KOMPARASI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA TERNAK AYAM RAS PEDAGING SISTEM KANDANG CLOSED HOUSE DAN OPEN HOUSE
Astri Maulina1)
Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi Suprianto2)
Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi Hj. Candra Nuraini3)
Fakultas Pertanian Universitas Siliwangi
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan finansial usaha ternak ayam ras pedaging dengan sistem kandang closed house dan open house yang dilakukan di Desa Mangunreja Kabupaten Tasikmalaya. Kriteria kelayakan usaha meliputi NPV, Net B/C, dan IRR, dilakukan perhitungan payback period untuk mengetahui lamanya pengembalian modal investasi dan analisis sensitivitas untuk mengetahui kepekaan jika terjadi perubahan input dan output. Berdasarkan hasil analisis finansial usaha peternakan ayam broiler sistem kandang closed house pola kemitraan , dengan nilai NPV Rp 8.362.382.296 , IRR 19,47 persen, dan Net B/C Rp 1,7 . Peternak open house pola kemitraan dengan NPV Rp 13.631.392, IRR 13,43 persen, Net B/C Rp 1,3. Dengan perubahan terhadap komponen input dan output yang sangat sensitiv dan jangka waktu pengembalian untuk kedua sistem kandang berada dibawah umur proyek, kandang closed house lebih cepat yaitu selama empat tahun dan kandang open house dengan jangka waktu selama lima tahun empat bulan.
Kata Kunci : closed house, open house, kelayakan, finansial
ABSTRACT
This research aims to know the financial feasibility of broiler farms kennel system with closed house and open house in the Village of Mangunreja Distric of Tasikmalaya. Types of feasibility of the effort include NPV Net, B/C, and IRR, payback period calculations are performed to find out the length of the repayment of capital investment and the sensitivity analysis to know the sensitivity if there is a change of input and output. Based on the results of the financial analysis savor venture kennels closed house system partnership, with a value of Rp 8,362,382,296, IRR NPV 19.47 percent, and Net B/C Rp 1.7. Rancher open house partnership with NPV Rp 13,631,392, IRR 13.43 percent, Net B/C Rp 1.3. With the changes to the component inputs and outputs that are very sensitiv and return for the second period of the enclosure system is under the project, closed cages house faster during four years and open house kennel systems with time over the past five years and four months.
Keywords : closed house, open house, financial, feasibility PENDAHULUAN
Perkembangan usaha ternak ayam pedaging/broiler di tunjang oleh peningkatan jumlah penduduk Indonesia serta pendapatan per kapita yang semakin meningkat (Mulyana,
2008). Peningkatan sumber daya manusia tidak mungkin tercapai tanpa gizi yang cukup untuk mencerdaskan dan meningkatkan prestasi sumber daya manusia di Indonesia, hal ini tentu akan bergantung pada pemenuhan gizi yang baik, terutama dari protein hewani seperti daging, susu dan telur (Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian, 2016). Penyumbang produksi daging terbesar disumbang oleh daging ayam broiler yaitu 53,3 persen dari produksi daging sebanyak 1,63 juta ton dan seluruhnya dikonsumsi untuk kebutuhan dalam negri (Ditjennak, 2016). Industri perunggasan saat ini berkembang sesuai dengan kemajuan teknologi perunggasan global yang mengarah kepada sasaran untuk mencapai tingkat efisiensi usaha yang optimal. Kabupaten Tasikmalaya menjadi salah satu yang turut berkontribusi dalam produksi daging ayam broiler. Di Desa Mangunreja Kecamatan Mangunreja terdapat tiga pola usaha peternakan ayam ras pedaging yaitu pola kemitraan , maklun, mandiri, dan dua sistem kandang yaitu sistem kandang closed house dan open
house. Menurut Adnan, (2016) kandang tertutup merupakan kandang dengan dinding tertutup
dan biasanya terbuat dari bahan – bahan permanen dengan sentuhan teknologi tinggi, yang memiliki kelebihan seperti tingkat kepadatan kandang, keseragaman produksi, temperatur yang mudah di atur dan pencahayaan kandang lebih merata. Selain kelebihan sistem kandang
closed house memiliki kekurangan yaitu mahalnya biaya investasi pembuatan kandang dilihat
dari model dan peralatan yang digunakan. Oleh karena itu perlu adanya penelitian yang menganalisis usaha peternakan ayam ras pedaging antara sistem kandang closed house pola kemitraan dengan sistem kandang open house pola kemitraan, maklun dan mandiri yaitu salah satunya dengan menggunakan analisis kelayakan finansial yang dapat dijadikan acuan untuk pengambilan kebijakan peternak lain yang ingin melakukan usaha ternak menggunakan sistem kandang closed house atau open house sebagai keberlanjutan usaha, mengingat investasi dalam pembuatan kandang closed house lebih besar dari kandang open house dan bagaimana dengan tingkat pengembalian modal investasi dari kedua sistem kandang tersebut apakah lebih cepat atau lebih lama dari umur proyek.
METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode studi kasus di Desa Mangunreja Kecamatan Mangunreja Kabupaten Tasikmalaya sebagai salahsatu Desa yang terdapat peternak sistem kandang closed house dan respodnen kandang open house yang diambil secara sengaja. Pengambilan data dimulai pada 1 April sampai 30 April 2017. Penelitian studi
kasus adalah suatu penelitian yang dilakukan secara intensif terinci dan mendalam terhadap suatu lembaga atau gejala tertentu (Suharsimi Arikunto, 2006).
Populasi dan Penentuan Responden
Populasi penentuan responden adalah peternak sistem kandang closed house dan
open house yang dipilih secara sengaja berdasarkan tiga pola pemeliharaan yaitu kemitraan,
maklun, dan mandiri dengan memiliki kapasitas ayamper ekor berbeda beda.
Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data diperoleh dari data primer dan sekunder serta dengan melalukan wawancara terhadap peternak maupun anak kandang yang dikumpulkan kemudian di olah secara deskriptif yang selannjutnya disajikan dengan menggunakan model analisis finansial melalui pendekatan anaisis proyeksi usaha dimasa yang akan datang.
Asumsi – Asumsi
1. Slaka usaha peternak ayam ras pedaging sistem kandang closed house adalah 168.285 ekor, dan peternak kandang open house pola kemitraan sebanyak 1.500 ekor
2. Umur proyek selama sepuluh tahun.
3. Suku bunga 6 persen mengacu pada suku bunga simpanan yang ditetapka Bank Indonesia
Analisis Data
Data selanjutnya di analisis menggunakan tiga alat analisis kelayakan finansial yaitu NPV (Net Present Value), IRR (Internal Rate of Return), Net B/C (Net Benefit/Cost) dan menggunakan analisis sensitivitas sebagai pengukuran tingkat kepekaan terhadap perubahan
input dan output, serta perhitungan analisis penentuan pengembalian investasi atau Payback Period.
a. NPV merupakan selisish antara present value dari benefit dan present value dari cost (Kadariah, 2001). NPV = ∑ 𝐵𝑡−𝐶𝑡 ( 1+𝑖 )𝑡 𝑡=𝑛 𝑡=0 Keterangan :
Bt : Penerimaan total pertahun (Rp) Ct : Biaya yang dikeluarkan tiap tahun (Rp)
t : Umur Proyek 0,1,2,3,4,5....,10
i : Tingkat Suku Bunga
Kriteria yang digunakan :
NPV > 0 : Usaha tersebut layak dilaksanakan
NPV < 0 : Usaha tersebut tidak layak dilaksanakan karena tidak menguntungkan NPV = 0 : Usaha tersebut tidak untung maupun rugi.
b. Net B/C (Net Benefit/Cost)
Soekartawi (1995), Net B/C merupakan angka perbandingan jumlah present value yang positif dengan jumlah present value yang negatif.
Net B/C = ∑ (𝑁𝑃𝑉 𝑃𝑜𝑠𝑖𝑡𝑖𝑓) 𝑡=0 𝑛=0 ∑𝑡=0(𝑁𝑃𝑉 𝑁𝑒𝑔𝑎𝑡𝑖𝑓) 𝑛=0 Keterangan : t : Tahun
n : Umur Ekonomis Proyek
NPV positif : Nilai yang menghasilkan NPV postitif NPV Negativ : Nilai yang menghasilkan NPV negativ Kriteria yang digunakan :
Net B/C > 1, maka usaha tersebut layak diusahakan Net B/C = 1, maka usaha tersebut itu impas
Net B/C < 1, maka usaha tersebut tidak layak untuk diusahakan c. IRR (Internal Rate of Return)
Kadariah (2001) menyebutkan Internal Rate of Return (IRR) adalah discount rate yang dapat membuat besarnya Net Present Value (NPV) proyek sama dengan nol (0), atau yang dapat membuat benefit cost ratio = 1. Dengan rumus seperti berikut :
IRR = i1 + ( 𝑁𝑃𝑉1−𝑁𝑃𝑉2𝑁𝑃𝑉1 )(i2 – i1) Keterangan :
IRR :Internal Rate of Return
i1 : Tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV1
i2 : Tingkat suku bunga yang menghasilkan NPV2 NPV1 : Nilai sekarang neto i1
NPV2 : Nilai sekarang neto i2 Kriteria yang digunakan :
IRR > 1 (suku bunga yang berlaku) maka dianggap layak IRR < 1 (suku bunga yang berlaku) maka dianggap tidak layak
d. Payback Period
Payback Period adalah suatu indikator yang dinyatakan dengan ukuran waktu, yakni
biaya investasi yang ditanamkan ke dalam usaha, termasuk biaya pengganti (Djamin, 1993).
e. Analisis Sensitivitas
Menurut Gittinger (1986), analisis sensitivitas diperlukan karena analisis usaha didasarkan proyeksi – proyeksi yang mengandung banyak ketidakpastian tentang apa yang terjadi diwaktu yang akan datang. Pada bidang pertanian proyek sensitiv berubah – ubah akibat empat masalah utama seperti harga, keterlambatan pelaksanaan, kenaikan biaya dan hasil.
HASIL DAN PEMBAHASAN Penerimaan
Penerimaan adalah hasil yang diterima dari penjualan ayam hidup dan dinyatakan dalam satuan rupiah. Selain dari penjualan ayam, penerimaan diperoleh dari nilai sisa peralatan, penjualan pupuk kandang dan bonus – bonus pemeliharaan. Penerimaan dari pemeliharaan ayam broiler pada sistem kandang open house dan closed house dalam satu tahun adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Penerimaan Pemeliharaan Ayam Broiler Per Tahun
Keterangan Open House Closed House
Kemitraan (Rp) Kemitraan (Rp) Penjualan Ayam 298.566.000 34.846.250.990 Penjualan Pupuk 3.960.000 271.819.166 Bonus –Bonus 7.119.000 326.561.143 Total Penerimaan 309.645.000 35.444.631.299 Pengeluaran
Biaya investasi adalah biaya yang masa kegunaanya dapat berlangsung untuk waktu yang relatif lama pada awal penanaman modal pertama yang dilakukan oleh peternak. Biaya investasi yang dikeluarkan berupa untuk pembuatan kandang, dan peralatan penunjang kandang seperti pada Tabel 2. Pengeluaran biaya investasi pada kandang closed house untuk 168.285 ekor lebih besar dari biaya pembuatan kandang open house. Selain dari jumlah populasi yang banyak, sistem kandang closed house juga menggunakan peralatan yang modern dan otomatis, juga menggunakan bangunan kandang permanen.
Tabel 2. Biaya investasi awal tahun peternak kandang open house dan closed house
Investasi Open House Closed House
Kemitraan (Rp) Kemitraan (Rp) Kandang 28.500.000 4.764.000.000 Peralatan 7.214.000 4.793.600.000 Bangunan Penunjang - 145.600.000 Peralatan Penunjang - 1.093.132.000 Total Investasi 35.714.000 10.796.332.000 Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah dengan peningkatan atau penurunan jumlah produksi yang dihasilkan. Biaya tetap mencakup beban listrik, upah tenaga kerja, sewa lahan dan pajak kendaraan. Sewa lahan dilakukan karena menurut (Gittinger, 1986) penilaian harga bayangan lahan dapat berupa nilai sewa aktual karena tanah merupakan biaya oportunitas yang dapat digunakan untuk menentukan biaya tanah. Biaya tetap dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Biya Tetap Peternak Kandang Closed House dan Open House Dalam Satu Tahun
Biaya Tetap Open House Closed House
Kemitraan (Rp) Kemitraan (Rp)
Listrik 480.000 549.871.087
Upah Tenaga Kerja 4.500.000 550.800.000
Sewa Lahan 3.600.000 162.000.000
Pajak Kendaraan 1.463.000
Total Biaya Tetap 8.580.000 1.264.134.087
Biaya Variabel
Biaya variabel adalah biaya yang nilainya dipengaruhi oleh banyaknya output seperti DOC, pakan, obat dan lain – lain yang manjadi penunjang pada setiap pemeliharaan ayam
broiler. Semakin banyak ayam yang dipelihara makan semakin besar pula biaya variabel
yang dikeluarkan peternak selama masa pemeliharaan. Dalam biaya variabel pengeluaran terbesar berasal dari pakan dilihat dari Tabel 4 mengenai biaya variabel per tahun.
Tabel 4. Biaya Variabel Kandang Open House dan Closed House Per Tahun
Biaya Variabel Open House Closed House
Kemitraan (Rp) Kemitraan (Rp)
DOC 6.714.600.000 47.250.000
Obat 479.975.649 3.600.000
Pakan 22.550.990.000 230.502.000
Bahan Bakar Pemanas 440.750.523 3.300.000
Sekam 245.557.500 3.375.000
Biaya Panen 63.276.750 495.000
Biaya Persiapan 58.523.942 780.000
Bonus Karyawan 174.178.857 -
Bahan Bakar Genset 5.600.000 -
Biaya Perawatan Alat 517.293.419 -
Total Biaya Variabel 31.250.746.640 289.302.000
Berdasarkan Tabel 4 diatas, maka dapat dijelaskan biaya variabel sebagai berikut : 1. DOC
Doc atau bibit per ekor sebesar Rp 5.700 untuk peternak mandiri, dan closed house, sedangkan pada peternak open house pola kemitraan harga doc lebih murah yaitu sebesar Rp 5.250, hal ini terbantung kesepakatan harga kontrak yang dibelikan oleh perusahaan inti kepada peternak.
2. Obat
Biaya obat dikeluarkan selama periode pemeliharaan, rata rata peternak mengeluarkan biaya untuk obat antara Rp 350 – Rp 407 per ekor ayam. Jumlah biaya obat yang dikeluarkan terdiri dari vitamin, vaksin, obat dan kimia seperti formalin dan desinfectan.
3. Pakan
Tingkat penggunaan pakan atau konsumsi ransum merupakan indikator untuk mengetahui seberapa besar jumlah pakan yang dikonsumsi ayam untuk menghasilkan satu kilogram daging. Jumlah pakan yang dibutuhkan peternak kandang open house sebanyak 4.510 kg per periode, sedangkan peternak kandang closed house sebanyak 799.188 Kg per periode.
4. Bahan Bakar Pemanas
Bahan bakar pemanas digunakan pada awal pemeliharaan, penggunaan pemanas untuk kandang closed house dilakukan sampai DOC berumur 16 -15 hari. Rata – rata
dalam satu kali pemeliharaan peternak kandang closed house menghaiskan 26 – 30 tabung ukuran 50 kg. Sedangkan penggunaan pemanas pada kandang open house menghabiskan antara 12 – 14 tabung ukuran 3 kg.
5. Sekam
Sekam yang digunakan dalam pemeliharaan berbeda sesuai dengan kebutuhan dan banyaknya populasi ayam dalam kandang. Harga skam per karung di beli dengan harga Rp 7.500, jumlah sekam yang digunakan peternak kandang closed house rata – rata 1.200 – 1.400 karung, dan peternak open house menggunakan 100 karung per 1.000 ekor ayam.
6. Biaya Panen
Biaya panen dikeluarkan peternak dengan kedua sistem kandang untuk upah panen yaitu upah angkut ayam bagi tenaga kerja sebesar Rp 30.000 per 1 ton ayam. Semakin banyak jumlah ayam yang dipanen maka biaya panen akan semakin besar.
7. Biaya Persiapan Kandang
Biaya persiapan kandang dikeluarkan untuk mempersiapkan kandang setelah panen dan sebelum DOC masuk. Biaya yang dikeluarkan untuk persiapan kandang closed
house dan open house diantaranya untuk upah pengarungan sekam, upah sapu
kandang, biaya bahan bakar untuk cuci kandang, biaya cuci terpal, pembelian kalsit tabur, dan biaya pembelian kawat beton pengikat terpal.
8. Bonus Karyawan
Bonus karyawan hanya diberikan kepada peternak kandang closed house yang diberikan kepada anak kandang atau tenaga kerja jika hasi IP ayam yang dipelihara mencapai 239 – 300 maka bonus yang diberikan sebesar Rp 25 dikali bobot total ayam terpanen dibagi jumlah anak kandang.
9. Bahan Bakar Genset
Bahan bakar genset di keluarkan petenak kandang closed house jika terjadi pemadaman listrik. Biaya untuk pembelian solar yang di anggarkan sebesar Rp 200.000 per periode.
10. Biaya Perawatan
Biaya perawatan alat dan kandang pada kandang closed house di anggarkan sebesar limabelas persen dari hasil pendapatan peternak dalam satu periode yang digunakan untuk biaya perbaikan alat dan penunjang kandang yang rusak.
Penentuan pajak usaha ditentukan oleh besarnya penerimaan dan pengeluaran yang dihitung berdasarkan ketentuan perhitungan pajak PPh satu persen per tahun.
Tabel 5. Pendapatan Rata – Rata Peternak Kandang Closed House dan Open House
Pendapatan
Rata -Rata Satuan
Open House Closed House
Kemitraan Kemitraan
Populasi Ekor 1.500 168.285
Pendapatan Per Tahun Rp 7.172.634 3.201.629.507
Pendapatan Per Periode Rp 1.195.439 457.375.643
Pendapatan Per Ekor Rp 797 2.718
Pendapatan adalah jumlah uang yang diterima oleh peternak setelah dikurangi pengeluaran. Dalam satu tahun pendapatan yang diperoleh peternak kandang closed house dan open house dilihat pada Tabel 5. Pengeluaran terdiri dari biaya pembelian peralatan peternakan yang habis masa pakai, biaya tetap, dan biaya variabel, biaya penyusutan, dan pajak penghasilan. Pendapatan peternak terbesar diperoleh peternak kandang closed house sebesar Rp 2.718, dan peternak kemitraan sebesar Rp 797. Dari penerimaan per ekor dapat dilihat bahwa semakin besar jumlah populasi ayam yang dipelihara maka semakin besar pendapatan yang diperoleh.
Analisis Kelayakan
Analisis kelayakan pada penelitian yang dilakukan yaitu berdasarkan pada perhitungan aliran kas atau cash flow yang akan menghasilkan kriterian penilaian aspek finansial seperti NPV (net present value), IRR (internal rate of return), Net B/C (net benefit
cost), dan Payback Period. Pada aliran kas dilakukan perencaraan selama sepuluh tahun
dengan mengacu pada kondisi peternakan saat ini.
Tabel 6. Koefisien Pemeliharaan Ayam broiler Per Periode
Keterangan Satuan Open House Closed House
Kemitraan Kemitraan
DOC Ekor 1.500 168.285
Mati Ekor 75 7.865
Mortalitas % 3 4,6
Terpanen Ekor 1.455 160.420
bobot rata – rata Kg 1,9 1,9
Total bobot terpanen Kg 2.765 304.798
Pakan Kg 4.510 799.188
Umur rata – rata Hari 35 34
FCR Point 1,6 1,5
Berdasarkan koefisien pemeliharaan pada saat penelitian mencakup besaran penerimaan dan pengeluaran yang dilakukan peternak dengan tingkat suku bunga pada saat penelitian adalah 6 persen berdasarkan suku bunga simpanan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia dan menghasilkan kriteria NPV seperti pada Tabel 6.
Tabel 7. Kelayakan Kandang Closed House dan Open House
Kriteria Investasi Satuan Open House Closed House
Kemitraan Kemitraan
NPV Rp 13.631.392 8.362.382.296
IRR Persen 13,43% 19,47
Net B/C 1,3 1,7
Payback Period Tahun, Bulan 5, 4 4
Dalam sepuluh tahun pada suku bunga enam persen menunjukan bahwa kandang
closed house pola kemitraan layak dijalankan dengan nilai NPV positiv sebesar Rp
8.362.382.296 atau Rp 7.098 per ekor, jumlah ini lebih besar dari manfaat yang diperoleh peternak pada setiap tahun, kandang open house pola kemitraan dengan nilai NPV positiv sebesar Rp 13.631.392 atau Rp 1.514 per ekor. Peternak kemitraan sistem kandang open
house memperoleh nilai NPV yang lebih rendah dari peternak kemitraan sistem kandang closed house.
Nilai IRR menggambarkan kemampuan peternakan dalam melakukan pengembalian atas modal yang telah dikeluarkan. IRR merupakan discount rate yang dapat membuat NPV sama dengan nol. Ketika IRR sama dengan nilai discount rate yaitu enam persen dalam analisis finansial maka usaha tersebut tidak menghasilkan keuntungan karena NPV yang dihasilkan bernilai nol. Hasil perhitungan IRR terhadap sistem kandang closed house pola kemitraan sebesar 19,47 persen, dan peternak kandang open house pola kemitraan sebesar 13,43 persen. Hal ini menunjukan bahwa peternakan mampu memberikan pengembalian atas modal awal berupa investasi yang dikeluarkan sampai tingkat suku bunga sebesar yang diperoleh dan ketika discount rate yang dihasilkan sebesar tingkat suku bunga yang berlaku saat ini (enam persen) maka NPV yang dihasilkan negativ dan tidak layak dijalankan.
Nilai Net B/C menunjukkan seberapa besar manfaat yang akan diperoleh atas biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan proyek. Ssebuah usaha dikatakan layak untuk dijalankan apabila nilai Net B/C > 1. Nilai Net B/C yang dikeluarkan sebagai biaya akan menghasilkan manfaat pada peternakan kandang closed house sebesar Rp 1,7 peternak kandang open house pola kemitraan sebesar Rp 1,3. Artinya setiap Rp 1 yang dikeluarkan atas biaya maka
menghasilkan manfaat diatas biaya yang dikeluarkan atau Net B/C > 1 maka peternakan tersebut layak dijalankan walaupun benefit yang dihasilkan peternak sangat kecil.
Payback Period adalah suatu kriteria kelayakan investasi yang menunjukan seberapa
lama modal investasi yang dikeluarkan dapat kembali atau secara umum payback period melihat seberapa cepat waktu pengembalian investasi. Penentuan kelayakan usaha ini adalah jika payback period lebih kecil dari umur proyek maka usaha layak dijalankan. Pada usaha peternakan ayam broiler ini pada kedua sistem kandang payback period yang diperoleh dibawah umur proyek meskipun dalam jangka waktu pengembaliannya seperti pada kandang
closed house pola kemitraan pengembalian modal investasi selama 4 tahun, dan kandang open house pola kemitraan selama 5 tahun 4 bulan.
Peternak sistem kandang closed house pola kemitraan lebih layak dan tingkat pengembalian modal investasi yang lebih cepat dari peternak kandang open house pola kemitraan dibandingkan dengan peternak pola kemitraan kandang open house. hal ini dilihat dari hasil analisis kelayakan finansial seperti nilai NPV, IRR, dan Net B/C. Hal ini terjadi karena peternak pola kemitraan sistem kandang open house mengeluarkan biaya pengeluaran pada setiap periode pemeliharaan tidak sebanding dengan penerimaan yang diperoleh peternak. Selain besarnya pengeluaran, peternak pola kemitraan sistem kandang open house memiliki populasi ayam yang jauh lebih sedikit dari peternak sistem kandang closed house. Akan tetapi ada kenyataannya peternak sistem kandang open house pola kemitraan masih tetap menjalankan usaha peternakan, hal ini karena pada kondisi nyata peternak tidak mengeluarkan biaya untuk pajak, sewa lahan, dan perhitungan penyusutan barang. Selain itu peternak sistem kandang open house memanfaatkan kolam yang berada dibawah kandang ayam untuk budidaya ikan lele yang dikomersilkan sebagai nilai tambah untuk pendapatan peternak, akan tetapi dalam penelitian ini penerimaan dari hasil pembesaran ikan tidak di hitung dalam. Sedangkan pada tingkat pengembalian, peternak sistem kandang open house pola kemitraan dengan waktu pengembalian selama lima tahun empat bulan dan peternak pola maklun memiliki nilai pengembalian terlama yaitu enam tahun dua bulan. Pengembalian biaya investasi pada kandang closed house pola kemitraan lebih cepat daripada pola kemitraan sistem kandang open house. Meskipun peternak kandang closed house mengeluarkan biaya investasi yang lebih besar dari sistem kandang open house akan tetapi penerimaan dan pendapatan yang diperoleh peternak kandang closed house lebih besar yang mengakibatkan lebih cepatnya pengembalian modal awal.
Dari hasil analisis kelayakan finansial pada peternakan sistem kandang closed house dan open house dengan pola yang sama diperoleh hasil bahwa peternak kandang closed house pola kemitraan lebih unggul daripada kandang open house pola kemitraan, karena peningkatan skala usaha dapat mengubah struktur biaya, dimana dengan skala yang semakin besar akan menurunkan biaya yang dikeluarkan yang menyebabkan meningkatnya pendapatan.
Untuk mengantisipasi adanya kenaikan output dan penurunan input yang akan terjadi dalam siklus pemeliharaan ayam broiler, maka dilakukan perhitungan analisis kepekaan terhadap variabel input yaitu pendapatan yang menurun dan varibel output yang mengalami kenaikan terhadap pakan sebagai komponen dengan biaya pengeluaran terbesar karena harga penjualan dan harga pakan yang fluktuatif membuat pihak peternak perlu memperhatikan komponen ini, dikarenakan dari penjualan ayam merupakan penghasilan terbesar yang diterima peternak dan input pakan merupakan komponen utama dalam kegiatan operasional produksi ayam broiler . Hasil analisis sensitivitas dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Analisis Sensitivitas Pada Penurunan Penjualan
Sistem Kandang Perubahan (%) NPV (Rp) IRR (%) Net B/C
Closed House Pola Kemitraan
2 3.237.415.154 11,26 1,2
3 674.931.576 7,12 1,0
3,5 (606.310.212) 4,90 0,9
Open House Pola
Kemitraan 0,5 2.232.817 7,21 1,3
1 (88.902.386) 0,4 0,7
Peternakan ayam broiler sangat sensitiv terhadap perubahan perubahan yang terjadi terutama pada perubahan komponen utama seperti penjualan ayam dan kenaikan harga pakan. Peternak sistem kandang closed house pola kemitraan lebih tahan terhadap penurunan penjualan yang mencapai 3 persen dibandingkan peternak kemitraan kandang open house yang hanya mampu bertahan sampai tingkat penurunan penjualan sebesar 0,5 persen, yang artinya ketika penurunan penjualan satu persen maka peternak akan mengalami kerugian, hal ini terjadi karena jumlah populasi yang dipelihara peternak sedikit. Penurunan penjualan bisa terjadi akibat bobot ayam yang kecil dan tingginya tingkat mortalitas selama pemeliharaan yang menurunkan jumlah penerimaan dari hasil penjualan ayam. Karena tingkat sensitivitas pada penurunan penjualan sangat sensitiv dihaprakan peternak mampu memanajemem selama pemeliharaan dengan baik untuk mengantisipasi tingkat mortalitas yang tinggi dan penanganan yang cepat terhadap unggas yang terkena wabah agar tidak menyebar.
Tabel 9. Analisis Sensitivitas Pada Kenaikan Pakan
Sistem Kandang Perubahan (Rp) NPV (Rp) IRR (Rp) Net B/C
Close House Kemitraan 3 3.433.586.054 12,21 1,3 4,8 969.187.933 7,58 1,0 5,3 (345.157.731) 5,40 0,9 Open House Pola Kemitraan 2 (20.218.011) -17 0,4
Pada sensitivitas kenaikan pakan peternak pola kemitraan kandang open house sangat
sensitiv terjadi pada kenaikan pakan sebesar 2 persen makan NPV yang dihasilkan adalah
negativ. Peternnak koandang closed house mampu mengalami perubahan kenaikan pakan sampai 5,3 persen, artinya peternak closed house lebih tahan terhadap perubahan kenaikan pakan yang terjadi karena pada kandang closed house ayam mampu mengkonsumsi ransum dengan baik dibandingkan kandang open house yang lebih boros terhadap penggunaan pakan untuk menghasilkan satu kilogram bobot daging. Pada kandang closed house suhu dan kelembaban kandang yang efektif dalam pemeliharaan ayam broiler dapat dengan mudah diatur oleh pengatur suhu dan kelembaban sehingga suhu dilingkungan tetap stabil. Selain suhu yang stabil ayam juga membutuhkan udara segar untuk bernafas sehingga memungkinkan ayam mencerna pakan dengan lebih baik. Jika terjadi kenaikan lebih dari angka perubahan pada Tabel 9 diatas maka peternak akan mengalami kerugian yang disebabkan besarnya biaya input selama masa produksi dan peternakan tidak layak untuk dijalankan.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat disimpulkan :
1. Kedua sistem kandang yaitu closed house dan open house layak dijalankan. Kandang
closed house dengan nilai NPV Rp 8.362.382.296
, IRR 19,47 persen, dan Net B/C
Rp 1,7 . Peternak open house pola kemitraan dengan NPV Rp 13.631.392, IRR 13,43 persen, Net B/C Rp 1,3. Pada penggunaan pola kemitraan, peternak dengan sistem kandang closed house memperoleh nilai kelayakan finansial yang lebih baik dari pola kemitraan kandang open house.2. Peternak ayam broiler sangat sensitiv terhadap perubahan – perubahan yang terjadi terhadap komponen input dan output. Peternak closed house pola kemitraan perubahan pada penjualan dan kenaikan pakan lebih baik daripada pola kemitraan kandang open house.
3. Payback period dari kedua sistem kandang menghasilkan angka dibawah umur proyek selama 10 tahun. Pengembalian tercepat terjadi pada peternak kandang closed
house dengan jangka waktu selama 4 tahun, dan peternak kandang open house selama
lima tahun empat bulan.
SARAN
1. Bagi yang akan melaksanakan pemeliharaan ayam broiler disarankan untuk menggunakan pola pemeliharaan yang bekerjasama dengan perusahaan inti penyedia sapronak yaitu pola kemitraan untuk meminimalisir kerugian yang diterima akibat resiko yang terjadi selama proses pemeliharaan.
2. Untuk peternak yang sudah mengalami pengalaman lama dalam pemeliharaan ayam
broiler dan ingin melaksanakan pola pemeliharaan pada kandang closed house dengan
modal pinjaman disarankan untuk memiliki jaminan lain karena investasi yang dikeluarkan untuk pembuatan kandang closed house sangat besar.
3. Dalam manajemen pemeliharaan diperlukan perbaikan untuk mencegah terjadinya
angka kematian tinggi yang mengakibatkan penurunan penjualan dan pemberian pakan yang lebih rapih supaya tidak ada pakan yang tercecer akibat perpindahan tempat yang dapat menyebabkan penggunaan pakan berlebih dan berakibat pada besarnya biaya untuk pembelian pakan.
DAFTAR PUSTAKA
Adnan, K. 2016. Kandang Close House (Kandang Tertutup). http://Dokterternak.com/2016/07/24/kandang-close-house-kandang-tertutup-kita-butuh/. di akses pada 27 Februari 2017.
Direktorat Jendral Peternakan Dan Kesehatan Hewan (Ditjennak). 2016 .
http://ditjennak.pertanian.go.id. diakses pada 24 Februari 2017.
Djamin, Z. 1993. Perencanaan dan Analisa Proyek. Edisi Ketiga. Fakultas Ekonomi. Universitas Indonesia, Jakarta.
Gittinger, J.P. 1986. Analisis Ekonomi Proyek – Proyek Pertanian. Edisi kedua. UI Press, Jakarta.
Kadariah, 2001. Evaluasi Proyek Analisis Ekonomis. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.
Mulyana, Asep. 2008. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Peternakan Ayam Broiler Satwa
Utama Desa Cijulang Kecamatan Bojong Lopang Kabupaten Sukabumi. Skripsi
Publikasi. Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. 2015. Outlook Komoditas Pertanian Subsektor
eternakan Daging Ayam. Sekretariat Jendral Kementrian Pertanian, Jakarta.
Soekartawi, 1995. Analisis Usaha Tani. UI Press. Jakarta.