• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan perbankan syariah di Indonesia diawali dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia (BMI) pada tanggal 1 November 1991 yang kemudian diikuti dengan keluarnya UU No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, yang membolehkan operasional bank dengan sistem bagi hasil. Selanjutnya dalam kurun waktu enam tahun undang-undang tersebut diperbarui dengan keluarnya UU No. 10 Tahun 1998 yang mengatur dual banking system, dimana bank konvensional diperbolehkan membuka unit usaha syariah, sehingga pertumbuhan perbankan syariah tumbuh pesat bak cendawan di musim hujan. Keberadaan UU itu juga diperkuat dengan terbitnya fatwa bunga bank oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tanggal 16 Desember 2003 yang menyatakan bahwa bunga bank konvensional, asuransi dan semua lembaga keuangan konvensional itu haram (Muhammad Alim, 2011:1).

Hingga kini pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Berdasarkan data statistik perkembangan perbankan syariah hingga Desember 2011 terdiri dari 11 Bank Umum Syariah (BUS), 23 Unit Usaha Syariah (UUS), 150 Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS), dan 3000 Baitul Maal wal Tamwil (BMT). Bagi umat Islam khususnya, kehadiran perbankan syariah secara emosional keagamaan telah memenuhi harapan batiniah berupa rasa aman dalam bertransaksi dan melakukan kegiatan ekonomi sesuai dengan rambu-rambu syariah. Pada sisi lain bank syariah sebagai lembaga intermediasi keuangan niscaya dituntut untuk memainkan peran yang sangat vital dalam menggerakkan sektor riil.

               

(2)

Perbankan syariah sesungguhnya memiliki peluang dan kemampuan yang sangat besar untuk mengambil peran sebagai lokomotif penggerak sektor riil, melalui pembiayaan yang dapat memberikan dampak positif terhadap perkembangan sektor riil yang menjadi indikator kemajuan roda perekonomian negara. Selain itu, perbankan syariah mampu menumbuhkan iklim investasi dan jiwa interpreneur yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan dan mengurangi angka pengangguran serta angka kemiskinan yang ada di masyarakat. Untuk mewujudkan hal itu, diperlukan langkah strategis dan inovatif dalam pengelolaan bisnis oleh perbankan syariah sebagai upaya optimalisasi dalam menggerakkan sektor riil.

Perbankan syariah mempunyai karakteristik yang berbeda dalam setiap kegiatan operasionalnya, diantaranya dalam penghimpunan dana dengan menggunakan akad wadiah dan mudharabah, penyaluran dana dengan sistem bagi hasil menggunakan akad mudharabah dan musyarakah, sementara untuk sistem jual beli menggunakan akad murabahah, salam, istishna dan al- qardh, serta untuk sewa beli menggunakkan akad ijarah dan IMBT. Berikut adalah gambar perkembangan pembiayaan mudharabah dan murabahah yang disalurkan oleh Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia.

Gambar 1.1

Pembiayaan yang disalurkan BUS dan UUS di Indonesia (Dalam Milyar Rupiah)

(Sumber: Statistik Perbankan Syariah BI 2011, disusun kembali)

               

(3)

Berdasarkan gambar 1.1 diatas, terdapat kesenjangan pembiayaan dimana akad murabahah merupakan produk yang paling besar porsi penyaluran pembiayaannya, sedangkan penyaluran akad mudharabah relatif rendah. Hal itu dikarenakan saat ini terlihat bahwa jajaran perbankan syariah cenderung ingin memperoleh pendapatan yang tetap (fixed income) dari tingkat margin yang telah ditetapkan di awal pada akad murabahah. Semestinya, bank syariah lebih mengedepankan akad mudharabah yang berorientasi pada sektor riil yang akan memberikan manfaat bagi perekonomian negara.

Menurut Beik (2006) ada beberapa manfaat yang bisa diperoleh dari penyaluran pembiayaan mudharabah tersebut diantaranya: pertama, akan menggairahkan sektor riil, dimana investasi akan disertai dengan pembukaan lapangan kerja baru. Kedua, ditinjau dari sisi nasabah, nasabah akan memiliki dua pilihan yaitu apakah akan mendepositokan dananya pada bank syariah atau pada bank konvensional. Dimana selama ini fakta telah membuktikan, ternyata rate of return bank syariah lebih tinggi dibandingkan dengan interest rate yang berlaku pada bank konvensional. Ketiga, akan mendorong tumbuhnya pengusaha atau investor yang berani mangambil keputusan bisnis yang berisiko.

Dari berbagai manfaat tersebut, sebenarnya perbankan syariah mempunyai tujuan utama yang mulia, yaitu membawa kesejahteraan masyarakat (social welfare). Perbankan syariah tidak lupa dengan fungsi pokoknya yaitu sebagai lembaga yang beroperasi pada kegiatan jasa yang idealnya wajib menghasilkan laba atau profit demi menjaga kelangsungan perusahaan dan pencapaian tujuan perusahaan kepada pemilik atau pemegang saham.

Keuntungan wajib diperoleh suatu bank, tidak terkecuali bank syariah, untuk menjaga kredibilitas perusahaan dan ekspansi dalam industri perbankan nasional. Suatu bank akan dinilai baik kinerja usahanya apabila penilaian rasio keuangannya menunjukkan kinerja yang baik. Rasio merupakan alat yang dinyatakan dalam artian relatif maupun absolut untuk menjelaskan hubungan tertentu antara faktor satu dengan yang lainnya dari suatu laporan finansial. Rasio-rasio finansial umumnya diklasifikasikan menjadi 4 macam yaitu Rasio-rasio likuiditas                

(4)

(liquidity ratio), rasio hutang (leverage ratio), rasio aktivitas (activity ratio), dan rasio keuntungan (profitability ratio) (Syafarudinalwi,1989: 95).

Rasio profitabilitas merupakan indikator penting dalam menilai kesehatan suatu bank. Rasio profitabilitas mengukur efektifitas manajemen berdasarkan hasil pengembalian yang dihasilkan dari pinjaman dan investasi. Indikator yang biasa digunakan untuk mengukur kinerja profitabilitas bank adalah ROA (Return on Assets), ROE (Retun on Equity) ROI (Return on Investment), NPM (Net Profit Margin), CAR dan BOPO. Berikut adalah perkembangan beberapa rasio keuangan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia.

Tabel 1.1

Rasio Keuangan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia Rasio 2007 2008 2009 2010 2011 CAR 10.67% 12.81% 10.77% 16.25% 16.63% ROA 2.07% 1.42% 1.48% 1.67% 1.79% ROE 40.38% 38.79% 26.09% 17.58% 15.73% NPF 4.05% 1.42% 4.01% 3.02% 2.52% FDR 99.76% 103.65% 89.70% 89.67% 88.94% BOPO 76.54% 81.75% 84.39% 80.54% 78.41%

(Sumber : Statistik Perbankan Syariah BI. 2011)

Berdasarkan tabel 1.1 diatas, terlihat bahwa tingkat ROE pada BUS dan UUS dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2011 cenderung mengalami penurunan. Pemilihan ROE (return on equity) sebagai proxy dari rasio profitabilitas, dikarenakan ROE mampu menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan menggunakan modal sendiri. Sehingga, besarnya ROE mengindikasikan tingkat efisiensi perusahaan dalam mengelola modal sendiri untuk menghasilkan keuntungan.

               

(5)

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang Pembiayaan Bank Syariah yang diberi judul PENGARUH PEMBIAYAAN MUDHARABAH DAN MURABAHAH TERHADAP PROFITABILITAS (ROE) DAN IMPLIKASI

PERKEMBANGAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA.

1.2 Rumusan, Batasan dan Identifikasi Masalah 1.2.1 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, terdapat tiga macam masalah dalam penelitian ini, yaitu: pertama, pembiayaan akad murabahah cenderung lebih signifikan penyalurannya dibandingkan dengan akad pembiayaan yang lain. Kedua, masih rendahnya penyaluran dana dalam akad mudharabah oleh perbankan syariah kepada UMKM yang skalanya hanya 5% dari keseluruhan pendanaan nasional, sehingga pertumbuhan sektor riil berjalan lambat. Ketiga, kemungkinan modal sendiri yang dikeluarkan perbankan syariah dalam menjalankan aktivitasnya terlalu besar, yang tidak sebanding dengan laba/profit yang didapat.

1.2.2 Batasan Masalah

Dari uraian latar belakang diatas, peneliti melakukan pembatasan masalah dengan tujuan agar dalam bagian pembahasan selanjutnya tidak mengalami perluasan. Adapun batasan masalah yang dimaksud adalah terkait dengan rendahnya pembiayaan mudharabah kepada sektor UMKM yang pada akhirnya akan mempengaruhi profit yang didapat oleh bank penyalur pembiayaan tersebut.                

(6)

1.2.3 Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah yang dikemukakan pada penelititan ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana perkembangan Pembiayaan dan Profitabilitas perbankan syariah serta Sektor Riil di Indonesia periode 2007– 2011 ?

2. Bagaimana pengaruh Pembiayaan Mudharabah dan Pembiayaan Murabahah terhadap Profitabilitas ?

3. Bagaimana pengaruh Pembiayaan Mudharabah dan Pembiayaan Murabahah terhadap Sektor Riil melalui Profitabilitas ?

4. Bagaimana pengaruh langsung dan tidak langsung Pembiayaan Mudharabah, Pembiayaan Murabahah dan Profitabilitas terhadap Sektor Riil ?

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian yang penulis lakukan adalah untuk menjawab semua pertanyaan yang telah diidentifikasikan diatas, yaitu :

1. Untuk mengetahui bagaimana perkembangan Pembiayaan dan Profitabilitas perbankan syariah serta Sektor Riil di Indonesia periode 2007 – 2011.

2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Pembiayaan Mudharabah dan Murabahah terhadap Profitabilitas.

3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh Pembiayaan Mudharabah dan Murabahah terhadap perkembangan Sektor Riil melalui Profitabilitas. 4. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh lansung dan tidak langsung

Pembiayaan Mudharabah, Pembiayaan Murabahah, dan Profitabilitas terhadap Sektor Riil.

               

(7)

1.3.2 Manfaat penelitian

Berikut ini terdapat manfaat teoritis (keilmuan) dan praktis yang dapat diperoleh dalam penulisan Tugas Akhir ini, yaitu :

1. Manfaat Keilmuan

 Memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang ilmu Ekonomi Islam khususnya perbankan syariah dan lebih khusus lagi mengenai pembiayaan produktif dan pembiayaan konsumtif bank umum syariah dan unit usaha syariah.

 Memberikan kontribusi berupa penjelasan yang lebih komprehensif terutama menyajikan bukti empirik tentang peran pembiayaan dalam meningkatkan profitabilitas bank syariah dan upaya pemberdayaan sektor riil.

 Menjadi bahan rujukan bagi peneliti lainnya, sehingga dapat melanjutkan studi ini dan studi lanjutan untuk pembiayaan-pembiayaan bank syariah lainnya.

2. Manfaat Praktis

Temuan penelitian ini secara praktis dapat menjadi masukan bagi perbankan syariah di Indonesia pada khususnya dan pemerintah pada umumnya untuk mengambil kebijakan dalam rangka meningkatkan sektor riil. Manfaat praktis yang dimaksud meliputi:

 Bagi Penulis

Dengan penelitian ini di harapkan dapat menambah wawasan mengenai pembiayaan dan jual beli serta seberapa besar pengaruh mudharabah dan murabahah terhadap profitabilitas dan perkembangan sektor riil pada bank umum syariah dan unit usaha syariah, dan juga diharapkan menjadi ilmu yang berguna bagi penulis dalam dunia kerja yang akan datang.                

(8)

 Bagi Perbankan Syariah di Indonesia

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak perbankan syariah, sebagai informasi untuk mengambil kebijakan yang berhubungan dengan mudharabah, murabahah, dan profitabilitas khususnya return on equity dan perkembangan sektor riil sehingga dapat meramalkan pengaruh untuk tahun yang akan datang.

 Bagi Pemerintah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam setiap pengambilan keputusan oleh pemerintah dalam rangka upaya untuk meningkatkan sektor riil.

 Bagi Institusi

Dapat menambah kebendaharaan perpustakaan agar dapat membantu mahasiswa dalam mencari topik atau wawasan dalam perkuliahan.

 Bagi Kalangan Akademisi dan Masyarakat

Sebagai bahan dokumentasi untuk melengkapi sarana yang dibutuhkan dalam penyediaan bahan studi bagi pihak-pihak yang mungkin membutuhkan untuk mengetahui pengaruh pembiayaan mudharabah dan murabahah terhadap Profitabilitas ( ROE ) dan perkembangan Sektor Riil pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia.                

Referensi

Dokumen terkait

digunakan oleh peneliti dalam pembelajaran tetap sama seperti pada siklus I yaitu metode ceramah dan tanya jawab yang dilanjutkan dengan penggunaan media gambar dalam

Cambridge IGCSE French 0520, German 0525, Greek 0543, Italian 0535, Spanish 0530 syllabus for 2017, 2018 and 2019. Details of

Kebutuhan sekunder adalah kebutuhan yang pemenuhannya setelah kebutuhan primer terpenuhi, namun tetap harus dipenuhi, agar kehidupan manusia berjalan dengan baik. Contoh: pariwisata

Suku bunga efektif adalah suku bunga yang secara tepat mendiskontokan estimasi penerimaan atau pembayaran kas di masa datang (mencakup seluruh komisi dan bentuk

Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit metabolik kronis dengan karakteristik terjadinya peningkatan kadar gula darah akibat gangguan sekresi insulin

pasangan u yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya 1. v Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat

Tahap yang ketiga adalah Plan of Action, pada tahap ini tidak semua kelompok nelayan diikut sertakan, akan tetapi hasil dari pada penyusunan dan perencanaan

Menimbang : bahwa dalam rangka pelaksanaan Pasal 29 ayat (4) Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.10/Menhut-II/2007 tentang Perbenihan Tanaman Hutan, maka perlu