• Tidak ada hasil yang ditemukan

PNPM MANDIRI TENTANG PNPM MANDIRI PERKOTAAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PNPM MANDIRI TENTANG PNPM MANDIRI PERKOTAAN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PNPM MANDIRI

PERKOTAAN

PNPM Mandiri Perkotaan merupakan program nasional pemberdayaan masyarakat

yang dilaksanakan pemerintah sejak 2007, di mana sebelumnya yakni pada tahun 1999 program ini dikenal dengan nama P2KP ( program Penanggulangan Kemiski-nan di Perkotaan). P2KP saat itu dilaksanakan untuk mempercepat upaya peKemiski-nang- penang-gulangan kemiskinan, yang tidak hanya bersifat reaktif terhadap keadaan darurat aki-bat krisis ekonomi tetapi juga bersifat strategis, (karena disiapkan landasan berupa institusi masyarakat yang menguat bagi perkembangan masyarakat di masa menda-tang).

Bagi Direktorat Jenderal Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum, program ini dinilai sangat strategis. Melalui PNPM Mandiri Perkotaan, Ditjen Cipta Karya menga-rahkan Pemerintah Daerah agar makin responsif dalam menanggulangi kemiskinan di wilayah masing-masing. Selain itu dilakukan pula pendampingan secara intensif terhadap masyarakat, agar mereka mampu berupaya menanggulangi kemiskinan di wilayahnya, sehingga diharapkan ke depan Pemerintah Daerah menjadi mandiri, dan pada akhirnya mampu menciptakan masyarakat madani.

Hingga saat ini, PNPM Mandiri Perkotaan terus mendampingi Pemda dan masyarakat dengan memberikan technical assistance atau bantuan teknis. Langkah ini dilakukan agar dukungan serta peran serta Pemda terhadap PNPM Mandiri Perkotaan terus menguat dari waktu ke waktu. Berikut ini sejumlah kisah sukses atau best practice dari Pemda maupun masyarakat yang layak dijadikan contoh dalam melaksanakan PNPM Mandiri Perkotaan.

TENTANG PNPM MANDIRI

PERKOTAAN

Edisi Ke-2, Februari 2011

Diterbitkan untuk kegiatan:

LOKAKARYA NASIONAL PNPM Mandiri Perkotaan

Integrated Community Driven Development (ICCD) Project

SUSUNAN REDAKSI Penanggung Jawab SNVT P2KP Pusat Kementerian PU Pengarah PMU P2KP Pusat Kementerian PU Editor

Alfita Moeljadi, Advisory

Redaksi

Wildan Hakim Iroh Rohayati Fatah

Data dan Informasi

Edwan

Desainer Grafis

(2)

Berbagi Pengalaman dari Pemda

Pemerintah Daerah memiliki peran penting

dalam menanggulangi kemiskinan. Peran

ini diwujudkan melalui perumusan

kebijakan Pemerintah Daerah yang

berpihak pada masyarakat miskin atau

pro poor policy. Kesadaran Pemda untuk

merumuskan kebijakan yang pro poor

salah satunya dicontohkan oleh Pemerintah

Kabupaten Belitung Timur Provinsi

Bangka Belitung. Perubahan kebijakan di

kabupaten Belitung Timur terjadi setelah

pergantian kepemimpinan di wilayah

ini pada Juli 2010 lalu. Kepala daerah

terpilih langsung melakukan revitalisasi

terhadap Tim Koordinasi Penanggulangan

Kemiskinan Daerah (TKPKD).

Revitalisasi ini dimulai dengan menyusun visi dan misi penanggulangan kemiskinan yang lebih operasional. Kebijakan daerah juga dirancang agar pro poor dan diprioritaskan pada kesejahteraan masyarakat. Guna mewujudkan hal tersebut, Pemda mengundang dan melibatkan berbagai pihak untuk memberikan saran dan masukan.

Sejak terbentuk, TKPKD Kabupaten Belitung Timur telah melaksanakan beberapa kegiatan. Di antaranya, Rapat Satuan Kerja Perangkat Daerah guna menyamakan definisi kemiskinan, serta Lokakarya Perumusan MDG’s Lokal pada 5 Oktober 2010. Dari kedua kegiatan tersebut, Pemda Belitung Timur selanjutnya memperbaharui draft Perda tentang penanggulangan kemiskinan dan data kemiskinan di Kabupaten Belitung Timur.

Di Kabupaten Belitung Timur, koordinasi penanggulangan kemiskinan secara operasional dipegang oleh Bappeda. Untuk keperluan tersebut, TKPKD Kabupaten Belitung Timur memperbantukan 7 staf khusus yang diambil dari beberapa SKPD untuk memperkuat koordinasi ini.

Ketujuh staf khusus ini bertugas mengumpulkan data dan hal lain yang berhubungan dengan tugas TKPKD. Tidak mengherankan jika di Kabupaten Belitung Timur peran Bappeda sangat besar dalam mengintegrasikan agenda penanggulangan kemiskinan ke dalam dokumen perencanaan daerah.

Berdasarkan fakta di atas, terlihat bahwa program penanggulangan kemiskinan di Kabupaten Belitung Timur sudah memiliki kelembagaan yang jelas. Penganggaran untuk program penanggulangan kemiskinan tidak lagi menjadi persoalan.

Meski demikian, TKPKD menyadari masih terdapat masalah yang harus segera ditangani. Pemda Belitung Timur belum memiliki sistem dan pola regulasi untuk mengintegrasikan program masyarakat dan rencana kerja SKPD. Guna mengatasi hal ini, dibentuklah Tim Analisis Kemiskinan Partisipatoris. Tim ini dibentuk untuk menemukan pola yang ideal dan melakukan analisis kemiskinan menyeluruh diseluruh wilayah Kabupaten Belitung Timur.

Upaya serius Pemerintah Kabupaten Belitung Timur dalam menanggulangi kemiskinan juga terlihat dari pengoptimalan kinerja TKPKD. Sifat organisasi TKPKD yang cenderung eksklusif, kini sudah berubah. Rapat koordinasi TKPKD dipimpin langsung oleh Wakil Bupati sebagai Ketua Tim KPKD. Saat ini, TKPKD Kabupaten Belitung Timur juga terus didorong agar lebih terbuka dan aktif berkomunikasi dengan daerah lain agar dapat berbagi pengalaman seputar cara-cara yang ditempuh daerah lain untuk menanggulangi kemiskinan.

Revitalisasi TKPKD Kabupaten Belitung

Timur dimulai dengan menyusun visi

dan misi penanggulangan kemiskinan

yang lebih operasional

(3)

Upaya Pemerintah Kota Pekanbaru di provinsi Riau untuk mensinergikan PNPM Mandiri Perkotaan

ditempuh dengan menerbitkan Peraturan Walikota Pekanbaru Nomor 37 Tahun 2009. Peraturan tersebut

merupakan penyempurnaan dari peraturan serupa yang diterbitkan pada tahun sebelumnya. Peraturan

Walikota ini secara tegas mengatur agar kegiatan penanggulangan dan pengentasan kemiskinan yang

dilakukan Pemerintah Kota disinergikan dengan PJM Pronangkis yang telah difasilitasi oleh PNPM Mandiri

Perkotaan. Lewat peraturan ini, Pemerintah Kota juga mendorong agar peran masyarakat sebagai relawan

kemiskinan semakin menonjol.

Sejalan dengan hal di atas, penanggulangan dan pengentasan kemiskinan diharapkan menjadi program penanggulangan yang lebih menonjol dan populer. Agar pelaksanaan program transparan dan akuntabel, Peraturan Walikota Pekanbaru juga berisi instruksi agar masyarakat dididik untuk mampu merencanakan, melaksanakan, dan mengawasi sendiri program penanggulangan kemiskinan. Ditegaskan pula, tujuan dari Peraturan Walikota ini adalah meningkatkan pendapatan penduduk miskin, mengurangi angka kemiskinan melalui penumbuhan wirausaha baru dan atau mengembangkan usaha bagi rumah tangga miskin. Secara bertahap, Pemerintah Kota Pekanbaru menginginkan adanya pemberdayaan Keluarga Miskin. Lewat pemberdayaan itulah, keluarga miskin yang tak berdaya ke berubah jadi berdaya dan selanjutnya dari berdaya menuju mandiri sampai menuju madani.

Dari sisi kuantitas, Pemerintah Kota Pekanbaru juga menargetkan mengurangi angka kemiskinan setiap tahun minimal 700 keluarga miskin, melalui peningkatan keterampilan dan penumbuhan jiwa wirausaha baru atau mengembangkan usaha bagi keluarga miskin, membangun rumah layak huni dan membangun lingkungan sehat. Untuk mewujudkan hal tersebut, maka LKM/BKM, UPS, UPL dan UPK dan KSM yang telah dibentuk oleh masyarakat melalui PNPM Mandiri Perkotaan harus dioptimalkan perannya di tengah masyarakat.

Kota Pekanbaru

Dukungan Pemerintah Kota

untuk Mensinergikan

Program

Optimalisasinya dilakukan dengan sinergi PJM Pronangkis tingkat kelurahan dengan program PENTASKIN yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Pekanbaru dengan pembiayaan dari APBD, CSR dan Swadaya masyarakat. Untuk tahapan intervensi kebijakan, melalui Peraturan Walikota Pekanbaru Nomor 37 Tahun 2009 ini diatur sejumlah hal:

1. Pemberian bantuan modal usaha untuk Masyarakat Tidak berdaya melalui Program Gerakan Cinta Keluarga Miskin (GENTAKIN). Bantuan Modal Usaha senilai Rp 300.000 dan Bantuan barang Senilai Rp 300.000;

2. Pemberian bantuan untuk Masyarakat Berdaya melalui PNPM Mandiri Perkotaan melalui Pemberdayaan Sosial senilai Rp 500.000,- s/d Rp 1.000.000 dan Pemberdayaan Ekonomi Rp 500.000 s/d Rp 2.000.000

3. Pemberian bantuan untuk Masyarakat Mandiri melalui Program Pengentasan Kemiskinan (PENTASKIN) Kota Pekanbaru dan UEK-SP dengan Pemberdayaan Sosial Rp 750.000,- dan Pemberdayaan Ekonomi Rp 2.000.000,- s/d Rp.5.000.000

4. Fasilitasi kredit untuk Masyarakat Madani melalui BPR Kota Pekanbaru dan PT.Bank Riau dengan Binaan Perbankan.

(4)

Replikasi

artinya

peniruan.

Meniru PNPM Mandiri Perkotaan

merupakan hal yang baik dan

bahkan

sangat

dianjurkan.

Replikasi

PNPM

Mandiri

Perkotaan ini salah satunya

telah dilakukan oleh Pemda Palu

Sulawesi Tengah. Di sana, Pemda

Palu melalui Bappedanya membuat

program sejenis dengan nama

Program Daerah Pemberdayaan

Masyarakat atau PDPM.

Ide awal PDPM mulai dicetuskan 4 tahun silam oleh Walikota Palu Rusdi Mastura. Saat itu, Pemkot Palu membuat program bernama Peduli Dhuafa. Dari beberapa kali pertemuan Komunitas Belajar Perkotaan (KBP) yang melibatkan walikota, muncullah ide untuk melembagakan program Peduli Dhuafa ini menjadi program daerah.

PDPM di Palu Sulawesi Tengah merupakan replikasi dari PNPM Mandiri Perkotaan. PDPM dibuat sebagai langkah antisipatif jika nantinya PNPM Mandiri Perkotaan sudah tidak ada lagi. Di lapangan, banyak pengurus Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) yang sekaligus menjadi motor penggerak bagi PDPM. Pada tahap inilah terjadi integrasi program antara PNPM Mandiri Perkotaan dengan PDPM. Para pengurus BKM rupanya tidak mengalami kesulitan ketika harus menjalankan tugasnya sebagai pelaku PNPM Mandiri Perkotaan sekaligus menangani kegiatan pembangunan lewat PDPM.

Fokus utama pemberdayaan masyarakat lewat PDPM adalah pembangunan infrastruktur. Sebagai salah satu tridaya dalam PNPM Mandiri Perkotaan upaya mendorong kemandirian warga untuk membangun sarana infrastruktur bukan hal yang baru bagi para pengurus BKM. Inilah salah satu aspek yang

memudahkan para pengurus BKM mengintegrasikan PDPM ke dalam PNPM Mandiri Perkotaan.

Integrasi PNPM Mandiri Perkotaan di Kota Palu Sulteng juga bisa dilihat dari keterlibatan pengurus BKM dalam musyawarah perencanaan pembangunan atau musrenbang. Pemkot Palu bahkan mengeluarkan peraturan daerah atau Perda yang isinya mengharuskan pengurus BKM dilibatkan dalam musrenbang dari tingkat kelurahan hingga kota. Perda inilah yang menjamin pengurus BKM untuk bisa terlibat dalam musrenbang.

Di Kota Palu, saat ini terdapat 43 BKM yang tersebar di 4 kecamatan yang menjadi lokasi dampingan PNPM Mandiri Perkotaan. Dengan melibatkan para pengurus BKM tersebut, maka secara otomatis program jangka menengah penanggulangan kemiskinan atau PJM Pronangkis bisa diintegrasikan ke dalam musrenbangdes. Adanya PJM Pronangkis yang disusun oleh BKM terbukti mempermudah kerja para kepala desa dalam menyusun program kerjanya. Upaya mendorong program pembangunan yang pro poor di Kota Palu juga didukung oleh DPRD setempat. Untuk diketahui, 9 dari 35 anggota DPRD Palu adalah pengurus BKM. Hal ini merupakan modal awal yang menguntungkan bagi keberlanjutan PNPM Mandiri Perkotaan. Dukungan serta kepedulian terhadap keberlanjutan PNPM Mandiri Perkotaan di Kota Palu diharapkan makin meningkat karena BKM sudah memiliki wakilnya di DPRD. Kondisi ini akan menciptakan cara pandang yang sama antara pelaku lokal, stakeholder, dan Pemda dalam mengelola program-program penanggulangan kemiskinan.

Integrasi program dan dilibatkannya pengurus BKM dalam musrenbang seperti yang terjadi di Kota Palu Sulawesi Tengah ini membuktikan bahwa penguatan lembaga masyarakat seperti BKM bisa dilakukan jika ada kemauan. BKM akan menjadi makin aspiratif ketika dilibatkan dalam musrenbang. BKM juga makin representatif dan akuntabel pada saat bisa mengintegrasikan program pemberdayaan lain di luar PNPM Mandiri Perkotaan. Dengan keterlibatan pengurus BKM dalam musrenbang, penanggulangan kemiskinan di tingkat kelurahan benar-benar berbasis pada perencanaan masyarakat. Artinya, masyarakat yang mengetahui betul masalah kemiskinan di wilayahnya diajak langsung untuk menemukan solusi terbaik dengan prinsip kepedulian, kebersamaan, serta kemandirian.

Kota Palu Sulawesi Tengah

Replikasi Program

untuk Pembangunan

Berkelanjutan

(5)

Sejumlah daerah yang dinilai bagus merespon keberadaan BKM dan RPJM Penanggulangan Kemiskinan antara lain adalah:

1. Kabupaten Jombang Jawa Timur 2. Kota Yogyakarta DIY

3. Kabupaten Pekalongan Jawa Tengah 4. Kabupaten Banyumas Jawa Tengah 5. Kota Surakarta Jawa Tengah

Dukungan Kabupaten Jombang Jawa Timur terlihat dengan diterbitkannya Perda yang salah satu isinya berupa aturan untuk memasukkan RPJM Penanggulangan Kemiskinan yang disusun BKM sebagai materi musrenbangdes. Hal tersebut tertuang dalam Perda Kabupaten Jombang Jawa Timur Nomor 19 Tahun 2009 tentang Perencanaan Pembangunan Desa. Kebijakan yang hampir sama juga dilakukan oleh Pemda Kota Yogyakarta. Melalui Perdanya Nomor 23 Tahun 2009, ditetapkan aturan agar Pemda melibatkan peran serta masyarakat dalam pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan.

Untuk Pemda Pekalongan Jateng dukungan terhadap PNPM Mandiri Perkotaan diwujudkan melalui instruksi bupati kepada seluruh kepala desa untuk melibatkan BKM dalam penyusunan RPJM desa. Instruksi tersebut tertuang dalam surat nomor: 050.2/526 tertanggal 5 Juni 2010. Sementara itu, melalui suratnya nomor: 6169/050 pada 30 Desember 2009, Bupati Banyumas Jawa Tengah memberi arahan kepada jajaran perangka desa agar memanfaatkan RPJM Penanggulangan Kemiskinan yang disusun BKM sebagai salah satu materi dalam musrenbangdes.

Upaya untuk mendapatkan dukungan dari Pemda agar PNPM Mandiri Perkotaan bisa terintegrasi dengan program pemberdayaan lain terkadang butuh perjuangan ekstra. Awalnya Pemda Surakarta menolak pelaksanaan PNPM Mandiri Perkotaan. Alasannya, di Kota Surakarta sudah ada program pemberdayaan dengan nama Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Perkotaan atau LPMK. PNPM Mandiri Perkotaan diduga punya motif politik untuk mengurangi dukungan warga Surakarta terhadap parpol tertentu. Penolakan tidak hanya datang dari Pemda namun juga disuarakan oleh warga setempat.

Namun, sosialisasi PNPM Mandiri Perkotaan terus dilakukan kepada masyarakat Surakarta. Respon Pemda dan warga Surakarta mulai berubah pasca Pemilu Kada Surakarta yang digelar April 2010 lalu. Dalam Pemilu Kada tersebut, dukungan warga terhadap parpol yang mengusung pasangan walikota dan wakil walikota Joko Widodo - FX Hadi Rudyatmo rupanya tidak berkurang. Dari situlah kedua pasangan kepala daerah ini menilai bahwa PNPM Mandiri Perkotaan bebas dari kepentingan politik. Setelah dipelajari lebih lanjut, pelaksanaan siklus program dan substansi PNPM Mandiri Perkotaan berbeda dengan program pemberdayaan yang sudah lebih dahulu dilaksanakan di wilayah Surakarta.

Perubahan pandangan dan opini ini selanjutnya diikuti dengan diterbitkannya Peraturan Walikota Surakarta Nomor: 18-A Tahun 2009. Salah satu isi peraturan tersebut adalah diharuskan pengurus BKM untuk ikut serta dalam musyawarah perencanaan pembangunan kelurahan atau musrenbangkel.

Integrasi PJM Pronangkis ke dalam Musrenbangdes

Selain Palu, sejumlah daerah lain juga tercatat sudah mengakomodasi BKM atau menjadikan

PJM penanggulangan kemiskinan sebagai materi dalam musyawarah perencanaan

pembangunan desa atau musrenbangdes. Kebijakan seperti itu sudah dituangkan dalam

bentuk surat instruksi kepala daerah kepada para kepala desa maupun dalam bentuk peraturan

daerah (perda).

(6)

Salah satu strategi dasar dalam PNPM

Mandiri Perkotaan adalah menciptakan

sustainibility development atau pembangunan

berkelanjutan dalam hal penanggulangan

kemiskinan. Agar hal itu terwujud,

dibutuhkan sejumlah langkah agar

pelaku-pelaku PNPM Mandiri Perkotaan mampu

mengintegrasikan perannya dengan program

pemberdayaan lainnya.

KBP

Kabupaten Sukoharjo,

Menggalang

Kepedulian untuk

Nangkis

Dalam pandangan PNPM Mandiri Perkotaan,

pembangunan berkelanjutan ini salah satunya bisa

terwujud dengan cara memberi akses masyarakat miskin

untuk bisa berpartisipasi dalam proses pengambilan

keputusan dan memperoleh manfaat dari pembangunan

permukiman di wilayahnya. Untuk itulah kemampuan

BKM di tingkat masyarakat harus diperkuat. Kapasitas

para pemangku kepentingan atau stakeholders lokal juga

harus ikut ditingkatkan. Melalui langkah ini, para pelaku

lokal akan mampu menjalin kemitraan sinergis dengan

stakeholder, Pemda, dan kelompok peduli lainnya.

PNPM Mandiri Perkotaan menggunakan forum

Komunitas Belajar Perkotaan (KBP) sebagai sarana untuk

menggalang kepedulian bersama dalam menanggulangi

kemiskinan di wilayah perkotaan.

Dengan menggandeng individu-individu dari berbagai

unsur, KBP menjadi komunitas pembelajaran bagi para

pelaku, relawan kota, aktivis LSM, dan lainnya agar saling

bersinergi menanggulangi kemiskinan.

Peran KBP ini, salah satunya dipraktikkan oleh KBP

Sukoharjo Jawa Tengah yang terus mendorong Pemda

Sukoharjo agar merealisasikan komitmennya dalam

menyediakan Dana Daerah Urusan Bersama (DDUB) bagi

PNPM Mandiri Perkotaan. Caranya dengan menggelar

rapat dengar pendapat (hearing) bersama Komisi III

DPRD Sukoharjo pada Rabu 21 Juli 2010. Rapat dengar

pendapat itu digelar karena muncul kekhawatiran DDUB

yang dijanjikan Pemda Sukoharjo tidak direalisasikan

karena APBD Kabupaten Sukoharjo banyak tersedot

untuk membiayai Pemilu Kada. Melalui rapat itulah, KBP

Sukoharjo mendorong kepada para wakil rakyat untuk

bisa mencantumkan pos anggaran untuk DDUB pada

APBD Perubahan yang akan segera dibahas oleh DPRD

bersama Pemda Sukoharjo.

(7)

Sesuai dengan nama programnya, inti dari semua kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan adalah membangun kemandirian di tingkat masyarakat. Untuk itulah, para relawan yang berasal dari unsur masyarakat di masing-masing kelurahan dikoordinir, dilatih, dan diarahkan untuk mandiri dalam suatu wadah bernama Badan Keswadayaan Masyarakat atau BKM. Bermula dari BKM itulah, masyarakat dibangkitkan semangat dan kepeduliannya untuk ikut serta mencari solusi terbaik dalam menanggulangi kemiskinan. Kegiatan penanggulangan kemiskinan dalam PNPM Mandiri Perkotaan difokuskan pada tridaya atau 3 pemberdayaan yakni: pemberdayaan infrastruktur, pemberdayaan sosial, serta pemberdayaan ekonomi.

Saat ini, lokasi dampingan PNPM Mandiri Perkotaan tersebar di 33 provinsi, 267 kabupaten/kota, dan 10.948 kelurahan di seluruh Indonesia. Jumlah BKM yang sudah dibentuk sama dengan jumlah kelurahan yang menjadi lokasi dampingan. Masing-masing BKM selanjutnya membentuk 3 unit pengelola yang terdiri dari:

- Unit Pengelola Keuangan (UPK) - Unit Pengelola Lingkungan (UPL) - Unit Pengelola Sosial

Ketiga unit pengelola di atas bertugas melakukan tugas-tugas operasional BKM sesuai dengan fokus kegiatannya. Warga masyarakat yang menjadi penerima manfaat selanjutnya membentuk KSM atau Kelompok Swadaya Masyarakat. KSM inilah yang mengkoordinasikan dana bantuan langsung masyarakat (BLM). Terdapat 3 jenis KSM yakni KSM Infrastruktur, KSM Sosial, serta KSM Ekonomi. Ketiga jenis KSM tersebut memiliki fokus kegiatan masing-masing. Para pengurus BKM bertugas memfasilitasi pencairan dana BLM yang disalurkan Ditjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum ke rekening BKM. Tidak hanya itu, pengurus BKM juga berperan besar dalam merencanakan program kerja serta alokasi penggunaan dana BLM. Di bidang pemberdayaan ekonomi, para pengurus BKM yang didampingi oleh fasilitator kelurahan (faskel), senior fasilitator (SF) hingga saat terus diarahkan agar bisa meningkatkan posisi tawar dan kiprahnya dalam mengakses dan mengintegrasikan PNPM Mandiri Perkotaan dengan program lain.

Untuk pemberdayaan infrastruktur dan sosial, BKM yang ada saat ini diarahkan untuk bisa mengakses program-program pembangunan sektoral yang dikelola oleh Ditjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum maupun Pemda setempat. Program pembangunan yang dimaksud antara lain: neighbourhood development, pengembangan drainase, sanitasi, pengembangan sarana pengolahan sampah dan lainnya.

Sementara itu untuk pemberdayaan ekonomi, BKM diarahkan agar nantinya mampu mengakses sumber-sumber pinjaman atau kredit lunak yang disediakan perbankan seperti Kredit Usahan Rakyat atau KUR. BKM juga diarahkan agar dapat menjalin kerjasama dengan pihak lain seperti perusahaan yang tengah melakukan program Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan. Di sinilah, seluruh BKM yang ada diharapkan mampu melakukan channeling. Secara harfiah, channeling diartikan dengan upaya menyalurkan kegiatan PNPM Mandiri Perkotaan agar bisa dikerjasamakan dengan pihak atau program lain.

Informasi yang masuk ke Konsultan Manajemen Pusat PNPM Mandiri Perkotaan menyebutkan, sejumlah KSM bidang ekonomi sudah ditawari kredit perbankan. Meski jumlah KSM yang ditawari kredit perbankan belum terlampau besar, namun hal itu menunjukkan bahwa ada sejumlah KSM yang usahanya makin maju setelah mendapat dana pinjaman bergulir dari PNPM Mandiri Perkotaan. Kemajuan usaha itulah yang menjadikan bank tertarik dan mulai percaya memberikan pinjaman atau dalam istilah perbankan disebut bankable. Artinya, para penerima manfaat PNPM Mandiri Perkotaan punya potensi ekonomi yang cukup besar untuk mengembangkan berbagai macam usaha yang digelutinya.

Dari sekian banyak BKM yang ada, berikut ini kami paparkan 2 profil BKM yang bisa dijadikan contoh dalam menjalankan PNPM Mandiri Perkotaan serta upayanya untuk mengurangi jumlah warga miskin di kelurahannya.

Membangun

Kemandirian

Masyarakat

(8)

Badan Keswadayaan Pabaton atau yang dikenal dengan Paguyuban Warga Kelurahan Pabaton mulai aktif dalam kegiatan pen-anggulangan kemiskinan pada Oktober 2007 silam. Sebagai BKM yang lokasinya berada di tengah Kota Bogor Jawa Barat, ada sejumlah masalah kemiskinan yang menjadi target pengurus BKM untuk segera ditangani.

Untuk kegiatan ekonominya, BKM Pabaton berupaya meningkatkan pendapatan warganya dengan cara memberikan pinjaman modal usaha. Bagi penerima manfaat yang dinilai sudah mandiri selanjutnya diarahkan untuk mulai belajar menabung. Adapun dari sisi kegiatan sosial dan infrastrukturnya, BKM Pabaton memberikan bantuan fasilitas pendidikan bagi anak-anak keluarga miskin guna meningkatkan kualitas pendidikan dasarnya serta perbaikan rumah tidak layak huni bagi warga miskin.

Saat ini, BKM Pabaton dikelola secara kolektif oleh 11 orang pengurus. Data terakhir menyebutkan, omzet pinjaman bergulir yang dikelola BKM Pabaton mencapai Rp 658 juta dengan tingkat pengembalian mencapai 96%. Angka 96% tersebut menggambar-kan tingkat kepatuhan para penerima manfaat dalam membayar cicilan pinjaman bergulir yang disalurmenggambar-kan melalui Unit Pengelola Keuangan. Untuk saat ini, BKM Pabaton sudah melakukan channeling dengan Bank Tabungan Negara (BTN)

BKM Arya berdiri sejak 1999 lalu. Alokasi dana BLM yang diterima BKM Arya sebesar Rp 1,25 miliar. Sesuai dengan arah pembangunan di PNPM Mandiri Perkotaan, BKM Arya memfokuskan kegiatan penanggulangan kemiskinan pada tridaya yakni: ekonomi, sosial, dan lingkungan.

Di bidang ekonomi, BKM Arya memiliki 34 KSM yang menerima pinjaman bergulir. Besaran pinjaman bergulir untuk KSM ini antara Rp 1 – 5 juta. Untuk KSM Lingkungan, BKM Arya telah membangun 14 unit Posyandu yang tersebar di 14 rukun warga yang berada di Kelurahan Aren Jaya Kecamatan Bekasi Timur Kota Bekasi. Selain dari BLM, biaya pembangunan 14 unit Po-syandu tersebut juga berasal dari swadaya masyarakat. Dana BLM yang dialokasikan untuk pembangunan PoPo-syandu ini berkisar antara Rp 23.800.000 – Rp 25.500.000. Sementara, dana swadaya masyarakat jumlahnya berkisar antara Rp 3 juta – 33 juta. Di bidang sosial, BKM Arya melakukan kegiatan berupa pelatihan pembuatan sabun cuci dan sabun lantai bagi ibu-ibu rumah tangga se-kelurahan Aren Jaya. Selain itu, BKM Arya juga menyelenggarakan kegiatan berupa pengadaan buku bantu kader dan peralatan Posyandu.

PNPM Mandiri Perkotaan hingga saat ini terus mendorong BKM untuk bisa mengakses permodalan di bank. Langkah tersebut sudah dilakukan di Bekasi Jawa Barat, Tangerang Banten, Pekalongan dan Boyolali Jawa Tengah, serta Yogyakarta. Di lokasi-lokasi tersebut sudah ada penandatanganan nota kesepahaman antara BKM dan Swamitra-Bukopin. Namun sejauh ini, hanya Kota Bekasi, provinsi Jawa Barat yang telah memiliki akad kredit. Di Bekasi Jawa Barat, rekomendasi dari BKM untuk anggota KSM juga banyak dimanfaatkan oleh lembaga pemberi pinjaman lainnya. Data terakhir menunjukkan, terdapat 43 orang anggota KSM di Bekasi yang dipercaya perbankan untuk mendapatkan pinjaman bagi pengembangan usaha. Besarnya pinjaman yang diberikan berkisar Rp 2,5 juta – 40 juta. Bank-bank yang memberikan pinjaman tersebut adalah BRI, Bank Jabar, serta Swamitra Assya’fiiyah Jatiwaringin Bekasi.

Selain akses permodalan, upaya channeling di PNPM Mandiri Perkotaan juga dilakukan dengan menjalin kerjasama dengan pihak Pemda maupun swasta. Kerjasama dalam bentuk kemitraan ini dilakukan dalam berbagai sektor pemberdayaan. Contoh me-narik bisa dilihat pada apa yang telah dilakukan KSM Karya Dot Com di wilayah Tangerang Selatan Banten. KSM ini menggagas kerjasama dengan lembaga pendidikan swasta dalam bentuk pelatihan komputer. Bersama Binus School Serpong Utara, KSM Karya Dot Com menggelar pelatihan komputer bagi anak-anak muda di Kelurahan Lengkong Karya. Pelatihan komputer dengan materi reguler program microsoft office ini dilaksanakan pada 31 Januari, 7 dan 14 Februari 2009 mulai jam 09.00-12.00.

BKM Arya,

Kelurahan Aren Jaya Bekasi

Timur Jawa Barat

BKM Pabaton, Kelurahan Pabaton

Kota Bogor Jawa Barat

Sumber tulisan:

1. Korkot Kabupaten Belitung Timur Provinsi Bangka Belitung, Ani Purwoningsih 2. Korkot Kota Pekanbaru Provinsi Riau

3. Team Leader OC 8 Sulawesi Tengah, Tasrif. 4. Korkot Kota Surakarta Jawa Tengah, Harri Fadhilah. 5. Askot CD Kabupaten Sukoharjo Jawa Tengah, Dade Saripudin. 6. Komunitas Belajar Perkotaan Sukoharjo, Sunardi.

Referensi

Dokumen terkait

Faktor yang mempengaruhi penerapan alat dan program K3 dalam sebuah proyek konstruksi, menurut responden yang bekerja sebagai tukang / pekerja lapangan; yang menduduki peringkat

Dapat disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, terjatuh dan kegiatan rekreasi atau pekerjaan. Keterangan yang penting yang dibutuhkan kecelakaan lalu lintas mobil adalah

Penelitian ini juga memaparkan tentang kendala yang dialami guru ketika menyampaikan sesuatu kepada siswa tunanetra yaitu kendala dalam menyampaikan suatu hal baru dan

“Implikasi hukum lelang hak tanggungan tanpa melalui restrukturisasi kredit bahwa Restrukturisasi kredit didasarkan atas Pera- turan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 11/

Stuart dan Sundeen (1998) mengidentifikasi tiga kategori konfrontasi yaitu: 1) Ketidaksesuaian antara konsep diri klien (ekspresi klien tentang dirinya) dan ideal

Lembaga tataniaga yang diteliti adalah : Kelompok tani (petani), pengumpul (blantik), Bandar kerbau (blantik pasar), jagal (rumah potong), pengecer daging (lapak/kios

Berdasarkan hasil tersebut di atas maka diperoleh bahwa penggunaan serat bambu dengan panjang 10,0 cm sebagai penguat dalam sintesis bahan komposit pada penelitian

Bank Indonesia memberitahukan secara tertulis kepada Bank yang ditetapkan dalam pengawasan intensif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, disertai dengan alasan