SKRIPSI
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih
Derajat Sarjana Ekonomi Derajat Sarjana Ekonomi
MEMPENGARU
MEMPENGARUHI HI PRODUKTIVITAS PEKERJAPRODUKTIVITAS PEKERJA
PADA INDUSTRI KECIL GENTING PADA INDUSTRI KECIL GENTING
Disusun Oleh : Disusun Oleh : 0110213031 0110213031 RATNA INDARWATI RATNA INDARWATI
JURUSAN
JURUSAN
EKONOMI EKONOMI PEMBANGUNANPEMBANGUNANFAKULTAS EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
MALANG
2 0 0
2 0 0
66ii
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT pemilik Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT pemilik alam semesta dan seluruh isinya, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, alam semesta dan seluruh isinya, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul”Analisa Penyerapan”Analisa Penyerapan Tenaga Kerja Dan Faktor
Tenaga Kerja Dan Faktor-Faktor Yang Mem-Faktor Yang Mempengaruhpengaruhi Produktivii Produktivitastas PekerjPekerjaa Pada Industri Kecil Genting (Studi Kasus Di Desa Gelangkulon Kecamatan Pada Industri Kecil Genting (Studi Kasus Di Desa Gelangkulon Kecamatan Sampung Kabupaten Ponorogo)”.
Sampung Kabupaten Ponorogo)”.
Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk
untuk meraimeraihh derajderajat saat sarjana rjana ekonomekonomii pada jpada jurusan urusan Ekonomi Ekonomi PembaPembangunanngunan FakulFakultastas Ekonomi Universitas Brawijaya Malang.
Ekonomi Universitas Brawijaya Malang.
Sehubungan dengan selesainya skripsi tersebut, penulis menyampaikan rasa Sehubungan dengan selesainya skripsi tersebut, penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1.
1. BapBapak Pak Profrof. Dr. Dr. Bam. Bambang bang SubSubrotroto, SEo, SE, MM , MM Ak.Ak. selselaku Daku Dekaekan Fakn Fakultultasas Ekonomi
Ekonomi UniverUniversitas Brawijsitas Brawijaya.aya. 2.
2. Bapak Bapak DR. DR. MaryuMaryunani, nani, SE, SE, MS. MS. selakselaku keu ketua tua jurusajurusann EkonomEkonomi Pi Pembangembangunanunan Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya.
Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya. 3.
3. Ibu DrIbu Dra. Marla. Marlina Ekawina Ekawati, M.ati, M.Si. seSi. selaku selaku sekretakretaris jris jurusaurusan Ekonomin Ekonomi Pembagunan
Pembagunan Fakultas Fakultas Ekonomi UniverEkonomi Universitas sitas Brawijaya.Brawijaya. 4.
4. BapBapak Dr. Mak Dr. M. Pudj. Pudjihaihardjrdjo, SEo, SE., MS.., MS. selselaku doaku dosesen pembn pembimbimbing ying yang tang telahelah memberikan motivasi dan pengarahan dalam p
memberikan motivasi dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini.enulisan skripsi ini. 5.
5. BapBapak ak Dr. Dr. KhuKhusnusnul Al Ashashar, r, SE.SE., M, MA.A. dan dan BapBapak ak SupSupartartono, ono, SE.SE., S, SU.U. selselakuaku dosen penguji yang telah banyak memberi saran dan masukan demi perbaikan dosen penguji yang telah banyak memberi saran dan masukan demi perbaikan skripsi ini.
skripsi ini. 6.
6. SelurSeluruh Staf Puh Staf Pengajengajaran Iaran IESP, yaESP, yang sudah mng sudah memperempermudahkamudahkan untuk men untuk mengurusngurus persyaratan administrasi.
persyaratan administrasi. 7.
7. Bapak Bapak HaryanHaryanto seto selaku kelaku kepala dpala desa Gesa Gelangkuelangkulon Klon Kecamatecamatan Saan Sampungmpung Kabupa
Kabupatenten PonorPonorogo.ogo. 8.
8. SelurSeluruh stuh staf daaf dan peran perangkat ngkat Desa GDesa Gelangkuelangkulon Klon Kecamatecamatan Saan Sampungmpung Kabupaten Ponorogo.
ii
10. Seluruh pihak yang turut membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, saran serta kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan skripsi ini. Pada akhirnya penulis berharap semoga dengan disusunnya skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
Malang, Agustus 2006
Kata Pengantar ... i
Daftar Isi ... iii
Daftar Tabel ... vi
Daftar Gambar ... vii
Daftar Lampiran... viii
Abstrak ... ix BAB I PENDAHULUAN... ... 1 1.1 Latar belakang... 1 1.2 Perumusan Masalah ... 5 1.3 Tujuan Penelitian ... 5 1.4 Kegunaan Penelitian ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... ... 7
2.1 Landasan Penelitian Terdahulu ... 7
2.2 Definisi Industri Kecil ... 8
2.2.1 Karakteristik Industri Kecil ... 9
2.2.2 Penggolongan Industri Kecil ... 10
2.3.3 Kendala Umum Yang Dihadapi Industri Kecil ... 12
2.3.4 Peranan Industri Kecil Dalam Penyediaan Lapangan Kerja... 15 2.3 Konsep Tenaga Kerja ... 16
2.3.1 Konsep Angkatan Kerja dan Pasar kerja ... 17
2.3.2 Perubahan Permintaan Tenaga kerja ... 19
2.4 Produktivitas ... 23
2.4.1 Pengertian Produktivitas ... 23
2.4.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Pekerja ... 24
3.1.1 Deskripsi Daerah Penelitian ... 27
3.1.2 Waktu Penelitian ... 28
3.2 Sumber Data ... 28
3.2.1 Teknik Pengumpulan Data ... 28
3.2.2 Variabel Yang Diperlukan ... 29
3.3 Populasi Dan Sampel ... 30
3.3.1 Populasi Penelitian ... 30
3.3.2 Sampel Penelitian ... 30
3.4 Metode Analisa Data ... 31
3.4.1 Analisa Statistik Pendugaan Harga Mean Sampel Kecil ... 31
3.4.2 Analisa Regresi Berganda... 32
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 36
4.1 Tinjauan Umum Daerah Penelitian ... 36
4.1.1 Keadaan Geografis ... 36
4.1.2 Keadaan Penduduk ... 37
4.1.3 Sarana dan Prasarana Kesejahteraan Penduduk ... 39
4.2 Gambaran Umum Sentra Industri Kecil Genting ... 40
4.2.1 Keadaan Sentra Industri Kecil Genting ... 40
4.2.2 Perkembangan Jumlah Unit Industri Kecil Genting ... 41
4.3 Perkembangan Jumlah Produksi Dan Nilai Produksi Sentra Industri Kecil Genting ... ... 41
4.3.1 Pengadaan Bahan Baku... 41
4.3.2 Bahan Baku Penolong... 42
4.3.3 Proses Pembakaran ... 43
4.3.4 Perkembangan Jumlah Produksi... 43
4.3.5 Perkembangan Nilai Produksi... 44
4.3.6 Perkembangan Penyalur... 44
4.3.7 Pemasaran ... 45
4.5.2 Keadaan Pengrajin Pada Industri Kecil Genting ... 53
4.6 Analisa Data 4.6.1 Hasil Analisa Statistik Pendugaan Harga Mean Sampel Kecil.... 54
4.6.2 Hasil Analisa Regresi Linier Berganda Dan Hasil Uji Asumsi Klasik ... ... 56
4.7 Interpretasi Hasil Penelitian... 60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 64
5.1 Kesimpulan ... 64
5.2 Saran ... ... 65
Daftar Pustaka ... 67 Lampiran
Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur Desa Gelangkulon
Tahun 2004 ... 37 Tabel 4.2 Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Desa Gelangkulon
Tahun 2004 ... 38 Tabel 4.3 Distribusi Penduduk Menurut Pendidikan Desa Gelangkulon
Tahun 2004 ... 38 Tabel 4.4 Distribusi Pekerja Menurut Umur Industri Kecil Genting
Desa Gelangkulon (sebagai sampel) ... 47 Tabel 4.5 Distribusi Pekerja Menurut Pendidikan Industri Kecil Genting
Desa Gelangkulon (sebagai sampel) ... 48 Tabel 4.6 Distribusi Pekerja Menurut Jam Kerja Industri Kecil Genting
Desa Gelangkulon (sebagai sampel) ... 49 Tabel 4.7 Distribusi Pekerja Menurut Pengalaman Kerja Industri Kecil Genting
Desa Gelangkulon (sebagai sampel) ... 50 Tabel 4.8 Distribusi Pekerja Menurut Jumlah Produk Yang Dihasilkan Industri
Kecil Genting Desa Gelangkulon (sebagai sampel) ... 51 Tabel 4.9 Distribusi Pekerja Menurut Daerah Asal Industri Kecil Genting
Desa Gelangkulon (sebagai sampel) ... 52 Tabel 4.10 Distribusi Pengrajin Menurut Jumlah Pekerja Industri Kecil Genting
Desa Gelengkulon (sebagai sampel) ... 53 Tabel 4.11 Hasil Uji Regresi Linier Berganda... ... 56 Tabel 4.12 Kontribusi Masing-masing Variabel Bebas Terhadap Variabel Terikat 58 Tabel 4.13 Hasil Uji Asumsi Multikolinieritas... ... 59 Tabel 4.14 Hasil Uji Asumsi Heteroskedastisitas... ... 59
Lampiran 1 Surat keterangan penelitian.
Lampiran 2 Kuisioner / daftar pertanyaan untuk pengrajin. Lampiran 3 Kuisioner / daftar pertanyaan untuk pekerja. Lampiran 4 Tabulasi data hasil kuisioner untuk pengrajin. Lampiran 5 Tabulasi data hasil kuisioner untuk pekerja.
Lampiran 6 Output hasil uji regresi linier berganda dan uji multikolinearitas. Lampiran 7 Output hasil uji heteroskedastisitas.
ix
Analisa Penyerapan Tenaga Kerja Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Pekerja Pada Industri Kecil Genting (Studi Kasus Di Desa Gelangkulon Kecamatan Sampung Kabupaten Ponorogo).
Dosen Pembimbing : Dr. M. Pudjihardjo, SE., MS
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh industri kecil genting yang berada di Desa Gelangkulon Kecamatan Sampung Kabupaten Ponorogo, dapat menyerap tenaga kerja dan apakah faktor umur, pendidikan, jam kerja dan pengalaman kerja mempengaruhi produktivitas pekerja. Pemilihan daerah penelitian ini ditetapkan dengan sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa produk genting merupakan salah satu produk unggulan Kabupaten Ponorogo, dimana daerah pemasarannya sangat luas bahkan meliputi daerah-daerah di Jawa Tengah.
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh pengrajin dan pekerja dalam industri kecil genting, sedangkan penarikan sampel dilakukan dengan berdasarkan pada pertimbangan tertentu.
Dari analisa data dengan menggunakan Pendugaan Harga Mean Sampel Kecil diketahui bahwa rata-rata per unit industri kecil genting dapat menyerap 4 sampai 7 tenaga kerja. Hal ini menunjukkan bahwa industri ini memang sangat potensial dalam menyerap tenaga kerja, karena sebagian besar proses produksinya masih menggunakan peralatan yang sederhana sehingga menggunakan tenaga kerja.
Selanjutnya data yang dianalisa dengan menggunakan Analisa Regresi Linier Berganda diketahui bahwa faktor umur, jam kerja, dan pengalaman kerja mempunyai pengaruh yang positif terhadap produktivitas pekerja. Namun tidak demikian halnya untuk variabel pendidikan tidak berpengaruh terhadap produktivitas pekerja.
Penelitian ini menyarankan hendaknya pemerintah kabupaten ponorogo melakukan pembinaan kepada pengrajin dan pekerja pada industri kecil genting ini, untuk lebih meningkatkan kemampuan berwirausaha untuk memantapkan perkembangan sentra industri kecil genting ini sehingga dicapai hasil yang optimal. Dan demi kesejahteraan pekerja hendaknya upah yang diberikan ditingkatkan, usaha demikian untuk mendorong masyarakat, terutama masyarakat sekitar lokasi industri kecil genting untuk bekerja di industri tersebut. Selain itu, akan memberikan peran yang lebih besar lagi bagi industri kecil genting dalam perannya terhadap penyerapan tenaga kerja dan peningkatan pendapatan.
x
RATNA INDARWATI, Strata – 1 Program University of Brawijaya August 2006. Absorbtion Analysis of Labour and Factors that Influence The Productivity of Worker At Genting Small Industry (Case Study in Gelangkulon Village Kecamatan Sampung Kabupaten Ponorogo).
Counsellor Lecturer : Dr. M. Pudjirahardjo, SE., MS
This research aim to know how far the small industry of genting that took place in Gelangkulon village Kecamatan Sampung Kabupaten Ponorogo, can absorb the worker and is the age factor, education, working time and working experience can be influence the productivity of worker. The election of research area specified designedly based on
consideration that genting’s product is one of the pre-eminent product in Kabupaten
Ponorogo, where’s the market area are very large even including the areas in the Middle
East.
The population from this research are the whole worker and the worker in small industry of genting, while the taking of samples done based on specific consideration.
From data analysis using Price Anticipation Of Mean Small Sample known that the per unit average of small industry Genting can absorb 4 until 7 worker. This thing showed that this industry is very potential in absorbing the worker, because most of the production process is still using a simple tools so they use workers.
Hereinafter the data that analyzed by using Double Linier Regression Analysis known that age factor, working time and working experience having a positive influence
to the worker productivity. But not that way to the education variable doesn’t have
influence to the worker productivity.
This research advised to the government of Kabupaten Ponorogo for doing construction to the worker and the worker in the small industry of genting, to increase the ability of business to settle the development of small industry of genting for getting an optimal result. And for the prosperity of worker the fee is need to be increase, that effort
for supporting the society, especially the people around the location of genting’s small
industry to work in that industry. Beside that, will giving a bigger role to the small industry of genting in the role of worker absorbtion and to increase the earnings.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Saat ini, persoalan pokok yang dihadapi Indonesia dalam bidang ketenagakerjaan adalah kelebihan tenaga kerja serta kecilnya kesempatan kerja yang tercipta pada setiap sektor sehingga terjadi pengangguran. Selain terjadi ketidakseimbangan antara percepatan pertambahan jumlah angkatan kerja dengan pergerakan kesempatan kerja, ternyata karena perkembangan tekhnologi prasyarat yang dibutuhkan kesempatan lapangan kerja baru tidak dipenuhi pencari kerja. Artinya, kualitas pengangguran tidak dapat memenuhi prasyarat lowongan yang ada. Pengangguran jika tidak dikelola secara baik akan merupakan pemborosan yang menjadi beban masyarakat. Namun disisi yang lain jika dikelola secara tepat, pengangguran dapat menjadi tenaga proffesional yang produktif dan menjadi aset bangsa yang sangat tinggi nilainya.
Fenomena pengangguran yang berkaitan erat dengan terjadinya pemutusan hubungan kerja, yang disebabkan antara lain ; perusahan yang menutup/mengurangi bidang usahanya akibat krisis ekonomi atau keamanan yang kurang kondusif, peraturan yang menghambat investasi, hambatan dalam proses ekspor impor dan lain-lain
Bagi Indonesia, strategi pemulihan ekonomi yang bertumpu pada penciptaan lapangan pekerjaan adalah bukan pilihan, tetapi merupakan suatu
keharusan untuk dapat segera keluar dari segala permasalahan yang membelit Indonesia terutama tentang masalah pengangguran. Angka pengangguran Indonesia masih sangat tinggi sehingga diperlukan suatu solusi untuk mengatasinya.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), angka pengangguran di Indonesia pada tahun 2002 ; sebesar 9, 13 juta penganggur terbuka, sekitar 450 ribu diantaranya adalah yang berpendidikan tinggi. Bila dilihat dari usia penganggur sebagian besar ( 5,78 juta) adalah pada usia muda ( 15-24 tahun). Selain itu terdapat sebanyak 2,7 juta penganggur merasa tidak mungkin mendapat pekerjaan (hopeless). Masalah lainnya adalah jumlah setengah penganggur yaitu yang bekerja kurang dari jam kerja normal 35 jam perminggu, pada tahun 2002 berjumlah 28,87 juta orang. Sebagian dari mereka ini adalah yang bekerja pada jabatan yang lebih rendah dari tingkat pendidikan, upah rendah, yang mengakibatkan produktivitas rendah. Dengan demikian masalah pengangguran terbuka dan setengah penganggur berjumlah 38 juta orang yang harus segera dituntaskan ( Wahyu Widhi, 2005).
Masalah pengangguran tampaknya tetap menjadi tantangan besar yang mesti kita hadapi. Indikasi yang terlihat adalah makin meningkatnya jumlah pengangguran seiring dengan bertambahnya kasus pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat krisis ekonomi sehingga banyak industri yang bangkrut dan tutup.
Ada 2 pelajaran penting yang dapat ditarik dari krisis ekonomi beberapa tahun silam. Pertama, pembangunan ekonomi yang tidak berbasis pada kekuatan sendiri, tetapi bertumpu pada utang dan impor. Kedua,
pendekatan pembangunan yang serba seragam dan hanya berpusat pada pemerintah ternyata tidak menghasilkan struktur sosial ekonomi yang memilki fondasi yang kukuh.
Permasalahan diatas harus dapat dicari solusinya dengan
mengeluarkan rancangan strategi dan kebijakan pembangunan berikutnya agar tidak terjerumus pada kesalahan yang sama. Salah satu bentuk strategi tersebut adalah dengan pengembangan industri skala kecil yang memang diperuntukkan untuk permasalahan di atas. Industri kecil menjadi perwujudan konkrit dari kegiatan ekonomi rakyat yang bertumpu pada kekuatan sendiri, beragam, dan merupakan kelompok usaha yang mampu menjadi pendorong saat perekonomian dilanda krisis. Industri kecil mempunyai peran yang sangat besar didalam menopang perekonomian nasional, karena sebagian besar masyarakat berkecimpung didalam sektor ini. Maka upaya pemberdayaan industri skala kecil merupakan suatu langkah yang strategis dalam pengembangan ekonomi nasional.
Pertambahan jumlah pengangguran dan juga peningkatan jumlah tenaga kerja menjadi pendorong bagi perkembangan industri kecil karena industri kecil ini banyak membantu didalam penyerapan tenaga kerja. Karena semakin sempitnya lapangan pekerjaan maka industri kecil menjadi salah satu alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut .
Menurut data BPS saat ini industri kecil berjumlah lebih dari 42 juta unit usaha dan menyerap lebih dari 72 juta orang, atau sekitar 99,5% dari seluruh lapangan kerja yang tersedia. Hal ini menunjukkan bahwa serapan
tenaga kerja disektor ini tidak kecil dan perlu memperoleh perhatian dan pembinaan yang serius ( Rery Amelia, 2005).
Industri kecil memberikan kontribusi sekitar 99% dalam jumlah badan usaha di Indonesia serta mempunyai andil 99,6% dalam penyerapan tenaga kerja. Setidaknya terdapat 3 alasan yang mendasari negara berkembang yang selama ini memandang penting akan keberadaan industri kecil. Alasan pertama adalah, karena kinerja industri kecil cenderung lebih baik dalam hal menghasilkan tenaga kerja yang produktif . Kedua, sebagai bagian dari dinamika industri kecil sering mencapai peningkatan produktifitasnya melalui investasi dan perubahan tekhnologi. Ketiga, karena sering diyakini bahwa industri kecil memiliki keunggulan dalam hal fleksibilitas dibandingkan dengan industri besar. Industri kecil juga telah memainkan peranan penting dalam menyerap tenaga kerja, meningkatkan jumlah unit usaha dan mendukung pendapatan rumah tangga ( Rery Amelia, 2005).
Dari sekian banyak jumlah industri kecil yang tersebar di seluruh Indonesia, berdasarkan pernyataan diatas penulis tertarik untuk mengamati masalah industri kecil, yaitu industri kecil genting dalam menyerap tenaga kerja dan faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas pekerja. Industri ini terletak di Desa Gelangkulon Kecamatan Sampung Kabupaten Ponorogo. Mengingat bahwa produk genting merupakan salah satu produk unggulan di Kabupaten Ponorogo.
Perkembangan industri genting ini cukup baik yaitu sebanyak 120 unit usaha. Pemerintah khususnya Pemda Kabupaten Ponorogo telah menetapkan
kegiatan-kegiatan bagi pengembangan industri yang diarahkan dalam rangka memperluas kesempatan kerja dan meratakan kesempatan berusaha.
1.2 Perumusan Masalah
Indusri genting yang berkembang di kabupaten Ponorogo berkembang pesat dan memiliki nilai sangat tinggi yang tentunya membuka banyak kesempatan kerja dan peluang berusaha di pedesaan, sehingga bisa mencegah urbanisasi ke kota.
Dengan adanya kenyataan di atas penulis mengemukakan beberapa masalah yang sekaligus merupakan batasan masalah yang akan dianalisis. Berbagai permasalahan yang dapat penulis kemukakan adalah sebagai berikut: 1. Seberapa besar tingkat penyerapan tenaga kerja yang diserap per unit
industri?
2. Apakah faktor umur, pendidikan, jam kerja, dan pengalaman kerja mempengaruhi produktivitas pekerja?
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini tujuannya adalah :
1. Untuk mengetahui industri kecil genting dalam menyerap tenaga kerja.
2. Untuk mengetahui apakah umur, pendidikan, jam kerja dan pengalaman kerja mempengaruhi produktivitas pekerja.
1.4 Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah :
1. Bagi peneliti, dapat meningkatkan pengalaman dan pengetahuan dalam masalah sosial ekonomi khususnya masalah yang berkaitan dengan penyerapan tenaga kerja dan faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas pekerja pada industri kecil genting.
2. Bagi instansi terkait, dapat memberikan masukan terhadap masalah kesempatan kerja pada industri kecil.
3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan bagi usaha-usaha pengembangan industri kecil, untuk meningkatkan kegiatan usaha, sehingga mampu meningkatkan pendapatan pekerja pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang penyerapan tenaga kerja seperti yang dilakukan penulis telah ada sebelumnya. Adalah penelitian yang dilakukan oleh Mas’adah, namun dalam dimensi waktu dan tempat yang berbeda, yaitu di Industri Kecil Kerajinan Permata Kaca di desa Plumbon Gambang, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang, Jawa Timur di tahun 2001.
Dari hasil penelitian tersebut diketahui bahwa kemampuan per unit industri kecil kerajinan permata kaca dapat menyerap 5-10 tenaga kerja. Industri tersebut sangat potensial dalam menyerap tenaga kerja, karena sebagian besar proses produksinya masih tradisional yang padat karya sehingga menggunakan tenaga kerja. Dari hasil analisa kedua dengan menggunakan Uji Chi-Square juga diketahui bahwa terdapat perbedaan brarti dalam hal upah pekerja bila dilihat berdasarkan variabel umur dan jam kerja. Sedangkan untuk variabel tingkat pendidikan dan pengalaman kerja tidak ada perbedaan dalam upah.
Dari tulisan Mas’adah tersebut, penulis menemukan ide untuk melakukan penelitian di Industri Kecil Genteng yang berada di Desa Gelangkulon, Kecamatan Sampung, Kabupaten Ponorogo.
2.2. Definisi Industri Kecil
Di Indonesia definisi mengenai industri kecil masih sangat beragam. Kriteria industri kecil di Indonesia berbeda-beda tergantung pada fokus permasalahan yang dituju dan instansi yang berkaitan dengan sektor ini.
Menurut Inpres No.10/1999, menyebutkan bahwa :
“Industri kecil memiliki kekayaan di bawah 10 milyar rupiah. Sedangkan diatas itu adalah usaha besar”
Departemen Perindustrian, pada tahun 1990 mengemukakan kriteria usaha kecil dari sisi finansial, yaitu :
“Usaha yang nilai asetnya (tidak termasuk tanah dan bangunan) dibawah 600 juta rupiah”
Badan Pusat Statistik (BPS), misalnya menggunakan ukuran jumlah tenaga kerja. Menurut BPS menyebutkan bahwa :
“Sektor usaha yang tergolong industri kecil apabila tenaga kerjanya berjumlah 5-9 orang”.
Sementara menurut Kamar Dagang dan Industri (KADIN), usaha kecil merupakan :
“Sektor usaha yang tergolong kecil jika memiliki modal aktif dibawah 150 juta rupiah dengan turn over dibawah 600 juta rupiah per tahun, kecuali untuk sektor konstruksi dengan batasan memiliki modal aktif dibawah 250 juta rupiah denganturn over dibawah 1 milyar rupiah per tahun”.
Dapat dikatakan pula bahwa pengertian industri kecil secara umum adalah suatu rangkaian kegiatan produksi namun demikian ada perbedaan yang menyolok yang terletak pada format yang kecil serta organisasi yang bersahaja dan proses produksi yang masih sederhana.
2.2.1 Karakteristik Industri Kecil
Pentingnya Industri kecil dan rumah tangga terutama di Indonesia dimana jumlah tenaga kerja berpendidikan rendah dan aneka sumber daya alam melimpah, modal terbatas, pembangunan di pedesaan masih terbelakang dan distribusi pedapatan yang tidak merata, sangat erat hubungannya dengan sifat umum dari industri kecil dan rumah tangga.
Secara garis besar karakteristik industri kecil dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Masalah utama yang dihadapi berbeda menurut tahap pengembangan usaha. Pada saat persiapan (sebelum investasi ) terdapat dua masalah yang menonjol, yaitu permodalan dan kemudahan berusaha (lokasi dan perijinan). Pada tahap selanjutnya sektor usaha kecil menghadapi masalah yang tidak kalah peliknya, yaitu pemasaran ditambah dengan permodalan dan hubungan usaha. Pada tahap peningkatan usaha, pengusaha kecil menghadapi persoalan dan pengadaan bahan baku.
2. Proses produksi yang sangat padat tenaga manusia. Oleh karena itu pengembangan industri ini akan memperluas kesempatan kerja dan sekaligus membentuk atau meningkatkan pendapatan.
3. Umumnya sukar meningkatkan pangsa pasar, bahkan cenderung mengalami penurunan usaha, karena kekurangan modal, tidak mampu memasarkan dan kekurangan ketrampilan tekhnis dan administrasi.
4. Tingkat ketergantungan terhadap bantuan pemerintah berupa permodalan, pemasaran dan pengadaan bahan baku relatif tinggi.
5. Masih menggunakan tekhnologi yang tradisional dan belum dikerjakan secara mekanik
6. Cara memasarkan barang-barang yang dihasilkan tidak dengan promosi maupun advertensi yang sangat diperlukan dalam pengembangan usaha, melainkan melalui perantara-perantara.
2.2.2 Penggolongan Industri Kecil
Industri kecil dapat digolongkan menjadi 4 bagian yaitu :
1. Industri kecil yang mempunyai kaitan dengan industri menengah/ besar, seperti :
a. Industri yang menghasilkan barang-barang yang diperlukan oleh industri menengah/besar.
b. Industri kecil yang memerlukan bahan-bahan limbah dari industri menengah dan besar untuk dipergunakan sebagai bahan baku.
c. Industri kecil yang memerlukan produk-produk dari industri menengah dan besar baik sebagai bahan baku maupun sebagai bahan setengah jadi. 2. Industri kecil yang berdiri sendiri, yaitu industri yang menghasilkan
barang-barang yang langsung dipakai oleh konsumen (consumer goods). Industri ini tidak mempunyai kaitan dengan industri lainnya, misalnya : industri kecil
dibidang pembuatan pompa air, kran, kompor, semen rakyat (semen merah), bata, genting, tegel, dan lain-lain.
3. Industri kecil yang menghasilkan barang-barang seni yaitu :
a. Industri yang menghasilkan barang-barang seni yang disebutart product
( pure art) seperti kegiatan yang menghasilkan lukisan, patung seni, tatah ukir, keris, gamelan.
b. Industri kecil yang menghasilkan barang-barang atas dasar ketrampilan yang berkembang di masyarakat, yang disebut kraft product seperti
industri yang menghasilkan barang-barang kerajinan rakyat,
diantaranya: batik tulis, tenun adat, kerajinan perak, kerajinan kuningan, kerajinan batu, kerajinan tanduk, anyaman rotan.
4. Industri kecil yang mempunyai pasar lokal dan bersifat pedesaan adalah
industri kecil yang menghasilkan barang-barang yang jangkauan
pemasarannya masih terbatas dan bersifat pedesaan (tradisional) misalnya : industri kecil dibidang makanan, pada umumnya masih dalam skala pemenuhan kebutuhan lokal : industri pembuatan tahu, tempe, kecap, krupuk, petis, roti, makanan basah.
Sedangkan menurut Irsan Axahari Saleh (1986:50), industri kecil dapat dikelompokkan berdasarkan eksistensi dinamisnya.yaitu:
1. Industri lokal, adalah kelompok jenis industri yang menggantungkan kelangsungan hidupnya kepada pasar setempat yang terbatas. Serta relatif tersebar dari segi lokasinya. Skala usaha kelompok ini umumnya sangat
kecil dan target pemasarannya yang sangat terbatas menyebabkan kelompok ini pada umumnya hanya menggunakan sarana transportasi yang sederhana. 2. Industri Sentra, adalah kelompok jenis industri yang dari segi satuan usaha
mempunyai skala kecil tetapi membentuk suatu pengelompok kawan produk yang terdiri dari kumpulan unit usaha yang menghasilkan barang sejenis. Serta memiliki jangkauan pasar yang lebih luas dari pada industri lokal. 3. Industri mandiri, pada dasarnya dapat dikelompokkan sebagai kelompok
industri yang masih punya sifat-sifat industri kecil. Namun teknologi produksi yang cukup canggih.
2.2.3 Kendala Umum Yang dihadapi Industri Kecil
Kendala yang dihadapi oleh usaha kecil secara umum adalah sebagai berikut:
1. Permodalan
Modal adalah faktor penting yang harus ada dalam menjalankan kegiatan bisnis, tanpa ini akan sangat sulit bagi sebuah industri untuk dapat mengembangkan usahanya. Kesulitan-kesulitan dalam mencari dana untuk alokasi modal bagi industri kecil disebabkan keterbatasan dana pribadi dan juga kesulitan dalam melakukan pinjaman dilembaga keuangan atau bank.
Usaha kecil ini tidak dapat disentuh oleh ketentuan perbankan formal, seperti jaminan (kolateral) dan ketentuan administratif lainnya seperti proposal usaha. Hal ini menyebabkan mereka mencari aternatif pendanaan informal dengan berbagai resiko, terutama tingkat bunga yang tinggi. Apabila dicermati lebih jauh dari industri kecil rumah tangga yang melakukan
pinjaman ternyata bagi mereka sebagaian besar mendapatkan pinjaman dari sumber lain-lain dimana yang termasuk disini adalah rentenir dan perorangan lainnya yang sudah diketahui umum memberikan bunga yang sangat tinggi. Sementara itu kebalikan dari situasi tersebut, pengusaha besar dan konglomerat justru mendapatkan berbagai pelayanan keuangan yang relatif mudah dan murah.
2. Enterpreneurship.
Masalah kedua yang dihadapi industri kecil saat ini, terutama masa krisis, adalah keterbatasan dalam orientasi dan kemampuan kewirausahaan (enterperneurship). Seorang wirausaha adalah ketika diterpa tantangan, dia mengeluarkan banyak peluang. Kebutuhan akan kemampuan ini sangat penting bagi pengembangan industri kecil, karena peranan pengusahanya adalah sangat perlu. Pengertian pengusaha ini mencakup manajer, atau pengelola dan pendiri atau pemilik yang bertindak sebagai manajer. Jika usaha besar untuk berkembangan memerlukan jumlah dan berkualitasnya manajer profesional, maka pada kasus industri kecil akan lebih banyak bergantung pada jumlah dan kualitas pendiri dan pemiliknya yang berjiwa wirausaha. 3. Pemasaran dan Distribusi
Dalam pemasaran biasanya industri kecil dibantu oleh perantara dagang dalam memasukan produksinya serta dalam memperolah barang-barang input. Sering terjadi pengusaha kecil tidak mengetahui kemana produksinya dipasarkan dan dimana diperoleh inputnya. Lain dari itu sistem ikatan hutang-piutang dimana pengumpul dengan sengaja memberi pinjaman
dalam bentuk uang / barang input yang kemudian mewajibkan produsen untuk dalam bentuk uang / barang input yang kemudian mewajibkan produsen untuk menyetor hasil produksinya kepada pihak pengumpul tersebut dengan harga menyetor hasil produksinya kepada pihak pengumpul tersebut dengan harga yang tel
yang telah ditetah ditetapkan.apkan. TentunyTentunya harga itu la harga itu lebih reebih rendah darndah dari yang tidai yang tidak k berhutang. Kondisi seperti inilah sebagai salah satu penyebab dari rendahnya berhutang. Kondisi seperti inilah sebagai salah satu penyebab dari rendahnya pendapatan dari omzet penjualan yang diterima produsen.
pendapatan dari omzet penjualan yang diterima produsen. 4.
4. Manajemen Manajemen dan dan TeknologiTeknologi
Suatu usaha dapat berhasil dengan baik, apabila didukung penguasaan Suatu usaha dapat berhasil dengan baik, apabila didukung penguasaan teknis t
teknis terhadaerhadap sektor utamp sektor utama yang digeluta yang digeluti, sertai, serta penguaspenguasaan pengeloaan pengelolaanlaan (manaj
(manajemen) demen) dari usari usaha yang aha yang digeldigeluti teuti tersebursebut. Jikt. Jikaa penguspengusaha tidaaha tidak k menguasai kedua hal tersebut, maka kemungkinan berhasil dalam usaha menguasai kedua hal tersebut, maka kemungkinan berhasil dalam usaha sangat kecil. Oleh karena itu perlu adanya penguasaan teknis terhadap barang sangat kecil. Oleh karena itu perlu adanya penguasaan teknis terhadap barang yang berkaitan erat dengan usahanya.
yang berkaitan erat dengan usahanya.
Dengan penguasaan teknologi tersebut, maka pengusaha dapat dengan Dengan penguasaan teknologi tersebut, maka pengusaha dapat dengan mudah menyesuaikan
mudah menyesuaikan diri apabila diri apabila terjadi perterjadi perubahan selera ubahan selera dandan perkembanganperkembangan kebutuh
kebutuhan pasar yang dian pasar yang dituju.tuju. ManajManajemen yang baik akemen yang baik akan dapat memban dapat membantuantu pengusaha mengelola usahanya. Karena dengan proses manajemen yang baik pengusaha mengelola usahanya. Karena dengan proses manajemen yang baik terse
tersebut prbut proses peroses perencanaanencanaan, pengen, pengendalian ddalian danan pengambpengambilan keilan keputusputusanan dapatdapat berjalan dengan proporsi strategi bagi usaha untuk mencapai tujuan berjalan dengan proporsi strategi bagi usaha untuk mencapai tujuan perusahaan.
perusahaan. 5.
5. Lemah Lemah Jaringan KerJaringan Kerjasama Usahajasama Usaha Jaringan kerjasama usaha
Jaringan kerjasama usaha (Business Net Working(Business Net Working) merupakan salah) merupakan salah satu penentu utama dalam keberhasilan berusaha. Dengan jaringan kerjasama satu penentu utama dalam keberhasilan berusaha. Dengan jaringan kerjasama yang mantap dapat membantu pengusaha mendapatkan komoditi yang yang mantap dapat membantu pengusaha mendapatkan komoditi yang
dibutuhkan dengan harga dan biaya yang lebih murah apabila dibandingkan dibutuhkan dengan harga dan biaya yang lebih murah apabila dibandingkan dengan muka yang tidak memiliki jaringan bersama usaha, selain itu
dengan muka yang tidak memiliki jaringan bersama usaha, selain itubusinessbusiness net working
net working juga juga dapat dapat menjamin menjamin stabilitas stabilitas penyediaan penyediaan komodisi komodisi tersebut.tersebut. Komoditi yang
Komoditi yang dimaksuddimaksud adalah bahan baku yadalah bahan baku yang dibutuhkan oleh ang dibutuhkan oleh pengusahapengusaha dalam memproduksi barang.
dalam memproduksi barang.
2.2.4 Per
2.2.4 Peranan Industranan Industri Kecili Kecil DalamDalam PenyediPenyediaan Lapangaan Lapangan Kerjan Kerjaa
Indu
Industri kecstri kecil merupail merupakan salah satkan salah satu bentuku bentuk usaha yang meusaha yang mempunyaimpunyai potensi besar dalam penyediaan lapangan pekerjaan serta menyerap tenaga kerja potensi besar dalam penyediaan lapangan pekerjaan serta menyerap tenaga kerja di Indonesia. Peranan industri kecil di negara-negara sedang berkembang sering di Indonesia. Peranan industri kecil di negara-negara sedang berkembang sering dikaitkan dengan masalah-masalah seperti pengangguran, kemiskinan, dikaitkan dengan masalah-masalah seperti pengangguran, kemiskinan, ketidakmerataan dalam distribusi pendapatan, dan ketidakseimbangan dalam ketidakmerataan dalam distribusi pendapatan, dan ketidakseimbangan dalam proses pembangunan antar daerah. Melihat sifat industri kecil yang banyak proses pembangunan antar daerah. Melihat sifat industri kecil yang banyak menggunakan tenaga manusia, maka sangat intensif dalam penggunaan menggunakan tenaga manusia, maka sangat intensif dalam penggunaan sumber-sumber daya lokal dalam kaitannya dengan penyediaan lapangan pekerjaan. sumber daya lokal dalam kaitannya dengan penyediaan lapangan pekerjaan. Secara nasional misi pengembangan industri kecil memang diutamakan untuk Secara nasional misi pengembangan industri kecil memang diutamakan untuk perluasan lapangan kerja dan pemerataan di daerah-daerah terutama pedesaan. perluasan lapangan kerja dan pemerataan di daerah-daerah terutama pedesaan.
Pertumbuhan angkatan kerja berjalan dengan pesat sejalan dengan Pertumbuhan angkatan kerja berjalan dengan pesat sejalan dengan pertumbuhan penduduk. Sementara itu penyediaan lapangan pekerjaan lebih pertumbuhan penduduk. Sementara itu penyediaan lapangan pekerjaan lebih lambat dibandingkan dengan pertumbuhan angkatan kerja. Sebagai akibat makin lambat dibandingkan dengan pertumbuhan angkatan kerja. Sebagai akibat makin besarnya jumlah angkatan kerja yang tidak tertampung atau meningkatnya angka besarnya jumlah angkatan kerja yang tidak tertampung atau meningkatnya angka pengangguran. Hal demikian ini terutama dihadapi pada lapangan pekerjaan di pengangguran. Hal demikian ini terutama dihadapi pada lapangan pekerjaan di sektor formal.
Sebagai alternatif pemecahan, industri kecil masih terbuka secara luas Sebagai alternatif pemecahan, industri kecil masih terbuka secara luas dalam mengatasi kelebihan tenaga kerja tersebut. Untuk tujuan ini yang perlu dalam mengatasi kelebihan tenaga kerja tersebut. Untuk tujuan ini yang perlu diupayakan adalah mendorong minat berwiraswasta dikalangan para pemuda diupayakan adalah mendorong minat berwiraswasta dikalangan para pemuda yang merupakan bagian
yang merupakan bagian terbesar komposisiterbesar komposisi ketenagakerjaan di Iketenagakerjaan di Indonesia.ndonesia.
Departemen Perindustrian menggalakkan program pengembangan Departemen Perindustrian menggalakkan program pengembangan industri nasional yang menyatakan bahwa industri kecil bukan yang industri nasional yang menyatakan bahwa industri kecil bukan yang dinomo
dinomorduakarduakan dalam progrn dalam programam pengembapengembangan industngan industri nasiori nasional. Dalanal. Dalam halm hal prospek, industri kecil mempunyai prospek yang baik, khususnya dalam prospek, industri kecil mempunyai prospek yang baik, khususnya dalam menampung tenaga kerja. Sektor industri kecil mampu menampung tenaga kerja menampung tenaga kerja. Sektor industri kecil mampu menampung tenaga kerja menjadi bertambah besar bila tingkat pembangunan ekonomi bertambah tinggi. menjadi bertambah besar bila tingkat pembangunan ekonomi bertambah tinggi.
2.
2.33 KoKonsnsep Tep Tenenagaga Kea Kerjrjaa
Tenaga
Tenaga kerja kerja adalahadalah faktor faktor yangyang terpenterpenting ting dalam dalam proseproses ps produksroduksi.i. Sebagai sarana produksi tenaga kerja lebih penting dari sarana produksi yang Sebagai sarana produksi tenaga kerja lebih penting dari sarana produksi yang lain seperti bahan mentah, tanah, air dan sebagainya. Karena manusialah yang lain seperti bahan mentah, tanah, air dan sebagainya. Karena manusialah yang menggerakkan semua sumber-sumber tersebut untuk mengahasilkan barang. menggerakkan semua sumber-sumber tersebut untuk mengahasilkan barang. (Payaman, 1985 : 2)
(Payaman, 1985 : 2)
Menurut Undang-undang pokok ketenagakerjaan No. 25 tahun 1997 Menurut Undang-undang pokok ketenagakerjaan No. 25 tahun 1997 disebutkan bahwa : tenaga kerja adalah setiap orang laki-laki atau wanita yang disebutkan bahwa : tenaga kerja adalah setiap orang laki-laki atau wanita yang sedang dalam atau akan melakukan pekerjaan, baik didalam maupun diluar sedang dalam atau akan melakukan pekerjaan, baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hubungan kerja guna menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Tiap negara mempunyai pengertian yang berbeda tentang tenaga kerja. Disesuaikan dengan kondisi tenaga kerja yang bersangkutan, begitu juga Indonesia. Secara praktis pengertian tenaga kerja dibedakan hanya oleh batas umur. Dengan demikian pengertian tenaga kerja adalah : “ penduduk yang berumur 10 tahun atau lebih atau yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan, dan melakukan kegiatan seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga.” (Payaman, 1985 : 2)
Tenaga kerja atau manpower terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja ataulabor force terdiri dari : (1) Golongan yang bekerja, dan (2) Golongan yang menganggur dan mencari pekerjaan. Kelompok bukan angkatan kerja terdiri dari : (1) Golongan yang bersekolah, (2) Golongan yang mengurus rumah tangga, dan (3) Golongan lain-lain atau penerima pendapatan. Ketiga golongan dalam kelompok angkatan kerja sewaktu-waktu dapat menawarkan jasanya untuk bekerja. Oleh sebab itu, kelompok ini sering juga dinamakan Potensial Labour Force.
2.3.1 Konsep Angkatan Kerja dan Pasar Kerja
Besarnya penyediaan atau supply tenaga kerja dalam masyarakat adalah jumlah orang yang menawarkan jasanya untuk proses produksi. Diantara mereka sebagian sudah aktif dalam kegiatannya yang menghasilkan barang atau jasa. Mereka dinamakan golongan yang bekerja atauemployet person. Sebagian
lain tergolong yang siap bekerja dan sedang berusaha mencari pekerjaan. Mereka dinamakanangkatan kerjaataulabor force ( Lailatul, 2005;22).
Sedangkan pasar kerja adalah proses terjadinya penempatan atau hubungan kerja melalui penyediaan dan permintaan tenaga kerja. Seseorang dalam pasar kerja berarti dia menawarkan jasanya untuk produksi, apakah dia sedang bekerja atau mencari pekerjaan.
Besarnya penempatan (jumlah orang yang bekerja atau tingkat employet ) dipengaruhi oleh faktor kekuatan penyediaan dan permintaan tersebut. Selanjutnya besarnya penyediaan dan permintaan tenaga kerja dipengaruhi oleh tingkat upah.
Dalam Neoklasik diasumsikan bahwa penyediaan atau penawaran tenaga kerja akan bertambah bila tingkat upah bertambah. Ini dilukiskan dengan garis SS pada gambar 2.1. Sebaliknya permintaan terhadap tenaga kerja akan berkurang bila tingkat upah meningkat. Ini dilukiskan dengan garis DD pada gambar 2.1. Dengan asumsi bahwa semua pihak mempunyai informasi yang lengkap mengenai pasar kerja, maka teori Neoklasik beranggapan bahwa jumlah penyediaan tenagakerja selalu sama dengan permintaan.
Keadaan dimana penyediaan tenaga kerja sama dengan permintaan dinamakan titik ekuilibrium (titik E) dalam gambar 2.1.
D S Wi
We E
S D Tenaga kerja, Penempatan,
Pengangguran O
Ld Le Ls
Gambar 2.1
Penyediaan dan Permintaan Tenaga Kerja
Dalam hal menyediakan tenaga kerja sama dengan permintaan, tidak terjadi pengangguran. (Payaman 1985: 3-4). Dalam kenyataan, titik ekuilibrium itu tidak pernah tercapai karena informasi memang tidak pernah sempurna dan selalu ada hambatan institusional.
2.3.2. Perubahan Permintaan Tenaga Kerja
Perubahan tingkat upah mengakibatkan perubahan dalam permintaan tenaga kerja. Persentase perubahan permintaan akan tenaga kerja sehubungan dengan perubahan satu persen pada tingkat upah disebut elastisitas permintaan akan tenaga kerja. Besarnya perubahan permintaan akan tenaga kerja dalam jangka pendek tergantung dari besarnya elastisitas permintaan akan tenaga kerja
1. Elastisitas permintaan akan hasil produksi
Salah satu alternatif pengusaha adalah membebankan kenaikan tingkat upah kepada konsumen dengan menaikkan harga jual barang hasil produksi. Kenaikan harga jual ini menurunkan jumlah permintaan masyarakat akan hasil produksi. Selanjutnya turunnya permintaan masyarakat akan hasil produksi mengakibatkan penurunan jumlah permintaan akan tenaga kerja. Semakin besar elastisitas permintaan terhadap hasil produksi maka semakin besar elastisitas permintaan akan tenaga kerja.
2. Proporsi biaya karyawan terhadap seluruh biaya produksi.
Elastisitas permintaan akan tenaga kerja relatif tinggi bila proporsi biaya karyawan terhadap biaya produksi keseluruhan juga besar. Hal ini tampak pada perusahan yang menggunakan metode produksi padat modal. Pada perusahaan ini, rasio biaya tenaga kerja terhadap total biaya produksi kecil, sehingga perubahan tingkat upah tidak berpengaruh terhadap biaya produksi yang selanjutnya terhadap tingkat harga dan tingkat produksi. Sedangkan perusahaan yang padat karya, perubahan yang terjadi pada biaya tenaga kerja akan sangat berpengaruh pada harga maupun tingkat produksi karena biaya tenaga kerja merupakan bagian terbesar dari total biaya produksi. Selanjutnya hal ini akan berpengaruh terhadap permintaan akan tenaga kerja.
3. Kemungkinan substitusi antara tenaga kerja dengan faktor produksi yang lain, misalnya modal.
Makin kecil kemungkinan mensubstitusi modal terhadap tenaga kerja, semakin kecil elastisitas permintaan akan tenaga kerja. Bila suatu teknik produksi mempergunakan modal dan tenaga kerja dalam perbandingan yang tetap, maka perubahan tingkat upah tidak mempengaruhi permintaan akan tenaga kerja paling sedikit dalam jangka pendek. Elastisitas semakin kecil bila ketrampilan tenaga kerja semakin tinggi dan semakin khusus. Sebaliknya elastisitas semakin besar bila keahlian tenaga kerja semakin rendah.
4. Elastisitas persediaan dari faktor-faktor pelengkap yang lain.
Elastisitas permintaan akan tenaga kerja tergantung dari elastisitas penyediaan dari bahan-bahan pelengkap dalam produksi seperti modal, tenaga listrik, bahan mentah, dan lain-lain. Semakin banyak faktor pelengkap atau bahan mentah yang perlu diolah makin banyak tenaga kerja yang diperlukan untuk menanganinya. Jadi semakin besar elastisitas penyediaan faktor pelengkap dalam produksi, semakin besar elastisitas permintaan akan tenaga kerja.
Sesuai perkembangan waktu, dalam jangka panjang perubahan permintaan akan tenaga kerja dalam bentuk loncatan (shift) dapat terjadi karena: 1. Pertambahan hasil produksi
Pembangunan ekonomi nasional biasanya mengakibatkan beberapa sektor tumbuh dengan lambat, akibatnya terjadi ketimpangan penghasilan. Ketimpangan itu akan berimbas pada pola konsumsi. Golongan yang berpenghasilan besar akan mempunyai tambahan yang besar akan
barang-barang. Tambahan permintaan akan barang-barang tersebut akan menimbulkan perubahan dalam permintaan tenaga kerja di perusahaan-perusahaan dimana barang itu diproduksi.
2. Penggunaan teknologi baru
Faktor lain yang mengakibatkan perubahan dalam permintaan akan tenaga kerja adalah perubahan dalam metode produksi. Perubahan metode produksi di satu pihak menambah permintaan akan tenaga kerja dalam keahlian tertentu, tetapi dipihak lain akan mengurangi permintaan tenaga kerja dalam keahlian yang lain.
3. Peningkatan produktivitas kerja karyawan
Produktifitas kerja dapat mempengaruhi kesempatan kerja melalui tiga cara. Di satu pihak, peningkatan produktivitas kerja berarti bahwa untuk memproduksi hasil dalam jumlah yang sama diperlukan karyawan lebih sedikit. Di pihak lain, peningkatan produktivitas kerja menurunkan biaya produksi per unit barang. Dengan menurunnya biaya produksi per unit, harga jual barang akan menurun, oleh sebab itu permintaan masyarakat akan barang tersebut akan bertambah dan akhirnya mendorong pertambahan produksi dan selanjutnya menambah permintaan akan tenaga kerja.
2.4. Produktivitas
2.4.1 Pengertian Produktivitas
Produktivitas adalah ukuran sejauh mana sumber-sumber daya alam, teknologi dan manusia dipergunakan dengan baik, dapat mewujudkan hasil tertentu yang diinginkan. Secara singkat dapat dikatakan produktivitas adalah ukuran mengenai apa yang diperoleh dari apa yang diberikan, seberapa jauh masukan input dapat menghasilkan keluaran output, baik kuantitatif maupun kualitatif sesuai dengan standar baku yang telah di tetapkan.
Menurut Payaman J. Simanjuntak (1998;38), produktivitas
mengandung pengertian filosofis dan kuantitatif. Secara filosofis produktivitas mengandung arti pandangan hidup dan sikap mental yang selalu berusaha untuk meningkatkan mutu kehidupan. Keadaan hari ini harus lebih baik daripada kemarin, dan mutu kehidupan besok harus lebih baik daripada hari ini. Secara kuantitatif, produktivitas merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai (keluaran) dengan keseluruhan sumberdaya (masukan) yang dipergunakan per satuan waktu.
Sedangkan Munandar (Santoso, 1990:7) memberikan definisi produktivitas sebagai berikut :
“Merupakan ukuran dari kemampuan (baik individu, kelompok maupun organisasi perusahaan) untuk menghasilkan produk atau jasa dalam kondisi dan situasi tertentu”.
Secara umum produktivitas merupakan perbandingan antara keluaran (output) yang dicapai dengan masukan (input yang diberikan). Produktivitas
merupakan hasil dari efisiensi pengelolaan masukan dan efektivitas pencapaian sasaran. Efektivitas dan efisiensi yang tinggi akan menghasilkan produktivitas yang tinggi, produktivitas bila dihubungkan dengan tenaga kerja adalah jumlah hasil yang dicapai seorang pekerja dalam jangka waktu tertentu.
2.4.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Produktivitas Pekerja
Empat faktor utama yang mempengaruhi produktivitas pekerja terutama pada industri kecil adalah sebagai berikut :
A. Umur
Partisipasi kerja meningkat sejalan dengan pertambahan umur yang didasari oleh dua hal. Pertama, semakin tinggi tingkat umur maka semakin kecil proporsi penduduk yang bersekolah. Kedua, semakin tua seseorang maka tanggung jawabnya terhadap keluarga menjadi semakin besar.
Umur seseorang mempengaruhi produktifitas, apabila produktifitas meningkat maka kecenderungan untuk meningkatkan pendapatan akan semakin tinggi pula. Penduduk Indonesia termasuk dalam golongan struktur umur muda, artinya hanya sebagian kecil penduduk yang produktif menghasilkan barang dan jasa. Batasan usia produktif yaitu umur 10 sampai dengan 65 tahun.
B. Pendidikan
Pendidikan merupakan proses peningkatan pengetahuan, kemampuan berfikir, dan pemahaman sikap serta kepribadian para pekerja dalam
melaksanakan pekerjaannya. Pendidikan tidak hanya menambah
demikian pendidikan dapat meningkatkan produktifitas kerja yang lebih tinggi dan juga pendapatan yang tinggi pula.
C. Jam Kerja
Pada dasarnya tidak semua orang yang bekerja pada waktu yang sama. Mereka yang bekerja kurang dari 35 jam per minggu, disebut bekerja tak penuh. Pekerja tak penuh tersebut sering juga disebut setengah penganggur kentara. Mereka yang memiliki curahan waktu kerja yang tinggi maka pendapatan akan meningkat pula. Tetapi akan berlaku sebaliknya, jika pendapatan sudah tinggi maka curahan waktu kerja mereka akan menurun. D. Pengalaman Kerja
Pengalaman diartikan sebagai apa yang telah dialami. Dalam hal ini pengalaman kerja yaitu lamanya seseorang dalam bekerja dalam industri / perusahaan tempat mereka bekerja.
Sedangkan menurut istilah umum ketenagakerjaan, pengalaman kerja adalah pengetahuan atau kemampuan kerja yang diserap oleh seseorang pekerja karena melakukan pekerjaan dalam kurun waktu tertentu.
Pengalaman kerja dijadikan sebagai faktor yang menentukan produktifitas karena pada industri tertentu semakin lama pengalaman kerja seseorang maka ia akan semakin trampil dan berpengalaman sehingga mutu dan kualitas kerja meningkat seiring dengan bertambahnya pengalaman kerja yang diikuti meningkatnya pendapatan ( Susantini, 2001;25).
2.5 Hipotesa
Hipotesa adalah sarana penelitian ilmiah yang penting dan tidak bisa ditinggalkan karena ia merupakan instrumen hasil kerja dari teori atau preposisi, hipotesa lebih spesifik sifatnya, sehingga lebih siap untuk diuji secara empiris (Singarimbun, 1987:43).
Berdasarkan permasalahan dan landasan teori yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya, maka hipotesa yang hendak diuji oleh penulis adalah : 1. Diduga penyerapan tenaga kerja meningkat secara signifikan seiring
bertambahnya jumlah unit industri.
2. Diduga bahwa variabel umur, pendidikan, jam kerja, dan pengalaman kerja mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap produktivitas pekerja.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Desa Gelangkulon, Kecamatan Sampung, Kabupaten Ponorogo. Pemilihan sebagai lokasi penelitian ditetapkan dengan sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan bahwa di desa tersebut merupakan desa yang memproduksi genting yang sudah terkenal produknya. Penelitian ini bertujuan ingin mengamati industri kecil genting tersebut dalam penyerapan tenaga kerja dan apakah faktor umur, pendidikan, jam kerja dan pengalaman kerja berpengaruh terhadap produktivitas pekerja.
3.1.1 Deskripsi Daerah Penelitian
Sesuai dengan tujuan penelitian maka scope penelitian ini akan menggunakan hal-hal yang berhubungan dengan pekerja di industri kecil genting di Desa Gelangkulon Kecamatan Sampung Kabupaten Ponorogo.
Adapun batas-batas wilayah Desa Gelangkulon Kecamatan Sampung Kabupaten Ponorogo adalah sebagai berikut :
-
Utara : Desa Kunti dan Desa Karang Waluh Kecamatan Sampung-
Selatan : Desa Badegan Kecamatan Badegan-
Barat : Desa Biting Kecamatan Badegan3.1.2 Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama 1 bulan untuk mengetahui industri
kecil genting dalam menyerap tenaga kerja dan faktor-faktor yang
mempengaruhi produktivitas pekerja.
3.2 Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian berdasarkan sumbernya yaitu :
a. Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari responden yang dijadikan sampel. Data tersebut diperoleh melalui daftar pertanyaan atau kuisioner yang harus diisi oleh responden.
b. Data Sekunder adalah data yang diperoleh atau berasal dari sumber-sumber yang telah ada. Dalam penelitian ini data tersebut diperoleh dari instansi terkait yaitu dari Kantor Desa Gelangkulon, ditambah literatur-literatur yang berhubungan dengan penelitian ini.
3.2.1 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan (Nazir, 2003). Dalam penelitian ini teknik yang digunakan adalah :
1. Metode observasi
Yang dimaksud metode observasi adalah suatu metode pengumpulan data dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap obyek yang diteliti (Sutrisnohadi, 1986:159).
2. Metode interview
Yaitu dilaksanakan dengan tanya jawab langsung antar peneliti dengan pihak responden untuk mendapatkan informasi atau data penelitian. Interview dapat dipandang sebagai metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan secara sistematis dan berdasarkan pada tujuan penelitian (Sutrisnohadi, 1986:193).
3. Metode dokumenter
Yaitu data yang diperoleh dengan mempelajari dokumen-dokumen yang ada guna menunjang perolehan data yang diinginkan.
3.2.2 Variabel Yang Diperlukan
Variabel yang diperlukan dalam penelitian ini adalah :
1. Penyerapan tenaga kerja adalah jumlah tenaga kerja yang digunakan atau diserap dalam tiap unit industri dan diukur dalam satuan orang.
2. Produktivitas (Y) adalah hasil kerja yang dicapai oleh pekerja, dalam penelitian ini pengukuran variabel produktivitas adalah jumlah produk genting yang dihasilkan oleh pekerja dalam satuan ribuan per bulan
3. Umur (X1) adalah lama hidup seseorang sampai pada saat penelitian ini
dilaksanakan, dalam hal ini adalah usia pekerja dalam tahun.
4. Pendidikan (X2) adalah tingkat pendidikan formal yang telah ditempuh oleh
pekerja. Pengukuran variabel pendidikan adalah pendidikan terakhir dari responden.
5. Jam kerja (X3) adalah waktu yang digunakan oleh pekerja dalam bekerja
setiap harinya, kemudian dihitung secara keseluruhan dalam satuan jam per bulan.
6. Pengalaman kerja (X4) adalah lamanya waktu yang sudah dijalani seorang
pekerja dalam usahanya sebagai pekerja dalam tahun.
3.3 Populasi Dan Sampel 3.3.1 Populasi Penelitian
Menurut Masri Singarimbun dan Sofian Effendi (1987 : 152) Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga.
Dalam penelitian ini populasinya adalah sebanyak 120 unit
industri/pengrajin. Sedangkan untuk pekerja diperkirakan 625 orang, diperoleh dari hasil kuisioner sebagai berikut : 24 pengrajin ada 125 pekerja, jika terdapat 120 pengrajin maka 125 dikalikan 5 berarti jumlahnya ada 625 orang pekerja.
3.3.2 Sampel Penelitian
Pada penelitian ini metode pengambilan sampelnya menggunakan tehnik random sampling, yaitu pemberian kesempatan yang sama yang sifatnya tak terbatas pada setiap elemen populasi untuk dipilih sebagai sampel.
Dalam penelitian ini jumlah populasi pengrajin genting sebanyak 120 pengrajin, maka peneliti mengambil sampel 20% dari ukuran populasi (Suharsimi Arikunto (2002:112). Jadi sampel untuk pengrajin adalah sebanyak 24 pengrajin. Sedangkan sampel untuk pekerja, penulis mengambil sampel secara random sebanyak 70 orang dari 24 pengrajin atau dari 125 pekerja.
3.4 Metode Analisa Data
Metode analisa data adalah suatu metode yang digunakan untuk mengolah atau menganalisa data yang telah terkumpul. Data-data yang telah terkumpul dan dilengkapi dengan informasi-informasi yang kemudian diperinci dan dianalisa untuk membuktikan hipotesa.
Dalam penelitian ini penulis mengemukakan 2 hipotesa. Pembuktian 2 hipotesa tersebut menggunakan 2 analisa yang berbeda, yaitu sebagai berikut :
3.4.1 Analisa Statistik Pendugaan Harga Mean Sampel Kecil
Analisa ini digunakan untuk membuktikan hipotesa 1 yaitu seberapa jauh industri kecil genteng dapat menyerap tenaga kerja. Analisa Statistik
Pendugaan Harga Mean Sampel Kecil (Djarwanto PS dan Pangestu Subagyo; 1993; 148) dengan rumus:
n S n t X U a 1 2 Keterangan:U = Rata-rata jumlah pekerja yang diserap oleh pengrajin dalam populasi
= Rata-rata jumlah pekerja yang diserap oleh pengrajin dalam sampel S = Standart Deviasi
n = Banyaknya Sampel
3.4.2 Analisa Regresi Berganda dan Uji Asumsi klasik
Analisa regresi berganda ini digunakan untuk membuktikan hipotesa 2 yaitu apakah variabel umur, pendidikan, jam kerja, dan pengalaman kerja
mempengaruhi produktivitas pekerja. Variabel bebasnya adalah umur,
pendidikan, jam kerja, dan pengalaman kerja. Sedangkan variabel terikatnya adalah produktivitas.
Bentuk model dirumuskan sebagai berikut : Y = f (X1, X2, X3, X4) Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4+ E Dimana : Y = Produktivitas X1 = Umur X2 = Pendidikan X3 = Jam kerja X4 = Pengalaman kerja a = Konstanta b1,b2,b3,b4 = Koefisien regresi
E = error ( variabel pengganggu) A. Uji Signifikasi Umum (Uji F)
Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel terikat, digunakan uji F. Rumus uji F sebagai berikut:
F = ) 1 k n /( JK k / JK res reg
D
Diimmaanna a :: JJKKregreg == jumjumlah lah kuakuadradrat ret regrgresiesi
JK
JKresres == jumjumlah lah kuakuadradrat rt resiesidudu
k
k == bbaannyyaakknnyya va vaarriiaabbeel l bbeebbaass n
n == bbaannyyaak k ssuubbyyeek k
Apabila nilai signifikasi F lebih kecil dari 5% atau F
Apabila nilai signifikasi F lebih kecil dari 5% atau Fhitunghitung > F> Ftabeltabel makamaka
dinyatakan signifikan, yang berarti bersama-sama variabel bebas dinyatakan signifikan, yang berarti bersama-sama variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat dan sebaliknya bila segnifikan F lebih berpengaruh terhadap variabel terikat dan sebaliknya bila segnifikan F lebih besar dari 5% atau F
besar dari 5% atau Fhitunghitung< F< Ftabeltabel, berarti secara bersama-sama variabel bebas, berarti secara bersama-sama variabel bebas
tidak berpengaruh terhadap variabel terikatnya. tidak berpengaruh terhadap variabel terikatnya. B.
B. Uji SigniUji Signifikasfikasi Parsial (Uji Parsial (Uji t)i t)
Untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel bebas secara parsial Untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel bebas secara parsial terhadap variabel teri
terhadap variabel terikat, digunakan uji t kat, digunakan uji t dengan rumusdengan rumus sebagai berikut:sebagai berikut: tt == ii ii Sb Sb b b D
Diimmaanna a :: bbii = ko= koefefisisieien rn regegreresisi
Sb
Sbii == ssttaannddaarr error error koefisien regresikoefisien regresi
Apabila nilai signifikan t lebih kecil dari 5% atau t
Apabila nilai signifikan t lebih kecil dari 5% atau thitunghitung > > tttabeltabel, maka, maka
dinyatakan signifikan yang berarti secara parsial variabel bebas berpengaruh dinyatakan signifikan yang berarti secara parsial variabel bebas berpengaruh terhadap variabel terikat dan sebaliknya apabila t lebih besar dari 5% atau terhadap variabel terikat dan sebaliknya apabila t lebih besar dari 5% atau tthitunghitung < < tttabel,tabel,maka secara parsial variabel bebas tidak berpengaruh terhadapmaka secara parsial variabel bebas tidak berpengaruh terhadap
variabel terikat. variabel terikat.
C. Uji Asumsi Klasik C. Uji Asumsi Klasik
Agar estimasi
Agar estimasi dari koefisien dari koefisien regresi tidak regresi tidak bias maka diperlukanbias maka diperlukan adanyaadanya pengujian dan upaya untuk menanggulangi permasalahan terhadap ada pengujian dan upaya untuk menanggulangi permasalahan terhadap ada tidaknya asumsi klasik sehingga keputusan mendekati sebenarnya.
tidaknya asumsi klasik sehingga keputusan mendekati sebenarnya. 1. Uji Multikolinieritas
1. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas digunakan untuk menguji apakah terdapat Uji multikolinieritas digunakan untuk menguji apakah terdapat hubungan linier yang sempurna atau pasti diantara beberapa atau semua hubungan linier yang sempurna atau pasti diantara beberapa atau semua varia
variabelbel dari modedari model regresl regresi.i.
Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas dalam model regresi Untuk mengetahui ada tidaknya multikolinearitas dalam model regresi linier berganda, dapat dilihat dari beberapa hal :
linier berganda, dapat dilihat dari beberapa hal : 1.
1. KoefiKoefisien kosien korelasrelasi sederi sederhana. Khana. Koefisioefisien koreen korelasi dlasi derajaerajat nol yt nol yangang diperoleh diuji signifikansinya pada derajat kepercayaan 5% dengan diperoleh diuji signifikansinya pada derajat kepercayaan 5% dengan hipotesa sebagai berikut :
hipotesa sebagai berikut :
HO : tidak ada multikolinearitas HO : tidak ada multikolinearitas HI
HI : : ada ada multikolinearitasmultikolinearitas
Apabila korelasi derajat nol yang diperoleh pada taraf signifikan 5% Apabila korelasi derajat nol yang diperoleh pada taraf signifikan 5%
ditol
ditolak., sehingak., sehingga dapat disimpulga dapat disimpulkan bahwa terdapkan bahwa terdapatat hubungahubungan liniern linier antara kedua variabel b
antara kedua variabel bebas (terjadi multikolinearitas).ebas (terjadi multikolinearitas). 2.
2. Dengan Dengan menggunamenggunakan Tolkan Tolerance erance dan Vardan Variance Iiance Inflatinflation Faon Factor (ctor (VIF)VIF),, tolerance dan VIF adalah ukuran pendeteksi gejala terjadinya tolerance dan VIF adalah ukuran pendeteksi gejala terjadinya Multikolinearitas dimana,
VIF VIF == j j R R22 1 1 1 1 1-R 1-R22 j = Tolerance j = Tolerance
Jika VIF>10 maka terjadi multikolinearitas. Jika tolerance=1 berarti Jika VIF>10 maka terjadi multikolinearitas. Jika tolerance=1 berarti tidak ada korelasi antara variabel bebasnya, tetapi jika tolerance=0 maka tidak ada korelasi antara variabel bebasnya, tetapi jika tolerance=0 maka terjadi korelasi sempurna antar variabel bebasnya.
terjadi korelasi sempurna antar variabel bebasnya. 2. Uji Heteroskedastisitas
2. Uji Heteroskedastisitas
Heterokedastisitas adalah suatu keadaan dimana masing-masing Heterokedastisitas adalah suatu keadaan dimana masing-masing kesalahan pengganggu mempunyai varians yang berlainan. Uji ini kesalahan pengganggu mempunyai varians yang berlainan. Uji ini dipergunakan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara error term dipergunakan untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara error term dengan variabel independent. Jika nilai signifikan yang diperoleh dari dengan variabel independent. Jika nilai signifikan yang diperoleh dari metode ini kurang dari 0,05 maka
metode ini kurang dari 0,05 maka teleh terjadi heteroskedastisitas.teleh terjadi heteroskedastisitas. 3. Uji Normalitas
3. Uji Normalitas
Untuk mengetahui apakah asumsi kenormalan ini sudah terpenuhi Untuk mengetahui apakah asumsi kenormalan ini sudah terpenuhi ataukah tidak, maka menggunakan uji chi
ataukah tidak, maka menggunakan uji chi square square terhadap nilai standarterhadap nilai standar residual hasil persamaan regresi. Hasil uji chi square lebih kecil dari 0,05 residual hasil persamaan regresi. Hasil uji chi square lebih kecil dari 0,05 (5%) maka terdistribusi normal dan sebaliknya
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Tinjauan Umum Daerah Penelitian 4.1.1 Keadaan Geografis
Desa Gelangkulon merupakan salah satu desa dari 11 desa yang ada di Kecamatan Sampung Kabupaten Ponorogo, meliputi luas daerah 778 ha dengan bentuk permukaan tanah merupakan dataran, serta produktifitas tanahnya sedang dengan tingkat curah hujan rata-rata 2000 mm/tahun.
Batas wilayah desa Gelangkulon Kecamatan Sampung Kabupaten Ponorogo adalah sebagai berikut :
-
Utara : Desa Kunti dan Desa Karang Waluh Kecamatan Sampung-
Selatan : Desa Badegan Kecamatan Badegan-
Barat : Desa Biting Kecamatan Badegan-
Timur : Desa Karang Waluh dan Desa Glinggang Kecamatan SampungDesa Gelangkulon terdiri atas 4 dusun yaitu Dusun Kroyo, Dusun Darat, Dusun Sodong dan Dusun Gelang, yang terbagi atas 9 RW dan 29 RT. Jarak pusat pemerintahan wilayah desa dengan :
-
Jarak ke kecamatan : 11 km-
Jarak ke kabupaten : 17 km4.1.2 Keadaan Penduduk
Jumlah penduduk Desa Gelangkulon secara keseluruhan adalah 3.819 jiwa atau 1.095 kk (kepala keluarga) terdiri dari :
-
Laki-laki : 1.825 orang-
Perempuan : 1.994 orangDistribusi penduduk menurut usia, mata pencaharian dan pendidikan dijabarkan selengkapnya dalam tabel-tabel berikut ini :
1.Distribusi Penduduk Menurut Usia
Tabel 4.1
Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur Desa Gelangkulon Tahun 2004
No Kelompok Umur Jumlah %
1 2 3 Anak-anak 0-12 tahun Remaja 13-20 tahun Dewasa 21 tahun ke atas 520 785 2.514 13,62 20,55 65,83 Total 3.819 100,00
Sumber : Profil Desa Gelangkulon 2004
2. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Sebagian besar penduduk Desa Gelangkulon bermata pencaharian sebagai petani. Sebagian penduduk bermata pencaharian lain, seperti tersebut dalam tabel berikut ini :
Tabel 4.2
Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Desa Gelangkulon Tahun 2004
No Jenis Mata Pencaharian Jumlah %
1 2 3 4 5 6 Petani Pedagang Wiraswasta Karyawan Pensiunan Belum bekerja 1.841 79 125 345 28 320 67,23 2,88 4,57 12,60 1,02 11,70 Total 2.738 100,00
Sumber : Profil Desa Gelangkulon 2004 3. Distribusi Penduduk Menurut Pendidikan
Keadaan penduduk Desa Gelangkulon menurut tingkat pendidikan sebanyak 2.450 orang mempunyai latar pendidikan : Tamat SD, SLTP, SLTA, dan Universitas/Akademi. Distribusi selengkapnya dalam tabel berikut ini :
Tabel 4.3
Distribusi Penduduk Menurut Pendidikan Desa Gelangkulon Tahun 2004
No Tingkat Pendidikan Jumlah %
1 2 3 4 5 Tidak Sekolah SD / Sederajat SLTP / Sederajat SLTA / Sederajat Universitas / Akademi 855 1.370 880 650 37 22,54 36,12 23,21 17,14 0,99 Total 3.792 100,00
4.1.3 Sarana dan Prasarana Kesejahteraan Penduduk
1. Lembaga Pendidikan
-
Jumlah Taman Kanak-kanak : 1 buah-
Jumlah Sekolah Dasar : 4 buah2. Kesehatan
-
Jumlah Pos / Klinik KB : 5 buah-
Jumlah Posyandu : 5 buah3. Sarana Transportasi
Sarana transportasi yang ada di Desa Gelangkulon adalah sepeda motor, mobil pribadi, dan colt/pick up. Sedangkan sarana transportasi yang dimiliki oleh beberapa pengrajin industri kecil adalah truck untuk menjalankan usaha terutama untuk pengiriman barang pesanan.
4. Sarana Penerangan
Tahun 1990 listrik sudah bisa dinikmati oleh warga Desa Gelangkulon. Bahkan berdasarkan penelitian ini seluruh rumah di Desa Gelangkulon sudah menggunakan fasilitas tersebut.
5. Sarana Komunikasi
Sarana komunikasi di Desa Gelangkulon sudah sangat memadai. Terbukti hampir setiap rumah memiliki radio dan televisi, diantaranya memiliki telepon pribadi, yaitu telepon rumah maupun telepon genggam/Hand Phone.