• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN METODE PENGAMATAN. A. Tinjauan Pustaka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN METODE PENGAMATAN. A. Tinjauan Pustaka"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN METODE PENGAMATAN

A. Tinjauan Pustaka 1. Sistem

a. Pengertian Sistem

Dalam A.Rusdiana dan Moch. Irfan (2014:28) Kata “Sistem” berasal dari bahasa Yunani, yaitu systema, yang artinya himpunan bagian atau komponen yang saling berhubungan secara teratur dan merupakan suatu keseluruhan. Selain itu bisa diartikan sekelompok elemen yang independen, namun saling berkaitan sebagai satu kesatuan.

Dalam A.Rusdiana dan Moch. Irfan (2014:28-29) terdapat beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli diantaranya yaitu menurut Indrajit mengemukakan bahwa “Sistem mengandung arti kumpulan dari komponen yang dimiliki unsur keterkaitan antara satu dengan yang lain”. Menurut Harijono Djojodiharjo menyatakan bahwa “Sistem adalah sekumpulan objek yang mencakup hubungan fungsional antara tiap-tiap objek dengan hubungan ciri setiap objek yang secara keseluruhan merupakan suatu kesatuan secara fungsional”.

Menurut Murdick R.G dalam A.Rusdiana dan Moch. Irfan (2014:29) menyatakan bahwa “Sistem adalah seperangkat elemen yang membentuk kumpulan atau bagian-bagian pengolahan yang mencari suatu tujuan dengan mengoperasikan data dan/atau barang pada waktu tertentu untuk menghasilkan informasi”.

Menurut Jogianto dalam A.Rusdiana dan Moch. Irfan (2014:29) menyatakan bahwa “Sistem adalah kumpulan dari elemen yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sistem ini menggambarkan suatu kejadian dan kesatuan yang nyata, seperti tempat, benda, serta orang-orang yang ada dan terjadi”.

Menurut Prajudi Admosudirdjo dalam Moekijat (1991:04) menyatakan bahwa “Sistem sebagaimana telah saya rumuskan dalam bab-bab terdahulu adalah sesuatu yang terdiri atas objek-objek, atau unsur-unsur, atau kelompok-kelompok yang bertata-kaitan dan bertata-hubungan satu sama lain sedemikian rupa sehingga

(2)

unsur-unsur tersebut merupakan suatu kesatuan pemrosesan atau pengolahan tertentu”.

Menurut The Liang Gie dalam Moekijat (1991:04-05) menyatakan bahwa “Sistem itu diartikan sebagai suatu kebulatan dari bagian-bagian atau unsur-unsur yang paling berhubungan menurut suatu peraturan yang tertib guna mencapai maksud tertentu”.

Menurut Ensiklopedia Administrasi dalam Moekijat (1991:06), menjelaskan bahwa “Sistem adalah suatu rangkaian prosedur yang telah merupakan suatu kebulatan untuk melaksanakan suatu fungsi”.

Berdasarkan dari definisi-definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sistem adalah suatu kegiatan yang terdiri atas obyek-obyek atau unsur-unsur yang telah merupakan suatu kebulatan untuk melaksanakan suatu fungsi demi tercapainya suatu tujuan tertentu.

b. Karakteristik Sistem 1) Menurut Edhi Sutanta

Menurut Edhi Sutanta (Dalam bukunya A. Rusdiana dan Moch. Irfan, 2014:35-36) Karakteristik sistem yaitu sebagai berikut:

a) Komponen (components)

Komponen sistem adalah segala sesuatu yang menjadi bagian penyusun sistem. Komponen sistem dapat berupa benda nyata ataupun abstrak. Komponen sistem disebut sebagai subsistem. b) Batas (boundary)

Batas sistem diperlukan untuk membedakan suatu sistem dengan sistem yang lain. Tanpa adannya batas sistem, sangat sulit untuk memberikan batasan Scope tinjauan terhadap sistem.

c) Lingkungan (environments)

Lingkungan sistem adalah segala sesuatu yang berada di luar sistem lingkungan sistem yang dapat menguntungkan ataupun merugikan.

(3)

d) Penghubung atau antarmuka (interface)

Penghubung atau antarmuka merupakan sarana memungkinkan setiap komponen sistem, yaitu segala sesuatu yang bertugas menjembatani hubungan antarkomponen dalam sistem.

e) Masukan (input)

Masukan merupakan komponen sistem, yaitu segala sesuatu yang perlu dimasukan ke dalam sistem sebagai bahan yang akan diolah lebih lanjut untuk menghasilkan keluaran (output) yang berguna. f) Pengolahan (processing)

Pengolahan merupakan komponen sistem yang mempunyai peran utama mengolah masukan agar menghasilkan output yang berguna bagi para pemakainya.

g) Keluaran (output)

Keluaran merupakan komponen sistem yang berupa berbagai macam bentuk keluaran yang dihasilkan oleh komponen pengolahan.

h) Sasaran (objectives) dan tujuan (goal)

Setiap komponen dalam sistem perlu dijaga agar saling bekerja sama agar mampu mencapai sasaran dan tujuan sistem.

i) Kendali (control)

Setiap komponen dalam sistem perlu dijaga agar tetap bekerja sesuai dengan peran dan fungsinya masing-masing.

j) Umpan balik (feed back)

Umpan balik diperlukan oleh bagian kendali (control) sistem untuk mengecek terjadinya penyimpanan proses dalam sistem dan mengembalikannya pada kondisi normal.

2) Menurut Mcleon dan Schell

Menurut Mcleon dan Schell (dalam bukunya Badri Munir Sukoco, 2007:32), sebuah sistem yang baik memiliki karakteristik sebagai berikut:

(4)

a) Fleksibel

Walaupun sistem yang efektif adalah sistem yang terstruktur dan terorganisir dengan baik, namun sebaliknya cukup fleksibel agar lebih mudah disesuaikan dengan keadaan yang sering berubah. b) Mudah diadaptasikan

Sistem yang baik juga harus cepat dan mudah diadaptasikan dengan kondisi baru tanpa mengubah sistem yang lama maupun mengganggu fungsi utamanya.

c) Sistematis

Agar berfungsi secara efektif, hendaknya sistem yang ada bersifat logis dan sistematis, yaitu sistem yang dibuat tidak akan mempersulit aktivitas pekerjaan yang telah ada.

d) Fungsional

Sistem yang efektif harus dapat membantu mencapai tujuan yang telah ditentukan.

e) Sederhana

Sebuah sistem seharusnya lebih sederhana sehingga lebih mudah dipahami dan dilaksanakan.

f) Pemanfaatan sumber daya yang optimal

Sistem yang dirancang dengan baik akan menjadikan penggunaan sumber daya yang dimiliki organisasi dapat dioptimalkan pemanfaatannya.

(5)

Gambar II.1 Karakteristik Sistem

Sumber: Dalam buku A. Rusdiana dan Moch. Irfan (2014:38)

Sistem mempunyai karakteristik atau sifat-sifat tertentu, yaitu berupa input data yang dimasukkan ke dalam sistem yang dapat berupa maintenance input dan sinyal input, setelah itu proses atau pengolah yang akan mengubah masukan menjadi keluara, dan yang terakhir yaitu keluaran (output) yang merupakan berbagai macam bentuk keluaran yang dihasilkan oleh komponen pengolahan.

Pada PT. Sari Warna Asli Unit I Karanganyar untuk sistem yang sudah berjalan sudah sesuai dengan karakteristik sistem yang efektif, yaitu dalam pengelolaan sistem pengadaan dyestuff dan bahan pembatu pada kain oxford. Dalam sistem pengadaan tersebut maka untuk input datanya berupa Order Produksi dari Marketing, prosesnya (permintaan pembuatan resep, pembuatan bon pemakaian chemical dan dyestuff, pembuatan resume dan permintaan barang), dan output berupa laporan penggunaan chemical dan dyestuff pada setiap bulan yang dibuat oleh bagian akuntansi.

Batas Sistem

Lingkungan

Masukan Proses Keluaran

Mekanisme Pengendalia

n Umpan Balik

(6)

c. Klasifikasi Sistem

Dalam bukunya A. Rusdiana dan Moch. Irfan (2014:42-43), Sistem dapat diklasifikasikan dari beberapa sudut pandang, diantaranya sebagai berikut:

1) Sistem diklasifikasikan sebagai sistem abstrak dan sistem fisik. Sistem abstrak adalah sistem yang berupa pemikiran atau ide-ide yang tidak tampak secara fisik. Misalnya sistem teologia, yaitu sistem yang berupa pemikiran- pemikiran hubungan antara manusia dengan tuhan. Sistem fisik merupakan sistem yang ada secara fisik. 2) Sistem diklasifikasikan sebagai sistem alamiah dan sistem buatan

manusia. Sistem alamiah adalah sistem yang terjadi melalui proses alam, tidak dibuat manusia. Sistem buatan manusia yang melibatkan interaksi antara manusia dan mesin disebut dan human-machine system atau dan yang menyebut dengan man-machine system. Sistem informasi akuntansi merupakan contoh man-machine system karena menyangkut penggunaan komputer yang berinteraksi dengan manusia.

3) Sistem diklasifikasikan sebagai sistem tertentu dan sistem tidak tentu. Sistem tertentu beroperasi dengan tingkah laku yang sudah dapat diprediksi. Sistem komputer adalah contoh dari sistem tertentu yang tingkah lakunya dapat dipastikan berdasarkan program-program yang dijalankan. Sistem tidak tentu adalah sistem yang kondisi masa depannya tidak dapat diprediksi karena mengandung unsur probabilitas.

4) Sistem diklasifikasikan sebagai sistem tertutup (closed system) dan sistem terbuka. Sistem tertutup merupakan sistem yang tidak berhubungan dengan lingkungan luasnya. Sistem ini bekerja secara otomatis tanpa adanya turut campur tangan dari pihak luarnya. Sistem terbuka adalah sistem yang berhubungan dan terpengaruh dengan lingkungan luarnya.

(7)

Dari teori klasifikasi sistem diatas, sistem pengadaan dyestuff dan bahan pembantu pada kain oxford di PT. Sari Warna Asli Unit I Karanganyar menggunakan jenis sistem tertentu, karena sistem yang dijalankan berdasarkan sistem komputer yang dapat dipastikan berdasarkan program-program yang dijalankan untuk memudahkan dalam menyelesaikan tugas yang ada di PT. Sari Warna Asli Unit I Karanganyar.

d. Pelaku Sistem

Dalam bukunya A.Rusdiana dan Moch. Irfan (2014:35-36), Pelaku sistem terdiri atas tujuh kelompok, yaitu sebagai berikut:

1) Pemakai

Pada umumnya ada tiga jenis pemakai, yaitu operasional, pengawas, dan eksekutif .

2) Manajemen

Ada tiga jenis manajemen, yaitu manajemen pemakai yang bertugas menangani pemakaian ketika sistem baru diterapkan, manajemen sistem yang diterapkan dalam pengembangan sistem, manajemen umum yang terlibat dalam strategi perencanaan sistem dan sistem pendukung pengambilan keputusan.

3) Pemeriksa

Pemeriksa menentukan segala sesuatunya berdasarkan ukuran-ukuran standar yang dikembangkan di banyak perusahaan sejenis. 4) Penganalisis sistem

Fungsi dari penganalisis sistem antara lain sebagai berikut:

a) Arkeolog, yaitu menelusuri cara sistem lama berjalan, sistem tersebut dijalankan, dan segala hal menyangkut sistem lama; b) Inovator, yaitu membantu mengembangkan dan membuka

wawasan pemakai bagi kemungkinan lain;

c) Mediator, yaitu menjalankan fungsi komunikasi dari semua level, antara lain pemakai, manajer, programmer, pemeriksa,

(8)

dan pelaku sistem lain yang mungkin belum memiliki sikap dan cara pandangan yang sama; dan

d) Pimpinan, yaitu penganalisis sistem harus personal yang berpengalaman dari programmer atau desainer.

5) Pendesain Sistem

Pendesain sistem menerima hasil penganalisis sistem berupa kebutuhan pemakai yang tidak berorientasi pada teknologi tertentu, kemudian ditransformasikan ke desaian arsitektur tingkat tinggi dan dapat diformulasikan oleh programmer.

6) Programmer

Setelah penganalisis sistem memberikan hasil kerjanya dan diolah oleh pendesain sistem, programmer dapat mulai bekerja.

7) Personal Pengoperasian

Pelaku ini bertugas dan bertanggung jawab di pusat komputer, misalnya jaringan, keamanan perangkat lunak, pencetakan, back-up.

2. Pengadaan

a. Pengertian pengadaan

Pengadaaan sangat penting bagi perusahaan karena dapat mempermudah dan memperlancar jalannya operasi di perusahaan. Jumlah dan tingkat pengadaan berbeda-beda pada setiap perusahaan, tergantung volume produksi, jenis usaha dan proses produksinya. Pengadaan juga melibatkan beberapa pihak lain, maka perwujudan sistem pengadaan yang baik akan berdampak perilaku pihak yang terlibat. Pada dasarnya, pengadaan mementingkan faktor efisiensi dan efektifitas.

Menurut Adrian Sutedi (2009:3), mengatakan bahwa “Pengadaan merupakan suatu upaya pihak pengguna untuk mendapatkan atau mewujudkan barang dan jasa yang diinginkannya, dengan menggunakan metode dan proses tertentu agar dicapai kesepakatan harga, waktu, dan kesepakatan lainnya. Agar hakikat atau esensi pengadaan barang dan jasa tersebut dapat dilaksanakan sebaik-baiknya, maka kedua belah pihak yaitu

(9)

pihak pengguna dan penyedia haruslah selalu berpatokan pada filosofi pengadaan barang dan jasa, tunduk pada etika dan norma pengadaan barang dan jasa yang berlaku, mengikuti prinsip-prinsip, metode dan proses pengadaan barang dan jasa yang baku.

Dengan demikian terlihat bahwa banyaknya bahan-bahan yang disediakan akan menentukan besarnya penggunaan sumber-sumber di dalam perusahaan tersebut, demikian pula dengan kelancarannya. Berasilnya perusahaan dalam pengadaan bahan baku dapat dilihat dari dapat ditekannya biaya-biaya yang digunakan untuk membeli bahan baku tapi tujuan yang ingin dicapai seperti kualitas produk dan pelayanan yang diberikan dapat tercapai.

b. Jenis-Jenis Pengadaan Fisik

Menurut Freddy Rangkuti (2005:14-15), Setiap jenis pengdaan memiliki karekteristik sendiri dan cara pengelolaan yang berbeda. Pengadaan dapat dibedakan yaitu:

1) Pengadaan bahan mentah (raw material) yaitu pengadaan barang-barang berwujud, seperti besi, kayu, serta komponen-komponen lainnya yang digunakan dalam proses produksi;

2) Pengadaan komponen-komponen rakitan (purchased parts/ components), yaitu pengadaan barang-barang yang terdiri dari komponen-komponen yang diperoleh dari perusahaan lain, dimana secara langsung dapat dirakit menjadi suatu produk;

3) Pengadaan bahan pembantu atau penolong (supplies), yaitu pengadaan barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen barang jadi;

4) Pengadaan barang dalam proses (work in process), yaitu pengadaan barang-barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi atau yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi masih perlu diproses lebih lanjut menjadi barang jadi; dan

(10)

5) Pengadaan barang jadi (finished goods), yaitu pengadaan barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual atau dikirim kepada langganan.

c. Cara-Cara Pengadaan

Pengadaan barang dan jasa diawali dari adanya transaksi pembelian secara tunai, kemudian berkembang kearah pembelian berjangkau waktu pembayaran dan cara pembayaran lain. Menurut Adrian Sutedi (2009:2), pengadaan barang dapat dilakukan dengan cara, sebagai berikut:

1) Pengadaan barang dengan cara lelang

Lelang dilakukan dengan cara pihak pengguna menyampaikan daftar barang yang dibeli tidak hanya kepada satu tetapi kepada beberapa pihak penyedia barang. Dengan meminta penawaran kepada beberapa pihak penyedia barang, pengguna dapat memilih penawaran yang paling murah dari setiap jenis barang yang akan dibeli.

2) Pengadaan barang dengan cara pemesanan

Pegadaan barang dengan cara pemesanan, dikarenakan barang yang dibutuhkan belum tersedia bebas dipasaran. Agar barang yang dipesan dapat dibuat seperti yang diinginkan, maka pihak pemesan menyusun secara tertulis nama, jenis, spesifikasi dan jumlah barang (dokumen pemesanan barang). Kemudian diserahkan kepada pihak penyedia barang. Pengadaan barang dengan cara pemesanan dapat dilakukan pada barang bergerak maupun tidak bergerak.

d. Etika Pengadaan

Mengingat dalam proses pengadaan berhubungan dengan pihak lain, maka diperlukan adanya etika agar tidak terjadi perselisihan dalam proses pengadaan. Adapun etika pengadaan yang diatur dalam Keppres

(11)

No. 80 Tahun 2003 Pasal 5 butir a sampai dengan h, dalam buku yang tertulis oleh Adrian Sutedi (2009:10), yaitu:

1) Melaksanakan tugas secara tertib, disertai tanggung jawab untuk mencapai sasaran kelancaran dan ketepatan tercapainya tujuan pengadaan barang dan jasa;

2) Bekerja secara profesional dan mandiri atas dasar kejujuran, serta menjaga kerahasiaan dokumen pengadaan barang dan jasa yang seharusnya dirahasiakan untuk mencegah terjadinya penyimpangan dalam pengadaan barang dan jasa;

3) Tidak saling mempengaruhi baik langsung maupun tidak langsung untuk mencegah dan menghindari terjadinya persaingan yang tidak sehat;

4) Menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusan yang ditetapkan sesuai dengan kesepakatan para pihak;

5) Menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan kepentingan para pihak terkait, langsung maupun tidak langsung dengan proses pengadaan barang dan jasa (conflict of interest);

6) Mengindari dan mencegah terjadinya pemborosan dan kebocoran keuangan negara dalam pengadaan barang dan jasa;

7) Menghindari dan mencegah penyalahgunaan wewenang (seperti kolusi) dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan atau pihak lain yang secara langsung atau tidak langsung merugikan keuangan negara; dan

8) Tidak menerima, tidak menawarkan atau tidak menjajikan untuk memberi atau menerima hadiah, imbalan berupa apa saja kepada siapa pun yang diketahui atau patut diduga berkaitan dengan pengadaan barang dan jasa.

e. Prinsip Pengadaan

Pengadaan barang dan jasa harus dilaksanakan prinsip-prinsip pengadaan, prinsip utama pengadaan barang dan jasa adalah efesiensi dan

(12)

efektifitas. Prinsip-prinsip pengadaan diatur dalam Keppres No. 80 Tahun 2003 Pasal 3, dalam buku yang ditulis oleh Adrian Sutedi (2009:12-13) yaitu, sebagai berikut:

1) Efisien

Yang dimaksud dengan prinsip efisien berarti pengadaan barang dan jasa harus diusahakan dengan menggunakan dana dan daya terbatas untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam waktu sesingkat-singkatnya dan dapat dipertanggungjawabkan;

2) Efektif

Yang dimaksud dengan prinsip efektif bahwa dalam pengadaan barang dan jasa harus didasarkan pada kebutuhan yang telah ditetapkan (sasaran yang ingin dicapai) dan dapat memberikan manfaat yang tinggi dan sebenar-benarnya sesuai sasaran yang dimaksud;

3) Persaingan Sehat

Yang dimaksud dengan prinsip persaingan yang sehat dalam pengadaan barang dan jasa adalah diberinya kesempatan kepada semua penyedia barang dan jasa yang setara dan memenuhi persyaratan sesuai ketentuan, untuk menawarkan barang dan jasanya berdasarkan etika dan norma pengadaan yang berlaku, dan tidak terjadi kecurangan dan praktik KKN;

4) Terbuka (Transparansi)

Yang dimaksud dengan prinsip terbuka dalam pengadaan barang dan jasa adalah memberikan semua informasi dan ketentuan mengenai pengadaan barang dan jasa, termasuk syarat teknis administrasi pengadaan, tata cara evaluasi, hasil evaluasi, penetapan calon penyedia barang dan jasa, yang sifatnya terbuka kepada peserta penyedia barang dan jasa, yang sifatnya terbuka kepada peserta penyedia barang dan jasa yang berminat, serta bagi masyarakat luas pada umumnya;

(13)

5) Tidak diskriminatif (Adil)

Yang dimaksud dengan tidak diskriminatif dalam pengadaan barang dan jasa adalah pemberian perlakuan yang sama kepada semua calon penyedia barang dan jasa yang berminat mengikuti pengadaan barang dan jasa, dan tidak mengarah untuk memberi keuntungan kepada pihak tertentu dengan cara dan/ atau alasan apapun; dan

6) Akuntabilitas

Yang dimaksud dengan akuntabilitas dalam pengadaan barang dan jasa adalah adanya pertanggungjawaban pelaksanaan pengadaan barang dan jasa (laporan) kepada para pihak yang terkait dan masyarakat berdasarkan etika, norma, dan ketentuan peraturan perundang- undangan yang berlaku.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pengadaan barang dilakukan secara bekerjasama dengan pihak lain untuk memperlancar kegiatan produksi dengan mempertimbangkan faktor efisiensi dan efektifitas masing-masing pihak. Pengadaan dilakukan dengan berpedoman pada etika dan prinsip-prinsip pegadaan barang dan jasa.

Sistem pengadaan barang digunakan untuk membantu memperlancar proses produksi. Kelancaran proses produksi menyangkut kelangsungan hidup perusahaan, sehingga sistem dan prosedur pengadaan sangat penting untuk perusahaan. Sistem pengadaan juga berfungsi sebagai pedoman yang harus dipatuhi karena peranannya penting dalam proses manajemen.

Pada PT. Sari Warna Asli Unit I Karanganyar, untuk mengadakan dyestuff dan bahan pembantu (chemical) pada kain oxford berdasarkan permintaan dari bagian gudang kecil dan gudang besar yang kemudian diserahkan pada bagian pembelian. Bagian gudang mempunyai permintaan dan kebutuhan yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan barang yang akan diproduksi, sehingga bagian pembelian selaku petanggung jawab

(14)

terhadap kelangsungan pengadaan barang berperan penting dalam menindak lanjuti permintaan kebutuhan barang. Untuk pengadaan dyestuff dan bahan pembantu (chemical) di PT. Sari Warna Asli Unit I Karanganyar berdasarkan pengadaan yang dilakukan dengan berpedoman pada etika dan prinsip- prinsip pegadaan barang dan jasa.

3. Dyestuff

a. Pengertian Dyestuff (Zat warna)

Menurut Arifin Lubis (1993:5) mengatakan bahwa “Zat Warna adalah zat yang digunakan untuk memberi warna pada bahan (kain atau benang) dengan cara dicelupkan atau dicap”. Zat warna yang dapat digunakan untuk pencapan sama seperti macam zat warna yang digunakan untuk pencelupan tekstil. Dalam perdagangan terdapat zat warna (dyestuff) dalam bentuk bubuk atau bubuk halus yang dapat dilarutkan dalam air atau yang tidak larut dalam air tetapi mudah didispersikan dan banyak juga dalam bentuk pasta.

b. Klasifikasi Dyestuff (Zat warna)

Menurut Oriyati dan Winarni Chatib (1995:31-83) menerangkan adanya klasifikasi dyestuff dalam proses pembuatan kain, yaitu sebagai berikut:

1) Zat Warna (Dyestuff) direk

Pewarnaan menggunakan zat warna (dyestuff) direk dapat dilakukan pada bahan yang berasal dari serat kapas, rayon, sutera, dan wol. Sebenarnya macam warnanya sangat banyak dan beberapa di antaranya mempunyai ketahanan sinar yang sangat baik. Akan tetapi pada umumnya hasil pewarnaan dengan zat warna direk mempunyai sifat tahan cuci yang kurang baik. Pemakaian zat warna Direk pada waktu ini telah banyak digantikan oleh zat warna reaktif dan zat warna pigmen, karena hasilnya mempunyai sifat ketahanan yang lebih baik.

(15)

2) Zat Warna (Dyestuff) Asam

Pewarnaan dengan zat warna asam baik digunakan untuk serat wol dan sutera. Warnanya mengkilap dan ketahanan cucinya baik. Untuk pewarnaan serat kapas jarang dipakai karena zat warna asam tidak terfiksasi pada serat kapas. Pemakaian zat warna asam untuk rayon viskosa dewasa ini terdesak oleh zat warna Reaktif “Precion” yang mempunyai ketahanan cuci yang lebih baik. Pemakaian zat warna asam bertambah luas untuk pewarnaan serat poliamida.

3) Zat Warna (Dyestuff) Basa

Pewarnaan serat selulosa dan rayon viskosa dengan zat warna basa jarang dilakukan. Ketahanan lunturnya kurang baik. Meskipun kilapnya sangan baik dan harganya murah, akan tetapi zat warna basa lebih banyak dipakai untuk keperluan-keperluan yang bukan tekstil misalnya untuk tinta kertas dan pencapan kertas. Biasanya zat warna basa dipakai untuk pewarnaan wol dan sutera.

4) Zat Warna (Dyestuff) Belerang

Zat warna belerang jarang digunakan untuk pewarnaan karena zat warna dan zat-zat pembantunya tidak stabil, dan merusak atau mempengaruhi peralatan pewarnaan yang dipakai. Meskipun demikian, masih sering dipakai unuk proses etsa putih dan etsa berwarna pada serat kapas.

5) Zat Warna (Dyestuff) Bejana

Pewarnaan dengan zat warna bejana dapat dilakukan pada bahan yang berasal dari serat selulosa, rayon viskosa, wol, sutera, selulosa asetat, poliester, poliamida, poliakrilat, dan polivinyl.

6) Zat Warna (Dyestuff) Naphtol

Pewarnaan dengan zat warna naphtol dapat dipakai untuk serat kapas, tetapi tidak banyak dilakukan karena prosesnya panjang. Daya serapnya terdapat rayon viskosa lebih besar dari pada terdapat kapas, sehingga penghilangkan sisa naphtol yang tidak dibangkitkan dengan garam diazonium dari dalam bahan akan lebih sulit. Zat

(16)

warna Naphtol memberikan warna-warna yang cerah dengan ketahanan sinar sedang sampai baik.

7) Zat Warna (Dyestuff) Rapid

Zat warna ini terutama dipakai untuk serat kapas. Mempunyai sifat cepat mengering dan kilapnya baik. Penggunaanya sekarang sudah banyak digantikan oleh zat warna reaktif.

8) Zat Warna (Dyestuff) Reaktif

Pewarnaan dengan zat warna reaktif pada umumnya digunakan pada bahan tekstil yang terbuat dari serat selulosa seperti kapas dan rayon. Selain itu zat warna reaktif juga dapat digunakan dalam pewarnaan sutera, wol, dan poliamida. Sebagaimana dalam pewarnaan, maka dua jenis zat warna reaktif, yaitu reaktif panas dan reaktif dingin dapat digunakan dalam pewarnaan.

9) Zat Warna (Dyestuff) Dispersi

Pewarnaan dengan zat warna dispersi pada umumnya digunakan pada bahan tekstil yang terbuat dari serat buatan, terutama serat poliester dan asetat rayon. Selain itu zat warna dispersi banyak juga digunakan dalam pewarnaan poliamida dan poliakrilat.

10) Zat Warna (Dyestuff) Pigmen

Pewarnaan dengan zat warna pigmen dapat dilakukan pada berbagai macam serat, baik serat alam, serat buatan, maupun serat campuran. Kekurangan dari hasil pewarnaan dengan zat warna pigmen pada umunya meliputi sifat tahan gosok basah yang kurang baik, serta pegangan kain yang kaku.

11) Zat Warna (Dyestuff) Campuran

Bahan tekstil yang terbuat dari serat campuran pada umumnya berupa benang lusi maupun benang pakan terdiri dari dua atau lebih macam serat dan benang lusi terdiri dari satu macam serat, sedang benang pakan terdiri dari satu macam serat lain yang berbeda. Jenis zat warna terakhir ini pada umumnya pewarna dengan cara dicelup sehingga diperoleh dua macam warna yang berbeda secara

(17)

kontradiktif sedang jenis pertama dapat diwarnai dengan dicelup atau cap yang pada umumnya diharapkan memberikan satu warna.

Dari teori klasifikasi zat pewarna (dyestuff) diatas, maka untuk pengadaan dyestuff dan bahan pembantu pada kain oxford di PT. Sari Warna Asli Unit I Karanganyar menggunakan jenis zat pewarna Dispersi dan zat warna Reaktif. Berdasarkan kontruksi kain Oxford 𝐓𝐑𝟑𝟎

𝐓𝐑𝟏𝟔

124 44 48 merupakan jenis kain bahan campuran antara Teteron (zat warna dispers) dan jenis kain Rayon (zat warna Reaktif). Maka dari itu PT. Sari Warna Asli Unit I Karanganyar menggunakan zat warna dispersi dan zat warna reaktif karena keunggulan penggunaan zat warna dispersi dan reaktif adalah warnanya yang cerah serta mudah pemakaiannya. Bahan pewarnaan dengan pasta cap yang mengandung zat warna dispersi dan zat warna reaktif, alkali (natrium bikarbonat), zat anti reduksi (natrium meta nitro benzena sulfonat), zat higroskopis (urea), pengentalan (Indalca PA 3) dan air.

4. Bahan Pembantu (Chemical)

a. Pengertian Bahan Pembantu (Chemical)

Menurut Sewan Susanto (1980:107) mengatakan bahwa “Bahan pembantu adalah segala obat kimia yang dipakai sebagai penyempurnaan pada proses pertekstilan”. Pada PT. Sari Warna Asli Unit I Karanganyar, selain terdapat zat pewarna (dyestuff) juga terdapat bahan pembantu (chemical) sebagai penyempurnakan pada proses pertekstilan. Pengadakan bahan pembantu (chemical) berdasarkan pengelompokan jenis pemrosesan mesinnya, misalnya dalam proses pretreatment, finishing, dyeing, dan printing. Berdasarkan pengelompokan jenis mesin untuk pengadaan bahan pembantu (chemical) juga berbeda-beda sesuai dengan kebutuhan barang yang akan diproduksi.

(18)

b. Jenis-Jenis Bahan Pembantu (Chemical)

Dalam buku Departemen Dyeing- Finishing (1996:7-18) bahan-bahan pembantu atau Chemical yang penting dan yang perlu digunakan untuk pemrosesan pentekstilan di PT. Sari Warna Asli Unit I Karanganyar yaitu sebagai berikut:

1) Ultravon G.P adalah zat pembantu yang sangat efektif sebagai zat aktif permukaan yang mempunyai detergensi, penghilang kotoran dan daya basa baik.

2) Sandopan. D L F adalah zat pembantu yang berfungsi sebagai zat pembasah dan mempunyai daya cuci baik serta tidak berbusa.

3) Contavan. ALR adalah zat pembantu yang berfungsi sebagai organik stabilizer H202 pada proses kontinyu bleaching.

4) Securon 540 adalah zat pembantu yang berfungsi sebagai complexing agent untuk menurunkan atau menghilangkan kesadaran air baik logam alkali maupun logam berat.

5) Tinoclarite. Cbb adalah zat pembantu yang berfungsi sebagai stabilizer H202 untuk proses alkali bleach sistem kontinyu dan tidak mengandung silicate.

6) Invadine. L.u. Extra adalah zat pembantu yang berfungsi sebagai wetting agent untuk semua proses dan tahan alkali serta tahan asam. 7) Matexil DA-N adalah zat pembantu yang berfungsi sebagai

dispersing agent untuk pencelupan PE dan Poliester Cotton dengan zat warna Dispersi.

8) Sodium Hydro Sulfite adalah Zat pembantu yang berfungsi sebagai pereduksi zat warna waktu proses R.C setelah pencelupan PE atau TC dengan zat warna dispersi.

9) Depsolube. Aca. adalah Zat pembantu yang berfungsi sebagai lubricant untuk mencegah terjadinya crease mark waktu proses di jet dyeing atau winch.

(19)

10) Antimussol. Sf. Liquid adalah Zat pembantu yang berfungsi sebagai mencegah terjadinya busa selama proses Scouring, Bleaching, dyeing dan printing.

11) Leomine N-60 New adalah Zat pembantu yang berfungsi sebagai Softener yang digunakan untuk Finishing dan juga pada pasta printing pigment.

12) Silvatex. Scp adalah Zat pembantu yang berfungsi sebagai OBH untuk serat selulosa dengan substantivity sedang.

13) Appretan. T.S adalah Zat pembantu yang berfungsi sebagai Finishing agent untuk mendapatkan pegangan atau Handling tertentu seperti tabel, smooth dsb.

14) Novaprint. K adalah Zat pembantu yang berfungsi sebagai Synthetic Thickener pada campuran pasta printing zat warna dispersi dan pigment printing (pengental).

15) Sodium Alginate adalah Zat pembantu yang berfungsi sebagai pengentalan alam untuk mengantur viscosity atau kekentalan pasta printing sesuai yang dikehendaki.

16) Luprintol FC-408 adalah Zat pembantu yang berfungsi sebagai zat pengelmusi (emesifier) waktu pembuatan pengentalan emulsi (ait + minyak + zat pengemulsi).

5. Kain Oxford

Pengertian kain menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah “Barang yang ditenun dari benang kapas”. Menurut R.E. Dahlan dan Okim Djamir (1983:9) menjelaskan bahwa “bahan baku dalam pembuatan kain adalah berupa benang”. Sesuai dengan maksud proses dan tujuan akhirnya benang tersebut dapat dibedakan dalam benang-benang lusi, pakan dan benang rajut. Sedangkan sesuai dengan penggunaannya benang itu masih dibedakan pula dalam jenis seratnya seperti kapas, sutera dan benang serat campuran, disamping macamnya yaitu benang-benang. Benang pakan dapat terbuat dari serat alam (cotton, rayon, dan woll), serat buatan (Polyester dan texture) atau

(20)

serat campuran (teteron cotton dan teteron rayon). Berdasarkan judul yang diambil maka penulis memfokuskan pengamatan pada jenis kain Oxford karena jenis kain ini lebih diminati oleh buyer. Kain Oxford dengan kontruksi 𝐓𝐑𝟑𝟎

𝐓𝐑𝟏𝟔

124 44 48 merupakan jenis serat kain campuran karena gabungan dari serat Teteron dan serat Rayon. Dengan kontruksi kain 𝐓𝐑𝟑𝟎 𝐓𝐑𝟏𝟔 ⁄ 124 44 48 maka dapat dijelaskan bahwa nomer benang 30 dengan jumlah benang lusi sebanyak 124 dan pada benang pakan nomer benang 16 dengan jumlah benang pakan 44 sedangkan angka 48 menunjukan lebar kain yaitu 48 inchi, satu inchi serata dengan 2,54 jadi lebar kain yang diperoleh yaitu 121,92 cm. Pada PT. Sari Warna Asli Unit I Karanganyar memproduksi berbagai jenis dagang merk kain antara lain sebagai berikut:

a. Oxford b. Golden Mella c. Kantata d. Cotton e. Grand Canyon f. Grand Slam g. Daichibo h. Mustang i. Super Polino j. Microtex

(21)

B. Metode Pengamatan

1. Lokasi Pengamatan

Lokasi pengamatan yang penulis lakukan adalah pada PT. Sari Warna Asli Unit I Karanganyar yang beralamat Jalan Solo-Sragen KM. 11,4 Kebakkramat, Karanganyar. Pemilihan lokasi pengamatan tersebut berdasarkan pertimbangan sebagai berikut:

a. Penulis mengambil judul tentang sistem pengadaan dyestuff dan bahan pembantu pada kain oxford maka penulis tertarik untuk melakukan pengamatan di PT. Sari Warna Asli Unit I Karanganyar bagian Planing Product Control (PPC) yang merupakan perusahaan cukup besar yang bergerak dalam bidang textile yang mengurusi masalah pengadaan dyestuff dan bahan pembantu pada kain oxford dan juga mengutamakan ketepatan dan kepuasan pelanggan (buyer) dalam pelayanan sehingga sistem yang ada harus dilaksanakan dengan lancar agar dalam memberikan pelayanan kepada pelanggan bisa memuaskan.

b. Pelaksanaan kegiatan pengadaan dyestuff dan bahan pembantu pada kain oxford di PT. Sari Warna Asli Unit I Karanganyar tidak sepenuhnya sesuai dengan sistem. Dyestuff dan bahan pembantu yang diterima tidak seluruhnya sesuai jadwal kedatangan sehingga terjadi keterlambatan pencelupan kain dari jadwal yang telah ditentukan. Akibatnya terjadi pengunduran delivery pengiriman kain kepada pembeli.

2. Jenis Pengamatan

Pengamatan ini menggunakan jenis atau metode“deskriptif kualitatif” yang dapat memberikan gambaran atau memaparkan suatu peristiwa. Penelitian kualitatif melibatkan kegiatan ontologi. Data yang dikumpulkan dan dinyatakan dalam bentuk kata-kata dan gambar, kata-kata disusun dalam kalimat, misalnya kalimat hasil wawancara antara pengamat dan informan. Dalam pengertian lain pengamatan deskriptif adalah proses pemecahan masalah yang diselidiki dengan melukiskan subjek dan objek pengamatan

(22)

pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang terlihat dan bagaimana adanya.

Menurut H.B Sutopo (2002:49-54), metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan objek pengamatan pada saat sekarang, berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. Sedangkan yang dimaksud bersifat kualitatif adalah pengamatan yang bersifat atau mempunyai karakteristik bahwa datanya dinyatakan dalam keadaan sewajarnya dan sebagaimana adanya.

Dalam melaksanakan pengamatan, penulis menggunakan pendekatan deskriptif dengan observasi peran penuh. Jenis observasi berperan penuh diartikan bahwa pengamat memang memiliki peran dalam lokasi pengamatannya sehingga benar-benar terlibat dalam suatu kegiatan yang diamatinya (H.B. Sutopo 2002:68-69 dalam Metodologi Penelitian Kualitatif). Dalam pengamatan ini penulis mendeskripsikan tentang sistem pengadaan dyestuff dan bahan pembantu pada kain Oxford di PT. Sari Warna Asli Unit I Kebakkramat Karanganyar.

3. Sumber Data

Apabila penulis sudah menemukan suatu objek pengamatan, maka langkah selanjutnya adalah menetapkan sumber mana yang paling diperlukan dan tepat untuk dimanfaatkan bagi pengamatan tersebut. Adapun sumber data yang digunakan dalam pengamatan ini menurut H.B. Sutopo (2002:49-54) adalah sebagai berikut:

a. Narasumber (Informan)

Informan menurut H.B. Sutopo (2002:50) adalah Seorang atau sekelompok orang yang mengetahui secara jelas tentang suatu keadaan sehingga dapat memberikan informasi. Dengan memberikan beberapa pertanyaan yang sudah terstruktur kemudian satu persatu diperdalam untuk memperoleh keterangan yang lebih lanjut. Dalam pengamatan posisi

(23)

Sumber Daya Manusia sangat penting perannya sebagai individu yang memiliki informasi.

Pemilihan informan dilakukan dengan “Purposive Sampling” dengan penelitian cenderung dianggap mengetahui informasi dan masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap. Bahkan di dalam pelaksanaan pengumpulan data pilihan informan dapat berkembang sesuai dengan kebutuhan dan kemantapan penulis dalam memperoleh data”.(H.B. Sutopo 2002:56).

Penulis memperoleh data dari hasil wawancara kepada pihak-pihak yang memahami hal-hal yang berkaitan dengan permasalahan dan pengamatan. Dalam pengamatan ini penulis mendapatkan data dari narasumber (informan) yaitu pegawai dari PT. Sari Warna Asli Unit I Karanganyar di bagian Planing Product Control (PPC), bagian logistik dan bagian laborat yang khusus menangani masalah pengadaan dyestuff dan bahan pembantu pada kain oxford yaitu:

1) Kepala Bagian (Kabag) Planing Product Control (PPC); 2) Kepala Bagian (Kabag) di bagian Logistik;

3) Kepala Bagian (Kabag) di bagian Laborat; dan

4) Karyawan pelaksana di bagian Planing Product Control (PPC), bagian Logistik, dan bagian Laborat yang menangani pengadaan dyestuff dan bahan pembantu pada kain oxford.

b. Peristiwa, Aktivitas dan Perilaku

Menurut H.B Sutopo (2002:51-52) dalam bukunya yang berjudul “Metodologi Penelitian Kualitatif” mengemukakan bahwa dari pengamatan pada peristiwa atau aktivitas, Penulis bisa mengetahui proses bagaimana sesuatu terjadi secara lebih pasti karena menyaksikan sendiri secara langsung.

a) Peristiwa yaitu sebagai sumber data memang sangat beragam, dari berbagai peristiwa, baik yang terjadi secara sengaja ataupun tidak, aktivitas rutin yang berulang atau yang hanya satu kali terjadi,

(24)

aktivitas yang formal ataupun yang tidak formal, dan juga yang tertutup ataupun yang terbuka untuk bisa diamati oleh siapa saja. b) Aktivitas merupakan kegiatan yang formal dan bisa diamati oleh

siapa saja tanpa persyaratan tertentu.

c) Perilaku yaitu dengan berbagai permasalahan yang memerlukan pemahaman lewat kajian terhadap perilaku atau sikap dari para pelaku dalam aktivitas yang dilakukan atau yang terjadi sebenarnya secara langsung.

c. Dokumen dan arsip

Menurut H.B Sutopo (2002:54) dalam bukunya yang berjudul “Metodologi Penelitian Kualitatif” mengemukakan bahwa “Dokumen dan arsip merupakan bahan tertulis yang berkaitan dengan suatu peristiwa atau aktivitas tertentu, yaitu merupakan rekaman tertulis (bisa berupa gambar atau benda peninggalan yang berkaitan dengan peristiwa tertentu) dan rekaman yang bersifat formal dan terencana dalam organisasi”. Banyak peristiwa yang telah lama terjadi bisa diamati dan dipahami atas dasar kajian dari dokumen dan arsip-arsip, baik secara langsung maupun tidak langsung sangat berkaitan dengan permasalahan yang diteliti. Dokumen dan arsip yang berhubungan dengan sistem pengadaan dyestuff dan bahan pembantu pada kain Oxford di PT. Sari Warna Asli Unit I Karanganyar berdasarkan ijin dari pihak perusahaan.

Dokumen yang menjadi sumber data dalam pengamatan ini adalah berkas yang digunakan dalam sistem pengadaan dyestuff dan bahan pembantu pada kain Oxford yaitu sebagai berikut:

1) Rekap Order Produksi (OP) dari bagian Marketing; 2) Order Produksi (OP) Finishing;

3) Contoh Instruksi Resep dari Bagian Laborat; 4) Bon Pemakaian Chemical dan Dyestuff; 5) Resume Chemical;

(25)

7) Dokumen Purchase Order (OP); 8) Surat Jalan;

9) Surat Perintah Menerima Barang (SPMB); 10) Surat Tanda Penerimaan Barang (STPnB);

11) Laporan Tanda Mutasi Gudang (TMG) Chemical; 12) Laporan Harian Stock Chemical dan Dyestuff; 13) Laporan Stock Gudang Chemical; dan

14) Laporan Pemakaian Chemical dari Bagian Akuntansi.

4. Teknik Pengumpulan Data

Menurut H.B. Sutopo (2002:58), Sumber data dalam penelitian kualitatif terdiri dari beragam jenis, bisa berupa orang, peristiwa dan tempat atau lokasi, benda serta dokumen atau arsip. Beragam sumber data tersebut menuntut cara atau teknis pengumpulan data tertentu yang sesuai guna mendapatkan data yang diperlukan untuk menjawab permasalahannya. Metode yang dipergunakan dalam pengamatan ini adalah sebagai berikut:

a. Wawancara (Interview)

Wawancara secara lain bisa disebut dengan interview. Wawancara merupakan suatu metode pengumpulan berita, data atau fakta di lapangan. Prosesnya dapat dilakukan secara langsung dengan bertatap muka langsung (face to face) dengan narasumber. Namun, bisa juga dilakukan dengan tidak langsung seperti melalui telepon, internet, atau surat (wawancara tertulis).

Tujuan utama melakukan wawancara menurut H.B Sutopo (2002:56) dalam bukunya yang berjudul “Metodologi Penelitian Kualitatif” adalah sumber yang sangat penting dalam pengamatan kualitatif adalah berupa manusia yang dalam posisi sebagai narasumber atau informan untuk mengumpulkan informasi dari sumber data ini diperlukan teknik wawancara terstruktur dalam bentuk wawancara mendalam. Wawancara dilakukan penulis yaitu dengan:

(26)

2) Kepala Bagian (Kabag) di bagian Laborat; 3) Kepala Bagian (Kabag) di bagian Logistik; dan

4) Karyawan pelaksana di bagian Planing Product Control (PPC), bagian Logistik dan bagian Laborat yang menangani pengadaan dyestuff dan bahan pembantu pada kain oxford.

b. Observasi

Menurut H.B. Sutopo (2002:64) “Teknik observasi digunakan untuk menggali data dari sumber data yang berupa peristiwa, tempat atau lokasi, benda serta rekaman gambar”. Observasi dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Teknik yang dilakukan penulis dengan cara observasi langsung melalui pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap aktivitas-aktivitas yang terjadi pada bagian Planing Product Control (PPC), bagian Logistik dan bagian Laborat di PT. Sari Warna Asli Unit I Karanganyar dan penulis dalam melakukan pengamatan juga menggunakan observasi berperan aktif, maksudnya yaitu penulis tidak bersikap pasif sebagai pengamat saja tetapi memainkan berbagai peran yang dimungkinkan dalam suatu situasi yang berkaitan dengan pengamatan yang bisa memperoleh dan bisa dimanfaatkan untuk mengumpulkan data. Pengamatan ini dilakukan selama satu bulan penuh terhitung dari 18 Januari-19 Februari 2016.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan mengambil catatan-catatan dan arsip-arsip yang diperlukan yang berkaitan dengan objek pengamatan (H.B. Sutopo 2002:54). Dalam mengkaji dokumentasi, peneliti perlu menguji keaslian dokumen tersebut, bisa lewat kesaksian seseorang yang tahu, atau dengan mengkaji beragam aspek formalnya. Teknik pengumpulan data yang dilakukan di PT. Sari Warna Asli Unit I Karanganyar dilakukan dengan cara pengumpulan data yang dilakukan dengan mempelajari bahan-bahan tertulis mengenai informasi sistem pengadaan dyestuff dan bahan pembantu kain oxford agar

(27)

pengamatan dengan pendekatan kualitatif bisa menghimpun data yang akurat.

d. Studi Pustaka

Merupakan suatu metode pengumpulan data dengan cara membaca buku-buku maupun tulisan lainnya dari sumber kepustakaan atau sumber lainnya. Studi pustaka yang dilakukan penulis adalah dengan membaca laporan penelitian-penelitian sebelumnya yang sesuai dengan pengamatan.

5. Teknik Analisis Data

Dengan proses analisis data dalam penelitian kualitatif dan penulis menggunakan teknik deskriptif, maka menurut Miles Uberman dalam (H.B Sutopo, 2002:91-94) ada tiga jalur kegiatan yaitu sebagai berikut:

Gambar II.2 Model analisis interaktif

Sumber : Dalam buku H.B. Sutopo (2002: 96)

a. Reduksi Data

Menurut H.B. Sutopo (2002:64) “Reduksi data merupakan komponen pertama dalam analisis yang merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi data dari catatan lapangan”. Bahkan prosesnya diawali sebelum pelaksanaan pengumpulan data. Pada

Pengumpulan Data Reduksi Data Penarikan Simpulan/Verifikasi Sajian Data

(28)

waktu pengumpulan data berlangsung, reduksi data dilakukan dengan membuat ringkasan dari catatan data yang diperoleh di lapangan.

Reduksi data adalah bagian dari proses analisis yang mempertegas, memperpendek, membuat fokus, membuang hal-hal yang tidak penting, dan mengatur data sedemikian rupa sehingga simpulan penelitian dapat dilakukan. Pada waktu pengumpulan data di bagian Planing Product Control (PPC), bagian Laborat dan bagian Logistik PT. Sari Warna Asli Unit I Kebakkramat Karanganyar dengan membuat ringkasan dari catatan data yang diperoleh agar data menjadi lebih sederhana dan fokus dan memudahkan untuk melakukan pengamatan di lapangan.

b. Sajian Data

Menurut H.B. Sutopo (2002:92), Sajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi, deskripsi dalam bentuk narasi yang memungkinkan simpulan penelitian dapat dilakukan”. Sajian ini merupakan rakitan kalimat yang disusun secara logis dan sistematis, sehingga bila dibaca, akan bisa mudah dipahami berbagai hal yang terjadi dan memungkinkan peneliti untuk berbuat sesuatu pada analisis ataupun tindakan lain berdasarkan pemahaman tersebut. Sajian data ini harus mengacu pada rumusan masalah yang telah dirumuskan sehingga narasi yang tersaji merupakan deskripsi mengenai kondisi yang rinci untuk menceritakan dan menjawab semua permasalahan yang ada.

c. Penarikan Simpulan dan Verifikasi

Dari awal pengumpulan data, penulis sudah harus memahami apa arti dari berbagai hal yang penulis temui dengan melaksanakan pencatatan peraturan-peraturan, pola-pola, pernyataan-pernyataan, konfigurasi yang mungkin, arahan sebab akibat, dan berbagai proposisi. Simpulan perlu diverifikasi agar cukup mantap dan benar-benar bisa dipertanggungjawabkan. Verifikasi bahkan juga dapat dilakukan dengan

(29)

usaha yang lebih luas yaitu dengan melakukan replikasi dalam satuan data yang lain (Menurut H.B. Sutopo (2002:93).

Untuk kesimpulan final penulis terus mengadakan pengujian (Verifikasi) selama pengamatan berlangsung dengan berbagai cara antara lain meninjau ulang catatan mengenai sistem pengadaan dyestuff dan bahan pembantu pada kain oxfordyang dilakukan penulis dengan pegawai bagian administrasi Planing Product Control (PPC) di PT Sari Warna Asli Unit I Karanganyar.

(30)

Gambar

Gambar II.1 Karakteristik  Sistem
Gambar II.2 Model analisis interaktif

Referensi

Dokumen terkait

 Prinsip: memeriksa berat jenis urine dengan alat urinometer  Tujuan: mengetahui kepekatan urine.  Alat

He also analyzes the differences between place, person and time deixis both in English and Chinese in case of pragmatics usage, while he taking a brief looks at the use of time

Alhamdulillah dengan perjalanan yang tidak mudah akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Budidaya Sarang Walet di Gresik tahun

Peran dan Fungsi Tenaga Kesehatan Pada Home Care.. Kondisi

 Sistem akan menampilkan Halaman Daftar Calon Lulusan yang Eligible dan Tidak Eligible untuk mendapatkan Nomor Ijazah dari Program Studi yang sudah di pilih setelah melewati

diantaranya yakni kebijakan pemerintah, penetapan peraturan perundang-undangan, atau bahkan putusan pengadilan. Prinsip Pengakuan dan Perlindungan Hak-Hak Warga Negara

Sesuai dengan kriteria diterima atau ditolaknya hipotesis maka dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa menerima hipotesis yang diajukan terbukti atau dengan kata lain variabel

Potensi kearifan lokal dalam menghadapi ancaman bencana alam sangat penting dalam upaya mitigasi bencana di daerah-daerah yang rawan bencana.Penelitian ini