• Tidak ada hasil yang ditemukan

perkosaan forensik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "perkosaan forensik"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

I. PENDAHULUAN

Dalam beberapa tahun terakhir ini, kita kerapkali membaca berita mengenai kasus pencabulan, perampokan atau pembunuhan yang disertai perkosaan. Kasus-kasus seperti ini biasanya memiliki nilai berita yang tinggi dan akan diliput oleh media massa. Dipihak lain, masyarakat yang mengetahui berita semacam ini umumnya ikut terlibat dan seringkali merasa gemas dan mengutuk perbuatan itu.

Protes masyarakat dimanifestasikan dalam tulisan surat pembaca diberbagai media cetak. Telah sering kita baca bahwa masyarakat merasa hukuman yang dijatuhkan oleh hakim terlalu ringan, sesungguhnya variasi hukuman yang diberikan memang sangat tidak adil bagi korban. Pemberian hukuman tidak mempertimbangkan dampak psikologisnya bagi korban ataupun keluarga korban, apalagi kalau korban dibunuh atau korbannya anak dibawah umur, belum lagi kerugian atau penderitaan yang dialami korban atau keluarganya sepanjang hidupnya. (1)

(2)

II. DEFINISI-DEFINISI

Perawan adalah seorang wanita yang belum pernah melakukan hubungan seksual kapanpun juga. (2)

Penyimpangan seksual adalah Pelanggaran kesusilaan yang tidak wajar ( unnatural sexual offerences) seperti: insest, sodomi, bestialiti, ekshibitionisme, nekrotisme, pedofili, dll. Disini objek atau cara yang digunakan untuk mencapai kepuasan seksual yang tidak wajar.(3)

Persetubuhan adalah masuknya alat kelamin laki-laki kedalam alat kelamin perempuan sebagian atau seluruhnya dengan atau tanpa mengeluarkan air mani yang mengandung sperma atau tidak. (3)

Perkosaan adalah Pelanggaran kesusilaan (natural sexual offerences) sebagai manifestasi birahi yang tidak terkendalikan dan tertuju kepada objek yang wajar yaitu kelamin yang berlawanan jenis (heteroseksual).

Di Indonesia pengertian perkosaan harus disesuikan dengan ketentuan hukum yang terdapat dalam KUHP pasal 285, 286, 287. (3)

Perbuatan Cabul adalah segala perbuatan yang melanggar kesusilaan (kesopanan) atau perbuatan yang keji, semuanya itu dalam lingkungan nafsu birahi kelamin, misalnya : cium-ciuman, meraba –raba anggota kemaluan, dll. (6)

Perzinahan adalah Persetubuhan yang dilakukan oleh laki-laki atau perempuan yang telah kawin dengan perempuan atau laki-laki yang bukan istri atau suaminya atas dasar suka sama suka, tidak boleh ada paksaan dari salah satu pihak. (6)

(3)

III. TANDA-TANDA KEPERAWANAN

Tanda-tanda keperawanan pada wanita normal dapat dilihat pada alat genitalnya (kelamin) dan stuktur tubuhnya (dada).

1. Genital (alat kelamin)

Labia mayor biasanya tebal, kencang (supel), elastis, berbentuk lonjong, dan melingkari vulva. Labia minora lembut (lembek), kecil dan berwarna kemerahan dan klitoris berukuran kecil.

Vestibulum merupakan daerah triangular yang berada diantara labia minora dengan klitoris dibagian puncak dan pada daerah anterior terdapat hymen (selaput dara) sebagai dasarnya yang merupakan celah sempit.

Komisura Posterior (Frenulum ) dan Fourchette ( Frenulum labia pudenda ) bersatu dan berbentuk seperti bulan sabit (melingkar), yang jarang rusak dengan hubungan seksual, tapi bisa rusak (robek) bila hubungan seksual dilakukan pada anak kecil.

Vagina adalah celah sempit yang memiliki dinding yang melipat-lipat/rugae (tapi lipatan-lipatan pada vagina /rugae tersebut tidak dapat dijadikan pedoman untuk menyatakan keperawanan seseorang). Setelah melahirkan pertamakali sebagian rugae ini akan menghilang.

Himen (selaput dara) berupa lapisan tipis yang merupakan lipatan mukosa yang membatasi ostium (orifisium) vagina pada gadis. Pada umumnya himen berupa lubang ( cincin). Dengan saluran keluar yang terbuka yang melingkar atau elevasi. Kosistensi himen juga berbeda-beda dari yang kaku sampai yang lunak sama sekali. Hiatus himenalis dari yang seujung jari sampai yang mudah dilalui oleh dua jari. Umumnya

(4)

himen robek pada koitus atau hubungan seksual, dan pada persalinan . Himen bisa robek pada beberapa tempat dan yang terlihat hanya sisa-sisanya saja.

Disamping karena koitus atau persalinan, himen juga bisa robek karena kejadian-kejadian berikut :

1. Kecelakaan, misalnya; terjatuh, tersangkut pagar

2. Masturbasi, terutama bila menggunakan alat/ benda-benda asing 3. Robek akibat tindakan operasi

4. Pemasangan tampon terutama untuk himen dengan membrane yang tipis.

5. Benda asing yang digunakan sebagai instrument untuk melakukan koitus (vibrator).

6. Ulserasi akibat difteri atau penyakit lain. (2)

2. Dada

Dada pada seorang gadis (perawan) biasanya kencang, elastis, dan sedikit bulat, dengan putting yang kecil, areolar yang belum tumbuh, berwarna merah jambu pada kulit putih dan hitam pada kulit hitam. (2)

IV. PENENTUAN JENIS DELIK

Suatu laporan tentang seseorang yang disetubuhi atau dilecehkan secara seksual oleh orang lain tidak selalu berarti kasusnya adalah perkosaan. Untuk kasus-kasus semacam ini kita harus memilah termasuk kategori delik yang manakah kasus tersebut, yang masing-masing mempunyai kriteria dan hukuman yang berbeda satu dengan lainnya.

(5)

1. Perkosaan

Menurut KUHP pasal 285, perkosaan adalah Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang wanita yang bukan isterinya bersetubuh dengan dia, dihukum, karena melakukan perkosaan, dengan pidana penjara paling lama 12 tahun. (1, 6)

2. Persetubuhan diluar perkawinan

Menurut pasal 286, Barang siapa bersetubuh dengan seorang wanita diluar pernikahan padahal diketahui bahwa wanita itu dalam keadaan pingsan atau tidak berdaya, diancam dengan pidana penjara paling lamanya 9 tahun. Sedangkan menurut pasal 287, barangsiapa bersetubuh dengan seorang wanita diluar pernikahan, padahal diketahui atau harus patut diduga, bahwa umurnya belum 15 tahun atau kalau umurnya tidak nyata, bahwa belum mampu kawin, diancam dengan pidana penjara paling lama 9 tahun., untuk penuntutan ini harus ada pengaduan, kecuali kalau umur perempuan itu belum sampai 12 tahun atau ada hal yang tersebut dalam pasal 291 dan 294. (3)

(6)

Perzinahan adalah Persetubuhan yang dilakukan oleh laki-laki atau perempuan yang telah kawin dengan perempuan atau laki-laki yang bukan istri atau suaminya atas dasar suka sama suka, tidak boleh ada paksaan dari salah satu pihak.

Khusus untuk delik ini penuntutan dilakukan oleh pasangan dari yang telah kawin tadi diajukan dalam 3 bulan disertai gugatan cerai / pisah kamar/ pisah ranjang. (1,6)

4. Perbuatan cabul

Seseorang yang dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seseorang untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, maka ia diancam dengan hukuman penjara maksimal 9 tahun (pasal 289 KUHP). Hukuman perbuatan cabul lebih ringan , yaitu 7 tahun saja jika perbuatan cabul ini dilakukan terhadap orang yang sedang pingsan, tidak berdaya, berumur dibawah 15 tahun atau belum pantas dikawini dengan atau tampa bujukan (pasal 290 KUHP). Perbuatan cabul yang dilakukan terhadap orang yang belum dewasa oleh sesama jenis diancam hukuman penjara maksimal 5 tahun (pasal 292 KUHP). Perbuatan cabul yang dilakukan dengan cara pemberian, menjanjikan uang atau barang, menyalahgunakan wibawa atau penyesatan terhadap orang yang belum dewasa diancam dengan hukuman penjara maksimal 5 tahun (pasal 293 KUHP).

Perbuatan cabul yang dilakukan terhadap anak, anak tiri, anak angkat, anak yang belum dewasa yang pengawasan, pemeliharaan, pendidikan atau penjagaannya diserahkan kepadanya, dengan bujang atau bawahan yang belum dewasa diancam dengan hukuman penjara maksimal 7 tahun. Hukuman yang sama juga diberikan pada pegawai negeri yang melakukan cabul dengan bawahan atau orang yang penjagaannya dipercayakan

(7)

kepadanya, pengurus, dokter, guru, pegawai, pengawas atau pesuruh dalam penjara, tempat pekerjaan negara, tempat pendidikan, rumah piatu, rumah sakit, rumah sakit jiwa atau lembaga sosial yang melakukan perbuatan cabul dengan orang yang dimasukan kedalamnya (pasal 294 KUHP).

Orang yang dengan sengaja menyebabkan atau memudahkan, menjadi penghubung bagi perbuatan cabul terhadap korban yang belum cukup umur diancam dengan hukuman penjara maksimal 5 tahun (pasal 295 KUHP). Jika perbuatan ini dilakukan sebagai pencahariannya atau kebiasannya maka ancaman hukumannya satu tahun 4 bulan atau denda sebanyak- banyaknya Rp. 1.000,- (berdasarkan pasal 296 KUHP).(6)

V. PEMERIKSAAN KORBAN

Jika korban dibawa kedokter untuk mendapatkan pertolongan medis, maka dokter punya kewajiban untuk melaporkan ke polisi atau menyuruh keluarga korban untuk melapor kepolisi. Korban yang melapor terlebih dahulu ke polisi pada akhirnya juga akan dibawa kedokter untuk mendapatkan pertolongan medis sekaligus pemeriksaan forensik untuk dibuatkan visum et repertumnya.

Pada kasus perkosaan dan delik kesusilaan lainnya perlu diperhatikan informasi-informasi sebagai berikut : (1,3)

1. Permintaan visum dari polisi yang berwenang.

2. Korban diantar petugas penyidik bersama dengan permintaan visum. 3. Izin tertulis dari korban atau keluarganya.

4. Dokter ditemani perawat wanita sebagai pendamping. Pemeriksaan

(8)

Pemeriksaan harus dilakukan sesegera mungkin, jangan menunda terlalu lama. Temuan dan wawancara harus dicatat, demikian juga nama dan pangkat petugas yang mengantar korban, nama perawat, Data lengkap korban serta tanggal, hari dan jam pemeriksaan. (3)

Anamnesa

Yang perlu ditanyakan adalah data tentang umur, status perkawinan, tempat dan wak tu kejadian (tanggal dan jam), siklus haid, posisi sewaktu diperkosa, apakah korban melakukan perlawanan, apakah korban pingsan, apakah terjadi penetrasi dan ejakulasi, apakah ada melakukan hubungan seks setelah diperkosa.

Semua pertanyaan diatas diperlukan untuk mengarahkan dan mencocokan dengan pemeriksaan yang akan dilakukan.

Hasil wawancara ini tidak termasuk dalam visum tetapi dilampirkan dalam visum sebagai “ Keterangan yang diperoleh dari korban”.

Pemeriksaan umum

Pemeriksaan harus dilakukan menyeluruh, tidak terpusat hanya pada pemeriksaan alat kelamin korban. Sikap, wajah dan jalan korban perlu diperhatikan. Bila korban baru diperkosa, bisa dijumpai darah atau sperma pada pakaiannya. Robekan pada pakaiannya akibat dari perlawanan atau kekerasan perlu diteliti. Luka-luka akibat kekerasan yang dialami korban , seperti luka lecet, memar terutama dilihat pada lengan , payudara, putting susu, pipi dan bibir. Perhatikan juga apakah ada tanda-tanda mabuk atau pengaruh obat.(3)

(9)

Pemeriksaan korban dilakukan dalam posisi lithotomi (kedua kaki mengangkang) atau knee-chest position (menungging) dengan penerangan yang cukup. Perhatikan ; rambut kemaluan (bisa dijumpai cairan sperma dan rambut tersebut digunting untuk diperiksa apakah caiaran itu mengandung sperma atau tidak ,baik hidup ataupun mati). Bila perlu disisir untuk mendapatkan rambut pelaku. Kulit sekitar alat genitalia perhatikan apakah ada bercak-bercak darah akibat perkosaan dan juga apakah ada cairan sperma. Perhatikan alat genitalia bagian luar kemungkinan luka-luka, bengkak kemerahan/meradang, pada perabaan terasa nyeri.

Himen (selaput dara) korban diperiksa teliti. Tetapi fakta lapangan menunjukan penilaian keadaan himen tidak selalu tepat. Tidak semua perempuan masih punya himen waktu diperkosa. Kalau sudah robek belum tentu karena perkosaan. Persetubuhan dengan perempuan yang masih punya himen tidak selalu menyebabkan himennya robek, bentuk himenpun banyak. Demikian pula ada yang elastis. Juga tergantung pada ukuran penis yang masuk. Dia mempunyai arti bila didapati robek baru dan masih ada tanda-tanda robek, bengkak, berdarah, nyeri sentuh, dan tanda-tanda inflamasi lain.

Pada perkosaan yang telah lama atau pada wanita yang telah pernah berhubungan, dimana robeknya himen telah sembuh sulit dibuktikan bahwa telah terjadi persetubuhan.

Vagina diperiksa untuk melihat ada atau tidaknya luka dan spermatozoa. Diambil sekret dari fornik posterior dengan swab atau pipet dan dilihat di bawah mikroskop apakah ada sperma. Perlu juga diperiksa apakah ada penyakit kelamin yang diderita oleh pemerkosa, sedangkan wanita tersebut sebelumnya tidak menderita penyakit kelamin.(3)

(10)

1. Umur korban

Umur korban amat perlu ditentukan pada pemeriksaan medis, karena hal itu menentukan jenis delik (delik aduan atau bukan), jenis pasal yang dilanggar dan jumlah hukuman yang dapat dijatuhkan. Dalam hal korban mengetahui secara pasti tanggal lahirnya/ umurnya, apalagi jika dikuatkan oleh bukti diri (KTP, SIM dsb), maka umur dapat langsung disimpulkan dari hal tersebut. Akan tetapi jika korban tak mengetahui umurnya secara pasti maka perlu diperiksa erupsi gigi molar II dan molar III. Gigi molar II mengalami erupsi pada usia kurang lebih 12 tahun, sedang gigi molar III pada usia 17 sampai 21 tahun. Untuk wanita yang telah tumbuh molar II nya, perlu dilakukan foto rontgen gigi. Jika setengah sampai seluruh mahkota molar III sudah mengalami mineralisasi (terbentuk), tapi akarnya belum maka usianya kurang dari 15 tahun.

Kriteria sudah tidaknya wanita mengalami haid pertama atau menarche tak dapat dipakai untuk menentukan umur karena usia menarche saat ini tidak lagi pada usia 15 tahun tapi seringkali jauh lebih muda dari itu.(1)

2. Tanda kekerasan

Yang dimaksud dengan kekerasan pada delik susila adalah kekerasan yang menunjukan adanya unsur pemaksaan, seperti jejas bekapan pada hidung, mulut dan bibir, jejas cekik pada leher, kekerasan pada kepala, luka lecet pada punggung atau bokong akibat penekanan, memar pada lengan atas dan paha akibat pembukaan secara paksa, luka lecet pada pergelangan tangan akibat pencekalan dsb.

Adanya luka-luka ini harus dibedakan dengan luka akibat “foreplay” pada persetubuhan yang “biasa “ seperti luka isap (cupang) pada leher, daerah payudara atau

(11)

sekitar kemaluan, cakaran pada punggung (yang sering terjadi saat orgasme) dsb. Luka-luka yang terakhir ini memang merupakan kekerasan tetapi bukan kekerasan yang dimaksud pada delik perkosaan. Adanya luka jenis ini harus dinyatakan secara jelas dalam kesimpulan visum et repertum untuk menghindari kesalahan interprestasi oleh aparat penegak hukum. Tanpa adanya kejelasan ini suatu kasus persetubuhan biasa bisa disalah tafsirkan sebagai perkosaan yang berakibat hukumannya menjadi lebih berat. Pemeriksaan toksikologi untuk beberapa jenis obat-obatan yang umum digunakan untuk membuat orang mabuk atau pingsan perlu pula dilakukan, karena tindakan membuat orang mabuk atau pingsan dengan sengaja dikategorikan juga sebagai kekerasan. Obat-obatan yang perlu diperiksa adalah obat penenang, alkohol, obat tidur, obat perangsang (termasuk ectasy) dsb.

3. Tanda persetubuhan

Tanda persetubuhan secara garis besar dapat dibagi dalam tanda penetrasi dan tanda ejakulasi. Tanda penetrasi biasanya hanya jelas ditemukan pada korban yang masih kecil atau belum pernah melahirkan atau nulipara. Pada korban-korban ini penetrasi dapat menyebabkan terjadinya robekan selaput dara sampai kedasar lokasi pukul 5 sampai 7, luka lecet, memar sampai luka robek baik daerah liang vagina, bibir kemaluan maupun daerah perineum. Adanya penyakit keputihan akibat jamur Candida misalnya dapat menunujukan adanya erosi yang dapat disalahartikan sebagai luka lecet oleh pemeriksa yang kurang berpengalaman. Tidak ditemukannya luka-luka tersebut pada korban yang bukan nulipara tidak menyingkirkan kemungkinan adanya penetrasi.

(12)

Tanda ejakulasi bukanlah tanda yang harus ditemukan pada persetubuhan, meskipun adanya ejakulasi memudahkan kita secara pasti menyatakan bahwa telah terjadi persetubuhan . Ejakulasi dibuktikan dengan pemeriksaan ada tidaknya sperma dan komponen cairan mani. Untuk uji penyaringan cairan mani dilakukan pemeriksaan fosfate asam. Jika uji ini negative, kemungkinan adanya ejakulasi dapat disingkirkan. Sebaiknya jika uji ini positif, maka perlu dilakukan uji pemastian ada tidaknya sel sperma dan cairan mani. Usapan lidi kapas diambil dari daerah labia minora, liang vagina dan kulit yang menunjukan adanya kerak. Adanya rambut kemaluan yang menggumpal harus diambil dengan cara digunting., karena umumnya merupakan akibat ejakulasi didaerah luar vagina. Untuk mendeteksi ada tidaknya sel mani dari bahan swab dapat dilakukan pemeriksaan mikroskopik secara langsung terhadap ekstrak atau dengan pembuatan preparat tipis yang diwarnai dengan pewarnaan malachite green atau chritsmas tree.

Jika yang akan diperiksa sample berupa bercak pada pakaian dapat dilakukan pemeriksaan Baechi, dimana adanya sperma akan tampak berupa sel sperma yang terjebak diantara serat pakaian. Sel sperma positif merupakan tanda pasti adanya ejakulasi. Kendala utama pada pemeriksaan ini adalah jika sel sperma telah hancur bagian ekor dan lehernya sehingga hanya tampak kepalanya saja. Untuk mendeteksi kepala sperma semacam ini harus diyakini bahwa memang kepala tersebut masih memiliki topi (akrosom).

Adanya cairan mani dicari dengan pemeriksaan terhadap beberapa komponen secret kelenjar kelamin pria (khususnya kelenjar prostat) yaitu spermin (dengan uji Florence), cholin (dengan uji Berberio) dan zink (dengan uji PAN). Suatu temuan

(13)

berupa sel sperma negative tapi komponen cairan mani positif menunjukan kemungkinan ejakulasi oleh pria yang tak memiliki sel sperma (azoospermi) atau telah menjalani sterilisasi atau vasektomi.

4. Dampak perkosaan

Dampak perkosaan berupa terjadinya gangguan jiwa, kehamilan atau timbulnya penyakit kelamin harus dapat dideteksi secara dini. Khusus untuk dua hal terakhir, pencegahan dengan memberikan pil kontrasepsi serta antibiotic lebih bijaksana dilakukan ketimbang menuggu sampai komplikasi tersebut muncul.

5. Pelaku perkosaan

Aspek pelaku perkosaan merupakan aspek yang paling sering dilupakan oleh dokter. Padahal tanpa adanya pemeriksaan kearah ini, walaupun telah terbukti adanya kemungkinan perkosaan, amatlah sulit menuduh seseorang sebagai pelaku pemerkosaan. Untuk mendapatkan informasi ini dapat dilakukan pemeriksaan kutikula rambut dan pemeriksaan golongan darah dan pemeriksaan DNA dari sample yang positif sperma / maninya.(1)

VI. KENDALA PEMBUKTIAN

Dalam sistem peradilan yang dianut negara kita, seorang hakim tidak dapat menjatuhkan hukuman kepada seseorang kecuali dengan sekurang-kurangnya dua alat

(14)

bukti yang sah, ia merasa yakin bahwa tindak pidana itu memang telah terjadi (pasal 183 KUHAP), sedang yang dimaksud dengan alat bukti yang sah adalah keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk dan keterangan terdakwa (pasal 184 KUHAP).

Berdasarkan hal tersebut diatas, maka pada suatu kasus perkosaan dan delik susila lainnya perlu diperjelas keterkaitan antara :

1. bukti-bukti yang ditemukan di tempat kejadian perkara, 2. pada tubuh atau pakaian korban,

3. pada tubuh atau pakaian pelaku dan

4. pada alat yang digunakan pada kejahatan ini (yaitu penis)

Keterkaitan antara 4 faktor inilah seringkali dijabarkan dalam prisma (segiempat) bukti dan merupakan salah satu hal yang dapat menimbulkan keyakinan hakim.

Pada banyak kasus perkosaan keterkaitan empat factor ini tidak jelas atau tidak dapat ditemukan sehingga mengakibatkan tidak timbul keyakinan pada hakim yang manifestasi dalam bentuk suatu hukuman yang ringan dan sekadarnya.

Beberapa hal yang dapat mengakibatkan terjadinya hal ini adalah hal-hal sbb : a. Masalah keutuhan barang bukti

b. Masalah teknis pengumpulan barang bukti

c. Masalah teknis pemeriksaan forensik dan laboratorium d. Masalah pengetahuan dokter pemeriksa

e. Masalah pengetahuan aparat penegak hukum .(1)

(15)

Dokter perlu mengetahui ketentuan hukum yang berkaitan dengan tindak pidana kekerasan pada manusia, agar memahami bantuan atau kejelasan yang diperlukan penegak hukum dari dokter.

KUHP Pasal 281

Diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau denda paling banyak lima ratus rupiah:

1. Barang siapa dengan sengaja dan terbuka melanggar kesusilaan;

2. Barang siapa dengan sengaja dan dimuka orang lain yang ada disitu bertentangan dengan kehendaknya, melanggar kesusilaan.(6)

KUHP Pasal 282

(1) Barang siapa menyiarkan, mempertunjukkan atau menempelkan di muka umum tulisan, gambaran atau benda yang telah diketahui isinya melanggar kesusilaan, atau barang siapa dengan maksud untuk disiarkan, dipertunjukkan atau ditempelkan di muka umum, membikin tulisan, gambaran atau benda tersebut, memasukkannya ke dalam negeri, meneruskannya, mengeluarkannya dari negeri, atau mempunyai dalam persediaan, ataupun barang siapa secara terang-terangan atau dengan mengedarkan surat tanpa diminta, menawarkannya atau menunjukkannya supaya bisa diperoleh, diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun enam bulan atau denda paling tinggi tiga ribu rupiah.(6)

(2) Barang siapa menyiarkan, mempertunjukkan atau menempelkan di muka umum tulisan, gambaran atau benda yang melanggar kesusilaan, ataupun barang siapa dengan

(16)

maksud untuk disiarkan, dipertunjukkan atau ditempelkan di muka umum, membikinnya, memasukkannya ke dalam negeri, meneruskan, mengeluarkannya dari negeri, atau mempunyai persediaan, ataupun barangsiapa secara terang-terangan atau dengan mengedarkan surat tanpa diminta, menawarkan, atau menunjuknya sebagai bisa didapat, diancam, jika ada alasan kuat baginya untuk menduga bahwa tulisan, gambaran atau benda itu me!anggar kesusilaan, dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau denda paling banyak tiga ratus rupiah.

(3) Kalau yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam ayat pertama sebagai pencarian atau kebiasaan, dapat dijatuhkan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau denda paling banyak lima ribu rupiah.(6)

KUHP Pasal 283

(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau denda paling banyak enam ratus rupiah, barang siapa menawarkan, memberikan untuk terus maupun untuk sementara waktu, menyerahkan atau memperlihatkan tulisan, gambaran atau benda yang melanggar kesusilaan, maupun alat untuk mencegah atau menggugurkan kehamilan kepada seorang yang belum cukup umur, dan yang diketahui atau sepatutnya harus diduga bahwa umurya belum tujuh belas tahun, jika isi tulisan, gambaran, benda atau alat itu telah diketahuinya.

(2) Diancam dengan pidana yang sama, barang siapa membacakan isi tulisan yang melanggar kesusilaan di muka orang yang belum cukup umur termaksud dalam ayat yang lalu, jika isi tadi telah diketahuinya.

(17)

(3) Diancam dengan pidana penjara paling lama empat bulan atau pidana kurungan paling lama tiga bulan atau denda paling banyak enam ratus rupiah, barangsiapa menawarkan, memberikan untuk terus maupun untuk sementara waktu, menyerahkan atau memperlihatkan, tulisan, gambaran atau benda yang melanggar kesusilaan, maupun alat untuk mencegah atau menggugurkan kehamilan kepada seorang yang belum cukup umur termaksud dalam ayat pertama, jika ada alasan kuat baginya untuk menduga, bahwa tulisan, gambaran atau benda yang melanggar kesusilaan atau alat itu adalah alat untuk mencegah atau menggugurkan kehamilan.(6)

KUHP Pasal 284

(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan:

1. a. seorang pria yang telah nikah yang melakukan zina (overspel), padahal diketahui bahwa pasal 27 BW berlaku baginya,

b. seorang wanita yang telah nikah yang melakukan, padahal diketahui bahwa pasal 27 BW berlaku baginya;

2. a. seorang pria yang turut serta melakukan perbuatan itu, padahal diketahuinya bahwa yang turut bersalah telah nikah;

b. seorang wanita yang telah nikah yang turut serta melakukan perbuatan itu, padahal diketahui olehnya bahwa yang turut bersalah telah nikah dan pasal 27 BW berlaku baginya.

(2) Tidak dilakukan penuntutan melainkan atas pengaduan suami/istri yang tercemar, dan bilamana bagi mereka berlaku pasal 27 BW, dalam tempo tiga bulan diikuti dengan permintaan bercerai atau pisah meja dan tempat tidur karena alasan itu juga.

(18)

(3) Terhadap pengaduan ini tidak berlaku pasal 72, 73, dan 75.

(4) Pengaduan dapat ditarik kembali selama pemeriksaan dalam sidang pengadilan belum dimulai.

(5) Jika bagi suami-istri berlaku pasal 27 BW, pengaduan tidak diindahkan selama pernikahan belum diputuskan karena perceraian atau sebelum keputusan yang menyatakan pisah meja dan tempat tidur menjadi tetap.(6)

pasal 27 BW : “Orang laki-laki hanya boleh menikah bersama dengan seorang perempuan dan orang perempuan hanya boleh menikah dengan seorang laki-laki dalam waktu yang bersamaan.”

KUHP pasal 285

“ Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang wanita bersetubuh dengan dia diluar pernikahan diancam karena perkosaan, dengan pidana penjara paling lama 12 tahun.”(6)

Yang diancam hukuman dalam pasal ini adalah dengan kekerasan memaksa perempuan yang bukan isterinya untuk bersetubuh dengan dia. Oleh karena itu dalam pemeriksaan kasus perkosaan yang diperlukan dari dokter adalah pembuktian telah terjadi persetubuhan dan adanya tanda-tanda kekerasan.

Mengenai ancaman kekerasan sulit ditentukan karena ancaman fisik maupun psikis tidak meninggalkan tanda-tanda. Adanya tanda-tanda kekerasan pun tidak selamanya menunjukan itu karena paksaan, bisa juga oleh sebab yang lain misalnya karena perbuatan korban sendiri untuk mendramatisir perbuatan terdakwa.(3)

(19)

KUHP pasal 286

“ barang siapa yang bersetubuh dengan seorang wanita di luar pernikahan, padahal diketahui bahwa wanita itu dalam keadaan pingsan atau tidak berdaya, diancam dengan pidana penjara paling lama 9 tahun.”(6)

Dalam pasal ini dikatakan bahwa persetubuhan yang dilakukan pada perempuan dalam keadaan pingsan atau tidak berdaya juga perbuatan yang melanggar hukum yang dapat dipidana. Bagian inilah yang diperlukan dari dokter agar ketentuan hukum ini dapat diterapkan, yaitu adanya bukti medis yang menyatakan korban disetubuhi dalam keadaan pingsan atau tidak berdaya. Anamnesa kepada korban dapat dipakai sebagai petunjuk untuk melakukan pemeriksaan kearah ini. Bila pemeriksaan dilakukan segera setelah persetubuhan mungkin dokter masih mendapatkan tanda-tanda yang mendukung keadaan pingsan atau tidak berdaya. Apakah korban sedang atau baru sadar dari pengaruh obat (hipnotik, narkotik, ekstasi)atau alkohol. Pemeriksaan fisik diagnostik dan pemeriksaan laboratoriunm (urine, darah atau bahan yang dimuntahkan korban). Harus diperhatikan apakah korban tidak berdaya karena perbuatannya sendiri. Misalnya korban memang kehilangan kontrol dirinya karena mabuk-mabukan atau pengaruh obat. Sebab, bila itu karena perbuatan terdakwa, maka ia dijerat oleh pasal 89 KUHP.

Bila telah berlangsung lama (jam atau hari) maka sulit dibuktikan. Begitu pula sulit untuk membuktikan korban tidak sadar waktu disetubuhi, karena sawan (epilepsy) yang diderita korban yang sewaktu-waktu dapat menyebabkan korban pingsan atau tidak berdaya.(3)

(20)

KUHP PASAL 89

“ membuat orang jadi pingsan atau tidak berdaya disamakan dengan menggunakan kekerasan”. (6)

Melakukan kekerasan artinya mempergunakan tenaga atau kekuatan jasmani tidak kecil misalnya memukul dengan tangan senjata, menendang. Pingsan artinya korban tidak ingat atau tidak sadar akan dirinya. Tidak berdaya artinya tidak mempunyai kekuatan atau tenaga sama sekali, sehingga ia tidak dapat memberikan perlawanan (baik tenaga atau pengaruh obat, bahan berbahaya) atau bila korban diikat. Bila dalam pemeriksaan dokter dapat menjelaskan keadan ini, maka para penegak hukum mendapat pegangan dalam menerapkan ketentuan hukum dalam pasal 286 KUHP.(3)

KUHP pasal 287

1. Barangsiapa bersetubuh dengan seorang wanita diluar pernikahan, padahal diketahui atau sepatutnya harus diduga bahwa umurnya belum 15 tahun atau kalau umurnya tidak ternyata bahwa belum mampu dikawin, diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.

2. Penuntutan hanya dilakukan atas pengaduan, kecuali jika umurnya wanita belum sampai 12 tahun atau jika ada salah satu hal tersebut pada pasal 291 dan pasal 294.(6)

Bantuan yang diharapkan dari dokter dalam pasal ini adalah mengenai umur korban. Bila perempuan tidak mempunyai akte kelahiran , mempunyai KTP atau ijazah dan bukti lain yang diperlukan menunjukan umurnya belum 15 tahun, maka diperlukan bantuan dokter untuk menentukan umurnya secara medis. Demikian pula penentuan untuk umur 12 tahun. Dalam ketentuan hukum ini jelas disebut bila umur belum 15

(21)

tahun tetapi sudah lebih dari 12 tahun maka penuntutan baru dilakukan bila perempuan dan keluarganya mengadu kepada menyidik (delik aduan). (3)

KUHP Pasal 288 :

1. Barang siapa yang bersetubuh dengan seorang wanita didalam pernikahan, yang diketahui atau sepatutnya harus diduga bahwa sebelum mampu dikawin, diancam, apabila perbuatan mengakibatkan luka-luka, dengan pidana penjara paling lama empat tahun.

2. Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, dijatuhkan pidana penjara paling lama delapan tahun.

3. Jika mengakibatkan mati, dijatuhkan pidana penjara paling lama dua belas tahun.

KUHP Pasal 289

“ Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul, diancam karena melakukan perbuatan yang menyerang kehormatan, dengan pidana penjara paling lama 9 tahun” (6)

(22)

KUHP Pasal 290

Diancam dengan pidana penjara paling lama 7 tahun

1. Barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan seorang padahal diketahuinya bahwa orang itu pingsan atau tidak berdaya;

2. Barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan seorang padahal diketahui atau sepatutnya harus diduga bahwa umurnya belum 15 tahun, atau kalau umurnya itu tidak ternyata, bahwa belum mampu dikawin.

3. Barangsiapa membujuk seseorang yang diketahui atau sepatutnya harus diduga, bahwa umurnya belum 15 tahun atau kalau umurnya itu tidak ternyata, bahwa belum mampu dikawin, untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul atau bersetubuh diluar pernikahan dengan orang lain.(6)

KUHP Pasal 291

(1) Jika salah satu kejahatan yang diterangkan pasal 286, 287, 289, dan 290 mengakibatkan luka-luka berat, dijatuhkan pidana penjara paling lama dua belas tahun;

(2) Jika salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 285, 286, 287,dan 290 mengakibatkan mati, dijatuhkan pidana penjara paling lama lima belas tahun.(6)

KUHP Pasal 292

“Orang yang belum cukup umur, yang melakukan perbuatan cabul dengan orang lain sama kelamin, yang diketahui atau sepatutnya harus diduga bahwa belum cukup umur, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun”.(6)

(23)

KUHP Pasal 293

(1) Barang siapa dengan memberi atau menjanjikan uang atau barang, menyalahgunakan perbawa yang timbul dari hubungan keadaan, atau dengan penyesatan sengaja menggerakkan seorang belum cukup umur dan baik tingkahlakunya untuk melakukan atau membiarkan dilakukan perbuatan cabul dengan dia, padahal tentang belum cukup umurnya itu, diketahui atau selayaknya harus diduga, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun.

(2) Penuntutan hanya dilakukan atas pengaduan orang yang terhadap dirinya dilakukan kejahatan itu.

(3) Tenggang tersebut dalam pasal 74 bagi pengaduan ini adalah masing-masing sembilan bulan dan dua belas bulan.

KUHP Pasal 294

(1) Barang siapa melakukan perbuatan cabul dengan anaknya, anak tirinya, anak angkatnya, anak di bawah pengawasannya yang belum cukup umur, atau dengan orang yang belum cukup umur yang pemeliharaanya, pendidikan atau penjagaannya diserahkan kepadanya ataupun dengan bujangnya atau bawahannya yang belum cukup umur, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.

(2) Diancam dengan pidana yang sama:

1. pejabat yang melakukan perbuatan cabul dengan orang yang karena jabatan adalah bawahannya, atau dengan orang yang penjagaannya dipercayakan atau diserahkan kepadanya,

(24)

2. seorang pengurus, dokter, guru, pegawai, pengawas atau pesuruh dalam penjara, tempat pekerjaan negara, tempat pendidikan, rumah piatu, rumah sakit, rumah sakit jiwa atau lembaga sosial, yang melakukan perbuatan cabul dengan orang yang dimasukkan ke dalamnya.(6)

KUHP Pasal 295 (1) Diancam:

1. dengan pidana penjara paling lama lima tahun, barang siapa dengan sengaja menghubungkan atau memudahkan dilakukannya perbuatan cabul oleh anaknya, anak tirinya, anak angkatnya, atau anak di bawah pengawasannya yang belum cukup umur, atau oleh orang yang belum cukup umur yang pemeliharaannya, pendidikan atau penjagaannya diserahkan kepadanya, ataupun oleh bujangnya atau bawahannya yang belum cukup umur, dengan orang lain;

2. dengan pidana penjara paling lama empat tahun barang siapa dengan sengaja menghubungkan atau memudahkan perbuatan cabul, kecuali tersebut ke-1 di atas., yang dilakukan oleh orang yang diketahui belum cukup umurnya atau yang sepatutnya harus diduga demikian, dengan orang lain.

(2) Jika yang bersalah,melakukan kejahatan itu sebagai pencarian atau kebiasaan, maka pidana dapat ditambah sepertiga. (6)

(25)

KUHP Pasal 296

“Barang siapa dengan sengaja menghubungkan atau memudahkan perbuatan cabul oleh orang lain dengan orang lain, dan menjadikannya sebagai pencarian atau kebiasaan, diancam dengan pidana penjara paling lama satu tahun empat bulan atau denda paling banyak seribu rupiah”.(6)

KUHP Pasal 297

“Perdagangan wanita dan perdagangan anak laki-laki yang belum cukup umur, diancam dengan pidana penjara paling lama enam tahun”.(6)

KUHP Pasal 298

(1) Dalam hal pemidanaan karena salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 281, 284 - 290 dan 292 - 297, pencabutan hak-hak tersebut dalam pasal 35 No. 1 - 5 dapat dinyatakan.

(2) Jika yang bersalah melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 292 - 297 dalam melakukan pencariannya, maka hak untuk melakukan pencarian itu dapat dicabut.(6)

(26)

VIII. KESIMPULAN

Kasus – kasus persetubuhan yang merupakan tindakan pidana, terutama kasus pemerkosaan dan pencabulan hendaknya dilakukan dengan teliti dan waspada. Pemeriksaan harus yakin dengan semua bukti-bukti yang ditemukannya karena berbeda dengan di klinik, ia tidak lagi mempunyai kesempatan untuk melakukan pemeriksaan ulang, guna memperoleh banyak bukti. Dalam melaksanakan kewajiban dokter jangan sampai meletakkan atau mengabaikan kepentingan si korban dibawah kepentingan pemeriksaan, terutama bila korbannya masih anak-anak jangan sampai menambah trauma psikis yang sudah dideritanya.

Visum et repertum yang dihasilkan mungkin menjadi dasar untuk membebaskan terdakwa dari penuntutan atau sebaliknya untuk menjatuhkan hukuman. Sebagai ahli klinis yang perhatian utamanya tertuju pada kepentingan pengobatan penderita, memang agak sulit untuk melakukan pemeriksaan yang berhubungan dengan pemerkosaan dan pencabulan ini. Agar kesaksian seorang dokter dalam perkara pidana mencapai sasarannya, yaitu membantu pengadilan dengan sebaik-baiknya, dia harus mengenal undang – undang yang bersangkutan dengan tindak pidana tersebut dan harus mengetahui unsur – unsur mana yang dibuktikan secara medik atau yang memerlukan pendapat medik.

Referensi

Dokumen terkait

Output dari kegiatan ini adalah membangun kualitas diri peserta sebagai mahasiswa dan masyarakat yang unggul, dengan rasa percaya diri yang kuat untuk menjadi pribadi yang

No Kota-Drop Poin JNE Lokasi Pengambilan Kartu dan Hadiah No Telepon.. 1

4.1.1 Pada peringkat akhir pemerintahan Bani Umaiyah, golongan mawali (orang Islam bukan Arab seperti Parsi dan Barbar) merasa didiskriminasikan (tidak dapat jawatan dan

Tujuan penelitian ini adalah mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi sifat kimia dan rendemen gelatin dari kulit dan tulang ikan cucut, sehingga dapat dihasilkan

Manajemen Produksi yang digunakan oleh Kompas TV adalah agar memperoleh kemasan acara yang sesuai dengan yang direncanakan dan terus melakukan evaluasi terhadap

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji problematika guru geografi pada materi penginderaan jauh dan SIG. Metode yang digunakan adalah metode

Penyusutan BMN berupa Penyusutan Aset Tetap menurut Permenkeu 1/PMK.06/2013 adalah penyesuaian nilai sehubungan dengan penurunan kapasitas dan manfaat dari suatu

Berkaitan dengan motivasi kerja ini, Kecamatan Medan perjuangan adanya unsur peraturan pengangkatan dalam kepala lingkungan yang sedang berlangsung, yang dimana terdapat