• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pusataka 1. Folklor

Ciri-ciri folklor menurut James Danandjaja: a) Penyebaran dan pewarisannya biasanya dilakukan secara lisan, yakni disebarkan melalui tutur kata dari mulut ke mulut dari satu generasi ke generasi berikutnya; b) Folklor bersifat tradisional, yakni disebarkan dalam bentuk relatif tetap atau dalam bentuk standar. Disebarkan di antara kolektif tertentu dalam waktu yang cukup lama (paling sedikit dua generasi); c) Folklor ada (exist) dalam versi-versi bahkan varian-varian yang berbeda. Hal ini diakibatkan oleh cara penyebarannya dari mulut ke mulut (lisan), biasanya bukan melalui cetakan atau rekaman, sehingga oleh proses lupa diri manusia atau proses interpolasi (intepolation), folklor dengan mudah dapat mengalami perubahan. Walaupun demikian perbedaannya hanya terletak pada bagian luarnya saja, sedangkan bentuk dasarnya dapat tetap bertahan; d) Folklor bersifat anonim, yaitu nama penciptanya sudah tidak diketahui orang lagi; e) Folklor biasanya mempunyai bentuk berumus atau berpola; f) Folklor mempunyai kegunaan (function) dalam kehidupan bersama suatu kolektif; g) Folklor bersifat pralogis, yaitu mempunyai logika sendiri yang tidak sesuai dengan logika umum. Ciri pengenal ini terutama berlaku bagi folklor lisan dan sebagian lisan; h) Folklor menjadi milik bersama (collective) dari kolektif tertentu. Hal ini sudah tentu diakibatkan karena penciptanya yang pertama sudah tidak diketahui lagi, sehingga setiap anggota kolektif yang bersangkutan merasa memilikinya; i) Folklor pada umumnya bersifat polos dan lugu, sehingga seringkali kelihatannya kasar, terlalu spontan. (Danandjaja, 1994; 3).

2. Mitos

Di Jawa, karena alasan sejarah masih ada mitos yang hampir dapat di terima secara universal, yang menyebabkan ketaatan universal dan intelektual yang mendalam. Fungsi utama mitos bagi kebudayaan primitif

(2)

2 adalah mengungkapkan, mengangkat, dan merumuskan kepercayaan, melindungi dan memperkuat moralitas, menjamin efisiensi ritus, serta memberikan peraturan-peraturan praktis untuk menuntun manusia (Malinowski, 1954; 101). Secara umum mitos selalu dihubungkan dengan masyarakat mistis, namun demikian tidak berarti masyarakat modern telah meniadakan mitos ini sama sekali. Tidak sedikit masyarakat modern yang masih mempercayai adanya warisan kuno, warisan spiritual.

Mitos adalah sistem komunikasi, bahwa mitos adalah suatu pesan, mitos tidak mungkin merupakan suatu objek, konsep, gagasan: mitos merupakan mode pertandaan dan suatu bentuk. Dalam mitos terdapat pola dimensi yaitu; penanda, petanda dan tanda (Barthes, 2007; 295).

Ciri mitos yang berkembang dalam kehidupan orang Jawa, antara lain: a) Mitos sering memiliki sifat suci atau sakral; b) Mitos hanya dapat dijumpai dalam dunia mitos dan bukan dalam dunia kehidupan sehari-hari atau pada masa lampau yang nyata; c) Banyak mitos di Jawa yang menunjuk pada kejadian-kejadian penting; d) Kebenaran mitos tidak penting, sebab cakrawala dan mitos tidak terikat pada kemungkinan-kemungkinan dan batas-batas dunia ini. (Endraswara 2003; 193).

Mitos di Jawa termasuk genre folklor lisan yang diturunkan dari mulut ke mulut. Ragam mitos di Jawa: a) Gugon tuhon yaitu, larangan-larangan tertentu; b) Mitos yang berupa bayangan asosiatif, mitos ini biasanya muncul dalam mimpi; c) Mitos yang berupa dongeng, legenda, dan cerita-cerita, diyakini karena memiliki legitimasi yang kuat di alam pikiran orang Jawa; d) Mitos yang berupa sirikan atau yang harus dihindari. (Endraswara 2003; 194).

Mitos faktanya membuat inti pusat nilai-nilai kepercayaan dari suatu kebudayaan yang bersifat religius. Setiap budaya mempunyai peristiwa dan gejala yang tidak dapat diselaraskan dengan rasional tapi hanya berdasarkan pengalaman dan kepercayaan saja.

Kaitan mitos dengan agama menjadi penting bukan semata-mata karena memuat hal-hal gaib atau peristiwa-peristiwa mengenai makhluk adikodrati, melainkan karena mitos tersebut memiliki fungsi eksistensial

(3)

3 bagi manusia dan karenanya mitos harus dijelaskan menurut fungsinya (Dhavamony, 1995; 150).

Mitos menurut William R. Bascom adalah salah satu cerita prosa rakyat, Mite di anggap benar-benar terjadi dan di anggap suci oleh yang empunya cerita. Mite pada umumnya mengisahkan terjadinya alam semesta, dunia, manusia pertama, terjadinya maut, bentuk khas binatang, bentuk topografi, gejala alam, dan sebagainya (Bascom, 1965; 4).

3. Keluarga Jawa

Bagi individu Jawa, keluarga merupakan sarana keamanan dansumber perlindungan. Keluarga, terutama sang ibu selalu berusaha dan melindungi sang anak. Di dalam keluarga orang Jawa mengembangkan keutamaan-keutamaan seperti belas kasihan, kebaikan hati, kemurahan hati, kemampuan untuk menangkap kegelisahan orang lain, rasa tanggung jawab sosial, keperihatinan terhadap sesama, dan semacamnya(Sardjono, 1992;14).

Setiap individu pastinya mengharapkan keselamatan. Keselamatan adalah terhindar dari bencana, aman, sehatsentosa, bahagia, sejahtera lahir dan batin dalam menjalani kehidupan didunia sampai akhirat. Hanya, cara mewujudkan keselamatan tersebut berbeda-beda sesuai dengan kepercayaan, situasi kondisi lingkungan, sarana prasarana yang tersedia, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, pengalaman hidup serta adat tradisi kebudayaan masing-masing. Masyarakat Jawa banyak yang percaya bahwa gangguan keselamatan dapat berasal dari diri sendiri, orang lain, alam semesta, dan hal-hal yang bersifat gaib (Santoso, 2012; 5).

4. Kepercayaan Lokal

Sebelum masuknya agama Hindu-Budha sekitar abad 5M penduduk asli Jawa memiliki sistem kepercayaan yeng di anut dan diamalkan dalam kehidupan kesehariannya. Religiositas ini memiliki inti bahwa mereka percaya mengenai adanya roh atau jiwa pada manusia, hewan, tumbuhan dan benda-benda lain di dunia. Semua yang dapat bergerak di anggap hidup dan mempunyai kekuatan gaib yang dapat berbuat baik atau buruk.Nilai-nilai kepercayaan tersebut masih tampak sederhana karena

(4)

4 hanya bersumber dari naluri, intuisi, pengetahuan, pengalaman hidup, serta interaksinya dengan masyarakat dan alam lingkungan. Kebanyakan norma-norma kepercayaan tersebut belum di tulis dan masih berada pada ingatan kolektif yang paling berperan untuk nguri-uri adalah dukun dan kepala lingkungan karena meraka di anggap berwenang menjaga dan melestarikannya. Dukun dijadikan panutan karena mereka percaya bahwa sosok ini mampu melakukan komunikasi dan interksi dengan nilai-nilai yang di junjung tinggi, yaitu roh-roh yang di percaya dapat berpengaruh positif atau negatif terhadap kehidupan dan lingkungannya. Di desa-desa masih dapat di lihat keberadaan dukun hingga sekarang. Terbukti hampir di setiap desa di Jawa terdapat dukun bayi, dukun pijat, dukun sunat, dan dukun yang menangani berbagai macam masalah kehidupan dan lazim tersebut “orang pintar” atau kalangan supranatural (Santoso, 2012; 241).

Kepercayaan rakyat atau takhyul mencangkup bukan saja kepercayaan, melainkan juga kelakuan, pengalaman-pengalaman, ada kalanya juga alat, dan biasanya juga ungkapan serta sajak. Tidak ada orang yang bagaimanapun modernnya, dapat bebas dari takhyul, baik dalam hal kepercayaan maupun dalam hal kelakuannya (Brunvand, 1968; 178).Takhyul menyangkut kepercayaan dan praktek (kebiasaan).Pada umumnya diwariskan melalui media tutur kata. Tutut kata ini dijelaskan dengan syarat-syarat, yang terdiri dari tanda-tanda atau sebab-sebab, dan yang diperkirakan akan ada akibatnya (Danandjaja, 1994; 154). Takhyul ada yang berdasarkan hubungan sebab akibat menurut hubungan asosiasi, bayangan-bayangan dalam pikiran yang menimbulkan bayangan-bayangan baru, sehingga terjadi suatu rangkaian bayangan-bayangan. Ada juga takhyul berdasar perbuatan manusia yang dilakukan dengan sengaja yang menyebabkan suatu “akibat”, yang di sebut ilmu gaib atau magic. Dasar pemikiran takhyul ini adalah kepercayaan kepada kekuatan sakti (Koentjaraningrat, 1967; 265-274).

5. Religi Agama Islam

Agama Islam umumnya berkembang baik di kalangan masyarakat orang Jawa, tetapi tidak semua orang beribadah menurut agama Islam,

(5)

5 sehingga berlandaskan atas kriteria pemelukan agamannya, ada yang di sebut Islam santri dan Islam kejawen. Kecuali itu masih ada juga di desa-desa Jawa orang-orang pemeluk agama Nasrani atau agama besar lain. Orang santri adalah penganut agama Islam di Jawa yang secara patuh menjalankan ajaran-ajaran dari agamanya. Sedangkan, Islam kejawen adalah orang-orang yang percaya kepada ajaran agama Islam tetapi tidak secara utuh menjalankan rukun-rukun dari agama Islam.Pandangan alam pikiran mereka tentang kosmos baik diri sendiri, kehidupan sendiri, pikiran sendiri, telah tercakup di dalam totalitas alam semesta atas kosmos.Inilah sebabnya, manusia hidup tidak terlepas dari lain-lainnya yang ada di alam jagad. Orang Jawa percaya kepada suatu kekuatan yang melebihi segala kekuatan dimana saja yang pernah di kenal, yaitu kesakten, kemudian arwah atau ruh leluhur, dan mahluk-mahluk halus misalnya memedi, lelembut, tuyul, demit serta jin dan lainnya yang menempati alam sekitar tempat tinggal mereka. Menurut kepercayaan masing-masing mahluk halus tersebut dapat mendatangkan sukses-sukses, kebahagiaan, ketentraman ataupun keselamatan, tetapi sebaliknya bisa menimbulkan gangguan pikiran, kesehatan, bahkan kematian. Maka bilamana seseorang ingin hidup tanpa menderita gangguan, ia harus berbuat sesuatu untuk mempengaruhi alam semesta dengan misalnya berprihatin, berpuasa, berpantang melakukan perbuatan serta makan-makanan tertentu, berselamatan, dan bersaji (Koentjaraningrat, 2007; 339).

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian ini juga didasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan terdahulu.Beberapa penelitian yang relevan dengan judul peneliti:

1. Afif Andi Wibowo, skripsi pada tahun 2011 yang berjudul “Persepsi Masyarakat Terhapad Mitos Air Tiga Rasa di Lingkungan Makam Sunan Muria Kabupaten Kudus” Universitas Negeri Semarang. Dalam skripsi tersebut menjelaskan persepsi masyarakat bahwa mitos air tiga rasa dilingkungan Makam Sunan Muria Kabupaten Kudus masih dipercayai

(6)

6 sampai sekarang. Serta pengaruh mitos tersebut terhadap masyarakat sekitarnya.

2. Afif Ainun Nasir, skripsi pada tahun 2017 dengan judul “Mitos Larangan Makan didepan Pintu Perspektif Hermeneutika“ (Studi Kasus Mojosari Kecamatan Kepohbaru Kabupaten Bojonegoro)Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya. Dalam skripsi tersebut menjelaskan larangan makan di depan pintu adalah sebuah mitos yangmana mitos tersebut dipercayai oleh masyarakat di Desa Mojosari Kecamatan Kepohbaru Kabupaten Bojonegoro, jika dilihat menggunakan teori mitologi, mitos ini bisa dikatakan sebagai mitos yang muncul dan dipercayai sebagai siri’an bagi orang Jawa dan ajaran itu disampaikan melalui lisan. Dalam kajian Hermeneutika memunculkan makna yang terkandung dalam larangan makan di depan pintu adalah suatu metode yang digunakan untuk mendidik untuk berperilaku baik.

3. Dewi Nur Hikmah Kusumawati, pada tahun 2018 skripsi dengan judul “Mitos Dalam Upacara Kelahiran Bayipada Masyarakat Jawa Desa Sukorejo Kecamatan Udanawu Kabupaten Blitar”Universitas Jember. Dalam skripsi tersebut menjelaskan wujud mitos dalam upacara kelahiran bayi pada masyarakat Jawa Desa Sukorejo Kecamatan Udanawu Kabupaten Blitar adalah cerita rakyat yang mengandung keyakinan kekuatan gaib disekitar bayi yang baru lahir. Dalam skripsi tersebut juga dipaparkan wujud mitos dalam upacara kelahiran bayi, kandungan nilai budaya, fungsi mitos, serta pemanfaatan mitos dalam upacara kelahiran bayi sebagai alternatif materi pembelajaran cerita rakyat di SMA.

Adapun kesamaan dengan penelitian yang akan peneliti lakukan ituketiganya meneliti tentang mitos di Jawa. Sedangkan perbedaan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu mitos yang berbeda dan lokasi yang berbeda. Dalam penelitian ini peneliti meneliti mitos keharusan bayi digendong saat sebelum, sampai sesudah Magrib di Desa Regunung, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

(7)

7 C. Kerangka Pikir

Kerangka berpikir adalah merupakan konseptual mengenai bagaimana suatu teori berhubungan diantara berbagai faktor yang telah diidentifikasikan penting terhadap masalah penelitian (Juliansyah Noor, 2013; 7).

Kerangka berpikir yang dihasilkan dapat berupa kerangka berpikir yang

asosiatif/hubungan maupun komparatif/perbandingan(Sugiono, 2017;

97).Kerangka pikir bertujuan agar pembaca mudah memahami arah penelitianmaka penulis menyusun kerangka pikir sebagai berikut:

(8)

8 Masyarakat Desa Regunung, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah memiliki kebudayaan. Di dalam kebudayaan terdapat adat dan tradisi. Ada tradisi mitos pada masyarakat tersebut salah satunya yaitu mitos keharusan bayi digendong saat sebelum, sampai sesudah Magrib.

Masyarakat

Desa Regunung, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

Kebudayaan

Adat Tradisi

Mitos keharusan bayi digendong saat sebelum,

Referensi

Dokumen terkait

Isolasi Senyawa Golongan Flavonoid sebagai Antioksidan dari Daun Dandang Gendis ( Clinacanthus nutans ).. Dibimbing oleh DUDI TOHIR dan

Dengan ini saya menyatakan bahwa bukti fisik di dalam berkas/dokumen yang saya lampirkan untuk keperluan sertifikasi guru ini benar dan abash adanya,dan

Sebaliknya ketika aktivitas matahari maksimum EM menyebabkan intensitas sinar kosmik yang sampai ke atmosfer bawah menjadi minimum sehingga tutupan awan menjadi

harvest 1383 – Kg Price @ Eid – Kg Wheat grain & flour prices cheapest available – Local wheat grain. Local

Pengamatan tinggi tanaman pada perlakuan pupuk anorganik menunjukkan bahwa perlakuan pupuk anorganik 100% dan 75% berpengaruh nyata memberikan hasil yang lebih baik

KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DI PESANTREN Hasil studi Burn tentang kepemimpinan dari waktu ke waktu, menunjukan bahwa pemimpin yang paling sukses untuk melakukan

Impact of Ultrasonic Treatment on An Emulsion System Stabilized with Soybean Protein Isolate and Lecithin: Its Emulsifying Property and Emulsion Stability.. Ability

Menurut Cohen (2004) bahwa kebahagiaan merupakan sebuah emosi yang positif atau perasaan yang dapat digambarkan dengan kata-kata seperti kesenangan, sebuah