• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN MUSEUM MONUMEN YOGYA KEMBALI SEBAGAI SUMBER BELAJAR DAN DESTINASI PARIWISATA SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMANFAATAN MUSEUM MONUMEN YOGYA KEMBALI SEBAGAI SUMBER BELAJAR DAN DESTINASI PARIWISATA SKRIPSI"

Copied!
201
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN MUSEUM MONUMEN YOGYA KEMBALI SEBAGAI SUMBER BELAJAR DAN DESTINASI PARIWISATA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Sejarah

Disusun oleh:

Andreas Parama Kumudasmara (141314011)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kupersembahkan skripsi ini untuk:

1. Kedua orang tua saya (Thomas Liwung Bayu W dan Anastasia Atik S) yang selalu memberikan dukungan baik materi maupun moril kepada saya.

2. Adik kandung saya (Veronica Rema Rismarini). 3. Teman-teman, sahabat, dan pacar saya.

(5)

v MOTTO

Bekerja sama memang perlu, tapi pastikan dulu pekerjaanmu sudah terselesaikan tepat waktu.

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya dari orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 19 Juli 2019 Penulis

(7)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Andreas Parama Kumudasmara

NIM : 141314011

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:

“PEMANFAATAN MUSEUM MONUMEN YOGYA KEMBALI SEBAGAI SUMBER BELAJAR DAN DESTINASI PARIWISATA”

Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengolahnya dalam bentuk pengkalan data, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal: 19 Juli 2019 Yang menyatakan,

(8)

viii ABSTRAK

PEMANFAATAN MUSEUM MONUMEN YOGYA KEMBALI SEBAGAI SUMBER BELAJAR DAN DESTINASI PARIWISATA

Andreas Parama Kumudasmara 141314011

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) latar belakang dibangunnya Museum Monumen Yogya Kembali, (2) koleksi museum yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar, (3) kegiatan museum yang berkaitan dengan fungsi museum sebagai sumber belajar dan pariwisata, dan (4) tanggapan pengunjung terhadap keberadaan museum sebagai sumber belajar dan destinasi wisata.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Subjek penelitian ini adalah pengunjung dan pengelola Museum Monumen Yogya Kembali yang dipilih menggunakan teknik non-probability sampling dengan snowball sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara mendalam, dan kuesioner. Teknik analisis data menggunakan model Miles dan Huberman yang terdiri dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) latar belakang dibangunnya Museum Monumen Yogya Kembali adalah untuk mengabadikan peristiwa kembalinya Yogyakarta ditangan bangsa Indonesia, (2) semua koleksi di museum memiliki nilai historis yang tinggi sehingga dapat digunakan sebagai sumber belajar terutama sejarah, (3) museum memiliki berbagai macam kegiatan yang berkaitan dengan fungsi museum sebagai sumber belajar dan pariwisata yaitu upacara pada hari bersejarah, travel dialogue, museum goes to campus, dan fasilitas taman lampion yang dapat digunakan pengunjung untuk berwisata setelah mengunjungi museum, (4) tanggapan pengunjung terhadap fungsi museum sebagai sumber belajar dan destinasi pariwisata sangat positif. Pengunjung dapat belajar mengenai sejarah sekaligus berwisata di taman lampion yang berada di sekitar komplek museum.

Kata kunci: Museum Monumen Yogya Kembali, Monjali, Sumber Belajar, Pariwisata.

(9)

ix ABSTRACT

UTILIZATION OF MUSEUM MONUMEN YOGYA KEMBALI AS LEARNING RESOURCES AND TOURISM

Andreas Parama Kumudasmara 141314011

This research aims to describe: (1) background of the establishment of Museum Monumen Yogya Kembali, (2) collection in the museum, (3) education and tourism activities in the museum, and (4) the visitor’s response of Utilization of museum as learning resources and tourism.

The method of this research is qualitative with case study. Subject for this research are visitors and museum worker selected by non-probability sampling with snowball sampling. Data were collected with observation, interview, and questionnaire. Data analyzing for this research used Miles and Huberman technique consisting of data collecting, data reduction, data presentation, and conclusion.

The result of this research show the following: (1) The establishment of the Museum Monumen Yogya Kembali is for remembering about the return of Capital City of Indonesia at that time, (2) all collection in Museum Yogya Kembali have historical values which can be used for historical learning, (3) Museum has a lot of events for education and tourism like flag ceremony, travel dialogue, museum goes to campus, and lantern park which can be used by visitor for tour after visit to the museum, (4) the visitor’s responses on the utilization of museum as learning resources and tourism are positive. Visitors can study about history and also traveled to lantern park located on around museum.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan syukur dan terima kasih atas karunia Tuhan Yang Maha Esa sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pemanfaatan Museum Monumen Yogya Kembali Sebagai Sumber Belajar dan Pariwisata”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan studi di Program Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Ibu Dra. Theresia Sumini, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, sekaligus sebagai Dosen Pembimbing I yang selalu memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi kepada penulis selama menyusun skripsi ini. 4. Bapak Hendra Kurniawan, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing II yang selalu

memberikan dukungan, bimbingan, dan motivasi kepada penulis saat menyusun skripsi ini.

5. Kedua orang tua dan adik yang selalu mendukung dan mendoakan penulis selama studi di Sanata Dharma.

6. Teman-teman yang selalu memberikan dukungan, semangat, dan bantuan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini

7. Kepada seseorang yang spesial bagi penulis karena senantiasa membantu penulis dalam penulisan skripsi ini

8. Kepada Jennie, Rose, Lisa, dan Jisoo yang selalu memberi semangat positif kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

(11)

xi

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu kritik dan saran sangat penulis harapkan demi perbaikan di masa mendatang. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca.

Yogyakarta, 19 Juli 2019 Penulis,

(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10

A. Kajian Teori ... 10

1. Museum ... 10

2. Monumen Yogya Kembali ... 12

3. Sumber Belajar ... 15

4. Pariwisata ... 19

B. Penelitian yang Relevan ... 24

(13)

xiii

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 30

A. Jenis Penelitian ... 30

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 31

C. Sumber Data ... 32

D. Metode Pengumpulan Data ... 32

E. Instrumen Pengumpulan Data ... 34

F. Teknik Pengambilan Sampel ... 36

G. Validitas Data ... 37

H. Teknik Analisis Data ... 39

I. Sistematika Penulisan ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 44

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 47

1. Latar Belakang Berdirinya Museum ... 47

2. Koleksi yang ada di Museum ... 50

3. Kegiatan yang ada di Museum ... 58

4. Tanggapan Pengunjung terhadap Keberadaan Museum Monumen Yogya Kembali Sebagai Sumber Belajar dan Destinasi Wisata ... 63

C. Pembahasan ... 82

1. Latar Belakang Berdirinya Museum ... 82

2. Koleksi yang ada di Museum ... 85

3. Kegiatan yang ada di Museum ... 88

4. Tanggapan Pengunjung terhadap Keberadaan Museum Monumen Yogya Kembali Sebagai Sumber Belajar dan Destinasi Wisata ... 93

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 102

A. Kesimpulan ... 102

B. Saran ... 106

DAFTAR PUSTAKA ... 108

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Waktu Penelitian ... 32 Tabel 2. Tabel Interval Skor Kuesioner ... 42 Tabel 3. Daftar Koleksi Museum ... 51

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar I. Gambaran Perubahan Sumber Belajar ... 16

Gambar II. Kerucut Pengalaman Edgar Dale ... 17

Gambar III. Kerangka Pikir ... 29

Gambar IV. Teknik Analisis Miles dan Huberman ... 40

Gambar V. Grafik Pengunjung Museum Monumen Yogya Kembali ... 61

Gambar VI. Diagram Hasil Kuesioner Aspek Pengetahuan... 64

Gambar VII. Diagram Hasil Kuesioner Aspek Sikap ... 66

Gambar VIII. Diagram Hasil Kuesioner Aspek Aman ... 68

Gambar IX. Diagram Hasil Kuesioner Aspek Tertib ... 70

Gambar X. Diagram Hasil Kuesioner Aspek Bersih... 72

Gambar XI. Diagram Hasil Kuesioner Aspek Sejuk ... 74

Gambar XII. Diagram Hasil Kuesioner Aspek Indah ... 76

Gambar XIII. Diagram Hasil Kuesioner Aspek Ramah Tamah ... 78

Gambar XIV. Diagram Hasil Kuesioner Aspek Kenangan ... 79

Gambar XV. Diagram Perbandingan Fungsi Museum Sebagai Sumber Belajar dan Destinasi Pariwisata ... 81

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Catatan lapangan 1: Lembar Observasi Museum ... 112

Lampiran 2. Lembar Pengamatan Dokumen ... 113

Lampiran 3. Kisi-kisi Wawancara... 114

Lampiran 4. Lembar Wawancara Siswa, Guru, dan Pengelola Museum Museum Monumen Yogya Kembali ... 115

Lampiran 5. Catatan Lapangan 2: Wawancara pengelola museum 1 ... 117

Lampiran 6. Catatan Lapangan 3: Wawancara pengelola museum 2 ... 120

Lampiran 7. Catatan Lapangan 4: Wawancara pengunjung museum 1 ... 122

Lampiran 8. Catatan Lapangan 5: Wawancara pengunjung museum 2 ... 124

Lampiran 9. Catatan Lapangan 6: Wawancara pengunjung museum 3 ... 126

Lampiran 10. Catatan Lapangan 7: Wawancara pengunjung museum 4 ... 128

Lampiran 11. Catatan Lapangan 8: Wawancara pengunjung museum 5 ... 130

Lampiran 12. Catatan Lapangan 9: Wawancara pengunjung museum 6 ... 132

Lampiran 13. Catatan Lapangan 10: Wawancara pengunjung museum 7 ... 134

Lampiran 14. Catatan Lapapangan 11: Wawancara pengunjung museum 8 ... 136

Lampiran 15. Catatan Lapangan 12: Wawancara pengunjung museum 9 ... 138

Lampiran 16. Silabus ... 140

Lampiran 17. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 154

Lampiran 18. Tabel Data Kuesioner Aspek Pengetahuan ... 164

Lampiran 19. Tabel Data Kuesioner Aspek Sikap ... 166

Lampiran 20. Tabel Data Kuesioner Aspek Sapta Pesona Aman ... 168

Lampiran 21. Tabel Data Kuesioner Aspek Sapta Pesona Tertib ... 170

Lampiran 22. Tabel Data Kuesioner Aspek Sapta Pesona Bersih ... 172

Lampiran 23. Tabel Data Kuesioner Aspek Sapta Pesona Sejuk... 174

Lampiran 24. Tabel Data Kuesioner Aspek Sapta Pesona Indah... 176

Lampiran 25. Tabel Data Kuesioner Aspek Sapta Pesona Ramah Tamah ... 178

Lampiran 26. Tabel Data Kuesioner Aspek Sapta Pesona Kenangan ... 180

Lampiran 27. Foto Dokumentasi ... 182

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Belajar adalah sebuah proses yang dilakukan oleh manusia secara terus menerus dalam kehidupannya. Kemampuan untuk dapat terus menerus belajar merupakan ciri penting yang membedakan manusia dari jenis makhluk lainnya. Dengan belajar, maka manusia sebagai seorang individu dapat berkembang secara terus-menerus dan dapat memberikan sumbangan bagi kehidupannya sendiri serta masyarakat. Sedangkan bagi masyarakat, dengan belajar maka masyarakat dapat meneruskan kebudayaan yang berupa kumpulan dari pengetahuan untuk diberikan kepada generasi selanjutnya.1 Selain itu, dengan belajar maka paling tidak terdapat sedikit perubahan sikap terhadap sesuatu yang telah dipelajari maupun yang sedang dipelajari oleh manusia tersebut.2

Proses belajar bagi manusia dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. Proses belajar manusia juga dapat dilakukan melalui pendidikan yang formal maupun non-formal. Proses belajar yang dilakukan dengan formal didapat dari proses belajar mengajar yang ada di sekolah sedangkan yang non-formal didapat dari kegiatan di luar sekolah, seperti kegiatan kursus. Proses belajar mengajar secara formal di sekolah sendiri harus memiliki sifat aktif dan terarah yang diwujudkan dalam bentuk tujuan instruksional yang jelas dan

1 Karwono H dan Heni Mularsih, Belajar dan Pembelajaran serta Pemanfaatan Sumber Belajar, Depok: PT RajaGrafindo Persada, 2017, hlm.12.

2 S. Sudjarwo, BeberapaAspek Pengembangan Sumber Belajar, Jakarta: PT Mediyatama Sarana Perkasa, 1988, hlm. 139.

(18)

operasional.3 Dalam proses belajar dan mengajar yang ada di sekolah, terdapat beberapa mata pelajaran yang harus ditempuh. Semua mata pelajaran yang ada di sekolah tersebut memiliki kegunaan bagi perkembangan siswa. Salah satu mata pelajaran yang penting namun kurang diminati oleh siswa adalah mata pelajaran sejarah.

Belajar sejarah terkadang sering dianggap membosankan oleh siswa di sekolah. Kurangnya metode dan media yang digunakan merupakan penyebab siswa seringkali merasa bosan pada saat belajar sejarah. Namun, belajar sejarah sebenarnya sangat penting. Ungkapan Latin Historia Magistra Vitae yang artinya sejarah adalah guru kehidupan menjadi gambaran bagaimana pentingnya belajar sejarah. Dengan mempelajari sejarah, siswa dapat mengetahui bahwa kehidupan manusia dan tindakannya selalu berubah dari waktu kewaktu.4 Siswa juga dapat mengetahui peristiwa-peristiwa penting yang terjadi pada masa lalu dan dapat belajar untuk merekonstruksinya.

Belajar sejarah juga dapat memiliki arti yang besar bagi pengembangan identitas pribadi siswa. Dengan belajar sejarah, siswa dapat menarik nilai-nilai pelajaran yang terkandung dalam suatu peristiwa sehingga dapat dijadikan sebagai pedoman hidup dan inspirasi bagi tindakan-tindakan yang akan diambil pada masa yang akan datang.5 Selain itu, dengan belajar sejarah, siswa juga dapat mengembangkan kesadaran identitas suatu bangsa secara keseluruhan. Dengan mempelajari peristiwa mengenai perjuangan bangsanya pada masa

3Ibid., hlm. 140.

4Hamid Rahman dan Muhhamad Saleh, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2011, hlm. 10.

(19)

lalu, siswa dapat semakin memiliki sifat kebangsaan serta rasa cinta tanah air. Dari penjelasan tersebut dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa belajar sejarah merupakan sesuatu yang penting bagi perkembangan pribadi siswa. Namun kenyataannya dalam pembelajaran sejarah di sekolah, banyak siswa yang merasa bosan dengan pembelajaran sejarah yang disampaikan secara narasi. Oleh karena itu, dalam proses belajar mengajar sejarah guru harus dapat menemukan sumber belajar yang dapat menarik minat siswa untuk belajar sejarah.

Dalam belajar sejarah sebenarnya guru memiliki banyak cara yang dapat dilakukan agar proses pembelajaran sejarah menjadi lebih menarik. Penggunaan model dan metode pembelajaran yang bervariasi dan disesuaikan dengan karakter setiap kelas dapat menjadikan proses belajar sejarah lebih menyenangkan. Penggunaan media pembelajaran juga dapat menjadikan proses belajar mengajar mengajar berlangsung secara tepat, guna, dan berdaya guna sehingga mutu pendidikan dapat ditingkatkan dan proses belajar mengajar menjadi lebih menyenangkan dan tidak membosankan. Contoh media yang dapat dimanfaatkan guru adalah gambar, foto, sketsa, maupun grafik agar siswa dapat lebih mengerti dibandingkan pengunaan metode ceramah oleh guru.6 Selain media yang digunakan di dalam kelas, terdapat media ataupun sumber belajar lain yang dapat dimanfaatkan oleh guru agar siswa lebih dapat menyerap materi yang diajarkan. Sumber belajar yang dapat dimanfaatkan terkait dengan pembelajaran sejarah adalah museum. Penggunaan Museum

6 Latuheru D. John, Media Pembelajaran Dalam Proses Belajar Masa Kini, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi dan Obyek Pengembangan Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidikan, 1988, hlm.16.

(20)

sebagai sumber belajar dapat dikaitkan dengan kerucut pengalaman Edgar Dale. Penggunaan kerucut pengalaman Edgar Dale yang menekankan pada pengalaman langsung siswa di lapangan dimaksudkan agar siswa dapat lebih mengerti mengenai materi mengenai sejarah. Dengan pengalaman langsung di lapangan dalam hal ini museum, siswa dapat melihat langsung, memegang atau meraba peninggalan-peninggalan yang ada di dalam museum. Terkait dengan hal tersebut, maka siswa dapat menemukan dan mempelajari secara langsung mengenai materi-materi yang diajarkan di dalam kelas.

Museum sendiri adalah bangunan atau gedung yang digunakan untuk menyimpan, merawat benda-benda yang memiliki nilai tertentu.7 Museum juga merupakan sebuah lembaga yang bersifat tetap, tidak mencari keuntungan, melayani masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum, yang memperoleh, merawat, dan menghubungkan dan memamerkan, untuk tujuan-tujuan studi, pendidikan dan kesenangan barang-barang pembuktian manusia dan lingkungannya.8 Hal tersebut semakin memperkuat fungsi museum sebagai sumber pembelajaran bagi siswa di luar proses belajar mengajar di kelas.

Banyak museum di Yogyakarta yang dapat dipilih sebagai sumber pembelajaran. Museum-museum seperti Sonobudoyo, Museum Dirgantara Mandala, Museum Monumen Yogya Kembali dan museum lainnya dapat kita gunakan sebagai sumber pembelajaran tergantung dari materi yang sedang dibahas di dalam kelas. Selain itu, guru juga dapat menentukan jenis museum

7Piter Salim dan Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Jakarta: Modern English Press, 1991, hlm. 235.

8 Sutaarga Amir, Pedoman Penyelenggaraan dan Pengelolaan Museum, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1997, hlm.19.

(21)

apa yang akan dipakai tergantung dari materi apa yang sedang dipelajari. Sebagai contoh, jika guru sedang membahas mengenai materi manusia purba, maka guru dapat mengajak siswa ke museum arkeologi seperti ke Museum Sangiran. Salah satu dari banyak museum di Yogyakarta yang dapat digunakan sebagai sumber pembelajaran adalah Museum Monumen Yogya Kembali.

Museum Monumen Yogya Kembali adalah sebuah museum yang dibangun pada tanggal 29 Juni 1985 dengan peletakan batu pertama oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Sri Paduka Pakualam VIII. Letak dari Museum Monumen Yogya Kembali ada di Jalan Lingkar Utara, Dusun Jongkang, Desa Sariharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman. Museum Monumen Yogya Kembali dapat dijadikan sebagai sumber belajar sejarah karena memiliki koleksi dan diorama yang berkaitan dengan perjuangan masyarakat Yogyakarta untuk melawan kependudukan Belanda yang ingin kembali menguasai Indonesia. Letak museum yang strategis, harga tiket masuk yang terjangkau, dan koleksi yang lengkap mengenai perjuangan masyarakat Yogyakarta menjadikan Museum Monumen Yogya Kembali dapat dijadikan sebagai sumber pembelajaran bagi siswa. Diorama yang terdapat pada lantai satu museum menceritakan perjuangan masyarakat Yogyakarta dapat menjadi sumber pembelajaran sejarah yang bersifat kronologis. Selain itu, siswa dapat mengilhami nilai-nilai perjuangan yang digambarkan dalam diorama-diorama tersebut. Koleksi mengenai barang peninggalan yang ada di lantai dua museum dapat digunakan siswa sebagai sumber primer dan gambaran mengenai perjuangan masyarakat Yogyakarta pada masa perang dahulu.

(22)

Museum Monumen Yogya Kembali memiliki lokasi yang strategis dan koleksi yang memiliki nilai edukasi untuk pembelajaran sejarah. Dengan demikian, para pengunjung dapat menikmati waktu senggang sambil melihat dan belajar mengenai peristiwa perjuangan masyarakat Yogyakarta dalam melawan pemerintahan Belanda. Selain itu, di sekitar lokasi Museum, terdapat pula taman lampion yang dibuka pada siang hingga malam hari. Dengan adanya tambahan objek wisata tersebut, maka minat pengunjung untuk datang ke komplek Museum Monumen Yogya Kembali semakin bertambah meskipun kenyataannya tidak ada hubungan antara museum dengan taman lampion yang ada di sekitar Museum. Namun, dengan terkenalnya wisata taman lampion di sekitar museum, secara tidak langsung membuat nama Museum Monumen Yogya Kembali semakin dikenal.

Penelitian mengenai pemanfaatan Museum Monumen Yogya Kembali memang sudah pernah dilakukan seperti penelitian dari Ganes Setya Aji yang berjudul “Landmark Museum Monumen Yogya Kembali: Studi motivasi, pengambilan keputusan, dan kepuasan pengunjung”, Makalah dari Dewi Puspita yang membahas mengenai Museum Monumen Yogya Kembali secara umum, dan Tesis dari Supriyono yang mengkomparasikan bangunan monumen di Yogyakarta termasuk Museum Monumen Yogya Kembali. Namun sejauh pengetahuan peneliti, penelitian mengenai pemanfaatan Museum Monumen Yogya Kembali sebagai sumber belajar dan destinasi wisata belum pernah diteliti. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti pada akhirnya tertarik untuk menulis penelitian dengan judul “Pemanfaatan Museum

(23)

Monumen Yogya Kembali sebagai Sumber Belajar dan Destinasi Wisata di Yogyakarta”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Apa latar belakang dibangunnya Museum Monumen Yogya Kembali? 2. Apa saja koleksi yang ada di Museum Monumen Yogya Kembali yang

dapat digunakan sebagai sumber belajar?

3. Apa saja kegiatan yang dilakukan di Museum Monumen Yogya Kembali berkaitan dengan fungsi museum sebagai sumber belajar dan destinasi wisata?

4. Bagaimana tanggapan pengunjung terhadap keberadaan Museum Monumen Yogya Kembali sebagai sumber belajar dan destinasi wisata?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka disusunlah tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan latar belakang dibangunnya Museum Monumen Yogya Kembali.

2. Mendeskripsikan koleksi di dalam Museum Monumen Yogya Kembali yang dapat digunakan sebagai sumber belajar.

(24)

3. Mendeskripsikan kegiatan yang dilakukan di Museum Monumen Yogya Kembali terkait fungsi museum sebagai sumber belajar dan destinasi wisata. 4. Mendeskripsikan tanggapan pengunjung mengenai keberadaan Museum

Monumen Yogya Kembali sebagai sumber belajar dan destinasi wisata.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak antara lain:

1. Bagi Universitas

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sumber baru dalam memahami peran Museum Monumen Yogya Kembali sebagai sumber pembelajaran dan pariwisata. Selain itu, dengan adanya penelitian ini, diharapkan menjadi inspirasi untuk dapat menulis karya ilmiah sejenis kedepannya.

2. Bagi penulis

Dengan meneliti Museum Monumen Yogya Kembali, penulis akan memperoleh pengetahuan baru tentang museum yang dapat ditulis sebagai sebuah karya tulis ilmiah.

3. Bagi guru

Hasil penelitian ini, diharapkan guru dapat menjadikan museum sebagai salah satu sumber pembelajaran, karena siswa dapat melihat langsung koleksi yang ada di museum dan proses pembelajaran akan lebih menarik untuk diikuti.

(25)

4. Bagi pihak museum

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak museum agar kedepannya pihak museum dapat semakin mengembangkan museum agar lebih dimanfaatkan sebagai sumber pembelajaran. Selain itu, pihak museum dapat menjadikan museum tersebut menjadi objek pariwisata yang lebih terkenal di Yogyakarta.

5. Bagi Masyarakat

Dengan adanya penelitian ini diharapkan masyarakat semakin mengetahui jika museum tidak hanya dapat dijadikan tempat menyimpan barang peninggalan zaman dahulu, namun juga dapat dijadikan sebagai objek wisata berbasis edukasi.

(26)

10 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Museum a. Pengertian Museum

Museum secara etimologis berasal dari Bahasa Yunani yaitu mouseion yang merujuk kepada nama kuil untuk Sembilan Dewi Muses yang melambangkan ilmu dan kesenian.9 Sedangkan pengertian museum sendiri menurut ICOM yakni sebuah lembaga permanen yang melayani kepentingan masyarakat dan kemajuannya, terbuka untuk umum, tidak bertujuan mencari keuntungan, yang mengumpulkan, memelihara, meneliti, memamerkan, dan mengkomunikasikan benda-benda pembuktian material manusia dan lingkungannya, untuk tujuan-tujuan studi, pendidikan dan rekreasi.10

Dari arti kata dan pengertian museum tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa museum adalah sebuah lembaga yang tidak bertujuan untuk menarik keuntungan dan memiliki kegiatan untuk melayani masyarakat. Benda-benda yang disimpan dan dirawat di dalam museum sendiri dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk melihat bekas-bekas peninggalan dari masa lalu. Selain itu, museum juga dapat digunakan sebagai objek dan sumber pembelajaran bagi masyarakat mengenai sejarah.

9 Wikipedia, 2018, Museum, (https://id.m.wikipedia.org), diakses 1 September 2018

10 Schouten, Pengantar Didaktik Museum, Jakarta: Jendral Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1981, hlm. 3

(27)

b. Jenis Museum

Terdapat beberapa jenis Museum yang ada di Indonesia sejak awal didirikan hingga saat ini. Pada tahun 1971, Direktorat Permuseuman mengelompokkan museum menurut jenis koleksinya. Ketika itu dikenal terdapat tiga jenis museum yaitu museum umum, museum khusus, dan museum lokal. Pada tahun 1975, pengelompokkan diubah lagi menjadi museum umum, museum khusus, dan museum pendidikan.

Pada tahun 1980, pengelompokan museum diubah lagi menjadi museum umum dan museum khusus dan berdasarkan kedudukannya, Direktorat Permuseuman mengelompokkan kembali museum umum dan khusus menjadi museum tingkat nasional, museum tingkat regional (Provinsi), dan museum tingkat lokal (Kodya/Kabupaten).11 Berdasarkan Direktorat Museum Indonesia, jenis museum antara lain:12

1) Museum Seni

Museum seni sendiri merupakan museum yang berfokus pada barang-barang yang memiliki nilai seni tinggi. Koleksi yang ada di dalam museum ini biasanya koleksi berupa lukisan, gambar, dan patung.

2) Museum Sejarah

Museum sejarah merupakan museum yang memberikan edukasi terhadap sejarah dari masa lalu. Biasanya koleksi yang ada di dalam museum ini adalah benda-benda peninggalan masa lalu yang memiliki nilai historis tersendiri.

3) Museum Maritim

Museum maritim merupakan museum yang berfokus pada koleksi mengenai bidang kemaritiman.

11 Tjahjopurnomo.R, Sejarah Permuseuman Di Indonesia, Jakarta: Direktorat Permuseuman, Direktorat Jendral Sejarah dan Purbakala, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, 2011, hlm. 30

12 Direktori Online Museum di Indonesia, 2018, Jenis Museum,

(https://direktorionlinemuseumdiindonesia.wordpress.com/jenis-museum/) diakses 1 September 2018

(28)

4) Museum Arkeologi

Museum arkeologi merupakan museum yang koleksinya memuat artefak peninggalan dahulu seperti batuan, arca, dan bagian candi.

5) Museum Ilmu Pengetahuan

Museum Ilmu Pengetahuan merupakan museum yang membahas seputar masalah pengetahuan dan sejarahnya.

c. Pengunjung Museum

Berdasarkan jenis-jenis museum tersebut, maka terdapat juga jenis-jenis pengunjung museum. Berdasarkan buku Pengantar Didaktif Museum, terdapat beberapa jenis pengunjung museum antara lain:13

1) Pengunjung Pelaku Studi

Pengunjung pelaku studi adalah mereka yang menguasai bidang studi tertentu terkait dengan koleksi museum untuk menambah pengetahuannya.

2) Pengunjung bertujuan khusus

Pengunjung bertujuan khusus adalah mereka yang datang ke museum karena memilki keperluan khusus ataupun terdapat suatu penelitian yang mengharuskan mereka datang ke museum.

3) Pengunjung pelaku rekreasi

Pengunjung pelaku rekreasi adalah pengunjung yang datang ke museum hanya untuk menikmati waktu senggang. Para pengunjung dengan tujuan ini biasanya hanya datang dengan kecenderungan hanya mencari rekreasi dan kunjungannya tidak terarah.

2. Museum Monumen Yogya Kembali a. Pengertian Monumen

Monumen adalah jenis bangunan yang dapat dibuat untuk memperingati seseorang atau peristiwa yang dianggap penting oleh suatu kelompok sosial sebagai bagian dari kejadian pada masa lalu.14 Monumen sendiri seringkali dibangun sebagai suatu upaya untuk memperindah penampilan suatu lokasi tertentu. Selain untuk memperingati suatu peristiwa, monumen juga seringkali

13 Schouten, op.cit. hlm.10

(29)

digunakan untuk memuat informasi politik bersejarah dan juga memperkuat suatu citra pada masa tertentu. Monumen terdiri dari berbagai macam jenis antara lain:

1) Bangunan yang digunakan sebagai marka tanah.

2) Tugu peringatan untuk memperingati orang yang sudah meninggal. 3) Kuil, candi, atau masjid yang digunakan sebagai tempat ibadah.

4) Monolit yang digunakan untk peristiwa keagamaan pada zaman dahulu. 5) Patung tokoh penting ataupun simbol penting.

b. Museum Monumen Yogya Kembali

Museum Monumen Yogya Kembali adalah sebuah monumen yang dibangun untuk mengenang peristiwa masyarakat Yogyakarta dalam melawan dan merebut Yogyakarta dari tangan Belanda. Bangunan ini terletak di Jalan Lingkar Utara, Dusun Jongkang, Desa Sariharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Museum ini dibangun pada tanggal 29 Juni 1985 dengan peletakan batu pertama oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII.

Pemilihan lokasi Museum Monumen Yogya Kembali oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX adalah atas pertimbangan garis poros antara Gunung Merapi – Museum Monumen Yogya Kembali – Tugu Pal Putih – Kraton – Panggung Krapyak dan Laut Selatan.15 Garis poros tersebut adalah “sumbu imajiner” yang dihormati oleh masyarakat Yogyakarta sampai saat ini.

Sumbu imajiner sendiri sangat dihormati oleh masyarakat Yogyakarta karena melambangkan keseimbangan pada jalinan manusia dengan Tuhannya, manusia dengan sesama manusia, dan manusia dengan alam. Panggung

15 Utami Sri dkk, loc.cit, hlm.1

(30)

Krapyak ke utara sampai keraton melambangkan kehidupan manusia dari mulai bayi hingga kehidupannya berumah tangga dan memiliki anak. Sedangkan dari tugu menuju keraton melambangkan perjalanan manusia kembali kepada Pencipta. Pusat dari sumbu imajiner ini adalah Keraton Yogyakarta yang dianggap suci karena diapait oleh enam sungai dengan cara yang simetris.16

Pembangunan Museum Monumen Yogya Kembali memiliki beberapa tujuan antara lain:

1) Mengabadikan peristiwa kembali Ibukota Yogyakarta ke tangan bangsa Indonesia. Perjuangan tersebut tidak didapatkan dengan mudah melainkan dengan berbagai cara baik bersenjata, diplomasi, maupun perang urat saraf dan sebagainya.

2) Memperingati kembalinya Ibukota RI Yogyakarta ke tangan Bangsa Indonesia sekaligus penjajahan kolonialis Belanda ke Indonesia.

3) Merupakan ungkapan penghargaan dan rasa terima kasih kepada para pahlawan yang telah mengorbankan jiwanya dalam merebut kembali Yogyakarta sebagai Ibukota Republik Indonesia.

4) Mewariskan dan melestarikan jiwa, semangat nilai-nilai luhur perjungan bangsa Indonesia kepada generasi penerus, sebagai wahana pendidikan, mempertebal identitas dan watak bangsa Indonesia yang patriotik, luhur, harga diri, ulet dan tahan menderita dalam memperjuangkan cita-cita bangsa.17

c. Museum Monumen Yogya Kembali

Museum Monumen Yogya Kembali adalah sebuah museum yang koleksinya dikhususkan untuk mengenang perjuangan Bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan. Museum ini memiliki berbagai koleksi berupa barang-barang peninggalan perang, gambar, serta diorama yang

16 Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman, “MembacaArti Garis Imajiner Merapi, Keraton

Yogyakarta Sampai Laut Kidul”, diakses dari

https://pariwisata.sleman.go.id/forum/main-forum/membaca-arti-garis-imajiner-merapi-keraton-yogyakarta-sampai-laut-kidul/,pada tanggal 21 November 2018 pukul 15.20

(31)

menggambarkan perjuangan Bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaannya.

Museum Monumen Yogya Kembali membagi koleksi mereka dalam empat ruangan. Pembagian ruangan tersebut berdasarkan pada peristiwa-peristiwa yang berhubungan dengan koleksi tersebut. Ruang museum satu dikhususkan untuk koleksi mengenai proklamasi sampai peristiwa penumpasan PKI di Madiun tahun 1948. Ruang museum dua berisi koleksi yang berhubungan dengan pemberontakan PERMESTA. Ruang museum tiga berisi koleksi yang berhubungan dengan peristiwa serangan umum 1949. Ruang museum empat berisi koleksi yang berhubungan dengan peristiwa direbutnya Yogyakarta oleh pejuang Indonesia dari tangan Belanda. Dengan adanya pembagian koleksi tersebut, maka pengunjung dapat melihat dan mengerti mengenai sejarah perjuangan Bangsa Indonesia secara lebih jelas dan runtut. 3. Sumber Belajar

Belajar adalah usaha sadar yang dilakukan secara terencana, sistematis, dan menggunakan metode tertentu untuk mengubah perilaku relatif menetap melalui interaksi dengan sumber belajar.18 Dengan demikian, belajar adalah sebuah proses dimana manusia mendapat pengetahuan baru. Belajar sendiri tidak dapat dilepaskan dari sumber belajar.

Sumber belajar sendiri adalah sesuatu yang dapat digunakan untuk mendukung dan memudahkan proses belajar.19 Dengan adanya sumber belajar, maka kegiatan beajar mengajar diharapkan lebih mudah dan menarik untuk

18 Sitepu, Pengembangan Sumber Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2014, hlm.18 19Ibid., hlm.18

(32)

dilakukan. Sumber belajar juga terus mengalami perkembangan. Proses perkembangan dalam sumber belajar didasari pada perubahan dan penyesuaian atas dasar pengetahuan. 20 Perkembangan sumber belajar saat ini dapat digambarkan dengan menggunakan gambar sebagai berikut:

Gambar I. Perubahan Sumber Belajar Dari Masa Ke Masa (diadopsi dari Sitepu dalam buku Pengembangan Sumber Belajar)

Saat ini, perkembangan sumber belajar sudah didominasi oleh sumber elektronik seperti internet, namun, sumber belajar berbasis lingkungan dan alam ternyata dapat juga diaplikasikan dalam proses pembelajaran yang lebih menarik. Sebagai contoh, untuk mempelajari mengenai air, maka guru memberikan pengertian mengenai air dan mengajak siswanya ke sungai untuk menyaksikan dan merasakan secara langsung mengenai apa itu air, seperti apa rasanya dan bagaimana bentuknya.21

Sejalan dengan penjelasan di atas, Edgar Dale membuat sebuah kerucut pengalaman yang mengemukakan bahwa pengalaman belajar seseorang, 75%

20Ibid., hlm.21 21Ibid., hlm.49 Orang Tua Pihak Lain Pengenal-an buku Media elektronik Aneka sumber

(33)

diperoleh melalui indera penglihatan, 13% dari indera pendengaran, dan selebihnya melalui indera yang lain.22

Gambar II. Kerucut Pengalaman Edgar Dale (Diambil dari https://terandik.blogspot.com/)

Kerucut pengalaman seperti di atas dibuat oleh Edgar Dale dengan tujuan untuk memberikan alasan atau dasar tentang keterkaitan antara teori belajar dengan komunikasi audiovisual. Edgar Dale juga mengatakan bahwa hasil belajar seseorang diperoleh melalui pengalaman langsung, kenyataan yang ada dilingkungan kehidupan seseorang kemudian melalui benda tiruan sampai lambang herbal.23 Karena pembahasan dari penelitian ini memiliki keterkaitan dengan pengalaman peserta didik dalam mengunjungi suatu objek sebagai

22 Latuheru John, op.cit.,, hlm.16.

23 Bagus Radian, “Kerucut Pengalaman (Cone Of Experience) Edgar Dale”,

https://baguswiradyan.wordpress.com/2014/07/06/kerucut-pengalaman-cone-of-experience-edgar-dale/ (diakses pada 2 Desember 2018, pukul 21.12)

(34)

sumber belajar, maka peneliti menggunakan kerucut pengalaman Edgar Dale sebagai salah satu teori dari sumber belajar tersebut. Isi dari tiap tingkat dalam kerucut pengalaman Edgar Dale adalah sebagai berikut:

a. Pengalaman langsung, pada tahap ini anak didik/warga belajar perlu berhubungan langsung dengan keadaan dan kejadian yang sebenarnya. Dengan demikian mereka boleh melihat sendiri, meraba/memegang, mengalami sendiri apa yang sedang mereka hadapi, dan yang terutama agar mereka dapat mampu memecahkan masalah sendiri

b. Pengalaman melalui benda tiruan, pada tahap ini kejadian atau benda-benda yang sebenarnya sulit diperoleh, mungkin juga terlampau besar untuk dibawa ke kelas, atau terlampau jauh, maka dapat dibuat benda tiruan yang sama dengan benda sebenarnya.

c. Pengalaman melalui dramatisasi, pada tahap ini materi yang diajarkan dalam bentuk dramatisasi perlu diperhatikan mulai dari pakaian, mimic suara, sampai pada sikap maupun sifat-sifat khas dari seseorang yang diperankan agar bisa menarik perhatian anak didik.

d. Pengalaman melalui demonstrasi, dalam hal ini materi yang perlu didemonstrasikan maka hendaknya didemonstrasikan

e. Pengalaman melalui karyawisata dalam hal ini sangat berarti karena memperkaya dan memperluas pengalaman belajar anak didik kita. Anak didik dapat mencatat, mengadakan observasi, tanya jawab, serta membuat laporan mengenai segala sesuatu yang dilihat dan dilakukan selama karyawisata.

f. Pengalaman melalui pameran, dalam hal ini siswa dapat memperlihatkan dan memamerkan kemampuan dan kemajuan mereka secara individu, kelas, maupun secara kesatuan sekolah agar dapat dilihat masyarakat. g. Pengalaman melalui televisi dapat dilakukan karena televisi saat ini

sudah mulai banyak menayangkan program pendidikan yang baik serta dapat menarik minat dari peserta didik.

h. Pengalaman melalui gambar hidup dapat diperoleh dengan penyajian materi pengajaran yang menggunakan gambar hidup atau film.

i. Pengalaman melalui rekaman, gambar diam, radio dapat dilakukan khususnya untuk misteri mengenai bahasa.

j. Pengalaman melalui gambar dapat dilakukan dengan memvisualisasikan materi pengajaran dengan menggunakan gambar.

k. Pengalaman melalui lambang visual dapat diperoleh dengan menggunakan grafik, poster, peta, atau diagram.

l. Pengalaman melalui lambang kata dapat diperoleh dengan menggunakan media buku, majalah, buletin, dan sebagainya.

Dari penjelasan mengenai kerucut pengalaman Edgar Dale tersebut, pemanfaatan museum sebagai sumber belajar sangat membantu siswa dalam

(35)

menangkap mengenai materi yang sedang diajarkan. Pengalaman langsung di lapangan menjadikan siswa dapat melihat dan merasakan secara langsung koleksi museum yang berkaitan dengan materi yang diajarkan. Selain itu melalui karyawisata, siswa dapat belajar mengenai sejarah di museum dengan suasana yang lebih menyenangkan. Siswa juga dapat mencatat, melakukan observasi, tanya jawab, dan membuat laporan mengenai apa yang mereka lihat saat di obyek museum.24

Dari contoh di atas, maka dapat ditarik pemikiran bahwa sumber belajar dengan berbasis alam dan lingkungan ternyata dapat semakin memperjelas teori yang guru jelaskan di sekolah. Selain itu, dengan berkunjung langsung ke sumber belajar yang bersangkutan, siswa melihat langsung, mendiskusikan, mengkaji, dan menyimpulkan sumber tersebut menjadi sebuah pembelajaran baru.

4. Pariwisata

a. Pengertian Pariwisata

Pariwisata tidak dapat dilepaskan dari arti kata wisata dan orang yang melakukan wisata yang disebut sebagai wisatawan. Wisata sendiri adalah sebuah kegiatan perjalanan yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik objek wisata tersebut. Kegiatan wisata tersebut biasanya bertujuan untuk melepas jenuh dan sekedar untuk menikmati keindahan dan keunikan dari objek yang didatangi. Dan semua kegiatan yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusaha dari

24 Ibid,hlm.19.

(36)

objek dan semua daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait bidang tersebut adalah pariswisata.25

b. Sejarah Pariwisata di Dunia dan Indonesia

Kegiatan berwisata sebenarnya sudah ada sejak lama. Pada masa sebelum modern atau sebelum tahun 1920an, perjalanan dilakukan oleh bangsa-bangsa primitif untuk kelangsungan hidup mereka. Setelah revolusi industri, semakin tingginya taraf hidup masyarakat di Eropa semakin menjadikan pasar pariwisata di seluruh Eropa berkembang dengan pesat. Pada masa inilah mulai muncul literatur-literatur mengenai kepariwisataan. Pariwisata pada masa modern (1921) atau setelah Perang Dunia II menjadikan masyarakat semakin mengenal negara lain di luar negaranya. Karena hal tersebut, maka masyarakat mulai melakukan wisata keluar dari negerinya. Pada masa inilah kegiatan pariwisata sudah mulai berkembang.26

Perkembangan pariwisata di Indonesia mulai berkembang pada tahun 1910-1920 yaitu pasca dikeluarkannya keputusan dari Gubernur Jenderal Belanda untuk membentuk badan khusus urusan pariwisata.27 Terbukanya jalur perdagangan antara bangsa-bangsa yang berasal dari Eropa menuju Asia, termasuk Indonesia, menjadi faktor utama dalam berkembangnya pariwisata di dalam negeri. Selain hal tersebut, ternyata faktor lainnya yang menjadikan pariwisata Indonesia semakin berkembang yaitu:28

25Marsono, Bahan Kuliah Pengantar Pariwisata, Yogyakarta: Program Studi Kepariwisataan Fakultas Ilmu Budaya UGM, 2008, hlm.9

26Antonius Bungaran, Flores Tanjung, dan Rosramadana Nasution, op.cit, hlm.11-13 27Ibid., hlm.14

(37)

1) Semakin berkembangnya industri pariwisata internasional yang kemungkinan diakibatkan hubungan dagang antar negara.

2) Pariwisata tidak termasuk oleh gejolak ekonomi dunia.

3) Pariwisata tidak terpengaruh oleh kuota komoditas ekspor dan impor suatu negara sehingga mempermudah perjalanan wisatawan menuju negara tujuan.

4) Potensi pariwisata di Indonesia sangat besar dan beragam jenisnya. 5) Masyarakat luar negeri sangat membutuhkan kebutuhan hidup yang

bersenang-senang dan menari pengalaman baru termasuk di Indonesia. c. Sapta Pesona dalam Pariwisata

Sapta Pesona merupakan tujuh buah unsur yang harus diwujudkan dalam rangka menarik minat wisatawan berkunjung ke suatu daerah atau wilayah di Indonesia. Sapta Pesona terdiri dari unsur sebagai berikut:29

1) Aman

Wisatawan akan senang berkunjung ke suatu tempat jika merasa aman, tentara, tidak takut, terlindungi, dan bebas.

2) Tertib

Kondisi tertib mencakup kondisi yang teratur, rapi, dan lancar serta menunjukan disiplin yang tinggi dalam segi kehidupan masyarakat yang ada di tempat wisata tersebut.

3) Bersih

Kondisi bersih adalah kondisi dimana suatu tempat bersih dari sampah, kotoran, limbah, penyakit, dan pencemaran. Wisatawan akan merasa semakin betah di suatu tempat jika suasana di tempat tersebut bersih.

4) Sejuk

Lingkungan yang serba hijau, segar, dan rapi memberikan suasana yang sejuk. Suasana sejuk bukan hanya harus di luar ruangan, namun dapat juga diciptakan di dalam ruangan sebuah objek wisata.

5) Indah

Keadaan yang menampilkan lingkungan yang menarik dan sedap dipandang disebut indah. Perhatian terhadap segi tata warna, tata ruang, dan tata letak yang selaras dapat menjadikan suasana yang indah.

6) Ramah tamah

Ramah tamah adalah sebuah sikap dan perilaku orang yang menunjukan keakraban, sopan, suka membantu, suka tersenyum dan menarik hati. Dengan memperlakukan turis ataupun pengunjung dengan ramah maka pengunjung akan merasa nyaman.

29 Saksono Arie, 2008, 7 Sapta Pesona, (https://ariesaksono.wordpress.com/tag/7-sapta-pesona/), diakses pada 14 Oktober 2018

(38)

7) Kenangan

Kenangan adalah kesan yang melekat dengan kuat pada ingatan seseorang yang disebabkan oleh pengalaman yang di peroleh. Kenangan yang indah saat berwisata ke suatu obyek akan menjadikan orang tersebut ingin kembali datang dan menceritakan kenangan indahnya kepada orang lain, sehingga dapat semakin memperkenalkan obyek wisata tersebut.

d. Aturan dalam Pariwisata

Aturan mengenai pariwisata diatur dalam pasal 20 dan pasal 21 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Aturan tersebut mencakup mengenai hak, kewajiban, dan larangan yang harus ditaati oleh para pelaku wisata. Aturan mengenai hak, kewajiban, dan larangan dalam berwisata dijelaskan sebagai berikut:

1) Setiap orang berhak memperoleh kesempatan memenuhi kebutuhan wisata;

2) Melakukan usaha pariwisata;

3) Mejadi pekerja/buruh pariwisata; dan/atau

4) Berperan dalam proses pembangunan kepariwisataan.

Selain itu dijelaskan pula hak setiap wisatawan dalam pasal dua puluh sebagai berikut:

1) Informasi yang akurat mengenai daya tarik wisata. 2) Pelayanan kepariwisataan sesuai standar.

3) Perlindungan hukum dan keamanan. 4) Pelayanan kesehatan.

5) Perlindungan hak pribadi.

6) Perlindungan asuransi untuk kegiatan pariwisata yang beresiko tinggi. Untuk kewajiban setiap orang yang berwisata adalah:

1) Menjaga dan melestarikan daya tarik wisata.

2) Membantu terciptanya suasana aman, tertib, bersih, berperilaku santun, dan menjaga kelestarian lingkungan destinasi pariwisata.

(39)

Untuk larangan dalam berwisata diatur dalam pasal dua puluh tujuh yang isinya:

1) Setiap orang dilarang merusak sebagian atau seluruh fisik daya tarik wisata.

2) Merusak fisik daya tarik wisata yang dimaksud pada ayat (1) adalah melakukan perbuatan mengubah warna, mengubah bentuk, menghilangkan spesies tertentu, mencemarkan lingkungan, memindahkan, mengambil, menghancurkan, atau memusnahkan daya tarik wisata sehingga berakibat berkurang atau hilangnya keunikan, keindahan, dan nilai autentik suatu daya tarik wisata yang telah ditetapkan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah.30

e. Jenis-Jenis Pariwisata

Terdapat berbagai jenis kegiatan pariwisata. Contoh dari jenis pariwisata tersebut antara lain wisata budaya, wisata sejarah, wisata alam, wisata belanja, dan wisata keagamaan.31

Wisata mengunjungi museum termasuk dalam wisata sejarah. Dengan mengunjungi museum kita dapat melihat peninggalan yang ada. Selain melihat, pengunjung juga dapat merasakan dan memaknai langsung bagaimana peristiwa tersebut terjadi di masa lalu. Jadi, selain menghabiskan waktu, pengunjung juga dapat belajar mengenai sejarah masa lalu dengan mengunjungi museum.

30 Pemerhatihukum, 2013. Undang-Undang Kepariwisataan,

(https://pemerhatihukum.wordpress.com/2013/11/07/undang-undang-kepariwisataan-2/), diakses 14 Oktober 2018

31 Binga Rio, 2016, Jenis-Jenis Pariwisata,

(https://homesweethome1997.wordpress.com/2016/08/11/jenis-jenis-pariwisata/), diakses 14 Oktober 2018

(40)

B. Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Erza Setiana Sirait yang berjudul “Pemanfaatan Museum Misi Muntilan Sebagai Sumber Belajar Sejarah”.

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa museum dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar diluar pembelajaran formal di dalam kelas. Dengan adanya hasil tersebut maka peneliti akan mencoba untuk melakukan penelitian serupa namun dengan museum dan variabel yang berbeda. Namun demikian, penelitian Erza Setiana Sirait akan menjadi acuan bagi penelitian ini karena hasil penelitian tersebut berhasil mengungkapakan bahwa museum dapat digunakan sebagai sumber belajar. Selain itu, salah satu variabel yang diteliti oleh peneliti adalah fungsi museum sebagai sumber belajar sehingga peneliti dapat menggunakan penelitian Erza Setiana Sirat sebagai salah satu acuan dalam penelitian.

2. Penelitian yang dilakukan Risma Ambari Umah dengan judul “Strategi Museum Perjuangan Kota Yogyakarta Dalam meningkatkan Minat Pengunjung”. Hasil Penelitian ini membuktikan bahwa ternyata dengan

tingginya minat masyarakat mengunjungi museum, maka museum tersebut dapat digunakan sebagai sebuah destinasi wisata alternatif yang juga mendidik. Peneliti memasukan penelitian dari Risma Ambari Umah karena sebuah museum memerlukan strategi agar semakin banyak orang yang akhirnya pergi untuk mengunjungi museum tersbut. Hal tersbut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Peneliti harus mengetahui

(41)

bagaimana strategi yang dilakukan oleh museum agar banyak masyarakat yang datang untuk mengunjungi museum. Semakin banyak orang yang berkunjung ke museum, maka fungsi museum sebagai sumber belajar dan pariwsata akan semakin mudah terealisasikan.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Okina Nur Indah Sari dengan judul “Potensi dan Pengembangan Museum Wayang Indonesia Sebagai Objek Wisata Budaya di Kabupaten Wonogiri”. Hasil dari penelitian ini membuktikan

bahwa keunikan yang dimiliki oleh setiap museum yang berbeda dapat menjadi daya tarik wisata bagi masyarakat luas sehingga potensi dari kekhasan koleksi tiap museum harus disebarluaskan agar masyarakat mengetahui potensi dari museum tersebut dan pada akhirnya berkunjung ke museum tersebut. Peneliti memasukkan penelitian Okina Nur Indah Sari kedalam sumber yang relevan karena penelitian tersebut memiliki variabel yang hampir sama dengan penelitian ini yaitu mengenai museum sebagai suatu objek wisata. Peneliti juga menarik sebuah kesimpulan yaitu dengan adanya keunikan yang dimiliki oleh sebuah museum, maka akan semakin banyak orang yang datang. Museum wayang yang memiliki koleksi beragam jenis wayang dapat menarik wisatawan untuk berkunjung. Sehingga peneliti akan melihat keunikan yang dimiliki oleh Museum Monumen Yogya Kembali yang dapat menarik wisatawan untuk berkunjung kesana.

Penelitian ini memiliki keterkaitan dengan penelitian-penelitian relevan tersebut. Keterkaitan yang paling terlihat adalah dijadikannya

(42)

museum sebagai objek penelitian. Penelitian dari Erza Setiana Sirait membahas mengenai pemanfaatan museum sebagai sumber belajar dan hal ini juga terkait dengan penelitian yang peneliti lakukan mengenai pemanfaatan Museum Monumen Yogya Kembali sebagai sumber belajar. Penelitian dari Risma Ambari Umah membahas mengenai strategi dari museum untuk menarik minat pengunjung yang juga memiliki kaitan dengan penelitian penulis. Dengan adanya strategi museum yang dapat menarik pengunjung, maka fungsi museum sebagai sumber belajar dan destinasi wisata akan semakin mudah untuk teralisasikan. Penelitian dari Okinah Nur Indah Sari mengenai potensi dan pengembangan museum sebagai objek wisata juga memiliki keterkaitan dengan penelitian ini karena sama-sama memiliki bahasan mengenai fungsi museum sebagai destinasi wisata. Dari keterkaitan tersebut, maka posisi dari penelitian yang peneliti lakukan adalah berada di tengah-tengah penelitian yang sudah ada tersebut.

Pembahasan mengenai pemanfaatan museum sebagai sumber belajar maupun destinasi wisata memang sudah ada, namun objek dari penelitian yang sudah ada tersebut berbeda dengan penelitian ini. Penelitian mengenai Pemanfaatan Museum Monumen Yogya Kembali sebagai sumber belajar dan destinasi wisata belum pernah dilakukan sebelumnya. Hal inilah yang menjadikan posisi dari penelitian ini ada di tengah penelitian yang sudah ada tersebut.

(43)

C. Kerangka Pikir

Museum adalah bangunan yang digunakan sebagai tempat untuk mengumpulkan, memelihara, meneliti, memamerkan, dan mengkomunikasikan benda-benda pembuktian material manusia dan lingkungannya, untuk tujuan-tujuan studi, pendidikan, dan rekreasi. Selain itu, museum sendiri tidak bertujuan untuk mencari keuntungan melainkan lebih kepada pelayanan terhadap masyarakat. Museum sendiri dapat menjadi tempat alternatif untuk belajar bagi siswa di sekolah karena dengan datang ke museum, siswa dapat melihat dan merasakan langsung koleksi yang ada di museum.

Museum Monumen Yogya Kembali adalah sebuah bangunan dengan bentuk arstiektur yang unik dan dialamnya terdapat museum yang menyimpan bekas peninggalan perang perebutan Yogyakarta dari tangan Belanda. Banyak koleksi yang terdapat di dalam museum ini yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat dan siswa di sekolah untuk lebih mengerti mengenai bagaimana perjuangan para pahlawan dalam melawan para penjajah Belanda. Museum yang ada di dalam Museum Monumen Yogya Kembali juga dapat dijadikan sebagai sumber pembelajaran bagi siswa. Kegiatan yang cenderung monoton dan membosankan di dalam kelas dapat teratasi dengan datang ke museum untuk melihat langsung bukti-bukti mengenai perang di Yogyakarta pada masa lalu. Dengan melihat langsung, maka siswa dapat mencatat mengenai apa yang mereka lihat di museum dan juga dapat berdiskusi dengan teman-temannya. Dengan begitu mereka dapat mencatat mengenai hasil diskusi mereka dan secara tidak langsung mereka berhasil menemukan pengetahuan baru yang

(44)

mereka dapatkan dengan berinteraksi langsung dengan objek yang ada di museum. Dengan menemukan secara langsung, maka pengetahuan yang didapatkan tidak mudah hilang. Pengetahuan yang didapatkan berdasarkan pengalaman langsung yang mereka dapat lebih sulit untuk dilupakan.

Selain sebagai sumber belajar, museum memiliki manfaat lain yaitu sebagai sumber pariwisata. Tren masyarakat saat ini yang cenderung membutuhkan suasana baru dan mencari tempat yang bagus, akan menjadikan Museum Monumen Yogya Kembali menjadi sebuah objek wisata yang baik dan mendidik, bangunan yang unik, serta banyaknya benda-benda koleksi di dalamnya akan menarik wisatawan yang ingin tahu mengenai bagaimana jalannya perang yang ada di Yogyakarta pada waktu itu. Selain itu secara tidak langsung, para wisatawan mendapat nilai-nilai mengenai perjuangan para pahlawan pada masa lalu untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia khususnya di Yogyakarta. Berdasarkan kerangka pikir tersebut, maka dapat digambarkan skema sebagai berikut:

(45)

Gambar III. Kerangka Pikir

Museum Monumen Yogya Kembali Koleksi Museum Kegiatan Museum Sumber Belajar Destinasi Pariwisata

Pelajar dan Masyarakat Umum

(46)

30 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam mengkaji penelitian mengenai pemanfaatan Museum Monumen Yogya Kembali sebagai sumber belajar dan pariwisata, peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif. Dalam penelitian kualitatif sendiri, peneliti tidak menggunakan teori dan konsep dalam mendapatkan perumusan masalah, namun harus menggali masalah penelitian dari latar penelitian. Peneliti harus datang langsung ke tempat dia melakukan penelitian dan melakukan observasi untuk menemukan permasalahan yang ada.32

Untuk definisi metodologi penelitian kualitatif, Kirk dan Miller mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya.33 Dari definisi yang dikemukakan di atas, maka dapat ditarik pemikiran bahwa dalam penelitian kualitatif, peneliti harus melakukan pengamatan dengan lingkungan yang ada disekitarnya untuk mendapatkan permasalahan dan memahami permasalahan tersebut.

32 Putra Nusa, Metode Penelitian Kualitatif Pendidikan, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2012, hlm.41

33 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktora Jendral Pendidikan Tinggi, dan Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan, 1988, hlm.2

(47)

Penelitian Kualitatif sendiri merupakan penelitian yang bersifat deskriptif yang artinya hasil eksplorasi atas subjek penelitian atau para partisipan melalui pengamatan dan semua variannya.34 Dengan sifatnya yang deskriptif, maka peneliti harus secara rinci menggambarkan hasil mengenai wawancara dan pengamatan yang dilakukan di lapangan. Dalam proses penelitian, data didapatkan seringkali merupakan data verbal yang mengandung cerita maupun jawaban dari subjek penelitian. Dalam pengolahan data tersebut, peneliti diharuskan mencatat semua keterangan verbal tersebut. Meskipun jawaban dari narasumber terkadang tidak objektif, namun peneliti diwajibkan memasukan data tersebut karena semua jawaban dari narasumber tersebut merupakan realita yang terjadi di dalam masyarakat tempat dilakukannya penelitian.

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Museum Monumen Yogya Kembali Jalan Lingkar Utara, Dusun Jongkang Desa Sariharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian

Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus – Desember 2018 dengan uraian sebagai berikut:

34 Putra Nusa, op.cit., hlm.71

(48)

Tabel 1. Waktu Penelitian

NO Kegiatan Bulan

Agus Sep Okt Nov Des

1 Penyusunan Proposal   2 Perizinan  3 Pengumpulan Data   4 Analisis Data  5 Penulisan Laporan   C. Sumber Data

Sumber data adalah subjek mengenai darimana data diperoleh dalam penelitian.35 Dalam penelitian kualitatif alat yang digunakan untuk mencari data adalah observasi, wawancara, dan kuisoner, maka sumber datanya adalah jawaban dari para narasumber tersebut. Selain itu, sumber data dalam penelitian bisa juga didapatkan dari buku-buku, dokumen, dan catatan mengenai koleksi apa saja yang ada di museum.

Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari observasi museum, wawancara dengan petugas dan pengunjung museum, serta kuisioner yang diisi oleh pengunjung dan petugas museum.

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data adalah proses pengumpulan data dengan teknik tertentu.36 Metode pengumpulan data diperlukan untuk mengetahui

35 Suhaidi Achmad, 2018, Pengertian Sumber Data , Jenis Data, dan Pengumpulan Data, (https://achmadsuhaidi.wordpress.com/2014/02/26/pengertian-sumber-data-jenis-jenis-data-dan-metode-pengumpulan-data/) diakses 4 September 2018

(49)

metode mana yang cocok untuk mengumpulkan data tersebut.37 Jika metode yang digunakan tidak sesuai, maka data yang diperoleh tidak maksimal bagi sumber penelitian.

1. Observasi

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti. Dalam metode observasi, maka peneliti harus mengandalkan pengamatan dan ingatan.38 Untuk mengadakan observasi, maka peneliti harus menyelidiki tujuan penelitian terlebih dahulu. Setelah itu, peneliti menentukan cara untuk mencatat hasil observasi pencatatan hasil observasi ini dapat dilakukan dengan cara check list, rating scale, ataupun

anecdotal record.39 Dalam observasi yang akan dilakukan, peneliti akan datang menuju tempat penelitian dan mengamati mengenai bentuk fisik dan fasilitas apa saja yang ada di dalam Museum Monumen Yogya Kembali. Dengan mengamati dan mencatat, peneliti akan mengumpulkan data mengenai keadaan fisik dari Museum Monumen Yogya Kembali.

2. Kuesioner

Metode Kuesioner adalah suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai suatu masalah atau bidang yang akan diteliti.40 Peneliti akan menyebarkan kuesioner yang berisi pertanyaan mengenai fungsi museum sebagai sumber belajar dan pariwisata. Berdasarkan prosedurnya, maka peneliti

37Ibid,hlm.52

38Ibid, hlm.52

39 Narbuko Cholid, dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2003, hlm.71

(50)

akan menggunakan prosedur kesioner langsung yaitu kuesioner akan diberikan dan dijawab secara langsung oleh responden.41

3. Wawancara

Wawancara ialah tanya jawab lisan antara dua orang atau lebih secara langsung. 42 Wawancara berguna untuk mendapatkan data primer dari narasumber yang diwawancara. Dalam metode wawancara, peneliti akan terlebih dahulu menyusun susunan pertanyaan yang akan ditanyakan kepada narasumber. Tema mengenai fungsi museum sebagai sumber belajar dan pariwisata akan menjadi fokus pertanyaan. Selain itu, wawancara dipilih karena penelitian kualitatif lebih menekankan kepada data yang diperoleh langsung dari narasumber.

Jenis wawancara yang akan dilakukan oleh peneliti adalah wawancara terbuka yaitu tanya jawab yang terarah untuk mengumpulkan data-data yang relevan. Meskipun wawancara dengan jenis ini menjadikan suasana kaku, namun tujuan wawancara untuk mendapatkan data yang relevan akan tercapai.43

E. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data berguna untuk pengumpulan data. Instrumen pengumpulan data memanfaatkan alat fisik seperti kuesioner.44 Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen sebagai berikut:

41Ibid, hlm.77

42Usman Husaini, Purnomo Setiady, op.cit, hlm.55 43Ibid, hlm.56.

(51)

1. Pedoman Observasi

Instrumen observasi adalah pedoman melakukan observasi itu sendiri. Peneliti menggunakan check list untuk pedoman observasi. Sebelum memulai observasi, peneliti akan membuat instrumen check list tersebut. Isi dari instrumen check list tersebut adalah faktor mengenai apa yang akan diselidiki.45 Dengan menggunakan instrumen ini, maka peneliti hanya tinggal memberikan tanda check list jika apa yang dia liat sesuai dengan data yang ada di lapangan.

2. Kuesioner

Instrumen pada kuesioner adalah acuan peneliti dalam mengumpulkan data mengenai pemanfaatan Museum Monumen Yogya Kembali sebagai sumber belajar dan pariwisata dari responden yang merupakan pengunjung Museum Monumen Yogya Kembali.46 Bentuk kuesioner yang peneliti gunakan untuk mengukur tanggapan responden mengenai pemanfaatan museum tersebut adalah checklist dengan empat alternatif jawaban yaitu sangat setuju (SS), Setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS).

3. Wawancara

Instrumen dalam wawancara adalah susunan dari pertanyaan yang disusun peneliti sebelum dimulainya proses wawancara. Susunan pertanyaan itulah yang akan menjadi pedoman bagi peneliti saat proses wawancara berlangsung.

45 Narbuko Cholid, Abu Achmadi, op.cit. hlm.74. 46Ibid, hlm. 77.

(52)

F. Teknik Sampling

Teknik sampling lebih dikenal dengan teknik pengambilan sampel. Fungsi dari teknik sampling adalah untuk mereduksi anggota populasi, menjadi anggota sampel yang mewakili populasinya. Selain itu, teknik sampling juga akan memudahkan peneliti untuk lebih teliti dan menghemat waktu dan tenaga dalam melakukan penelitian.47 Terdapat dua jenis yang dapat dilakukan dalam teknik sampling yaitu sampling random atau probability sampling, dan sampling non-random atau non-probability sampling. Probability sampling adalah pengambilan contoh secara acak yang dilakukan dengan beberapa cara seperti dengan undian, ordinal, tabel bilangan random, dan komputer.

Non-probability sampling adalah pengambilan contoh secara tidak acak.48

Dalam penelitian mengenai pemanfaatan Museum Monumen Yogya Kembali sebagai sumber belajar dan pariwisata, maka peneliti menggunakan

non-probability sampling. Peneliti menggunakan teknik ini dengan

pertimbangan dalam melakukan sampling, apakah orang tersebut dapat memberikan informasi yang relevan ataupun tidak.49 Teknik snowball juga digunakan peneliti untuk mendapatkan sampel. Maksud dari teknik adalah peneliti terlebih dahulu melakukan wawancara dengan seorang narasumber, setelah wawancara selesai, maka peneliti menanyakan kepada narasumber pertanya mengenai rekomendasi narasumber berikutnya. Dengan kata lain, narasumber akan terus menerus memberikan rekomendasi mengenai siapa

47 Usman Husaini dan Purnomo Setiady, op.cit, hlm.43 48Narbuko Cholid dan Abu Achmadi, op.cit, hlm.110

(53)

narasumber berikutnya.50 Dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan sampel kepada pengurus museum dan pengunjung museumyang terdiri dari guru dan pelajar.

G. Validitas Data

Dalam sebuah penelitian, sebuah data harus bersifat valid. Dalam penelitian kualitatif, terdapat beberapa cara untuk melakukan validitas data. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi dan diskusi dengan teman sejawat.

1. Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain, di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data yang ditemukan. 51

a. Triangulasi teknik

Triangulasi teknik digunakan untuk menguji apakah data yang didapatkan valid atau tidak. Triangulasi teknik ini dilakukan dengan cara mengecek data dari narasumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data observasi, wawancara dengan pengelola dan pengunjung museum, serta menyebarkan kuesioner. Data yang diperoleh dari observasi, wawancara, dan kuesioner tersebut kemudian dibandingkan untuk mengetahui keabsahan dari data yang diperoleh.

50Ibid, hlm.65

Gambar

Tabel 1. Waktu Penelitian ...............................................................................
Gambar I. Perubahan Sumber Belajar Dari Masa Ke Masa  (diadopsi dari Sitepu dalam buku Pengembangan Sumber Belajar)
Gambar II. Kerucut Pengalaman Edgar Dale  (Diambil dari https://terandik.blogspot.com/)
Gambar III. Kerangka Pikir Museum Monumen Yogya Kembali Koleksi Museum  Kegiatan Museum Sumber Belajar Destinasi Pariwisata
+7

Referensi

Dokumen terkait