• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

C. Pembatalan Sertipikat Hak Milik Terhadap Hak Atas Tanah

Pembatalan sertipikat hak atas tanah adalah pembatalan suatu hak karena penerima hak tidak memenuhi syarat yang ditetapkan dalam keputusan pemberian hak atau terdapat kekeliruan dalam surat keputusan pemberian hak yang bersangkutan.

Pendaftaran Tanah merupakan perbuatan hukum guna melahirkan hak atau memperkuat alat pembuktian suatu hak atas tanah. Dalam proses pendaftaran tanah memuat kegiatan yang dapat menimbulkan potensi kesalahan dan kekeliruan atas perbuatan tersebut, sehingga dapat menghasilkan sertipikat yang cacat hukum administratif. Untuk itu semua penyelesaian lewat jalur hukum yang berhubungan dengan administrasi dilakukan pada Pengadilan Tata Usaha Negara dan bila tindakan

penjabat / sesorang merasa dirugikan penyelesaian dilakukan pada Pengadilan Negeri.

Pembatalan tersebut berarti tanah sengketa yang telah dikeluarkan oleh Badan Pertanahan Nasional harus menjalani proses, sebagaimana pengertian dari pembatalan tersebut yang berarti proses, perbuatan cara pembatalan, pernyataan batal. Dengan demikian pembatalan dengan cara penyelesaian sengketa melalui proses litigasi dan proses non litigasi atau proses dijalur luar pengadilan yang berkompetensi.

Faktor-Faktor yang menjadi dasar dan alasan dalam pembatalan sertipikat Hak Milik Nomor 1.022 /Hutatoruan VII yaitu :

1. Adanya pelanggaran terhadap kepentingan dari pihak lain, sehingga merugikan hak-hak sebagai warga negara .

2. Adanya pelanggaran terhadap ketentuan yang ada dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997, tentang pendaftaran tanah

3. Pelanggaran terhadap asas-asas sebagai pelaksana pemerintah yang baik dengan tidak melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, dengan dikeluarkannya sertipikat Hak Milik Nomor 1.022/Hutatoruan VII.

Cacat hukum administratif adalah salah satu sebab untuk terbitnya pembatalan hak atas tanah. Cacat hukum administratif ini berkaitan erat dengan data fisik dan data yuridis sebagaimana yang telah dituliskan oleh pemohon dalam formulir

permohonan hak atas tanah pada saat pertama kali mengajukan permohonan.72

Pembatalan Hak Atas tanah dalam Pasal 54 ayat (1) dan 74 point a Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 2011, tentang Pengelolaan Pengkajian Dan Penanganan Kasus Pertanahan, selanjutnya disebut PERKABAN Nomor 3/2011, yaitu:

“ Pembatalan keputusan mengenai pemberian suatu hak atas tanah karena keputusan tersebut mengandung cacat hukum dalam penerbitannya atau melaksanakan putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap.”

Pada Pasal 61 PERKABAN Nomor 3 Tahun 2011 menguraikan hal-hal yang dikategorikan sebagai cacat hukum administrasi pada sertipikat Hak Milik Nomor 1.022 / Hutatoruan VII yaitu terdapat :

1. Kesalahan prosedur;

2. Kesalahan penerapan peraturan perundang-undangan; 3. Kesalahan subyek hak;

4. Terdapat tumpang tindih hak atas tanah;

5. Terdapat ketidakbenaran pada data fisik dan/atau data yuridis; atau 6. Kesalahan lainnya yang bersifat hukum administratif.

Dalam melakukan pembatalan Sertipikat Hak Milik Atas Tanah terlebih dahulu harus mengetahui perolehan hak atas tanahnya, dimana dengan diketahui ________________________

72 Siti Rahma Mary Herawaty dan Dody Setiadi, Memahami Hak Atas Tanah Dalam Praktek Advokasi, Surakarta CakraBooks, 2005, hal 152.

perolehan hak atas tanahnya, maka akan menimbulkan prosedur atau mekanisme pembatalannya. Terjadinya suatu pembatalan sertipikat hak milik atas tanah disebabkan oleh perolehan atau penerimaan haknya tidak memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan dalam Keputusan pemberian haknya atau telah terjadi kekeliruan atau kesalahan baik secara administrasi maupun dalam hal penerapan peraturannya dalam pemberian haknya tersebut, yang dapat diketahui baik melalui putusan pengadilan yang telah memeperoleh kekuatan hukum tetap maupun tidak. Terkait dengan perbuatan hukum dalam menerbitkan Keputusan Pembatalan Hak Atas Tanah diatur dalam Pasal 63 yang menetapkan bahwa: “Perbuatan hukum administrasi pertanahan terhadap sertipikat hak atas tanah yang cacat hukum administrasi dilaksanakan dengan:

(a) menerbitkan Keputusan pembatalan; dan/atau (b) pencatatan pemeliharaan data pendaftaran tanah”.

2. Tata Cara Pembatalan Sertipikat Hak Milik Nomor 1.022.

Akibat penerbitan sertipikat Hak Milik Nomor 1.022/Hutatoruan VII, dimana pihak ahli waris pemilik tanah telah dirugikan atas sertipikat tersebut, dan oleh Badan Pertanahan tidak melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya sesuai prosedur penerbitan sertipikat, yang tidak memeriksa status tanah serta bukti-bukti kepemilikan atas tanah, maka pemilik tanah mengajukan permohonan pembatalan sertipikat Hak Milik Nomor 1.022/Hutatoruan VII

1. Pembatalan hak atas tanah karena cacat hukum administrasi yang diterbitkan karena permohonan :

a. Dasar hukum : Pasal 61 sampai dengan Pasal 74, PERKABAN Nomor 3 Tahun 2011, tentang Pengelolaan Pengkajian Dan Penanganan Kasus Pertanahan.

b. Pengajukan permohonan pembatalan diajukan secara tertulis, dengan 73

(b.1) Keterangan mengenai pemohon, baik pemohon perorangan maupun badan hukum. Keterangan ini disertai foto copy bukti diri termasuk bukti kewarganegaraan bagi pemohon perorangan, dan akta pendirian perusahaan serta perubahannya bila pemohon badan hukum.

(b.2) Keterangan mengenai tanahnya yang meliputi data yuridis dan data fisik tanah yang sedang disengketakan. Data memuat nomor dan jenis hak, letak, batas, dan luas tanah, jenis penggunaan tanahnya. Keterangan ini dilengkapi dengan melampirkan foto copy surat keputusan dan/atau sertifikat hak atas tanah dan surat-surat lain yang diperlukan untuk mendukung permohonan pembatalan hak atas tanah. (b.3) Permohonan disampaikan kepada Kepala Badan Pertanahan Nasional

melalui Kepala Kantor Pertanahan yang daerah kerjanya meliputi letak tanah yang bersangkutan.

_______________________

73 Hasran Basri Nata Menggala, Sarjita, Aspek Hukum Pembatalan dan Kebatalan Hak Atas Tanah, Yogyakarta, 2004. Tugu Jogja Pustaka, hal.54-58.

(b.4) Kantor pertanahan selanjutnya akan menyampaikan kepada pihak ke- 3 Yang berkepentingan (termohon) perihal adanya permohonan pembatalan, untuk kemudian diminta tanggapannya dalam waktu satu bulan.

(b.5) Selanjutnya, permohonan akan diperiksa dan diteliti substansinya. Bilamana diperlukan, kantor pertanahan akan melaksanakan penelitian berkas/warkah dan/atau rekonstruksi atas obyek hak yang disengketakan. Hasil penelitian dituangkan dalam berita acara penelitian data fisik dan data yuridis yang menjadi dasar dalam menjawab permohonan pembatalan.

(b.6) Jawaban atas permohonan pembatalan ini baik berupa keputusan pembatalan hak atau penolakan pembatalan akan disampaikan kepada pemohon melalui surat tercatat atau dengan cara lain yang menjamin sampainya keputusan kepada yang berhak.

2. Pembatalan hak atas tanah karena melaksanakan putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.

(a) Keputusan pembatalan hak atas tanah ini dilaksanakan atas permohonan yang berkepentingan.

(b) Putusan pengadilan yang dapat dijadikan dasar untuk mengajukan permohonan adalah putusan yang dalam amarnya meliputi pernyataan batal atau tidak mempunyai kekuatan hukum atau yang pada intinya sama dengan itu Pasal 71 ayat (2) PERKABAN Nomor 3 Tahun 2011.

Proses pelaksanaan pembatalannya, yaitu :

(a) Permohonan diajukan secara tertulis kepada Kepala BPN atau melalui Kanwil BPN Provinsi atau kantor pertanahan.

(b) Setiap satu permohonan disyaratkan hanya memuat untuk satu atau beberapa hak atas tanah tertentu yang letaknya berada dalam satu wilayah kabupaten/kota.

(c) Permohonan memuat :

(1) Keterangan pemohon baik pemohon perorangan maupun badan hukum. Keterangan ini disertai foto copy bukti diri termasuk bukti kewarganegaraan bagi pemohon perorangan, dan akta pendirian perusahaan serta perubahannya bila pemohon badan hukum.

(2) Keterangan mengenai tanahnya yang meliputi data yuridis dan data fisik tanah yang sedang disengketakan. Data memuat nomor dan jenis hak, letak, batas, dan luas tanah, jenis penggunaan tanahnya. Keterangan ini dilengkapi dengan melampirkan surat keputusan dan/atau sertifikat hak atas tanah dan surat-surat lain yang diperlukan untuk mendukung pengajuan pembatalan hak atas tanah.

(3) Alasan-alasan mengajukan permohonan pembatalan.

(4) Foto copy putusan pengadilan dari tingkat pertama hingga putusan yang berkekuatan hukum tetap.

(5) Berita acara eksekusi, apabila untuk perkara perdata atau pidana. (6) Surat-surat lain yang berkaitan dengan permohonan pembatalan.

(d) Berdasarkan berkas permohonan dan bukti-bukti pendukung yang telah disampaikan dari Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota/Kanwil BPN Provinsi, Selanjutnya Kepala Badan Pertanahan Nasional :

(1) Memutuskan permohonan tersebut dengan menerbitkan keputusan pembatalan hak atas tanah.

(2) Memberitahukan bahwa amar putusan pengadilan tidak dapat dilaksanakan disertai pertimbangan dan alasan untuk selanjutnya Kepala BPN meminta fatwa kepada Mahkamah Agung tentang amar putusan pengadilan yang tidak dapat dilaksanakan tersebut.

(3) Terhadap permohonan baik yang dikabulkan dengan menerbitkan surat keputusan pembatalan hak atas tanah, atau penolakan karena amar putusan pengadilan yang tidak dapat dilaksanakan (non executable), disampaikan melalui surat tercatat atau cara lain yang menjamin sampainya keputusan/pemberitahuan kepada pihak yang berhak.

Dengan demikian kekuatan dalam hukum pembuktian surat dari pemilik tanah yaitu Alas Hak atas tanah Alas Hak (Liggerblad) Nomor 107a, Kampung Hutagodang, yang dimiliki oleh pemilik tanah, dapat membatalkan sertipikat Hak Milik Nomor 1.022/ Hutatoruan VII. Hal ini menunjukkan sertipikat bukanlah alat bukti satu-satunya yang dapat dipertahankan oleh pemegang haknya didepan hukum, karena ada pihak lain yang menuntut, merasa berhak atas tanah tersebut dapat mengajukan gugatan pembatalan sertipikat tersebut. Dengan demikian kekuatan

hukum pembuktian suatu sertipikat tidak mendapat jaminan yang pasti dari pemerintah sebelum adanya putusan dari pengadilan yang berkekuatan hukum tetap.

Bila pengadilan memutuskan bahwa orang yang paling berhak adalah yang namanya tidak tersebut dalam sertipikat Hak Milik Nomor 1.022/Hutatoruan VII, maka atas putusan itu juga memerintahkan kepada BPN untuk membatalkan hak yang namanya tersebut dalam sertipikat.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN