• Tidak ada hasil yang ditemukan

Monumen Kusuma Yudha Ringdikit, Seririt, Buleleng dan Potensinya sebagai Sumber Belajar Sejarah di SMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Monumen Kusuma Yudha Ringdikit, Seririt, Buleleng dan Potensinya sebagai Sumber Belajar Sejarah di SMA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

Monumen Kusuma Yudha Ringdikit, Seririt, Buleleng dan Potensinya sebagai Sumber Belajar Sejarah di SMA

I Gede Juli Suwirtana Putra, NIM.1014021037

Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Pendidikan Ganesha jhoullifestyle@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) latar belakang pendirian Monumen Perjuangan Kusuma Yudha di Desa Ringdikit, Seririt, Buleleng, (2) nilai-nilai yang dapat diwariskan dari Monumen Perjuangan Kusuma Yudha di Desa Ringdikit,Seririt, Buleleng untuk generasi muda Desa Ringdikit, (3) aspek-aspek apa saja yang dimiliki Monumen Kusuma Yudha terkait potensinya sebagai sumber pembelajaran sejarah. Dalam penelitian ini, data dikumpulkan dengan menggunakan metode kualitatif dengan tahap-tahap; (1) teknik penentuan lokasi penelitian, (2) teknik penentuan informan, (3) teknik pengumpulan data (observasi, wawancara, kajian dokumen), (4) teknik penjamin keaslian data (triangulasi data, triangulasi metode), dan (5) teknik analisis data. Hasil penelitian menunjukan bahwa, (1) Latar belakang didirikannya Monumen Kusuma Yudha yaitu sebagai peringatan terhadap peristiwa pertempuran di Desa Ringdikit, penghormatan dan penghargaan terhadap jasa-jasa pahlawan yang gugur seperti J.Williem beserta pembantunya, Dewa Putu Sumpena, Dewa Made Rai, Gde Rai, Agung Maruti, Gede Tantri, dan Anang Ramli (Bung Ali) serta adanya peran wanita dalam memperjuangkan kemerdekaan di Desa Ringdikit (2) Nilai-nilai yang diwariskan dari Monumen Perjuangan Kusuma Yudha dapat dipilah menjadi dua aspek yaitu nilai-nilai dasar dan nilai-nilai-nilai-nilai operasional. (3) Nilai-nilai-nilai yang terkandung di dalam Monumen Kusuma Yudha seperti nilai ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, jiwa dan semangat merdeka, nasionalisme, patriotisme serta rela dan iklas berkorban untuk tanah air, (4) Aspek-aspek Monumen Kusuma Yudha sebagai sumber belajar sejarah yaitu aspek struktur bangunan dan aspek sejarah.

Kata Kunci: monumen, pewarisan nilai-nilai sejarah, sumber belajar sejarah

ABSTRACT

This research was aimed at knowing : (1) the background of the establishment of Kusuma Yudha Monument in Ringdikit Village, Seririt, Buleleng, (2) what values can be inherited from Kusuma Yudha Monument in the Village Ringdikit, Seririt, Buleleng for the younger generation Ringdikit village, (3) what aspects are owned Kusuma Yudha Monument related potential as a source of learning history. In this study, the data collected using qualitative methods with the stages; (1) a technique of

(2)

2

determining the location of the research, (2) determination techniques informant, (3) data collection techniques (observation, interviews, review of documents), (4) the authenticity of the data guarantor techniques (data triangulation, triangulation methods), and (5) the technique data analysis.The results of this study showed that, (1) background of the establishment of Kusuma Yudha Monument is a warning of fighting events in the Ringdikit villange, respect and appreciation for services of death heroes as J.Williem, Dewa Putu Sumpena, Dewa Made Rai, Gde Rai, Agung Maruti, Gede Tantri, and Anang Ramli (Bung Ali), and also as the role of women in the struggle for independence in the Ringdikit village. (2) The values are inherited from Kusuma Yudha Monument can be divided into two aspects: the basic values and operational values. (3) The values contained in the Kusuma Yudha Monument as the value of piety towards Almighty God, the soul and the spirit of independence, nationalism, patriotism and sincere and willing to sacrifice for the homeland, (4) aspects of Kusuma Yudha Monument as resources of history learning are build of the structure aspects and history aspects.

Keywords: monument, inheritance of history values, resources of history learning.

PENDAHULUAN

Kemerdekaan Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945. Namun, kemerdekaan yang telah dicapai itu belum dapat dinikmati sepenuhnya oleh rakyat, karena pemerintah kolonial Belanda masih berusaha untuk menguasai kembali wilayah Indonesia (Lumintang, 1997:1).

Setelah Indonesia merdeka, dalam rangka mempertahankan kemerdekaan Indonesia, pemuda Bali berjuang mempertahankan wilayahnya dari ancaman pendudukan NICA (Netherlands

Indies Civil Administration) (Saputera,

2007: 202).

Salah satu tempat yang pernah menjadi areal pertempuran antara para pejuang pemuda Bali dengan NICA (Netherlands Indies Civil Administration) yaitu daerah Ringdikit, Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng, Bali.

Pada saat terjadinya pertempuran di Ringdikit terdapat beberapa orang pemuda pejuang dan seorang Letnan ALRI yang gugur. Untuk mengenang dan menghormati jasa para pejuang yang gugur, dibangun sebuah monumen perjuangan yang disebut Monumen Kusuma Yudha. Monumen ini dibangun atas prakarsa para pejuang kemerdekaan dan masyarakat Desa Ringdikit pada tahun 1990. Dukungan datang dari semua pihak, selain dari masyarakat Ringdikit, serta Pemerintah Daerah Bali, Pemerintah Daerah Buleleng, termasuk pula Pemerintah Kecamatan Seririt. Monumen Kusuma Yudha diresmikan pada tanggal 17 Agustus 1995 oleh Bupati KDH TK II Buleleng Drs. Ketut Wirata Sindhu.

Monumen yang berdiri di kawasan Desa Ringdikit ini, merupakan salah satu sumber belajar sejarah di SMA yang bertujuan untuk membangkitkan

(3)

3 kesadaran sejarah. Terkait pengumpulan data mengenai apakah Monumen Kusuma Yudha di Ringdikit ini sudah dimanfaatkan oleh pihak sekolah, penulis mewawancarai beberapa siswa dan guru sejarah di SMA Negeri 1 Seririt. Hal ini dilakukan karena salah satu sekolah jenjang SMA yang ada di sekitar lokasi Monumen Kusuma Yudha yaitu SMA Negeri 1 Seririt.

Berdasarkan kesimpulan hasil wawancara awal dari guru sejarah dan siswa SMA Negeri 1 Seririt, bahwa Monumen Kusuma Yudha belum dimanfaatkan sebagai sumber belajar sejarah. Ini disebabkan karena beberapa hal seperti kurangnya sumber referensi serta narasumber untuk mengetahui kronologis peristiwa pertempuran di Desa Ringdikit maupun kronologis gugurnya

pahlawan-pahlawan yang

memperjuangkan kemerdekaan di Desa Ringdikit. Jika monumen ini dijadikan sebagai salah satu alternatif sumber belajar mampu merangsang minat belajar siswa dalam mata pelajaran sejarah, maka pelajaran Sejarah yang selama ini terkesan membosankan akan hilang.

Keberadaan monumen ini dapat diaplikasikan ke dalam materi pembelajaran Sejarah dengan mengacu kepada kurikulum KTSP maupun kurikulum 2013 yaitu dengan cara menyelipkannya ke dalam Kompetensi Dasar serta nilai-nilai yang terkandung di dalamnya bisa diselipkan di ranah afektif berhubung di dalam peristiwa pertempuran Desa Ringdikit maupun kronologis gugurnya pahlawan-pahlawan

yang memperjuangkan kemerdekaan Desa Ringdikit banyak mengandung nilai-nilai karakter bangsa dan jika dikaitkan ke dalam Kurikulum 2013, maka hal ini relevan dengan tujuan perubahan kurikulum.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang serta proses pembangunan monumen, nilai-nilai yang dapat diwariskan dari Monumen Kusuma Yudha, serta aspek-aspek Monumen Kusuma Yudha terkait pemanfaatannya sebagai sumber belajar sejarah.

Kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini menyangkut latar belakang pendirian sebuah monumen yang bertujuan untuk mengenang peristiwa pertempuran dan menghormati maupun menghargai pejuang yang telah gugur. Monumen juga memiliki beberapa fungsi di antaranya; (1) fungsi edukatif yakni peran monumen tidak hanya sebagai sebuah bangunan masa lalu tetapi juga dapat dijadikan sebagai media maupun sumber pembelajaran; (2) fungsi inspiratif yakni monumen dapat dijadikan inspirasi (menyangkut prilaku tokoh yang diabadikan pada monumen) untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik, (3) fungsi rekreatif yang lebih merujuk kepada pemanfaatan monumen sebagai hiburan bagi masyarakat, dan (4) fungsi instruktif yang menekankan bagaimana hasil karya yang dituangkan dalam bentuk bangunan untuk menghormati peristiwa maupun tokoh yang diabadikan pada monumen tersebut.

Selain memiliki fungsi, monumen tersebut juga mengandung nilai sejarah

(4)

4 yang amat besar. Nilai sejarah yang terkandung antara lain jiwa dan semangat merdeka, nasionalisme, patriotisme, persatuan dan kesatuan , berani dan rela berkorban demi tanah air, serta nilai kepahlawanan.

METODE

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Metode kualitatif diantaranya terdapat (1) teknik penentuan lokasi penelitian. Lokasi yang dituju yaitu Desa Ringdikit sebagai lokasi berdirinya Monumen Kusuma Yudha serta sekitar Desa Ringdikit; (2) teknik penentuan informan. Informan yang dituju untuk memperoleh data yaitu I Ketut Kantor (89), Dewa Putu Sugeriwa (77), I Gde Dharna (83), Desak Made Sulitri (68), Zulqifli Iskandar (56), Ida Kadek Adipta (60), I Made Arya (44), I Gede Sujana (48), Drs. Putu Wilasa (57), dan Ni Nyoman Wardjani, S.Pd (56); (3) teknik pengumpulan data yaitu antara lain; (a) Observasi (mengamati langsung bentuk serta struktur bangunan Monumen Kusuma Yudha dan jumlah masyarakat yang berkunjung di Monumen Kusuma Yudha); (b) Wawancara (wawancara dilakukan dengan beberapa informan untuk mengetahui latar belakang, makna struktur bangunan, serta proses pendirian Monumen Kusuma Yudha); (c) Kajian Dokumen (bahan-bahan tertulis yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah monografi desa, data inventaris monumen, data jumlah kunjungan

monumen, data kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh Monumen Perjuangan Kusuma Yudha, foto-foto serta data relevan lain bagi penelitian ini, sedangkan buku-buku yang relevan dengan kronologis peristiwa pertempuran Desa Ringdikit antara lain: “Gampilan Perjuangan Fisik Pasukan Induk Ngurah Rai” tulisan dari I Gusti Ngurah Pindha terbitan tahun 1990, “Bergerilya Bersama Ngurah Rai” tulisan dari I Gusti Bagus Meraku terbitan tahun 1994”, “Bali Berjuang” tulisan dari Pendit terbitan tahun 1997, “Mari Bung Rebut Kembali” tulisan Saleh terbitan tahun 2000, “Sejarah Perjuangan Kemerdekaan Rakyat Buleleng Tahun 1945-1950” tulisan dari I Gusti Bagus Meraku terbitan tahun 2000, “Perjuangan Desa Ringdikit” tulisan dari Dewa Putu Sugeriwa terbitan tahun 2002, dan “Merdeka Melalui Diplomasi (Perjuangan Ida Anak Agung Gde Agung)” tulisan dari I Gusti Bagus Saputera terbitan tahun 2007)

Setelah teknik pengumpulan data, maka dilanjutkan (4) teknik penjamin keaslian data (triangulasi data yaitu menguji keaslian data dengan pengumpulan data menggunakan multi sumber data, triangulasi metode yaitu mengumpulkan data sejenis tetapi dengan teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda), dan (5) teknik analisis data dengan proses analisis dalam bentuk interaktif seperti skema di bawah ini:

(5)

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

Latar Belakang Pendirian Monumen Kusuma Yudha.

Pembangunan Monumen Kusuma Yudha dilatarbelakangi oleh beberapa hal antara lain: adanya peristiwa pertempuran di Desa Ringdikit, penghargaan dan penghormatan terhadap jasa-jasa pahlawan yang gugur, serta adanya keterlibatan peran perempuan dalam memperjuangankan kemerdekaan di Desa Ringdikit.

Peristiwa pertempuran di Desa Ringdikit terjadi pada tanggal 5 April 1946. Pertempuran ini dibantu oleh pasukan ALRI yang mendarat sehari sebelum peristiwa pertempuran. Selain itu, pejuang-pejuang desa juga berusaha menghambat laju konvoi tentara Belanda (NICA) dengan cara menghancurkan jembatan di sebelah barat Desa Mayong karena menurut informasi hasil “penyelidik khusus”, NICA akan datang ke Desa Ringdikit untuk menangkap pemimpin-pemimpin pejuang di Desa Ringdikit. Namun usaha untuk

menghancurkan jembatan di sebelah barat Desa Mayong tidak berhasil karena kurangnya koordinasi. Akhirnya, usaha yang dilakukan selanjutnya yaitu menebang pohon asam di jalan yang akan dilalui oleh konvoi Belanda (wawancara dengan Dewa Putu Sugeriwa tanggal 24 April 2014).

Pada tanggal 5 April 1946, konvoi NICA datang ke Desa Ringdikit, namun terhalang sejenak akibat pohon asam yang sudah ditebang sebelumnya oleh pemuda pejuang. Mengetahui kedatangan konvoi NICA, maka Ketut Kaler melaporkan hal ini kepada pasukan ALRI ke Desa Bubunan. Hal ini ditanggapi langsung oleh pasukan ALRI setelah sebelumnya Pak Wiroka mengecek keadaan di Desa Ringdikit. Dengan demikian, pasukan ALRI langsung menuju ke desa Ringdikit dipimpin oleh pimpinan ALRI yaitu Pak Wiroka (Sugeriwa, 2002 : 7).

Ketika pasukan ALRI sampai di Desa Ringdikit, maka kendala utama yang dihadapi yaitu kurangnya pengetahuan mengenai medan pertempuran dan ternyata di lain sisi pasukan NICA sudah bersiap terlebih dahulu. Sehingga posisi pasukan ALRI kurang baik yaitu di bawah. Beberapa tentara NICA kemudian melepaskan tembakan ke Pasukan ALRI yang posisinya kurang baik dan yang gugur pada waktu itu adalah Letnan ALRI yaitu J. Williem (penembak bren) beserta pembantunya. Untuk membalas gugurnya Letnan ALRI, maka seorang pejuang yang pernah ikut dalam pelatihan kemiliteran masa kependudukan Jepang

Pengumpulan Data

Reduksi Data Sajian Data

Simpulan/ Verifikasi

Bagan 1. Teknik Analisis Data Sumber: Moelong, 1990: 120

(6)

6 yang bernama Anang Ramli mengambil alih senjata bren dan mampu membunuh 8 orang tentara NICA (Sugeriwa, 2002 : 10).

Selain karena peristiwa pertempuran di Desa Ringdikit menjadi latar belakang pendirian Monumen Kusuma Yudha, juga sebagai penghargaan dan penghormatan terhadap jasa-jasa pejuang yang gugur. Pejuang-pejuang tersebut antara lain: Letnan ALRI yakni J. Williem beserta pembantu penembak bren, Dewa Made Rai, Gde Rai, Dewa Putu Sumpena, A.A Putra (Maruti), Gde Tantri dan Anang Ramli. Untuk mengenang jasa dan keberaniannya akhirnya nama beliau diabadikan sebagai salah satu pejuang dan namanya terpahat di Monumen Kusuma Yudha.

Peran wanita dalam perjuangan kemerdekaan yang terjadi di Desa Ringdikit juga menjadi latar belakang didirikannya Monumen Kusuma Yudha. Para pejuang wanita mempunyai kelebihan dibandingkan pejuang prianya. Sesuai dengan kodratnya sebagai kaum hawa yakni mempunyai perasaan halus, perasa, lembah lembut tutur bahasanya. Menyadari akan hal itu maka pimpinan perjuangan mempergunakan mereka dengan tugas-tugas Intelligent Service (IS) dengan gerakan yang halus dan fleksibel dapat mempengaruhi tentara NICA. Hal ini dilaksanakan oleh Markas DPRI Kusuma Yudha di bawah pimpinan Meraku Tirtayasa bersama Bung Maruti berasal dari Desa Ringdikit yang merupakan Staf Cabang Kiskinda, Para

Pejuang Wanita antara lain: Nyoman Ayu, Suwandi, Luh Sita, Luh Pariti, Sri Masih, Srimanis, Luh Manik, Ketut Widi dan lain-lainnya diberi tugas untuk melobi para tentara NICA Gajah Merah (Meraku, 2000 : 112).

Peran lain yang dilakukan wanita-wanita asli Desa Ringdikit dalam mempertahankan kemerdekaan terutama di Desa Ringdikit yaitu menyiapkan makanan untuk para pejuang. (wawancara dengan Dewa Putu Sugeriwa, tanggal 25 April 2014.

Proses pembangunan Monumen Perjuangan Kusuma Yudha.

Dalam upaya mengenang, menghormati dan mengabadikan jasa-jasa para pejuang yang telah gugur sebagai pahlawan kusuma bangsa pada masa perjuangan revolusi fisik di Desa Ringdikit, maka pada tahun 1990 timbullah gagasan untuk mendirikan sebuah monumen perjuangan di Desa Ringdikit, yang sekarang bernama Monumen Kusuma Yudha. Gagasan ini diprakarsai oleh para pejuang kemerdekaan dan masyarakat Ringdikit. Tokoh yang sangat getol merintis pembangunan Monumen Kusuma Yudha adalah I Made Nataran yang merupakan mantan Perbekel Desa Ringdikit masa jabatan dari tahun 1964 sampai 1972. Ketua pembangunan monumen pada waktu itu adalah G.B Meraku Tirtayasa.

(7)

7 Bagian-Bagian Monumen Kusuma Yudha.

Monumen Kusuma Yudha terbagi menjadi tiga bagian yang mengacu pada konsep Tri Angga yaitu Utamaning

Utama Mandala (bersifat suci terletak

pada utamaning angga), tingkatan teratas atau lantai ketiga, Madyaning Utama

Mandala (terletak pada madyaning

angga) adalah tingkat kedua atau lantai kedua yang dimanfaatkan untuk menempatkan prasasti peresmian Monumen Kusuma Yudha dan Nistaning

Utama Mandala (nistaning angga) adalah

tingkatan terbawah dari areal monumen. Adapun dasar monumen yang berwujud segi lima, melambangkan dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia yaitu Pancasila. Selain itu patung yang ada di monumen yaitu berjumlah 3 orang patung pejuang.

Patung yang paling depan adalah patung seorang Letnan dengan membawa senjata api. Patung ini disimbolkan pemimpin-pemimpin pejuang yang bergelar seorang Letnan seperti misalnya

Letnan Willem yang memimpin pasukan ALRI dan lain sebagainya. Patung pemuda pejuang yang berada di sisi utara adalah merupakan simbol bahwa pemuda-pemuda Desa Ringdikit ikut berperan penting dalam pertempuran Desa Ringdikit. Patung ini membawa senjata tombak dan granat, tidak memakai baju dan alas kaki, dan kepala menggunakan ikat berwarna merah putih. Dan patung yang berada di sisi selatan adalah patung seorang perempuan, merupakan simbol bahwa perempuan ikut berperan penting dalam pertempuran di Desa Ringdikit. Nilai-Nilai Yang Diwariskan Dari Monumen Kusuma Yudha.

Keberadaan Monumen Kusuma Yudha secara umum sangat penting bagi warga di Ringdikit. Sebab monumen tersebut mempunyai nilai-nilai luhur yang harus diwariskan kepada generasi selanjutnya. Serta dapat dijadikan refleksi dalam melangkah ke arah tindakan yang menyejarah bagi generasi penerus bangsa ini. Makna serta nilai-nilai yang terkandung pada monumen tersebut akan mampu melandasi setiap tindakan yang bersifat positif bagi masyarakat Desa Ringdikit. Nilai-nilai luhur yang terkandung dalam monumen tersebut hendaknya diwariskan kepada generasi muda saat ini dengan cara memanfaatkan pranata sekolah sebagai salah satu lembaga pewarisan nilai di masyarakat. Sekolah-sekolah yang ada di Kecamatan Seririt dapat menjadikan monumen tersebut sebagai media untuk mewariskan nilai luhur para pejuang yang diabadikan Gambar 1.1. Monumen Kusuma Yuda

(8)

8 pada monumen tersebut, salah satunya SMA Negeri 1 Seririt.

Nilai-nilai sejarah seperti nasionalisme, patriotisme, cinta tanah kelahiran, semangat jiwa berjuang, pantang menyerah hendaknya diteladani oleh generasi muda saat ini. Nilai-nilai tersebut hendaknya diteladani saat ini serta dijadikan pedoman untuk melangkah ke depan.

Secara garis besar nilai-nilai tersebut dapat dipilah menjadi dua aspek, yaitu nilai-nilai dasar dan nilai-nilai operasional (Windia, 2008: 51-52). Nilai-nilai dasar yang dimaksud yaitu semua nilai yang terdapat dalam setiap sila dari Pancasila, Proklamasi Kemerdekaan RI 1945, serta nilai-nilai yang terdapat pada UUD 1945. Sedangkan nilai-nilai operasional yang dimaksud yaitu antara lain: Ketakwaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa, jiwa dan semangat merdeka, nasionalisme, patriotisme, pantang mundur dan tak kenal menyerah, persatuan dan kesatuan, anti penjajah dan penjajahan, percaya pada hari depan yang gemilang, idealisme kejuangan yang tinggi, kepahlawanan, Sepi Ing Pamrih

Rame Ing Gawe, Yadnya (Pengorbanan), Nirbhayata (Keberanian), Svavalambana

(Percaya Diri), Satyamitra (solidaritas kepada teman), dan Satyasamaya (tepat waktu).

Aspek-aspek yang dimiliki Monumen Kusuma Yudha terkait potensinya sebagai sumber pembelajaran sejarah

Aspek-aspek yang dimiliki Monumen Kusuma Yudha terkait potensinya sebagai sumber pembelajaran sejarah, antara lain : (1) Aspek Fisik Bangunan, (2) Aspek Sejarah yang dilihat dari peristiwa, pelaku, serta nilai-nilai yang diwariskan.

Aspek fisik bangunan pada Monumen Kusuma Yudha secara umum mengacu pada konsep Tri Angga yaitu

Utamaning Mandala, Madya Mandala, dan Nista Mandala. Pada Utamaning Mandala terdapat “Pancasila” di dinding

tugu yang melambangkan dasar negara Republik Indonesia, prasasti daftar nama pejuang yang telah gugur, slogan perjuangan, tiga patung pahlawan, dan simbol api pada ujung monumen yang melambangkan semangat membara. Pada

Madya Mandala, yaitu lantai kedua di

bawah Utamaning Mandala yang berbentuk persegi lima melambangkan Pancasila. Setiap sila pada Pancasila mengandung nilai-nilai yang mendasar sebagai warga negara yang baik. Sedangkan pada Nista Mandala, terdapat beberapa bangunan seperti Pura yang melambangkan adanya kekuatan alamiah yang melatarbelakangi kemerdekaan yang telah dicapai, bangunan balai pertemuan yang melambangkan pentingnya musyawarah untuk mencapai mufakat demi kepentingan umum.

Selain aspek fisik bangunan Monumen Kusuma Yudha yang menjadi sumber belajar sejarah, juga aspek

(9)

9 sejarahnya. Desa Ringdikit merupakan salah satu desa yang ada di Buleleng Barat dengan basis perjuangan pada masa revolusi fisik. Menurut I Gde Dharna (83) mengatakan bahwa Desa Ringdikit adalah salah satu desa yang terkenal dengan semangat perjuangan sehingga pada masa revolusi fisik, Desa Ringdikit memberikan sumbangan yang besar untuk kemerdekaan karena pada pertempuran yang terjadi pada tanggal 5 April 1946 dari pihak NICA banyak yang terbunuh serta banyak yang luka-luka.

Perjuangan yang dilakukan oleh pemuda-pemuda pejuang asal Desa Ringdikit serta dari pasukan ALRI yang dipimpin oleh Letnan Williem dengan gigihnya melawan NICA, maka pertempuran itu memakan banyak korban baik itu dari pihak pemuda-pemuda pejuang asal Desa Ringdikit, pihak Pasukan ALRI serta pihak NICA. Dengan mengetahui bagaimana sejarah peristiwa ini, mulai dari gugurnya Letnan Williem (penembak bren) serta pembantu penembak bren, gugurnya Gede Made Rai, Gde Rai, Dewa Putu Sumpena, Anak Agung Maruti, serta Gde Tantri tentu timbul perasaan duka yang dirasakan oleh berbagai pihak.

Terkait dengan aspek sejarah dari peristiwa pertempuran melawan NICA ini yang juga melatarbelakangi dibangunnya Monumen Kusuma Yudha ini, maka potensi dari aspek sejarah peristiwa pertempuran ini bisa dimanfaatkan sebagai sumber belajar sejarah yang pada dasarnya untuk meningkatkan rasa nasionalisme generasi muda karena

dewasa ini nasionalisme sudah mulai memudar.

Semua nilai-nilai yang terkandung pada Monumen Perjuangan Kusuma Yudha ini dapat disisipkan ke dalam RPP Sejarah di Kelas XII pada Kurikulum KTSP. Kurikulum KTSP bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Nilai-nilai yang terkandung pada Monumen Perjuangan Kusuma Yudha dapat disisipkan pada nilai afektif yang ada di dalam RPP dengan Kompetensi Dasar “Menganalisis Perkembangan Ekonomi-Keuangan dan Politik pada Masa Awal Kemerdekaan sampai Tahun 1950” dengan materi pokok “Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Pada Tahun 1945-1949 (Konflik Indonesia-Belanda 1945-1949).

Selain kurikulum KTSP, semua nilai-nilai yang terkandung dalam Monumen Kusuma Yudha ini juga bisa diaplikasikan ke dalam kurikulum 2013. Lebih-lebih kurikulum 2013 ini juga memfokuskan mata pelajaran Sejarah dan guru sejarah dalam kurikulum 2013 memiliki tugas pokok yaitu mengembalikan rasa nasionalisme peserta didik yang telah memudar. Penanaman akar nasionalisme dengan cara menggali sejarah, kemudian dipupuk dengan pengetahuan lainnya.

(10)

10 Adapun beberapa metode pembelajaran yang dapat direkomendasikan oleh penulis kepada guru sejarah SMA Negeri 1 Seririt antara lain: metode inquiry, metode karya wisata, metode discovery dan metode sosio drama. Selain metode-metode tersebut, masih banyak metode yang bisa digunakan dalam kaitannya memanfaatkan Monumen Kusuma Yudha sebagai sumber belajar sejarah, namun dengan catatan bahwa semua metode yang akan diterapkan tetap mengarah pada tujuan pembelajaran.

SIMPULAN

Pembangunan Monumen Kusuma Yudha dilatarbelakangi oleh beberapa hal antara lain: mengenang peristiwa pertempuran antara pejuang Desa Ringdikit melawan NICA, keinginan untuk mengenang dan menghormati jasa para pahlawan yang gugur serta adanya peran wanita dalam perjuangan kemerdekaan di Desa Ringdikit dari penjajahan Belanda (NICA). Tokoh-tokoh yang gugur dalam usaha mempertahankan kemerdekaan di Desa Ringdikit yaitu Letnan ALRI (J.Williem) beserta pembantu penembak bren, Dewa Made Rai, Gde Rai, Dewa Putu Sumpena, A.A Putra (Maruti), dan Gde Tantri. Pembangunan monumen ini secara konkrit dilaksanakan pada tahun 1990. Pembangunan monumen ini dilakukan secara bertahap baru selesai pada tahun 1995. Monumen Kusuma Yudha diresmikan oleh Bupati KDH TK II Buleleng Drs. Ketut Wirata Sindhu pada

tanggal 17 Agustus 1995. Nilai-nilai yang diwariskan dari Monumen Kusuma Yudha dapat dipilah menjadi dua aspek yaitu nilai-nilai dasar dan nilai-nilai operasional. Nilai-nilai yang terkandung di dalam Monumen Kusuma Yudha seperti nilai ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, jiwa dan semangat merdeka, nasionalisme, patriotisme serta rela dan iklas berkorban untuk tanah air dapat dijabarkan ke dalam silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) baik itu pada Kurikulum KTSP maupun Kurikulum 2013 di Kelas XII SMA Negeri 1 Seririt.

DAFTAR PUSTAKA

Lumintang, Onnie, dkk. 1997. Biografi

Pahlawan Nasional Marthin

Indey dan Silas Papare. Jakarta:

CV. Putra Sejati Raya

Meraku Bagus T.Y dkk. 2000. Sejarah

Perjuangan Kemerdekaan

Rakyat Buleleng 1945-1950.

Bandung:Ganeca Exact.

Moleong, Lexy. 2001. Metode Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya: Bandung

Saputera, I Gusti Bagus, SH. 2007.

Merdeka Melalui Diplomasi (Perjuangan Ida Anak Agung Gde Agung). Denpasar: Yayasan

Usaha Pekerja

Sugeriwa, Dewa Putu. 2002. Perjuangan

(11)

11 Ringdikit, Kecamatan Seririt, Kabupaten Buleleng

Windia, Wayan. 2008. BANGSAL (Dalam

Kenangan Revolusi Dan Perang Kemerdekaan Di Bali). Keluarga

Besar Pasraman Puri Puncak Bangsal, Gaji: Badung

Wawancara dengan Dewa Putu Sugeriwa tanggal 24 April 2014

Wawancara dengan I Gde Dharna, tanggal 2 April 2014

Referensi

Dokumen terkait

Dalam peristiwa konflik yang berskala besar seperti contoh kerusuhan di Papua Barat menjadi suatu hal yang menarik bagi media massa.. Media massa dapat memposisikan diri

Dari macam – macam keabsahan data, peneliti menggunakan triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini karena untuk menguji kredibilitas data tentang pengembangan minat

Oleh karena itu, peneliti ingin mencoba melakukan penelitian dengan judul “ PENGARUH PROFESIONALISME FISKUS, KEPUASAN KERJA, KOMITMEN ORGANISASI TERHADAP KINERJA FISKUS ( STUDI

Kekuatan lelah baja tahan karat AISI 304 dalam lingkungan udara laboratorium dan 3,5% NaCl yang dipelajari adalah hubungan tegangan dan siklus yang

Metode analisis data yang digunakan adalah dengan membandingkan hasil pengukuran koefisien absorpsi material komposit pelepah sagu, PS20 dan PS30 dengan koefisien

Variabel trust, e-service quality, attitude toward the website, customer satisfaction, repurchase intention, revisit intention dan positive word of mouth yang

Bagi pabrik kelapa sawit (PKS), pemanfaatan moda pipa untuk transportasi minyak keiapa sawit akan menyederhanakan proses penanganan bahan, sehingga dapat

Dengan tujuan penelitian ini adalah terciptanya pemerataan dan pemahaman materi pendidikan lingkungan hidup pada siswa pendidikan dasar, yang akan membentuk sikap