaminan tertib hukum

dan kepastian hak dari tanah. Inilah yang disebut dengan rechts kadaester .

Yang Dimaksud dengan rechts kadester atau kadester hak adalah suatu bentuk

kadester yang dibentuk dengan tujuan menjamin kepastian hukum dan perlindungan

hukum atas tanah .7

Dengan demikian sertipikat hak milik atas tanah merupakan suatu bukti

hak atas tanah yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat, namun hal tersebut

belum dapat memberikan kepastian hukum bagi pemegangnya haknya. Oleh karena

itu bagi pihak yang merasa memiliki tanah yang telah diterbitkan sertipikat hak milik

atas tanah tersebut dapat menggugatnya di pengadilan. Pada masyarakat dewasa ini

nilai tanah semakin tinggi harganya dan menyebabkan status hak atas tanah semakin

penting pula, karena akan memberikan jaminan kepemilikan atas tanah dan

memberikan kepastian hukum bagi pemilik tanah yang bersangkutan. Sehingga

masalah pembuktian hak atas tanah tersebut semakin penting, karena sekarang

yang mempunyai hak alat bukti yang kuat atas status tanah yang dimilikinya, tentu

akan menjamin pula kepastian hukumnya atas tanah tersebut.

Hak atas tanah merupakan hak penguasaan atas tanah yang berisikan

serangkaian wewenang, kewajiban dan/atau larangan bagi pemegang haknya untuk

_______________________________

6 Muhammad Yamin Lubis, Abdul Rahim Lubis, Kepemilikan Properti Di Indonesia, Bandung: Mandar Maju 2013, hal.16.

(23)

berbuat sesuatu mengenai tanah yang haki . Yang dimaksud “sesuatu disini

adalah hal yang boleh, wajib atau dilarang untuk diperbuat dan merupakan isi

dari hak penguasaan yang menjadi kriteria atau tolak pembeda diantara hak-hak

penguasaan atas tanah yang diatur dalam hukum tanah. 8

Walaupun sertipikat hak milik atas tanah merupakan tanda bukti hak atas

tanah, namun hal tersebut belum dapat memberikan kepastian hukum bagi

pemegang haknya. Oleh karena itu bagi pihak yang merasa memiliki tanah yang

telah diterbitkan sertipikat hak miliknya dapat menggugatnya di pengadilan. Adanya

gugatan atas terbitnya sertipikat diatas tanah pihak lain hal ini disebabkan karena

sistem pendaftaran tanah yang dianut di Indonesia, adalah sistem publikasi

negatif. Sistem publikasi negatif dapat diartikan negara tidak menjamin kepastian

dan kebenaran yang disajikan dalam sertipikat, hal inilah yang menimbulkan peluang

bagi pihak pemilik tanah yang sebenarnya atau pihak lain yang merasa memiliki

hak diatas tanah tersebut untuk menggugat pihak yang namanya tercantum dalam

sertipikat tersebut atau menggugat pejabat yang berwenang menerbitkan atau

mengeluarkan sertipikat hak milik atas tanah tersebut.

Selaku Pemilik hak atas tanah perlu mencari informasi tentang kebenaran

_______________________________

(24)

data fisik dan data yuridis yang tertera didalam sertipikat tersebut di Kantor

Pertanahan setempat. Pada umumnya masalah baru muncul dan diketahui terjadi

penerbitan sertipikat di atas tanah milik pihak lain. Demikian pula bila tanah

tersebut dialihkan kepada pihak lain, pihak kedua merasa yakin tidak akan terjadi

sengketa dikemudian hari mengenai tanah tersebut serta akan memudahkan tata cara

dan proses jual beli atas penjualan tanah tersebut. Seperti sengketa yang terjadi di

Kecamatan Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara dengan permasalahan sengketa

sebagai berikut :

Permasalahan sengketa tanah warisan dengan Sertipikat Nomor

1022/Hutatoruan VII atas nama RS yang diterbitkan sekitar bulan Agustus 2013,

dimana kepemilikan atas hak tanah tersebut adalah milik pada ahli waris yaitu LH,

HH dan RH. Terhadap Sertipikat Hak Milik Nomor 1.022/Hutatoruan VII atas nama

RS tersebut dipermasalahkan oleh ahli waris yang lain yaitu LH,HH dan RH. Selama

ini ahli waris berdomisili di Kota Medan. Adapun menurut pemilik tanah, bahwa

obyeknya tanahnya terletak di Aek Ristop Kelurahan Hutatoruan VII, Kecamatan

Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara, dengan luas tanah seluas 580 M2. (lima ratus

delapan puluh meter persegi), Alas Hak (Liggerblad) Nomor 107a, Kampung Huta

Nagodang, Negeri Hutabarat Partali, Ketjamatan Tarutung, yang telah dikeluarkan

dahulu oleh Assisten Wedana/kepala kantor urusan sawah, Kabupaten Tapanuli

Utara tertanggal 30 Desember 1959 dengan nomor 149/1959 (sekarang Kantor

Badan Pertanahan). Menurut pemilik tanah atau ahli waris LH, HH dan RH mereka

(25)

dibagi dan semua ahli waris dari Almarhum JAH. Obyek tanah tersebut diatas adalah

bagian dari ayahnya ahli waris yang bernama Almarhum JPH, berdasarkan Surat

Pembagian warisan almarhum JAH, sejak tahun 1995. Kemudian Berdasarkan surat

keterangan ahli waris dari Almarhum JPH yang dibuat oleh Kelurahan Pusat Pasar

dan yang disahkan Camat Medan Kota bahwa ahli warisnya yang sah dari Almarhum

JPH menurut hukum adalah LH, HH dan RH. Oleh keluarga orang tua Almarhum

JPH dan Keluarganya tanah tersebut disewakan sejak tahun 1949 kepada Marga

Tobing untuk diusahakan dan ditanami padi-padian, dan semasa hidupnya almarhum

JPH dan keluarganya tidak pernah menjual tanah tersebut kepada orang lain. Namun

pada bulan Juli tahun 2012, ahli waris pemilik tanah LH, HH dan RH kaget bahwa

tanah milik mereka telah beralih kepemilikannya menjadi milik EH dan RH yang

selama ini berdomisili di Jakarta dan tidak pernah mengusahakan obyek tanah

tersebut diatas.

Menurut keterangan saksi pihak penjual yaitu BH, pada bulan Juli Tahun

2012 diatas obyek tanah tersebut telah dilakukan jual beli antara EH dan RH selaku

Penjual dan RS selaku Pembeli. Jual beli tersebut dilakukan dihadapan Lurah Partali

Toruan dan yang disahkan Camat Tarutung . Pada bulan Juli Tahun 2012 pihak ahli

waris LH, HH dan RH mengajukan Surat Keberatan. Surat tersebut ditujukan

kepada Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Tapanuli Utara, Camat Tarutung dan

Lurah Partalitoruan VII, agar diatas tanah tersebut tidak diterbitkan sertipikat dan

(26)

bukti-bukti atas kepemilikan tanah. Tapi tidak ditanggapi secara serius oleh Badan

Pertanahan Kabupaten Tapanuli Utara beserta Camat dan Lurah Partalitoruan VII.

Pada bulan Agustus 2013, terbitlah sertipikat Hak Milik No.

1.022/Hutatoruan VII. tercatat atas nama RS, dengan luas 580 M2 (lima ratus

delapan puluh meter persegi) terletak di Kelurahan Hutatoruan VII, Kecamatan

Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara. Dalam Penerbitan Sertipikat Hak Milik Nomor

1022/Hutatoruan VII pada asal perolehan hak atas tanah tertulis berdasarkan

pangkuan hak atas tanah milik adat. Sedangkan tanah tersebut telah ada alas hanya

berdasarkan Surat Petikan dari Gambar Sawah dengan Alas Hak (Liggerblad) Nomor

107a, yang telah dikeluarkan dahulu oleh Assisten Wedana/kepala kantor urusan

sawah Kabupaten Tapanuli Utara tertanggal 30 Desember 1959 dengan nomor

149/1959. Didalam persyaratan kelengkapan dokumen setelah terjadi jual beli yang

dikeluarkan oleh kantor Kelurahan dan disahkan Camat Tarutung, dan ditemukan

ketidakbenaran data dari pihak data-data penjual yaitu :

a. Adanya Surat Keterangan Ahli waris tertanggal 16 Juli 2012 yang dibuat

Lurah Partalitoruan Tarutung, padahal selama hidup Almarhum MH

berdomisili di Medan dan meninggal di Medan(Pihak Penjual EH dan RH)

b. Adanya Surat Pernyataan Penyerahan/Penolakan Hak Waris tanggal 16 Juli

2012 kepada EH dan RH , yang dikeluarkan Lurah Partali Toruan dan

disahkan Camat diatas Obyek tanah milik ahli waris LH,HH, dan RH.

c. Adanya Surat sebagai pengganti identitas dari Penjual EH, bahwa EH telah

(27)

kehilangan Barang / Surat dari Polisi dari Jakarta Timur, Sektor Durian

Sawit, Nomor 0312/B/VII/2011/Res.JT/Sek.Dsw. tanggal 01 Juli 2011.

d. Tidak adanya kartu keluarga dari pihak penjual.

e. Tidak ada bukti alas hak dari pihak penjual.

Pihak Badan Pertanahan Nasional di Kabupaten Tapanuli Utara telah

menerbitkan sertipikat Hak Milik Nomor 1.022/Hutatoruan VII, yang tercatat atas

nama RS, dasar penerbitan sertipikat tersebut hanya berdasarkan bukti surat

penebusan tanah, dan sehingga terjadi Jual beli yang dilakukan di hadapan Lurah

Partalitoruan dan yang disahkan Camat Tarutung, Adapun penerbitan sertipikat Hak

Milik No.1.022/Hutatoruan VII, hanya berdasarkan bukti surat penebusan tanah yang

digadaikan sejak tahun 1949 yang telah ditebus EH dan RH tanpa sepengetahuan LH

CS. Setelah itu dibuatlah Jual Beli Tanah dihadapan Camat Selaku Pejabat Pembuat

Akta Tanah antara penjual EH dan RH dengan pembeli RS dengan di ikut sertakan

saksi-saksi yang menyakinkan seakan-akan benar si penjual merupakan pemilik

tanah yang sebenarnya.

Bahwa secara yuridis bukti kepemilikan / penguasaan tanah yang dimiliki

oleh ahli waris pemilik tanah yaitu LH, HH, RH, surat atau dokumen yang dimiliki

ahli waris tanah yaitu gambar situasi dengan Alas Hak (Liggerblad) Nomor 107a,

Kampung Hutagodang, Negeri Hutabarat Partali, Ketjamatan Tarutung, yang telah

dikeluarkan dahulu oleh Assisten Wedana/kepala kantor urusan sawah Kabupaten

Tapanuli Utara tertanggal 30 Desember 1959 dengan nomor 149/1959 (saat ini

(28)

Adapun pembuktian hak atas tanah tersebut diatas yaitu masih hak atas tanah

yang berasal dari konversi hak-hak lama yang pada waktu mulai berlaku

Undang-Undang Pokok Agraria dan belum di daftarkan menurut Peraturan Pemerintah

Nomor 10 Tahun 1961.

Mengambil tanah orang lain biasa juga disebut sebagai tindakan

penyerobotan tanah, penyerobotan tanah merupakan bentuk perbuatan mengambil

hak orang lain yang secara melawan hukum, bentuknya bisa dengan menempati

tanah, melakukan pemagaran, mengusir pemilik tanah sebenarnya, penjualan suatu

hak atas tanah dan lain-lain. Penyerobotan tanah akan merugikan pihak lain, ini

merupakan perbuatan melawan hukum, sehingga pelakunya dapat di tindak secara

hukum baik pidana maupun perdata.

Dengan melihat dampak yang mungkin timbul atas lahirnya sertipikat hak

atas tanah yang mengandung cacat hukum administratif maka pemerintah perlu

memberikan perlindungan hukum bagi para pihak, yaitu dengan mengeluarkan

Peraturan Menteri Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 tahun 2011

tentang Pengelolaan Pengkajian Dan Penanganan Kasus Pertanahan .

Melihat permasalahan tersebut diatas telah diterbitkan sertipikat oleh Pihak

Badan Pertahanan Nasional Kabupaten Tapanuli Utara diatas tanah milik pihak lain,

maka perlu mengkaji masalah ini lebih lanjut sehingga membuat tesis dengan judul :

“Perlindungan Hukum Terhadap Pemilik Hak Atas Tanah Yang Telah Di Terbitkan

(29)

1.022 di Kecamatan Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara )” yang selanjutnya

dihubungkan dengan dalam Undang-Undang Nomor 5 tahun 1960 dan ketentuan

yang telah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 serta

Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 2011.

B . Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian singkat dalam latar-belakang permasalahan tersebut maka

permasalahan yang akan bahas dalam penelitian ini adalah :

l. Mengapa sertipikat Hak Milik Nomor 1.022 dapat diterbitkan diatas tanah milik

orang lain di Kecamatan Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara ?

2. Bagaimana perlindungan hukum terhadap pemilik tanah yang diatas tanah

tersebut telah terbit sertipikat atas nama orang lain ?

3. Upaya Hukum apa yang ditempuh oleh pihak pemilik tanah untuk mengatasi

penyelesaian sengketa tanah diatas tanah milik orang lain di Kecamatan Tarutung

Kabupaten Tapanuli Utara?

C . Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah :

1. Untuk mengetahui faktor penyebab terbitnya sertipikat Hak Milik Nomor 1.022

diatas tanah milik orang lain.

2. Untuk mengetahui perlindungan hukum yang dapat diberikan kepada pemilik

(30)

3. Untuk mengetahui upaya hukum pemilik tanah diatas milik orang lain di

Kecamatan Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara

D. Manfaat Penelitian

1

.

Secara Teoritis, Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan

pemikiran bagi aparat-aparat pemerintahan di Kecamatan Tarutung (Kepala Desa,

Lurah dan Camat) mengenai pengetahuan bidang hukum khususnya Hukum

Agraria terutama mengenai syarat administrasi dan prosedur penerbitan

sertipikat tanah hak milik dan pelaksanaan jual–beli tanah yang belum terdaftar

yang dilakukan oleh Camat selaku PPAT Sementara sehingga dapat dipergunakan

sebagai bahan masukan dalam penyempurnaan peraturan tersebut dimasa yang

akan datang.

2. Secara Praktis, Penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pihak dalam

menyelesaikan permasalahan terhadap penerbitan sertipikat hak milik diatas

tanah milik pihak lain.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan penelitian dan penelusuran yang telah dilakukan terhadap

hasil-hasil penelitian yang sudah ada di Magister Kenotariatan Universitas Sumatera

Utara, belum ada penelitian yang menyangkut “ Perlindungan Hukum Terhadap

(31)

Hak Milik Nomor 1.022 di Kecamatan Tarutung, Tapanuli Utara)” Namun ada

penelitian-penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya yaitu tesis atas nama:

1. Evi Fitriani, Magister Kenotariatan sekolah Pasca Sarjana Universitas

Sumatera Utara, dengan judul Analisis Yuridis Terhadap Pembatalan

Sertipikat Hak Pakai No.765 (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung

No.981/K/PDT/2009 dan permasalahan yang diteliti adalah

a. Faktor-faktor apakah yang dapat membatalkan Sertipikat Hak Pakai

No.765 menurut Putusan Mahkamah Agung No.981/Pdt/2009 ?

b. Apakah dasar pembatalan Sertipikat Hak Pakai No.765 dapat dibenarkan

menurut hukum ?

c. Bagaimana perlindungan hukum terhadap pemilik Sertipikat Hak Pakai

No.765 ?

2. Muaz Effendi, Magister Kenotariatan sekolah Pasca Sarjana Universitas

Sumatera Utara, dengan judul Peralihan Hak Atas Tanah Yang Belum

Bersertipikat Di Kecamatan Medan Johor Dan Pendaftaran Haknya Di Kantor

Pertanahan Medan dan permasalahan yang diteliti adalah

a. Mengapa terjadi ketidakseragaman atas peralihan hak atas tanah yang

belum bersertipikat di Kecamatan Medan Johor ?

b. Bagaimana bentuk-bentuk surat peralihan hak atas tanah sebagai

(32)

c. Bagaimana pelaksanaan pendaftaran tanah yang belum bersertipikat serta

kendala-kendala apa yang umumnya dihadapi masyarakat dalam

pendaftaran tanah pada Kantor Pertanahan Medan ?

3. Noni Syahputri, Magister Kenotariatan sekolah Pasca Sarjana Universitas

Sumatera Utara dengan judul Tinjauan Yuridis terhadap Alas Hak dibawah

tangan sebagai dasar Penerbitan Sertipikat dan Implikasinya terhadap

kepastian hukum, dan permasalahan yang diteliti adalah :

a. Bagaimanakah prosedur alas hak dibawah tangan, sebagai dasar

pendaftaran hak atas tanah ?

b. Apakah kendala-kendala alas hak dibawah tangan, sebagai dasar

pendaftaran hak atas tanah?

c. Upaya apakah yang dilakukan dalam mengatasi kendala alas hak

dibawah tangan, sebagai dasar pendaftaran hak atas tanah?

Dengan demikian penelitian ini adalah asli dan dapat dipertanggung jawabkan secara

akademis.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

Teori berfungsi untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala

(33)

pada fakta-fakta yang dapat menunjukan ketidak benarannya.9

Mengenai sertipikat yang terbit oleh Badan Pertanahan diatas tanah milik

pihak lain. Dan kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat,

teori, tesis mengenai suatu kasus atau permasalahan (problem) yang menjadi

bahan perbandingan, pegangan teoritis yang mungkin disetujui ataupun tidak

disetujui .10

Untuk tercapainya suatu ketertiban dan kedamaian maka hukum berfungsi

untuk memberikan jaminan bagi seseorang agar kepentingannya diperhatikan oleh

orang lain. Jika kepentingan itu terganggu, maka hukum harus melindunginya

dan setiap ada pelanggaran hukum, maka hukum itu harus dilaksanakan dan

ditegakkan.11

Hans Kelsen dalam Pure Theory of Law mengatakan penerapan hukum harus dengan pendekatan metode normatif yuridis yang bersih dari anasir-anasir seperti sosiologis, politis, historis dan etika dimana konsepsi hukum positip adalah hukum dalam kenyataan (das solles) bukan dengan apa yang dicita-citakan (das sein) dan dalam teorinya “Stuffenbow theory” mengatakan bahwa norma dasar suatu tata hukum adalah peraturan yang lebih dari tata hukum sebagai peraturan fundamental dari berbagai tata hukum positif. 12

_______________________________

9 J.J.J.M.Wuisman , Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial, Asas-Asas, M.Hisyam, Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia, Jakarta,1996, hal. 203.

10 M.Solly Lubis, Filsafat Ilmu dan Penelitian, Bandung , Mandar Maju, 1994, hal. 80.

11 Syafruddin Kalo, Modul Kuliah Penemuan Hukum, Medan, Program Studi Magister Kenotariatan USU, 2005, hal.38.

(34)

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori kepastian dan

perlindungan hukum sebagai pisau analisisnya.

a. Teori Kepastian Hukum

Kepastian hukum data kepemilikan tanah akan dicapai apabila telah

dilakukan pendaftaran tanah, karena tujuan pendaftaran tanah adalah untuk

memberikan pendaftaran tanah, memberikan jaminan kepastian hukum

dan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas tanah. Baik kepastian

mengenai dan Kepastian mengenai obyeknya, yaitu letaknya, batas-batasnya dan

luasnya serta ada/tidaknya bangunan/tanaman diatasnya dan subyeknya (yaitu

apa haknya,siapa pemiliknya, ada/atau beban diatasnya).13

Adapun kepastian hukum dimaksud adalah meliputi :

a. Kepastian mengenai orang/badan hukum yang menjadi pemegang hak atas tanah tersebut. Kepastian berkenaan dengan siapakah pemegang hak atas tanah itu disebut dengan kepastian subyek hak atas tanah.

b.  Kepastian mengenai letak tanah, batas-batas dan panjang serta lebar tanah. Kepastian berkenaan dengan letak, batas-batas dan panjangDalam rang serta lebar tanah itu disebut dengan kepastian onyek hak atas tanah. 14 

Dalam rangka memberikan jaminan kepastian hukum tersebut kepada yang

mendaftarkan tanahnya akan diberikan satu dokumen tanda bukti hak yang berfungsi 

sebagai alat pembuktian yang kuat. Alat bukti dalam hukum tanah sangat berperan

________________________

13 Sri Wijayanti, Kepastian hukum Sertipikat Hak Atas Tanah Sebagai Bukti Hak Kepemilikan Tanah , Studi Kasus Putusan MA.Tentang Sengketa Tanah Meruya Selatan, Tesis, Semarang : Program Studi Magister Kenotariatan Universitas Diponegoro, 2010) hal.11.

(35)

untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan bagi pemegang hak atas

tanah, hak atas satuan rumah susun dan hak-hak lain yang terdaftar agar dengan

mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan.

Dikatakan sebagai data yang benar, selama tidak ada bukti lain yang

membuktikan ketidakbenarannya dan tidak perlu ditambah dengan bukti

tambahan.15

Seseorang yang mengaku memiliki hak atas sesuatu harus dapat

membuktikan kepemilikannya kepemilikannya tersebut. Hal ini sesuai dengan

ketentuan yang termaktub dalam Pasal 1865 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

yang menegaskan bahwa setiap orang yang mendalilkan bahwa ia mempunyai suatu

hak, atau guna meneguhkan haknya sendiri maupun membantah suatu hak orang lain,

menunjuk pada suatu peristiwa, diwajibkan membuktikan adanya hak atau peristiwa

tersebut. Dalam hal kepemilikan atas sebidang tanah, seseorang tidak dapat mengaku

memiliki sebidang tanah tanpa memiliki alat bukti adanya kepemilikan atas sebidang

tanah tersebut. Sehingga bagi pemegang hak atas tanah yang telah terbit

sertipikatnya, maka akan mendapat perlindungan hukum dan tidak perlu ada bukti

tambahan. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 32 ayat (2) PP No.24/1997 yang

mengatakan :

“Dalam hal atas suatu bidang tanah sudah diterbitkan sertipikat secara sah atas nama orang atau badan hukum yang memperoleh tanah tersebut dengan itikad baik dan secara nyata menguasainya, maka pihak lain yang merasa mempunyai hak atas ________________________

(36)

tanah itu dapat lagi menuntut pelaksanaan hak tersebut apabila dalam waktu 5 (lima) tahun sejak diterbitkannya sertipikat itu tidak mengajukan keberatan secara tertulis kepada pemegang sertipikat dan Kepala Kantor Pertanahan yang bersangkutan ataupun tidak mengajukan gugatan ke pengadilan mengenai penguasaan tanah atau penerbitan sertipikat tersebut. “

Didalam ketetapan PMNA/KBPN Nomor 3 tahun 1997 pada pasal 111 yang

berupa suatu keputusan pemberian hak tersebut selalu ada persyaratan umum

maupun khusus dan kewajiban-kewajiban yang harus dipenuhi oleh yang

bersangkutan, dengan akibat hukum “Batal” dengan sendirinya apabila persyaratan

dan atau kewajiban tidak dipenuhi oleh mereka yang mengajukan permohonan hak

atas tanah yang bersangkutan.

b.Teori Perlindungan Hukum

 Sengketa hak atas tanah timbul karena adanya pengaduan/keberatan dari

orang/Badan Hukum yang berisi keberatan dan tuntutan terhadap suatu keputusan

tata usaha negara di lingkungan Badan Pertanahan Nasional dimana keputusan

pejabat tersebut dirasakan merugikan hak-hak mereka atas suatu bidang tanah

tertentu.16 Karena semua warga negara sama kedudukannya dihadapan hukum,

sesuai Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 27 ayat (1) menyebutkan “ segala warga 

negara bersamaan kedudukannya didalam hukum dan pemerintahan dan wajib

menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada dikecualikannya”.

Penegakan hukum ini sangat penting untuk menjaga citra Indonesia sebagai

________________________________

(37)

negara hukum dan buruknya penegakan hukum bisa berdampak minimnya

perlindungan hukum bagi warga negara.

Menurut Sjachran Basah mengatakan bahwa perlindungan terhadap warga negara diberikan bilamana sikap tindak administrasi negara itu menimbulkan kerugian terhadapnya, sedangkan perlindungan terhadap administrasi dilakukan terhadap sikap tindakannya dengan baik dan benar menurut hukum baik tertulis maupun tidak tertulis.17

Jaminan kepastian hukum terhadap tanah lebih menjurus pada

terselenggaranya kepastian hak dalam arti sesuatu hak yang telah diterbitkan

sertipikatnya dapat diketahui secara pasti siapa pemiliknya, batas-batasnya dan

berapa jumlah luasnya. Sedang perlindungan hukum terhadap hak atas tanah adalah

apa yang disajikan dalam pendaftaran tanah dapat memberikan perlindungan hukum

bagi pemiliknya untuk membuktikan kepemilikannya terhadap pihak-pihak yang

ingin mengganggu.

Menurut Sudikno Mertokusomo, hukum berfungsi sebagai “ perlindungan kepentingan manusia, agar kepentingan manusia terlindungi, hukum harus dilaksanakan”. Pelaksanaan hukum dapat berlangsung secara normal, damai, tetapi dapat juga terjadi pelanggaran hukum. Pelanggaran hukum terjadi ketika subyek hukum tertentu tidak menjalankan kewajibannyayang seharusnya dijalankan atau karena melanggar hak-hak subyek hukum lain. Terhadap subyek hukum yang dilanggar hak-haknya harus mendapatkan perlindungan hukum. 18

Teori perlindungan hukum berfokus kepada perlindungan hukum yang

diberikan kepada masyarakat. Masyarakat pada posisi ini adalah masyarakat yang

________________________

17 Sjachran Basah, Perlindungan Hukum Terhadap Sikap Tindak Administrasi Negara, Bandung, alumni, 1992, hal 7-8.

(38)

berada pada posisi yang dirugikan, baik secara ekonomi maupun secara yuridis. 19

2. Konsepsional

Konsepsi adalah salah satu bagian terpenting dari teori, peranan konsepsi

dalam penelitian adalah untuk menghubungkan teori dengan observsi antara

abstrak dan kenyataan. Konsep diartikan sebagaikata yang menyatukan abstrasi

yang digenaralisasikan dari hal-hal yang khusus yang disebut defenisi operasional.20

Konsep merupakan alat yang dipakai oleh hukum disamping yang lain-lain

seperti asas dan standar. Oleh karena itu kebutuhan untuk membentuk konsep

merupakan salah satu hal-hal yang rasakan penting dalam hukum. Konsep adalah

suatu konstruksi mental yaitu sesuatu yang dihasilkan oleh suatu proses yang

berjalan dalam pikiran penelitian untuk keperluan analisis. Kerangka konsepsional

mengungkapkan beberapa konsepsi atau pengertian yang dipergunakan sebagai dasar

penelitian hukum.

Untuk menghindari terjadi perbedaan pengertian atau makna ganda dari

konsep-konsep tersebut serta menghindari kesalahpahaman maka selanjutnya akan

diuraikan pengertian konsep-konsep dasar yang dipakai dalam penelitian ini sebagai

berikut :

1. Perlindungan berarti tempat berlindung atau merupakan perbuatan (hal)

________________________

19 Salim HS dan Erlies Septiana Nurbaini, Penerapan Teori Hukum Pada Penelitian Tesis Dan Disertasi, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2013, hal. 263.

(39)

melindungi, seperti memberi perlindungan kepada orang yang lemah atau yang

dirugikan.21

2. Hukum adalah kumpulan peraturan atau kaedah yang mempunyai isi yang

bersifat umum dan normatif karena menentukan bagaimana caranya

melaksanakan kepatuhan pada kaedah-kaedah.22 Jadi jaminan perlindungan

hukum adalah suatu perbuatan hal melindungi subjek-subjek hukum yang

dijamin dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan

pelaksanaanya diterapkan berdasarkan bukti hukum yang kuat dan akurat.

3. Perlindungan hukum ada 2 macam bagi rakyat termasuk pemerintah yaitu

perlindungan hukum preventif dan represif. Pada perlindungan yang preventif

perlindungan hukum kepada rakyat yang diberikan kesempatan untuk

mengajukan keberatan (inspraak) atau pendapatnya sebelum suatu

keputusan pemerintah mendapat bentuk yang definitife, artinya

perlindungan hukum yang preventif bertujuan untuk mencegah terjadinya

sengketa.Sedangkan perlindungan hukum yang represif perlindungan yang

bertujuan untuk menyelesaikan sengketa. 23

 

__________________________ 

21 W.J.S Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, cetakan IX, Balai Pustaka, Jakarta 1986, hal. 600.

22 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Revisi Ketiga, Yogyakarta, Liberty, 2007, hal.45.

(40)

4. Hak Atas Tanah adalah hak sebagaimana dimaksud dalam pasal 16

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

selanjutnya disebut UUPA. Data fisik adalah keterangan mengenai letak, batas

dan luas bidang tanah dan satuan rumah susun yang didaftar termasuk

keterangan mengenai adanya bangunan atau bagian bangunan diatasnya. Hak

yang dapat dicabut dengan memberi ganti rugian yang layak dan menurut cara

yang diatur dengan Undang-Undang.

5. Hak Milik atas tanah merupakan suatu hak yang mempunyai hubungan

kepemilikan hukum yang tertinggi tingkatannya dibandingkan dengan hak-hak

kepemilikan lainya dan Hak Milik atas tanah tetap melekat secara turun

temurun pada pemiliknya selama mereka tidak melepaskan haknya.

6. Sertipikat adalah surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat sengketa

pembuktian yang kuat yang didalam termuat secara rinci mengenai

kepemilikannya, luas, Kelurahan, Kecamatan, Kebupaten/Kotamadya dan

propinsinya.

G. Metode Penelitian

1. Sifat dan Jenis Penelitian  

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode pendekatan yuridis

empiris karena penelitiannya bertitik tolak dari kenyataan hukum yang ada dalam

masyarakat, yuridis maksudnya bahwa penelitian ini ditinjau dari sudut Hukum

(41)

bertujuan untuk memperoleh mengenai terjadinya penerbitan sertipikat di atas tanah

pihak milik lain. Dan penelitian ini meninjau dari pertimbangan-pertimbangan

hukum dalam mengambil keputusan dan yang dikaji dari sisi hukum pertanahan,

khususnya Penelitian mengenai tanggungjawab Kepala Kantor Badan Pertanahan

Nasional Kabupaten Tapanuli Utara, dalam menerbitan sertipikat Hak Milik

No.1.022/Hutatoruan VII di atas tanah milik pihak lain.

Penelitian ini bersifat deskriptif analisis. Dikatakan deskriptif, karena

penelitian ini menyajikan data sekunder mengenai permasalahan yang berkenaan

dengan perlindungan hukum dalam penerbitan sertipikat hak atas tanah diatas tanah

milik pihak lain. Dikatakan analisis, karena selain menggambarkan fakta-fakta yang

diperoleh dari lapangan, juga dilakukan analisis yang dikaitkan dengan norma hukum

pertanahan yang berlaku terhadap sinkronisasi dari Pasal-Pasal dalam peraturan

Kepala Kantor Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2011

tentang Pengelolaan Pengkajian Dan Penanganan Kasus Pertanahan.

2. Sumber Data Penelitian  

Sumber data penelitian yang digunakan dalam tesis ini adalah menggunakan

data primer dan sekunder. Data primer yang dimaksud disini adalah data yang

faktanya dikumpulkan melalui wawancara yang narasumbernya adalah ahli waris

(42)

Data sekunder bertujuan untuk mencari data awal atau informasi, mendapatkan

landasan teori dan landasan hukum yakni yang memberikan penjelasan dan batasan,

defenisi dan arti suatu istilah. Data sekunder yang digunakan berdasarkan kekuatan

mengikatnya dibedakan atas tiga bagian, terdiri dari bahan hukum primer, bahan

hukum sekunder, dan bahan hukum tertier.

a. Bahan hukum primer dalam penelitian yaitu :

1. Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

2. Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.

3. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 1960, Nomor 104).

4. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah

5. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Pengkajian dan Penanganan Kasus Pertanahan.

6. Serta Peraturan-peraturan perundang-undangan lainnya yang berkaitan dengan tanggungjawab Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional.

b. Bahan hukum sekunder adalah bahan yang memberikan mengenai bahan hukum

primer yang berupa hasil-hasil penelitian dan atau karya ilmiah dari kalangan

hukum yang relevan dengan bidang penelitian ini.

c. Bahan hukum tertier bahan pendukung seperti kamus ensiklopedia atau majalah

yang memberi petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan

hukum sekunder .

3. Alat Pengumpulan Data

(43)

a. Studi dokumen yaitu untuk mengumpulkan data sekunder yang terkait dengan

permasalahan yang diajukan dengan cara mempelajari buku-buku, hasil penelitian

dan dokumen-dokumen perundang-undangan yang terkait selanjutnya digunakan

untuk kerangka teoritis pada penelitian.

b. Wawancara yaitu menghimpun data dengan melakukan wawancara kepada ahli

waris pemilik tanah, pemilik sertipikat dan Badan Pertanahan yang terkait dengan

penerbitan Sertipikat Hak Milik Nomor 1.022/Hutatoruan VII.

4. Analisis Data

Dalam penelitian akan menggunakan Analisis secara kualitatif yang meneliti

dan mengkaji perlindungan hukum terhadap pihak yang berhak atas tanah yang telah

terbit sertipikatnya oleh pihak lain yang berdasarkan data yang diperoleh kemudian

disusun secara sistematis dan analisa untuk mencapai kejelasan masalah yang yang

bahas, yang diuraikan secara kualitatif yakni mengungkapkan atau menggambarkan

kenyataan-kenyataan yang terdapat dilapangan dalam bentuk kalimat yang

sistematis. Setelah itu terkumpul keseluruhan data tersebut akan di sistematis

sehingga menghasilkan klasifikasi yang selaras dengan permasalahan yang di bahas

dalam penelitian ini dengan tujuan memperoleh jawaban yang baik pula.

Pengertian analisis disini dimaksudkan sebagai suatu penjelasan dan

penginterprestasian secara logis dan sistematis, dan mengikuti tata tertib dan

penulisan laporan penelitian ilmiah. Setelah analisis data maka hasilnya akan

(44)

seluruhan sesuai dengan permasalahan.24 Tentang perlindungan hukum terhadap

pemilik hak atas tanah yang telah diterbitkan sertipikatnya atas nama pihak lain dan

dari hasil kemudian ditarik suatu kesimpulan yang merupakan jawaban atas

permasalahan yang diangkat dalam tesis ini.

________________________________

(45)

BAB II

FAKTOR PENYEBAB TERBITNYA SERTIPIKAT HAK MILIK NOMOR 1.022 DIATAS TANAH MILIK PIHAK LAIN

A. Peralihan Hak Milik Atas Tanah Dengan Dasar Jual Beli

Sebelum penerbitan Sertipikat Hak Milik Nomor 1.022, Hutatoruan VII,

pihak penjual dan pembeli telah melakukan peralihan hak atas tanah hanya

berdasarkan jual beli yang dibuat dibawah tangan. Seharusnya setiap perbuatan

hukum yang berupa pengalihan atau jualbeli, harus dilakukan dihadapan Camat atau

notaris setempat. Maka setiap orang Pembeli dari suatu bidang tanah mengharapkan

adanya kepastian hukum dan jaminan hukum bahwa tanah dan segala sesuatu yang

terdapat, tertanam dan tumbuh serta berdiri diatasnya adalah benar-benar aman, tidak

bermasalah dan dapat dipergunakan sesuai dengan peruntukannya.

  Secara umum terjadinya peralihan hak atas tanah dapat disebabkan oleh berbagai perbuatan hukum antara lain :

a. Jual Beli b. Tukar menukar c. Hibah

d. Pemasukan dalam perusahaan e. Pembagian hak bersama

f. Pemberian hak guna bangunan / hak pakai atas tanah hak milik g. Pemberian hak tanggungan

h. Pemberian kuasa pembebanan hak tanggungan

Salah satu hak kebendaan atas tanah yang diatur dalam Pasal 16 ayat (1)

UUPA adalah hak milik atas tanah yang paling kuat dan terpenuh. Terkuat

menunjukkan bahwa jangka waktu hak milik tidak terbatas serta hak milik juga

(46)

maksudnya hak milik memberi wewenang kepada empunya dalam hal

peruntukannya yang tidak terbatas. 25

Pemindahan hak atas tanah adalah perbuatan hukum yang sengaja dilakukan

dengan tujuan agar hak atas tanah berpindah dari yang mengalihkan kepada yang

menerima pengalihan. 26

Dalam pasal 20 ayat (2) UUPA ditentukan bahwa hak milik dapat beralih dan

dialihkan. “Beralih“ maksudnya terjadi bukan karena suatu perbuatan hukum

(kesengajaan) melainkan karena peristiwa hukum (bukan kesengajaan), misalnya

diwariskan. Pewarisan adalah perpindahan hak milik kepada pihak lain karena

pemiliknya meninggal dunia. Sedangkan “dialihkan” menunjukkan adanya

kesengajaan sehingga terdapat suatu perbuatan hukum terhadap hak milik tersebut.

Salah satu perbuatan hukum peralihan hak milik atas tanah ialah dengan jual beli

tanah. Dalam kebiasaan praktik jual beli tanah pada saat ini diharapkan terdapat

kepastian hukum yang dapat menjamin berlangsungnya kegiatan tersebut

melalui pendaftaran tanah.

Semua hak atas tanah itu mempunyai sifat-sifat kebendaan (zakelijk karakter), yaitu: 27

(1) dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain,

(2) dapat dijadikan jaminan suatu hutang, dan

________________________________

25 Effendi Perangin, Hukum Agraria di Indonesia, Suatu Telaah dari Sudut Pandang Praktisi Hukum, PT.Raja Grafindo Persada 1994, hal..237.

26 Ibid. hal.1.

(47)

(3) dapat dibebani hak tanggungan.

 

Salah satu perbuatan hukum peralihan hak milik atas tanah ialah dengan jual

beli tanah. Dalam kebiasaan praktik jual beli tanah pada saat ini diharapkan terdapat

kepastian hukum yang dapat menjamin berlangsungnya kegiatan tersebut melalui

pendaftaran tanah.Sebelum melakukan peralihan hak atas tanah, antara kedua belah

pihak terlebih dahulu melakukan perjanjian atau kesepakatan mengenai bidang tanah

yang akan dialihkan haknya tersebut. Dan yang perlu diperhatikan dalam hal ini

adalah calon penjual dan pembeli. Para penjual yaitu pemegang sah dari hak atas

tanah baik itu milik perorangan atau milik keluarga sedangkan mengenai obyek jual

beli tanah adalah hak atas tanah yang akan dijual. Didalam jual beli tanah, tujuan

membeli hak atas tanah adalah supaya dapat secara sah menguasai dan

mempergunakan tanah, tetapi secara hukum yang dibeli atau dijual bukan tanahnya

tetapi hak atas tanahnya.

Penjual merupakan pemilik tanah yang sah atas tanah tersebut, jika jual beli

tersebut dilakukan oleh pihak lain dengan surat kuasa dari penjual yang sah

dengan itikad tidak baik maka dapat menyebabkan perbuatan hukum tersebut batal

demi hukum. Seseorang yang telah menjadi pemegang hak atas tanah yang belum

bersertipikat tidak dapat memberikan haknya tersebut kepada orang lain dengan

begitu saja karena hak itu merupakan kewenangannya namun yang dapat

dilakukannya adalah cara mengalihkan atau melepaskan hak atas tanah yang

(48)

dibuat dihadapan Notaris ataupun Surat Pelepasan Hak Dengan Ganti Rugi yang

dilegalisasi oleh Notaris ataupun Surat Pernyataan Pelepasan Penguasaan Tanah

Dengan Ganti Rugi yang dibuat oleh Camat.

Pelepasan hak atau penyerahan hak atas tanah adalah kegiatan melepaskan

hubungan hukum antara pemegang hak atas tanah dengan tanah yang dikuasainya

dengn memberikan ganti rugi atas dasar musyawarah. Salah satu kunci yang cukup

menentukan dalam perbuatan hukum diatas adalah yang berkenaan dengan ganti rugi

dalam pelepasan hak atau penyerahan tanah itu adalah imbalan sebagai pengganti

nilai tanah yang diserahkan oleh pemilik atau pemegang hak atas tanah.

Pada kenyataan masih ada terjadi jual beli tanah yang belum bersertipikat

yakni hanya didasarkan pada surat penebusan tanah yang dibuat dibawah tangan dan

diterbitkannya Surat Pernyataan Pelepasan hanya berdasarkan permintaan dari

seseorang, seperti yang terjadi di Kecamatan Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara,

yaitu jual beli tanah dengan alas haknya hanya berdasarkan Surat Pernyataan

Pelepasan Tanah dari penjual dan bukan oleh pemilik tanah, dengan tanah seluas 580

m2 yang terletak di Aek Ristop, Kelurahan Hutatoruan VII, Kecamatan Tarutung,

Kabupaten Tapanuli Utara antara EH dan RH (penjual) dengan RS (pembeli). Jual

beli tanah ini telah menimbulkan sengketa kepemilikan hak atas tanah dan kekuatan

hukum pelaksanaan jual beli tanah ini dianggap sangat lemah.

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas maka jelaslah bahwa salah

satu penyebabnya kurangnya pengetahuan masyarakat dan kepala desa / kelurahan

(49)

dan gampangnya untuk melaksanakan peralihan hak atas tanah tanpa mengetahui

proses ataupun cara peralihan tanah itu sehingga pada saat itu pendaftaran hak atas

tanah tersebut pada Kantor Pertanahan Nasional maupun segala hal yang

menyangkut administrasi data-data tanah tersebut terhadap pihak lain pastilah terjadi

kesulitan dalam proses peralihannya.

Dalam kaitannya dengan hubungannya permasalahan penyerahan hak milik

atas tanah perlu diperhatikan ketentuan Pasal 584 Kitab Undang-Undang Hukum

Perdata berbunyi :

“Hak milik atas suatu benda tidak dapat diperoleh dengan cara lain, melainkan dengan pemilikan, karena perlekatan, karena kadaluarsa, karena pewarisan, baik menurut undang-undang maupun menurut surat wasiat, dan dengan penunjukan atau penyerahan berdasarkan suatu peristiwa perdata untuk pemindahan hak milik, yang dilakukan oleh yang berhak untuk berbuat bebas terhadap barang itu. ”

Hak–hak atas tanah memberi wewenang kepada pemegang haknya untuk

mempergunakan atau mengambil manfaat dari tanah yang dimilikinya, dengan

iberikannya hak atas tanah tersebut , maka antara orang atau badan hukum itu telah

terjalin suatu hubungan hukum dengan tanah yang bersangkutan.

Ada 4 Jenis Peralihan hak atas tanah berdasarkan Jual Beli yaitu :

(1). Jual Beli Menurut KUH Perdata.

Dalam Pasal 1457 KUH Perdata, yang dimaksud dengan jual beli adalah

suatu persetujuan, dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk

menyerahkan suatu kebendaan dan pihak lain yang untuk membayar harga yang

telah disepakati dan dijanjikan. Dengan kata lain jual beli merupakan suatu bentuk

(50)

yang dalam hal ini terwujud dalam bentuk kebendaaan yang dijual oleh penjual dan

penyerahan uang oleh pembeli kepada penjual.28

Unsur-unsur pokok perjanjian jual beli hak atas tanah adalah adanya barang

dan harga yang sesuai dengan asas konsensualisme dalam hukum perjanjian bahwa

perjanjian jual beli tersebut lahir sejak terjadinya kata sepakat mengenai barang dan

harga. Begitu para pihak setuju mengenai barang dan harga, maka lahirlah perjanjian

jual beli yang sah.

Sifat konsensual dari jual beli tersebut ditegaskan dalam Pasal 1458 KUH

Perdata yang menyatakan bahwa jual beli dianggap sudah terjadi antara para pihak

ketika mereka telah mencapai kata sepakat tentang barang dan harga, meskipun

barang itu belum diserahkan maupun harganya belumdibayar.29

Dengan demikian jual beli tersebut sah sepanjang ada kata sepakat dan syarat

lain yang ditentukan oleh Pasal 1320 KUH Perdata untuk sahnya suatu

perjanjian jual beli telah dipenuhi, maka hak milik atas tanah baru beralih kepada

pembelinya jika telah dilakukan penyerahan secara yuridis yang dibuat dan

diselenggarakan dengan pembuataan akta dihadapan pejabat yang berwenang dan

telah didaftarkan di Kantor Badan Pendaftaran Tanah Nasional.

(2). Jual Beli Menurut Hukum Adat

Jual Beli tanah menurut Hukum Adat adalah sesuatu perbuatan pemindahan

hak atas tanah yang bersifat terang dan Tunai. Terang berarti bahwa perbuatan

________________________________

28

Gunawan Widjaja dan Kartini Muljadi, Jual Beli , PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta 2003. hal.7. 29

(51)

pemindahan hak atas tanah tersebut dilakukan dihadapan pejabat yang berwenang

serta disaksikan oleh beberapa orang saksi.30

Mengenai jual beli menurut Hukum Adat, pembayaran harga dan penyerahan

adalah menjadi satu dan pada saat itulah jual beli telah dinyatakan sah adanya.

Ditentukan lebih lanjut dalam pasal 1320 BW, dimana untuk sahnya perjanjian

diperlukan adanya empat syarat yaitu “kesepakatan”, “kecakapan untuk berbuat”,

“hal yang tertentu”, dan “suatu sebab yang halal”. bahwa syarat-syarat sahnya jual

beli tanah tidak bisa terlepas pada ketentuan yang mengatur tentang syarat-syarat

sahnya suatu perjanjian yang diatur dalam pasal 1320 KUH Perdata. Setelah

terpenuhinya unsur-unsur pasal 1320 KUH Perdata tersebut, akta jual beli harus

dibuat dihadapan PPAT yang berwenang (PP. No. 24 tahun 1997).

Pejabat yang berwenang adalah Kepala Desa/Kepala Adat yang berperan

sebagai pejabat yang menanggung keteraturan dan sahnya perbuatan pemindahan

hak atas tanah tersebut, sehingga perbuatan tersebut diketahui secara umum.

Sedangkan sifat tunai maksudnya bahwa perbuatan pemindahan hak dan pembayaran

harganya dibayar secara serentak . Dalam hal ini pembeli dianggap telah membayar

harga tanah secara kontan dan tunai walaupun baru dibayar sebagian , dan sisa

pembayaran harga tersebut dianggap sebagai hutang piutang.31

Dengan dilakukannya jual beli tanah, maka hak milik atas tanah itu beralih

________________________

30 R.Subekti, Aneka Perjanjian, Cetakan ke 10, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 1995, hal.9. 31

(52)

kepada pembeli dan sejak itu pula menurut hukum Adat pembeli telah menjadi

pemilik yang baru atas tanah tersebut.32

Dengan menjadi pemilik baru hak milik atas tanah tersebut, maka pemilik

tersebut mempunyai kewenangan untuk mempergunakan tanah tersebut dan

memperoleh manfaat lain dari tanah itu, misalnya dengan mengalihkan kembali

tanah tersebut kepada pihak lain sepanjang tidak bertentangan dengan hukum dan

Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. 

(3). Jual Beli Tanah Tanpa Melalui Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT)

Sehubungan dengan perbuatan hukum jual beli tanpa melalui Pejabat

Pembuat Akta Tanah, maka sistem yang dianut adalah sistem jual beli dalam hukum

adat. Menurut hukum adat sebagaimana disebut diatas, jual beli hak atas tanah

dilakukan secara konkrit dan kontan. Jual beli yang dibuat diatas zegel atau dibuat

tanpa zegel tapi dibubuhi materai secukupnya dan sekaligus berlaku penyerahannya

dan oleh karena itu hak milik atas tanah tersebut telah beralih kepada pembeli 33

 

(4). Jual Beli Menurut UUPA

Menurut Hukum Tanah Nasional (UUPA) sahnya jual beli menurut Hukum

Tanah Nasional harus dilakukan oleh Pejabat Pembuat Akte Tanah (PPAT). UUPA

tidak memberi penjelasan mengenai apa yang dimaksudkan dengan jual beli tanah.

Tetapi biarpun demikian mengingat bahwa hukum agraria kita sekarang ini

________________________________

32

Ibid, hal. 52.

(53)

memakai sistem dan asas-asas hukum adat, maka pengertian jual beli tanah sekarang

harus pula diartikan sebagai perbuatan hukum yang berupa penyerahan hak miliknya

(penyerahan tanah untuk selama lamanya) oleh penjual kepada pembeli, yang saat itu

juga menyerahkan harganya kepada penjual. Yaitu menurut pengertian Hukum

Adat .34

B. Alas Hak Atas Tanah Yang Belum Bersertipikat

Pada jual beli tanah yang telah dibukukan (sudah terbit sertifikat), maka

sertifikat hak milik atas tanah tersebut disertakan dalam pendaftaran jual beli tanah

itu. Namun tidak demikian jika obyek jual belinya berupa tanah yang belum

dibukukan sehingga belum terdapat sertifikat hak milik atas tanah itu. Maka sebagai

ganti dari pada sertifikat tersebut harus dilengkapi dengan surat-surat pendukung

lainnya, berupa pernyataan atau surat kepemilikan hak atas tanah, surat pernyataan

mengenai riwayat tanah (proses peralihan secara historis), surat pernyataan bahwa

tanah tersebut tidak terlibat dalam sengketa, dan surat pernyataan bahwa tanah

tersebut tidak terlibat sengketa dan harus dilampirkan peta dan gambar tanah yang

dibuat oleh pemilik tanah di tandatangani oleh lurah/kepala desa dan Camat sebagai

pihak yang mengetahui. tanah yang dikuasai atau diusahai oleh masyarakat sekarang

ini dengan bukti kepemilikan ada yang sifatnya tertulis. Namun demikian masih ada

juga yang tidak dilengkapi dengan suatu bukti kepemilikan hak (alas hak) yang

jelas dan tidak lengkap, hal ini disebabkan tanah yang dikuasai oleh pemiliknya

________________________________

Referensi

Dokumen terkait

Keputusan konsumen untuk menginap tergolong tinggi, walaupun indikator tingkat prioritas Serrata Hotel sebagai pilihan menginap dan keinginan responden

Gambar 3.9 Sepeda untuk pasien pasca stroke dengan Manikin untuk konsep 1 Selanjutnya dari hasil rancangan sepeda dilakukan analisa tingkat resiko cedera pengendara pada gerakan

“ Entah kenapa, tiba-tiba Kugy merasa Noni bukanlah orang yang tepat untuk diajak bicara masalah ini, tidak dengan adanya proyek percomblangan yang sepertinya betul-betul diseriusi

(A Survey Study on the Second Semester Students of English Education Department in Universitas Muhammadiyah Purwokerto in Academic

Dari hasil identifikasi terhadap 88 Gapoktan di Kabupaten Kulon Progo yang mempunyai potensi SDM, sarana dan prasarana serta potensi produksi terdapat 17 Gapoktan

Penelitian ini akan melihat indikator sosial ekonomi suatu wilayah, indikator sosial ekonomi perempuan miskin, serta faktor faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan,

Kisaran ukuran ikan kerapu karang bintik biru di perairan Karimunjawa, Jawa Tengah relative lebih besar dibandingkan perairan lain, rata-rata ukuran panjang pertama kali tertangkap