• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Agama Islam 2 Problematika Ilmuwan Muslim

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Makalah Agama Islam 2 Problematika Ilmuwan Muslim"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

PROBLEMATIKA PROFESI ILMUAN MUSLIM DALAM TANTANGAN GLOBAL

Disusun oleh:

Muhammad Windi Siliwangi (041311433106)

Yoga Dwi Anugrahadi

(041311433057)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2016

(2)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul

“Problematika Profesi Ilmuwan Muslim Dalam Tantangan Global”.

Pada makalah ini kami akan membahas dan menjelaskan tentang kelemahan, tantangan, hambatan, dan peluang profesi ilmuwan dalam pandang islam. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Dalam makalah ini kami yakin banyak sekali kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan kritik saran yang mendukung demi perbaikan makalah kami.

Surabaya, 20 September 2016

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i DAFTAR ISI...ii BAB I PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan Penulisan...2 BAB II PEMBAHASAN...3 2.1 Pengertian Ilmuwan...3

2.2 Tanggung jawab Ilmuwan...4

2.3 Kewajiban Ilmuwan terhadap Umat...5

2.4 Kewajiban Ilmuwan terhadap Bangsa...5

2.5 Kelemahan Profesi Ilmuwan dalam Pandangan Islam...6

2.6 Tantangan Profesi Ilmuwan dalam Pandangan Islam...6

2.7 Hambatan Profesi Ilmuwan dalam Pandangan Islam...8

2.8 Peluang Profesi Ilmuwan dalam Pandangan Islam...9

BAB III PENUTUP...10

3. 1 Kesimpulan...10

(4)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan telah menjadi sebuah mata rantai kehidupan yang tak bisa dipisahkan dengan kehidupan dan eksistensi manusia. Ilmu pengetahuan yang semakin maju menjadi bukti nyata akan pemikiran manusia yang semakin kompleks. Kemajuan ilmu pengetahuan itu diciptakan dengan tujuan membantu manusia dalam menjalani hidupnya. Akan tetapi, perkembangan ilmu pengetahuan yang semakin maju ini juga diiringi dengan tantangan yang semakin berat. Ilmu pengetahuan yang semakin kompleks dan penemuan dalam berbagai segi yang semakin mutakhir menjanjikan risiko yang semakin tinggi pula, baik bagi manusia maupun ilmu pengetahuan itu sendiri. Allah SWT berfirman dalam QS. Al- Mudattsir ayat 38:

ةةننينههرن ت

ت بنس

ن ك

ن ا منبه س

س

فتنن ل

ل ك

ك

Artinya : “Setiap orang bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya”.

Dari ayat ini, Allah SWT menciptakan manusia dengan segala potensinya memiliki “tugas” untuk tunduk dan patuh terhadap hukum-hukum Allah SWT dan suatu saat nanti pada saat yang ditentukan oleh Allah semua manusia akan diminta pertanggung jawabannya sebagai bukti bahwa manusia sebagai pengemban amanah Allah SWT. Dalam melakukan misinya, manusia diberi petunjuk bahwa dalam hidup ada dua jalan yaitu, jalan baik dan jalan yang buruk. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Balad ayat 10:

ن

ه يتدنج

ت ننلا هكا ننيتدنهنون

Artinya : “ Kami telah menunjukkan kepadanya dua jalan ( kebaikan dan keburukan)”. Proses menerima petunjuk ini adalah bagaimana manusia mengembangkan kemampuan potensi akal ( ratio ) nya dalam memahami “alam” yang telah diciptakan dan

(5)

disediakan oleh Allah SWT sebagai saran dan sumber belajar, kemudian ketika “ilmu” sudah dimiliki diharapkan manusia dapat berkarya (beramal) dengan ilmunya untuk terus membina hubungan vertical dan horizontal.

Manusia yang mau mengembangkan potensi akalnya dapat memanfaatkan pengetahuannya tersebut untuk pencerahan dirinya dan memiliki tanggung jawab moral dan menyebarkan kepada sesama, mereka biasa disebut ilmuwan, cendikiawan atau intelektual. Tentu untuk mengembangkan potensi akalnya membutuhkan perjuangan yang tidak mudah. Ada beberapa problematika yang harus diselesaikan serta harus mengenali tantangan, hambatan, dan peluang agar Ilmuan Muslim dapat bekerja secara maksimal serta dapat memberi manfaat terhadap agama dan negara. Oleh karena itu melalui tulisan ini penulis ingin mengambil judul Problematika Profesi Ilmuan Muslim dalam Tantangan Global.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah kelemahan, tantangan, hambatan serta peluang profesi Ilmuan Muslim? 1.3 Tujuan Penulisan

(6)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ilmuwan

Menurut Webster Dictionary, Ilmuwan ( Sciantist ) adalah seorang yang terlibat dalam kegiatan sistematis untuk memperoleh pengetahuan ( ilmu ). Ensiklopedia Islam mengartikan ilmuwan sebagai orang yang ahli dan banyak pengetahuannya dalam suatu atau beberapa bidang ilmu.. Ilmuwan merupakan profesi, gelar atau capaian professional yang diberikan masyarakat kepada seorang yang mengabdikan dirinya. Pada kegiatan penelitian ilmiah dalam rangka mendapatkan pemahaman yang lebih komprehensif tentang alam semesta, termasuk fenomena fisika, matematis dan kehidupan social. Istilah ilmuwan dipakai untuk menyebut aktifitas seseorang untuk menggali permasalahan ilmuwan secara menyeluruh dan mengeluarkan gagasan dalam bentuk ilmiah sebagai bukti hasil kerja mereka kepada dunia dan juga untuk berbagi hasil penyelidikan tersebut kepada masyarakat awam, karena mereka merasa bahwa tanggung jawab itu ada dipundaknya.

Ilmuwan memiliki beberapa ciri yang ditunjukkan oleh cara berfikir yang dianut serta dalam perilaku seorang ilmuwan. Mereka memilih bidang keilmuan sebagai profesi. Untuk itu yang bersangkutan harus tunduk dibawah wibawa ilmu. Karena ilmu merupakan alat yang paling mampu dalam mencari dan mengetahui kebenaran. Seorang ilmuwan tampaknya tidak cukup hanya memiliki daya kritis tinggi atau

(7)

pun pragmatis, kejujuran, jiwa terbuka dan tekad besar dalam mencari atau menunjukkan kebenaran pada akhirnya, netral, tetapi lebih dari semua itu ialah penghayatan terhadap etika serta moral ilmu dimana manusia dan kehidupan itu harus menjadi pilihan juga sekaligus junjungan utama. Banyak yang mengartikan ilmuwan sama dengan intelektual, namun pada dasarnya berbeda. Intelektual adalah pemikir-pemikir yang memiliki kemampuan penganalisaan terhadap masalah tertentu.

2.2 Tanggung Jawab Ilmuwan

Tanggung jawab ilmuwan dalam pengembangan ilmu sekurang-kurangnya berdimensi religious atau etis dan social. Pada intinya, dimensi religious atau etis seorang ilmuwan hendaknya tidak melanggar kepatutan yang dituntut darinya berdasarkan etika umum dan etika keilmuan yang ditekuninya. Sedangkan dimensi sosial pengembangan ilmu mewajibkan ilmuwan berlaku jujur, mengakui keterbatasannya bahkan kegagalannya, mengakui temuan orang lain, menjalani prosedur ilmiah tertentu yang sudah disepakati dalam dunia keilmuan atau mengkomunikasikan hal baru dengan para sejawatnya atau kajian pustaka yang sudah ada untuk mendapatkan konfirmasi, menjelaskan hasil-hasil temuannya secara terbuka dan sebenar-benarnya sehingga dapat dimengerti orang lain sebagaimana ia juga memperoleh bahan-bahan dari orang lain guna mendukung teori-teori yang dikembangkannya. Karena tanggung jawab ilmuwan merupakan ikhtiar mulia sehingga seorang ilmuwan tidak mudah tergoda, apalagi tergelincir untuk menyalahgunakan ilmu.

DR. Yususf Al-Qaradawi menjelaskan ada tujuh sisi tanggung jawab seorang ilmuwan muslim, yaitu:

(8)

1. Bertanggung jawab dalam hal memelihara dan menjaga ilmu, agar ilmu tetap ada (tidak hilang),

2. Bertanggung jawab dalam hal memperdalam dan meraih hakekatnya, agar ilmu itu menjadi meningkat,

3. Bertanggung jawab dalam mengamalkannya, agar ilmu itu berbuah, 4. Bertanggung jawab dalam mengajarkannya kepada orang yang

mencarinya, agar ilmu itu menjadi bersih (terbayar zakatnya),

5. Bertanggung jawab dalam menyebarluaskan dan mempublikasikannya agar manfaat ilmu itu semakin luas,

6. Bertanggung jawab dalam menyiapkan generasi yang akan mewarisi dan memikulkan agar mata rantai ilmu tidak terputus, lalu, terutama, bahkan pertama sekali

7. Bertanggung jawab dalam mengikhlaskan ilmunya untuk Allah SWT semata, agar ilmu itu diterima oleh Allah SWT.

2.3 Kewajiban ilmuwan terhadap umat

Sebagai seorang yang bekerja dan mendalami ilmu pengetahuan dengan tekun dan sungguh-sunggu, seorang ilmuwan memiliki tanggung jawab sebagai penyeru ke jalan Allah SWT dan petunjuk ke jalan yang benar (amar ma’ruf nahi mungkar). Allah berfirman dalam QS. Al-Ahzab : 46:

ارريننهمك ا جرارنس

ه ون ههنهذتإهبه ههلنلا ى لنإه ا ينرعهادنون

Artinya: “Dan untuk jadi penyeru kepada agama Allah dengan izin-Nya

dan untuk menjadi cahaya yang menerangi”

2.4 Kewajiban ilmuwan terhadap bangsa

Kewajiban ilmuwan terhadap bangsa yaitu sebagai khalifah Allah SWT di bumi. Karena sebagai hamba yang dipercayai oleh Allah SWT, maka seorang ilmuwan harus bertanggung jawab atas amanat yang dipikulnya.

(9)

Rasulullah SAW menjelaskan bahwa seorang ilmuwan muslim mempunyai tanggung jawab, dan ia akan dimintai pertanggung jawaban atas ilmu yang dimilikinya. Rasulullah SAW bersabda:

دسبببتعن ا مندنببقن لكوزكببتن لن» :منلنسن ون ههينتلنعن هكلنلا ى لنصن ههلنلا لك ولسك رن لن ا قن :لن ا قن ، قيي مهلنست لن ا ةنزنرتبن يبهأن نتعن نن ببيتأن نتببمه ههلها ببمن نتببعنون ، قلنببعنفن منببينفه ههببمهلتعه نتعنون ، قهكا ننفتأن ا منينفه ههرهمكعك نتعن لنأنستيك ى تنحن ةهمنا يننقهلا منولتين نة ببسن حن ثة يدهببحن اذنببهن : لا ببقو ، قيذببمرتلا هاور) « هكلنبتأن منببينفه ههمهببست جه نت ببعن ون ، قهكقنفننتأن منينفهون هكبنسن تنكت ا ] حةينحهصن 2417 ([

Dari Abu Barzah Al-Aslami, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Tidak bergeser kedua telapak kaki seorang hamba pada hari kiamat sehingga ia ditanya tentang umurnya; dalam hal apa ia menghabiskannya, tentang ilmunya; dalam hal apa ia berbuat, tentang hartanya; dari mana ia mendapatkannya dan dalam hal apa ia membelanjakannya, dan tentang pisiknya; dalam hal apa ia mempergunakannya”. (HR At-Tirmidzi, dan ia berkata: “Ini hadits hasan

shahih”, hadits no. 2417).

2.5 Kelemahan profesi ilmuwan dalam pandangan islam

Faktor-faktor yang menyebabkan seorang ilmuwan mengabaikan tanggung jawab profesionalnya yaitu:

1. Mentalitas ilmuwan yang menghianati tanggung jawab profesional semata-mata untuk kepentingan pribadi.

2. Penindasan dan ancaman yang menyebabkan ilmuwan takut mengungkapkan kebenaran.

3. Keterikatan yang kuat terhadap suatu kelompok (agama,

nasionalisme, dsb).

(10)

keterikatan ilmuwan pada suatu kelompok tidak boleh bercampur baur dengan aspek ontologis dan epistemologis ilmu yang harus dipertahankan konsistensinya oleh para ilmuwan. Hasil kajian ilmu harus digunakan untuk kemaslahatan manusia dengan berdasarkan asas-asas antara lain: mementingkan kodrat manusia, mementingkan martabat manusia, mementingkan keseimbangan dan kelestarian alam, komunal, dan universal . Ilmu pengetahuan berasas komunal artinya ilmu tersebut menjadi milik bersama dan siapapun dapat memanfaatkannya. Asas universal memiliki pengertian bahwa ilmu tidak mempunyai konotasi parokial seperti ras, ideologi atau agama.

2.6 Tantangan profesi ilmuwan dalam pandangan islam

Ilmuwan sebagai manusia yang diberi kemampuan merenung dan menggunakan pikirannya untuk bernalar. Kemampuan berpikir dan bernalar itu pula yang membuat kita sebagai manusia menemukan berbagai pengetahuan baru. Pengetahuan baru itu kemudian digunakan untuk mendapatkan manfaat yang sebesar-besarnya dari lingkungan alam yang tersedia di sekitar kita. Oleh karena itu tanggung jawab ilmuwan terhadap masa depan kehidupan manusia diantaranya adalah :

1. Tanggung Jawab Profesional terhadap dirinya sendiri, sesama ilmuwan dan masyarakat, yaitu menjamin kebenaran dan keterandalan pernyataan-pernyataan ilmiah yang dibuatnya secara formal. Agar semua pernyataan ilmiah yang dibuatnya selalu benar dan memberikan tanggapan apabila ia merasa ada pernyataan ada pernyataan ilmiah yang dibuat ilmuwan lain yang tidak benar.

2. Tanggung Jawab Sosial, yaitu tanggung jawab ilmuwan terhadap masyarakat yang menyangkut asas moral dan etika. Pengalaman dua perang dunia I (terkenal dengan perang kuman) dan II (terkenal

(11)

dengan bom atom) telah membuktikan bahwa ilmu digunakan untuk tujuan-tujuan yang destruktif.

3. Sikap Politis Formal Ilmuwan

Jika ilmuwan mempunyai rasa tanggung jawab moral dan sosial yang formal, maka konsekuensinya ilmuwan harus mempunyai sikap politik formal. Sebab sikap politik formal merupakan konsisten dengan asas moral keilmuan serta merupakan pengejawantahan/implementasi dari tanggung jawab sosial dalam mengambil keputusan politis, dimana keputusan ini bersifat mengikat (authorative). Demi pertanggungan jawaban ilmuwan terhadap masa depan umat manusia, semua dampak negatif sains dan teknologi terus ditangani secara bersama-sama, bukan saja oleh masyarakat ilmuwan dunia, melainkan juga oleh pemerintah semua negara, berlandaskan suatu pandangan bahwa manusia di bumi ini mempunyai tugas untuk mengelolanya dengan sebaik-baiknya. Maka dari itu manusia juga harus melakukan hal-hal sebagai berikut :

Mengadakan kerjasama dengan ilmuwan dan ahli teknologi berbagai negara dalam menerapkan pengetahuannya demi kepentingan seluruh umat manusia.

Perlunya pembangunan yang berorientasi masa depan dan wawasan lingkungan.

Adapun peran dan fungsi ilmuwan antara lain :

1. Sebagai intektual, seorang ilmuwan sosial dan tetap mempertahankan dialognya yang kontinyu dengan masyarakat sekitar dan suatu keterlibatan yang intensif dan sensitif.

(12)

2. Sebagai ilmuwan, dia akan berusaha memperluas wawasan teoritis dan keterbukaannya kepada kemungkinan dan penemuan baru dalam bidang keahliannya.

3. Sebagai teknikus, dia tetap menjaga keterampilannya memakai instrument yang tersedia dalam disiplin yang dikuasainya. Dua peran terakhir memungkinkan dia menjaga martabat ilmunya, sedangkan peran pertama mengharuskannya untuk turut menjaga martabat.

4. Hawa nafsu termasuk rintangan, karena ia cenderung mematikan daya nalar manusia dalam melihat kebenaran. Karena itu Al Qur’an mengutuk hawa nafsu sebagai sesuatu yang merintangi manusia dalam menemukan kebenaran .

2.7 Hambatan profesi ilmuwan dalam pandangan islam

Kewajiban batiniah seorang ilmuwan ialah memberikan sumbangan pengetahuan baru yang benar saja ke kumpulan pengetahuan benar yang sudah ada, walaupun ada tekanan-tekanan ekonomi atau sosial yang memintanya untuk tidak melakukan hal itu, karena tanggung jawabnya ialah memerang ketidaktahuan, prasangka dan mitos di kalangan manusia mengenai alam semesta ini. Adapun pedoman kerja yang disepakati dan harus diikuti para ilmuwan ialah : 1. Bekerjalah dengan jujur.

2. Jangan sekali-sekali memanipulasi data. 3. Selalulah bertindak tepat, teliti dan cermat.

4. Berlakulah adil terhadap pendapat orang lain yang muncul terlebih dahulu.

5. Jauhilah pandangan berbias terhadap data dan pemikiran ilmuwan lain.

(13)

6. Jangan berkompromi tetapi usahakanlah menyelesaikan permasalahan yang dihadapi dengan tuntas.

7. Perlunya Etika dan Ketaatan Kepada Tuhan Yang Maha Kuasa.

Hal itu juga sejalan dengan asas moral menurut Jujun (1990 : 93), yaitu ”

a. Kebenaran. b. Kejujuran.

c. Tidak mempunyai kepentingan.

d. Menyandarkan diri pada kekuatan argumentasi dalam menilai kebenaran.

a. Kebenaran ilmiah yang dihasilkan dari pemikiran dan pengamatan seorang ilmuwan harus dapat dipertanggungjawabkan kepada seluruh umat manusia. Hal itu berarti perlunya kode etik ilmuwan. Mau tidak mau kode etik itu harus dikaitkan dengan sistem ‘dosa’. Setiap kali seorang ilmuwan akan mengadakan penelitian, ia harus sadar akan kedudukannya sebagai manusia di bumi ini. Artinya ia harus sadar bahwa ilmu pengetahuan yang dimilikinya hanya sebagian kecil saja dari Al’ilmi-nya Allah SWT dan bahwa ia hanyalah pesuruh-Nya di muka bumi ini sesuai dengan Al Qur’an surat Al Baqarah : 30-34.

2.8 Peluang profesi ilmuwan dalam pandangan islam

Wajib bagi setiap muslim untuk mempelajari agamanya, apapun profesinya. Karena Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, ”Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim”. (HR. Ibnu Majah. Dinilai shahih oleh Syaikh Albani dalam Shahih wa Dha’if Sunan Ibnu Majah no. 224). Dari konteks hadits tersebut terbuka peluang bagi masyarakat muslim khususnya ilmuan untuk memperdalam ilmu yang digeluti. Karena ada dorongan dari syariat untuk mempelajari ilmu, sehingga akan tercapai ilmu baru yang dapat bermanfaat bagi umat.

(14)

Karena dalam memperoleh ilmu baru itu sebagai ilmuwan akan mencari kebenaran ilmu yang dia cari dari mana saja dari Al Quran, Hadist, Ijma, Qiyas jadinya peluangnya di bisa mendapatkan ilmu dari mana saja serta bisa membuat ilmu baru yang berguna bagi masyarakat yang luas.

BAB III

PENUTUP

3. 1 Kesimpulan

Dari apa yang kita ketahui bersama di atas dapat kita simpulkan, bahwa ilmuwan adalah seorang yang berkecimpung dalam beberapa bidang keilmuwan. Sebagai mana kita lihat bersama dalam beberapa pengertian ilmuwan, yang mana seorang ilmuwan itu tidak luput dari hal ilmiah. Karena karya ilmiah ini merupakan salah satu pokok yang terpenting untuk mempublikasikan karyanya dengan riset-riset tertentu. Di samping itu, ilmuwan tidak hanya terpaku dalam hal sikap saja melainkan dalam tanggung jawab. Karena tanggung jawab ilmuwan merupakan ikhtiar mulia sehingga seorang ilmuwan tidak mudah tergoda, apalagi tergelincir untuk menyalahgunakan ilmu.

Ilmuan jangan hanya terpaku pada pengetahuan yang dia terima tanpa disaring terlebih dahulu. Ilmuan juga memiliki kewajiban dalam mengembangkan ilmu-ilmu baru untuk kehidupan yang akan datang. Tetapi

(15)

untuk menjadi ilmuan harus mempunyai etika yang baik agar ilmu yang diperoleh bisa dipakai oleh khalayak luas.

DAFTAR PUSTAKA

1. Al Quran dan Terjemahan

2. http://www.wazinbaihaqi.com/2010/05/eksistensi-ilmuwan-dalam-masyarakat.html 3. https://arya0809.wordpress.com/2013/01/05/tanggung-jawab-ilmuwan-terhadap-masa-depan-kehidupan-manusia/ 4. https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/09/24/tantangan-dan-masa-depan-ilmuwan-dalam-zaman-global/ 5. http://www.kompasiana.com/jokowinarto/tugas-dan-tanggung-jawab-ilmuan_5500d5018133111918fa7e8b 6. http://asbarsalim009.blogspot.co.id/2015/04/tanggung-jawab-ilmuwan-muslim-dalam.html

(16)

Referensi

Dokumen terkait

Pemberian wasiat wajibah kepada saudara kandung non muslim ini telah memberikan sumbangan yang baru dalam pembaharuan hukum Islam di Indonesia, tapi bersifat terbatas..

Naluri dapat membawa manusia kepada jalan yang benar tetapi terkadang juga kepada jalan yang salah tergantung kepada individu yang memiliki naluri tersebut untuk dapat

Bagi Universitas Islam Negeri Malang Dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan untuk penelitian selanjutnya hasil penelitian ini diharapan memberikan sumbangan pengetahuan

Sri Hapsari, Psikologi Pendidikan…… h.. memperdalam ilmu keislaman, keimanan serta aqidah islam yang baru yakini ini, keluarganya mempercayakan pembelajaran agama

Dalam mencari ilmu pengetahuan, hendaklah yang dapat memberikan manfaat bagikebaikan di dunia dan di akhirat baik untuk diri kita sendiri maupun untuk

Ilmu social dasar bukanlah suatu disiplin ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri,melainkan hanyalah suatu pengetahuanmengenai aspek-aspek yang

Kendati terdapat perbedaan versi dalam menempatkan pengetahuan tenteng usul fikih sebagai syarat ijtihad, segenap ulama memandang bahwa pengetahuan tentang usul fikhi merupakan

perubahan-perubahan pada isi Permen yang diharapkan bisa lebih rasional dan diterima oleh seluruh masyarakat dan tujuan Penerimaan Peserta Didik Baru melalui sistem zonasi yang harapkan