• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI INDUSTRI PARIWISATA KABUPATEN CIANJUR. Oleh: FLORIYANA INDRA PUTRA H

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI INDUSTRI PARIWISATA KABUPATEN CIANJUR. Oleh: FLORIYANA INDRA PUTRA H"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS DAYASAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMENGARUHI INDUSTRI PARIWISATA

KABUPATEN CIANJUR

Oleh:

FLORIYANA INDRA PUTRA H14080122

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKUTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2012

(2)

FLORIYANA INDRA PUTRA. Analisis Dayasaing dan Faktor-faktor yang Memengaruhi Industri Pariwisata Kabupaten Cianjur (dibimbing oleh ALLA ASMARA)

Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor unggulan dan fokus pembangunan Kabupaten Cianjur. Ini dikarenakan kontribusi pariwisata yang saat ini cukup tinggi terhadap perekonomian dan potensi pariwisata yang masih tinggi untuk dikembangkan. Share sektor pariwisata terhadap pembentukan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Cianjur saat ini cukup tinggi dengan kisaran 34,03 hingga 36,76 persen setiap tahunnya. Pertumbuhan kontribusi yang positif dari PAD Pariwisata ternyata menunjukkan pertumbuhan semu sektor pariwisata karena ternyata tidak diikuti oleh peningkatan jumlah kunjungan wisatawan yang datang ke objek wisata. Dinas kebudayaan dan pariwisata Kabupaten Cianjur menyatakan bahwa sebelas dari total lima belas objek wisata yang ada di Kabupaten Cianjur sudah berkembang, tetapi hanya objek wisata yang ada di kawasan Puncak-Cipanas saja yang saat ini sudah menjadi objek wisata favorit wisatawan.

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis perkembangan dayasaing industri pariwisata Kabupaten Cianjur. Kemudian, menganalisis faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap industri pariwisata tersebut. Setelah itu, memberikan rekomendasi berupa saran kebijakan apa yang perlu diterapkan oleh pemerintah Kabupaten Cianjur untuk meningkatkan kinerja sektor pariwisata. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Analisis dayasaing menggunakan metode Competitiveness Monitor. Analisis faktor-faktor yang memengaruhi industri pariwisata Kabupaten Cianjur menggunakan metode regresi metode kuadrat terkecil (ordinary least square).

Perkembangan posisi dayasaing pariwisata Kabupaten Cianjur, yang dianalisis dengan menggunakan metode competitiveness monitor, cenderung menurun di beberapa indikator. Indikator perkembangan infrastruktur, indikator keterbukaan, dan indikator pengaruh pariwisata menunjukkan pertumbuhan yang negatif. indikator sosial, indikator sumberdaya manusia, indikator lingkungan, dan indikator dayasaing tingkat harga cenderung konstan. Apabila dibandingkan dengan Kabupaten Bogor, hanya indikator lingkungan dan indikator dayasaing tingkat harga yang menunjukkan posisi yang lebih baik. Sedangkan, indikator pengaruh pariwisata, indikator perkembangan infrastruktur, dan indikator keterbukaan berada di posisi yang lebih rendah. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi industri pariwisata yang dianalisis dengan metode regresi kuadrat terkecil menunjukan bahwa jumlah restoran tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pariwisata Cianjur, sedangkan jumlah hotel, jalan berkualitas baik, presentase tingkat hunian kamar hotel, dan presentase tingkat pendidikan tenaga kerja pariwisata menunjukkan pengaruh positif dan signifikan dengan nilai koefisien masing-masing variabel; 3,0994, 0,5584, 0,05470, dan 0,04364. Pemerintah Kabupaten Cianjur harus lebih meningkatkan posisi dayasaing pariwisata agar wisatawan lebih tertarik untuk datang. Indikator-indikator yang

(3)

berada di posisi lebih rendah harus lebih diperhatikan oleh pemerintah daerah, selain itu faktor-faktor yang berpengaruh positif dan signifikan terhadap pariwisata juga harus lebih diperhatikan lagi untuk meningkatkan kinerja sektor pariwisata. Pemerintah juga harus lebih fokus terhadap pembangunan pariwisata di wilayah Cianjur Tengah dan Cianjur Selatan karena disana masih banyak potensi wisata yang dapat dieksplorasi.

(4)

Oleh

FLORIYANA INDRA PUTRA H14080122

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2012

(5)

Judul Skripsi : Analisis Dayasaing dan Faktor-faktor yang Memengaruhi Industri Pariwisata Kabupaten Cianjur.

Nama : Floriyana Indra Putra NIM : H14080122

Menyetujui, Dosen Pembimbing,

Dr. Alla Asmara, S.Pt., M.Si. NIP. 19730113 199702 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec. NIP. 19641022 198903 1 003

(6)

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Juni 2012

Floriyana Indra Putra H14080122

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Cianjur, Jawa Barat pada tanggal 2 November 1990 dan merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Ir. H. Staji Muhamad dan Hj. Juariah Murkana, S.Pd.

Penulis mengawali pendidikannya pada tahun 1996 sampai dengan tahun 1998 di SD Negeri 1 Tegallega. Kemudian pindah ke SD Negeri 1 Cipanas pada tahun 1998 hingga lulus di tahun 2002. Selanjutnya meneruskan ke pendidikan lanjutan tingkat pertama dari tahun 2002 sampai tahun 2005 di SMP Negeri 1 Pacet. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan menengah umum di SMA Negeri 1 Cianjur dan lulus pada tahun 2008.

Pada tahun 2008, penulis diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur SNMPTN kemudian terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Ilmu Ekonomi dan Manajemen (FEM) pada Departemen Ilmu Ekonomi dengan Program Studi Ekonomi dan Studi Pembangunan.

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di beberapa organisasi. Pada tingkat pertama penulis aktif di Organisasi Himpunan Mahasiswa Tjianjur (HIMAT) sebagai anggota. Tingkat dua penulis aktif di Organisasi Forum Mahasiswa Muslim dan Studi Islam (FORMASI) dan Sharia Economics Student

Club (SES-C). Tingkat tiga penulis kembali aktif di organisasi SES-C sebagai

Koordinator Divisi Eksternal serta Badan Pengawas HIPOTESA (BP-Hipotesa) yang diamanahkan sebagai Ketua.

(8)

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam tak lupa tercurah ke Rasulullah Muhammad SAW dan kita semua sebagai pengikutnya hingga akhir zaman. Skripsi yang berjudul “Analisis Daya Saing dan Faktor-faktor yang Memengaruhi Industri Pariwisata Kabupaten Cianjur” ini merupakan hasil karya penulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakutlas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan skripsi ini terdapat banyak kekurangan yang dikarenakan oleh keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki. Namun pada akhirnya, karya ini berhasil penulis selesaikan atas bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin menyampaikan ungkapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya.

2. Ayah dan Ibu tercinta yang selalui memberikan do’a, dukungan, dan dorongan bagi penulis untuk menyelesaikan penelitian ini. Kakak dan adik yang memberikan semangat dan dukungan moral tanpa henti.

3. Dr. Alla Asmara, S.Pt, M.Si., atas bimbingan dan masukan dalam proses penyelesaian skripsi ini.

4. Dr. Muhammad Firdaus, sebagai penguji utama dan Dr. Muhammad Findi, sebagai penguji komisi pendidikan atas kritik dan masukan yang positif dalam penyempurnaan penulisan.

5. Seluruh dosen khususnya staf dosen Ilmu Ekonomi yang tanpa pamrih memberikan ilmu serta pengalamannya dalam empat tahun penulis belajar di Institut Pertanian Bogor.

6. Kepala Tata Usaha beserta staf pelaksana Departemen Ilmu Ekonomi yang telah membantu dan bekerja sama dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Jajaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Cianjur, Dinas Pendapatan Kabupaten Cianjur, Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten

(9)

Cianjur, dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Cianjur atas bantuan dan kerjasamanya dalam proses pencarian data.

8. Fatia Ajeng Lestari atas kebersamaan dan dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

9. Seluruh rekan-rekan di Ilmu Ekonomi 45, Sharia Economics Student Club

(SES-C), Formasi, dan DR D 15.

11. Semua pihak yang telah membantu penulis secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Akhir kata, penulis mengharapkan masukan-masukan positif dari semua pihak untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga karya ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Amin ya Robbal’ alamin.

Bogor, Juni 2012

Floriyana Indra Putra H14080122

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv DAFTAR LAMPIRAN ... v I. PENDAHULUAN ... 1 1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Perumusan Masalah ... 7 1.3. Tujuan Penelitian ... 9 1.4. Manfaat Penelitian ... 9

1.5. Ruang Lingkup Penelitian ... 10

II.TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN ... 11

2.1. Tinjauan Pustaka ... 11

2.1.1. Pengertian Pariwisata ... 11

2.1.2. Industri Pariwisata ... 12

2.1.3. Peranan Pariwisata dalam Perekonomian ... 14

2.1.4. Pariwisata dari Sisi Permintaan ... 16

2.1.5. Pariwisata dari Sisi Penawaran ... 16

2.1.6. Teori Dayasaing ... 18

2.1.7. Competitiveness Monitor ... 19

2.2. Penelitian Terdahulu ... 20

2.3. Kerangka Pemikiran ... 24

III.METODE PENELITIAN ... 27

3.1. Jenis dan Sumber Data ... 27

3.2. Metode Analisis Dayasaing ... 28

3.2.1. Analisis Competitiveness Monitor ... 28

3.2.2. Uji t Dua Sampel Independen... 30

3.3. Metode Analisis ... 31

(11)

ii

3.3.2. Model Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Sektor

Pariwisata Kabupten Cianjur ... 32

3.4. Identifikasi Model ... 34

3.4.1. Uji Kriteria Statistik ... 34

3.4.2. Uji Kriteria Ekonometrika ... 37

IV. GAMBARAN UMUM ... 42

4.1. Kondisi Umum Kabupaten Cianjur ... 42

4.2. Potensi Pariwisata Kabupaten Cianjur ... 44

4.2.1. Daya Tarik Wisata Alam ... 45

4.2.2. Daya Tarik Wisata Budaya ... 51

4.2.3. Daya Tarik Wisata Buatan ... 54

4.3. Perkembangan Jumlah Wisatawan ... 55

4.4. Akomodasi Pariwisata Kabupaten Cianjur ... 56

V. PEMBAHASAN ... 59

5.1. Analisis Dayasaing Industri Pariwisata Kabupaten Cianjur ... 59

5.2. Faktor-faktor yang Memengaruhi Industri Pariwisata Kabupaten Cianjur ... 69

5.2.1. Identifikasi Model ... 70

5.2.1.1. Uji Kriteria Statistik ... 70

5.2.1.2. Uji Kriteria Ekonometrika ... 70

5.2.2. Estimasi Koefisien ... 72

5.3. Kebijakan Sektor Pariwisata Kabupaten Cianjur ... 74

VI. KESIMPULAN ... 77

6.1. Kesimpulan ... 77

6.2. Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 80

(12)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1.1. Share Indikator-indikator Pariwisata Terpilih Terhadap Indikator-

indikator Makro Ekonomi Indonesia ... 2

1.2. Pertumbuhan Devisa Komoditas Unggulan Nasional periode 2005-2009 ... 3

1.3. Distribusi PDRB Kabupaten Cianjur Menurut Kelompok Sektor ... 5

1.4. Perkembangan Pendapatan Daerah Kabupaten Cianjur dari Sektor Pariwisata Periode 2006-2010 ... 5

2.1. Perusahaan Kelompok Industri Pariwisata ... 13

2.2. Objek-objek Wisata di Kabupaten Cianjur... 24

3.1. Data, Satuan, dan Sumber Data ... 27

4.1. Pertumbuhan Kunjungan Wisatawan ke Objek Wisata Kabupaten Cianjur ... 55

4.2. Akomodasi Pariwisata yang Terdapat di Kabupaten Cianjur pada Tahun 2011 ... 56

4.3. Jumlah Wisatawan dan Lamanya Menginap di Kabupaten Cianjur Tahun 2008-2010 ... 57

5.1. Perkembangan Indikator Dayasaing Pariwisata Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Bogor periode 2006-2010... 59

5.2. Indikator Lingkungan Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Bogor periode 2009 dan 2011 ... 63

5.3. Pertumbuhan kunjungan wisatawan nusantara dan mancanegara ke akomodasi hotel di Kabupaten Cianjur periode 2006-2010 ... 66

5.4. Dayasaing Pariwisata Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Bogor ... 68

5.5. Hasil Estimasi OLS Faktor-faktor yang Memengaruhi Industri Pariwisata Kabupaten Cianjur ... 69

(13)

iv

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

2.1. Kerangka Pemikiran ... 26 4.1. Peta Pariwisata Kabupaten Cianjur ... 58

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman 1. Hasil Estimasi OLS Faktor-faktor yang Memengaruhi Industri

(15)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Industri pariwisata saat ini sudah menjadi salah satu primadona dunia dan menjadi sumber pendapatan bagi beberapa negara di dunia. Pada tahun 2011,

United Nations World Tourism Organizaton (UNWTO) melaporkan pertumbuhan

industri pariwisata dunia secara agregat tumbuh sebesar 4,5 persen dengan jumlah kunjungan internasional wisatawan mencapai angka 980 juta kunjungan. Jumlah kunjungan wisatawan ini menunjukkan peningkatan sebesar 4-5 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Pertumbuhan industri pariwisata dunia yang positif berdampak juga terhadap sektor pariwisata Indonesia. Pertumbuhan pariwisata Indonesia menunjukkan kinerja yang sangat baik dengan tingkat pertumbuhan mencapai 9,5 persen di tahun 2010. Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara yang datang pun terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2006, jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia sebanyak 4.871.351 wisatawan. Jumlah tersebut meningkat hampir dua kali lipat hingga mencapai 7.002.944 wisatawan pada tahun 2010 (Badan Pusat Statistik, 2010). Hal ini memperlihatkan bahwa Indonesia, khususnya sektor pariwisata, semakin dikenal masyarakat internasional.

Dari tahun 2000 hingga 2008, pertumbuhan kontribusi industri pariwisata terhadap beberapa indikator makro menunjukkan tren menurun. Meskipun demikian apabila dilihat dari segi nilai, hampir semua indikator menunjukkan peningkatan. Pada tahun 2000, output sektor pariwisata memberikan kontribusi sebesar Rp.238,60 triliun, kemudian meningkat menjadi Rp.499,67 triliun pada

(16)

tahun 2008. Kontribusi GDP meningkat dari Rp.128,31 triliun menjadi Rp.232,93 triliun. Berbeda dengan indikator lainnya, kesempatan kerja mengalami pertumbuhan negatif dimana kontribusi kesempatan kerja sektor pariwisata yang sebelumnya sebanyak 7,36 juta orang di tahun 2000 turun menjadi 7,02 juta orang di tahun 2008.

Tabel 1.1. Share Indikator-indikator Pariwisata Terpilih Terhadap Indikator-indikator Makro Ekonomi Indonesia (%)

Indikator 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Output 9,27 7,88 6,15 6,01 5,43 5,15 4,62 4,62 5,06 GDP 9,38 7,72 6,14 5,55 5,01 5,27 4,30 4,29 4,70 Pajak Tidak Langsung 8,29 8,84 7,77 5,87 7,81 0,18 4,12 4,09 4,32 Gaji & Upah 9,87 8,42 6,41 5,49 4,66 4,56 4,44 4,43 4,49 Kesempatan

Kerja

8,11 8,57 8,48 8,28 9,06 6,97 4,65 5,22 6,84 Sumber: BPS dan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, 2009

Selain pertumbuhan nilai GDP, peranan sektor pariwisata terhadap perekonomian Indonesia juga dapat dilihat dari kontribusinya terhadap devisa negara. Dalam Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa dari tahun 2005 sampai dengan 2006 nilai devisa dari sektor pariwisata cenderung stagnan dan mengalami penurunan peringkat. Pada tahun 2007 sampai 2008 peringkat devisa dari sektor pariwisata naik kembali dan nilainya meningkat. Pada tahun 2009, peringkat devisa pariwisata mengalami perbaikan posisi tetapi nilainya turun dari tahun sebelumnya. Meskipun nilainya cenderung berfluktuatif, tetapi sumbangan devisa dari sektor pariwisata selalu berada di peringkat 10 besar penyumbang devisa terbanyak dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa sektor industri pariwisata merupakan sektor yang penting bagi perekonomian Indonesia.

(17)

3

Tabel 1.2. Pertumbuhan Devisa Komoditas Unggulan Nasional periode 2005-2009

Jenis Komoditas

Nilai (Juta USD)

2005 2006 2007 2008 2009

Minyak dan gas bumi 19.231,59 21.209,50 22.088,60 29.126,30 19.018,30 Pariwisata 4.521,90 4.447,97 5.345,98 7.377,00 6.298,02 Pakaian Jadi 4.966,91 5.608,16 5.712,87 6.092,06 5.735,60 Alat listrik 4.364,11 4.448,74 4.835,87 5.253,74 4.580,18

Tekstil 3.703,95 3.908,76 4.177,97 4.127,97 3.602,78

Minyak kelapa sawit 3.756,28 4.817,64 7.868,64 12.375,57 10.367,62 Kayu olahan 3.086,16 3.324,97 2.264,00 2.821,34 2.272,32 Karet olahan 3.545,68 5.465,14 6.179,88 7.579,66 4.870,68 Kertas dan barang dari

kertas 2.324,66 2.859,22 3.374,84 3.796,91 3.405,01

Bahan kimia 2.079,91 2.697,38 3.402,58

Sumber: Badan Pusat Statistik, 2010

Pada saat terjadi krisis global di tahun 2008, industri pariwisata dapat secara konsisten tetap memperlihatkan kinerja yang positif. Total nilai ekspor nasional turun sampai dengan 14 persen, tetapi industri pariwisata tetap mengalami pertumbuhan positif sebesar 0,36 persen. Lebih lanjut, dampak dari krisis global juga dirasakan oleh penerimanaan devisa dimana nilai devisa dari industri pariwisata turun menjadi $6.298,02 juta di tahun 2009. Meskipun demikian, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara yang berkunjung meningkat menjadi 6,4 juta wisatawan.

Pertumbuhan industri pariwisata yang positif di masa krisis menunjukkan bahwa sektor pariwisata dapat bertahan di masa krisis sekali pun. Oleh karena itu, pemerintah harus lebih memerhatikan sektor ini dengan mengoptimalkan potensi pariwisata yang ada di daerah-daerah. Salah satu daerah yang menjadikan pariwisata sebagai program unggulan daerah adalah Kabupaten Cianjur.

Industri/sektor pariwisata menjadi salah satu fokus pembangunan Kabupaten Cianjur. Penetapan sektor pariwisata sebagai sektor unggulan tersebut

(18)

dilakukan dengan melihat adanya potensi alam yang masih dapat dikembangkan sebagai objek dan dayatarik wisata serta kontribusi terhadap pendapatan asli daerah yang cukup besar saat ini.

Kabupaten Cianjur memiliki kekayaan alam yang lengkap yang berpotensi menjadi objek wisata yang menarik. Cianjur bagian utara terdapat daerah pegunungan, perkebunan, dan persawahan. Kondisi yang sangat cocok untuk dijadikan tempat wisata alam dan agrowisata. Cianjur bagian tengah difokuskan sebagai lokasi pusat cenderamata dan oleh-oleh khas Cianjur bagi wisatawan. Terakhir, Cianjur bagian selatan terdapat bukit-bukit kecil dan juga kawasan pantai yang juga berpotensi sebagai dayatarik wisata alam.

Beberapa objek wisata di Kabupaten Cianjur sudah berkembang dan menjadi primadona bagi wisatawan. Diantaranya, Taman Bunga Nusantara di Kecamatan Sukaresmi dan Kebun Raya Cibodas di Kecamatan Cipanas. Saat ini, keduanya menjadi tempat wisata favorit di akhir pekan bagi wisatawan domestik, khususnya masyarakat yang tinggal di kawasan Jabodetabek. Daerah-daerah lain pun sudah mulai mengembangkan potensi pariwisata yang dimiliki. Objek wisata danau Cirata dan Jangari di Cianjur bagian tengah sudah mulai dikembangkan oleh pemerintah daerah, tetapi pengembangan tersebut masih belum optimal sehingga belum dapat menarik wisatawan yang datang secara masiv.

Sektor pariwisata merupakan bagian dari sektor tersier. Tabel 1.3 menunjukkan perkembangan kontribusi sektor-sektor pembentuk Pendapatan Daerah Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Cianjur berdasarkan kelompok sektor. Dapat dilihat pada tabel, sektor tersier dalam lima tahun terakhir memberikan kontribusi yang paling dominan terhadap pembentukan PDRB. Selama periode

(19)

5

dari tahun 2006 hingga 2010, sektor tersier menunjukkan share yang terus meningkat terhadap PDRB Kabupaten Cianjur dengan kisaran 48,87 persen hingga 54,11 persen. Berbanding terbalik dengan perkembangan kontribusi sektor primer yang share-nya terus menurun. Hal ini memperlihatkan bahwa perekonomian Kabupaten Cianjur mulai bertransformasi dari sektor pertanian ke sektor jasa/tersier.

Tabel 1.3. Distribusi PDRB Kabupaten Cianjur Menurut Kelompok Sektor (%) Kelompok Sektor 2006 2007 2008 2009 2010 Primer 44,03 42,31 39,96 39,08 37,79 Sekunder 7,10 7,41 7,72 7,92 8,11 Tersier 48,87 50,28 52,32 53,00 54,11

Sumber: BPS Kabupaten Cianjur, 2011

Peranan sektor pariwisata terhadap perekonomian Kabupaten Cianjur juga dapat dilihat dari kontribusinya terhadap pembentukan Pendapatan Asli Daerah. Kontribusi industri pariwisata ini dapat dilihat melalui pajak hotel, pajak restoran, dan pajak hiburan. Data yang ada menunjukkan kontribusi industri pariwisata terhadap pembentukan PAD Kabupaten Cianjur cukup tinggi. Kontribusi pariwisata terhadap pembentukan PAD berkisar antara 34,03 persen hingga 36,76 persen. Tingginya kontribusi sektor pariwisata terhadap pembentukan PAD menunjukkan bahwa pariwisata merupakan sektor yang penting bagi Kabupaten Cianjur.

Tabel 1.4. Perkembangan Pendapatan Daerah Kabupaten Cianjur dari Sektor Pariwisata Periode 2006-2010 (Rupiah)

Sektor 2006 2007 2008 2009 2010

Hotel 2.633.117.053 2.822.859.491 3.559.646.814 3.692.571.019 3.878.915.132 Restoran 1.910.237.490 1.917.292.522 1.980.937.123 2.272.440.320 2.349.772.470 Hiburan 579.660.875 645.160.100 664.202.061 674.121.165 704.833.850 Jumlah 5.266.234.106 5.645.718.982 7.119.293.628 7.385.142.038 7.757.830.264 Sumber: Dinas Pendapatan Kabupaten Cianjur, 2011

(20)

Lebih lanjut, pertumbuhan share dari sektor pariwisata terhadap PAD terus mengalami pertumbuhan yang berfluktuatif. Laju pertumbuhan share yang dicapai sektor pariwisata pada periode 2006-2010 berkisar -3,25 persen hingga 5,11 persen. Meskipun laju pertumbuhan share sektor pariwisata berfluktuatif, tetapi nilainya terus menunjukkan peningkatan. Hal ini memperlihatkan bahwa kinerja sektor pariwisata cukup baik.

Pariwisata sudah menjadi suatu industri yang populer terutama karena manfaat-manfaat ekonomisnya. Sehingga, setiap daerah sudah mulai bersaing untuk mengembangkan potensi daerah yang dimiliki agar menjadi tujuan wisata. Dayasaing pariwisata memiliki peran yang penting dalam meningkatkan penerimaan daerah. Daerah yang memiliki dayasaing pariwisata yang lebih unggul dari daerah lain tentunya akan lebih menarik minat wisatawan untuk datang. Keunggulan dayasaing ini dapat dilihat dari pengembangan potensi yang dimiliki, sarana dan prasarana yang memadai, serta pelayanan yang baik dan memuaskan (Sholeh, 2010).

Berdasarkan uraian diatas, dapat dilihat bahwa penerimaan daerah dari sektor pariwisata selalu mengalami pertumbuhan yang positif. Hal ini memerlihatkan bahwa potensi pariwisata daerah yang ada sudah dapat memberikan kontribusi yang cukup baik. Namun, kontribusi sektor pariwisata masih dapat ditingkatkan melihat masih banyaknya potensi wisata yang belum berkembang. Sehingga diperlukan suatu penelitian yang dilakukan agar pengembangan potensi yang ada berjalan secara optimal.

(21)

7

1.2. Perumusan Masalah

Pendapatan Asli Daerah (PAD) dari sektor pariwisata, dengan pendekatan melalui pajak hotel, pajak restoran, dan pajak hiburan, memiliki kontribusi yang besar terhadap pembentukan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Cianjur. Pada tabel 1.4 dapat dilihat bahwa nilai dari kontribusi PAD Pariwisata selalu meningkat setiap tahunnya. Pertumbuhan kontribusi yang positif ini ternyata menunjukkan pertumbuhan semu dari sektor pariwisata. Pertumbuhan ini ternyata tidak diikuti oleh peningkatan jumlah wisatawan yang datang ke objek wisata di Kabupaten Cianjur.

Jumlah kunjungan wisatawan yang datang berkunjung ke objek-objek wisata di Kabupaten Cianjur terus mengalami penurunan. Pada tahun 2003, jumlah wisatawan yang berkunjung ke objek dan dayatarik wisata mencapai 1.888.531 wisatawan; jumlah ini meningkat menjadi 2.538.574 wisatawan di tahun 2005. Pada tahun 2007, jumlah wisatawan yang berkunjung mengalami penurunan yang signifikan menjadi 1.761.730 wisatawan atau turun hingga 69,40 persen. Penurunan jumlah wisatawan yang berkunjung masih terus terjadi hingga tahun 2011, dimana jumlah wisatawan yang datang hanya berjumlah 813.769 wisatawan. (Dinas Budaya dan Pariwisata Kabupaten Cianjur).

Apabila dilihat lebih lanjut, proporsi jumlah kunjungan wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Cianjur masih terfokus pada objek wisata yang berada di Cianjur Utara atau kawasan Puncak-Cipanas. Berdasarkan objek wisata yang dikelola oleh pemerintah daerah, Kebun Raya Cibodas menjadi objek wisata yang paling banyak dikunjungi oleh wisatawan. Dari tahun 2006 hingga 2010, share wisatawan yang datang ke Kebun Raya Cibodas terhadap total kunjungan

(22)

wisatawan ke objek wisata yang dikelola pemerintah daerah berada kisaran 72-79 persen. Hal ini memperlihatkan bahwa objek wisata di kawasan Cianjur Selatan dan Tengah masih kurang menarik wisatawan.

Selain itu, jumlah kunjungan wisatawan juga dipengaruhi oleh faktor eksternal. Salah satunya adalah persaingan dalam menarik wisatawan dengan objek wisata di daerah destinasi lain. Kabupaten Bogor sebagai daerah yang berdekatan tentunya menjadi pesaing utama bagi Kabupaten Cianjur untuk menarik wisatawan. Karakteristik objek wisata yang ditawarkan di kedua destinasi wisata memiliki kesamaan yaitu dayatarik wisata alam. Karakteristik wisatawan yang datang pun memiliki kesamaan, dimana mayoritas wisatawan berasal dari Jabodetabek. Karakteristik yang sama ini memerlihatkan bahwa kedua destinasi tersebut menawarkan daya tarik wisata yang sejenis ke pasar yang sama.

Dayasaing pariwisata memiliki peranan yang sangat penting terhadap kunjungan wisatawan. Dayasaing pariwisata bisa dilihat dari beberapa indikator, seperti infrastuktur, kondisi lingkungan, tingkat harga, kenyamanan dan keamanan, keterbukaan, serta teknologi. Posisi dayasaing yang semakin baik akan semakin meningkatkan dayatarik wisata sehingga jumlah wisatawan yang berkunjung pun meningkat. Implikasinya pendapatan daerah dari sektor pariwisata akan meningkat akibat kenaikan wisatawan yang datang.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana perkembangan dayasaing sektor industri pariwisata Kabupaten Cianjur?

(23)

9

2. Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi industri pariwisata di Kabupaten Cianjur?

3. Kebijakan apa yang telah diterapkan oleh pemerintah Kabupaten Cianjur untuk meningkatkan kontribusi Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menganalisis perkembangan dayasaing sektor industri pariwisata Kabupaten Cianjur dengan daerah di sekitarnya khususnya Kabupaten Bogor.

2. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi industri pariwisata Kabupaten Cianjur.

3. Menganalisis kebijakan yang telah diterapkan oleh Pemerintah Kabupaten Cianjur untuk meningkatkan kinerja sektor pariwisata.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian adalah sebagai berikut:

1. Sumber informasi dan referensi bagi masyarakat mengenai potensi pariwisata Kabupaten Cianjur.

2. Menjadi referensi bagi pemerintah dan dinas-dinas di Kabupaten Cianjur dalam pengambilan kebijakan dalam memajukan sektor pariwisata.

(24)

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Agar penulisan dan pembahasan dalam penelitian ini lebih terarah pada tujuan yang hendak dicapai, maka perlu dilakukan pembatasan pada ruang lingkup penelitian, yaitu:

1. Analisis tentang dayasaing industri pariwisata difokuskan untuk melihat dayasaing industri pariwisata Kabupaten Cianjur yang kemudian dibandingkan dengan dayasaing pariwisata daerah lainnya, yaitu Kabupaten Bogor. Analisis ini difokuskan terhadap beberapa indikator yang dianggap dapat merepresentasikan dayasaing industri pariwisata, antara lain; pendapatan asli daerah, infrastruktur, lingkungan, harga, teknologi, keterbukaan, dan keamanan serta kenyamanan tempat wisata. Namun, indikator teknologi tidak dibahas dalam penelitian ini karena keterbatasan data yang tersedia. Periode waktu yang digunakan dalam analisis dayasaing adalah dari tahun 2006 hingga 2010. Tujuannya adalah untuk melihat bagaimana perkembangan indikator-indikator yang dianalisis.

2. Analisis tentang faktor-faktor yang memengaruhi industri pariwisata menggunakan Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata, yang terdiri atas pajak hotel, pajak restoran, dan pajak hiburan, sebagai proksi dari industri pariwisata Kabupaten Cianjur. Faktor-faktor yang dianalisis dalam penelitian ini antara lain jumlah hotel, jumlah restoran, tingkat pendidikan tenaga kerja, tingkat hunian hotel, dan jalan beraspal kualitas baik.

(25)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1. Pengertian Pariwisata

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan mendefinisikan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan pemerintah daerah. Lebih lanjut, Damanik dan Webber (2006) memberikan pengertian pariwisata sebagai kegiatan rekreasi di luar domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain.

Heriawan (2004) memaparkan bahwa tidak semua yang melakukan perjalanan dari suatu tempat (tempat asal) ke tempat lain termasuk kegiatan wisata. Dengan demikian, kegiatan pariwisata adalah kegiatan bersenang-senang yang mengeluarkan uang atau melakukan tindakan konsumtif. Kemudian, Rahayu (2006) memaparkan ciri-ciri dari kegiatan pariwisata. Beberapa ciri-ciri pariwisata, diantaranya adalah sebagai berikut: seseorang yang melakukan perjalanan itu dilakukan keluar jauh dari lingkungan tempat tinggalnya, perjalanan itu dilakukan sendirian atau bersama-sama dengan orang lain (berkelompok atau grup), perjalanan itu dilakukan dengan tujuan rekreasi dan usaha-usaha untuk menyenangkan dirinya sendiri/kegiatan bersenang-senang (leisure), orang-orang yang melakukan kegiatan wisata tidak untuk mencari nafkah di tempat yang dikunjunginya, selama dalam perjalanan tinggal atau menetap di suatu

(26)

tempat/akomodasi, dan dalam melakukan perjalanan tersebut, menggunakan alat transportasi darat, laut atau udara.

2.1.2. Industri Pariwisata

Pariwisata adalah salah satu dari industri gaya baru, yang mampu menyediakan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal kesempatan kerja, pendapatan, taraf hidup, dan dalam mengaktifkan sektor produksi lain di dalam negara penerima wisatawan (Gomang, 2003). Istilah industri pariwisata (Tourism

Industry) lebih banyak bertujuan memberikan dayatarik agar pariwisata dapat

dianggap sebagai sesuatu yang berarti bagi perekonomian suatu negara, terutama pada negara-negara sedang berkembang. Gambaran pariwisata sebagai suatu industri diberikan hanya untuk menggambarkan pariwisata secara konkret, dengan demikian dapat memberikan pengertian yang lebih jelas (Yoeti, 2008). Industri pariwisata berbeda dengan industri manufaktur. Industri wisata tidak berdiri sendiri seperti industri semen, garmen, atau industri sepatu. Melainkan lebih bersifat tidak berwujud (intangible), sehingga industri pariwisata sering disebut sebagai industri tanpa cerobong asap (smokeless industry).

Industri wisata artinya semua usaha yang menghasilkan barang dan jasa bagi pariwisata (Freyer, 1993) dalam Damanik & Webber. Industri pariwisata dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan utama, yaitu:

1. Pelaku langsung, yaitu usaha-usaha wisata yang menawarkan jasa secara langsung kepada wisatawan atau yang jasanya langsung dibutuhkan oleh wisatawan. Termasuk dalam kategori ini adalah hotel, restoran, biro perjalanan, pusat informasi wisata, atraksi hiburan, dll. Secara faktual hotel menjadi pihak

(27)

13

paling utama yang bersentuhan langsung dengan wisatawan, kemudian diikuti oleh biro perjalanan.

2. Pelaku tidak langsung, yakni usaha yang mengkhususkan diri pada produk-produk yang secara tidak langsung mendukung pariwisata, misalnya usaha kerajinan tangan, penerbit buku atau lembar panduan wisata, penjual roti, dan sebagainya.

Batasan pariwisata sebagai industri, seperti dijelaskan oleh Yoeti (2008), dimana kelompok perusahaan yang secara langsung memberikan pelayanan kepada wisatawan bila datang berkunjung pada suatu tempat wisata. Tanpa bantuan kelompok perusahaan ini, wisatawan tidak akan memeroleh kenyamanan (comfortable), keamanan (security), dan kepuasan (satisfaction) dalam mencari kesenangan yang diinginkan. Perusahaan-perusahaan dimaksudkan dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Perusahaan Kelompok Industri Pariwisata

Sumber: Yoeti, 2008

No Jenis Perusahaan Fungsi dan tugasnya

1 Tour operator / Wholesaler Memberi informasi/advis/paket wisata 2 Maskapai Penerbangan Menyediakan seats dan baggages services 3 Angkutan Pariwisata Melayani transfer service dari dan ke

airport

4 Akomodasi Hotel, Motel,

Inn, dll

Menyediakan kamar, laundry, dll 5 Restoran dan sejenisnya Menyediakan makanan dan minuman 6 Impresariat, Amusement, dll Menyediakan atraksi wisata dan hiburan 7 Lokal tour operator Menyelenggarakan city-sighseeing & tours 8 Shopping Center/Mall, dll Menyediakan cenderamata dan oleh-oleh 9 Bank/Money Changer Melayani penukaran valuta asing

(28)

2.1.3. Peranan Pariwisata dalam Perekonomian

Pariwisata merupakan industri jasa yang diyakini dapat mendorong perekonomian suatu daerah bahkan dunia, dalam hal ini disebabkan industri pariwisata terkait dengan industri-industri lainnya seperti industri perhotelan, restoran, dan jasa hiburan. Jika dilihat dari kewilayahan, sektor pariwisata telah mendorong tumbuh dan berkembangnya kawasan-kawasan pariwisata dan pusat-pusat pelayanan yang tersebar di seluruh nusantara (Tjitroresmi (2003) dalam Febriawan (2009)).

World Tourism Organization (2008) menyepakati bahwa pariwisata telah

menjadi fenomena sosial ekonomi yang sangat penting dalam perkembangan kehidupan dan pergaulan global antar bangsa-bangsa di dunia. Pariwisata menjadi penting bagi kehidupan karena terkait dengan dampaknya pada perkembangan ekonomi, sosial, budaya, dan pendidikan baik dalam lingkup nasional maupun internasional.

Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa terbesar bagi negara berkembang. Sektor pariwisata memiliki fungsi sebagai katalisator pembangunan (agent of development) sekaligus akan mempercepat proses pembangunan itu sendiri, antara lain akan sangat berperan dalam (Yoeti, 2008):

1. Peningkatan perolehan devisa negara.

2. Memperluas dan memercepat proses kesempatan berusaha. 3. Memperluas kesempatan kerja.

4. Mempercepat pemerataan pendapatan (Distribution of Income). 5. Meningkatkan penerimaan pajak negara dan retribusi daerah. 6. Meningkatkan pendapatan nasional.

(29)

15

7. Memperkuat posisi neraca pembayaran.

8. Mendorong pertumbuhan pembangunan wilayah yang memiliki potensi alam yang terbatas.

Selain itu, menurut Gomang (2003), pariwisata merupakan faktor penting dalam pengembangan ekonomi, karena kegiatannya mendorong perkembangan beberapa sektor ekonomi nasional, misalnya:

1. Meningkatkan urbanisasi karena pertumbuhan pembangunan dan pembaharuan suprasarana pariwisata.

2. Menggugah industri-industri baru yang berkaitan dengan jasa-jasa wisata misalnya; usaha-usaha transportasi, akomodasi (hotel, motel, pondok wisata, perkemahan, dan lain-lain), yang memerlukan perluasan beberapa industri seperti misalnya; peralatan hotel dan kerajinan tangan.

3. Menambah permintaan akan hasil-hasil pertanian karena bertambah pemakaiannya.

4. Memperluas pasar barang-barang lokal.

5. Menunjang pendapatan negara dengan valuta asing sehingga mengurangi defisit di dalam neraca pembayaran dan memajukan perekonomian nasional. 6. Memberi dampak positif pada tenaga kerja di negara, karena pariwisata

memperluas lapangan kerja baru (tugas baru di hotel atau di tempat penginapan lainnya, usaha perjalanan, di kantor-kantor pemerintah yang mengurus pariwisata-pariwisata dan penerjemah, industri kerajinan tangan dan cenderamata, serta tempat-tempat penjualan lainnya).

(30)

2.1.4. Pariwisata dari Sisi Permintaan

Menurut Yoeti (2008), permintaan dalam kepariwisataan (tourist demand) dapat dibagi dua, yaitu potential demand dan actual demand. Potential demand adalah sejumlah orang yang berpotensi untuk melakukan perjalanan wisata (karena memiliki waktu luang dan tabungan relatif cukup). Sedangkan yang dimaksudkan dengan actual demand adalah orang-orang yang sedang melakukan perjalanan wisata pada suatu Daya Tarik Wisata (DTW) tertentu.

World Tourism Organization, WTO (1995) mendefinisikan permintaan

pariwisata sebagai permintaan terhadap barang dan jasa yang muncul karena adanya kegiatan pariwisata. Tentu saja pihak yang melakukan permintaan adalah wisatawan itu sendiri (konsumen), serta pemerintah dan swasta dalam rangka investasi dan promosi wisata.

2.1.5. Pariwisata dari Sisi Penawaran

Penawaran pariwisata mencakup hal-hal yang ditawarkan oleh daerah destinasi pariwisata kepada wisatawan yang real maupun yang potensial. Penawaran dalam pariwisata menunjukkan suatu atraksi wisata alamiah dan buatan manusia, jasa-jasa maupun barang-barang dapat menarik wisatawan untuk datang mengunjungi suatu kawasan wisata (Gomang, 2003). Menurut Heriawan (2004), sektor inti dari pariwisata mencakup: hotel, restoran, transportasi domestik dan lokal, industri kerajinan (souvenir), jasa hiburan, rekreasi dan budaya, serta biro perjalanan (paket tour).

(31)

17

Menurut Damanik dan Webber (2006), elemen penawaran wisata terdiri dari triple A, yang terdiri dari:

1. Atraksi

Atraksi dapat diartikan sebagai objek wisata (baik yang bersifat tangible maupun intangible) yang memberikan kenikmatan kepada wisatawan. Atraksi dapat dibagi menjadi tiga, yakni alam, budaya, dan buatan. Atraksi alam meliputi pemandangan alam, seperti Danau Kelimutu atau Gunung Bromo, udara sejuk dan bersih, hutan perawan, sungai, gua, dan lain-lain. Atraksi budaya meliputi peninggalan sejarah seperti Candi Perambanan, adat-istiadat masyarakat seperti pasar Terapung di Kalimantan. Adapun atraksi buatan dapat dimisalkan Kebun Raya Bogor, Taman Safari, Taman Impian Jaya Ancol, dan sebagainya. Unsur lain yang melekat dalam atraksi adalah hospitally, yakni jasa akomodasi atau penginapan, restoran, biro perjalanan, dan sebagainya.

2. Aksesibilitas

Aksesibilitas mencakup keseluruhan infrastruktur transportasi yang

menghubungkan wisatawan dari, ke, dan selama di daerah tujuan wisata. Akses ini tidak hanya menyangkut aspek kuantitas tetapi juga inklusif mutu, ketepatan waktu, kenyamanan, dan keselamatan. Moda transportasi layak ditawarkan adalah angkutan penumpang tersebut berangkat dan tiba tepat waktu di Objek dan Daya Tarik Wisata (ODTW).

3. Amenitas

Amenitas adalah infrastruktur yang sebenarnya tidak langsung terkait

dengan pariwisata tetapi sering menjadi bagian dari kebutuhan wisatawan. Bank, pertukaran uang, telekomunikasi, usaha persewaan (rental), penerbit dan penjual

(32)

buku panduan wisata, seni pertunjukan (teater, bioskop, pub, dan lain-lain) dapat digolongkan ke dalam unsur ini.

2.1.6. Teori Dayasaing

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses, mendefinisikan dayasaing adalah kemampuan untuk menunjukkan hasil yang lebih baik, lebih cepat atau lebih bermakna. Kemampuan yang dimaksud adalah (1) kemampuan memperkokoh pangsa pasarnya, (2) kemampuan menghubungkan dengan lingkungannya, (3) kemampunan meningkatkan kinerja tanpa henti, (4) kemampuan menegakkan posisi yang menguntungkan.

Lebih lanjut, dayasaing menurut Porter (1995) dapat didefinisikan sebagai kemampuan usaha suatu perusahaan dalam industri untuk menghadapi berbagai lingkungan yang dihadapi. Dayasaing ditentukan oleh keunggulan bersaing suatu perusahaan dan sangat bergantung pada tingkat sumber daya relatif yang dimilikinya atau biasa kita sebut keunggulan kompetitif. Konsep keunggulan kompetitif adalah suatu cara yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperkuat posisinya dalam menghadapi pesaing dan mampu menunjukkan perbedaan dengan lainnya. Selanjutnya, Porter menjelaskan pentingnya dayasaing karena tiga hal berikut: (1) mendorong produktivitas dan meningkatkan kemampuan mandiri; (2) dapat meningkatkan kapasitas ekonomi, baik dalam konteks regional ekonomi maupun entitas pelaku ekonomi sehingga pertumbuhan ekonomi meningkat; (3) kepercayaan bahwa mekanisme pasar lebih menciptakan efisiensi.

(33)

19

2.1.7. Competitiveness Monitor

Competitiveness Monitor merupakan suatu metode yang dapat digunakan

untuk melihat dayasaing industri pariwisata. Analisis Competitiveness Monitor diperkenalkan pertama kali oleh World Travel and Tourism Council (WTTC) pada tahun 2001 sebagai alat ukur dayasaing pariwisata. Analisis ini menggunakan delapan indikator yang digunakan untuk melihat dayasaing. Indikator tersebut antara lain (World Tourism Organization, 2008):

1. Indikator Pariwisata, menunjukkan pencapaian perkembangan ekonomi daerah akibat kedatangan turis pada daerah tersebut.

2. Indikator Persaingan Tingkat Harga, menunjukkan harga komoditi yang dikonsumsi oleh turis selama berwisata di daerah tujuan wisata.

3. Indikator Perkembangan Infrastruktur, menunjukkan perkembangan infrastruktur di daerah tujuan wisata.

4. Indikator Lingkungan, menunjukkan kualitas lingkungan dan kesadaran penduduk dalam memelihara lingkungannya.

5. Indikator Kemajuan Teknologi, menunjukkan perkembangan infrastruktur dan teknologi modern yang ditunjukkan dengan adanya ekspor produk berteknologi tinggi di daerah tujuan wisata.

6. Indikator Sumberdaya Manusia Pariwisata, menunjukkan kualitas sumberdaya manusia daerah tersebut sehingga dapat memberikan pelayanan yang lebih baik kepada turis.

7. Indikator Keterbukaan, menunjukkan tingkat keterbukaan destinasi wisata terhadap perdagangan internasional dan turis internasional.

(34)

8. Indikator Sosial, menunjukkan kenyamanan dan keamanan turis untuk berwisata di daerah destinasi.

2.2. Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai pariwisata dan dayasaing sudah banyak dilakukan sebelumnya. Berikut ini beberapa penelitian terdahulu yang membahas sektor/industri pariwisata, antara lain :

Yulianti (2009) dalam penelitiannya yang menganalisis faktor-faktor penentu dayasaing dan preferensi wisatawan dalam berwisata dengan menggunakan pendekatan Porter’s Diamond dan metode Probit menyebutkan bahwa potensi dan kondisi faktor-faktor yang memengaruhi dayasaing kepariwisataan kota Bogor menarik dan beragam namun tidak diiringi jumlah kunjungan wisatawan yang terus meningkat. Hal ini dikarenakan fasilitas kepariwisataan masih kurang mendukung baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Selain itu juga anggaran yang dialokasikan pemerintah untuk pengembangan kepariwisataan kota Bogor masih sangat kurang untuk membiayai pengingkatan kualitas maupun kuantitas kepariwisataan kota Bogor.

Faktor-faktor yang memengaruhi preferensi wisatawan dalam berwisata ke kota Bogor menurut penelitian ini adalah variabel pendidikan, intensitas biaya, dan kenyamanan. Semua variabel signifikan pada taraf nyata 10 persen. Hal ini memperlihatkan semakin besar nilai variabel-variabel tersebut maka semakin besar pula peluang wisatawan yang preferensi wisatanya ke kota Bogor. Oleh karena itu, strategi yang dapat direkomendasikan adalah peningkatan anggaran,

(35)

21

promosi pariwisata serta koordinasi dengan pihak swasta yang lebih intens untuk memajukan kepariwisataan kota Bogor.

Trisnawati, et al (2007) dalam penetiannya dalam analisis dayasaing industri pariwisata antara Surakarta dengan Yogyakara dengan menggunakan alat analisis competitiveness monitor menyatakan indeks dayasaing pariwisata di Yogyakarta memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan Surakarta. Berdasarkan

Price Competitiveness Indicator (PCI), Yogyakarta mempunyai indeks yang lebih

tinggi dibandingkan Surakarta. Berdasarkan Infrastructure Development Indicator

(IDI) menunjukkan bahwa pendapatan per kapita di kedua destinasi tersebut tidak

berbeda secara nyata, namun pertumbuhan pendapatan perkapita Yogyakarta lebih tinggi dibandingkan Surakarta. Environment Indicator (EI) menunjukkan bahwa tingkat kepadatan penduduk di kedua destinasi tersebut tidak berbeda secara nyata.

Technology Advancement Indicator (TAI) menunjukkan indeks nilai Yogyakarta

lebih tinggi. Human Resources Indicator (HRI) menunjukkan bahwa indeks pendidikan di destinasi Yogjakarta lebih tinggi dibandingkan Surakarta. Openess

Indicator (OI) dayasaing pariwisata destinasi Yogyakarta kembali menunjukkan

angka yang lebih tinggi. Indikator terakhir, Social Development Indicator (SDI) menunjukkan bahwa rata-rata masa tinggal turis di Yogyakarta lebih lama dibandingkan di Surakarta.

Dayasaing industri pariwisata Surakarta secara menyeluruh lebih rendah dibandingkan Yogjakarta. Indikator-indikator yang digunakan menunjukkan bahwa pariwisata Yogjakarta lebih unggul.

Santri (2009) dalam skripsinya melakukan analisis mengenai potensi sektor pariwisa untuk meningkatkan kesempatan kerja dan pendapatan masyarakat,

(36)

dengan menggunakan tabel Input-Output tahun 2007 transaksi domestik atas harga produsen. Penelitian ini memperlihatkan sektor pariwisata memiliki peran yang relatif besar terhadap struktur perekonomian Provinsi Bali. Hal ini dapat dilihat dari permintaan total sektor pariwisata pada tahun 2007 yang mencapai 36,00 persen dari jumlah total permintaan seluruhnya. Dalam permintaan akhir, sektor pariwisata memiliki nilai tertinggi yaitu sebesar 40,25 persen dari total permintaan akhir.

Sedangkan dalam pengeluaran konsumsi rumah tangga, sektor pariwisata juga menempati posisi tertinggi sebesar 30,75 persen dari total pengeluaran rumah tangga terhadap output domestik. Investasi terhadap sektor pariwisata mencapai 8,79 persen dari total investasi provinsi Bali. Struktur ekspor dan impor pariwisata menempati posisi tertinggi dengan nilai ekspor sebesar 69,30 persen dan nilai impor 26,29 persen.

Sektor pariwisata di Provinsi Bali memiliki keterkaitan langsung dan tidak langsung yang tinggi baik sektor pengguna input maupun output, sehingga dapat dikatakan bahwa sektor ini dapat diandalkan untuk mendorong sektor-sektor lainnya dari hulu hingga ke hilir. Pada keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan nilai terbesarnya ditempati oleh subsektor hotel bintang. Sedangkan pada keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang, subsektor travel dan biro yang memiliki nilai terbesar.

Sholeh (2010) dalam penelitiannya mengenai analisis dayasaing dan pegaruh industri pariwisata terhadap perekonomian Kabupaten Bogor dengan menggunakan metode analisis Competitiveness Monitor untuk mengukur trend

(37)

23

perkembangan dayasaing dan metode regresi untuk melihat faktor-faktor yang memengaruhi PAD Pariwisata Kabupaten Bogor.

Analisis dayasaing menggunakan Kota Yogyakarta sebagai daerah pembanding. Hasil analisis menunjukkan bahwa perkembangan dari Human

Tourism Indicator, Price Competitiveness Indicator, Human Resources Indicator,

dan Social Development Indicator sejak tahun 2004 hingga 2008 terus meningkat.

Environtment Indicator dan Technology Advancement Indicator mengalami

perkembangan yang berfluktuatif. Openess Indicator memiliki perkembangan yang konstan.

Analisis pengaruh industri pariwisata terhadap pembentukan PAD menggunakan beberapa variabel, antara lain jumlah hotel, jumlah wisatawan, dan pajak hiburan. Hasil analisis memperlihatkan semua variabel berpengaruh positif dan signifikan terhadap PAD Kabupaten Bogor.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Yulianti (2009) dan Santri (2009) adalah metode yang digunakan. Yulianti (2009) dalam melihat posisi dayasaing pariwisata Kota Bogor menggunakan pendekatan Porter’s Diamond sedangkan penelitian ini menggunakan alat analisis Competitiveness Monitor. Yulianti (2009) menggunakan analisis Tabel Input-Ouput untuk melihat peranan serta pengaruh pariwisata terhadap perekonomian.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Trisnawati,et al (2007) dan Sholeh (2010) adalah daerah penelitian, variabel, dan periode data yang digunakan. Daerah yang dianalasisis pada penelitian ini adalah Kabupaten Cianjur. Data yang digunakan merupakan data sekunder dengan periode waktu dari tahun 2001 hingga 2011.

(38)

2.3. Kerangka Pemikiran

Kabupaten Cianjur mempunyai potensi yang sangat besar untuk menjadikan sektor pariwisata sebagai sumber utama pendapatan daerah. Kabupaten Cianjur sangat kaya akan potensi alam yang beraneka ragam. Di bagian utara, terdapat kawasan Cipanas-Puncak dengan daerah pegunungan dan bukit. Wilayah bagian selatan terdapat pantai yang dapat dikembangkan menjadi daya tarik wisata.

Tabel 2.2. Objek-objek Wisata di Kabupaten Cianjur

No Obyek Wisata Lokasi Keterangan

1 Kebun Raya Cibodas Cipanas Sudah berkembang 2 Bumi Perkemahan Mandala Kitri Cipanas Sudah berkembang 3 Wanasata Mandalawangi Cipanas Sudah berkembang 4 Pendakian Gunung

Gede-Pangrango

Cipanas Sudah berkembang

5 Istana Cipanas Cipanas Sudah berkembang

6 Taman Bunga Nusantara Sukaresmi Sudah berkembang 7 Wisata Tirta Jangari Mande Sudah berkembang 8 Wisata Tirta Calincing Ciranjang Sudah berkembang 9 Wisata Ziarah Makam Dalam

Cikundul

Cikalongkulon Sudah berkembang

10 Pantai Jayanti Cidaun Sudah berkembang

11 Pantai Apra Sindangbarang Sudah berkembang 12 Sumber Air Panas Sukasirna Agrabinta Potensi

13 Air Terjun Citambur Pagelaran Potensi 14 Situs Megalith Gunung Padang Campaka Potensi 15 Agrowisata Perkebunan Teh

Gedeh

Pacet Potensi

Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Cianjur, 2009

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata menyatakan sebelas dari total lima belas obyek wisata di Kabupaten Cianjur sudah berkembang. Potensi obyek wisata yang sudah berkembang didominasi oleh obyek wisata di kawasan Puncak-Cipanas. Kebun Raya Cibodas dan Taman Bunga Nusantara menjadi daya tarik utama bagi wisatawan dengan total kunjungan ke obyek wisata tersebut sebanyak 1.156.319 wisatawan (Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Cianjur,

(39)

25

2006). Objek wisata yang sudah berkembang membuat sektor-sektor pendukung pariwisata sepeti hotel dan restoran ikut berkembang di kawasan ini. Bahkan, semua hotel berbintang yang berada di Kabupaten Cianjur pun berada di kawasan Puncak-Cipanas.

Kemajuan objek wisata di kawasan Puncak-Cipanas yang notebene merupakan bagian dari Cianjur bagian Utara tidak diikuti oleh perkembangan objek wisata di kawasan timur dan selatan. Pemerintah daerah harus lebih fokus dalam pembangunan pariwisata di kawasan timur dan selatan Kabupaten Cianjur.

Potensi objek pariwista Kabupaten Cianjur masih besar untuk bisa dikembangkan. Oleh karena itu, kebijakan yang tepat dibutuhkan agar potensi yang ada dapat berkembang secara optimal.

Analisis perkembangan dayasaing industri pariwisata penting untuk dilakukan. Hasil analisis dapat menunjukkan perkembangan potensi pariwisata yang juga dapat memperlihatkan sejauh mana pemerintah maupun swasta memaksimalkan potensi yang ada.

Selain itu, analisis mengenai faktor-faktor yang memengaruhi industri pariwisata pun diperlukan. Analisis ini bertujuan untuk melihat faktor atau variabel apa saja yang memberikan pengaruh signifikan terhadap industri pariwisata. Sehingga dapat membantu pemerintah daerah Kabupaten Cianjur untuk mengambil kebijakan dengan menjadikan hasil analisis ini sebagai acuan.

Untuk lebih jelas, diagram alur berpikir dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut:

(40)

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Keterangan: --- = Ruang Lingkup Penelitian

Potensi Objek Pariwisata yang cukup banyak tetapi masih

kurang berkembang

Analisis Perkembangan Dayasaing

Rekomendasi Kebijakan Kepada Pemerintah untuk

Meningkatkan Kinerja Industri Pariwisata Meningkatkan Kontribusi

Industri Pariwisata Perkembangan Industri Pariwisata Kabupaten Cianjur

Analisis faktor-faktor yang Memengaruhi Pariwisata

(41)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder. Data yang digunakan untuk analisis dayasaing merupakan data sekunder dari tahun 2006 sampai dengan 2010. Sedangkan, analisis faktor-faktor yang memengaruhi pariwisata menggunakan data time series dari tahun 2001 sampai dengan 2011.

Data-data yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari berbagai dinas pemerintahan Kabupaten Cianjur, yaitu Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Cianjur, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Dinas Pendapatan Daerah, dan Kantor Lingkungan Hidup. Selain itu, data juga diperoleh dari literatur yang ada di perpustakaan IPB, media massa, dan internet.

Data yang digunakan dalam pembentukan variabel dependen dan independen untuk analisis faktor-faktor yang memengaruhi industri pariwisata dalam penelitian ini bisa dilihat pada tabel 3.1.

Tabel 3.1. Data, Satuan, dan Sumber Data

Variabel Satuan Simbol Sumber

PAD Pariwisata Rupiah PADPar Dispenda Kab.Cianjur Jumlah Hotel dan

Akomodasi lainnya

Unit JHot Budpar dan BPS Kab.Cianjur Jumlah Restoran Unit JRes Disbudpar Kab. Cianjur Jalan Beraspal Kualitas

Baik

Km JKB BPS Kab. Cianjur Tingkat Pendidikan

Tenaga Kerja Pariwisata

Persen TPPar BPS Kab. Cianjur Tingkat Hunian Hotel Persen THH BPS Kab. Cianjur

(42)

3.2. Metode Analisis Dayasaing

3.2.1. Analisis Competitiveness Monitor

Metode yang digunakan dalam penelitian dayasaing pariwisata Kabupaten Cianjur adalah metode Competitiveness Monitor (CM). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah indeks dayasaing pariwisata yang dibentuk dari delapan indikator penentu dayasaing pariwisata yang telah ditetapkan oleh World

Tourism Organization (WTO). Kedelapan indikator tersebut adalah sebagai

berikut (World Tourism Organization, 2008),: 1. Indikator Pengaruh Pariwisata

Indikator ini menunjukkan pencapaian perkembangan ekonomi daerah akibat kedatangan turis pada daerah tersebut. Indikator ini diukur dengan menggunakan Tourism Impact Index (TII). Besarnya TII dapat dihitung dengan rumus berikut:

𝑇𝐼𝐼 =

PAD Pariwisata

PDRB Total

2.Indikator Dayasaing Tingkat Harga (IDTH)

Indikator ini menunjukkan harga komoditi yang dikonsumsi oleh turis selama berwisata di daerah tujuan wisata. Pengukuran yang digunakan untuk indikator ini adalah Purchasing Power Parity (PPP) dan rata-rata tarif minimum hotel berbintang.

(43)

29

3. Indikator Perkembangan Infrastruktur (IPI)

Indikator ini menunjukkan perkembangan infrastruktur di daerah tujuan wisata. Pengukuran yang digunakan untuk indikator ini adalah panjang jalan beraspal dan kualitas jalan. Rumus dari indikator ini adalah sebagai berikut:

IPI = f (panjang jalan beraspal, kualitas jalan) 4. Indikator Lingkungan

Indikator ini menunjukkan kualitas lingkungan dan kesadaran penduduk dalam memelihara lingkungannya. Pengukuran yang digunakan untuk indikator ini adalah indeks kepadatan penduduk, dan indeks kualitas udara.

Kepadatan Penduduk = Jumlah Penduduk Luas Wilayah

Kualitas Udara = f (kadar CO, kadar debu, temperatur, kebisingan) 5. Indikator Sumberdaya Manusia (ISM)

Indikator ini menunjukkan kualitas sumberdaya manusia daerah tersebut sehingga dapat memberikan pelayanan yang lebih baik kepada turis. Pengukuran yang digunakan untuk indikator ini adalah indeks pendidikan yang dapat diukur dengan rumus berikut:

ISM = f (angka melek huruf, rata-rata lama sekolah) 6. Indikator Keterbukaan (IK)

Indikator ini menunjukkan tingkat keterbukaan destinasi terhadap perdagangan internasional dan turis internasional. Rumus untuk mengukur Indikator Keterbukaan adalah sebagai berikut:

IK = Jumlah Turis Asing yang Menginap di Hotel Total Tamu Hotel

(44)

7. Indikator Sosial

Indikator ini menunjukkan kenyamanan dan keamanan turis untuk berwisata di daerah destinasi. Ukuran SDI adalah rata-rata masa tinggal turis di daerah destinasi.

SDI = Rata-rata masa tinggal turis. 8. Indikator Kemajuan Teknologi

Indikator ini menunjukkan perkembangan infrastruktur dan teknologi modern yang ditunjukkan dengan adanya ekspor produk-produk berteknologi tinggi. Pengukuran yang digunakan untuk indikator ini adalah indeks ekspor, yang dapat dihitung dengan rumus berikut:

Indeks Ekspor = Jumlah Ekspor elektronik ,obat −obatan ,dan kamera Jumlah Ekspor Total

Metode Competitiveness Monitor tidak memiliki standar baku untuk melihat tinggi atau rendahnya nilai dayasaing dari setiap indikator. Analisis ini hanya membandingkan hasil pengukuran dayasaing Kabupaten Cianjur dengan daerah pembandingnya, yaitu Kabupaten Bogor. Pemilihan Kabupaten Bogor sebagai daerah pembanding dilakukan secara sengaja dengan justifikasi bahwa daya tarik wisata yang ada di Kabupaten Bogor memiliki karakteristik yang hampir sama dengan Kabupaten Cianjur.

3.2.2. Uji t Dua Sampel Independen.

Uji t digunakan untuk menguji apakah rata-rata satu grup sampel berbeda dengan grup sampel lainnya (Pratisto, 2004). Setelah mendapatkan nilai masing-masing indikator, maka dapat dilakukan uji t untuk melihat signifikansi perbedaan

(45)

31

dayasaing di Kabupaten Cianjur dan Kabupaten Bogor. Uji t yang dilakukan menggunakan software Minitab 14.

Hipotesis:

H0 : β1 ≥ 0 i = 1,2,3,....0

H1 : β1 < 0

Kriteria uji yang digunakan dalam melakukan uji t adalah sebagai berikut: Jika t-hitung ≥ t𝛼/2(𝑛−𝑘 ) maka tolak H0

Jika t-hitung < t𝛼 /2(𝑛 −𝑘) maka terima H0

Jika t-hitung > t-tabel (t𝛼 /2(𝑛−𝑘)), maka tolak H0, artinya dayasaing Kabupaten Cianjur lebih rendah dibandingkan dayasaing Kabupaten Bogor. Sedangkan apabila t-hitung < t-tabel (t𝛼 /2(𝑛 −𝑘)), maka terima H0, hal ini berarti dayasaing Kabupaten Cianjur relatif sama atau lebih tinggi dibandingkan dayasaing Kabupaten Bogor.

3.3. Metode Analisis

3.3.1. Analisis Regresi Berganda

Dalam penelitian ini dilakukan analisis untuk melihat faktor-faktor yang memengaruhi industri pariwisata Kabupaten Cianjur. Metode analisis yang digunakan adalah metode Regresi Linear Berganda (Ordinary Least Square) dengan menggunakan software Microsoft Excel 2007 dan software Minitab.

Salah satu regresi dalam OLS adalah regresi linear berganda. Analisis regresi linear berganda menunjukkan hubungan sebab akibat antara variabel X (variabel bebas) yang merupakan penyebab dan variabel Y (variabel tak bebas) yang merupakan akibat. Analisis regresi linier berganda merupakan suatu metode

(46)

yang digunakan untuk menguraikan pengaruh variabel bebas terhadap variabel tak bebasnya. Regresi linier berganda tidak hanya melihat keterkaitan antar variabel, namun juga mengukur besaran hubungan kausalitasnya.

Menurut Walpole (1995), model regresi linier berganda adalah sebagai berikut:

Y = 𝑌 = 𝑏0+ 𝑏1𝑥1+ 𝑏2𝑥2+ 𝑏𝑟𝑥𝑟 keterangan:

r = 1, 2, 3, ..., N 𝑏0= intersep

3.3.2. Model Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Sektor Pariwisata Kabupaten Cianjur.

Analisis faktor-faktor yang memengaruhi industri pariwisata Kabupaten Cianjur menggunakan Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata sebagai variabel dependen. Variabel independen yang digunakan antara lain jumlah hotel, jumlah wisatawan, dan tingkat pendidikan tenaga kerja sektor pariwisata. Setelah melalui beberapa tahapan spesifikasi, model persamaan terbaik yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi Sektor Pariwisata adalah sebagai berikut:

PADPart = α0 + α1JHott +α2JKBt + α3JRest + α4TPPart + α5THHt + εt

keterangan:

PADPart = Jumlah Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata pada Periode

(Rupiah)

JHott = Jumlah Hotel dan Akomodasi Lainnya pada Periode t (Unit)

(47)

33

JRest = Jumlah Restoran pada Periode t (Unit)

TPPart = Tingkat Pendidikan Tenaga Kerja Pariwisata pada Periode t (Persen)

THHt = Tingkat Hunian Hotel pada Periode t (Persen)

εt = Error Term

Langkah selanjutnya adalah merubah data-data yang berada pada persamaan tersebut ke dalam bentuk logaritma untuk mempermudah dalam melihat respon dari setiap variabel independen yang digunakan terhadap variabel dependen.

LnPADPart = α0 + α1LnJHott +α2LnJKBt + α3LnJRest + α4TPPart + α5THHt + εt

keterangan:

LnPADPart = Jumlah Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata pada Periode

(Persen)

LnJHott = Jumlah Hotel dan Akomodasi Lainnya pada Periode t (Persen)

LnJKBt = Jalan Beraspal Kualitas Baik pada Periode t (Persen)

LnJRest = Jumlah Restoran pada Periode t (Persen)

TPPart = Tingkat Pendidikan Tenaga Kerja Pariwisata pada Periode t

(Persen)

THHt = Tingkat Hunian Hotel pada Periode t (Persen)

εt = Error Term

Kemudian, model tersebut dianalisis menggunakan kriteria-kriteria uji agar model tersebut memenuhi persyaratan metode analisis Ordinary Least

Square (OLS), seperti terbebas dari masalah-masalah autokorelasi, heteroskedastisitas, dan multikolinieritas.

(48)

3.4. Identifikasi Model 3.4.1. Uji Kriteria Statistik

Tujuan pengujian kriteria adalah untuk melihat korelasi antar variabel persamaan, yaitu dengan menggunakan uji t, uji F, dan uji Koefisien Determinasi. 1. Uji Koefisien Regresi secara Individual (Uji-t)

Uji t dilakukan untuk melihat tingkat signifikansi variabel bebas, apakah variabel bebas berpengaruh atau tidak tehadap variabel tak bebas. Perbandingan antara nilai t-statistik dengan nilai t-tabel dapat menunjukkan daerah atau wilayah penolakan. Selain itu, uji ini digunakan untuk melihat keabsahan dari hipotesis dan membuktikan bahwa koefisien regresi dalam model secara statistik signifikan atau tidak.

Hipotesis:

H0 : β1 = 0 i = 1,2,3,....0

H1 : β1 ≠ 0

Statistik uji yang dilakukan dalam uji t adalah sebagai berikut: t-hitung = b−B

Sb

Kemudian hasil t-hitung dibandingkan dengan t-tabel (t-tabel = 1,96). Keterangan:

b = koefisien regresi parsial sampel B = koefisien regresi parsial populasi Sb = Simpangan baku koefisien dugaan

Kriteria uji yang digunakan dalam melakukan uji t adalah sebagai berikut: Jika t-hitung > t𝛼/2(𝑛−𝑘) maka tolak H0

(49)

35

Jika t-hitung > t-tabel (t𝛼 /2(𝑛−𝑘)), maka tolak H0 hal ini berarti variabel bebas yang digunakan berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebasnya pada taraf nyata α. Sedangkan apabila t-hitung < t-tabel (t𝛼 /2(𝑛−𝑘)), maka terima H0, hal ini berarti variabel bebas yang digunakan tidak berpengaruh nyata terhadap variabel bebasnya pada taraf α.

2. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Uji F dilakukan untuk melihat pengaruh variabel bebas terhadap variabel tak bebas secara keseluruhan dengan menggunakan pengujian F-hitung. Uji F juga digunakan untuk mengetahui kelayakan model yang diajukan untuk menduga parameter yang ada pada persamaan.

Hipotesis:

H0: β0 = β1 = β2= ⋯ = βn = 0 (variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas)

H1: minimal ada salah satu β1 ≠ 0 (paling sedikit ada satu variabel bebas yang berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas)

β = dugaan parameter

Statistik uji yang dilakukan dalam uji F adalah sebagai berikut: F-hitung = R

2/k−1 1−R2/n−k

(50)

Keterangan:

R2 = Koefisien determinasi

n = Banyaknya data

K = Jumlah koefisien regresi dugaan

Kriteria uji yang digunakan dalam melakukan uji F adalah sebagai berikut : Jika F-hitung > (F𝛼 (𝑘−1,𝑛 −𝑘)), maka tolak H0

Jika F-hitung < (F𝛼 (𝑘−1,𝑛 −𝑘)) maka terima H0

Jika hasil F-hitung > F-tabel (F𝛼 (𝑘−1,𝑛 −𝑘)), maka tolak H0, hal ini seperti minimal terdapat variabel bebas yang nilainya tidak nol dan berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas. Sedangkan apabila F-hitung < F-tabel (F𝛼(𝑘−1,𝑛−𝑘 )), maka terima H0 hal ini berarti tidak ada variabel bebas yang dapat menjelaskan

secara nyata keragaman dari variabel bebas. 3. Uji Koefisien Determinasi (R2) dan Adjusted R2

Koefisien determinasi (R2) dan Adjusted R2 digunakan untuk melihat sejauh mana variabel bebas mampu menerangkan keragaman variabel tak bebas dan untuk melihat seberapa kuat variabel bebas mampu menerangkan keragaman variabel tak bebas dan untuk melihat seberapa kuat variabel yang dimasukkan pada model dapat menerangkan model tersebut. Menurut Gujarati (1995) terdapat dua sifat R-squared, yaitu:

a. Merupakan besaran non-negatif

b. Batasnya adalah 0 ≤ R2 ≥ 1. Jika R2 bernilai 1 ada suatu kecocokan sempurna,

sedangkan jika R2 bernilai 0 berarti tidak ada hubungan antara variabel bebas dengan variabel tak bebas.

Gambar

Tabel  1.1.  Share  Indikator-indikator  Pariwisata  Terpilih  Terhadap  Indikator-indikator  Makro Ekonomi Indonesia (%)
Tabel 1.2. Pertumbuhan Devisa Komoditas Unggulan Nasional periode 2005- 2005-2009
Tabel  1.3.  Distribusi  PDRB  Kabupaten  Cianjur  Menurut  Kelompok  Sektor  (%)  Kelompok  Sektor  2006  2007  2008  2009  2010  Primer   44,03  42,31  39,96  39,08  37,79  Sekunder   7,10  7,41  7,72  7,92  8,11  Tersier   48,87  50,28  52,32  53,00  54
Tabel 2.2. Objek-objek Wisata di Kabupaten Cianjur
+5

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukan faktor produksi yang berpengaruh pada usaha industri tahu umumnya bahan yang digunakan untuk pembuatan tahu tersedia di pasar sebesar 92,24% dan

Faktor produksi yang berpengaruh positif dan nyata terhadap output industri pengolahan dan pengawetan daging adalah faktor produksi bahan baku, tenaga kerja,

Untuk melihat faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produksi gula kelapa, maka digunakan analisis reg- resi berganda dengan menggunakan me- tode kuadrat terkecil biasa

Berdasarkan sintesa teori analisis lokasi industri, faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan lokasi industri Sartika Brownies adalah Biaya Angkut

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul : “ANALISIS FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENERIMAAN ASLI DAERAH DARI SEKTOR PARIWISATA DI KABUPATEN LOMBOK TIMUR” tidak

Penelitian ini menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai intensitas energi pada industri menengah-besar di Indonesia serta menganalisis sektor-sektor yang

Untuk melihat faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produksi gula kelapa, maka digunakan analisis reg- resi berganda dengan menggunakan me- tode kuadrat terkecil biasa

Secara parsial Kurs Valas, Investasi, Inflasi, Industri tidak berpengaruh atau tidak signifikan secara negative terhadap analisis faktor – faktor yang mempengaruhi jumlah industri