1. Latar Belakang
2. Implikasi dari Denominasi Rupiah Dewasa Ini
3. Redenominasi
4. Motivasi Redenominasi Rupiah
5. Tantangan Redenominasi Rupiah
6. Simpulan dan Rekomendasi Kebijakan
2
Topik Pembahasan
Dengan semakin berkembangnya perekonomian, jumlah digit mata uang Rupiah yg digunakan dlm transaksi dan pencatatan data statistik akan semakin bertambah. Saat ini, digit mata uang Rupiah merupakan yang terbesar kedua di dunia. Kebutuhan mata uang berdenominasi lebih besar akan meningkat sejalan dengan kegiatan ekonomi yang semakin tumbuh dan berkembang. Kondisi tersebut akan mengakibatkan inefisiensi dalam perekonomian,
ketidaknyamanan dalam menggunakan uang Rupiah, serta
kendala teknis dalam transaksi pembayaran non-tunai dan kegiatan ekonomi pada umumnya. Hal-hal tersebut menjadi dasar pertimbangan perlunya dilakukan redenominasi Rupiah.
3
Latar Belakang
Definisi Redenominasi
Redenominasi mata uang Rupiah
adalah proses
menyederhanakan penyebutan / penulisan denominasi
(pecahan) Rupiah dengan cara menghilangkan sejumlah
angka nol tanpa mengurangi daya beli atau nilai mata uang
tersebut.
4
Redenominasi berbeda dengan sanering
Sanering adalah pemotongan daya beli masyarakat melalui
pemotongan nilai uang karena harga-harga barang tidak mengalami perubahan, sehingga daya beli efektif masyarakat menurun.
Sanering pernah dilakukan Indonesia tahun 1959, nilai uang kertas
diturunkan dari Rp 1.000,- menjadi Rp100,- dan dari Rp500,- menjadi Rp 50,-sehingga harga-harga barang mengalami kenaikan yang tajam. Kebijakan sanering saat itu ditujukan untuk mengurangi jumlah uang beredar akibat melonjaknya harga-harga barang dan jasa.
Inefisiensi perekonomian, terutama sebagai akibat:
1. Waktu dan biaya transaksi cukup besar. 2. Kebutuhan pengembangan infrastruktur
untuk sistem pembayaran non-tunai dimasa mendatang dengan biaya yang cukup
signifikan.
3. Meningkatnya biaya pengadaan uang baru dgn pecahan yg lebih besar untuk mengakomodasi kebutuhan pembayaran tunai yang semakin meningkat.
5
Implikasi Denominasi Rp Saat ini
Aspek psikologis, terutama sebagai akibat: 1. Nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing
termasuk yang terendah diantara negara ASEAN.
2. Nilai riil uang rupiah sangat rendah diukur dari transaksi untuk membiayai keperluan
masyarakat sehari-hari.
Banyaknya digit angka menimbulkan kendala
teknis, terutama pada
1. alat transaksi yang digunakan sehari-hari seperti: argo taxi dan pompa bensin, mesin kasir.
2. beban penyimpanan, pengolahan dan pelaporan data.
Kendala penyajian data secara angka penuh a.l. data PDB mencapai 16 digit.
3. penyesuaian sistem aplikasi dari waktu kewaktu.
Terdapat transaksi dengan jumlah digit
melebihi maksimal 14 digit yg tersedia dalam aplikasi sehingga harus dilakukan pemecahan transaksi.
Efisiensi perekonomian terjadi pada
banyak aspek, a.l: sistem pembayaran lebih efisien, harga-harga yang
tercantum lebih sederhana, proses
pencatatan, penyimpanan, pengelolaan, dan pelaporan data dalam laporan
keuangan/ statistik lebih pendek, cepat, dan dapat disajikan dalam angka penuh, dan dalam aspek Teknologi Informasi, redenominasi akan mengurangi
penyesuaian software dan hardware yang diperlukan terkait keterbatasan software dan hardware tersebut dalam mengakomodir digit angka yang semakin besar.
Berkurangnya hambatan / kendala teknis
berupa risiko kemungkinan kesalahan manusia dalam proses pembukuan transaksi atau
kegiatan statistik lainnya.
6
Untuk mengatasi tantangan dan kendala teknis, meningkatkan efisiensi
perekonomian, serta memupuk kebanggan nasional akan mata uang rupiah maka diperlukan kebijakan redenominasi mata uang Rupiah.
Persepsi/kepercayaan masyarakat lebih tinggi terhadap uang Rupiah:
• harga berubah pada kisaran yang lebih sempit
• mendukung upaya mengarahkan ekspektasi inflasi ke level yang lebih rendah,
• mengurangi risiko currency substitution. Hal ini mendukung nilai Rupiah yang lebih stabil, • Mendukung kesetaraan ekonomi dg kawasan dalam era Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015.
7
Prasyarat dan Tantangan Pelaksanaan
Redenominasi Rupiah
Kunci keberhasilan program redenominasi: 1. Stabilitas makroekonomi.
2. Dukungan yang penuh dari seluruh lapisan masyarakat termasuk pemerintah, parlemen, otoritas terkait, dan pelaku bisnis.
3. Tersedianya landasan hukum yang cukup kuat yang mengatur redenominasi.
4. Sosialisasi kepada publik dan edukasi yang intensif agar :
tidak terjadi kenaikan harga-harga secara berlebihan akibat tindakan pelaku ekonomi yang memanfaatkan struktur pasar oligopolistik untuk sejumlah barang kebutuhan pokok masyarakat.
program redenominasi tidak dianggap sebagai program sanering, seperti yang pernah dilakukan Indonesia pada 1965.
5. Pemilihan waktu pelaksanaan yang tepat
Redenominasi dilakukan apabila seluruh prasyarat yang diperlukan bagi keberhasilan program redenominasi telah terpenuhi.
8
Mekanisme Pelaksanaan Redenominasi
• Pada prinsipnya akan dilakukan penggantian mata uang Rupiah lama dengan Rupiah baru. Seluruh aset dan kewajiban dalam Rupiah lama (termasuk tabungan di bank), harga-harga jual beli, sewa, dan kontrak (termasuk upah dan gaji) akan di redenominasikan dengan
menghilangkan angka nol misalnya sebanyak 3 buah.
Pada masa transisi harga-harga akan dinyatakan dalam 2 pecahan mata uang Rupiah lama dan Rupiah batu dan setiap orang dapat menentukan akan membayar dalam uang Rupiah lama atau Rupiah baru.
9
Ilustrasi Penyederhanaan Nominal Rupiah
Rupiah Lama Rupiah Baru
Jika disederhanakan penulisan/penyebutan
1 angka 0 2 angka 0 3 angka 0 4 angka 0 Rp 100.000,- Rp 10.000,- Rp 1.000,- Rp 100,- Rp 10,-Rp 50.000,- Rp 5.000,- Rp 500,- Rp 50,- Rp 5,-Rp 20.000,- Rp 2.000,- Rp 200,- Rp 20,- Rp 2,-Rp 10.000,- Rp 1.000,- Rp 100,- Rp 10,- Rp 1,-Rp 5.000,- Rp 500,- Rp 50,- Rp 5,- 50 Sen Rp 2.000,- Rp 200,- Rp 20,- Rp 2,- 20 Sen Rp 1.000,-(Koin maupun Kertas) Rp 100,- Rp 10,- Rp 1,- 10 Sen Rp 500,- (Koin maupun Kertas) Rp 50,- Rp 5,- 50 Sen 5 Sen Rp 200,- (Koin maupun Kertas) Rp 20,- Rp 2,- 20 Sen 2 Sen Rp 100,- (Koin maupun Kertas) Rp 10,- Rp 1,- 10 Sen 1 Sen
Nilai Rupiah akan setara dengan
Won Korea Yen Jepang Yuan China dan Dolar Hong Kong
10
Ilustrasi Kesetaraan Harga
Komoditas/Jasa Harga dalam Rupiah
Lama
Harga dalam Rupiah Baru (jika penyederhanaan
3 angka nol) Bahan Bakar Premium per liter Rp 4.500 Rp 4 dan 50 Sen
Beras per Kg Rp 6.000 Rp 6
Tarif Transjakarta Rp 3.500 Rp 3 dan 50 Sen
Nilai Tukar Rupiah terhadap USD
Rp 9.000 Rp 9
Harga Saham X per lembar Rp 370 37 Sen
11
Tahapan kebijakan redenominasi
• Tahap penyiapan a.l. penyusunan blue print langkah-langkah pelaksanaan, dasar hukum yg kuat (dapat berupa UU) atau produk hukum lainnya untuk pelaksanaan program redenominasi, evaluasi atas sistem pembayaran, sistem akuntansi dan TI. Penyusunan strategi komunikasi & sosialisasi kepada Pemerintah & stakeholders serta edukasi kepada masyarakat luas. Rencana pencetakan uang & strategi distribusinya. dll. • Tahap pemantapan a.l. meliputi: pelaksanaan komunikasi & koordinasi dg
Pemerintah, sosialisasi kepada stakeholders & edukasi kepada masyarakat luas. Penyesuaian infrastruktur sistem pembayaran, akuntansi & TI. Dll
• Tahap implementasi dan transisi: penerbitan uang baru bersama-sama dg tetap
berlakunya uang lama (dual circulation); penerapan dual price tagging serta penarikan uang lama secara bertahap sesuai kebutuhan perekonomian. penerapan dual book
entry/pelaporan apabila diperlukan dll.
• Tahap phasing out a.l.: penarikan uang lama dan pernyataan tidak berlakunya uang lama serta penggunaan uang baru sebagai satu-satunya alat pembayaran yang sah. Secara garis besar, pengalaman beberapa negara yang telah melaksanakan redenominasi menempuh beberapa tahapan yang dibagi dalam 4 (empat) tahapan besar, yaitu:
Agar tahapan ini berjalan lancar, kegiatan ini merupakan satu kesatuan dg kegiatan Pemerintah yang dikoordinasikan dg erat serta mendapat
12
Kesimpulan
1. Kita membutuhkan Redenominasi. Dengan proyeksi perekonomian Indonesia yang tumbuh pesat, banyaknya jumlah digit denominasi
Rupiah dalam jangka panjang akan menyebabkan kegiatan ekonomi yg kurang efisien, ketidaknyamanan secara psikologis bagi masyarakat dalam melakukan transaksi tunai, dan menimbulkan kendala teknis. Kebijakan redenominasi merupakan salah satu alternatif untuk
meningkatkan efisiensi perekonomian, meningkatkan kebanggaan nasional akan mata uang rupiah, dan mengatasi berbagai kendala teknis.
2. Saat ini waktu yang tepat. Dari sisi makroekonomi, perkiraan kondisi makroekonomi yg terjaga hingga tahun 2014, khususnya path inflasi yang menurun dan pertumbuhan yang meningkat, memberikan ruang yang kondusif dan timing yang tepat untuk pelaksanaan redenominasi mata uang Rupiah.
3. Risiko-risiko harus di mitigasi. Terutama risiko ketidakpastian ekonomi global maupun kondisi sosial politik di dalam negeri dan utamanya dukungan penuh dari masyarakat
13
Rekomendasi
1. Redenominasi menjadi Komitmen Nasional. Koordinasi yg baik dg Pemerintah diperlukan untuk menyusun program stabilisasi
makroekonomi yang terpadu shg stabilitas perekonomian dapat terjaga s.d. 2014 sehingga kondusif bagi pelaksanaan redenominasi Rupiah. Selain itu, dukungan politis dari DPR juga perlu digalang utk
menciptakan kondisi sosial politik yg kondusif selain dukungan dari masyarakat luas. Persiapan yang matang serta penanganan mitigasi risiko yang komprehensif juga perlu dilakukan untuk mendukung keberhasilan program redenominasi.
2. Masih perlu dilakukan kajian lanjutan yang lebih mendalam dengan dukungan data dan informasi yang lebih komprehensif, termasuk melalui survei terhadap masyarakat luas, perbankan dan sektor keuangan, serta lembaga terkait lainnya.
3. Komunikasi dan Sosialisasi intensif kepada seluruh lapisan masyarakat.