• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI. kerangka rasional untuk melakukan analisis data penelitian.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI. kerangka rasional untuk melakukan analisis data penelitian."

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

7

BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bagian ini akan dikaji teori-teori yang relevan guna memberi kerangka rasional untuk melakukan analisis data penelitian.

2.1 Manajemen

2.1.1 Pengertian Manajemen

Manajemen (Usman, 2013: 5) berasal dari bahasa latin, yaitu asal kata manus yang berarti tangan dan agere (melakukan). Kata-kata tersebut digabung menjadi managere yang artinya menangani. Managere diterjemahkan ke bahasa inggris to manage (kata kerja), management (kata benda), dan manager untuk orang yang melakukannya.

Menurut Suhardan dalam Barnawi (2012: 14) menjelaskan bahwa manajemen merupakan usaha yang sistematis dalam mengatur dan menggerakkan orang-orang yang ada dalam organisasi agar mereka bekerja sepenuh kesanggupan dan kemampuan yang dimilikinya.

Barnawi (2012: 15) menyebukan bahwa manajemen dapat didefinisikan sebagai kegiatan mengelola berbagai sumber daya dengan cara bekerja sama dengan orang lain melalui proses tertentu untuk mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien.

Pelaksanakan kegiatan manajemen harus melibatkan beberapa orang di dalam suatu organisasi. Hal ini dijelaskan oleh Arikunto (2012: 3), menyebutkan bahwa manajemen selalu menyangkut adanya 3 hal yang merupakan unsur penting, yaitu usaha kerjasama, oleh dua orang atau

(2)

8 lebih untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam pengertian tersebut sudah menunjukkan adanya gerak, yaitu usaha kerja sama, personil yang melakukan, yaitu dua orang atau lebih, dan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Berdasarkan beberapa pengertian manajemen, maka pengertian manajemen dalam penelitian ini adalah proses kerjasama dalam pendayagunaan dan pengelolaan sumber daya yang ada, sebagai cara untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

2.1.2 Fungsi Manajemen

Fungsi-fungsi manajemen ini dikenal dan dipelajari oleh semua program yang menelaah masalah manajemen. Kejelasan tentang apa pengertiaannya, mengapa perlu adanya fungsi-fungsi, dan bagaimana implemetasi fungsi-fungsi tersebut. Kiranya perlu dipahami oleh semua orang yang terlibat dalam manajemen. Adapun penjelasan menurut Arikunto (2012: 9) dari masing-masing fungsi adalah sebagai berikut :

1. Perencanaan adalah suatu proses mempersiapkan serangkaian keputusan untuk mengambil tindakan di masa yang akan datang yang diarahkan kepada tercapainya tujuan-tujuan dengan sarana yang optimal. Perencanaan ini menyangkut apa yang dilaksanakan, kapan dilaksanakan, oleh siapa, dimana dan bagaimana dilaksanakannya. 2. Pengorganisasian dalam definisi manajemen disebutkan adanya usaha

bersama oleh sekelompok orang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, dengan mendayagunakan sumber-sumber yang ada agar dicapai hasil yang efektif dan efisien. Usaha untuk mewujudkan kerjasama antar manusia yang terlibat kerja sama ini adalah pengorganisasian.

3. Pengarahan adalah suatu usaha yang dilakukan oleh pimpinan untuk memberikan penjelasan, petunjuk, serta bimbingan kepada orang-orang yang menjadi bawahannya sebelum dan selama melaksanakan tugas.

(3)

9 4. Pengkoordinasian merupakan suatu usaha yang dilakukan pimpinan untuk mengatur, menyatukan, menyerasikan, megintergrasikan semua kegiatan yang dilakukan oleh bawahan.

5. Pengkomunikasian/komunikasi adalah suatu usaha yang dilakukan oleh pimpinan lembaga unutk menyebar luaskan informasi yang terjadi di dalam maupun hal-hal diluar lembaga yang ada kaitannya dengan kelancaran tugas mencapai tujuan bersama.

6. Pengawasan merupakan usaha pimpinan untuk mengetahui semua hal yang menyangkut pelaksanaan kerja, khususnya untuk mengetahui kelancaran kerja para pegawai dalam melakukan tugas mencapai tujuan. Kegiatan pengawasan sering juga disebut kontrol, penilaian, penilikan, monitoring, supervisi dan sebagainya.

Berdasarkan fungsi manajemen tersebut, maka dalam penelitian ini memberikan keterangan bahwa fungsi manajemen digunakan sebagai langkah dalam melaksanakan kegiatan di dalam suatu organisasi yang berkaitan dengan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, komunikasi dan pengawasan dari pimpinan.

2.2 Sarana dan Prasarana

Mulyasa (2009: 9) menjelaskan sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khusunya proses belajar mengajar, seperti gedung, ruang kelas, meja, kursi, serta alat-alat dan media pengajaran. Sedangkan prasarana pendidikan adalah alat fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran, seperti halaman, kebun, taman sekolah, jalan menuju sekolah, tetapi jika dimanfaatkan secara langsung dalam proses belajar mengajar, seperti taman sekolah untuk pengajaran biologi, halaman sekolah sebagai sekaligus lapangan olah raga, komponen tersebut merupakan sarana pendidikan.

(4)

10 Depdiknas (2008) dalam Barnawi (2012: 47) telah membedakan antara sarana prasarana pendidikan. Sarana pendidikan adalah semua pernagkat, peralatan, bahan, perabot yang secara langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah. Berkaitan dengan ini, prasarana pendidikan adalah semua perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung menunjang pelaksanaan proses pendidikan di sekolah. Penekanan pada pengertian tersebut ialah pada sifatnya, saran bersifat langsung dan prasarana tidak bersifat langsung.

Suksesnya pembelajaran di sekolah di dukung oleh adanya pendayagunaan semua sarana dan prasarana pendidikan yang ada di sekolah secara efektif dan efisien. Sarana dan prasarana yang ada di sekolah tersebut perlu didayagunakan dan dikelola untuk kepentingan pembelajaran di Sekolah. Pengelolaan itu dimaksudkan agar dalam menggunakan sarana dan prasarana di sekolah bisa berjalan dengan efektif dan efisien. Pengelolaan sarana dan parasarana merupakan kegiatan yang amat penting disekolah, karena keberadaannya akan medukung terhadap suksesnya proses pembelajaran di Sekolah (Daryanto, 2013: 113).

Tersedianya alat atau fasilitas belajar yang memadai secara kuantitatif, kualitatif, dan sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat dimanfaatkan secara baik untuk kepentingan proses pendidikan dan pengajaran, baik oleh guru sebagai pengajar maupun murid sebagai pelajar.

Hal tersebut sesuai dengan UU Republik Indonesia tentang Sistem Pendidikan Nasioanl Nomor 20 tahun 2003 yang menyebutkan bahwa :

(5)

11 “Setiap satuan pendidikan formal dan nonformal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik

Dijelaskan oleh Arikunto (2009: 274) bahwa fasilitas atau sarana dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu :

a. Fasilitas Fisik, yakni segala sesuatu yang berupa benda atau fisik yang dapat dibendakan, yang mempunyai peranan memudahkan dan melancarkan suatu usaha. Fasilitas fisik juga disebut fasilitas materil. Contoh : kendaraan, alata tulis, perabot dll

b. Fasilitas Uang, yakni segaal sesuatu yang berssifat mempermudah suatu kegiatan sebaagi akibat bekerjanya nilai uang. Namun dalam fasilitas uang akan di behas dalam kegiatan manajemen keuangan. Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, maka yang dimaksud sarana prasarana pendidikan dalam penelitian ini adalah fasilitas yang digunakan dalam proses penyelengaraan pendidikan di sekolah baik secara langsung maupun tidak langsung menunjang pelaksanaan proses pendidikan.

2.3 Manajemen Sarana Prasarana

Barnawi (2012: 48) menyebutkan manajemen sarana dan prasarana pendidikan dapat diartikan sebagai segenap proses pengadaan dan pendayagunaan komponen-komponen yang secar langusng maupun tidak langung menunjang proses pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien.

Manajemen sarana dan prasarana dalam penelitian ini adalah proses kerjasama dalam pendayagunaan, pengelolaan terkait sarana dan prasarana dalam proses penyelenggaraan pendidikan baik langsung maupun tidak langsung, secara efektif dan efisien dalam proses pemebelajaran di Sekolah.

(6)

12 Hal terpenting dalam sarana prasarana di sekolah adalah bagaimana memanajemen semuanya itu sehingga dapat membantu memperlancar proses pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan suatu sekolah. Hingga saat ini tugas-tugas dalam pemeliharaan dan pengelolaan sarana prasarana biasanya diserahkan kepada salah seorang atau beebrapa orang mengelolanya. Pada garis besarnya manajemen sarana dan prasarana meliputi beberapa hal, berikut dijelaskan oleh Suryosubroto (2004: 115) yakni :

1. Penentuan kebutuhan

Sebelum mengadakan alat-alat tertentu atau fasilitas yang lain lebih dahulu harus melalui prosedur penelitian yaitu melihat kembali kekayaan yang telah ada. Dengan demikian baru bisa ditentukan sarana apa yang diperlukan berdasarkan kepentingan pendidikan di sekolah itu. Dalam penentuan kebutuhan kegiatan yang dilakukan adalah perencanaan kebutuhan.

Sa’ud, dkk serta Barnawi dan Arifin (2005: 12) mengemukakan pengertian perencanaan pendidikan adalah suatu proses intelektual yang berkesinambungan dalam menganalisis, merumuskan dan menimbang serta memutuskan dengan keputusan yang diambil harus mempunyai konsistensi (taat asasi) internal dan berhubungan secara sistematis dengan keputusan-keputusan lain, baik dalam bidang-bidang itu sendiri maupun dalam bidang- bidang lain dalam pembangunan, dan tidak ada batasan waktu untuk satu jenis keiatan, serta tidak harus selalu satu kegiatan mendahului dan didahului oleh kegiatan lain.

(7)

13 Didukung oleh Barnawi (2012: 51) yang menjelaskan bahwa Perencanaan sarana dan prasarana pendidikan merupakan proses perancangan upaya pembelian, penyewaan, peminjaman, penukaran, daur ulang, rekondisi/rehabilitasi, distribusi atau pembuatan peralatan dan perlengkapan yang sesuai dengan kebutuhan sekolah.

Menurut Bafadal (2003: 27), perencanaan sarana dan prasarana sekolah harus memenuhi prinsip-prinsip:

a. Perencanaan sarana dan prasarana sekolah harus betul-betul merupakan proses intelektual.

b. Perencanaan didasarkan pada analisis kebutuhan.

c. Perencanaan sarana dan prasarana sekolah harus realistis, sesuai dengan kenyataan anggaran.

d. Visualisasi hasil perencanaan sarana dan prasarana sekolah harus jelas dan rinci, baik jumlah, jenis, merek, dan harganya.

Arikunto (2009: 189) menyebutkan bahwa untuk mengadakan perencanaan kebutuhan alat pelajaran dilalui tahap-tahap sbb :

1. Mengadakan analisis terhadap materi pelajaran mana yang membutuhkan alat atau media penyampaiaannya. Dari analisis materi ini dapat di daftar alat-alat/media apa yang dibutuhkan. Ini dilakukan oleh guru-guru bidang studi.

2. Apabila kebutuhan yang diajukan oleh guru-guru ternyata melampaui kemampuan daya beli atau daya pembuatan, maka harus diadakan seleksi menurut skala prioritas terhadap alat-alat yang mendesak pengadaaannya. Kebutuhan lain dapat dipenuhi pada kesempatan lain.

3. Mengadakan inventarisasi terhadap alat atau media yang telah ada. Alat yang sudah ada ini perlu dilihat kembali, lalu mengadakan re-inventarisasi. Alat yang perlu diperbaiki atau diubah disendirikan unuk di serahkan kepada orang yang dapat memperbaiki.

4. Mengadakan seleksi terhadap alat pelajaran/media yang masih dapat dimanfaatkan, baik dengan reparasi atau modfikasi maupun tidak.

5. Mencari dana (bila belum ada). Kegiatan dalam tahap ini adalah mengadakan tentang perncanaan bagaimana caranya memperoleh dana, baik dari dana rutim maupun non rutin. Jika

(8)

14 suatu sekolah sudah mengajukan usul kepada pemerintah dan sko-nya sudah keluar, maka prosedur ini tinggal menyelesaikan pengadaan macam alat/media yang dibutuhkan sesuai dengan besarnya pembiayaan yag disetujui.

6. Menunjuk seseorang (bagian perbekalan) untuk melaksanakan pengadaan alat. Penunjukan ini sebaiknya mengingat beberapa hal : keahlian, kelincahan berkomunikasi, kejujuran dan sebagainya dan tidak hanya seorang.

Menurut (Daryanto. 2013: 109) dalam melakukan penentuan kebutuhan ada kegiatan analisis kebutuhan, analisis anggaran, dan penyeleksian sarana prasarana sebelum mengadakan alat-alat tertentu. Berikut adalah prosedur analisis kebutuhan berdasarkan kepentingan pendidikan di Sekolah. Antara lain sebagai berikut :

a. Perencanaan Pengadaan Barang Bergerak

Barang yang habis dipakai, direncanakan dengan urutan sebagai berikut :

- Menyusun daftar perlengkapan yang disesuaikan dengan kebutuhan dari rencana kegiatan sekolah.

- Memperkirakan biaya untuk pengadaan barang tersebut setiap bulan.

- Menyusun rencana pengadaan barang menjadi rencana triwulan dan kemudian menjadi rencana tahunan.

Barang tak habis pakai , direncanakan dengan urutan sebagai berikut : - Menganalisis dan menyusun keprluan sesuai dengan rencana

kegiatan sekolah serta memperhatikan perlengkapan yang masih ada dan masih dapat dipakai.

- Memperkirakan biaya perlengkapan yang direncanakan dengan memperhatikan standar yang telah ditentukan.

- Menetapkan skala prioritas menurut dana yang tersedia, urgensi dan menyusun rencana pengadaan tahunan.

(9)

15

b. Penentuan kebutuhan barang Tidak Bergerak

Pengadaan barang tidak bergerak meliputi pengadaan tanah dan bangunan, direncanakan dengan urutan sebagai berikut :

- Mengadakan survei tentang keperluan bangunan yang direnovasi dengan maksud untuk memperoleh data mengenai : fungsi bangunan, struktur organisasi, jumlah pemakai dan jumlah alat-alat/ perabot yang akan ditempatkan.

- Mengadakan perhitungan luas bangunan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan disusun atas dasar data survei.

- Menyusun rencana anggaran biaya yang disesuaikan dengan harga standar yang berlaku di daerah yang bersangkutan.

- Menyusun pentahapan rencana anggaran biaya yang disesuaikan dengan rencana pentahapan pelaksanaan secara teknis, serta memperkirakan anggaran yang disediakan setiap tahun, dengan memperhatikan skala prioritas yang telah ditetapkan, sesuai dengan kebijakan departemen.

c. Perhitungan Kebutuhan Ruang Belajar

Menghitung kebutuhan ruang belajar harus memperhatikan tambahan jumlah siswa yang diperkirakan akan ditampung pada tahun yang akan datang. Perkiraan tambahan jumlah siswa didasarkan pada anak usia sekolah yang akan ditampung dan arus lulusan yang akan memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi ditingkat propinsi/kabupaten. Selain itu, juga perlu memperhatikan jumlah murid yang keluar dari sekolah baik lulusan, pindahan, maupun putus sekolah.

Perhitungan kebutuhan ruang belajar/guru tergantung dari jumlah tambahan siswa, jumlah rata-rata murid untuk setiap rombongan belajar/kelas, dan efisiensi penggunaan ruang belajar

(10)

16 (shift). Selanjutnya, perhitungan kebutuhan raung belajar dapat diformulasikan sebagai berikut.

- Jumlah siswa

- Kebutuhan yang diperkirakan sekarang - Tambahan ruang belajar

- Jumlah siswa - Rata-rata prer kelas

2. Proses pengadaan

Pengadaan sarana dan prasarana pendidikan merupakan upaya merealisasi rencana kebutuhan pengadaan perlengkapan yang telah disusun sebelumnya (Daryanto, 2013: 112) antara lain sbb :

a. Pengadaan buku, alat, dan perabot yang dilakukan dengan cara membeli, menerbitkan sendiri, dan meenerima bantuan/hibah.

b. Pengadaan bangunan, dapat dilaksanakan dengan cara membeli bangunan baru, membeli bangunan, menyewa bangunan, menerima hibah bangunan, menukar bangunan. c. Pengadaan tanah, dapat dilakukan dengan membeli,

menerima bahan, menerima hak pakai, dan menukar. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk kegiatan pengadaan sarana dan prasarana pendidikan menurut Barnawi (2012: 60), sebagai berikut :

a. Pembelian, adalah pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan dengan cara sekolah menyerahkan sejumlah uang kepada penjual untuk memperoleh sarana dan prasarana sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak. Pembelian dapat dilakukan jika kondisi keuangan sekolah memang memungkinkan.

b. Produk sendiri, merupakan cara pemenuhan kebutuhan sekolah melalui pembuatan sendiri baik oleh guru, siswa ataupun karyawan. Contohnya pembuatan alat peraga, media pembelajaran, hiasan sekolah, buku sekolah, dan lain-lain.

(11)

17 c. Penerimaan hibah, merupakan cara pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan dengan jalan menerima pembelian sukarela dari pihak lain.

d. Penyewaan, adalah cara pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan dengan jalan memanfaatkan sementara barang milik pihak lain untuk kepentingan sekolah dan sekolah membayar nya berdasarkan perjanjian sewa-menyewa.

e. Peminjaman, adalah cara pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan dengan jalan memanfaatkan barang pihak lain untuk kepentingan sekolah secara sukarela sesuai dengan perjanjian pinjam meminjam.

f. Pendaurulangan, adalah cara pemenuhan kebutuhan sarana dan prasarana pendidikan dengan jalan memanfaatkan barangbekas agar dapat digunakan untuk kepentingan sekolah.

g. Penukaran, adalah cara pemenuhan kebutuhan sarana dan orasarana pendidika dengan jalan menukarkan barang yang dimiliki sekolah dengan barang yang dimiliki pihak lain. h. Rekondisi/Rehabilitasi, adalah cara pemenuhan kebutuhan

sarana dan prasarana pendidikan yang telah mengalami kerusakan.

Suryosubroto menyebutkan, pengadaan sarana pendidikan ada beberapa kemungkinan yang bisa ditempuh antara lain dengan membelian dengan biaya pemerintah, Pembelian dengan biaya SPP, Bantuan dari BP3, Bantuan dari masyarakat lainnya.

3. Pemakaian

Pemakaian sarana prasarana dapat doakatakan dengan penggunaan, Depdiknas (2008) dalam Barnawi (2012: 77) menjelaskan bahwa penggunaan dapat dikatakan sebagai kegiatan pemanfaatan sarana dan prasarana pendidikan demi mencapai tujuan pendidikan.

(12)

18 Menurut Daryanto (2013: 123), ada dua prinsip yang harus diperhatikan dalam pemakaian perlengapan pendidikan yaitu prinsip efektivitas dan prinsip efisien. Penjelasan selanjutnya menyatakan bahwa prinsip efektivitas berarti semua pemakaian perlengkapan pendidikan di sekolah harus ditunjukan semata-mata dalam rangka memperlancar pencapaian tujuan pendidikan sekolah baik secara langsung maupun tidak langsung, sedangkan prinsip efisien berarti pemakaian semua perlengkapan pendidikan di sekolah secara hemat dan dengan hati-hati.

Herawan (2001) dalam Barnawi (2012: 78) menyebutkan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan sarana prasarana, antara lain :

a. Penyusunan jadwal penggunaan harus dihindari benturan dengan kelompok lain.

b. Hendaknya kegiatan-kegiatan pokok sekolah merupakan prioritas pertama.

c. Waktu/jadwal penggunaan hendaknya diajukan pada awal tahun ajaran.

d. Penugasan/penunjukan personel sesuai dengan keahlian pada bidangnya, misalnya petugas laboratorium, perpustakaan, operator komputer, dan sebagainya.

e. Penjadwalan dalam penggunaan sarana dan prasarana sekolah, antara kegiatan intrakurikuler dengan ekstrakurikuler harus jelas.

Di lihat dari segi pemakaian (penggunaan) terutama sarana alat perlengkapan dapat dibedakan atas :

a. Barang habis pakai

Daryanto (2013: 106) menjelaskan sarana pendidikan yang habis dipakai adalah segaal bahan atau alat yang apabila

(13)

19 digunakan bisa habis dalam waktu yang relatif singkat. Contohnya : kapur tulis, bahan kimia untuk praktik guru dan siswa.

b. Barang tidak habis pakai

barang tidak habis pakai juga dapat dikategorikan sarana pendidikan tahan lama, adalah keseluruhan bahan atau alat yang dapat digunakan secara terus menerus dan dalam waktu yang relatif lama (Arikunto, 2013: 107). Contohnya seperti : mesin tulis, atlas, globe.

Uraian tersebut juga di dukung oleh pendapat Arikunto (2009: 191) tentang pengaturan dalam penggunaan sarana merupakan dua kegiatan yang tidak dapat dipisahkan karena dilaksanakan silih berganti. Sehubungan dengan pengaturan dan penggunaan ini, maka sarana dapat dibedakan atas dua kategori :

- Alat-alat yang langsung digunakan dalam proses belajar mengajar seperti alat pelajaran, alat peraga dan media pendidikan.

- Alat-alat yang tidak langsung terlibat dalam proses belajar mengajar seperti : bangunan sekolah, meja guru, perabot kantor tata usaha, kamar kecil dan sebagainya.

Sarana prasarana merupakan fasilitas yang digunakan oleh seluruh pihak sekolah, maka dalam penggunaannya harus dilakukan secara silih berganti dengan sistem pengelolaan tertentu yang ditujukan semata-mata untuk menghasilkan manfaat bagi proses pembelajaran di sekolah.

(14)

20

4. Pengurusan dan pencatatan

Semua sarana prasarana harus diinventarisasi secara periodik, artinya secara teratur dan tertib berdasarkan ketentuan dan pedoman yang berlaku. Melalui inventarisai perlengkapan pendidikan diharapkan dapat tercipta administrasi barang, penghematan keuangan, dan mempermudah pemeliharaan dan pengawasan. Dalam kegiatan pengurusan akan dilaksanakan kegiatan pengaturan, disebutkan oleh Barnawi (2012: 67) yang menyebutkan ada tiga kegiatan yang dilakukan dalam proses pengaturan yaitu inventarisasi, penyimpanan dan pemeliharaan.

a. Inventarisasi

Bafadal ( 2003: 61) mengemukakan pengertian inventarisasi, yakni pencatatan dan penyusunan daftar barang milik negara secara sistematis, tertib, dan teratur berdasarkan ketentuan-ketentuan atau pedoman-pedoman yang berlaku. Selanjtnya oleh Barnawi (2012: 67) menjelaskan bahwa Inventarisasi merupakan kegiatan mencatat dan menyusun sarana dan prasarana yang ada secara teratur, tertib, dan lengkap berdasarkan ketentuan yang berlaku.

Inventarisasi adalah pencatatan dan penyusunan daftar sarana dan prasarana secara rutin, teratur, dan lengkap sesuai ketentuan yang berlaku.

(15)

21 Kegiatan inventarisasi meliputi pencatatan perlengkapan, pembuatan kode barang, dan pelaporan barang.

a). Pencataan perlengkapan

Pengelola bertugas mencatat semua barang-barang perlengkapan sekolah, baik barang inventaris dan barang bukan inventaris. Daryanto (2013: 127) menjelaskan pengertian barang inventaris dan barang bukan inventaris. Barang inventaris adalah keseluruhan perlengkapan sekolah yang dapat digunakan secara terus menerus dalam waktu yang relatif lama, seperti; meja, bangku, papan tulis, buku perpustakaan sekolah, dan perabitan-perabotan lainnya. Sedangkan barang yang bukan inventaris adalah semua barang semua barang habis dipakai, seperti; kapur tulis, kertas, dan barang-barang yang statusnya tidak jelas.

Barang inventaris adalah barang yang dipakai relatif lama, sedangkan barang bukan inventaris adalah barang yang habis jika digunakan dalam waktu yang relatif singkat.

b). Pembuatan kode barang

Gunawan (1996: 141) mengemukakan tentang pengertian Kode barang, merupakan sebuah tanda yang menunjukkan pemilikan barang., bertujuan untuk memudahkan semua

(16)

22 pihak dalam mengenal kembali semua perlengkapan, baik dilihat dari segi kepemilikan, penanggung jawab, maupun jenis dan golongannya. Jadi kode barang adalah tanda yang diberikan pada suatu barang untuk memudahkan dalam mengenal barang tersebut.

c). Pelaporan barang

Semua perlengkapan pendidikan di sekolah atau barang inventaris sekolah harus dilaporkan, termasuk perlengkapan baru kepada pemerintah, yaitu departemennya, sekolah swasta wajib melaporkannya kepada yayasannya (Bafadal, 2003:61). Sekolah negeri melaporkan sarana dan prasarana yang dimilikinya kepada pemerintah, sedangkan sekolah swasta melaporkan sarana dan prasarana yang dimilikinya kepada yayasan.

b. Penyimpanan

Barnawi (2012: 74) menjelaskan tentang penyimpanan sarana dan prasarana. Penyimpanan adalah kegiatan menyimpan sarana dan prasarana pendidikan di suatu tempat agar kualitas dan kuantitasnya terjamin. Untuk mempersiapkan gudang perlu diperhatikan beberapa faktor pendukungnya, seperti denah gudang, sarana pendukung gudang, dan keamanan.

(17)

23 Penyimpanan sarana dan prasarana adalah meletakan suatu benda di tempat tertentu agar kualitas dan kuantitasnya terjamin dengan memperhatikan beberapa faktor pendukung.

Prinsip yang harus diperhatikan dalam penyimpanan peralatan dan perlengkapan pengajaran sekolah menurut Daryanto (2005: 52), yaitu:

a). Semua alat-alat dan perlengkapan harus disimpan di tempat-tempat yang bebas dari faktor-faktor perusak seperti: panas, lembab, lapuk, dan serangga.

b). Harus mudah dikerjakan baik untuk menyimpan maupun yang keluar alat.

c). Mudah didapat bila sewaktu-waktu diperlukan.

d). Semua penyimpanan harus diadministrasikan menurut ketentuan bahwa persediaan lama harus lebih dulu dipergunakan.

e). Harus diadakan inventarisasi secara berkala.

f). Tanggung jawab untuk pelaksanaan yang tepat dan tiap-tiap penyimpanan harus dirumuskan secara terperinci dan dipahami dengan jelas oleh semua pihak yang berkepentingan.

Penyimpanan sarana dan prasarana harus memperhatikan beberapa prinsip, yaitu aman dari kerusakan; mudah untuk mengambil dan mengembalikan; harus diadministrasikan dan diinventarisasikan; serta tanggungjawab untuk pelaksanaan yang tepat.

c. Pemeliharaan

Program pemeliharaan yang memiliki tujuan untuk meningkatkan kinerja, memperpanjang usia pakai, menurunkan biaya perbaikan, dan menetapkan biaya efektif

(18)

24 pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah melestarikan kerapian dan keindahan, serta menghindarkan dari kehilangan atau setidaknya meminimalisasi kehilangan. Barnawi (2012: 74) mengemukakan pengertian pemeliharaan sarana dan prasarana. Pemeliharaan sarana dan prasarana adalah kegiatan untuk melaksanakan pengurusan dan pengaturan agar semua sarana dan prasarana selalu dalam keadaan baik dan siap untuk digunakan secara berdaya guna dan berhasil guna dalam mencapai tujuan pendidikan.

Pemeliharaan sarana dan prasarana adalah kegiatan merawat dan mengatur sarana dan prasarana yang telah tersedia agar kondisinya tetap baik, tidak mudah rusak, dapat digunakan dalam jangka yang relatif lama guna mencapai tujuan pendidikan.

5. Pertanggung jawaban

Penggunaan barang-barang inventaris sekolah harus dipertanggung jawabkan dengan jalan membuat laporan penggunaan barang-barang tersebut yang ditunjukan kepada instansi atasan (Kanwil) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Dalam Daryanto (2013: 126) menjelaskan bahwa kegiatan inventarisasi perlengkapan pendidikan meliputi :

1. Kegiatan yang berhubungan dengan pencatatan dan pembuatan kode barang perlengkapan.

(19)

25 2. Kegiatan yang berhubungan degan pembuatan laporan. Menurut Koesmadji dkk (2004) Dalam Daryanto (2013: 126), hal-hal umum yang diperlukan pada inventaris mencakup : Kode alat/bahan, nama alat/bahan, Spesifikasi alat/bahan (merk, tipe, dan pabrik pembuatan alat, sumber pemberi alat dan tahun pengadaan, tahun pengunaan, jumlah dan kuantitas, kondisi alat (baik atau rusak).

Manajemen sarana dan prasarana pendidikan bertugas mengatur dan menjaga sarana prasarana pendidikan agar dapat memberikan kontribusi secara optimal dan berarti pada jalannya proses pendidikan.

Berdasarkan uraian yang telah disampaikan, memberikan penjelasan bahwa terselenggaranya proses pendidikan secara efektif dan efisien di sekolah perlu di dukung adanya pendayagunaan atau pengelolaan semua sarana dan prasarana yang dimiliki oleh suatu institusi pendidikan. Kegiatan pengelolaan ini meliputi kegiatan penentuan kebutuhan, pengadaan, pemakaian, pencatatan dan pertanggung jawaban.

2.4 Tujuan Manajemen Sarana dan Prasarana

Daryanto (2013: 117) menyebutkan tujuan dari pada pengelolaan sarana dan prasarana sekolah ini adalah untuk memberikan layanan secara profesional berkaitan dengan sarana prasarana pendidikan. Agar pembelajaran bisa berlangung secara efektif dan efisien. Berkaitan dengan hal ini Bafadal (2003) dalam Daryanto (2013: 117) menjelaskan secara rinci tentang tujuan manajemen sarana prasarana pendidikan, untuk :

(20)

26  Mengupayakan pengadaan sarana prasarana sekola melalui sistem perencanaan dan pengadaan yang hati-hati dan seksama, sehingga sekolah memiliki sarana prasarana yang baik.

 Mengupayakan pemakaian sarana prasarana sekolah secara tepat dan efisien.

 Mengupayakan pemeliharaan sarana prasarana pendidikan, sehingga keberadaannya selalu dalam kondisi siap pakai dalam setiap diperlukan oleh pihak sekolah.

2.5 Prinsip Manajemen Sarana dan Prasarana

Beberapa prinsip dasar tentang manajemen sarana dan prasarana antara lain (Tim Dosen Administrasi Pendidikan UPI, 201: 55) adalah sbb :

a. Harus menggambarkan cita dan citra masyarakat seperti yang dinyatakan dalam filsafat dan tujuan pendidikan;

b. Perencanaan hendaknya merupakan pancaran keinginan bersama dengan pertimbanagn pemikiran tim ahli yang cukup cakap yang ada di masyarakat itu;

c. Hendaknya disesuaikan bagi kepentingan peserta didik, demi terbentuknya karakter/watak mereka dan dapat melayani serta menjamin mereka di waktu mengikuti pendidikan sesuai dengan bakatnya masing-masing;

d. Perabot dan perlengkapan serta peralatan hendaknya disesuaikan dengan kepentingan pendidikan yang bersumber dan kepentingan serta kegunaan atau manfaat bagi peserta didik dan tenag kependidikan;

e. Administrator lembaga pendidikan harus dapat membantu program pembelajaran secara efektif, melatih para tenaga kependidikan serta memilih alat dan cara menggunakannya agar mereka dapat menyesuaikan diri serta melaksanakan tugasnya sesuai dengan fungsi dan tugasnya;

f. Seorang penanggung jawab lembaga pendidikan harus mempunyai kecakapan untuk mengenal baik kualitatif maupun kuantitatif serta menggunakannya dengan tepat perabot dan perlengkapan yang ada;

g. Sebagai penanggungjawab lembaga pendidikan, harus mampu menggunakan serta memelihara perabot dan perlengkapan sekitarnya sehingga ia dapat membantu terwujudnya kesehatan, keamanan, dan keindahan serta kemajuan suatu lembaga; h. Sebagai penanggung jawab lembaga pendidikan bukan hanya

mengetahui kekayaan yang dipercayakan kepadanya, tetapi juga harus memperhatikan seluruh keperluan alat-alat pendidikan yang dibutuhkan peserta didik, sanggup menata dan memeliharanya.

(21)

27 Prinsip lain dalam mengelola sarana dan prasarana sekolah juga disampaikan oleh Bafadal (2003) dalam (Daryanto, 2013: 118) :

1. Prinsip pencapaian tujuan, yaitu sarana prasarana pendidikan di sekolah harus selalu dalam kondisi siap pakai apabila akan didayagunakan oleh personil sekolah dalam rangka pencapaian tujuan proses pembelajaran di sekolah. 2. Prinsip efisiensi, pengadaan sarana prasarana pendidikan di

sekolah harus dilakukan melalui perncanaan yang seksama, sehingga dapat diadakan saran pendidikan yang baik dengan harga yang murah. Demikian juga pemakaiaanya harus dengan hati-hati dan akan mengurangi pemborosan. 3. Prinsip administratif, yaitu manajemen sarana prasarana

pendidikan di sekolah harus memperhatikan Undang-Undang, Peraturan, Instruksi, dan petunjuk teknis yang diperlakukan oleh pihak yang berwenang.

4. Prinsip kejelasana tanggung jawab, yaitu manajemen sarana prasarana pendidikan di sekolah harus didelegasikan kepada personil sekolah yang mampu bertanggung jawab, apabila melibatkan banyak personil sekolah dalam manjemennya, maka perlu adanya deskripsi tugas dan tanggung jawab yang jelas untuk setiap personil sekolah 5. Prinsip kekohesifan, yaitu bahwa maanjemen sarana

prasarana pendidikan di sekolah itu harus direalisasikan dalam bentuk proses kerja sekolah yang sangat kompak.

2.6 Penelitian Terdahulu

Sutrisno melakukan penelitian dengan judul Manajemen Sarana Prasarana Pendidikan di SMP Wilayah Kecamatan Kedungjat Kabupaten Grobogan

Metode penelitian analisis deskriptif kualitatif, yaitu menggambarkan hasil penelitian dengan uraian-uraiaan berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama proses penelitian.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam perncanaan sarana prasarana semua SMP di wilayah Kedungjati Kabupeten Grobogan sudah

(22)

28 melaksanakan sesuai dengan standar operasional prosedur. Namun demikian, dalam hal perencanaan masih mengandalkan dropping Pemerintah, sehingga sering kali sarana yang diperoleh tidak sesuai dengan apa yang direncanakan. Dalam hal perawatan, sarana ini hanya terbatas pada perawatan ringan, mengingat keterbatasan pembiayaan yang ada. Hal yang dapat dilakukan adalah efisensi dan prinsip kehati-hatan dalam penggunaanya.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Sutrisno terdapat hal-hal yang menjadi persamaan dengan penelitian ini. Persamaannya adalah metode penelitian kualitatif dan dilakukan di jenjang pendidikan yang sama yakni Sekolah Menengah Pertama (SMP). Kesamaan selanjutnya yang dipandang dari sudut sekolah adalah sama-sama menggunakan cara yang efisien dan hati-hati di dalam pengunaan sarana sekolah.

2.7 Kerangka Berfikir

Manajemen sarana dan prasarana adalah proses kerjasama dalam pendayagunaan dan pengelolaan terkait sarana dan prasarana dalam proses penyelenggaraan pendidikan baik langsung maupun tidak langsung, secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Kegiatan tersebut antara lain berkaitan dengan :

1. Penentuan Kebutuhan

Merupakan kegiatan yang dilakukan pihak sekolah/pengurus, sebelum melakukukan pengadaan sarana prasarana di Sekolah.

(23)

29 Upaya merealisasikan rencana kebutuhan pengadaan perlengkapan yang telah disusun sebelumnya dalam kegiatan penentuan.

3. Penggunaan

Merupakan pemakaian alat perlengkapan sekolah yang terdiri dari bahan habis pakai dan bahan tidak habis pakai.

4. Pengurusan dan Pencatatan

Pengurusan ini berhubungan dengan pencatatan sarana prasarana yang berisi instrumen administrasi yakni buku inventaris, buku pembelian, buku penghapusan, kartu barang.

5. Pertanggungjawaban

Merupakan kegiatan yang berkaitan dengan laporan berupa inventarisasi perlengkapan, sebagai wujud pertanggung jawaban kepada instansi atasan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Dilihat dari manajemen sarana prasarana, beberapa kegiatan yang harus dilaksanakan oleh sekolah sebagai wujud untuk mencapai tujuan suatu sekolah yaitu penentuan kebutuhan, pengadaan, pemakaian, pengurusan dan pencatatan serta pertanggung jawaban.

(24)

30 Berdasarkan uraian tersebut, maka menghasilkan model kerangka berfikir sebagai berikut :

Gambar 1. Model kerangka berfikir

SMPN 02 TUNTANG

MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA DI SMPN 02 TUNTANG PENENTUAN KEBUTUHANN MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA PROSES PENGADAAN PENGGUNAAN PENCATATAN /PENGURUSAN PERTANGGUNG JAWABAN Manajemen menurut Mulyasa (2009:49) manajemen bertugas mengatur dan menjaga sarana dan prasarana pend agar memberikan kontribusi secara optimla dan berarti pd jalannya proses pend.

Sekolah menggunakan Lab IPA dan ruang multimedia sebagai tempat belajar sehri-hari.

Gambar

Gambar 1. Model kerangka berfikir

Referensi

Dokumen terkait

Sebagian besar wilayah Kabupaten Sukamara sebelah barat dan utara merupakan daerah daratan dengan ketinggian antara 7 - 100 meter dari atas permukaan laut, sedangkan wilayah

Jumlah daun bibit kakao pada awal penyimpanan tampaknya berpengaruh terhadap daya tumbuh bibit kakao cabutan yang disimpan selama 2, 3 dan 4 hari seperti pada Gambar 1.. Jumlah

Untuk mencapai tujuan penelitian yang diharapkan, peneliti berupaya secara optimal membina dan menciptakan hubungan yang bersifat integratif dengan para subjek

Dengan memanjatkan segala puji dan Rasa Syukur kehadirat Alloh SWT yang telah melimpahkan segala Rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis ini

Berdasarkan praktik kegiatan pengabdian kepada masyarakat di SMAN3 Salatiga, memperoleh kesimpulan; (1) Penguatan wawasan kebangsaan harus diartikan sebagai upaya

Tujuan yang hendak dicapai dalam tugas akhir ini adalah mencari metode dan skema operasi yang paling efisien dari beberapa pompa air yang disusun bertingkat tiga

Analisis ini mengasumsikan bahwa akan ada hubungan yang saling melengkapi ataupun menggantikan diantara variabel – variabel pengendalian yang mungkin tidak dapat

tal 2017 dapat dilihat pada warta halaman 11.. Bagi jemaat yang ingin memberikan persembahan Natal dapat mengambil amplop persembahan Natal yang tersedia di pintu masuk